IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK YANG OPTIMAL DAN INTEGRAL Oleh: Tri Hartini ABSTRAK Pembangunan karakter yang paling efektif dan berkesinambungan yakni melalui pendidikan, yang kita kenal hari ini dengan istilah pendidikan karakter. Pendidikan merupakan media paling sistematis dan efektif untuk memperkuat character building (Ngainun: 2012). Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional, maka orientasi, tujuan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling peserta didik juga merupakan bagian dari orientasi, tujuan dan pelaksanaan karakter pendidikan . Program Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan bagian inti dari karakter pendidikan diimplementasikan dengan berbagai strategi layanan dalam upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai swasembada, dengan karakter yang membutuhkan arus dan masa depan. Strategi layanan pendidikan karakter melalui bimbingan dan konseling melalui layanan dasar, layanan responsif , perencanaan individual dan sistem pendukung. Pembelajaran dan bimbingan memiliki peran kunci dan posisi dalam seluruh proses pendidikan, terutama di bidang pendidikan karena pendidik dan konselor. Ini berarti bahwa pendidik merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam membangun karakter peserta didik. Kata kunci : Implementasi, pendidikan karakter, bimbingan dan konseling A. PENDAHULUAN Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, nonformal, maupun informal dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugasnya secara optimal sehingga ia mencapai suatu tarap kedewasaan tertentu. Oleh karena itu tujuan pendidikan adalah menjadi “manusia yang baik” yang memiliki ciri: (a) aspek jasmani: badan sehat, kuat, serta mempunyai keterampilan, (b) Aspek akal: pikiran cerdas serta pandai, (c) aspek rasa, kalbu, ruhani: hati berkembang dengan baik. Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
159
Anak akan menjadi asset sumber daya manusia bagi bangsa, dan untuk menciptakan SDM yang berkualitas perlu diberikan pendidikan manusia seutuhnya artinya membekali anak tidak hanya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi juga perlu dibekali dengan budi pekerti dan imtaq. Anak merupakan SDM yang penting untuk membangun bangsa yang lebih baik dan maju. Namun untuk mencapai itu, SDM yang kita miliki harus berkarakter. SDM yang berkarakter kuat dicirikan oleh kapasitas mental yang berbeda dengan orang lain seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran, keberanian ketegasan, ketegaran, kekuatan dalam memegang prinsip dan sifat-sifat unik lainnya yang melekat dalam dirinya. Membangun karakter bangsa sangat tergantung kepada bangsa itu sendiri. Bila bangsa tersebut memberikan perhatian yang cukup untuk membangun karakter maka akan terciptalah bangsa yang berkarakter. Pembangunan karakter yang paling efektif dan berkesinambungan yakni melalui pendidikan, yang kita kenal hari ini dengan istilah pendidikan karakter. Pendidikan merupakan media paling sistematis dan efektif untuk memperkuat character building (Ngainun: 2012). Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan formal saja (di sekolah) namun pendidikan dalam artian secara komprehensif. Sebagai mana disampaikan Mahmud (2010) pendidikan terbagi kedalam tiga bagian yakni mikro, meso dan makro. Mikro pendidikan pada level yang sangat menentukan pendidikan selanjutnya yaitu pendidikan keluarga. Meso yakni pendidikan yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Sedangkan makro yakni pendidikan secara luas, pendidikan di masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam pendidikan secara nasional. Menurut Nursalam Semuanya harus komprehensif-integral dalam membangun karakter tidak hanya pendidikan firmal, namun informal dan nonformal harus terlibat.
B. PEMBAHASAN 1.
Pengertian Pendidikan Definisi pendidikan menurut (UU SPN No. 20/2003 [bab i pasal 1 : 1])
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
160
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan karakter sudah mencakup di dalam tujuan pendidikan nasional. Sedangkan pendidikan karakter Menurut David Elkind & Freddy Sweet (2004), dimaknai sebagai berikut: “Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”. Pengertian Pendidikan Karakter Akar kata “karakter” dapat dilacak dari kata Latin “kharakter”, “kharassein”, dan “kharax”, yang maknanya “tools for marking”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Prancis “caractere” pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi “character”, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia “karakter”. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Secara bahasa karakter dapat dipahami sebagai kebiasaan yang berpola. American Dictionary of the English Language mendefinisikan karakter sebagai,”Kualitas-kualitas yang teguh dan khusus yang dibangun dalam kehidupan seorang yang menentukan responnya tanpa pengaruh kondisi-kondisi yang ada”. Karakter merupakan istilah yang menunjuk kepada aplikasi nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan/tingkah laku Thomas Lickona (1991) mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain serta karakter mulia lainnya. Dengan demikian karakter yang kuat dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
161
tentang baik dan buruk. Aristoteles mengemukakan bahwa karakteristik itu erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang dilakukan secara terus -menerus. Jadi konsep yang dibangun dari model ini adalah habit of the mind, habit of the heart dan habit of the hands. Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkalikali dan telah berbuah kemenangan. Karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit 5 faktor, yaitu: temperamen dasar (dominan, intim, stabil, cermat), keyakinan (apa yang dipercayai, paradigma), pendidikan (apa yang diketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup) dan perjalanan (apa yang telah dialami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan). Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Pentingnya pendidikan karakter sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan UU di atas jelas bahwa, selain bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, fungsi pendidikan nasional kita susungguhnya juga diarahkan untuk membentuk watak atau karakter bangsa Indonesia, sehingga mampu menjadi bangsa yang beradab dan bermartabat serta mampu menjadi bangsa yang memiliki keunggulan tertentu dibanding bangsa-bangsa lain. Sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional tersebut, maka keluaran institusi pendidikan atau lembaga sekolah seharusnya mampu menghasilkan orang-orang yang pandai dan baik dalam arti yang luas. Pendidikan tak cukup hanya untuk Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
162
membuat anak pandai, tetapi juga harus mampu menciptakan nilai-nilai luhur atau karakter bangsa. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai luhur atau karakter harus dilakukan atau dimulai sejak dini.
2.
Membangkitkan Pendidikan Karakter di Semua Level Kehidupan Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (condong kepada
kebenaran) hanya orang tuanya yang akan membuat membuat manusia itu berubah. “Seorang bayi tak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Orang tua dalam arti luas keluarga adalah faktor penentu gagal dan berhasilanya pendidikan terutama pendidikan karakter. Implementasi pendidikan karakter pada keluarga melalui penanaman nilai oleh orang tua. Nilai yang harus ditanamkan dapat dijadikan pegangan yakni nilai-nilai agama. Orang tua bertanggung jawab dalam menanamkan 9 pilar nilai-nilai luhur universal : a. Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya; b. Tanggung jawab, Kedisiplinan, dan Kemandirian; c. Kejujuran; d. Hormat dan Santun: e. Kasih Sayang, Kepedulian, dan Kerjasama; f. Percaya Diri, Kreatif,Kerja Keras, dan Pantang Menyerah; g. Keadilan dan Kepemimpinan; h. Baik dan Rendah Hati; dan i. Toleransi, Cinta Damai dan Persatuan. Nilai- nilai ini merupakan nilai agama yang kebenarannya secara universal, semua agama memandang sama. Semua nilai-nilai ini, tidak akan dapat terinternalisasi tanpa adanya suri tauladan. Jadi, Orang tua harus menjadi suri tauladan, karena apa yang dilakukan orang tua akan dijadikan contoh dan acuan oleh anaknya. Tidak cukup dengan menyuruh dengan lisan tetapi sikap dan prilaku kita harus sesuai dengan nilai-nilai agama.
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
163
3.
Optimalisasi Pendidikan Karakter di Masyarakat Tokoh masyarakat dan para pemimpin pun masuk kedalam kategori yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan. karena mereka merupakan publik figur yang dijadikan acuan oleh warganya. Termasuk di dalamnya media informasi, cetak maupun elektronik, pemberitaan maupun film dan sinetron bertanggung jawab pula terhadap pemebentukan karakter bangsa ini. Sehingga publikasi dari media informasi betul-betul diperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam informasi yang disampaikan. Tontonan bangsa ini harus memberikan tuntunan dalam kehidupannya. Bebas bukan berarti meninggalkan semua batasan. Kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Pers sebagai media informasi yang memberikan dampak yang signifikan terhadap pembentukan karakter bangsa. Kebebasan media informasi harus dibatasi oleh etika dan nilainilai luhur bangsa ini. pemerintah harus tegas dalam mengelola dan mengontrol kebebasan pers/ media informasi yang ada. Sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang mendidik yangdapat menguatkan karakter bangsa ini. Jadi, pendidikan karakter harus tertanam dalam berbagai level kehidupan. Karakter harus terinternalisasi dalam berbagai bidang kehidupan. Bukan hanya sekolah yang bertanggung jawab akan pembentukan karakter bangsa ini semua orang
ertanggung jawab akan pembentukan karakter bangsa ini. Sehingga
mulailah dari diri sendiri untuk memegang teguh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa ini yang pada akhirnya kita memberikan tauladan kepada orang disekitar kita. Pendidikan karakter bangsa indonesia dapat dibangun di atas tiga pondasi, yaitu pendidikan, agama dan budaya bangsa. Pun demikian dalam ranah implementasi pendidikan karakter jangan hanya dijadikan sebagai slogan saja tetapi harus terinternalisasi dalam berbagai bentuk kehidupan disemua level. Tidak hanya di sekolah pendidikan karakter ditanamkan, namun keluarga yang menjadi core dalam pendidikan yang harus lebih memperhatikan bagaimana karakter dibangun dengan keteladanan dari orang tua maupun orang dewasa. Sehingga, pendidikan karakter terimplementasi secara komprehensif tinggal menjaga konsistensi dan komitmen semua bangsa dalam pembentukan karakter ini sehingga negara kita Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
164
memiliki bangsa yang berkarakter, nisacaya perubahan akan segera kita rasakan. Bangsa indonesia harus bangkit dari keterpurukan, bangsa indonesia harus tampil sebagai bangsa yang berkarakter sehingga kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat kita gapai.
4.
Optimalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Kemampuan orang tua yang terbatas sehingga mendorong menitipkan
anaknya untuk didik oleh orang lain di lembaga pedidikan. Sekolah menjadi solusi alternatif bagi orang tua untuk mendidik anaknya. Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga pendidik, staf dan semua stake holder di sekolah bertanggung jawab akan tercapainya tujuan pendidikan. Pendidik dan stake holeder nya yang akan menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan. Yang menjadi permasalahan dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah terletak pada tahap internalisasi yang tidak integral/terpadu. Pendidikan karakter hanya dijadikan sebagai mata pelajaran yang hanya menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar “tahu”). Banyak kita temui murid nilai pelajaran agama tinggi, mungkin 8 atau 9, akan tetapi murid yang bersangkutan tidak mengamalkan ajaran agama tersebut dalam kehidupan seharihari. Pembentukan karakter hendaknya dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, serta melibatkan aspek “knowledge, feeling, loving, dan acting”. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Penerapan pendidikan karakter di sekolah harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a. mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. b. mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaaan, dan prilaku. c. menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dn efektif untuk membangun karakter. d. menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
165
e. memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses. f. mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik. g. memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitasmoral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama. h. adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter. i. memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. j. mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik-pendidik karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik. (kemendikanas: 2010). Prinsip ini menjadi pegangan kepala sekolah dalam melakukan monitoring kinerja staf-stafnya, perkembangan dan dinamikanya. Sehingga, setiap masalah bisa cepat diketahui dan dicarikan solusinya secara
praktis. Optimalisasi
pendidikan karakter dapat dilakukan pula dengan cara sebagai berikut: a. Pendidikan karakter secara terpadu melalui pembelajaran. Pendidikan karakter yang terpadu dalam pembelajaran merupakan pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan internalisasi nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun luar kelas pada semua mata pelajaran. b. Pendidikan karakter secara terpadu melalui manajemen sekolah. Sebagai suatu sistem pendidikan, dalam pendidikan karakter juga terdiri atas unsurunsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melalui bidang-bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan tersebut antara lain meliputi nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, muatan dalam pembelajaran, nilai-nilai karakter pembinaan peserta didik. Manajemen yang Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
166
diterapkan dalam pendidikan karakter harus bersifat partisipatif, demokratis, elaboratif, dan eksploratif sehingga semua pihak merasakan kemajuan secara signifikan. c. Pendidikan karakter secara terpadu melalui ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler selama ini dipandang sebelah mata, hanya sebagai pelengkap kegiatan intra kurikuler. Padahal, jika kegiatan ekstra ini di desain secara profesional maka akan menjadi wahana efektif pembentukan karakter berbasis potensi diri. (Jamal: 2011) Penerapan pendidikan karakter setidaknya dapat ditempuh melalui empat alternatif strategi secara terpadu. Strategi pertama ialah dengan mngintegrasikan konten pendidikan karakter yang telah dirumuskan kedalam seluruh mata pelajaran. Strategi kedua ialah dengan mengitegrasikan pendidikan karakter kedalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Strategi ketiga ialah dengan mengitegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan. Dan Strategi keempat ialah dengan membangun komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua peserta didik.
5. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Bimbingan dan Konseling Rambu-rambu
Penyelenggaraan
Bimbingan
dan
Konseling dalam
Jalur
Pendidikan Formal oleh Ditjen PMPTK tahun 2007 menjelaskan tentang Bimbingan dan Konseling sbb.: a. Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu bagian wilayah layanan pendidikan dalam jalur pendidikan formal disamping manajemen dan supervisi, serta pembelajaran yang mendidik. b. Pengertian Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan psikologi pendidikan dalam bingkai budaya, artinya pelayanan bimbingan dan konseling berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji terapan pelayanan bimbingan dan konseling yang diwarnai oleh lingkungan budaya peserta didik. Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
167
optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi dan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang belaku pada bimbingan dan konseling perkembangan. c. Hakekat Bimbingan dan Konseling pada hakekanya adalah upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan
potensi
dirinya
atau
mencapai
tugas-tugas
perkembangannya baik yang menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral spiritual. d. Misi kegiatan Bimbingan dan Konseling : 1) Misi Pendidikan: memfasilitasi pengem-bangan peserta didik melalui pembentukan peri laku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan. 2) Misi
Pengembangan:
memfasiitasi
pengem-bangan
potensi
dan
kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah /madrasah, keluarga dan masyarakat. 3) Misi pengentasan: memfasilitasi pengen-tasan masalah peserta didik mengacu kepada kehidupan efektif sehari-hari. e. Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan dilaksanakannya Bimbingan dan Konseling pada jalur pendidikan formal adalah membantu peserta didik mencapai perkem-bangan potensinya secara optimal, sehingga mampu mencapai tugas-tugas perkembang-annya, meliputi aspek pribadi sosial, belajar, dan karier peserta didik yang matang dan mandiri (memandirikan peserta didk). f. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling 1) Pengembangan kehidupan pribadi: membantu pesdik memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. 2) Pengembangan kehidupan sosial: membantu pesdik memahami, menilai, dan mengembangkan kemampu-an hubungan sosial yang sehat dan efektif Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
168
dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkung-an sosial yang lebih luas. 3) Pengembangan kemampuan belajar: membantu pesdik mengembangkan kemampuan
belajar
dalam
rangka
mengikuti
pendidikan
sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. 4) Pengembangan karier: membantu pesdik memahami dan menilai informasi serta memilih dan mengambil keputusan karier. Mengacu pada keterkaitan Bimbingan & Konseling dan Pendidikan, serta dengan pendidikan nasional berdasarkan atas konsep pendidikan, bimbingan, konseling dan bimbingan & konseling maka peranan Bimbingan dan Konseling dalam pendidikan karakter pada dasarnya: a. Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional, maka orientasi, tujuan dan pelaksanaan BK juga merupakan bagian dari orientasi, tujuan dan pelaksanaan pendidikan karakter. b. Program Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan bagian inti pendidikan karakter yang dilaksanakan dengan berbagai strategi pelayanan dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai kemandirian, dengan memiliki karakter yang dibutuhkan saat ini dan masa depan. c. Pekerjaan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan berbasis nilai, layanan etis normatif, dan bukan layanan bebas nilai. Seorang konselor perlu memahami betul hakekat manusia dan perkembangannya sebagai makhluk sadar nilai dan perkembangannya ke arah normatif-etis. Seorang konselor harus memahami perkembangan nilai, namun seorang konselor tidak boleh memaksakan nilai yang dianutnya kepada konseli (peserta didik yang dilayani), dan tidak boleh meneladankan diri untuk ditiru konselinya, melainkan memfasilitasi konseli untuk menemukan makna nilai kehidupannya. (Sunaryo, 2006).
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
169
6.
Materi dan Strategi Pendidikan Karakter dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Otten (2000) menyatakan bahwa pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam seluruh masyarakat sekolah sebagai suatu strategi untuk membantu mengingatkan kembali peserta didik untuk berhubungan dengan konflik, menjaga peserta didik untuk tetap selalu siaga dalam lingkungan pendidikan, dan menginvestasikan kembali masyarakat untuk berpartisipasi aktif sebagai warga negara.
Dijelaskan
lebih
lanjut
di
dalam
ERIC
Resource
Center
(www.eric.ed.gov) bahwa dengan semakin meningkatnya urgensi pendidikan karakter, maka konselor sekolah perlu memahami tentang cara menggabungkan pendidikan karakter dalam program bimbingan dan konseling. Jenis materi yang disarankan antara lain sebagai berikut: a.
Tanggung Jawab (Responsibility) Maksudnya mampu mempertanggungjawabkan. Memiliki perasaan untuk memenuhi tugas dengan dapat dipercaya,mandiri dan berkomitmen.
b.
Ketekunan (Perseverance) Kemampuan mencapai sesuatu dengan menentukan nilai-nilai obyektif disertai kesabaran dan keberanian di saat menghadapi kegagalan.
c.
Kepedulian (Caring) Kemampuan menunjukkan pemahaman terhadap orang lain dengan memperlakukannya secara baik, dengan belas kasih, bersikap dermawan, dan dengan semangat memaafkan.
d.
Disiplin (Sef-Discipline) Kemampuan menunjukkan hal yang terbaik dalam segala situasi melalui pengontrolan emosi, kata-kata, dorongan, keinginan, dan tindakan.
e.
Kewarganegaraan (Citizenship) Kemampuan untuk mematuhi hukum dan terlibat dalam pelayanan kepada sekolah, masyarakat dan negara.
f.
Kejujuran (Honesty) Kemampuan
menyampaikan
kebenaran,
mengakui
kesalahan,
dapat
dipercaya, dan bertindak secara terhormat. Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
170
g.
Keberanian (Courage) Bertindak secara benar pada saat menghadapi kesulitan dan mengikuti hati nurani dari pada pendapat orang banyak.
h.
Keadilan (Fairness) Melaksanakan keadilan sosial, kewajaran dan persamaan. Bekerja sama dengan orang lain. Memahami keunikan dan nilai-nilai dari setiap individu di dalam masyarakat.
i.
Rasa Hormat (Respect) Menunjukkan rasa hormat yang tinggi atas kewibawaan orang lain, dri sendiri, dan negara. Ancaman kepada orang lain diterima sebagai ancaman juga kepada diri sendiri. Memahami bahwa semua orang memiliki nilia-nilai kemanusiaan yang sama.
j.
Integritas (Integrity) Suatu ketegasan di dalam mentaati suatu nilai-nilai moral, sehingga menjadi jujur, dapat dipercaya, dan penuh kehormatan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka materi-materi tersebut memang
banyak terkait dengan bidang layanan bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan pribadi dan bimbingan sosial. Oleh karena itu, ketersediaan materi pendidikan karakter bagi konselor sekolah di Indonesia sangatlah banyak dan luas. Nilai-nilai esensi moralitas baik sebagai makhluk individu dan atau sebagai makhluk sosial bagi seorang pelajar merupakan materi pendidikan moral. Penyelenggaraan pendidikan karakter banyak memerlukan pendekatan personal, baik dalam arti pembimbing harus kompeten dan layak untuk dicontoh, disamping itu juga pada umumnya para peserta didik akan ‘respek’ kepada mereka yang memiliki kedekatan secara pribadi sehingga memudahkan terjadinya penyampaian pesan-pesan atau informasi tentang pendidikan karakter. Ada banyak faktor penyebab terjadinya kesalahan persepsi tentang konselor sekolah tersebut di atas, salah satunya kinerja konselor sekolah yang belum maksimal atau belum bisa menunjukkan tugas dan peran yang seharusnya dikerjakan sebagai seorang konselor (Sofyan, 2008).
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
171
Proses bimbingan dan konseling membantu peserta didik secara individual tumbuh dan berkembang, menyesuaikan diri secara efektif, memiliki orientasi terhadap tujuan dan lingkungan, memperoleh pengalaman pendidikan yang positif, belajar dan memiliki keterampilan melakukan hubungan sosial, merencanakan karir serta melakukan antisipasi, intervensi maupun pencegahan terhadap perkembangan permasalahan yang dialami peserta didik. Interaksi yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik merupakan interaksi timbale balik yang saling bersinergi. Pendidik memegang peran sentral, karena tidak hanya berperan sebagai pembimbing. Peran bimbingan seorang pendidik menurut Rochman Natawijaya (2002) adalah memperlakukan dan menghargai martabat pendidik sebagai individu. Bersikap positif, wajar, hangat dan empatik, menerima peserta, terbuka, kongkrit, asli dalam menampilkan diri, dan peka terhadap perasaan peserta didik. Menyadari bahwa tujuan mengajar meliputi penguasaan materi pelajaran dan pengembangan diri peserta didik
C. PENUTUP Pendidik memiliki tugas yang sangat dekat dan erat dengan misi pendidikan karakter. Pedekatan dan keeratan kewajiban pendidik terhadap pendidikan karakter terlihat secara jelas dari bidang gerak bimbingan dan konseling yang berimplikasi bahwa pendidik secara substantif dan fungsional memiliki tugas yang tidak terelakkan. Oleh karena itu, pendidik di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung berkewajiban penyelenggarakan pembelajaran dan pelayanan bimbingan dan konseling yang bernuansa nilai-nilai pendidikan karakter. Sesuai uraian tersebut, maka keluaran institusi pendidikan seharusnya mampu menghasilkan orang-orang yang pandai dan baik dalam arti yang luas, dimana pendidikan untuk membuat anak pandai dan juga mampu menciptakan nilai-nilai luhur sesuai dengan karakter bangsa. Akhirnya, dengan pendidikan yang dapat meningkatkan semua potensi kecerdasan peserta didik, dan dilandasi dengan pendidikan karakternya, diharapkan peserta didik di masa depan akan
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
172
memiliki daya saing yang tinggi untuk hidup damai dan sejahtera sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang semakin maju dan beradad.
DAFTAR PUSTAKA Jamal Ma’mur Asmani. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di sekolah. Jogjakarta: Divapers. Mahmud. 2010. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Sahifa. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB FIP UPI. Nur wangid. (2010). Makalah Pendidikan Karakter dalam Bimbingan dan Konseling. Ratna Megawangi. (2003). Pendidikan karakter; Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Depok: Indonesia Heritage Foundation Ratna Megawangi. (2009). Menyemai Benih Karakter. Depok: Indonesia Heritage Foundation Sumantri, E. (2010). Pendidikan Karakter Harapan Handal Bagi Masa Depan Pendidikan Bangsa. Kuliah Umum Prodi Pendidikan Umum SPs UPI Suyanto. Urgensi Pendidikan Karakter. Tersedia di http://waskitamandiribk.wordpress.com/2010/06/02/urgensi-pendidikankarakter/ (di unduh 5 Desember 2011)
Prosiding Seminar Nasional dan Bedah Buku Pendidikan Karakter dalam Implementasi Kurikulum 2013
173