IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBIASAAN MAPEL TSAQOFAH DALAM PEMBELAJARAN MULOK PAI DI SMK CUT NYA’ DIEN SEMARANG.
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh : IDA ASMARA NIM: 073111080
FAKKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Ida Asmara
NIM
: 073111080
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa
skripsi ini secara
keseluruhan adalah
hasil
penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 10 Juni 2011 Saya yang menyatakan,
Ida Asmara NIM.073111080
ii
KEMENTRIAN AGAMA FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Telp. 024 – 7601295 Semarang 50185
PENGESAHAN
Naskah skripsi ini dengan: Judul
: Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
Nama
: Ida Asmara
NIM
: 073111080
Jurusan
; Pendidikan Agama Islam
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Semarang, 21 Juni 2011
DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Ismail SM,M.Ag NIP :19711021 199703 1002
Nur Asiyah, M.SI NIP : 19710926 199803 2002
Penguji I,
Penguji II,
Drs. Ikhrom, M.Ag NIP : 196503291994031002
Dr. Muslih, M.A NIP :15027692 600000 1000
Pembimbing I,
Pembimbing II,
H. Abdul Kholiq, M.Ag NIP: 197109151997031003
Nadhifah, S.TH.I.M.SI NIP: 197508272003122003
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 8 Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
Nama
: Ida Asmara
NIM
: 073111080
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosyah.
Wassalamualaikum wr wb
Pembimbing I
H. Abdul Khaliq, M.Ag NIP : 197109151997031003
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 9 Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
Nama
: Ida Asmara
NIM
: 073111080
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosyah.
Wassalamualaikum wr wb Pembimbing II
Nadhifah, S.Th.I.M.Si NIP : 197508272003122003
v
ABSTRAK
Judul : Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. Nama : Ida Asmara NIM : 073111080
Skripsi ini membahas pelaksanaan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI. Kajiannya dilatarbelakangi oleh penerapan model tsaqofah sebagai salah satu model pembelajaran yang pada umumnya kegiatan tsaqofah hanya dipandang sebagai sebuah tambahan jam pelajaran saja. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Bagaimana implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang? (2) Kelebihan dan kekurangan dari implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. Sekolah tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI. Datanya diperoleh melalui wawancara bebas, observasi partisipan dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis dengan analisis deskriptif. Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Model tsaqofah adalah model pembelajaran
yang
pembelajarannya,
menggunakan
yaitu:
pendekatan-pendekatan
pendekatan pengalaman,
dalam
pembiasaan,
proses
keimanan,
pendekatan rasional, emosional, fungsional, dan pendekatan keteladanan. Model pembelajaran ini menekankan pada pembiasaan agar siswa memperoleh sikapsikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti seimbang dengan kehidupan sehari-harinya. Tujuan pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah yaitu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis Alquran serta memiliki akhlak dan berbudi pekerti yang baik sesuai perintah ajaran agama Islam, serta memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik dan dibenarkan oleh agama, adat, tradisi maupun negara, sehingga benar-
vi
benar tertanam dalam diri peserta didik dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dikemudian hari. (2) penerapan model tsaqofah ini mempunyai kelebihan dan kelemahannya, adapun kelemahan dari model ini adalah Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan contoh panutan yang
baik
bagi anak didik
dan
membutuhkan pendidik
yang
dapat
mengaplikasikan antara teori pembiasaan dengan kenyataan-kenyataan atau praktek nilai-nilai yang disampaikan, sedangkan kelebihannya adalah dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik, tidak hanya berhubungan dengan batiniyah tetapi juga berhubungan dengan lahiriyahnya juga. Model tsaqofah melalui pendekatan pembiasaan dipercaya sebagai model pembelajaran yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian peserta didik, ini terbukti akhlak peserta didik di SMK Cut Nya’ Dien sangat baik.
vii
MOTTO
“Jika keyakinan adalah alasan terbesar seseorang untuk bertahan, maka pasangan jiwanya adalah kesabaran. Gabungan keduanya akan menghasilkan semangat hidup yang tidak akan pernah padam. Keberanian akan menjadi temannya, kesolehan akan menjadi pakaian mereka, kebeningan hati akan selalu mengisi hidup mereka. Yakinlah selalu bahwa Allah SWT tidak akan pernah menyiayiakan segala usaha kita. Bersabarlah hingga kelak ketika sabar telah habis masanya perbaharuilah dengan keyakinan bahwa Allah SWT tidak akan pernah membuat kita kecewa”.
viii
PERSEMBAHAN
Setiap untaian kata yang tergores dalam skripsi ini serta tetesan air mata kebahagiaan atas terselesaikannya skripsi ini ku persembahkan kepada: 1. Bapak ku (Asmari) dan Ibuku (Sri Yatimah) tercinta yang selalu memberikan kasih sayangnya dan motivasi untuk melangkah lebih maju. 2. Kakak-kakak ku (Mohammad Zaenuri dan Nur Laela) serta adikku tercinta (Syarif Hidayat) yang selalu memberikan dukungan dalam terselesaikannya skripsi ini. 3. Kakak-kakak ku ipar ( Mei Saroh dan Dwi Kristiawan) kehadiran kalian memberikan warna dalam kehidupan penulis. 4. Keponakan ku (Zanesa dan Afraldo Julian Putra Kristiawan) canda tawa kalian yang selalu menyegarkan disaat penulis penat. 5. Segenap dosen pembimbing terimakasih atas bimbingan dan waktunya. 6. Teman-teman seperjuangan yang memberikan makna kehidupan bagi penulis
Seiring doa “jazakumullah khoiron katsiro wajazakumullah ahsanal jaza’ “.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillâhi rabill ‘aalamin. Segenap puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan dan kekuatan lahir batin kepada diri peneliti, sehingga penelitian hasil dari sebuah usaha ilmiah yang sederhana ini guna menyelesaikan tugas akhir kesarjanaan terselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang membawa dari masa yang gelap ke zaman yang penuh peradaban ini, juga kepada para keluarga, sahabat serta semua pengikutnya yang setia disepanjang zaman. Penelitian yang berjudul “Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang” ini pada dasarnya disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Karya ini merupakan salah satu sudut pandang bagi kita dalam melihat suatu fenomena yang ada dalam dunia pendidikan, Karena dengan media ini penulis telah banyak belajar, berfikir, mencurahkan segenap kemampuan dalam hal pemikiran, kreativitas dan ketelitian untuk memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu penulis atas kegiatan tsaqofah sebagai sebuah model pembelajaran mulok PAI. Usaha dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kendala dan hambatan, tetapi dapat penulis selesaikan juga walaupun masih banyak kekurangan yang ada. Oleh karena, itu izinkan peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada hamba-hamba Allah yang membantu peneliti sehingga karya sederhana ini bisa menjadi kenyataan, bukan hanya angan dan keinginan semata, diantaranya kepada: 1.
Prof. DR. H Muhibbin M. A Rektor IAIN Walisongo Semarang
2.
Dr. Suja`I, M.Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
x
3.
Ahmad Muthohar, M. Ag. Ketua Jurusan dan Nasirudin, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.
4.
H. Abdul Kholiq, M. Ag. Dosen Pembimbing I dan Nadhifah, S.Th.I.M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis sampai skripsi ini selesai. Hj. Sukasih, M.Pd Dosen motivator penulis yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta memotivasi penulis sampai penulisan ini selesai.
5.
Syamsul Bari, S.Pd. dan Irpani, S.Pd.I Kepala sekolah dan Guru
mata
pelajaran tsaqofah SMK Cut Nya’ Dien Semarang, yang telah membimbing, meluangkan tenaga dan waktunya sehingga penulis mampu melaksanakan penelitian demi menyelesaikan skripsi ini. 6.
Drs. Darmuin, M.Ag Dosen wali studi penulis dan seluruh Bapak/Ibu Dosen, karyawan, pegawai IAIN Walisongo, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, serta kepada seluruh civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
7.
Bapak/ibuku tercinta (Bpk. Asmari dan Ibu Sri Yatimah) yang telah memotivasi penulis agar melangkah lebih maju dan tiada henti-hentinya selalu mendoakan dengan tulus selama penulis studi. Kakak-kakak ku (Mohammad Zaenuri dan Nur Laela) serta adikku tercinta (Syarif Hidayat) Kakak-kakak ku ipar ( Mei Saroh dan Dwi Kristiawan) Keponakan ku (Zanesa dan Afraldo) canda tawa kalian yang selalu menyegarkan disaat penulis penat.
8.
Sahabatku Zainal Fibrianto terimakasih atas bantuan kalian dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
9.
Serta berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu hanya ucapan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam penulis haturkan dan semoga amal dan jasa baik kalian akan dicatat sebagai amal kebajikan dan dibalas sesuai amal perbuatan oleh Allah SWT. Akhirnya, penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada, kritik dan saran
xi
yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Besar harapan penulis skripsi ini dapat dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Semarang, 23 Juni 2011 Penulis
Ida Asmara NIM: 073111080
xii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN...........................................................................
ii
PENGESAHAN................................................................................................. iii NOTA PEMBIMBING...................................................................................... iv ABSTRAK......................................................................................................... vii PERSEMBAHAN............................................................................................. viii KATA PENGANTAR.......................................................................................
x
DAFTAR ISI...................................................................................................... xiii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................
1
B.
Rumusan Masalah......................................................................
5
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................
5
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka...........................................................................
6
B.
Pembelajaran Mulok PAI...........................................................
7
C.
Mata Pelajaran Tsaqofah............................................................... 20
D. Mapel Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI..................... ..29 BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian..........................................................................
32
B.
Tempat dan Waktu Penelitian...................................................
32
C.
Sumber Penelitian.....................................................................
32
D. Fokus Penelitian.......................................................................
33
E.
Teknik Pengumpulan Data........................................................
33
F.
Teknik Analisis Data.................................................................
35
BAB IV : ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL TSAQOFAH DALAM PEMBELAJARAN MULOK PAI DI SMK CUT NYA’ DIEN SEMARANG A. Gambaran Umum SMK Cut Nya’ Dien
xiii
Semarang…………………….......................................................36 B.
Proses Pembelajaran di SMK Cut Nya’ Dien Semarang……………...........................................................
C.
… 39
Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang……………….............................47
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang…………………………………………………………52 E.
Analisis Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang…………………………………………………………53
F.
Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Mulok PAI melalui Model Tsaqofah…………………………………………60
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................
63
B.
Saran......................................................................................
64
C.
Kata Penutup.........................................................................
64
DAFRAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam ( PAI ) merupakan mata pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan, dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai dengan pendidikan sekolah menengah. Kurikulum pembelajaran PAI di SMK Cut Nya’ Dien termasuk dalam kurikulum nasional, alokasi waktu pembelajarannya 2x45 menit dalam tiap minggu, adapun materi pelajarannya meliputi 5 aspek yaitu aspek Alquran hadis, aspek akidah, aspek akhlak, aspek fikih, dan aspek tarikh dan kebudayaan Islam. Materi pelajaran yang banyak dengan alokasi waktu yang dirasa kurang cukup untuk menyampaikan sebuah submateri pelajaran PAI kerap kali menimbulkan masalah dalam proses belajar mengajar apalagi didukung dengan kondisi siswa yang sangat ramai serta pengunaan metode pembelajaran yang kurang tepat, sehingga tidak memungkinkan terciptanya proses transfer ilmu dari guru ke peserta didik dengan baik. Melihat kendala pembelajaran PAI seperti itu maka pihak satuan pendidikan SMK Cut Nya’ Dien Semarang mengambil kebijakan dengan cara menambah jam pelajaran PAI selama 1x45 menit dalam satu minggu, dengan memasukkan jam tambahan tersebut ke dalam mata pelajaran muatan lokal (mulok) PAI. Kurikulum mulok PAI ini memberikan kejelasan maksud, arah, serta tujuan yang ingin dicapai oleh para guru yang mengajarkan mata pelajaran mulok PAI ini disaat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Tujuan mulok PAI ini diharapkan yang pertama untuk mempermudah guru dalam proses menyampaikan materi pelajaran PAI, serta peserta didik diharapkan memiliki budi pekerti yang baik, sopan santun, berkepribadian, punya jati diri, mandiri, bisa mengamalkan dan menerapkan secara langsung ilmu agama yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. 1
1
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 78.
1
Menyampaikan suatu materi pembelajaran yang baik agar diterima peserta didik tidak terlepas dari metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan bagian dari komponen pengajaran yang menduduki posisi penting, selain tujuan, guru, peserta didik, media, lingkungan dan evaluasi. Dalam kata lain proses pembelajaran di kata sulit mencapai hasil manakala guru tidak menggunakan metode yang tepat sesuai karakteristik bidang studi masing-masing. Oleh karena itu guru harus mengetahui dan memahami berbagai metode pengajaran. Guru yang tidak mengetahui dan memahami aneka ragam metode pengajaran akan menjadikan siswa cepat bosan, mengantuk, dan bahkan siswa tidak mudah memahami pelajaran yan disampaikan oleh guru.2 Dalam pembelajaran PAI di sekolah selama ini para guru lebih menggunakan metode verbalistik, yaitu ceramah dan tanya jawab. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan bila guru berbicara terus sedangkan para siswa duduk diam mendengarkan. Selain itu kadang ada pokok bahasan yang memang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah dan lebih efektif melalui metode lain.3 Kebutuhan mengenai permasalahan keagamaan semakin komplek seiring perkembangan zaman. Karena itu guru PAI harus tanggap, seorang guru harus tepat dan efektif dalam menyampaikan materi pelajaran PAI. Untuk menciptakan siswa yang berkualitas dan mampu menghadapi perkembangan zaman maka kebutuhan pembaharuan dalam metode merupakan suatu keharusan. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari proses dan dari segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidaktidaknya sebagian besar (75 %) peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam poses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedang dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan yang positif dari peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya
2
. Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasail, 2007), Cet. I, hlm.55. Sri Anitah Iryawan dan Noorhadi Th., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), cet. Ke-5, hlm.124 3
2
sebagian besar (75 %).7 Suatu proses belajar mengajar yang efektif dan bermakna akan berlangsung apabila dapat memberikan keberhasilan bagi siswa maupun guru itu sendiri.4 Dewasa ini banyak sekali konsep dan pendekatan yang terus bermunculan dan diterapkan dalam pembelajaran berbagai bidang mata pelajaran. Diantaranya metode ceramah, driil, tanya jawab, inquiri, discovery, belajar tuntas, problem solving dan sebagainya. Dalam pembelajaran pendidikan agama, terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh yaitu; kondisi pembelajaran PAI, metode pembelajaran agama dan hasil pendidikan agama.5 Kondisi pembelajaran PAI adalah faktorfaktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran PAI. Jadi metode dalam pembelajaran PAI disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang hendak dicapai oleh pembelajaran itu sendiri. Harus diketahui bahwa keberhasilan suatu penyampaian tergantung pada ketepatan dalam pemilihan metode. Dalam arti bahwa dalam kegiatan pembelajaran harus ada kesesuaian antara tujuan, pokok bahasan dengan metode, situasi dan kondisi (siswa maupun sekolah) serta kepribadian guru yang membawakan pelajaran. Jika di lihat dari materi yang ada, pelajaran PAI bersifat komplek, sehingga metode yang diterapkan pun bisa beragam sesuai kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Salah satunya bila ditinjau dari aspek tujuannya yang mengarah pada ranah kognitif, afektif, psikomotorik metode yang bisa digunakan untuk memperdalam kejelasan arti dari materi dan peserta didik berperan atau terlibat langsung adalah dengan menggunakan Model pembudayaan/tsaqofah yang memadukan berbagai macam metode pembelajaran. SMK Cut Nya’ Dien Semarang merupakan lembaga pendidikan kejuruan menengah di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al Mukarromah dan terletak di jalan Wolter Monginsidi No. 99, Kecamatan Genuk,
adalah salah satu dari
sekolah-sekolah yang ada di seluruh kota Semarang yang mengembangkan materi
4
Depdikbud, Dedaktik Metodik Umum, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar, 1996),
5
Muhaimin, et. al, Paragdima, hlm. 146.
hlm.40.
3
pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi mata pelajaran tersendiri yang termasuk kedalam mata pelajaran muatan lokal PAI yaitu dengan menerapkan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan di sekolah SMK Cut Nya’ Dien Semarang karena sekolah tersebut menerapkan pembudayaan Islami pada peserta didik serta pemberian nama pada mata pelajaran mulok PAI yang unik yaitu disebut dengan mapel tsaqofah.6 Proses penelitiannya difokuskan pada kelas XII karena dirasa peserta didik kelas XII sudah mengerti dan sudah menerapkan serta mempraktikan pembudayaan Islami pada kehidupan sehari-harinya. Karena peserta didik kelas XII sudah menerima pembelajaran tsaqofah sejak dari kelas X sampai Kelas XII. Model tsaqofah ini
untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka
memiliki wawasan yang mantap tentang agama dan lingkungannya serta sikap dan perilaku sesuai dengan ajaran agama serta memiliki akhlak terpuji, bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Adapun kegiatan tsaqofah ini meliputi pembacaan Asmaul Husna, doa belajar, syahadat, sholawat nariyah,
doa Syeikh Abdul Qodir Jailani, sholat
berjamaah, materi dari guru, dan lain-lain.7 Dan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang metode tsaqofah itu muncul karena peserta didik hanya mampu untuk memahami dan menghafal materi yang diajarkan, belum mampu untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, belum adanya kemandirian dalam diri anak. Oleh karena itu perlu adanya metode pembudayaan/tsaqofah sebagai metode yang efektif dalam mengubah kebudayaan tercela menjadi kebudayaan-kebudayaan yang mulia, sehingga anak didik akan mempunyai akhlak yang mulia. Namun di SMK Cut Nya’ Dien Semarang selain membudayakan kegiatan seperti berdo’a dan sholat berjama’ah sebagaimana kegiatan di atas, juga ada beberapa kegiatan yang dibudayakan yang pelaksanaannya menurut hemat penulis 6 7
Observasi langsung di SMK Cut Nya’ Dien Semarang, Senin, 17 Agustus 2010 Observasi langsung di SMK Cut Nya’ Dien Semarang, Senin, 17 Agustus 2010
4
berbeda dengan SMA atau SMK lainnya. Dengan ini penulis memberanikan diri untuk mengadakan penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI MODEL TSAQOFAH DALAM PEMBELAJARAN MULOK PAI DI SMK CUT NYA’ DIEN SEMARANG”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang? 2. Apakah kelebihan dan kekurangan dari implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang dan apakah kelebihan dan kekurangan dari implementasi model tsaqofah tersebut dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. 2. Manfaat penelitian a. Secara praktis 1) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran mulok PAI. 2) Sebagai motivator dalam meningkatkan kualitas pembelajaran mulok PAI. b. Secara teoritis 1) Untuk menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan. 2) Sebagai media penelitian pembelajaran dalam berkarya ilmiah.
5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka Untuk memperjelas gambaran tentang alur serta menghindari duplikasi tentang skripsi ini, berikut ini merupakan beberapa literatur yang relevan yang berkaitan dengan pembahasan skripsi yang penulis susun.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini (063111017). Mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010 yang berjudul ”Implementasi Metode Pembiasaan Dalam Menginternalisasikan Nilai-nilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini di TKAT Birrul Walidain Demaan Kudus”, di dalamnya membahas tentang dimana implementasi dari metode pembiasaan ini anak dibiasakan untuk berakhlak mulia dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama Islam.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ainun Ni’mah (3104298). Mahasiswi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2009 yang berjudul ”Implementasi Metode Pembiasaan Pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang”, didalamnya membahas tentang dimana implementasi dari metode pembiasaan ini siswa dibiasakan untuk berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam dengan baik dan benar.8
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatonah (3301401147). Mahasiswi Fakultas Tarbiyyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2006 yang berjudul ”Model Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pada Bidang Muatan Lokal Pendidikan Agama Islam di SMK N 1 Magelang”, di dalamnya membahas mengenai model pembelajaran sistem ganda pada muatan lokal PAI sehingga siswa dituntut untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam. 9
8
Ainun Ni’mah, Implementasi Metode Pembiasaan Pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,2009) 9 Siti Fatonah, Model Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pada Bidang Muatan Lokal Pendidikan Agama Islam di SMK N 1 Magelang, ( Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2006)
6
Penelitian ini merupakan penelaahan kembali terhadap penelitian yang sudah ada, yaitu sama-sama membahas tentang penerapan metode pembiasaan/ model pembudayaan dalam pembelajaran PAI, akan tetapi penelitian yang sudah ada hanya memaparkan strateginya saja tanpa memandang kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran tersebut. Akhirnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan pembahasan tentang “Implementasi Model Tsaqofah Dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang”, yang di dalamnya memaparkan tentang penerapan dan kelebihan serta kelemahan dari model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI.
B. Pembelajaran Mulok PAI 1. Pengertian Pembelajaran Mulok PAI Di sini penulis perlu mendefinisikan maksud belajar dan pembelajaran agar perbedaan keduanya dapat diketahui, baik secara teoritis dan praktisnya. Pembelajaran mempunyai arti yang sangat berbeda. Setiap manusia wajib mencari ilmu (belajar), karena dengan ilmu manusia akan mendapat tempat yang mulia di mata Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. al-Mujadalah/58: 11 yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadalah/58: 11)10 Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya. Ini berarti bahwa orang yang berilmu mempunyai kelebihan. Wahyu yang 10
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005), hlm. 543.
7
pertama kali turun yang menjelaskan tentang kewajiban mencari ilmu (belajar) yaitu Q.S. al-‘Alaq/96 : 1 yang berbunyi sebagai berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan” (Q.S. al-‘Alaq/96: 1)11
Pada ayat pertama dalam surat al ‘Alaq di atas terdapat kata iqra’. Iqra’ artinya bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda sejarah, diri sendiri yang tertulis maupun tidak. Berbagai makna yang muncul dari kata tersebut sebenarnya secara tersirat menunjukkan perintah untuk melakukan kegiatan belajar. Bahwa belajar merupakan aktifitas yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia. 12 Pengertian belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max Darsono dkk adalah perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis. Selanjutnya Morris menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu.13 Menurut para ahli belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification orstrengthening of behavior through experiencing). Berdasarkan pengertian ini belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Sejalan dengan hal tersebut ada pula tafsiran lain tentang belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. 14 Dibandingkan dengan pengertian pertama, maka tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya.
11
Departemen , Al Qur’an, hlm. 597. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2008), hlm.30-31. 13 Max Darsono, dkk., Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: CV. IKIP Semarang Press, 2000), hlm. 2 14 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm.. 3637 12
8
Pengertian ini menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar. Seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan belajar jika terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut masih lemah. Juga bisa diketahui melalui pengetahuan seseorang yang mulanya tidak tahu menjadi tahu. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya sedangkan sikap dalam rohaninya tidak dapat kita lihat. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek–aspek tersebut. Adapun aspek – aspek tersebut adalah : pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap.15 Seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Pembelajaran, seperti yang didefinisikan Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.16 Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga perpustakaan. Material, meliputi buku – buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan model penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Menurut Mulyasa pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu.17 Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan dorongan oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan 15
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.. 30 Oemar Hamalik, Kurikulum, hlm. 57 17 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Konsep, Karakteristik dan Implementasi),(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) hlm. 100. 16
9
peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan menganalisa tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga belajar terwujud dalam peserta didik. 18 Pembelajaran menurut Gesalt adalah usaha guru untuk memberi materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikanya (mengaturnya) menjadi suatu pola Gesalt (pola makna). Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi, mengorganisir yang terdapat dalam diri siswa.19 Proses belajar yang disertai dengan pembelajaran akan lebih efektif dan terarah. Agar pembelajaran lebih terarah proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen diantaranya yang satu dengan yang lain saling berinteraksi, komponen tersebut adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, model dan strategi pembelajaran, media dan evaluasi. Semua hal tersebut merupakan satu komponen agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran tidak hanya terbatas dalam ruang saja, belajar dapat dilakukan dimana saja, sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, pembudayaan dan pembiasaan yang baik, belajar di kelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik. Definisi diatas terkandung makna bahwa peserta didik tidak dilihat sebagai obyek yang pasif, tetapi lebih dilihat sebagai subyek yang sedang belajar atau mengembangkan potensinya. Setiap proses pembelajaran, membelajarkan merupakan suatu kegiatan yang memerlukan keterampilan profesional yang harus dikerjakan atau dimiliki oleh guru karena proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang disengaja diciptakan dengan tujuan untuk merubah sikap dan perilaku anak serta meningkatkan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu. Kurikulum pembelajaran PAI termasuk kurikulum nasional. Materi pelajarannya yang banyak kerap kali menimbulkan masalah ditambah dengan alokasi waktu yang tidak cukup untuk menyampaikan submateri pelajaran PAI dengan demikian dibuatlah mata 18 19
Muhaimin, Paradigma, hlm. 145. Max Darsono, Belajar, hlm. 24.
10
pelajaran baru yang menginduk pada kurikulum pembelajaran PAI yang disebut mulok PAI. Muatan Lokal atau mulok merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai jika digabungkan dengan materi mata pelajaran lain dan atau materinya terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. 20 Pendidikan menurut Sir God Frey Thomson dalam A Modern Philosophy of Education dijelaskan bahwa “by education means thein fluence of environment upon the individual to produce a permanent change in his habits behavior, thought, and attitude. Yang dimaksud dengan pendidikan adalah hasil pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan yang bersifat permanen di dalam kebiasaan, tingkah laku, pemikiran dan sikap.21 Pengertian Pendidikan agama Islam dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan / atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. 22 b. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi, pendidikan Islam adalah pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta emosinya berdasarkan agama Islam, dengan maksud merealisasikan tujuan Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat.23 Berdasarkan pengertian pembelajaran mulok PAI tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mulok PAI adalah proses penyampaian materi atau pengalaman nilai ajaran Islam sebagaimana tersusun secara sistematis dalam ilmuilmu keislaman kepada peserta didik yang beragama Islam agar kelak mereka menjadi manusia yang bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam yang disesuaikan dengan adat dan tradisi keislaman di daerah setempat.
20
Badan Standar Nasional Pendidikan, ( Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah : 2006.) hlm.10. 21 Sir God Frey Thomson, A Modern Philosophy of Education, (London: 1957), hlm.19 22 Muhaimin, Paradigma, hlm. 7. 23 Abdurrahman an-Nahlawi, “Ushulut Tarbiyatul Isamiyah wa Asalibuha”, terj. Herry Noer Ali, Prinsip-Prinsip dan Metod Pendidikan Islam, Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung : CV. Diponegoro, 1989), hlm. 49.
11
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dari berbagai macam definisi belajar, dapat dituliskan berbagai macam prinsipprinsip belajar : a. Kematangan jasmani dan rohani Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yangdipelajarinya.24 Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisik sudah cukup matang untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk dapat mengikuti kegiatan belajar. b. Memiliki kesiapan Kesiapan merupakan hal yang dalam melakukan kegiatan belajar, yaitu mempunyai kesiapan fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik meliputi kesiapan tenaga yang cukup, kesehatan yang baik. Kesiapan mental berupa kesiapan minat, motivasi yang baik untuk melakukan kegiatan belajar. c. Memahami tujuan Orang yang mempelajari sesuatu harus memahami apa tujuan yang akan diperoleh dan apa kegunaannya. Prinsip ini tidak kalah penting agar proses belajar yang dilakukan cepat selesai dan berhasil dengan baik karena belajar tanpa adanya tujuan akan menimbulkan kebingungan. d. Memiliki kesungguhan Kesungguhan harus tertanam dalam diri siswa, karena jika belajar tanpa memiliki kesungguhan hasilnya tidak akan maksimal atau kurang memuaskan. Tapi ketika siswa belajar dengan bersungguh-sungguh maka hasil yang dicapai akan maksimal dan penggunaan waktu akan lebih efektif. e. Ulangan dan latihan Prinsip ini penting karena sesuatu yang di pelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dapat dikuasai dengan maksimal dan sulit dilupakan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu berfungsinya ingatan.25
24 25
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm.51. M. Dalyono, Psikologi, hlm.54.
12
Dalam bukunya Agus Supriyono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM disebutkan prinsip-prinsip belajar yang berbeda dari yang diatas. Adapun prinsip-prinsip belajar yaitu : a. Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: 1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari. 2) Kontinu atau berkisinambungan dengan perilaku lainnya. 3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. 4) Positif atau berakumulasi. 5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6) Permanen atau tetap 7) Betujuan dan terarah. 8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan
b. Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. c. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman-pengalamam pada dasarnya adalah hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungannya. 26 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil belajar siswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor– faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar dan faktor instrumen. Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar dari siswa yang sedang belajar. Faktor-fakor ini meliputi: a. Fisiologis, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak yang tidak
26
Agus Supriyono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.4-5.
13
kekurangan gizi, kondisi panca indra yang baik akan memudahkan anak dalam proses belajar. b. Psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapa tmempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat,minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi : a. Lingkungan alami Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran. b. Lingkungan sosial Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia,baik manusia itu ada ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumen ini antara lain: kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana, serta guru.27 4. Teori Belajar Ada banyak teori belajar, setiap teori memiliki konsep atau prinsip-prinsip sendiri tentang belajar yang mempengaruhi bentuk atau model penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. Teori– teori pembelajaran menurut Sukmadinata bersumber dari teori atau aliran aliran psikologi. Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologis teori disiplin mental, behaviorisme dan kognitif gestalt field. a. Teori belajar disiplin mental Menurut rumpun psikologi ini peserta didik memiliki kemampuan, atau potensi tertentu. Pembiasaan adalah pengembangan dari kekuatan–kekuatan potensi tersebut. Tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda.
27
Ummul Murtafiah Hasan , “Belajar dan Motivasinya”, dalam http://heritl.blogspot.com/2007/12/belajar-dan-motivasinya.html, diakses 10 April 2011.
14
b. Teori belajar behaviorisme Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Tingkah laku yang baik diperoleh dari pembiasaan yang baik. c. Teori belajar kognitif gestalt field Rumpun ketiga adalah kognitif gestalt field. Kalau rumpun bahviorisme bersifat molekular (menekankan tingkah laku atau perilaku), maka rumpun ini bersifat molar atau bersifat keseluruhan dan keterpaduan. Teori kognitif, dikembangkan oleh para ahli psikologi kognitif, teori ini berbeda dengan behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan peserta didik adalah mengetahui.28 5. Pembelajaran PAI a. Unsur-unsur Pembelajaran PAI Pembelajaran menurut D. Sudjana S adalah upaya yang sistematik dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi edukatif antara dua pihak yaitu antara peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan.29 Definisi Pendidikan Agama Islam anggapan sementara yang masih dijumpai dewasa ini masih rancu dengan pengertian pendidikan Islam. Agar lebih jelas dalam memahami pendidikan Islam dan pendidikan agama Islam maka secara berurutan akan dikemukakan tentang pengertian pendidikan Islam baru kemudian mengarah pada pengertian pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam adalah lebih mengarahkan hal yang kongkrit dan operasional, yaitu usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Pengertian pendidikan menurut Islam sangat komplek, mengingat begitu kompleksnya risalah Islamiyah sebagai materi, dan dilihat dari aspek waktu pelaksanaan pendidikan Islam tidak terikat pada pendidikan sekolah. Sebenarnya yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada pada dirinya 28
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 107. 29 D. Sudjana S, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2001), hlm. 8.
15
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma-norma Islam.30 Pengertian di atas jelas sekali bahwa pendidikan agama Islam dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada hal-hal yang konkrit dan operasional seperti memahami, menghayati dan mengamalkan ajaranajaran agama (ibadah) dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta didik. Bila dikaitkan dengan kurikulum pada lembaga pendidikan Islam formal maka yang disebut dengan pendidikan agama Islam hanya terbatas pada bidangbidang studi agama. Seperti Alquran hadis, fiqh, tafsir dan lainnya. Bidang studi tersebut di sekolah umum (SMU dan SMP) dijadikan satu dalam bidang studi/pelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran PAI a. Tujuan Tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.31 Tujuan pendidikan Islam menurut Abdurrahman an-Nahlawi yaitu untuk mendidik warga negara mu’min dan masyarakat muslim agar dapat merealisasikan ubudiyah kepada Allah dan menanamkan pada anak untuk saling menolong, bahumembahu atau mencintai sesama.32 Tujuan pendidikan agama Islam menurut Chabib Thoha yaitu, untuk mencapai hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepadanya.33 Tujuan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Adz- Dzaariyaat ayat 56 :
(56 : وَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ اﻟْﺠِﻦﱠ َواْﻻِﻧْﺲَ اِﻻﱠ ﻟَِﻌْﺒُ ُﺪوْنِ )اﻟﺬار ﺎت 30
Achmadi, Bahan Kuliah Pendidikan Agama Islam, (Semarang: Aditiya Media dan IAIN Walisongo Pers, t.th.), hlm. 20 31 Muhaimin, Paradigma , hlm. 78. 32 Abdurrahman an-Nahlawi, “Ushulut terj. Herry Noer Ali, Prinsip-Prinsip, hlm.179. 33 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 99.
16
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu “ 34 (Q.S.adz-Dzaariyaat/51:56) Harapan dari terlaksananya pembelajaran PAI siswa dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia, beribadah dan takwa kepada Allah. Selain itu dengan pendidikan agama Islam diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis antara sesama manusia baik yang seagama (sesama muslim) ataupun yang tidak seagama, serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan. b. Ruang lingkup dan Materi Pelajaran PAI Dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa ruang lingkup PAI meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara : 1) Hubungan manusia dengan Allah SWT 2) Hubungan manusia dengan sesama manusia 3) Hubungan manusia dengan dirinya 4) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan35 Adapun ruang lingkup materi pelajaran pendidikan agama Islam meliputi tujuh unsur pokok yaitu Alquran dan hadis, keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak dan tarikh. Alquran merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah, syari’ah, ibadah, muamalah dan akhlak sehingga berada pada tiap unsur tersebut.36 Keimanan atau akidah merupakan akar atau pokok agama. Iman berarti percaya. Pengajaran keimanan berarti belajar mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. Ajaran pokok pengajaran keimanan meliputi rukun iman yang enam, yaitu percaya pada Allah, rasul, malaikat, kitab, hari akhir dan qodho’ qodar. Syari’ah merupakan sistem norma atau aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan makhluk lain. Dalam hubungannya dengan tuhan diatur dalam ibadah dan hubungan dengan sesama manusia diatur dalam muamalah.
34
Soenarjo, (eds.), Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa ,1985), hlm. 862. Marasuddin Siregar “Pengelolaan Pengajaran : Suatu Dinamika Profesi Keguruan”, dalam Chabib Thoha (eds.), PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998), hlm. 183. 36 Muhaimin., Paradigma., hlm. 80. 35
17
Ibadah merupakan bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah yang diawali dengan niat. Bentuk pengabdiannya seperti sholat, zakat, puasa, bersedekah, membantu orang yang membutuhkan pertolongan dan lain-lain. Sedangkan muamalah merupakan aspek yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, contohnya jual beli. Unsur pokok akhlak merupakan aspek hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti hubungan dengan Tuhan dan manusia lain menjadi sikap hidup pribadi manusia. Akhlak merupakan bentuk batin seseorang. Dan dilihat dari segi nilai bentuk batin ada yang baik dan jahat ada yang terpuji dan tercela.37 Unsur yang lain yaitu tarikh (sejarah kebudayaan) Islam. Tarikh merupakan sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam dari masa ke masa dalam usaha bersyari’ah (beribadah dan muamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh aqidah. Pada tingkat sekolah dasar, pembelajaran PAI ditekankan pada unsur pokok Alquran, keimanan, ibadah dan akhlak. Sedangkan pada tingkat pertama dan menengah, selain empat unsur di atas maka unsur syari’ah dan tarikh dimasukkan pula.
C. Model Tsaqofah 1. Pengertian “Tsaqofah” Secara teknis, tsaqofah merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui model pemberitahuan (al-ikhbâr), penyampaian transmisional (at-talaqqi), dan penyimpulan dari pemikiran (istinbâth) serta pembiasaan. Contohnya adalah sejarah, bahasa, hukum, filsafat, al-Qur’an hadis, fikih dan segala pengetahuan non-eksperimental lainnya. Model tsaqofah ini kebanyakan orang menyebutnya dengan model pembiasaan. Model merupakan suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan pendidikan serta teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.
37
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 68.
18
Bila dihubungkan dengan dunia pendidikan, maka model memiliki arti prosedur yang dipergunakan seorang pendidik dalam melaksanakan tugas kependidikannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.38 Dengan demikian setiap pendidik dan tenaga kependidikan haruslah mengerti mengenai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini sangat dianjurkan sebab tujuan itulah yang akan menjadi sasaran dan menjadi pengarah dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Disamping menjadi sasaran dan menjadi pengarah, tujuan pendidikan dan pengajaran juga berfungsi sebagai kriteria bagi pemilihan dan penentu alat-alat (termasuk metode) yang akan digunakan dalam mengajarnya.39 Menurut ustadz Ngirfani, S.PdI selaku guru pengampu mata pelajaran mulok PAI menjelaskan bahwa model tsaqofah merupakan model pelaksanaan mata pelajaran muatan lokal di SMK Cut Nya’ Dien Semarang dimana perencanaan dan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam diwujudkan melalui metode pembiasaan yang mana Aqidah Islamiyyah merupakan sebab dalam pembahasannya sehingga peserta didik akan membudayakan atau membiasakan dengan sesuatu yang baik dalam kehidupan seharihari. Model pembiasaan itu sendiri menurut para ahi pendidikan sebagai berikut: a. Menurut Abdullah Nasih ‘Ulwan, “model pembiasaan adalah cara atau upaya praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak.40 b. Menurut Ramayulis, “model pembiasaan merupakan cara untuk menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi peserta didik. 41 c. Menurut Armai Arief, “model pembiasaan suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan peserta didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. 42 Menurut Dr. Ahmad Tafsir, pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu, walau ada kritik untuk menyadari model ini karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukannya. Oleh karena itu, pembiasaan ini harus mengarah pada pembiasaan yang baik. Perlu disadari oleh guru yang mengajar berulang38
Al-rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Histories, Teoritis dan Praktis, Filsafat Pendidikan Islam, ( Ciputat : Ciputat Press, 2005), hlm.65-66 39 Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Solo : Ramdhani, 1993 ), hlm.70 40 Abdullah Nasih ‘Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992 ), hlm. 60 41 Ramayulis, Metodologi, hlm.110
19
ulang, sekalipun hanya dilakukan main-main akan mempengaruhi peserta didik untuk membiasakan perilaku itu.43 Dengan model tsaqofah ini dimaksudkan bahwa seorang guru dapat mengarahkan serta mempengaruhi siswa dalam membiasakan perilaku terpuji menurut ajaran Islam secara terus menerus. Dan akhlak itu sendiri menurut imam ghazali sebagaimana yang termaktub dalam kitab Ihya’ Ulum Ad-Din :
ﺌﺔ ﻓﻰ اﻟﻨﻔﺲ راﺳﺨﺔ ﻋﻨ ﺎ ﺗﺼﺪراﻻ ﻓﻌﺎل ﺑﺴ ﻮﻟﺔ و ﺴﺮﻣﻦª ﻓﺎﻟﺨﻠﻖ ﻋﺒﺎ رة ﻋﻦ .44ة
ﻏ ﺮﺣﺎﺟﺔ اﻟﻰ ﻓﻜﺮ ورؤي
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan. Adapun dalam terjemahan dalam bahasa inggris oleh Constantine K Zurayk yang berjudul “The Refinement Of Character” yaitu “ This state is two kind. One kinds is natural and originates in the tempherament. The other kinds is that which is acquirid by habit and self training”.45 Artinya keadaan ini ada dua macam yang pertama adalah sifatnya alamiah dan berasal dari emosi (keadaan jiwa) dan yang kedua adalah di pengaruhi oleh kebiasaan dan latihan diri sendiri. Inti model tsaqofah ini sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau diucapkan oleh seseorang. Misalnya peserta didik dibiasakan membaca asmaul khusna sebelum proses pembelajaran dimulai agar ilmu yang didapat bermanfaat dan bisa diserap oleh peserta didik dengan baik. Hampir semua ahli pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan
sebagai salah satu upaya
pendidikan. Kebiasaan itu mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembelajaran yang baik, maka semua yang baik diubah menjadi kebiasaan.46
43
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 1992), Cet. I, hlm. 144-145 44 Abu Hamid Muhammad Al Ghazali, Ihya’ Ulum Ad-Din, (Beirut : Dar Al-Kutub, 1989), Jilid III, hlm. 58 45 Constantine K Zurayk, The Refinement Of Characte, (Beirut : American University, tth), hlm. 29 46 Imam Abdul Mu’min Sa’addudin, Al_Akhlaqi Fil Islam, terj. Dadang Sobar Ali, Meneladani Akhlak Nabi, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006), Cet. I, hlm. 68
20
Kebiasaan-kebiasaan ini diterapkan dan dikembangkan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang pada siswa karena mengajarkan materi pada siswa tidak cukup dengan ceramah atau dengan lisan, namun seorang guru hendaklah mempraktekkan langsung segala yang berkaitan dengan materi, sehingga siswa mudah faham dan merekamnya, maka mereka akan terbiasa dengan perilaku yang baik dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari serta mudah menerima materi pembelajaran yang disampaikan seorang guru. 2. Dasar dan Tujuan Mapel Tsaqofah a. Dasar Mapel Tsaqofah Tsaqofah merupakan salah satu model pembelajaran PAI yang dikembangkan kedalam mata pelajaran muatan lokal PAI. Model tsaqofah ini memadukan beberapa metode dalam menyampaikan materi pelajaran terhadap siswa, yaitu: 1) Pendidikan dengan adat kebiasaan merupakan upaya praktis dalam pembentukan (pembinaan), serta persiapan yang dilakukan untuk membiasakan siswa agar memiliki kemampuan dan moralitas yang tinggi. 2) Pendidikan dengan nasihat, metode ini digunakan untuk pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual, dan sosial siswa melalui pemberian nasihat. Pemberian nasihat ini dapat memotivasi siswa dengan prinsip-prinsip Islam. 3) Pendidikan dengan memberikan perhatian dimaksud dengan pendidikan dengan memberikan perhatian adalah mencurahkan, meperhatikan, dan senantiasa mengikuti perkembangan siswa dalam rangka pembinaan moralitas, di samping selalu memantau situasi dan kondisi yang dialami oleh siswa. 4) Pendidikan dengan memberikan hukuman.Apabila seorang pendidik menemukan penyimpangan pada siswa, dia harus meluruskan dan memperbaiki penyimpangan tersebut dengan cara menunjukan kesalahan siswa melalui pengarahan, keramahtamahan, atau perlu dengan kecaman dan hukuman yang mendidik. 47 Alquran sebagai sumber ajaran agama Islam, memuat prinsip-prinsip umum pemakaian model pembiasaan dan keteladanan dalam proses pendidikan. Dalam surat An-nisa ayat 170 menjelaskan mengenai bahwa manusia diperintahkan untuk beriman kepada Allah SWT dan RasulNya nabi Muhammad saw adapun bunyi ayatnya sebagai berikut:
47
Mukhtar, Desain, hlm 133
21
Wahai
manusia,
kepadamu
sesungguhnya
dengan
(membawa)
telah
datang
Rasul
kebenaran
dari
Tuhanmu,
(Muhammad) maka
itu
berimanlah
kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.( Q.S.Annisa/4: 170)48
Selain Alquran adalah Hadis, sebagaimana sabda Rasulullah : 49
(ﻣﺎ ﻧﺤﻞ واﻟﺪ وﻟﺪه ﻧﺤﻼ اﻓﻀﻞ ﻣﻦ ادب ﺣﺴﻦ )راوه اﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ
“Tidak ada pemberian yang lebih utama seorang ayah kepada anaknya selain budi pekerti yang baik”. (H.R. Ahmad bin Hambali).
وَﺣ ﱠ ِﻦ اْﻻَﺧْﻼَق ُ َْﺪ ﺛَﻨِﻰ ﻋَﻦْ ﻣَﺎ ﻟِﻚٍ أَﻧﱠ ُ ﺑَﻠَ َﻐ ُ أَنﱠ رَﺳُﻮْ لَ اﷲِ ﺻﻠﻌﻢ ﻗَﺎلَ ﺑُﻌِﺜْﺖُ ِﻷُﺗَﻤِّﻢَ ﺣُﺴ 50
()رواه اﺣﻤﺪ
“Dan telah diriwayatkan dari Malik bahwa sesungguhnya Malik menyampaikan hadits sesungguhnya Rasulullah bersabda aku diutus adalah untuk memperbaki akhlak yang mulia.” (H.R.Ahmad).
Melihat dasar Alquran dan Hadis diatas model tsaqofah itu menekankan bahwa kita diperintahkan beriman kepada Allah dan Rasul nabi Muhammad saw dengan berpegang kepada Alquran dan Hadis serta menjadikan nabi Muhammad sebagai panutan yang baik. b. Tujuan Model Tsaqofah
48
Departemen Agama RI, Alquran, hlm. 151 Muhammad Abdul Salam Abdul Sani, Musnad Ahmad Bin Hambal, Juz IV, (Beirut: Dar al -Alamiah, 142 H), hlm. 97 50 Malik Ibn Anas, Al-Muwatta’, (Beirut: Ifa’ Jadidah, t.th), hlm. 789 49
22
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha selesai. Model tsaqofah merupakan suatu usaha yang berproses melalui tahapan-tahapan dan tingkatan-tingkatan pendidikan, serta memadukan beberapa metode pendidikan maka tujuannya bertingkat dan bertahap. Tujuan awal diterapkannya model tsaqofah ini untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis Alquran serta memiliki akhlak dan berbudi pekerti yang baik sesuai perintah agama Islam, mencapai tujuan diatas pihak sekolah menerapkan pendekatan pembiasaan yang baik untuk mendukung proses tercapainya tujuan awal dari diterapkannya model tsaqofah ini. Menurut Muhibbin Syah mengajar dengan model pembiasaan dengan tujuan agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan – kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.51 Menurut Ahmad D. Marimba bahwa tujuan utama dari pembiasaan adalah penanaman kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, agar cara-cara yang tepat dapat dikuasai oleh peserta didik52, dan perbuatan-perbuatan tersebut dapat dibiasakan dan sulit untuk ditinggalkan. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diadakannya model tsaqofah di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis Alquran serta memiliki akhlak dan berbudi pekerti yang baik sesuai perintah ajaran agama Islam, serta memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik dan dibenarkan oleh agama, adat, tradisi maupun negara, sehingga benar-benar tertanam dalam diri peserta didik dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dikemudian hari. 3. Syarat-Syarat Model Tsaqofah Tsaqofah atau pembudayaan Islami yang diterapkan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena tsaqofah atau pembudayaan ini menggunakan pendekatan pembiasaan pada peserta didik agar membiasakan sesuatu yang baik serta menghemat kekuatan manusia dalam melakukan sesuatu karena sudah terbiasa misalnya, membaca asmaul khusna sebelum belajar supaya kinerja otak bisa menyerap materi pelajaran dengan baik, dan membiasakan mengikuti kegiatan mujahadah untuk menjalin silaturrahmi dengan orang lain. Namun demikian 51
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekat Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. V, hlm. 124 52 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1999), Cet. V, hlm. 82
23
kebiasaan juga akan menjadi penghalang manakala tidak ada penggeraknya. Ditinjau dari ilmu psikologi kebiasaan seseorang itu erat kaitannya dengan figur yang menjadi panutan dalam perilakunya.53 Adapun syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan metode pembiasaan itu antara lain : a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum siswa itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal lain yang akan dibiasakan. b. Pembiasaan itu hendaknya terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. c. Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistik itu makin harus menjadi pembiasaan yang disertai dengan kata hati anak itu sendiri. d. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. Jangan memberi kesempatan yang luas pada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.54 Adapun syarat-syarat tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh alat-alat pembiasaan. Alat-alat pembiasaan itu dibagi menjadi dua golongan : a. Alat-alat langsung ialah alat-alat yang secara garis lurus searah dengan maksud pembentukan55, antara lain : 1) Teladan Teladan adalah pendidikan dengan memberikan contoh-contoh konkrit pada diri siswa.56 Pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan siswa yang akan ditirunya dalam tindak tanduk dan tata santunnya. Disadari atau tidak, akan tercetak dalam jiwa dan perasaan siswa suatu gambaran pendidik tersebut, baik ucapan maupun perbuatannya, secara material maupun spiritual, diketahui atau tidak diketahui.57 2) Anjuran, Suruhan dan Perintah Anjuran, suruhan dan perintah adalah alat pembentuk disiplin secara positif. Disiplin perlu dalam pembentuk kepribadian terutama karena akan menjadi disiplin sendiri. Pemberian nasihat ini dapat memotivasi siswa dengan prinsip-prinsip Islam. 53
Armai Arief , Pengantar, hlm. 114 Armai Arief , Pengantar, hlm. 115 55 Ahmad D Marimba, Pengantar, hlm. 83 56 Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren, (Yogyakarta : Ittaqa Press, 2001), hlm. 55 57 Mukhtar, Desain, hlm 134 54
24
3) Latihan Tujuannya adalah untuk menguasai gerakan-gerakan dan menghafal ucapan-ucapan (pengetahuan). Latihan itu juga dapat menanamkan sifat-sifat yang utama, misalnya ketertiban, kebersihan dan lain-lain. 4) Hadiah dan Sejenisnya Yang dimaksud hadiah tidak selalu berupa barang. Anggukan dengan wajah yang berseri-seri sudah merupakan suatu hadiah tersendiri bagi peserta didik, atau ucapan yang membuat hati siswa senang misalnya bagus sekali jawabannya benar beri tepuk tangan itu merupakan hadiah yang luar biasa membangkitkan motivasi dan semangat belajar peserta didik. 5) Kompetisi dan Kooperasi Kompetisi disini bukan kompetisi untuk mendapatkan hadiah, tapi kompetisi ini digunakan untuk memotivasi anak. Sedangkan kooperasi adalah cara individu mengadakan relasi dan bekerjasama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama.58 b. Alat tidak langsung ialah yang bersifat pencegah, penekan (represi), antara lain : 1) Koreksi dan Pengawasan Diketahui peserta didik mempunyai sifat pelupa, lekas melupakan larangan-larangan, atau perintah yang baru saja diberikan kepadanya. Oleh sebab itu sebelum kesalahan itu berlangsung cukup jauh, maka harus ada usaha koreksi dan pengawasan dari guru maupun orang tua. 2) Larangan dan sejenisnya Ini merupakan usaha yang tegas dalam menghentikan perbuatan– perbuatan yang salah. Alat inipun bertujuan untuk membentuk kedisiplinan. 3) Hukuman dan sejenisnya Setelah larangan dan sejenisnya telah diberikan tapi juga masih dilanggar, maka tibalah masa hukuman . hukuman tidak perlu hukuman yang berhubungan dengan badan. Hukuman bisa berupa rasa tidak enak atau hal yang bisa menghilangkan rasa perhatian dan kasih sayang.59 Apabila seorang pendidik menemukan penyimpangan pada siswa, ia harus meluruskan dan memperbaiki penyimpangan tersebut dengan cara menunjukkan kesalahan siswa melalui 58
Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995),Cet. I, hlm. 148
59
Ahmad D Marimba, Pengantar, hlm. 87
25
pengarahan, keramahtamahan, atau bila perlu, dengan kecaman dan hukuman. Dalam penerapan hukuman ini, seorang pendidik tentunya harus bersifat arif dan bijaksana dalam memilih dan mengunakan metode yang paling sesuai dengan kemaslahatan siswa.60 Adapun faktor yang membentuk adat kebiasaan ada dua, yakni : pertama, kesukaan hati pada suatu pekerjaan, kedua, menerima kesukaan itu hingga melahirkan suatu perbuatan dan akan mengulang-ulanginya.61 4. Kelebihan dan Kelemahan Model Tsaqofah Sebagai suatu model pembelajaran, model tsaqofah ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran tsaqofah ini adalah : a. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik. b. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tapi juga berhubungan dengan aspek batiniyah. c. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Sedangkan kelemahan dalam metode pembiasaan adalah : a. Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan contoh panutan yang baik bagi anak didik. b. Membutuhkan pendidik yang dapat mengaplikasikan antar teori pembiasaan dengan kenyataan-kenyataan atau praktek nilai-nilai yang disampaikan.62
D. Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI Proses pembelajaran yang menekankan pada peserta didik perlu memperhatikan masalah model pembelajaran yang akan digunakan, sehingga peserta didik mampu dengan mudah menyerap materi yang diajarkan dan mampu mengamalkannya secara terbiasa dalam kehidupan sehari-hari. Model tsaqofah berguna untuk membantu memudahkan dalam proses pembelajaran mulok PAI. Model tsaqofah ini tepat digunakan pada semua materi pembelajaran terutama pembelajaran mulok PAI. Materi pembelajaran mulok PAI
60
Mukhtar, Desain, hlm 135
61
Farid Ma’ruf, Etika Ilmu Akhlak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1995), hlm. 33 Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung : Angkasa Offset, 1990),
62
hlm. 160.
26
tersebut meliputi materi Alquran hadis, akhlak, aqidah, fiqih, dan sejarah kebudayaan Islam. Model pembelajaran mulok PAI melalui tsaqofah ini bisa untuk meningkatkan kemampuan atau potensi yang dimiliki peserta didik dalam hal membaca, menulis Alquran serta memiliki akhlak dan berbudi pekerti yang baik sesuia perintah ajaran agama Islam, serta memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik yang tertanam dalam jiwa peserta didik sehingga kebiasaan yang baik tersebut sulit diinggalkan dikemudian hari. Mencapai tujuan tersebut di atas mengunakan cara pendekatan. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan pendidik untuk kegiatan pembelajaran mulok PAI : 1. Pendekatan Pengalaman merupakan pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan baik secara individual maupun kelompok. Pengalaman yang dimaksud disini tentunya pengalaman yang bersifat mendidik. Memberikan pengalaman yang edukatif kepada peserta didik diarahkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. 63 2. Pendekatan Pembiasaan dimaksudkan agar seseorang memiliki kebiasaan berbuat hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam. Edi Suardi dalam bukunya, Pedagogik 2, menjelaskan bahwa ”kebiasaan itu adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi.”
64
Pembiasaan memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa
mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pendekatan Supportif melihat bahwa pengetahuan siswa harus dibangun melalui peningkatan gairah keilmuan yang dimiliki oleh siswa.Misi utama dari pendekatan ini adalah untuk membantu siswa sebagai calon ilmuwan dalam mengembangkan pengetahuan melalui proses penemuan potensi ( internalisasi diri) menuju kemandirian dan kematangan diri sebagai pribadi yang utuh.65 4. Pendekatan Evidentif melihat bahwa ilmu pengetahuan itu selalu berkembang menuju titik kesempurnaan. Karakteristik yang diharapkan dari pendekatan ini adalah siswa tertantang untuk mencari penemuan-penemuan sebagai ciri keilmuan, siswa akan
63
Ramayulis, Metodologi, hlm.129 Edi,Suardi, Pedagogik 2,(Bandung : Angkasa,2005), .hlm.123 65 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003) hlm.39 64
27
aktif dan sibuk melakukan aktivitas serta kajian-kajian khusus, dan akan lahir para siswa yang inovatif. 5. Pendekatan Rasionalistik melihat bahwa proses pendidikan merupakan konsekuensi prinsip idealis dan eksternalisasi diri siswa dengan sejumlah harapan peran yang dicita-citakan. 66 Mulyasa menawarkan tujuh pendekatan dalam pembelajaran PAI yang berbeda dengan pendekatan di atas. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi: 1. Pendekatan Keimananan yaitu mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan makhluk sejagad ini. 2. Pendekatan Pengalaman yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pendekatan Pembiasaan yaitu memberikan kesempatan untuk membiasakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan. 4. Pendekatan Rasional yaitu usaha memberikan peranan pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dan standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dan buruk dalam kehidupan. 5. Pendekatan Emosional yaitu upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan budaya bangsa. 6. Pendekatan Fungsional yaitu menyajikan bentuk standar materi (Alquran, keimanan, akhlak, fiqh, ibadah dan tarikh) yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. 7. Pendekatan Keteladanan yaitu pembelajaran yang menempatkan figur guru agama dan non agama serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua peserta didik, sebagai cerminan manusia berkepribadian agama. Pendekatan pembelajaran di atas itu semua saling keterkaitan satu dengan yang lain, oleh karena itu model tsaqofah ini biasa disebut model pembelajaran melalui pembiasaan yang baik pada peserta didik.
66
Mukhtar, Desain, hlm.40
28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu peneltian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 67 Jadi penelitian ini analisis datanya tidak menggunakan rumus statistika, melainkan dengan tehnik analisis deskriptif yaitu analisis data yang diujikan bukan dalam bentuk angka-angka melainkan dalam bentuk laporan uraian deskriptif dengan pola pikir induktif. Cara berpikir induktif adalah cara menarik kesimpulan yang berangkat dari fakta-fakta dan peristiwa yang bersifat khusus kemudian disimpulkan dengan sifat umum.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dengan judul implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI ini dilaksanakan dari tanggal 3 Februari 2011 sampai dengan tangal 3 Maret 2011 bertempat di Yayasan Pendidikan Islam Al-Mukarromah SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
C. Sumber Penelitian Pada penelitian ini, ada beberapa sumber data yang diperoleh untuk memperkuat penelitian ini. Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data subjek dan sumber data informan. 1. Sumber data informan Informan adalah sumber data yang berupa orang. Orang yang dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterangan yang diperlukan untuk melengkapi atau memperjelas jawaban dari responden. Dalam penelitian ini informan yang dimaksud kadang juga bertindak sebagai responden. Untuk keabsahan informasi maka tidak cukup bila informasi didapat dari satu informan saja, untuk itu perlu diambil informasi dari beberapa informan yang memahami tentang subyek yang dimaksud. Informan yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pendidikan sebagai fokus penelitian, yaitu Bapak Syamsul Bari S.Pd selaku kepala sekolah SMK Cut Nya’ Dien 67
.Lexi J. Moleong, Metodologi Rosdakarya,1993), cet.IV, hlm.3
Penelitian
29
Kualitatif,
(Bandung:PT.
Remaja
Semarang, Bapak Nur Huda S.Pd.I selaku guru mata pelajaran PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang, dan Bapak Irfani S.Ag selaku guru pemegang pembelajaran tsaqofah sekarang ini. 2. Sumber data subjek Subyek adalah pelaku, sebagai subyek dalam penelitian ini adalah sekolah SMK Cut Nya’ Dien Semarang. Sedangkan data ini bersumber dari keadaan sekolah, peristiwa yang terjadi, dokumen dan bahan-bahan lain yang dapat mendukung dalam penelitian ini.
D. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah mengenai implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
E. Teknik Pengumpulan Data Proses pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini dengan teknik atau cara sebagai berikut: 1. Metode Observasi Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik tehadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan tehadap obyek di tempat kejadian atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang diteliti atau diselidiki.68 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data yang berupa pedoman pengamatan dan observasi partisipasi dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI. Adapun cara yang digunakan adalah mengadakan pengamatan langsung di SMK Cut Nya’ Dien Semarang dengan cara melihat, mendengar dan penginderaan lainnya. Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. Pada penelitian ini penulis mengamati kegiatan penerapan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di kelas dan sarana prasarana sekolah, teknik ini digunakan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran di kelas dan dan letak geografis SMK Cut Nya’ Dien Semarang. 68
.S. Margono, Metodologi Penetian Pendidikan, (Jakarta:PT.Rineka Cipta,2000), cet.II,
hlm.158
30
2. Metode Wawancara (Interview) Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara) Wawancara ini dilakukan untuk menggali data yang berkaitan dengan pelaksanaan model tsaqofah di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. Metode ini digunakan untuk mendukung metode observasi dan dokumentasi dalam menggali data dan meminta pertimbangan serta masukan dari berbagai pihak. Adapun responden yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pendidikan sebagai fokus penelitian, yaitu Bapak Syamsul Bari,S.Pd. selaku kepala sekolah SMK Cut Nya’ Dien Semarang, Bapak Nur Huda S.Pd.I selaku guru mata pelajaran PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang, dan Bapak Irfani, S.Ag. selaku guru pemegang pembelajaran tsaqofah sekarang ini, serta Bapak Muhammad Suparjo, S.Ag. selaku waka kesiswaan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu metode pencarian data dengan cara mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, transkip, dokumen, gambar (foto) dan sebagainya.69 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data pelaksanaan model tsaqofah yang tidak diperoleh dari data-data wawancara atau observasi serta mengabadikannya bisa dalam bentuk gambar foto. Metode ini digunakan untuk melengkapi metode pengumpulan data yang pertama dan kedua. Metode dokumentasi ini berupa foto-foto pelaksanaan model tsaqofah, recording, buku-buku dan lain sebagainya.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data nerupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. 70 Dalam menganalisa data, penulis menggunakan tehnik deskriptif analitik, yaitu 69
. Haidar Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:Gajah Mada Uneversity Press,1998), hlm.133 70
. Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:Rake Saras, 1996), Ed. III,
hlm.104
31
data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumus statistika, namun data tersebut dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan sesuai kenyataan realita yang ada di lapangan. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Uraian pemaparan harus sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkungannya juga sistematik dalam penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan mudah diikuti maknanya.71 Jadi analisis ini peneliti gunakan untuk menganalisa tentang implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
71
. Nana Sudjana,dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung:Sinar Baru, 1989), hlm.197-198
32
BAB IV IMPLEMENTASI MODEL TSAQOFAH DALAM PEMBELAJARAN MULOK PAI DI SMK CUT NYA’ DIEN SEMARANG
A. Gambaran Umum SMK Cut Nya’ Dien Semarang 1. Tinjauan Historis SMK Cut Nya’ Dien beralamatkan di Jl. Wolter Monginsidi No. 99 Kecamatan Genuk berdekatan dengan SMAN 10, MAN 2, SMKN 1, SMA Sultan Agung 2, SMK Kanisius, SMK Thomas Aquino, dan MAS Genuk Kota Semarang. Lokasinya tidak jauh dari Terminal Terboyo sehingga terdapat kemudahan transportasi untuk menuju ke sekolah ini. SMK Cut Nya’ Dien Kota Semarang adalah lembaga pendidikan kejuruan menengah di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al Mukarromah. Yayasan Al Mukarromah sejak tahun pendiriannya sampai sekarang telah mengelola sekolah dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah umum dan kejuruan, dimana setiap jajaran sekolah yang dinaunginya secara umum memiliki kekhasan watak dan warna Islam. Yayasan Pendidikan Islam Al Mukarromah Kota Semarang berdiri tahun 1995 dan disahkan sebagai badan hukum oleh Notaris Mustari Sawilin, SH, pada tanggal 24 Nopember 1995. Pada kesempatan itu, di hadapan notaris Mustari Sawilin, SH disertai oleh keempat orang yang merupakan petinggi dari Yayasan Pendidikan Islam Al Mukarromah, antara lain H. DA. Junus Ismail, Sumiharto Saputro, Ikhsanuddin, dan H. Ashari. Belum berselang satu tahun, SMK Cut Nya’ Dien Kota Semarang telah memperoleh pengesahan dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Empat tahun kemudian, yaitu di tahun 1999/2000 status telah berubah menjadi diakui, dan pada tahun 2004/2005 berstatus terakreditasi A, berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Sekolah Nasional tertanggal 31 Maret 2005. Tanah yang dipakai untuk menyelenggarakan proses pendidikan tersebut adalah tanah wakaf dengan akta notaris tertanggal 28 Maret 1986 dengan akte no.
33
133 tahun 1996. Tanah tersebut ditempati untuk beberapa sarana dengan perincian luas bangunan 1224 m2, luas kebun 2500 m2, luas lapangan olahraga 500 m2, luas tanah kosong 2196 m2 rencana tanah kosong ini akan dibangun gedung baru untuk penambahan kelas pada jurusan tata busana. Bangunan SMK Cut Nya’ Dien menghadap ke utara dan membentuk huruf U. Bangunan tersebut memiliki spesifikasi sebagai dinding tembok, atap dengan genting biasa lengkap dengan ternitnya, lantai terbuat dari keramik dengan warna putih, gedung sekolah berlantai tiga. Saat observasi berlangsung halaman belakang sekolah dalam tahap pembangunan gedung dan lapangan olahraga baru. Pusat kegiatan SMK Cut Nya’ Dien terletak di bangunan berlantai tiganya karena di sinilah proses belajar mengajar berlangsung. Lantai yang pertama terdapat ruang guru, ruang BK, ruang TU, ruang kelas X (TB 1,TB 2,AD),kelas XII(KU1,KU2,TN,TB 1,TB 2), XI(TB) dan laboratorium Tata Busana. Lantai kedua terdapat perpustakaan, ruang kelas XII (AD 1, AD 2), kelas XI (TN,AD1 dan AD2),2 laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa. Lantai ketiga terdapat laboratorium (Akuntansi, Administrasi, dan Manajemen Bisnis), ruang kelas X ( KU 1, KU 2, dan TN), XI(KU 1,dan KU 2). Denah SMK Cut Nya’ Dien secara umum dapat dilihat di lampiran 1.72 2. Visi dan Misi Yayasan Pendidikan Islam Al Mukarromah yang mengelola SMK Cut Nya’ Dien Semarang mempunyai visi mewujudkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk membentuk manusia yang cerdas, terampil, berwawasan luas serta berakhlakul karimah. Untuk mencapai visi tersebut dengan cara mengembangkan sistem pendidikan menengah kejuruan yang daptif, fleksibel, dan berwawasan global, mengembangkan iklim belajar yang berakar pada norma dan nilai budaya bangsa Indonesia yang agamis serta membekali siswa agar berkompetensi dan mampu mengembangkan dirinya dalam era globalisasi. Lebih jelasnya lihat pada daftar lampiran 2. 3. Keadaan Peserta didik, Guru, dan Karyawan 72
Dokumen SMK Cut Nya’ Dien Semarang
34
a. Keadaan Peserta Didik Dari 19 kelas yang ada dengan jumlah siswa sebanyak 622 orang dengan rincian 97 siswa putra dan 525 siswa putri. Kondisi mereka jauh berbeda dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya. Dari sekian banyak karakter siswa yang ada, tampak sekali bahwa sebagian besar dari mereka susah diatur. Meskipun di antara mereka ada yang memiliki prestasi yang menonjol baik dari segi akademis maupun non akademis. Hal tersebut mungkin karena mereka berasal dari latar belakang keluarga yang hampir sama, yaitu dari golongan ekonomi menengah ke bawah, jadi orientasi mereka masuk ke SMK pada akhirnya adalah untuk membantu ekonomi keluarga. Sudah umum bahwa siswa SMK dididik untuk siap kerja setelah lulus. Dan juga kondisi geografis dan lokasi tempat tinggal mereka. Siswa SMK Cut Nya’ sebagian besar bermukim tidak jauh dari sekolah. SMK Cut Nya’ Dien terletak di Semarang Utara. Wilayah yang cukup panas apalagi Genuk maupun Demak merupakan wilayah pesisir. b. Keadaan Guru dan Tenaga Administrasi Guru merupakan salah satu faktor utama dalam kegiatan atau proses belajar mengajar. Apalagi tenaga administrasi yang sangat dibutuhkan oleh sekolah, karena dengan tenaga mereka roda organisasi sekolah akan berjalan lancar. Maka dari itu kompetensi perlu ada dalam diri guru dan tenaga adminitrasi. Guru dan tenaga administrasi yang dimiliki SMK Cut Nya’ Dien sebanyak 38 orang. Terdiri atas 30 orang guru tetap dan tidak tetap serta terdapat 8 orang tenaga administrasi. Daftar guru dan tenaga administrasi dapat dilihat di lampiran no 3. 73 4. Evaluasi Evaluasi merupakan salah satu komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh
73
Dokumen SMK Cut Nya’ Dien Semarang
35
informasi keefektifan proses pembelajaran dan hasil dari kegiatan pembelajaran yan telah di sampaikan.74 Proses evaluasi di SMK Cut Nya’ Dien dilakukan melalui pengamatan secara kontinyu, setiap saat siswa akan melakukan kegiatan belajar untuk dilihat kemampuannya. Misalnya kedisiplinan siswa dalam mengikuti upacara yang diadakan pada setiap awal bulan, kebiasaan siswa untuk berdo’a setiap masuk kelas, dan kediplinan mereka dalam melaksanakan sholat. Selain itu guru juga mengadakan wawancara dengan orang tua akan perilaku anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-hari. Apakah apa yang diajarkan dan dibiasakan di sekolah juga di lakukan di rumah dalam kehidupan mereka sehari-hari atau sama sekali tidak di amalkan dalam kehidupan. B. Materi Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang Kurikulum merupakan seperangkat dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. Kurikulum dipandang program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karenanya, kedudukan kurikulum dalam aktivitas belajar mengajar sangat krusial. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19. Dalam hal ini, SMK Cut Nya’ Dien Semarang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), di mana dalam pelaksanaannya dalam pembelajaran diserasikan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan perkembangan kurikulum di dunia pendidikan kita. KTSP tersebut disusun berdasarkan Standar Kompetensi yang telah ditentukan oleh Departemen pendidikan Nasional, berdasarkan kompetensi guru dan peserta didik dalam mengembangkan ilmu (pelajaran). Adapun deskripsi tentang Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), terkait dengan unsur-unsur pokok dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) tersebut, adalah sebagai berikut75 : 74
Dimyati dan Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.
190.
36
1. Aqidah Aqidah atau keimanan merupakan salah satu unsur wajib dalam kurikulum PAI. Pada tingkat SMK, unsur pokok keimanan, penekanan diberikan pada peningkatkan keimanan kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam Asmaul Husna dan Meningkatkan keimanan kepada Malaikat. Adapun deskripsi tentang materi keimanan dalam pelajaran PAI adalah sebagai berikut: a. Kelas X Pada semester pertama/ganjil materi aqidah lebih kepada pemahaman tentang asma’ul husna mulai dari menjelaskan, memahami dan mempraktikan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna. Pada semester kedua/genap materi aqidah menjelaskan tentang pemahaman untuk mengetahui dan menyakini sifat-sifat malaikat Allah SWT. b. Kelas XI Pada semester pertama/ganjil materi aqidah tentang meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah yaitu menjelaskan tanda –tanda beriman, menjelaskan contohberiman serta menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan seharihari. Semester dua /genap materi aqidah tantang meningkatkan keimanan kepada Kitab-kitab Allah, yaitu ; menampilkan perilaku dan menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitabAllah c. Kelas XII Semester pertama materi aqidah tentang meningkatkan keimanan kepada Hari Akhir yaitu : menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir serta menerapkan hikmah beriman kepada hari akahir. Semester dua/ genap materi aqidah tentang meningkatkan keimanan kepada Qadha’ dan Qadar yaitu : Menjelaskan tandatanda keimanan kepada qadha’ dan qadar dan menerapkan hikmah beriman kepada qadha’ dan qadar. 75
Silabus mata pelajaran PAI SMK Cut Nya’ Dien Semarang kelas X, XI dan XII
37
2. Akhlak Materi aklhak pada kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMK sama dengan yang ada di SMA, ditekankan tidak hanya sebagai sekupulan aturan tentang budi pekerti, akan tetapi akhlak sebagai kepribadian muslim. Oleh karena itu, materi kurikulum selain membicarakan adab, maka yang lebih penting adalah mengenai kualitas kepribadian yaitu sifa-sifat terpuji seperti husnudhon, berperilaku sopan dan sebagainya. a. Kelas X Pada semester pertama/ganjil materi akhlak menerangkan pembiasakan Perilaku terpuji mulai dari pengertian husnuddzon, dan mempraktikkan sifatsifat husnuddzon dalam keseharian. Sedangkan semseter dua/genap materi aklhlak masih pada pembahasan perilaku terpuji dengan materi pengertian adab dalamn berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerrima tamu serta dapat memahami sekaligus mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari. b. Kelas XI Semester pertama membiasakan berperilksu terpuji yaitu mejelaskan pengertian, menampilkan contoh serta membiasakan perilaku bertaubat dan raja’ dalam kehidupan sehari-hari. Semester genap materi ini meningkatkan keimanan kepad kitab-kitab Allah yaitu menampilkann perilaku yang mencerminkan iman kepada kitabkitab Allah serta menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kotab Allah. c. Kelas XII Semester pertama/ganjil materi akhlak tentang membiasakan perilaku terpuji
yaitu
;
menjelaskan
pengertian,
menampilkan
contoh
serta
membiasakan perilaku adil, ridha, dan amal shaleh dalam kehidupan seharihari. Semester dua/genap materi akhlak tentang membiasakan perilaku terpuji dan menghindari perilaku tercela yaitu: menjelaskan pengertian, menampilkan contoh serta membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan dalam kehidupan sehari-hari dan menjelaskan pengertian, menjelaskan contoh
38
serta menghindari perilaku isyraf, tabzir, ghibah, dan fitnah dalam kehidupan sehari-hari. 3. Fikih Fiqih adalah segala aturan yang ditetapkan Allah SWT untuk kepentingan hamba-Nya, yang disampaikan oleh para Nabi dan oleh Nabi kita Muhammad SAW, baik berkenaan dengan perbuatan lahir manusia yang disebut amaliah praktis dan kemudian disusun menjadi ilmu fiqh. Adapun deskripsi tentang materi syari’ah dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sebagai berikut : a. Kelas X Pada semester pertama/ganjil materi fiqih terkait dengan sumber hukum Islam, hukum taklifi, dan hikmah ibadah yaitu tentang pengertian, kedudukan dan fungsi
Al Qur’an, Al Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam, sekaligus memahami dan mempraktikkan dalam kehidupannya. Semester kedua/genap materi fiqih terkait dengan memahami hukum Islam tentang zakat, haji dan wakaf yaitu menjelaskan, mencontohkan dan menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, haji dan wakaf b. Kelas XI Semester pertama/ganjil materi fiqih tentang memahami hokum Islam tentang Mu’amalah yaitu ; menjelaskan asas-asas trnsaksi, memberikan contoh dan menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari. Semester dua/genap materi fiqih tentang memahami khutbah, tabligh dan dakwah yaitu ; menjelaskan pengertian, menjelasakan tata cara dan memperagakan khutbah, tabligh, dan dakwah. c. Kelas XII Semester pertama/ganjil materi fiqih tentang memahami hokum Islam tentang Hukum Keluarga yaitu ; menjelaskan hukum,hikmah dan menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di Indonesia.
39
Semester dua /genap materi fiqih tentang memahami hokum Islam tentang Waris yaitu : memnjelaskan ketentuan-ketentuan dan Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris 4. Al-Qur’an Hadis Al-Qur’an merupakan pedoman hidup dan petunjuk bagi manusia, khususnya umat Islam, dan merupakan sumber hukum Islam yang pertama. Oieh karena itu, al-Qur’an ini perlu dimasukkan sebagai salah satu unsur pokok dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Adapun materi dalam alqur’an sebagaimana berikut : a. Kelas X Pada semester pertama/ganjil materi alqur’an yaitu ; memahami ayatayat Al-Quran tentang keikhlasan dalam beribadah seperti membaca dan menulis QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5 serta mengartikan ayatayat dan menampilkan perilkau ikhlas dalam beribadah. Semester dua/ genap materi alqur’an yaitu ; Memahami ayat-ayat AlQur’an tentang Demokrasi yang meliputi membaca dan menulis QS Ali Imran: 159 dan QS Asy Syura: 38 serta mengartikan ayat-ayat dan menampilkan perilaku hidup demokratis. b. Kelas XI Semester pertama / ganjil materi al qur’an tentang memahami ayatayat
Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan dan perintah menyantuni
kaum dhuafa yaitu terkait dengan membaca menulis,mengartikan serta menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32 dan membaca, menjelaskan artiserta menampilkan perilaku menyantuni kaum du’afa seperti terkandung dalam QS Al-Isra: 26-27 dan QS Al Baqarah: 177. Semester kedua /genap materi al qur’an tentang memahami ayat-ayat Al Qur’an tentang perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup yaitu ; membaca, menjelaskan arti dan membiasakan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup seperti terkandung dalam QS Ar Rum: 41- 42, QS AlA’raf:56-58, dan QS Ash Shad: 27
40
c. Kelas XII Semester pertama /ganjil materi al Qur’an tentang memahami ayatayat al-Qur’an tentang anjuran bertoleransi yaitu : membaca, menulis menjelaskan arti dan membiasakan perilaku bertoleransi seperti terkandung dalam QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29. Semester dua / genap materi al qur’an tentang memahami ayat-ayat al Quran tentang pengembangan IPTEK yaitu ; membaca, menjelaskan arti dan melakukan pengembangan iptek seperti terkandung dalam QS Yunus: 101 dan QS Al-Baqarah: 164 5. Sejarah Kebudayaan Islam Tarikh merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama. Sedangkan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), tarikh merupakan salah satu materi atau unsur pokok dari kurikulum PAI tersebut. Materi tarikh atau sejarah, dimasukkan dalam kurikulum PAI dengan harapan sebagai pemberi petunjuk dan suri tauladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosialnya. Adapun materi tarikh dan kebudayaan islam sebagaimana berikut : a. Kelas X Pada semester pertama/ ganjil dan dua/genap materi tarikh dan kebudayaan islam tentang memahami keteladanan Rasulullah dalam membina umat periode Makkah yaitu ; menceritakan dan mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Makkah b. Kelas XI Semester pertama/ganjil materi tarikh dan kebudayaan islam tentang memahami perkembangan Islam pada abad pertengahan ( 1250 –1800) yaitu ; menjelaskan dan menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad pertengahan. Sedangkan semester dua/genap materi tarikh dan kebudayaan islam tentang memahami perkembangan Islam pada masa modern (1800 – sekarang) yaitu : menjelaskan dan Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam masa modern.
41
c. Kelas XII Semester satu/ganjil materi tarikh dan kebudayaan islam tentang memahami
perkembangan
Islam di
Indonesia
yaitu
:
menjelaskan
menampilkan contoh dan Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di Indonesia. Semester dua/genap materi tarikh dan kebudayaan islam tentang memahami perkembangan Islam di dunia yaitu : menjelaskan, menampilkan contoh dan mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia. Adapun
materi-materi
yang
yang
dikembangkan
dalam
proses
pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang pada kelas X sampai dengan kelas XII adalah mengacu pada kurikulum pembelajaran PAI yaitu sebagai berikut : 1. Aqidah Aqidah atau keimanan merupakan salah satu unsur wajib dalam kurikulum mulok PAI. Unsur pokok keimanan, penekanan diberikan pada peningkatkan keimanan kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam Asmaul Husna dan Meningkatkan keimanan kepada Malaikat. 2. Akhlak Materi akhlak ditekankan tidak hanya sebagai sekumpulan aturan tentang budi pekerti, akan tetapi akhlak sebagai kepribadian muslim. Materi kurikulum selain membicarakan adab, maka yang lebih penting adalah mengenai kualitas kepribadian yaitu sifat-sifat terpuji seperti khusnudhon, berperilaku sopan dan sebagainya. 3. Fikih Fiqih adalah segala aturan yang ditetapkan Allah SWT untuk kepentingan hamba-Nya, yang disampaikan oleh para Nabi dan oleh nabi Muhammad saw, baik berkenaan dengan perbuatan lahir manusia yang disebut amaliah praktis dan kemudian disusun menjadi ilmu fiqh. 4. Alquran Hadis Alquran merupakan pedoman hidup dan petunjuk bagi manusia, khususnya umat Islam, dan merupakan sumber hukum Islam yang pertama.
42
Alquran ini perlu dimasukkan sebagai salah satu unsur pokok dalam bidang mulok PAI.
5. Sejarah Kebudayaan Islam Tarikh merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama. Tarikh merupakan salah satu materi atau unsur pokok dari kurikulum PAI tersebut. Materi tarikh atau sejarah, dimasukkan dalam kurikulum mulok PAI dengan harapan sebagai pemberi petunjuk dan contoh yang baik yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosialnya.76 Lebih jelasnya lihat pada lampiran 4 tentang materi kurikulum mulok PAI. Tujuan dari semua materi yang akan diajarkan ini tidak akan tercapai jika tidak ada model yang sesuai dalam proses pembelajarannya, sehingga pelajaran itu tidak sebatas peyampaian pada peserta didik tapi materi-materi yang diajarkan itu dapat terekam dan di laksanakan dalam kehidupan peserta didik sehari-hari. Perlu adanya model yang sesuai dengan materi yang akan di ajarkan yaitu model tsaqofah. Materi-materi yang dikembangkan diatas untuk materi pokoknya mengacu pada Peraturan Menteri Agama no 2 tahun 2008 yang telah di tentukan, kemudian di buat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Sedangkan untuk materi tambahannya sebagaimana yang telah ada di kurikulum yang telah ditentukan oleh komite sekolah dan guru-guru.77 RPP untuk lebih jelasnya lihat lampiran 5
C. Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang 1. Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI Dalam proses belajar mengajar mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang ini menggunakan model pembelajaran tsaqofah dengan pendekatan pembiasaan. Pembelajaran melalui model tsaqofah ini tidak terbatas pada 76 77
Dokumen SMK Cut Nya’ Dien Semarang Hasil Wawancara dengan Bapak Ngirfani, S.PdI.pada tanggal 7 Februari 2011
43
penyampaian materi, tetapi lebih penting lagi pada daya rekam peserta didik dalam ingatan sehingga materi itu dapat di terapkan dan di lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian para guru dan kepala sekolah senantiasa berusaha semaksimal mungkin melaksanakan kewajiban pendidikan kepada peserta didik mereka,
salah
satunya
berupa
pembelajaran
dengan
pembiasaan
dan
memperbanyak latihan. Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan tersebut merupakan upaya untuk menginternalisasikan nilai-nilai budi pekerti yang baik pada peserta didik Maka disini peserta didik dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara biasa sehingga kegiatan-kegiatan tersebut mampu untuk membawa peserta didik pada kebiasaan-kebiasaan yang positif dalam kehidupan mereka sehari-hari. Adapun kegiatan yang dibiasakan yaitu, membaca bacaan asmaul husna, membaca doa belajar, membaca bacaan syahadat, membaca sholawat nariyyah, membaca doa Syeikh Abdul Qodir Jailani, membaca ayat al-Qur’an beserta artinya serta penjelasan oleh guru mengenai isi kandungan ayat yang telah dibaca. Lebih jelasnya mengenai bacaan-bacaannya lihat pada lampiran 6.
2. Proses Pembelajaran Mulok PAI melalui Model Tsaqofa Proses pembelajaran tsaqofah pada hari Rabu, tanggal 16 Februari 2011 sesuai dengan jadwal mata pelajaran semester genap di SMK Cut Nya’ Dien Semarang tahun 2010/2011 di kelas XII KU2. Pelajaran tsaqofah ini di ampu oleh guru mata pelajaran tsaqofah yaitu bapak Ngirfani, S.PdI dan di ikuti oleh 30 peserta didik yang kebanyakan didominasi peserta didik perempuan. Adapun pelaksanaan pembelajaran tsaqofah dengan kode mata diklat Ts ini dimulai pada jam ke IV yaitu pukul 09.15 WIB dan diakhiri dengan bunyi bel pada pukul 10.00 WIB. Adapun proses kegiatan pembelajarannya adalah : a. Pra Kegiatan Belajar Mengajar Pada pra kegiatan belajar mengajar ini sebelumnya guru mempersiapkan RPP untuk materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini dari rumah. Bentuk RPP untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran. Guru masuk ke kelas XII KU2
44
sambil mengucapkan salam “ Assalamu’alaikum” kemudian guru duduk di kursi yang sudah disediakan sambil membuka buku absen dan menunjuk salah satu peserta didik yang bernama Rizka Mardini yang kebetulan bertugas pada saat itu untuk memimpin pembacaan asmaul husna, kemudian peserta didik yang lain mengikuti membaca asmaul husna bersama-sama sehingga terdenggar alunan syair asmaul husna dibaca dengan merdu. Setelah asmaul husna selesai dibaca dilanjutkan dengan membaca bersama-sama doa belajar kemudian sholawat nariyah, nadhoman doa syeikh Abdul Qodir Jailani serta dilanjutkan dengan membaca ayat Alquran terusannya kemarin yang telah dibaca sebelumnya, yaitu Q.S. Fushshilat/41: 41-42 beserta arti terjemahannya. Kegiatan ini bertujuan agar siswa lancar dan mudah dalam membaca Alquran dan mudah dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Setelah selesai membaca secara bersama-sama semua bacaan dari asmaul husna sampai dengan membaca ayat suci Alquran guru memeriksa kehadiran siswa, serta mengingatkan kembali mengenai materi sebelumnya
mengenai
akhlak
terpuji.
Guru
memotivasi
siswa
untuk
menyampaikan pentingnya akhlak terpuji pada kehidupan sehari-hari. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada hari ini mengenai sikap menghormati dan menghargai agama lain. Alokasi waktu untuk pra kegiatan belajar mengajar 15 menit.78 b. Inti Pembelajaran Pada inti pembelajaran ini berisikan materi tsaqofah yang akan dibahas pada hari ini mengenai membiasakan berperilaku terpuji dalam kehidupan seharihari dalam menyikapi perayaan hari raya umat agama lain. Dengan memadukan metode pembiasaan dikegiatan depan tadi dengan metode diskusi kelompok guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil, maksimal satu kelompok berisikan 5 murid, jadi terbentuklah 6 kelompok dalam kelas XII KU2 itu, masing-masing kelompok menunjuk ketua dan sekretaris untuk menjalankan diskusi pada kelompoknya, kelompok satu diketuai oleh Riska 78
Hasil Observasi tanggal 16 Februari 2011
45
Mardini, kelompok dua diketuai oleh Marini, kelompok tiga diketuai oleh Eko Susilowati, kelompok empat diketuai oleh Siti Khomsatun, sedangkan kelompok terakhir diketuain oleh Novalia. Kemudian guru memberikan soal pada siswa untuk memecahkan masalah mengenai bagaimana cara menyikapi perayaan hari raya agama lain dan perbedaan agama antar suku bangsa secara Indonesia Bineka Tunggal Eka agar tidak terjadi kerusuhan seperti di Temanggung 2010 lalu. Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi. Guru mempersilahkan siswa untuk membuat laporan dalam bentuk mini laporan dan dipresentasikan dihari pertemuan berikutnya. Guru melakukan penilaian pada peserta didik dengan melihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, serta ketepatan untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk mengemukakan pendapat dan kemampuan untuk tanya jawab. Guru melihat sejauh mana hasil yang telah dicapai dalam diskusi apakah siswa mampu mengaplikasikan kedalam kehidupan nyata ataukah hanya mengerti sebatas teori saja. Dari hasil diskusi pada hari ini banyak kelemahannya karena kurangnya buku referensi dan bacaan siswa yang disediakan di perpustakaan SMK Cut Nya’ Dien Semarang membuat siswa kebingungan dalam hal mendiskusikan permasalahannya. Alokasi waktu untuk kegiatan inti pembelajaran ini 20 menit. c. Penutup Guru melakukan klarifikasi, menyempurnakan kesimpulan dari siswa dengan menampilkan dalil Alquran menghormati agama lain diperbolehkan selama tata caranya tidak merubah akidah dan tidak mencampur adukan dengan akidah agama lain, ini sesuai dengan dalil Alquran Q.S.al-Kafirun: 6 Berhubung bel sudah bunyi tepat pada pukul 10.00 pembelajaran tsaqofah ini dicukupkan sampai disini, dengan ditutup oleh bapak Ngirfani, S.PdI dengan kata “kurang lebihnya mohon maaf, wassalamu’alaikum wr.wb” serentak siswa menjawab salam dari bapak Ngirfani, S.PdI.79 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di SMK Cut Nya’ Dien yang di mulai dari pra KBM ( Kegiatan Belajar mengajar ) sampai peserta didik pulang sekolah 79
Hasil Observasi tanggal 16 Februari 2011
46
yang dalam kesehariannya dilakukan dengan biasa dan konsisten inilah yan pada akhirnya sebagai proses pembudayaan Islami pada peserta didik, dan pembudayaan Islami ini dikatakan berhasil dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia dengan melihat beberapa indikator di bawah ini : 1. Perilaku baik peserta didik itu tidak hanya di lakukan di sekolah namun juga di lakukan di rumah. Ini juga yang didapat oleh guru sebagai hasil home visit yang dilakukan pada setiap semester. 2. Peserta didik mampu cepat menghafal do’a-do’a karena do’a–do’a yang diajarkan merupakan do’a sehari-hari yang diucapakan secara beulang-ulang dan terbiasa. 3. Peserta didik mampu melaksanakan sholat sunah dhuha, sholat dhuhur secara berjamaah, serta berpakaian rapi menutup aurat.80 4. Pengaruh hasil pembelajaran di sekolah yang menggunakan pendekatan pembiasaan membawa dampak atau pengaruh yang besar pula ketika anak di rumah, misalnya anak dapat berperilaku sopan santun, mandiri, mudah diarahkan jika di rumah. 81 Dari indikator diatas dapat di lihat bahwa pendekatan pembiasan berhasil dalam menginternalisasikan akhlak mulia pada peserta didik, namun itu semua tidak luput dari sebuah hambatan dalam proses penerapannya. D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang 1. Faktor pendukung dalam implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI Implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang ini dapat terlakasana dengan baik karena adanya faktor pendukung, diantaranya : a. Keluarga (khususnya orang tua) yang ikut berpartisipasi penuh dalam memperhatikan anak untuk selalu melakukan pembiasaan di rumah maupun di sekolah untuk mengimplementasikan pembiasaan yang baik. Keluarga yang 80 81
Hasil Wawancara dengan Bapak Ngirfani, S.PdI.pada tanggal 7 Februari 2011. Hasil Wawancara dengan Bapak Ngirfani, S.PdI.pada tanggal 7 Februari 2011.
47
dimaksud disini adalah keluarga yang membantu pihak sekolah dalam menginternalisasikan proses pembelajaran model tsaqofah mulia dengan pembiasaan ketika anak di rumah. b. Lingkungan. Lingkungan yang baik akan mempengaruhi perilaku yang baik. Misalkan lingkungan yang selalu mengedepankan pendidikan bagi anak sejak dini dengan mengadakan adanya TPA atau TPQ. Rangsangan, motivasi dan juga pemantauan dari guru secara intensif. Misalkan pemantauan guru dalam setiap pelaksanaan kegiatan (ketika Sholat berjama’ah, makan, berdo’a, wudhu’).82 2. Faktor penghambat dalam implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI Selain itu penggunaan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang juga mempunyai beberapa hambatan, yaitu: a. Adanya kesulitan menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa b. Ada kesulitan para siswa dalam mengubah kebiasaan mereka dari pembelajaran yang dulunya hanya sekedar mendengar dan menerima informasi (dengan metode ceramah) menjadi belajar dengan banyak berfikir dan yang dulunya tidak terbiasa menjadi sebuah pembiasaan. c.
Banyak memerlukan sumber-sumber belajar lain, selain buku-buku pegangan pelajaran PAI, yang kadang tidak ada di perpustakaan sekolah sehingga para siswa kadang harus membeli atau meminjam di perpustakaan lain, yang membutuhkan waktu lama dan membutuhkan biaya.
d. Ada diantara para siswa yang kesulitan memahami buku-buku ilmiah yang belum mereka kuasai teori dan wacananya, padahal buku itu merupakan buku penunjang untuk referensi pemecahan masalah.
82
Hasil Wawancara dengan Bapak Ngirfani, S.PdI.pada tanggal 7 Februari 2011.
48
E. Analisis Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang Jika melihat kurikulum PAI sejak tahun 2008 kemarin yang telah berubah dari kurikulum 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka penerapan model tsaqofah sangat mendukung terhadap penguasaan kompetensi siswa dalam pembelajaran bidang studi muatan lokal Pendidikan Agama Islam. Pembelajaran efektif ditandai oleh sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pembelajaran bukan sekedar memorasi dan recall, bukan pula sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos), tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh peserta didik (etos). Pembelajaran
mulok
PAI
melalui
model
tsaqofah
mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam menerapkan di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini berupaya membiasakan peserta didik untuk berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam serta mampu mencapai tujuan pembelajaran. Pesrta didik di SMK Cut Nya’ Dien mampu bersosialisasi kepada masyarakat yang berbeda agama dan dapat memecahkan masalah yang ada dikehidupan mereka serta menerapkan kebiasaan yang baik seperti yang telah diajarkan di sekolah kedalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip KTSP yaitu pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi peserta didik. Lebih dari itu, pembelajaran efektif menekankan pada bagaimana agar peserta didik mampu belajar cara belajar (learning how to learn). Melalui pembiasaan, pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktifitas yang menyenangkan peserta didik tidak merasa terbebani dan bosan dengan materi yang diajarkan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. Tujuan yang diharapkan dari tujuan awal diadakannya tsaqofah yaitu untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis
49
Alquran serta memiliki akhlak dan berbudi pekerti yang baik sesuai perintah ajaran agama Islam, serta memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik dan dibenarkan oleh agama, adat, tradisi maupun negara, sehingga benar-benar tertanam dalam diri peserta didik dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dikemudian hari. Penerapan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien 80% dikatakan berhasil dengan bukti sebagian besar peserta didiknya mampu membaca Alquran dengan baik dan benar serta memiliki budi pekerti yang baik, hormat dan tunduk kepada orang yang lebih tua kalu di sekolahan yaitu guru walau ada sebagian yang belum lancar cara membacanya dan masih bandel juga ada. Di sinilah pentingnya penerapan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. Penerapan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang merupakan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Tsaqofah disebut sebagai alat motivasi ekstrinsik karena secara tidak langsung mampu mendongkrak kebiasaan siswa yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik lagi serta memberikan energi semangat belajar yang didapat dari manfaat bacaan yang mereka baca setiap harinya di sekolah yaitu asmaul husna, doa-doa, dan ayat Alquran yang mereka baca. Alat motivasi ekstrinsik adalah metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang, selain itu untuk menjadikan siswa mahir berkinerja dalam memecahkan masalah dan membiasakan kegiatan yang sesuai ajaran Islam. Telah penulis uraikan pelaksanaan pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah pada pembahasan sebelumnya. Ternyata dalam praktek, model pembelajaran tsaqofah ini kurang dapat sepenuhnya diterapkan secara maksimal seperti yang ditargetkan dalam tujuan pembelajaran. Menurut penulis hal ini dikarenakan penerapan model tsaqofah dalam pembelajaran yang diterapkan dipelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih dalam perjalanan proses yang membutuhkan penyempurnaan. Proses
penerapan
model
tsaqofah
kedalam
pembelajaran
mulok
PAI
membutuhkan penyempurnaan dan perlu ditingkatkan lagi karena melihat
50
penerapannya belum berhasil 100% masih ada sebagian peserta didik yang belum bisa membaca Alquran dan akhlaknya masih kurang baik, hal ini mengingat KTSP baru berlaku secara intensi tahun 2008 kemarin. Persiapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah di SMK Cut Nya’ Dien Semarang guru PAI telah berupaya maksimal. Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah guru sebagai fasilitator harus benar-benar menguasai materi, dalam pembuatan RPP belum menggunakan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Ada beberapa hal yang kurang dikuasai oleh guru, seperti saat siswa menanyakan dalil dan pendapat ulama guru tidak siap, yang terjadi guru lebih mengedepankan argumennya sendiri. Dari hal ini penulis menilai memang guruguru PAI kurang melakukan pengembangan pengetahuannya tentang agama dan kurang mengikuti wacana-wacana aktual. Hal ini jelas menjadikan penerapan model tsaqofah kurang maksimal mencapai tujuan pembelajaran. Hal penting yang perlu diperhatikan guru dalam persiapan adalah siswa agar dapat menguasai materi pelajaran secara komprehensif. Dalam arti siswa benar-benar menguasai, memahami dan mengetahui implementasinya dalam kehidupan, dalam pelaksanaanya penulis rasa belum komprehensif karena tingkat keberhasilannya baru 80% belum mencapai maksimal. Guru perlu mengadakan tindak lanjut penerapan tsaqofah ini apakah sudah diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari peserta didik apa belum. Materi pelajaran agama bukanlah bersifat eksakta yang hanya cukup dihafalkan secara teori, tetapi bersifat amaliyah yang dituntut untuk dilaksanakan dalam kehidupan. Siswa-siswi di SMK Cut Nya’ Dien Semarang sangat heterogen tingkat intelektualitasnya. Ada yang mempunyai penyerapan materi cepat tetapi ada juga yang lamban. Para siswa SMK Cut Nya’ Dien
juga berlatar belakang dari
sekolah-sekolah umum (Sekolah Menengah Pertama), bukan dari madrasah dan pesantren sehingga pengetahuan keagamaan mereka terbatas. Mereka mendapatkan pelajaran agama hanya dari bangku sekolah, guruguru ngaji di musholla/masjid atau dari privat dan orang tua. Pengalaman keagamaan para siswa SMK Cut Nya’ Dien Semarang juga ikut mempengaruhi
51
pembentukan intelektualitas para siswa. Ada siswa yang lingkungan sosial dan keluarganya memperhatikan pendidikan dan perilaku keagamaan mereka, tetapi juga ada siswa yang lingkungan sosial dan keluarganya memang kurang memperhatikan pendidikan dan perilaku keagamaan mereka. Kondisi intelektualitas para siswa masih dikategorikan belum matang, sebagaimana intelektualitas remaja umumnya, mereka masih dalam proses belajar agama. Tetapi para siswa mempunyai antusias dalam mengikuti pembelajaran PAI sehingga dari pihak sekolah menambahkan mata pelajaran mulok PAI untuk menambah ilmu pengetahuan tentang agama kepada siswa. Mereka juga mempunyai
pemikiran-pemikiran
yang
kritis
terhadap
masalah-masalah
keagamaan. Hal ini dilihat dari indikasi banyaknya siswa yang aktif bertanya pada guru untuk mengetahui jawaban masalah mereka sehari-hari dalam permasalahan keagamaan. Kesiapan guru juga sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran mulok PAI. Guru di SMK Cut Nya’ Dien mempunyai pengalaman keagamaan yang baik untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, karena guru PAI telah sesuai dengan profesinya, yaitu Sarjana Pendidikan Agama Islam dari lulusanFakultas Tarbiyah. Ada beberapa hal yang perlu analisis dalam praktek pelaksanaan pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah ini diantaranya sebagai berikut : a. Menentukan masalah Hal ini sangat penting, karena dengan menentukan dan penjelasan ini siswa akan tahu batas-batas masalah yang harus didiskusikan sehingga tidak keluar dari tema, hal ini juga penting untuk mengefektifkan alokasi waktu. Menentukan masalah memang tidak mudah jika melihat keragaman intelektualitas siswa. Tidak semua siswa mampu menangkap masalah dengan benar. Jika ada masalah aktual kadang terlalu sulit untuk dipahami intelektualitas siswa setingkat SMK, sehingga guru harus hati-hati dan banyak berperan. Makna aktual dalam penentuan masalah model tsaqofah menurut penulis tidak mesti masalah tersebut sifatnya baru, tetapi bisa masalah lama
52
tetapi masalah tersebut masih berkembang dimasyarakat dan masih bisa dijadikan bahasan tematik misalnya masalah tahlilan, ziarah kubur, dan tradisi menjelang puasa. Hal ini melihat tujuan penerapan tsaqofah tidak bermaksud mencari jawaban hukum seperti ijtihad yang dilakukan ahli fiqh, tetapi bersifat melatih, membiasakan, dan membudayakan serta mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan analitis bagi siswa dalam menghadapi situasi dan masalah, mampu menyikapi dengan mengambil manfaat yang positif dari masalah tersebut tanpa keluar dari koridor agama. b. Sumber belajar Suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik guru maupun oleh peserta didik. Kurikulum KTSP guru tidak lagi berperan sebagai aktor atau aktris utama dalam kelas dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar. Peserta didik juga dituntut tidak hanya mengandalkan diri sendiri dari apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang dibutuhkan. Sumber belajar yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) Manusia, dalam hal ini guru. Kesiapan guru PAI sangat berpengaruh dalam pelaksanaan dalam pembelajaran mulok PAI. Guru di SMK Cut Nya’ Dien Semarang
mempunyai
pengalaman
keagamaan
yang
baik
untuk
melaksanakan pembelajaran tersebut, karena guru PAI telah sesuai dengan profesinya yaitu sarjana pendidikan Islam lulusan dari Fakultas Tarbiyah. 2) Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran yang baik bersifat khusus seperti film pendidikan, peta, buku, dan sebagainya maupun bahan yang bersifat umum seperti film keluarga berencana bisa dimanfaatkan untuk kepentingan belajar. Pelaksanaan pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah di SMK Cut Nya’ Dien Semarang secara kualitas buku-buku yang dipakai dalam pembelajaran sudah memadai. Hal ini dibuktikan dengan pemakaian
53
buku-buku ilmiah sebagai referensi di luar buku panduan. Namun bila ditinjau dari segi kuantitasnya buku-buku tersebut masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan jumlah siswa. 3) Lingkungan, yaitu ruang dan tempat dimana sumber-sumber dapat berinteraksi dengan peserta didik, misalnya perpustakaan, ruangkelas, laboratorium dan lain-lain. Di samping itu ada pula ruang dan tempat yang tidak merupakan tempat belajar namun dapa tdimanfaatkan seperti tempat beribadah (mussolla). Pelaksanaan pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang telah aktif menggunakan sumber belajar tersebut. 4) Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi atau memainkan sumber-sumber lain. Alat dan peralatan untuk produksi misalnya, kamera untuk produksi foto dan tape recorder untuk rekaman. Alat dan peralatan yang digunakan untuk memainkan sumber lain misalnya, proyektor film, pesawat TV, radio dan lain-lain. Pelaksanaan pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah, alatalat
tersebut
bisa
digunakan
sesuai
dengan
kebutuhan,
dalam
pelaksanaannya di SMK Cut Nya’ Dien Semarang alat dan peralatan tersebut belum digunakan. Fasilitas yang dimiliki SMK Cut Nya’ Dien Semarang sendiri sebenarnya dikategorikan lengkap, namun guru PAI belum kreatif dalam penggunaan fasilitas yang dimiliki sekolah sebagai sumber belajar dengan bukti banyak guru yang belum bisa atau belum tau bagaimana cara mengoperasionalkan LCD proyektor atau laptop. Guru PAI hendaknya belajar lebih kreatif menggunakan fasilitas yang dimiliki sekolah sebagai sumber belajar. Prinsip pembelajaran bahwa apa yang ada di lingkungan sekolah dan sekelilingnya bisa menjadi sumber belajar dan alat belajar. c. Guru Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pembelajaran. Untuk memenuhi tuntutan guru yang berkualitas diperlukan berbagai kemampuan mengajar, salah satunya adalah pengelolaan kelas.
54
Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam pembelajaran. Di samping itu, dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan
berhasil
apabila
pembelajaran
yang
diberikannya
mampu
menjadikan perubahan perilaku pada sebagian besar peserta didik ke arah yang lebih baik. Pembelajaran mulok PAI melalui model trsaqofah dapat melibatkan siswa secara aktif. Karena model ini berupaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Selain itu model ini melatih siswa untuk membiasakan hal-hal yang baik yang diajarkan dalam ajaran Islam serta siswa terbiasa berdiskusi mengenai hal-hal yang baru untuk memecahkan masalah kehidupan dan bekerja sama. Guru PAI juga mempunyai antusias dan bergairah terhadap bahan, kelasnya dan seluruh pengajarannya. Selain itu juga mempunyai kemampuan berbicara dengan jelas dan komunikatif. d. Evaluasi Evaluasi atau penilaian merupakan upaya untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sistem evaluasi yang tidak hanya pada ranah kognitif, akan tetapi pada afektif dan psikomotorik yaitu melalui sikap dan perbuatan siswa. Dengan seringnya guru melakukan evaluasi setelah melakukan pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah dengan mengunakan metode problem solving guru dapat melihat kelebihan dan kekurangan siswa. Hal ini dapat dilihat saat guru memberikan solusi atas beberapa keluhan dan kesulitan siswa dalam pembelajaran PAI. Guru juga memahami tingkat kecerdasan siswanya, karena saat pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah selesai guru senantiasa melakukan post tes dan pre test dipertemuan berikutnya. Dari analisa di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok
55
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Model ini melibatkan siswa secara aktif dan merangsang kemampuan berpikir siswa.
F. Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Mulok PAI Melalui Model Tsaqofah Telah penulis sebutkan dipembahasan sebelumnya, bahwa diantara hambatan dalam pembelajaran mulok PAI adalah: 1. Adanya kesulitan menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa 2. Ada kesulitan para siswa dalam mengubah kebiasaan mereka dari pembelajaran yang dulunya hanya sekedar mendengar dan menerima informasi (dengan metode ceramah) menjadi belajar dengan banyak berpikir dan yang dulunya tidak terbiasa menjadi sebuah pembiasaan. 3. Banyak memerlukan sumber-sumber belajar lain, selain buku-buku pegangan pelajaran PAI, yang kadang tidak ada di perpustakaan sekolah sehingga para siswa kadang harus membeli atau meminjam di perpustakaan lain, yang membutuhkan waktu lama dan membutuhkan biaya. 4. Ada diantara para siswa yang kesulitan memahami buku-buku ilmiah yang belum mereka kuasai teori dan wacananya, padahal buku itu merupakan buku penunjang untuk referensi pemecahan masalah.83 Dari beberapa kekurangan tersebut di atas maka semestinya guru mengambil beberapa langkah yang memberikan solusi. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah: 1. Guru hendaknya menetapkan beberapa referensi yang mudah dimengerti oleh siswa dan mudah mendapatkannya, 2. Guru membantu siswa dalam menentukan masalah 3. Pembelajaran hendaknya lebih diefektifkan, dengan persiapan yang matang dan alokasi waktu yang tepat. 83
Hasil Wawancara dengan Bapak Ngirfani, S.PdI.pada tanggal 7 Februari 2011.
56
4. Sekolah hendaknya mengembangkan perpustakaan dengan lebih memberi tambahan buku-buku referensi penunjang, tidak hanya buku pelajaran. 5. Guru semestinya lebih banyak membaca dan mengembangkan materi PAI yang relevan dengan kehidupan. 6. Guru seharusnya menambah pengalaman tentang PAI melalui media media dan konsultasi tentang permasalahan yang dihadapi siswa dengan orang yang berkompeten di bidangnya (ulama atau cendekiawan muslim). Mengatasi hambatan pembelajaran mulok PAI diharapkan pembelajaran lebih lancar dan efektif serta efisien. Selain itu Pelaksanaan pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah juga mempunyai beberapa aspek positif. 1. Dengan model tsaqofah akan menjadikan siswa terbiasa dengan pembiasaan yang baik sesuai dengan ajaran Islam serta menghadapi dan memecahkan masalah secara trampil bila menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari, dalam menghadapi masalah sosial dan keagamaan, baik dalam keluarga dan masyarakat. Pembelajaran untuk menghadapi masalah tersebut merupakan hal yang sangat berguna bagi kehidupannya. 2. Metode ini dapat membuat pendidikan agama Islam di sekolah lebih relevan dengan kehidupan. Melihat permasalahan-permasalahan keagamaan dalam perkembangan zaman yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari terus bermunculan. Dengan penerapan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI maka siswa diharapkan mampu menjawab permasalahan-permasalahan tersebut. 3. Metode
ini
dapat
merangsang
siswa
mengembangkan
kemampuan
membiasakan, berpikir secara kreatif, menyeluruh dan demokratis, karena siswa membiasakan serta mempraktekkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari serta menyoroti permasalahan dari berbagai segi pendapat dan kejadian dalam rangka mencari pemecahannya. 4. Metode ini dapat memupuk keimanan dan ketaqwaan serta menumbuhkan rasa tanggung jawab pada peserta didik
57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian-uraian bab-bab sebelumnya dapat penulis tarik beberapa kesimpulan, diantaranya: 1. Implementasi pendekatan pembiasaan mapel tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang Dimana implementasi pendekatan pembiasaan itu dilakukan secara terus menerus dan konsisten setiap hari dan di mulai dari peserta didik masuk sekolah sampai peserta didik pulang sekolah. Dan pendekatan ini sangat sesuai untuk bentuk pembelajaran budaya Islami pada peserta didik, karena pada usia ini peserta didik mempunyai sifat yang mudah meniru dan pembentukan jati yang sebenarnya. Dengan melalui pembudayaan Islami ini akhlak peserta didik di SMK Cut Nya’ Dien sudah mulai tertata sesuai dengan tujuan, visi, dan misi dari sekolah tersebut. 2. Kelebihan dan kekurangan dari implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang Sebagai suatu model pembelajaran, model tsaqofah ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran tsaqofah ini adalah : d. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik. e. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tapi juga berhubungan dengan aspek batiniyah. f. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Sedangkan kelemahan dalam metode pembiasaan adalah : c. Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan contoh panutan yang baik bagi anak didik.
58
d. Membutuhkan pendidik yang dapat mengaplikasikan antar teori pembiasaan dengan kenyataan-kenyataan atau praktek nilai-nilai yang disampaikan.84
B. Saran-Saran Dari ringkasan temuan serta kesimpulan dari peneliti dan dengan segala kerendahan hati, penulis akan mengajukan beberpa saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan. Adapun saran-saran tersebut adalah : 1. Pihak sekolah baik kepala sekolah, pendidik, pegawai, karyawan harus bisa menjadi teladan bagi peserta didik dalam tindak lakunya, khususnya saat di lingkungan sekolah, dan bisa menjadi orang tua sekaligus sahabat bagi peserta didik. 2. Pihak sekolah (kepala sekolah, guru, pegawai dan karyawan) harus menjalin komunikasi yang intens dengan keluarga peserta didik baik secara formal maupun non formal. 3. Bagi guru pengampu mata pelajaran mulok PAI hendaknya menguasai berbagai metode mengajar, sehingga materi akan mudah di pahami anak.
C. Kata Penutup Demikianlah akhir dari tulisan ini dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah penulis memohon kepada Allah SWT. Mudah-mudahan tulisan ini memberikan manfaat dan konstribusi positif bagi penulis maupun siapa saja yang mau memetik ilmu maupun pengalaman dari penulisan skripsi ini. “Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Teriring do’a semoga setiap langkah kita dalm setiap perbuatan selalu menuntun ke jalannya dan selalu mendapatkan ridhoNya. Amin.
84
Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung : Angkasa Offset, 1990),
hlm. 160.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Imam Mu’min Sa’addudin, Al_Akhlaqi Fil Islam, terj. Dadang Sobar Ali, Meneladani Akhlak Nabi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006, Cet. I. Abdul, Muhammad Salam dan Abdul Sani, Musnad Ahmad Bin Hambal, Juz IV, Beirut: Dar al -Alamiah, 142 H. Al-rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Histories, Teoritis dan Praktis, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat : Ciputat Press, 2005. Arief , Armai Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, Cet. I, hlm. 110. An-Nahlawi, Abdurrahman, “Ushulut Tarbiyatul Isamiyah wa Asalibuha”, terj. Herry Noer Ali, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung : CV. Diponegoro, 1989. Badan Standar Nasional Pendidikan 2006, Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah .2006. Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Budiningsih, AsriBelajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Burhanuddin, Tamyis, Akhlak Pesantren, Yogyakarta : Ittaqa Press, 2001. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008. Constantine K Zurayk, The Refinement Of Characte, Beirut : American University, tth D Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al Ma’arif, 1999), Cet. V. D. Sudjana S, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production, 2001. Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
60
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005. Frederick J. McDonald, Educational Psychology, San Francisco : Wads Worth Publishing Company, 1959 God Frey Thomson, A Modern Philosophy of Education, London: 1957 Gulo, W, Stategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grasindo,2002. Hamid, Abu Muhammad Al Ghazali, Ihya’ Ulum Ad-Din, Beirut : Dar Al-Kutub, 1989, Jilid II Ismail, SM, Stratesgi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: RaSAIL, 2008, Cet,I.
Lisnawaty Simanjuntak, dkk, Metode Mengajar Matematika, Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Margono, Metodologi Penetian Pendidikan, Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2000, Cet.II. Malik Ibn Anas, Al-Muwatta’, Beirut: Ifa’ Jadidah, t.th. Ma’ruf, Farid, Etika Ilmu Akhlak, Jakarta : Bulan Bintang, 1995. Miarso, Yusuf hadi Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2004. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1993, Cet.IV. Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Saras, 1996, edisi III. Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, Bandung: Nuansa 2003. Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekat Baru, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000, Cet. V. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Misaka Galiza, 2003, Cet II. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003, Cet. III. Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al- Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya : Pustaka Progressif, 1997, edisi II. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 Nasih, Abdullah, Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar, diterjemahkan oleh Ahmad Masykur Hakim, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 1992, Cet.I, Nawawi, Haidar, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press,1998. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 1995,Cet. I,
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 2005 Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
61
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, Cet.3. Siregar, Marasuddin, “Pengelolaan Pengajaran : Suatu Dinamika Profesi Keguruan”, dalam Chabib Thoha (eds.), PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998 Suardi, Edi, Pedagogik 2, Bandung : Angkasa,2005, Cet.2.
Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensinndo, 1996 Sudjana, Nana, dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:Sinar Baru, 1989.
Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, Bandung : Angkasa Offset, 1990 Supriyono, Agus, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet. 2 Sukmadinata, Nana Syayodih, (2000), Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, Bandung, Remaja Rosda Karya. Soenarjo, (eds.), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Intermasa ,1985. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 1992, Cet. I, Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, Semarang : RaSAIL, 2007. Cet I. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,2005, Cet.III. Thoha, Chabib Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta:Prestasi Pustaka:2007 Warsita, Bambang Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 Winkel,W.S, Psychology Pengajaran, Jakarta : PT.Gramedia, 1989. Cet.II. Yunus, Mahmud, Kamus Arab – Indonesia, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsiran Al-Qur’an, 1972. Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Antara Teori dan Praktek, Jakarta : PT.Bumi Aksara,2006, Cet.I,
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Solo : Ramdhani, 1993
62
PEDOMAN OBSERVASI
Hari/Tanggal
:
Kelas
:
Guru Pamong
:
A. Kegiatan pembukaan pembelajaran atau persiapan
No
Kategori / Sifat
Probabilitas
Check List
Kegiatan 1.
a. Dipimpin
Pembiasaan
siswa
untuk
memulai
berdoa bersama /
membaca doa-doa sesuai dengan buku
Harian
panduan nuansa Islami b. Siswa membaca doa bersama-sama c. Ada beberapa siswa yang sudah hafal bacaan doa tanpa melihat buku panduan d. Ada siswa yang tidak mau membaca dan berdoa bersama e. …………………………
2.
rutin a. Peserta didik Membaca asmaul husna
Kegiatan harian
sebelum b. Peserta didik Membaca doa belajar
materi sampaikan/ Harian
di c. Peserta didik Membaca nadhoman doa syaih Abdul Qodir Jailani d. Peserta didik Membaca syahadat e. Peserta
didik
Membaca
nariyyah f. …………………………… ……………………………
63
sholawat
Alasan
B. Pelaksanaan Kurikulum Pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang
No
Kategori
1.
Metode
2.
Probabilitas yang
Check List
a. Metode ceramah
digunakan dalam
b. Metode cerita
penyampaian
c. Metode demonstrasi
materi
d. Metode pembiasaan
pembelajaran
e. Metode problem solving
mulok PAI
f.
Materi
………….............................
yang a. Pendidikan keimanan
diberikan
b. Pendidikan ibadah c. Pendidikan akhlak d. Pendidikan
sejarah
kebudayaan
Islam e. Pendidikan Alquran hadis f.
3
…………………………..
a. Menunjukkan akhlak yang baik
Reformasi
di b. Memakai
pendidikan
pakaian
sopan
dan
menutup aurat
dalam kelas
c. Mampu
menyampaikan
materi
dengan baik 4.
a. Siswa mampu memahami materi
Kesesuaian metode
dengan
materi
dengan metode yang digunakan
yang b. Sebagian siswa mampu memahami
disampaikan
materi
dengan
metode
yang
digunakan c. Keseluruhan
anak
kesulitan
memahami materi dengan metode yang digunakan
5.
Evaluasi KBM
a. Portofolio b. Pekerjaan rumah c. Prilaku keseharian
64
Alasan
6
a. Membaca doa-doa sesuai dengan
Bentuk
buku panduan nuansa Islami
Pembiasaan harian
yang
lakukan
di
di b. Sholat dhuhur berjamah luar c. Sholat fardhu 5 waktu dan d. Sholat dhuha
pelajaran
kehidupan sehari- e. Sholat sunnah f.
hari
Bersalaman dengan guru ketika masuk dan pulang sekolah
a. Refleksi keagamaan bersama guru SMK Cut Nya’ Dien
Bentuk
b. Mujahadah
pembiasaan
dari
rumah-rumah
yang
ketua yayasan, guru dan tenaga
dilakukan di luar
pendidikan SMK Cut Nya’ Dien
jam sekolah
Semarang
mingguan
a. Pengajian seluruh civitas SMK Cut Nya’ Dien Semarang
Bentuk
b. Mujahadah dari rumah kerumah
pembiasaan bulanan
yang
para siswa
dilakukan di luar jam
pelajaran
tsaqofah.
65
Pedoman Wawancara UMUM 1. Bagaimanakah sejarah dan perkembangan SMK Cut Nya’ Dien Semarang? 2. Siapakah pendiri SMK Cut Nya’ Dien Semarang? 3. Apa tujuan didirikan SMK Cut Nya’ Dien Semarang serta apa visi dan misi SMK ni? 4. Bagaimanakah keadaan guru, karyawan, dan siswa di SMK Cut Nya’ Dien Semarang? 5. Dimanakah letak SMK Cut Nya’ Dien Semarang? KHUSUS 1. Bagaimana kurikulum secara umum di SMK Cut Nya’ Dien Semarang? 2. Bagaimana proses perencanaan kegiatan tsaqofah di SMK Cut Nya’ Dien Semarang? 3. Apa tujuan diadakannya kegiatan tsaqofah di SMK Cut Nya’ Dien Semarang? 4. Apa saja materi yang disampaikan dari kegiatan tsaqofah di SMK Cut Nya’ Dien Semarang? 5. Bagaimana proses penyampaian materi mulok PAI melalui kegiatan tsaqofah? 6. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI?
66
RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Ida Asmara
2. Tempat & Tgl Lahir
: Semarang, 06 Juli 1988
3. NIM
: 073111080
4. Alamat Rumah
: JL.Kiwongsokusumo RT 02 RW IX
Genuksari Genuk Semarang Jawa Tengah 50117 HP
: 085290690977
E-mail
:
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal a. TK Pertiwi V Genuk Semarang 1993/1995 b. SD Negeri Genuksari 02 Semarang 1995 / 2001 c. SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta 2001/2004 d. Madrasah Aliyah Negeri II Yogyakarta 2004/2007 e. IAIN Walisongo Semarang 2007/2011 2. Pendidikan Non Formal a. TPQ Miftahul Ulum Semarang 1995/1997 b. Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta 2001/2006
Semarang, 13 Juni 2011
Ida Asmara NIM
67
: 073111080