IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT HARAPAN BUNDA PEDURUNGAN SEMARANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
AINUN NI’MAH 3104298
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009
i
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl.. Prof.. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295 Fax. 7615387 Semarang 50185
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal
Tanda Tangan
Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M.A _____________ Pembimbing I
_______________
Fakrur Rozi, M. Ag. Pembimbing II
_______________
_____________
ii
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl.. Prof.. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295 Fax. 7615387 Semarang 50185
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal
Tanda Tangan
Syamsul Ma’arif, M. Ag. Ketua
_____________
_______________
Nadhifah, M.SI Sekretaris
_____________
_______________
Dra. Muntholi’ah, M. Pd. Penguji I
_____________
_______________
Drs. Sjid Iskandar Penguji II
_____________
_______________
iii
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 5 Januari 2009 Deklarator,
Ainun Ni’mah 3104298
iv
ABSTRAKSI Ainun Ni’mah (NIM. 3104298), Implementasi Metode Pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. Skripsi, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008. Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui bagaimana implementasi metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. Skripsi ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Subjek penelitian ini yaitu Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Harapan Bunda Pedurungan Semarang. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu data yang telah terkumpul sebagaimana adanya disusun, diinterpretasikan kemudian dianalisis, untuk selanjutnya diambil kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dalam implementasi metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam dinilai sangat tepat, karena dalam implementasi metode pembiasaan siswa dibiasakan untuk berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam serta mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan benar. Implementasi metode pembiasaan sangat tepat diterapkan pada siswa usia Sekolah Dasar, karena pada usia ini siswa tumbuh dan berkembang menjadi mumayyiz (bisa membedakan), mulai bisa menalar, memahami, dan mengetahui, sementara fitrahnya masih tetap suci dan beban pikirannya belum seberat beban pikiran yang menggelayuti kaum remaja dan orang dewasa. Oleh karena itu, pembiasaan yang baik perlu diterapkan agar kelak bisa menjadi kebiasaannya di waktu dewasa. Implementasi metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang meliputi: pembiasaan dalam akhlak, pembiasaan dalam ibadah dan pembiasaan dalam akidah. Pembiasaan ini selain diterapkan di sekolah juga diterapkan di rumah. Hal ini dilakukan dengan menjalin hubungan kerja sama yang intens antara pihak sekolah dengan orang tua peserta didik untuk mengontrol kegiatan peserta didik sehari-hari. Implementasi metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang sudah sangat baik, namun masih perlu ditingkatkan guna memperbaiki kekurangan yang ada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
v
MOTTO
1
ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َ ب َ ﻲ ٍء ﺷَﺎ ْ ﺷ َ ﻋﻠَﻰ َ ﺐ ﺷ ﱠ َ ﻦ ْ َﻣ
“Barangsiapa yang waktu mudanya membiasakan sesuatu,maka hal itu akan menjadi kebiasaannya pula di waktu tua.”
.9 . ﺹ، ﺑﺎﺏ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﻭﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ، ﻣﻮﺳﻮﻋﺔ ﺍﳋﻄﺐ ﻭﺍﻟﺪﺭﻭﺱ، ﺍﳌﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ1
vi
PERSEMBAHAN Dengan ketulusan dan keikhlasan hati yang dalam, skripsi sederhana ini penulis persembahkan kepada: 1. Orang tua (Bpk. H. Ali Mansur dan Ibu Hj. Askanah) yang tidak henti-hentinya mendoakan pada setiap waktu, yang telah mendidik dan membimbing dengan penuh perhatian, kasih sayang dan cinta. Kalian adalah motivasi terbesar dalam hidup. Penulis bangga menjadi puteri kalian. Semoga Allah swt selalu menyayangi kalian sebagaimana kalian menyayangi kami sewaktu kecil. 2. Kakak-kakak tercinta (Mas Zen dan Mbak Nung, Mas Ton dan Mbak Zazah, Mas Hamdan dan Mbak Atik, Mas Abid dan Mbak Nia, serta Mas Oma dan Mbak Nia) yang telah banyak membantu dan memotivasi untuk berjuang, terima kasih atas doa, perhatian dan kasih sayang yang telah kalian berikan. Semoga Allah swt membalas ketulusan kalian. 3. My Twin yang selalu ada dalam segala hal, baik suka maupun duka. Terima kasih untuk motivasi, kesabaran serta kasih sayang yang telah kau berikan. Kebersamaan kita adalah karunia terbesar dari-Nya, tiada yang lebih indah dari itu. Semoga Allah swt selalu mendengar doa kita. 4. Seluruh pihak yang telah banyak membantu, mendoakan dan memotivasi penulis sehingga terselesaikan skripsi ini, terima kasih. Semoga Allah membalasnya, amin.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, nikmat dan hidayah-Nya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu agama yang bisa menjadi bekal hidup di dunia dan akhirat. Suatu kebahagiaan, jika suatu tugas dapat selesai dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini bukanlah hal yang mudah dan ringan. Penulis sadar banyak sekali hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam proses penyusunan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Kalaupun skripsi ini terselesaikan, itu tiada lain karena bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M. Ed., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Prof. Dr. H. Djamaluddin Darwis, M.A. dan Fakrur Rozi, M. Ag., selaku pembimbing, serta Drs. H. Hasmi Hashona selaku wali studi. Terima kasih atas doa, motivasi, saran, arahan dan bimbingan, serta keikhlasan dan kebijaksanaannya dalam meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 3. Guru-guruku dari TK hingga MA serta para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah mengabdikan diri untuk sebuah pendidikan dan pengajaran. Terima kasih karena jasa kalianlah dunia ini tetap bercahaya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
viii
4. Bapak H. Ali Manshur dan Ibu Hj. Askanah selaku orang tua penulis yang telah membimbing, mendidik, memotivasi dan mendoakan selalu, serta telah banyak berkorban demi keberhasilan dan kesuksesan penulis. 5. Kakak-kakakku yang selalu menasihati, memotivasi, menyayangi, mendoakan, serta banyak membantu penulis selama ini. 6. Semua teman-temanku yang selalu membantu, memberikan motivasi, dan menemani penulis untuk belajar bersama. Semoga ilmu yang kita dapat bermanfaat. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Dengan ucapan alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, 5 Januari 2009 Penulis,
Ainun Ni’mah 3104298
ix
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ............................................................................................................. i PERSETUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii PENGESAHAN PENGUJI.............................................................................. iii DEKLARASI ................................................................................................... iv ABSTRAKSI ................................................................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1 B. Penegasan Istilah ....................................................................... 4 C. Rumusan Masalah ....................................................................... 5 D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6 F. Kajian Pustaka
....................................................................... 6
G. Metode Penelitian ....................................................................... 8 BAB II
METODE PEMBIASAAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Metode Pembiasaan..................................................................... 12 1. Pengertian Metode Pembiasaan ................................................ 12 2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan ..................................... 14 3. Bentuk-Bentuk Pembiasaan ...................................................... 17 4. Langkah-Langkah Metode Pembiasaan .................................... 18 5. Faktor-faktor Metode Pembiasaan ............................................ 21 6. Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembiasaan...................... 23 B. Pendidikan Agama Islam............................................................. 25 1. Pengertian PAI ....................................................................... 25 2. Dasar dan Tujuan PAI............................................................... 25
x
3. Materi PAI ............................................................................... 32 C. Metode Pembiasaan dalam Pendidikan Agama Islam................. 34 BAB III IMPLEMENTASI
METODE
PEMBIASAAN
DALAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT HARAPAN BUNDA PEDURUNGAN SEMARANG A. Gambaran Umum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 38 1. Latar
Belakang
Berdirinya
SDIT
Harapan
Bunda
Pedurungan Semarang........................................................... 38 2. Tinjauan Geografis................................................................ 40 3. Struktur Organisasi SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang............................................................................... 40 4. Visi dan Misi
..................................................................... 41
5. Tujuan dan Target Pendidikan .............................................. 42 6. Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang .... 45 7. Keadaan Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Siswa ........... 48 8. Keadaan Sarana dan Prasarana.............................................. 49 B. Pendidikan
Agama
Islam
di
SDIT
Harapan
Bunda
Pedurungan Semarang ............................................................... 50 1. Ruang Lingkup ..................................................................... 50 2. Deskripsi mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang....................... 51 C. Implementasi Metode Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang ....................... 58 1. Dasar Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang ................................ 58 2. Tujuan Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang ................................ 59 3. Materi Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang ................................ 59 4. Pelaksanaan Metode Pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang ........ 60
xi
5. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Pembiasaan
Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang .......................................................... 67 BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT HARAPAN BUNDA PEDURUNGAN SEMARANG A. Analisis Pelaksanaan Metode Pembiasaan PAI di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang.................................... 71 1. Pembiasaan dalam Akhlak................................................... 72 2. Pembiasaan dalam Ibadah..................................................... 77 3. Pembiasaan dalam Akidah (Keimanan)................................ 83 B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pembiasaan Pendidikan
Agama
Islam
di
SDIT
Harapan
Bunda
Pedurungan Semarang ............................................................... 84 1. Faktor Pendukung ................................................................ 85 2. Faktor Penghambat .............................................................. 88 BAB V
PENUTUP A. Simpulan.................................................................................... 90 B. Saran-Saran ............................................................................... 91 C. Penutup...................................................................................... 92
DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan potensi manusia yang beriman. Hal itu sesuai dengan UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 yang mengatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1 Tujuan untuk mengembangkan peserta didik dapat dilakukan melalui proses pendidikan, salah satunya dilakukan melalui sekolah. Sekolah adalah suatu lembaga yang menjalankan proses pendidikan dengan memberikan pengajaran kepada siswa-siswanya.2 Usaha pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan pendidikan dalam keluarga. Sekolah juga merupakan lembaga di mana terjadi proses sosialisasi kedua setelah keluarga sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya dan diselenggarakan secara formal.3 Belajar di sekolah menjadi pola umum kehidupan warga masyarakat di Indonesia. Dewasa ini, keinginan hidup lebih baik telah dimiliki oleh warga masyarakat. Belajar telah dijadikan alat hidup, wajib belajar 9 tahun merupakan kebutuhan hidup. Oleh karena itu, warga masyarakat mendambakan agar anak-anaknya memperoleh tempat belajar di sekolah yang baik.4
1 Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 39. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2002), hlm. 46. 3 Burhanudin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), (Jakarta: Rinneka Cipta, 2000), hlm. 15. 4 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rinneka Cipta, 1999), hlm. 106.
1
2
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara melalui proses belajar-mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar-mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.5 Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran, khususnya Pendidikan Agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, fungsi metode pembelajaran tidak bisa diabaikan, karena metode pembelajaran turut menentukan berhasil dan tidaknya suatu proses belajar-mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem pembelajaran.6 Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsurunsur positif pada pertumbuhan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama.7 Pembiasaan merupakan proses pendidikan. Ketika suatu praktik sudah terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan ini maka akan menjadi habit bagi yang melakukannya, kemudian akan menjadi ketagihan dan pada waktunya menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Di sinilah pentingnya pembiasaan dalam proses pendidikan8 Sehubungan dengan itu, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang penulis pandang sebagai sekolah yang mengimplementasikan pentingnya pembiasaan dalam proses pendidikan. Adapun materi PAI yang dibiasakan yaitu materi PAI yang selain membutuhkan penjelasan juga membutuhkan praktik dan pembiasaan, seperti
5
B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2002),
hlm. V. 6
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 31. 7 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 64-65. 8 A. Qodri Azizy, Pendidikan Untuk Membangun Etika Sosial, (Jakarta: Aneka Ilmu, 2002), hlm. 146-147.
3
wudhu, salat wajib dan sunnah seperti dhuha, membaca al-Qur'an, adab bergaul, dan lain-lain. Itu terbukti dengan banyaknya praktik keagamaan yang dilakukan di sekolah secara rutin dan terjadwal, seperti tadarus dan salat dhuhur berjamaah. Hal ini menuntut waktu yang lebih, yaitu KBM dimulai pada pukul 07.00 WIB dan berakhir pada pukul 13.00 WIB bagi kelas I dan II serta pukul 14.00 WIB bagi kelas III hingga kelas VI. SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang didirikan pada tahun 1999 di bawah payung Yayasan Bakti Ibu (YBI), kini telah mendapat tanggapan dan simpati yang besar dari masyarakat Semarang dan sekitarnya. Pada tahun 2005, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang telah diakreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional dengan mendapat predikat A (Nilai 93,18) dan menduduki peringkat ke-9 di kota Semarang untuk SD Negeri dan Swasta. Selain itu, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang juga merupakan lembaga pendidikan yang menggunakan kurikulum terpadu, yaitu selain mengajarkan ilmu umum juga ilmu agama, seperti aqidah, ibadah, akhlak, dirosah, al-Qur'an, dan Bahasa Arab, dengan tujuan membentuk pribadi muslim yang utuh dan mampu menjadi unsur perekat umat. Dalam mendukung hal tersebut, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang mempunyai program pendukung, di antaranya yaitu: Bimbingan dan Konseling, Pengajaran Luar Sekolah atau kunjungan-kunjungan ke sebuah tempat yang sesuai dengan tema yang sedang dipelajari seperti bandara udara, stasiun televisi, dan sebagainya, BINTARA (Bina Iman dan Taqwa Ramadhan), serta PERKASA (Perkemahan Sabtu Ahad).9 Berdasarkan kenyataan itulah, penulis tertarik untuk mengadakan riset dengan judul; “Implementasi Metode Pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang.”
9
Humas SDIT Harapan Bunda, http://www.sditharapanbunda.blogspot.com/01/19/2008/.
4
B. Penegasan Istilah Guna memberikan gambaran yang jelas dan agar tidak terjadi salah pengertian, maka akan dipaparkan beberapa istilah yang terdapat dalam judul di atas sebagai berikut. 1. Implementasi Implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan
10
Jadi, arti
implementasi di sini adalah penerapan yang berasal dari teori, kemudian diterapkan pada lapangan (dilaksanakan). 2. Metode Metode berasal dari kata “method” yang berarti cara. Menurut Kamus Ilmiah Populer Internasional, “method” atau metode adalah cara yang disusun secara teratur, mapan, sistematis sebagai landasan untuk suatu kegiatan tertentu atau pelaksanaan sesuatu. 11 Jadi, metode di sini berarti suatu cara yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar guna mencapai tujuan tertentu. 3. Pembiasaan Pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang mendapat konfiks pe-an yang menunjukkan arti proses.12 Pembiasaan juga diartikan melakukan suatu perbuatan atau keterampilan tertentu secara terus-menerus dan konsisten untuk waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan atau keterampilan itu benar-benar dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dalam psikologi, proses pembiasaan disebut “conditioning”. Proses ini akan menjelmakan kebiasaan (habit) dan kemampuan (ability), yang akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi (personal habits) yang terperangai dalam perilaku seharihari.13
10
Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, (Surabaya: Alumni, 2005), hlm. 240. Ibid., hlm. 404. 12 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2oo2), hlm. 110. 13 Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami, (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 6. 11
5
4. PAI (Pendidikan Agama Islam) Pendidikan Agama Islam yang dimaksud di sini yaitu materi-materi yang diajarkan kepada siswa berdasarkan hukum-hukum Islam. Adapun isi dari materi tersebut adalah bidang ketauhidan atau aqidah, akhlak, dan fiqih yang membutuhkan praktik dan pembiasaan, seperti salat berjamaah, adab bergaul sesama teman, adab makan dan minum, berwudhu, menjaga kebersihan seperti yang diajarkan agama, salat sunnah seperti dhuha dan lain-lain. 5. SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Harapan Bunda Pedurungan Semarang merupakan lembaga pendidikan Islam yang terletak di Jln. Brigjen Sudiarto Km. 10,4 Semarang, Jawa Tengah 50193 Indonesia.14 Berdasarkan penegasan istilah di atas, penelitian yang dimaksud penulis yaitu bagaimana metode pembiasaan itu dilaksanakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, sehingga siswa mampu menjalankan ajaran-ajaran agama Islam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. C. Rumusan Masalah Berangkat dari apa yang telah diungkapkan di atas, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut. Bagaimana implementasi metode pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yaitu: Untuk mendeskripsikan implementasi metode pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang.
14
Blogtoplist.com, “SDIT Harapan Bunda”, http: // www.blogtoplist.com/ academic // 04062008/.
6
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Bahan masukan yang obyektif dalam meningkatkan prestasi belajar pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. 2. Meningkatkan
kualitas
proses
belajar-mengajar
pada
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di sekolah. F. Kajian Pustaka Dalam rangka mengetahui secara luas tentang implementasi metode pembiasaan
pada
pendidikan
agama
Islam,
penulis
berusaha
membandingkannya dengan skripsi lain mengenai pentingnya pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam dan mengumpulkan karya-karya tentang metode pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam, baik buku-buku tentang metode pendidikan maupun buku pendukung lainnya, di antaranya yaitu: 1. Skripsi yang berjudul “Program Pembiasaan Bidang Studi PAI di SLTP Negeri 10 Tegal” yang ditulis Fitri Oktaviani Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2001 tentang program pembiasaan yang dijalankan oleh siswi-siswi SLTP Negeri 10 Tegal dalam bidang studi PAI berisikan tentang program pembiasaan di tingkat SLTP yang membahas penanaman kebiasaan baik pada anak SLTP guna memperbaiki akhlakakhlak yang tidak baik. 2. Skripsi Umi Hidayati, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2000 yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Pembiasaan Orang Tua terhadap Pengamalan Salat Anak di Kampung Sawah Besar Kelurahan Kaligawe Kecamatan Gayamsari Semarang” menerangkan bahwa untuk realitas gejala yang ada selama ini, pembiasaan orang tua yang dilakukan dalam bentuk pengamalan salat anak di kampung Sawah Besar Kelurahan Kaligawe Kecamatan Gayamsari Semarang sebagian telah dijalankan oleh para orang tua dengan cukup baik, namun sebagian orang tua juga ada yang belum melakukan pembiasaan tersebut. Sedangkan mengenai pengamalan salat anak kenyataannya juga mengalami
7
hal yang sama yaitu: sebagian mengamalkan salat dengan baik dan sebagian lagi kurang mengamalkan dalam arti pengaruh orang tua sangat besar terhadap pengamalan salat anak. 3. Skripsi Dian Inayati, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, tahun 2000 yang berjudul “Implementasi Pembiasaan Amalan Keagamaan Anak dalam Keluarga di Kelurahan Kebondalem Pemalang” menerangkan bahwa setiap orang tua hendaknya menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik dan diharapkan nanti akan mempunyai sifat-sifat yang baik. 4. Armai Arief dalam buku Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam dalam pembahasannya menjelaskan syarat-syarat, kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan, serta landasan teori yang digunakan dalam metode pembiasaan.15 5. Abdullah Nashih Ulwan dalam buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, menguraikan bahwa untuk mendidik anak agar mempunyai kepribadian baik adalah dengan memperhatikan pendidikan yang utama dan lingkungan
baik
dan
dalam
menggunakan
suatu
metode
harus
memperhatikan usia anak, misalnya dalam memperbaiki kebiasaan orang dewasa adalah dengan mengingatkan dengan akidah, menerangkan cela dari kejahatan, dan mengubah lingkungan. Sedangkan untuk membina dan mempersiapkan anak adalah dengan mengajarkan dan pembiasaan.16 15
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,(Jakarta: Ciputat Press,
2002). 16
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fi Al-Islam, terj. Saifullah Kamali dan Hary Noor Aly, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: As-Shifa’: 1981).
8
Beberapa karya dan literatur yang telah dipaparkan yang lain ternyata belum ada yang meneliti mengenai pentingnya pembiasaan dalam PAI bagi anak pada usia Sekolah Dasar. Dari sinilah penulis mengangkat judul “Implementasi Metode Pembiasaan pada PAI di SDIT Harapan Bunda Pedurungan
Semarang”.
Dengan
fokus
penelitian
penerapan
metode
pembiasaan pada pendidikan agama Islam di Sekolah. Maksudnya yaitu penggunaan peran sekolah sebagai lembaga pendidikan dalam upaya pembentukan sikap siswa melalui pembiasaan terhadap pengamalan ajaran agama yang dianutnya (Islam) dalam kehidupan sehari-hari. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif (qualitative research), yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
17
Penelitian kualitatif juga merupakan
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa pada dasarnya menyatakan keadaan sebenarnya atau sebagaimana adanya dengan tidak mengubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan.18 2. Fokus dan Ruang Lingkup Penelitian Fokus dan ruang lingkup penelitian ini adalah proses belajar mengajar
pada
pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam
dengan
menggunakan metode pembiasaan. Adapun pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang akan diteliti hanyalah materi-materi Pendidikan Agama Islam yang membutuhkan praktik dan pembiasaan.
17
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 60. 18 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), hlm. 174.
9
3. Sumber Data Data-data yang dijadikan penelitian diambil dari lapangan. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Informan Informan yaitu orang yang dapat dimintai informasi atau data yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun informan yang akan penulis jadikan sumber data yaitu kepada sekolah SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, guru PAI SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, serta para civitas akademik SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yang dapat memberikan informasi dan membantu dalam proses penelitian di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. b. Peristiwa Peristiwa yaitu hal atau kejadian yang terjadi yang dapat digunakan sebagai sumber data dalam penelitian. Adapun peristiwa yang akan penulis jadikan sumber data yaitu proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang terkait dengan metode pembiasaan yang telah diterapkan. c. Dokumen Dokumen yaitu data tertulis yang dapat digunakan sebagai sumber data dalam penelitian. Adapun dokumen-dokumen yang akan penulis jadikan sumber data yaitu arsip-arsip, dokumen-dokumen, catatan-catatan, agenda-agenda, dan lain-lain yang dapat memberikan informasi dan membantu dalam proses penelitian. 4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan multi metode, yakni:
10
a. Metode Wawancara (Interview) Metode wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada para informan.19 Metode wawancara ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi mengenai implementasi metode pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. Adapun sumber datanya diperoleh di antaranya dari kepala sekolah dengan data tentang kebijakan-kebijakan yang berlaku, terutama yang terkait dengan diadakannya pembiasaan dalam Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, kemudian guru PAI dengan data tentang pelaksanaan PBM PAI yang menggunakan metode pembiasaan dalam pembelajarannya. b. Metode Pengamatan (Observasi) Metode pengamatan yaitu cara pengumpulan data dengan terjun langsung ke lapangan terhadap obyek yang diteliti,20 dengan melakukan pengamatan mengenai fenomena-fenomena dengan gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.21 Metode pengamatan ini penulis gunakan untuk memperoleh di antaranya data visual yaitu tentang implementasi metode pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, kemudian data fisik operasional yaitu mengenai sarana dan prasarana, gedung, perpustakaan dan sebagainya, serta data proses yaitu mengenai bagaimana PBM di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, khususnya dalam mata pelajaran PAI.
19
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), hlm. 11. 20 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 23. 21 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rinneka Cipta, 1997), hlm. 63.
11
c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu penyelidikan berbagai data tertulis yang ada, baik pada buku, majalah, dokumen-dokumen, arsip-arsip, peraturan, tata tertib dan sebagainya.22 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan kajian yang berasal dari dokumen-dokumen SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang seperti draft kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, dokumentasi latar belakang berdirinya SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, struktur organisasi, keadaan guru, serta peraturan-peraturan yang ada terkait dengan implementasi metode pembiasaan pada PAI. 5. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu berupa wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan serta dokumen resmi dan sebagainya.23 Dalam menganalisis data-data yang ada, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode analisis data yang menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.24 Jadi, dalam menganalisis data, penulis hanya akan mendeskripsikan atau menggambarkan pelaksanaan metode pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dengan sebenar-benarnya berdasarkan fakta-fakta yang ada.
22
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hlm.
131. 23 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 190. 24 Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 73.
BAB II METODE PEMBIASAAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Metode Pembiasaan Pembelajaran pendidikan agama Islam membutuhkan metode dalam upaya pencapaian tujuan yang dicita-citakan, karena tanpa metode suatu materi pendidikan tidak mungkin terserap secara efektif dan efisien oleh anak didik. Oleh karena itu metode merupakan syarat agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan baik. 1. Pengertian Metode Pembiasaan Pengertian
metode
pembiasaan
yaitu
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh para ahli pendidikan, di antaranya: a. Menurut Abdullah Nasih Ulwan, “metode pembiasaan adalah cara atau upaya yang praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak.”1 b. Menurut Ramayulis, “metode pembiasaan adalah cara untuk menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak didik.”2 c. Menurut Armai Arief, ”metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.” 3 d. Dalam buku Metodologi Pengajaran Agama dikatakan bahwa “metode pembiasaan adalah cara yang dilakukan dalam pembentukan akhlak dan rohani yang memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari.”4
1 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Rosda Karya, 1992), hlm. 60. 2 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 103. 3 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2oo2), hlm. 110. 4 Saifuddin Zuhri, d.k.k., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 125.
12
13
Dari beberapa definisi di atas, terlihat adanya kesamaan pandangan walaupun redaksinya berbeda-beda. Namun pada prinsipnya, mereka sepakat bahwa pembiasaan merupakan salah satu upaya pendidikan yang baik dalam pembentukan manusia dewasa. Oleh karena itu, dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dipakai pendidik untuk membiasakan anak didik secara berulangulang sehingga menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dan akan terus terbawa sampai di hari tuanya. Ciri khas metode pembiasaan adalah kegiatan yang berupa pengulangan berkali-kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus dengan suatu respon menjadi sangat kuat. Atau dengan kata lain, tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, terbentuklah pengetahuan siap atau keterampilan siap yang setiap saat siap untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai
yang
tertanam
dalam
dirinya
ini
kemudian
akan
termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia dewasa.5 Pentingnya penanaman pembiasaan ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Abu Daud, yaitu:
ﻮﻝﹸ ﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ:ﺟ ِّﺪ ِﻩ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻦ ﻋ ﻴ ِﻪﻦ ﹶﺃِﺑ ﻋ ﺮ ﹶﺓ ﺒﺳ ﺑ ِﻦ ﺍِﺑ ِﻊﺑ ِﻦ ﺍﻟﺮ ﻚ ِ ﻤِﻠ ﺒ ِﺪ ﺍﹾﻟﻋ ﻦ ﻋ ،ﻴﻦﻊ ِﺳِﻨ ﺒﺳ ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﻢ ِﺇﺫﹶﺍ ﻫ ﻭ ﻼ ِﺓ ﺼﹶ ﻲ ﺑﺎِﻟ ﺼِﺒ ﺍ ﺍﻟﺮﻭ ﻣ :ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِﺍ 6 ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ.ﺎﻴﻬﻋﹶﻠ ﻮﻩ ﺿ ِﺮﺑ ﻦ ﻓﹶﺎ ﻴﺮ ِﺳِﻨ ﺸ ﻋ ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﻭِﺇﺫﹶﺍ
5
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2oo2), hlm. 110. 6 Abdul Rahman Muhammad Utsman, Aunul Ma’bud (Syarah Sunan Abi Daud), (Libanon: Darul Fikr, 1979), hlm. 161.
14
“. . . Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan salat ketika mereka berumur 7 tahun, dan pukulah mereka jika enggan ketika mereka berumur 10 tahun!” (H.R. Abu Daud). Haditst di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya hukum salat, bilangan rakaatnya dan cara-caranya hendaknya dapat diajarkan kepada anak sedini mungkin, kemudian dibiasakan untuk melaksanakannya dengan berjamaah, sehingga salat itu menjadi akhlaq dan kebiasaan bagi anak.7 Dalam teori perkembangan
anak
didik,
dikenal
ada
teori
konvergensi, di ma`na pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses). Oleh karena itu, potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan yang baik. Menurut Burghardt, sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan, kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.8 Oleh karena itu, metode pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. 2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan a. Dasar Pembiasaan Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa, 7 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam, (Bandung: Rosda Karya, 1992), hlm.62. 8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 118.
15
sehingga mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu yang baik.9 Seperti yang telah kita ketahui juga, bahwa pertumbuhan kecerdasan pada anak-anak usia sekolah dasar belum memungkinkan untuk berpikir logis dan belum dapat memahami hal-hal yang abstrak. Maka apapun yang dikatakan kepadanya akan diterimanya saja. Mereka belum dapat menjelaskan mengapa ia harus percaya Tuhan dan belum sanggup menentukan mana yang buruk dan mana yang baik. Hukumhukum dan ketentuan-ketentuan agama belum dapat dipahaminya atau dipikirkannya sendiri. Dia akan menerima apa saja yang dijelaskan kepadanya. Sesuatu yang menunjukkan nilai-nilai agama dan moral bagi si anak masih kabur dan tidak dipahaminya.10 Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti mereka akan mempunyai sifat-sifat baik dan menjauhi sifat tercela. Demikian pula dengan pendidikan agama, semakin kecil umur si anak, hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan agama dilakukan pada anak. Dan semakin bertambah umur si anak, hendaknya semakin bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu diberikan sesuai dengan perkembangan kecerdasannya.11 Islam menggunakan pembiasaan sebagai salah satu teknik pendidikan. Islam mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan banyak menemukan banyak kesulitan.12 Oleh karena itu, pembiasaan merupakan salah satu penunjang pokok
9
101.
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.
10
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: P.T. Bulan Bintang, 2005), hlm. 73. Ibid., hlm. 74. 12 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, (Bandung: P.T. AlMa’arif, 1993), hlm. 363. 11
16
kependidikan, sarana, dan metode paling efektif dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya.13 Tidak diragukan bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil paling menjamin untuk mendapatkan hasil. Sedang mendidik dan melatih setelah dewasa sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan. 14 Hal ini menunjukkan bahwa membiasakan anak-anak sejak kecil sangatlah bermanfaat, sedangkan membiasakannya setelah itu tidaklah akan bermanfaat, seperti halnya sebatang dahan, ia akan lurus bila diluruskan, dan tidak bengkok meskipun sudah menjadi sebatang kayu.15 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Untuk mengubahnya, sering kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius, seperti
ungkapan populer yang
menyatakan: 16
.ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﺏ ﺷﺎ ﻴ ٍﺊﺷ ﻰ ﻠﺐ ﻋ ﺷ ﻦ ﻣ
“Barangsiapa yang waktu mudanya membiasakan sesuatu,maka hal itu akan menjadi kebiasaannya pula di waktu tua.” Atas dasar inilah, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan agar anak-anak segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan menjadi kebiasaan baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan lain yang buruk. Tindakan praktis mempunyai kedudukan penting dalam Islam, dan pembiasaan merupakan upaya praktis, pembentukan (pembinaan), dan persiapan. Oleh karena itu, Islam dengan segala penjelasan menuntut manusia untuk mengarahkan tingkah laku, insting, 13
Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, Terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Op. cit., hlm. 65. 14 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, Terj. Saiful Kamali, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: Asy-Syifa’, 1988), hlm. 64. 15 Muhammad Sa’id Mursy, Seni Mendidik Anak, Terj. Al-Gazira, (Jakarta: Arroyan, 2001), hlm. 140.
.9 . ﺹ، ﺑﺎﺏ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﻭﺍﻟﺘﺮﺑﻴﺔ، ﻣﻮﺳﻮﻋﺔ ﺍﳋﻄﺐ ﻭﺍﻟﺪﺭﻭﺱ، ﺍﳌﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ16
17
bahkan hidupnya untuk merealisasikan hukum-hukum Ilahi secara praktis. Praktik ini akan sulit terlaksana manakala seseorang tidak terlatih dan terbiasa untuk melaksanakannya. b. Tujuan Pembiasaan Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural.17 Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan diadakannya metode pembiasaan di sekolah adalah untuk melatih serta membiasakan anak didik secara konsisten dan kontinyu dengan sebuah tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari. 3. Bentuk-Bentuk Pembiasaan Pendidikan agama melalui kebiasaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, diantaranya yaitu: a. Pembiasaan dalam akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik, baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti: berbicara sopan santun, berpakaian bersih, hormat kepada orang yang lebih tua, dan sebagainya. b. Pembiasaan dalam ibadah, berupa pembiasaan salat berjamaah di mushala sekolah, mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, serta membaca “basmalah” dan “hamdalah” tatkala memulai dan menyudahi pelajaran. c. Pembiasaan dalam keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa anak-anak 17
Muhibbin Syah, Op. cit., hlm. 123.
18
memperhatikan alam semesta, memikirkan dalam merenungkan ciptaan langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam natural ke alam supranatural.18 Pembentukan
kebiasaan-kebiasaan
tersebut
terbentuk
melalui
pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya, oleh karena itu pembiasaan hal-hal yang baik perlu dilakukan sedini mungkin sehingga ketika dewasa nanti hal-hal yang baik telah menjadi kebiasaannya. 4. Langkah-Langkah Metode Pembiasaan Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memelihara adalah dengan upaya pendidikan dan mengajari akhlak yang baik.19 Adapun sistem Islam dalam memperbaiki anak adalah dengan cara pengajaran dan pembiasaan. Pengajaran yang dimaksud ialah pendekatan
aspek
teoritis
dalam
upaya
memperbaiki.
Sedangkan
pembiasaan ialah segi praktik nyata dalam proses pembentukan dan persiapannya.20 Dalam menanamkan pembiasaan yang baik, Islam menggunakan gerak hati yang hidup dan intuitif, yang secara tiba-tiba membawa perasaan dari suatu situasi ke situasi lain dan dari suatu perasaan ke perasaan lain.21 Adapun contoh langkah-langkah tentang bagaimana mengajarkan dan membiasakan prinsip-prinsip kebaikan kepada anak yaitu:
hlm.100 hlm. 51.
18
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001),
19
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul-Anlad fil-Islam, terj. Saifullah Kamalie, op. cit,
20
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul-Anlad fil –Islam, terj. Khalilullah Ahmas Masjkur Hakim, Op. cit., hlm. 60. 21 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: P.T. Al-Ma’arif, 1993), hlm. 367.
19
a. Rasulullah
saw
memerintahkan
kepada
para
pendidik
untuk
mengajarkan kepada anak-anak mereka kalimat “Laa ilaaha illallah”.
ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﱠﻠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﺱ ِ ﺒﺎﻋ ﺑ ِﻦﻦ ِﺍ ﻋ ﻣ ِﺔ ﺮ ﻋ ﹾﻜ ﻦ ﻋ ﻬﺎ ِﺟ ِﺮ ﻣ ﻦ ﻴﻢ ِﺑﺮ ِﻫ ﺑﻦ ِﺇ ﻋ 22
( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ.ﷲ ِ ﻪ ِﺍ ﹶﻻّﱠ ﺍ ﻼ ِﺍﻟ ﻤ ٍﺔ ِﺑ ﹶ ﻭ ﹶﻝ ﹶﻛِﻠ ﻢ ﹶﺍ ﻴﺎِﻧ ﹸﻜﺒﻋﹶﻠﻰ ِﺳ ﺤﻮﺍ ﺘﻢ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ِﺍ ﹾﻓ ﺳﱠﻠ ﻭ “. . . Awalilah bayi-bayimu itu dengan kata Laa ilaaha illallah.”. (HR. al-Baihaqi). Hadits ini menunjukkan segi teori. Adapun dari segi praktiknya
ialah dengan mempersiapkan dan membiasakan anak untuk mengimani di lubuk hatinya bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah swt Hal ini dilakukan melalui fenomena alam yang dapat dilihat langsung oleh anak seperti bunga, langit, bumi, laut, manusia dan lain sebagainya agar akal dan pikirannya terkesan kuat bahwa pencipta semua makhluk tersebut hanya Allah swt Semua ada karena diciptakan oleh-Nya sehingga secara intuitif dan rasional mereka akan merasa puas dalam mengimani Alah dengan alasan dan dalil yang kuat.23 b. Rasulullah saw menyuruh para pendidik untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang hukum salat pada usia tujuh tahun.
ﷲ ِ ﻮﻝﹸ ﺍ ﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ:ﺟ ِّﺪ ِﻩ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻦ ﻋ ﻴ ِﻪﻦ ﹶﺃِﺑ ﻋ ﺮ ﹶﺓ ﺒﺳ ﺑ ِﻦ ﺍِﺑ ِﻊﺑ ِﻦ ﺍﻟﺮ ﻚ ِ ﻤِﻠ ﺒ ِﺪ ﺍﹾﻟﻋ ﻦ ﻋ ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ،ﻴﻦﻊ ِﺳِﻨ ﺒﺳ ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﻢ ِﺇﺫﹶﺍ ﻫ ﻭ ﻼ ِﺓ ﺼﹶ ﻲ ﺑﺎِﻟ ﺼِﺒ ﺍ ﺍﻟﺮﻭ ﻣ :ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ 24 ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ.ﺎﻴﻬﻋﹶﻠ ﻮﻩ ﺿ ِﺮﺑ ﻦ ﻓﹶﺎ ﻴﺮ ِﺳِﻨ ﺸ ﻋ “. . . Perintahlah anak-anak kalian salat di usia tujuh tahun. Pukullah di usia sepuluh tahun jika mereka tidak melakukannya. Dan pisahkanlah tempat tidur mereka. ” (H.R. Abu Daud).
22
Al-Baihaqi, Syu’bul Iman, No 8649, (t.tp. : Maktabah Syamilah, t.th), Vol 6, hlm. 397 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Op. cit., hlm. 61. 24 Abdul Rahman Muhammad Utsman, Loc.cit. 23
20
Hadits inipun bersifat teoritis. Adapun dari segi praktis yaitu dengan mengajarkan kepada anak hukum salat, bilangan rakaatnya, dan cara-caranya. Kemudian dibiasakan membimbing mereka dengan penuh kesabaran seperti untuk melaksanakannya dengan berjamaah di masjid, sehingga salat itu menjadi akhlak dan kebiasaan bagi mereka.25 Dari beberapa contoh di atas, dapat dimengerti bahwa dalam mendidik anak dengan pembiasaan agar memiliki kebiasaan yang baik dan akhlak mulia, maka pendidik hendaknya memberikan motivasi dengan katakata yang baik dan sesekali memberikan petunjuk-petunjuk. Suatu saat dengan memberi peringatan dan pada saat yang lain dengan kabar gembira. Kalau memang diperlukan, pendidik boleh memberi sanksi jika dipandang ada kemaslahatan bagi anak guna meluruskan penyimpangan dan penyelewengan. Semua langkah tersebut memberikan arti positif dalam membiasakan anak dengan keutamaan-keutamaan jiwa, akhlak mulia, dan tata cara sosial. Dari kebiasaan ini, mereka akan menjadi orang yang mulia, berpikir matang, dan bersifat istiqamah. Selain itu, dalam menerapkan sistem Islam mendidik kebiasaan, para pendidik hendaknya mempergunakan cara yang beragam. Pendidik hendaknya membiasakan anak memegang teguh akidah dan bermoral, sehingga anak-anak pun akan terbiasa tumbuh berkembang dengan akidah Islam yang mantap, dengan moral al-Qur`an yang tinggi. Lebih lanjut, mereka akan dapat memberikan keteladanan yang baik, perbuatan yang mulia, dan sifat-sifat terpuji kepada orang lain.26 5. Faktor-faktor Metode Pembiasaan Faktor
terpenting
dalam
pembentukan
kebiasaan
adalah
pengulangan. Sebagai contoh, seorang anak akan terbiasa membuang sampah pada tempatnya ketika kebiasaan itu sering dilakukan hingga 25
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Op. cit., hlm. 61. 26
Ibid., hlm. 64.
21
akhirnya menjadi kebiasaan baginya. Melihat hal tersebut, faktor pembiasaan memegang peranan penting dalam mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menanamkan agama yang lurus.27 Pembiasaan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua atau pendidik kepada anak. Hal tersebut agar anak mampu membiasakan diri pada perbuatan-perbuatan yang baik dan yang dianjurkan, baik oleh norma agama maupun hukum yang berlaku. Kebiasaan adalah reaksi otomatis dari tingkah laku terhadap situasi yang diperoleh dan dimanifestasikan secara konsisten sebagai hasil dari pengulangan terhadap tingkah laku. Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, maka harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain: a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif maupun negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang membentuknya.28 Oleh karena itu, kebiasaan baik harus ditanamkan sedini mungkin sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.29 b. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinyu (berulang-ulang), teratur, dan terprogram, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang utuh, permanen, kontinyu, dan otomatis. Oleh karena itu, faktor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dari proses ini.30
27
Armai Arief, Op.cit., hlm. 115. Armai Arief, Op.cit., hlm. 114. 29 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosda Karya, 2003), hlm. 178. 30 Armai Arief, Op.cit., hlm. 114. 28
22
c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas. Jangan memberi kesempatan kepada anak untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.31 d. Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur-angsur diubah menjadi kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak itu sendiri.32 Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwasanya dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Pengawasan hendaknya digunakan
meskipun
secara berangsur-angsur peserta didik diberi
kebebasan. Dengan perkataan lain, pengawasan dilakukan dengan mengingat usia peserta didik, serta perlu ada keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan. 33 Selain itu, pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian secara terusmenerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan, sebab pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis, melainkan agar anak dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat hati. 34 Oleh karena itu, pembiasaan yang pada awalnya bersifat mekanistik hendaknya diusahakan agar menjadi kebiasaan yang disertai kesadaran (kehendak dan kata hati) peserta didik sendiri. Hal ini sangat mungkin apabila pembiasaan secara berangsur-angsur disertai dengan penjelasan-penjelasan dan nasihat-nasihat, sehingga semakin lama akan timbul pengertian dari peserta didik. Adapun petunjuk dalam menanamkan kebiasaan yaitu: a. Kebiasaan jelek yang sudah lama terlanjur dimiliki anak, wajib sedikit demi sedikit dilenyapkan dan diganti dengan kebiasaan yang baik. b. Dalam menanamkan kebaikan, pendidik terkadang hendaknya secara sederhana
menerangkan
motifnya,
sesuai
dengan
tingkatan
perkembangan anak didik. 31
Ibid. M. Ngalim Purwanto, Loc.cit. 33 Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 189. 34 Ibid., hlm. 191. 32
23
c. Sebelum peserta didik menerima dan mengerti motif perbuatan yang dibiasakan, kebiasaan ditanamkan secara latihan terus-menerus disertai pemberian penghargaan dan pembetulan. d. Kebiasaan tetap hidup sehat, tentang adat istiadat yang baik, tentang kehidupan keagamaan yang pokok, wajib sejak kecil sudah mulai ditanamkan. e. Pemberian motif selama pendidikan suatu kebiasaan, wajib disertai usaha menyentuh perasaan anak didik. Rasa suka ini wajib selalu meliputi sikap anak didik dalam melatih diri memiliki kebiasaan.35 Demikianlah
faktor-faktor
yang
harus
diperhatikan
dalam
pembiasaan agar pembiasaan dapat dilakukan dengan mudah, lekas tercapai, dan baik hasilnya. 6. Kekurangan dan Kelebihan Metode Pembiasaan Sebagaimana metode-metode pendidikan lainnya di dalam proses pendidikan, metode pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan, yaitu kelebihan dan kekurangan. Tidak satupun dari hasil pemikiran manusia yang sempurna dan bebas dari kelemahan. Adapun kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan sebagai berikut. a. Kelebihan 1) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode pembiasaan akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. 2) Pemanfaatan
kebiasaan-kebiasaan
tidak
memerlukan
banyak
konsentrasi dalam pelaksanaannya. 3) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks dan rumit menjadi otomatis.36
35
Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: Angkasa Offset, 1980),
hlm. 160.
36
217.
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm.
24
4) Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniyah.37 b. Kekurangan 1) Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid. Hal ini oleh murid lebih banyak dibawa kepada konformitas (kesesuaian) dan diarahkan kepada uniformitas (keseragaman). 2) Kadang-kadang pelatihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan. 3) Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapat kecakapan memberikan respon otomatis, tanpa menggunakan intelegensinya. 4) Dapat menimbulkan verbalisme (bersifat kabur atau tidak jelas) karena murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawab secara otomatis.38 c. Cara Mengatasi Kelemahan 1) Latihan hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis. 2) Latihan harus memiliki arti yang luas. Karenanya, harus dijelaskan terlebih dahulu tujuan latihan tersebut agar murid harus mempunyai sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar. 3) Masa latihan harus relatif singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu-waktu tertentu. 4) Latihan harus menarik, gembira, dan tidak membosankan. Untuk itu, perlu dibandingkan minat intrinsik, tiap-tiap kemajuan yang dicapai murid harus jelas, dan hasil latihan terbaik dengan menggunakan sedikit emosi. 5) Proses latihan dan kebutuhan-kebutuhan harus disesuaikan dengan proses perbedaan individual.39
37
Armai Arief, Op. cit., hlm. 115. Syaiful Sagala, Loc. cit. 39 Ibid., hlm. 218. 38
25
Dari pemaparan di atas, dapat dilihat beberapa kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan serta cara mengatasi kelemahannya. Dengan demikian, diharapkan metode pembiasaan dapat dilaksanakan dengan lebih baik dalam proses pembelajaran. B. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama pada umumnya dan pendidikan agama Islam pada khususnya
sangat
diperlukan
dalam
membentuk
manusia-manusia
pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat, baik jasmani maupun rohani. Pendidikan agama Islam dicantumkan dalam urutan nomor satu dari sembilan bidang studi yang harus diselesaikan dalam perencanaan program pengajaran di sekolah dasar. Program studi pendidikan agama merupakan program wajib yang harus diikuti oleh setiap anak didik pada sepanjang tahun selama bersekolah. 1. Pengertian PAI Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu subjek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu. Ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan alat untuk mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan. Karena itu, subjek ini diharapkan dapat memberikan keseimbangan dalam kehidupan anak kelak, yakni manusia yang memiliki “kualifikasi” tertentu tetapi tidak terlepas dari nilai-nilai agama Islam.40 Dengan kata lain, PAI merupakan salah satu subjek pelajaran yang bersama-sama
dengan
subjek
studiyang
lain,
dimaksudkan
untuk
membentuk manusia yang utuh.41 Jadi, dapat dimaknai bahwa PAI merupakan bahan kajian yang menjadi materi dalam proses penanaman ajaran agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk manusia yang utuh (kaffah). 40 Saifuddin Zuhri, d.k.k., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 4. 41 Ibid.
26
2. Dasar dan Tujuan PAI a. Dasar PAI Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara mempunyai dasar pendidikannya sendiri. Ia merupakan pencerminan dari falsafah hidup suatu bangsa. Berdasarkan pada dasar itulah pendidikan suatu bangsa disusun. Oleh karena itu, maka sistem pendidikan setiap bangsa berbeda karena mereka mempunyai falsafah hidup yang berbeda.42 Pengertian dasar pendidikan yaitu pandangan yang mendasari seluruh aktivitas pendidikan. Dasar Pendidikan Agama Islam berarti sesuatu yang dijadikan bahan pijakan dan sumber ajaran untuk berdiri tegaknya Pendidikan Agama Islam. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai dasar yang kuat, baik secara yuridis, religius, maupun sosial psikologis. 1) Dasar Yuridis Dasar yuridis yaitu dasar-dasar pelaksanaan PAI yang berasal dari peraturan perundangan di Indonesia yang secara langsung dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan agama. Dasar yuridis ini meliputi: a) Dasar Idiil Dasar idiil yaitu falsafah negara Pancasila, yang pada sila ke-1 berbunyi: “Ketuhanan Yang Maha Esa” memberi pengertian bahwa seluruh elemen bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, harus beragama.43 Untuk mendidik menjadikan manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, diperlukan adanya pendidikan agama yang dilaksanakan dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal. Dalam pendidikan di sekolah, telah terlihat 42 43
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 12. Ibid., hlm. 19.
27
usaha positif yang dilakukan pemerintah dengan menjadikan bidang studi “pendidikan agama” menjadi mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah, mulai tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.44 b) Dasar Struktural Dasar struktural yaitu UUD 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 berbunyi: (1) Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa, (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Bunyi daripada undang-undang di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama
dan
negara
melindungi
umat
beragama
untuk
menunaikan ajaran agamanya dan beribadah menurut agamanya masing-masing. Oleh karena itu, agar umat beragama tersebut dapat menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran masing-masing memerlukan adanya pendidikan agama. c) Dasar Operasional Dasar operasional yaitu dasar yang mengatur secara langsung pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Dikukuhkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional seperti berikut: “Bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
mengamanatkan
pemerintah
mengusahakan
dan
menyelenggarakan satu sistem nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan yang diatur dengan Undang-Undang.45
44
Zuhairini, et.al, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 18. Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 1. 45
28
Oleh karena itu, dengan sendirinya bidang studi pendidikan agama haruslah menyatu dalam seperangkat kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan, baik negeri maupun swasta. 2) Dasar Religius Yang dimaksud dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam al-Qur`an dan al-hadits. Menurut ajaran agama Islam, melaksanakan pendidikan agama merupakan perintah dari Allah SWT dan merupakan perwujudan ibadah kepadaNya.46 Selain itu, agama juga berarti fitrah yang mengandung makna secara keagamaan adalah agama tauhid atau menegaskan Tuhan. Bahwa manusia sejak lahirnya telah memiliki agama bawaan secara alamiah, yaitu agama tauhid dan manusia juga sangat membutuhkan agama sejak mereka lahir.47 Disebutkan dalam al-Qur`an surat ar-Ruum ayat 30:
ﺨ ﹾﻠ ِﻖ ﻳ ﹶﻞ ِﻟﺒ ِﺪﺗ ﺎ ﹶﻻﻴﻬﻋﹶﻠ ﺱ ﺎﺮ ﺍﻟﻨ ﻲ ﹶﻓ ﹶﻄ ﷲ ﺍﱠﻟِﺘ ِ ﺮ ﹶﺓ ﺍ ﻴﻔﹰﺎ ِﻓ ﹾﻄﺣِﻨ ﻳ ِﻦﺪ ﻚ ﻟِﻠ ﻬ ﺟ ﻭ ﻢ ﹶﻓﹶﺄِﻗ (٣٠ : )ﺍﻟﺮﻭﻡ.ﻮ ﹶﻥ ﻤ ﻌﹶﻠ ﻳ ﺱ ﹶﻻ ِ ﺎﺮ ﺍﻟﻨ ﻦ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ ﻭﹶﻟ ِﻜ ﻢ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻴ ﻳﺪ ﻚ ﺍﻟ ﷲ ﹶﺫِﻟ ِﺍ “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. ar-Ruum: 30).48 Dari ayat ini, secara harfiah dijelaskan bahwa manusia diciptakan dengan acuan fitrah Allah, yaitu agama yang lurus. 49 Dalam hadits disebutkan:
46 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 133. 47 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 148. 48 Departemen Agama RI, al-Qur`an dan Terjemahannya, (Jakarta: P.T. Listakwarta Putra, 2003), hlm. 645. 49 Baharuddin, Op.cit., hlm. 152.
29
ﻦ ﺎ ِﻣ ﻣ:ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﱠﻠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹸﻝ ﺍ ﺳ ﺭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ:ﻮﻝﹸ ﻳﻘﹸ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺮ ﹶﺓ ﹶﺃﻧ ﻳﺮ ﻲ ﻫ ﻦ ﹶﺃِﺑ ﻋ )ﺭﻭﺍﻩ.ﺎِﻧ ِﻪﺠﺴ ِّ ﻤ ﻭﻳ ﺍِﻧ ِﻪﺼﺮ ِّ ﻨﻭﻳ ﻬ ِﻮّﺩﹶﺍِﻧ ِﻪ ﻩ ﻳ ﺍﺑﻮﺮ ِﺓ ﹶﻓﹶﺄ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ِﻔ ﹾﻄ ﻮﹶﻟﺪ ﻮ ٍﺩ ِﺇ ﱠﻻ ﻳ ﻮ ﻟﹸ ﻣ 50 (ﻣﺴﻠﻢ “Dari Abi Hurairah ia menceritakan, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tidak seorang anakpun yang dilahirkan kecuali (dalam keadaan) fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Muslim) Dari ayat dan hadits di atas, dapatlah diketahui bahwasanya sejak manusia itu dilahirkan, mereka telah memiliki jiwa keagamaan pada dirinya. Oleh karena itu, mereka membutuhkan pendidikan agama untuk menunaikan ajaran-ajaran agamanya. 3) Dasar Sosio-Psikologis Indonesia adalah sebuah negara besar yang memiliki penduduk ratusan juta jiwa. Indonesia juga negara yang mayoritas penduduknya memeluk Islam. Menurut sebuah penghitungan manusia, muslim Indonesia adalah jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Jika dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya, maka penduduk muslim Indonesia dari segi jumlah tidak ada yang menandingi. Jumlah yang besar tersebut sebenarnya merupakan sumber daya manusia dan kekuatan yang sangat besar bila mampu dioptimalkan peran dan kualitasnya dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam, baik di sekolah, maupun di lingkungan luar sekolah.51 Alasan di atas menjadi dasar sosial dari Pendidikan Agama Islam. Adapun secara psikologis, manusia dalam hidupnya di dunia senantiasa membutuhkan ajaran agama untuk pedoman hidupnya. Agama sangat dibutuhkan baik secara individual maupun universal sehingga Pendidikan Agama Islam sangat urgen diperlukan untuk memberikan bimbingan, arahan dan pengajaran bagi setiap muslim 50
Imam Abu Husain Muslim bin Khajjaj, al-Qusyairy An-Naisabury, Shahih Muslim, Juz.IV, (Libanon: Darul Qutb Al-Ilmiah, 1992), hlm. 2047. 51 Amin Abdullah dan Rahmat, Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), hlm. 58.
30
agar dapat beribadah dan bermuamalah sesuai dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu, agama menjadi salah satu standarisasi nilai-nilai sosial di masyarakat dan berfungsi memberikan inspirasi perkembangan sosial kemasyarakatan. Karena pentingnya peran dan fungsi agama itulah perlu adanya penyelenggaraan pendidikan agama termasuk Pendidikan Agama Islam. b. Tujuan PAI Menurut Ibnu Sina sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata, tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual, dan budi pekerti. Selain itu, tujuan pendidikan
menurut
Ibnu
Sina
harus
diarahkan
pada
upaya
mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan, dan potensi yang dimilikinya.52 Seperti yang dikatakan pula dalam buku Democracy and Education, dijelaskan bahwa: “The aim of education is to enable individuals to continue their education or that the object and reward of learning is continued capacity for growth”.53 Tujuan pendidikan adalah agar siswa dapat melanjutkan jenjang pendidikannya atau objek dan penghargaan pembelajaran dapat mengembangkan kapasitas yang terus-menerus. Menurut Mahmud Yunus dalam buku yang berjudul Metodik Khusus Pendidikan Agama, beliau mengemukakan bahwa: “Tujuan pendidikan agama ialah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh, dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup di atas kaki sendiri, mengabdi
52
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 67. 53 John Dewey, Demogracy and Education, (New York: The Macmillan Company, 1964), hlm. 100.
31
kepada Allah, dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.”54 Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, dan penghayatan dalam pengamalan siswa terhadap agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertakwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan Pendidikan Agama Islam ini mendukung dan menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh pasal 3 bab II Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan umum PAI itu terelaborasi untuk masing-masing satuan pendidikan dan jenjangnya dan kemudian dijabarkan menjadi kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.55 Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam untuk jenjang dasar di dalam SKL (Standar Kompetensi Lulusan) kurikulum KTSP yaitu untuk meletakkan keyakinan beragama sebagai muslim yang meletakkan dasar kecerdsan, pengetahuan, kepribadian, akhlak, maupun ketrampilan untuk hidup mandiri serta mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.56 Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya yang telah digariskan oleh Allah swt. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah swt ialah beribadah kepadaNya. Ini diketahui dari ayat 56 surat al-Dzariyat.57
(٥٦ : )ﺍﻟﺬﺍﺭﻳﺎﺕ.ﻭ ِﻥ ﺪﻌﺒ ﻴﺲ ِﺇﻻﱠ ِﻟ ﻧﻭﹾﺍ ِﻹ ﻦ ﺠ ِ ﺍﹾﻟﺧﹶﻠ ﹾﻘﺖ ﺎﻭﻣ “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. Al-Dzariyat: 56)58
54
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1983), hlm. 13. 55 Abdul Aziz, Op.cit., hlm. 4. 56 Menteri Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI, No. 2 th. 2008 (Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah). 57 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: P.T.Remaja Rosdakarya, 2004),hlm. 46-47. 58 Departemen Agama RI, al-Qur`an dan Terjemahannya, Op.cit., hlm. 862.
32
Jadi, dapat dimengerti bahwa
Pendidikan
Agama
Islam
seharusnya bukan sekedar untuk menghapal beberapa dalil agama atau beberapa rukun setiap ibadah, namun merupakan upaya, proses, usaha mendidik peserta didik untuk mengetahui, memahami, sekaligus menghayati
dan
mengamalkan
nilai-nilai
Islam
dengan
cara
membiasakan anak mempraktikkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Ajaran Islam sejatinya untuk diamalkan bukan sekedar dihapal. Bahkan lebih dari itu, mestinya sampai pada kepekaan akan amaliyah Islam itu sendiri, sehingga mereka mampu berbuat amar ma’ruf nahi munkar. Lebih dari itu, pendidikan seharusnya mempunyai tujuan akhir untuk mendidik siswa berperilaku religius.59 Dalam kerangka inilah maka tujuan Pendidikan Agama Islam haruslah mampu mempersiapkan manusia yang dapat menjalankan atau mengamalkan ajaran Islam dengan cara yang benar sehingga menjadi hamba Allah swt yang seutuhnya, yang senantiasa taat dan beribadah kepada-Nya. 3. Materi PAI Materi adalah isi pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran bersamaan dengan prosedur didaktis yang digunakan oleh guru. 60 Bahan pengajaran yang hendak dijadikan materi dalam program pengajaran bidang studi pendidikan agama dicerminkan di dalam SKKD (Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar) dari suatu kurikulum. Dalam hubungan ini, penyusunan bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam yang hendak dijadikan program pengajaran haruslah meliputi keseluruhan ajaran Islam dengan memperhatikan aspek-aspek: 1) Hubungan Manusia dengan Tuhan
59
A. Qodri A. Azizy, Pendidikan (agama) Untuk Membangun Etika Islam, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), hlm. 65. 60 Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003), hlm. 17.
33
Hubungan vertikal antara insan dengan khaliqnya mendapatkan prioritas pertama dalam penyusunan bahan pengajaran, karena pokok ajaran inilah yang pertama-tama perlu ditanamkan kepada anak didik. Tujuan kurikuler yang hendak dicapai dalam hubungan manusia dengan Allah ini mencakup segi keimanan, rukun Islam dan ihsan, termasuk di dalamnya membaca al-Qur`an dan menulis huruf al-Qur`an. 2) Hubungan Manusia dengan Manusia Aspek pergaulan hidup manusia dengan sesamanya sebagai pokok ajaran Islam, penting ditempatkan pada prioritas kedua dalam urutan kurikulum ini. Tujuannya mencakup segi kewajiban dan larangan di dalam bidang pemikiran, jasa, kebiasaan hidup bersih dan sehat baik jasmani maupun rohani, serta sifat-sifat kepribadian yang baik. 3) Hubungan Manusia dengan Alam Aspek hubungan manusia dengan alam mempunyai dua arti untuk kehidupan anak didik: a) Mendorong anak didik untuk mengenal alam, selanjutnya mencintai dan mengetahui manfaatnya. Tentu dengan demikian, secara tidak langsung mendorong mereka untuk ikut ambil bagian dalam pembangunan, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat dan negara. b) Dengan mengenal alam dan mencintainya, anak didik akan mengetahui keindahan dan kehebatan alam semesta. Hal yang demikian akan menambah iman mereka kepada Allah SWT sebagai Maha Penciptanya. Tujuan yang hendak dicapai mencakup segi cinta alam dan turut serta memelihara, mengolah, dan memanfaatkan alam sekitar, sikap syukur terhadap nikmat Allah SWT, mengenal hukumhukum agama tentang makanan dan minuman.61 Sebagaimana diketahui, ajaran pokok Islam adalah akidah (keimanan), syariah (keislaman) dan akhlak (ihsan). Akidah bersifat 61
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 75.
34
itikad batin, mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang menciptakan, mengatur, dan meniadakan alam ini. Syariah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia. Sedangkan akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap dan penyempurna bagi kedua amal di atas dan mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia. Tiga inti ajaran pokok ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun Islam, dan akhlak. Dari ketiganya lahirlah ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu akhlak. Ketiga kelompok agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu al-Qur`an dan al-hadits, ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh) sehingga secara berurutan: 1) Ilmu Tauhid (keimanan) 2) Ilmu Fiqih 3) Ilmu Akhlak 4) Al-Qur`an dan al-Hadits 5) Tarikh Islam62 Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwasanya pendidikan Islam sangat komprehensif dalam mengatur kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam haruslah ditanamkan sedini mungkin agar anak menjadi insan kamil seperti yang dicita-citakan oleh Islam. C. Metode Pembiasaan dalam Pendidikan Agama Islam Pembentukan pembinaan moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembina pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya merupakan unsur penting dalam pribadinya. Sikap si anak terhadap agama 62
Ibid, hlm. 77.
35
dibentuk pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapatnya dengan orang tua, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru di sekolah, terutama guru yang disayangi. Jika guru agama dapat membuatnya disayangi oleh murid-murid, maka pembinaan sikap positif terhadap agama akan mudah terjadi. Guru agama akan disenangi oleh anak didiknya apabila guru itu dapat memahami
perkembangan
jiwa
dan
kebutuhan-kebutuhannya,
lalu
melaksanakan pendidikan agama itu dengan cara yang sesuai dengan umur anak itu. Guru agama harus menyadari bahwa anak adalah anak dalam arti keseluruhannya, baik tubuh (jasmani), pikiran, maupun perasaannya. Kesanggupannya untuk mendengar penjelasan guru, orang tua, atau orang dewasa lainnya terbatas, demikian seterusnya. Maka apa yang cocok untuk orang dewasa, tidak akan cocok untuk anak-anak. Demikianlah seterusnya dengan agama. Artinya, ajaran agama yang cocok untuk orang dewasa tidak akan cocok untuk anak-anak. Agar agama mempunyai arti pada anak, hendaklah disajikan dengan cara yang sesuai dengan anak-anak, yaitu dengan cara yang lebih dekat kepada kehidupan sehari-hari dan lebih konkret.63 Latihan-latihan
keagamaan
yang
menyangkut
ibadah
seperti
sembahyang, doa, membaca al-Qur`an atau menghafalkan ayat-ayat atau suratsurat pendek, salat berjamaah di sekolah atau masjid harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Mereka dibiasakan sedemikian rupa sehingga dengan sendirinya mereka akan terdorong untuk melakukannya, tanpa perintah dari luar, tapi dorongan dari dalam. Latihan keagamaan, yang menyangkut akhlak dan ibadah sosial atau hubungan manusia dengan manusia, sesuai dengan ajaran agama, jauh lebih penting daripada penjelasan dengan kata-kata. Latihan-latihan di sini dilakukan melalui contoh yang diberikan oleh guru atau orang tua. Oleh karena itu, guru agama hendaknya mempunyai kepribadian yang dapat mencerminkan ajaran agama, yang akan diajarkan kepada anak-anak didiknya, lalu sikap dalam 63
Zakiah Daradjat, Op.cit., hlm. 74.
36
melatih kebiasaan-kebiasaan baik yang sesuai dengan ajaran agama hendaknya menyenangkan dan tidak kaku. Apabila si anak tidak terbiasa melaksanakan ajaran agama, terutama ibadah (secara konkret seperti salat, puasa membaca al-Qur`an dan berdoa) dan tidak pula dilatih atau dibiasakan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan agama dalam kehidupan sehari-hari, serta tidak dilatih untuk menghindari larangan-larangan agama, mereka pada waktu dewasa nanti akan cenderung kepada acuh tak acuh, anti agama, atau sekurang-kurangnya mereka tidak akan merasakan pentingnya agama bagi dirinya.64 Dalam sebuah syair yang berbunyi: Anak-anak remaja kita tumbuh Sesuai dengan apa yang dibiasakan orang tuanya.65 Maksud dari syair di atas adalah bahwa anak akan tumbuh dewasa sesuai dengan apa yang dibiasakan waktu kecilnya. Jika diajarkan dan dibiasakan suatu kebaikan, maka kebaikan itu akan menjadi tabiatnya hingga dewasa. Begitu juga pembiasaan agama sangat menentukan dalam ibadah, sebab orang yang tidak terbiasa untuk melakukan salat sejak kecil, maka ia akan merasa berat untuk melakukannya ketika sudah dewasa. Demikian pula dengan ibadah-ibadah lainnya. Dengan demikian, maka sesuai dengan ungkapan yang sudah populer yang menyatakan: 66
.ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﺏ ﺷﺎ ﻰ ٍﺀ ﺷ ﻋﻠﹶﻰ ﺐ ﺷ ﻦ ﻣ
“Barangsiapa yang waktu mudanya membiasakan sesuatu,maka hal itu akan menjadi kebiasaannya pula di waktu tua.” Setelah diketahui, bahwa kecenderungan dan naluri anak-anak dalam pengajaran dan pembiasaan sangat besar dibandingkan usia lainnya, maka hendaklah para pendidik dan pengajar memusatkan perhatian pada pengajaran
64
Ibid., hlm. 75. Abdullah Ibnu Sa’d, Tarbiyatul Abna’, Terj. Kamran As’at Irsyady, Langkah Praktis Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm. 122. 65
. ﻧﻔﺲ ﺍﳌﻜﺎﻥ، ﺍﳌﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ66
37
anak-anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya sejak ia memulai realita kehidupan ini. Adapun Rasulullah saw. telah memerintahkan kepada para pendidik agar mereka mengajarkan dan membiasakan kepada anak didik akan prinsipprinsip kebaikan dengan harapan dapat dijadikan pelajaran bagi anak-anak didik di antaranya yaitu:
ﷲ ِ ﻮﻝﹸ ﺍ ﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ:ﺟ ِّﺪ ِﻩ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻦ ﻋ ﻴ ِﻪﻦ ﹶﺃِﺑ ﻋ ﺮ ﹶﺓ ﺒﺳ ﺑ ِﻦ ﺍِﺑ ِﻊﺑ ِﻦ ﺍﻟﺮ ﻚ ِ ﻤِﻠ ﺒ ِﺪ ﺍﹾﻟﻋ ﻦ ﻋ ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ،ﻴﻦﻊ ِﺳِﻨ ﺒﺳ ﺑﹶﻠ ﹶﻎ ﻢ ِﺇﺫﹶﺍ ﻫ ﻭ ﻼ ِﺓ ﺼﹶ ﻲ ﺑﺎِﻟ ﺼِﺒ ﺍ ﺍﻟﺮﻭ ﻣ :ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﱠﻠﻰ ﺍ 67 ()ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ.ﺎﻴﻬﻋﹶﻠ ﻮﻩ ﺿ ِﺮﺑ ﻦ ﻓﹶﺎ ﻴﺮ ِﺳِﻨ ﺸ ﻋ “. . . Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan salat ketika mereka berumur 7 tahun, dan pukulah mereka jika enggan ketika mereka berumur 10 tahun!” (H.R. Abu Daud). Kemudian,
ﻋﻠِﻲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻦ ﻋ ﻴ ِﻪﻦ ﹶﺃِﺑ ﻋ ﻤ ِﺪ ﺤ ﻦ ﻣ ﻌ ﹶﻔ ِﺮ ﺑ ﺟ ﻦ ﻋ ﻤ ِﻦ ﺣ ﺮ ﺍﻟﺒﺪﻋ ﻦ ﻕ ﺑ ِ ﺎ ِﺭﻣﺨ ﻦ ﻋ :ﺎ ٍﻝﺙ ِﺧﺼ ِ ﻼ ﻋﻠﹶﻰ ﹶﺛ ﹶ ﻢ ﺩ ﹸﻛ ﻭ ﹶﻻ ﺍ ﹶﺃﺑﻮﺩ ﹶﺃ:ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮﻝﹸ ﺍ ﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ 68 ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﻳﻠﻤﻲ.ﺁ ِﻥﻭﺓِﺍﻟ ﹸﻘﺮ ﻼ ﻭِﺗ ﹶ ﻴِﺘ ِﻪﺑ ﺁ ِﻝﺣﺐ ﻭ ﻢ ﻴﻜﹸﻧِﺒ ﺣﺐ “. . . Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: cinta kepada Nabi Kamu, cinta kepada ahli baitnya dan membaca al-Qur`an.” (HR. adDailamy) Itulah sedikit gambaran cara mengajar dan membiasakan kepada anak didik tentang PAI yang pokok dan prinsipnya telah diletakkan oleh Rasulullah saw. Dan ini termasuk dalam kerangka metode umum yang digambarkan oleh Islam
dalam
membentuk
anak
dilihat
dari
segi
akidahnya
dan
mempersiapkannya dari segi iman. Hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik dalam mengajarkan kebaikan kepada anak didik dan membiasakan mereka berbudi luhur, yaitu mengikuti metode pemberian dorongan dengan kata-kata yang baik pada kesempatan tertentu dan memberikan hadiah pada kesempatan lain, serta 67 Abdul Rahman Muhammad Utsman, Aunul Ma’bud (Syarah Sunan Abi Daud), (Libanon: Darul Fikr, 1979), hlm. 161. 68 Ad-Dailamy, Dhoif al-Jami’, No 251 (t.tp.: Maktbah Syamilah, t.th), Vol. 1, hlm. 24
38
terpaksa memberikan hukuman pada kesempatan tertentu jika dipandang terdapat maslahat untuk anak didik dalam meluruskan kebengkokannya. Semua metode ini bermanfaat dalam upaya membiasakan anak dengan keutamaankeutamaan jiwa, akhlak, dan etika sosial. Sehingga anak didik menjadi manusia mulia, berimbang, lurus dan berakhlak luhur sesuai dengan ajaran al-Qur`an.69 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting, terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak, dan agama, karena pembiasaan-pembiasaan agama itu akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh berkembang. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat melalui pembiasaan, semakin banyak pula unsur agama dalam pribadinya.
69
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul-Anlad fil-Islam, terj. Saifullah Kamalie., hlm. 63.
BAB III IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT HARAPAN BUNDA PEDURUNGAN SEMARANG A. Gambaran Umum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 1. Latar Belakang Berdirinya SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yang biasa disebut SDIT Harbun ini didirikan pada tahun 1999 di bawah payung Yayasan Bakti Ibu (YBI) yang merupakan usaha menindaklanjuti pendidikan yang telah berhasil diterima pada jenjang pendidikan sebelumnya yaitu Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) yang didirikan pada tahun 1997. Selain berhasil dengan TKIT-nya, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang kini telah mendapat tanggapan dan simpati yang besar dari masyarakat Semarang dan sekitarnya. Pada tahun 2005, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang telah diakreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional dengan mendapat predikat A (93,18) dan menduduki peringkat ke-9 di kota Semarang untuk SD negeri dan swasta.1 SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yang berdiri di bawah naungan Yayasan Bakti Ibu ini dipimpin oleh Ibu Dra. Rini Tri Utami dan kepala sekolahnya Bapak Dany Arif Ardiyanto,S. Pd.I., dengan konsep latar belakang berdirinya yaitu bahwa pendidikan merupakan wahana penting dalam pembentukan generasi penerus yang handal. Pola pendidikan ideal adalah yang bersifat seimbang, menyeluruh, dan terpadu. Pola pendidikan tersebut menyentuh akal, ruh, jasad, dan memadukan antara ilmu kauniyah dan qauliyah. Kondisi pendidikan di Indonesia pada saat ini, khususnya pendidikan dasar masih menekankan aspek akal dan memisahkannya dengan agama. Hal
1
Humas SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, http://www.sditharapanbunda_ blogspot.com/01012008.
38
39
ini berdampak pada sosok yang dihasilkan kurang optimal, khususnya dari sisi moral. Untuk bisa mewujudkan suatu pola pendidikan ideal, sesuai manhaj pendidikan Rasul saw., maka tidak mungkin tercapai manakala kita tetap mengikuti sistem pendidikan sekuler, di mana sistem tersebut memisahkan antara dienul Islam dan ilmu umum serta memasukkan paham orang-orang Barat. Untuk itu, diperlukan adanya suatu alternatif pendidikan yang bisa menghubungkan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ada, antara yang kita idealkan dengan realita yang terjadi. Lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk bisa mewujudkan suatu sistem pengajaran yang bisa menghasilkan anak didik yang memiliki kualitas ruh, akal, dan jasad yang handal. Lembaga Pendidikan Islam Harapan Bunda, sebagai salah satu wujud tanggung jawabnya telah merintis terselenggaranya pendidikan sekolah yang menerapkan
sistem
pendidikan
secara
integral
dan
terpadu
dengan
memasukkan nilai-nilai agama ke dalam bahan ajar yang diberikan. Telah dipahami bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus (kontinyu) dan berkesinambungan. Anak didik pada jenjang pendidikan dasar memiliki potensi fitrah dan kehanifan (potensi untuk menjadi baik) yang masih tinggi. Oleh karena itu, pola-pola Pendidikan Islam Terpadu yang telah diterima siswa di TK, dikuatkan pada jenjang berikutnya. Akan sayang sekali apabila anak didik yang telah diwarnai dengan konsep Islami kemudian berada pada suatu sistem yang jauh berlawanan dengan apa yang diperolehnya ketika di TKIT. Bagi anak didik yang tidak berasal dari TKIT, lembaga pendidikan ini berupaya mewarnai dan membentuk anak agar berkepribadian Islam yang lurus. Pada hakekatnya, Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Harapan Bunda Semarang berupaya agar anak didik tetap dalam fitrahnya.2
2
Semarang.
Dokumentasi tentang latar belakang berdirinya SDIT Harapan Bunda Pedurungan
40
2. Tinjauan Geografis SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yang terletak di Jln. Brigjend. Sudiarto Km. 10,4 Pedurungan Semarang ini mempunyai letak yang strategis, karena berada di tepi jalan raya Brigjen Sudiarto. Dengan lokasi strategis tersebut, memudahkan sarana transportasi dan komunikasi. Sedangkan lokasi gedung SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang adalah sebagai berikut. a. Sebelah utara berbatasan dengan
: Jalan Brigjen Sudiarto
b. Sebelah selatan berbatasan dengan
: Rumah Penduduk
c. Sebelah barat bertasan dengan
: Jalan Plamongan
d. Sebelah timur berbatasan dengan
: Rumah Penduduk
3. Struktur Organisasi SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang berada di bawah naungan Yayasan Bakti Ibu, dalam penanganan kepentingan yayasan sepenuhnya ditangani oleh yayasan. Adapun pengatur langsung pelaksanaan kepentingan yang ada lewat kepala sekolah dan pihak-pihak yang terkait. Pelaksanaan tugas intern yayasan dipisahkan dengan pelaksanaan tugas ekstern sekolah, sehingga masing-masing sisi mampu memaksimalkan tugasnya. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan dan organisasi kegiatan pendidikan dengan dibantu oleh beberapa wakil kepada sekolah. Setiap seorang wakil kepala sekolah menangani satu bidang tertentu, seperti: a. Wakasek bidang kurikulum membawahi koord. Diknas, koord. Khas, serta koord. Qira’ati dan Tahfidz. b. Wakasek bidang kesiswaan membawahi ekstrakurikuler (komputer, kepanduan, dan jurnalistik), BP, dan umum (eksternal dan internal). c. Wakasek bidang humas. d. Wakasek bidang administrasi keuangan membawahi bidang keuangan dan tata usaha.
41
e. Wakasek bidang sarana dan prasarana yang bertanggung jawab menangani sarana dan prasarana sekolah dan membawahi koord. olah raga, PSB, perpustakaan, UKS, kelas, dan mushola.3 Adapun susunan organisasi SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dapat dilihat dalam lampiran. Di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah mengadakan koordinasi untuk mengevaluasi program sebulan sebelumnya dan membuat rencana program bulan yang akan datang yang dilaksanakan sebulan sekali.4 4. Visi dan Misi a. Visi Menjadi sekolah dasar Islam unggul yang mampu membentuk generasi yang utuh (insan mutakamil) dan menjadi unsur perekat umat. b. Misi 1) Menjadikan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang sebagai lembaga pendidikan dasar yang berasas Islam, mengikuti metode Rasulullah saw. 2) Lembaga pendidikan yang meletakkan dasar-dasar pendidikan secara terpadu dan seimbang antara ruhiyah-aqliyah-jasadiyah antara fikir, dzikir dan ikhtiar antara individu-keluarga dan masyarakat, antara imtaq dan iptek, antara ayat qauliyah dan kauniyah, antara kepentingan dunia dan akhirat. 3) Lembaga pendidikan yang berorientasi untuk membentuk generasi muslim yang utuh (berkarakter). 4) Lembaga pendidikan yang mengembangkan potensi dan profesional guru melalui pendidikan ruhiyah, akal, jasad dan peningkatan kemampuan pembelajaran.
3
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 12 Januari 2009. 4 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 8 Nopember 2008.
42
5) Lembaga pendidikan yang mewadahi Lembaga Pendidikan Islam pada khususnya dan lembaga pendidikan dasar pada umumnya dengan konsep pendidikan Islam. 6) Lembaga pendidikan yang mewadahi seluruh potensi umat.5 5. Tujuan dan Target Pendidikan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dengan segala potensi dan kemampuan yang ada berupaya mendidik siswanya agar mempunyai: a. Tujuan Umum 1) Pemahaman yang utuh terhadap dienul Islam yang tercermin dari terwujudnya 10 kompetensi dasar pribadi muslim, yaitu: a) Salimah aqidah (aqidahnya lurus) b) Shahihul’ ibadah (ibadahnya benar) c) Matinul khuluq (mulia akhlaqnya) d) Qadirun ’alal kasbi (mandiri) e) Mustaqaful fikri (luas wawasan berfikirnya) f) Qawwiyul jismi (sehat dan kuat jasmaninya) g) Mujahidun linafsihi (bersungguh-sungguh) h) Munadzamun fi syu`unihi (tertib dan rapi dalam setiap urusannya) i) Harishun ’ala waqtihi (disiplin waktu) j) Nafi’un lighairihi (bermanfaat untuk orang lain) 2) Kemampuan dasar baca, tulis, dan hitung. 3) Keterampilan yang bermanfaat bagi anak didik. 4) Mempersiapkan anak didik menuju jenjang pendidikan SLTP. b. Tujuan Ideologis Secara umum, tujuan penyelenggaraan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang mencakup seluruh tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 3, tentang tujuan pendidikan nasional, yaitu: ”Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi 5
Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang tahun pelajaran 2008/2009.
43
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan ruhani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.” Penyelenggaraan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang tidak terlepas dari tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah selaras dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu merealisasikan kedudukan manusia sebagai seorang hamba Allah SWT. di muka bumi. Tujuan pendidikan tersebut dapat dicapai jika ciri-ciri pendidikan yang Islami dipenuhi secara sempurna. Ciri-ciri pendidikan tersebut adalah: 1) Rabbaniyah Pendidikan berorientasi kepada Rabb semesta alam, Allah SWT. Rabbaniyah meliputi: a) Pelaku pendidikan: memiliki 2 karakteristik yakni manusia yang senantiasa dibekali (mencari) dan senantiasa menyampaikan ilmunya setelah mengamalkannya (Q.S. ash-Shaf: 3). ”Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan akan kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Q.S. Ali Imran: 79). b) Prinsip atau dasar: pendidikan membawa misi tauhid, mengesakan Allah SWT. dan menafikan semua sesembahan selain Allah SWT. Sehingga hasilnya adalah sosok manusia yang senantiasa berpegang kepada tujuan hidupnya, yakni ‘ubudiyah (penghambaan diri) kepada Allah SWT., bukan manusia yang menonjolkan eksistensinya, takabur, dan mengikuti hawa nafsu semata. c) Sumber: berpegang kepada petunjuk Allah SWT. (kitab Allah SWT.) dan tuntunan Rasulullah saw. d) Sistem dan komunitas yang dibentuk: sistem pendidikan Rasulullah saw., suasana Islami, tidak berbaur antar-lawan jenis, dan keteladanan para pendidik. 2) Keutuhan Ruang Lingkup Pendidikan
44
Pendidikan Islam mencakup tiga aspek secara seimbang. a) Sisi intelektual (pengetahuan): sisi ini dibina pengetahuannya tentang dienul Islam secara utuh, ayat-ayat kauniah yang senantiasa dikaitkan dengan ayat-ayat qauliyah yang dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan peradaban modern beserta permasalahannya. b) Sisi kepribadian: sisi ini dibina agar terwujud insan yang senantiasa berpegang pada akhlak Islami. c) Sisi komitmen: sisi ini dibina agar terwujud insan yang senantiasa mengabdikan dirinya untuk kepentingan Islam. 3) Bertahap (Graduated) Pendidikan disusun secara bertahap sesuai dengan perkembangan anak didik. 4) Berkesinambungan (Continuitas) Pendidikan
dilaksanakan
secara
terus-menerus,
berkesinambungan dari segi waktu atau bahan ajar, agar mampu terjaga ‘ubudiyah manusia kepada Allah SWT. secara kontinyu pula. 5) Keseimbangan Ketiga unsur penyusun manusia mendapat perhatian seimbang, ruh-akal-jasad. c. Target Pendidikan 1) Mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan benar serta mendapat ijazah Qira’ati. 2) Mampu menghafal juz 30 dengan mumtaz (lancar) dan 1 juz dari juz 29 bagi anak-anak yang sudah memenuhi target dan memahami beberapa surat yang relevan dengan kurikulum PAI SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. 3) Mampu
menghafal
dan
perkembangannya. 4) Shalat 5 waktu secara mandiri. 5) Gemar membaca dan menulis.
mengamalkannya
sesuai
dengan
45
6) Berani bertanya dan mengembangkan rasa ingin tahu. 7) Lulus 100% ujian sekolah dengan kriteria SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang (tuntas dengan nilai mapel UAN dan nilai PAI, Qira’ati, Tahfidz dan PKn). 8) Menduduki rangking ke-3 UAN di tingkat kecamatan. 9) Disiplin dan terbiasa dengan pola hidup bersih. 10) Menguasai komputer, jurnalistik, dan kepanduan tingkat dasar. 11) Menguasai keterampilan hidup (life skill). 12) Mengembangkan jiwa entrepreneur (kewirausahaan).6 6. Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang a. Intrakurikuler Dalam upaya merealisasikan tujuan yang ada, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang menyusun kurikulum sebagai berikut. 1) Kurikulum Diknas Menggunakan kurikulum Diknas 100% dengan pengembangan dalam pembelajaran (silabus, materi, kegiatan belajar-mengajar, dan aspek keterpaduan dengan dienul Islam). Menerapkan sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun pelajaran 2007-2008 di semua level (kelas I-VII). Mata pelajaran yang disajikan dalam kuikulum Diknas (KTSP) meliputi: a) Pendidikan Agama b) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) c) Bahasa Indonesia d) Matematika e) Ilmu Pengetahuan Alam f) Pengetahuan Sosial g) Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) h) Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan (Penjasorkes) i) Muatan Lokal (Mulok) 6
Ibid.
46
(1) Bahasa Jawa (Jawa Tengah) (2) Kepedulian Diri dan Lingkungan (KPDL) (3) Bahasa Inggris (pilihan sekolah) 2) Kurikulum Khas Kurikulum khas merupakan pengembangan kurikulum agama Islam yang tercermin dari terwujudnya 10 kompetensi dasar pribadi muslim, yang meluaskan pada aspek life skill dan pembentukan karakter anak dengan diterapkan pada sistem berbasis kompetensi. Dengan materi yang memadukan antara PAI Diknas dengan materi khas dari JSIT dan Harapan Bunda yang meliputi: a) Aqidah Akhlak b) Ibadah c) Dirosah d) Pengajaran al-Qur`an (Qira`ati) e) Tahfidzul Qur`an f) Bahasa Arab, Khat, dan Imla`. b. Ekstrakurikuler Ekstrakurikuler merupakan pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik dan memberikan keterampilan hidup (life skill). Mata pelajaran yang dikembangkan dalam ekstrakurikuler antara lain: 1) Ekstrakurikuler Wajib a) Jurnalistik (untuk kelas 3-6) b) Pramuka (untuk kelas 3-6) c) Komputer (Teknologi Informasi) (untuk kelas 1-6) 2) Ekstrakurikuler Pilihan (Mulai Kelas 3) a) Seni Budaya Islam (Nasyid, Rebana, Puisi/Pdato, Teater, Qira`ah) b) KIA (Kelompok Ilmiah Anak) c) Conversation (Bahasa Inggris dan Bahasa Arab) d) Olah Raga (Sepak Bola dan Silat).
47
STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) SDIT HARAPAN BUNDA PEDURUNGAN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2008/2009 No. I
II
III
Mata Pelajaran Kurikulum Khas Pendidikan Agama Islam a. Aqidah Akhlak b. Ibadah c. Dirosah (+ Tahfidz) d. Qira`ati e. Bahasa Arab f. Khat Kurikulum Diknas a. PKn b. Bahasa Indonesia c. Matematika d. IPA e. Pengetahuan Sosial f. Seni Budaya dan Keterampilan g. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan h. Muatan Lokal 1. Bahasa Jawa 2. KPDL 3. Bahasa Inggris Ekstrakurikuler a. Kepanduan b. Jurnalistik c. Komputer/Teknologi Informasi/BK Jumlah
1
2
Kelas 3 4
5
6
2 2 2 8 2 2
2 2 2 8 2 2
2 2 2 8 2 2
2 2 2 8 2 2
2 2 2 8 2 2
2 2 2 8 2 2
2 4 4 2 2 2 2
2 4 4 2 2 2 2
2 4 6 4 4 2 2
2 4 6 3 3 2 2
2 4 6 3 3 2 2
2 6 6 4 4 2 2
2 2
2 2
2 2 2
2 2 4
2 2 4
2 2 4
2 42
2 42
0 2 2 52
0 2 2 52
0 2 2 52
0 2 2 56
Keterangan: a. Kepanduan: di luar jadwal pelajaran digabung kelas paralel per 2 pekan. b. SBI (Seni Budaya Islam): Rebana, Nasyid, Puisi, Teater, dan Lukis juga di luar jadwal pelajaran. Jadwalnya menyesuaikan guru SBI. c. Untuk TI komputer jadwalnya bersamaan dengan BK. d. Mentoring untuk kelas 4-6 di luar jadwal di atas (jadwal tersendiri). 7
7
Ibid.
48
7. Keadaan Pendidik, Tenaga Kependidikan, dan Siswa a. Keadaan Pendidik Suatu lembaga dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan apabila mempunyai dua unsur pokok dalam proses pendidikan dan pengajaran, yaitu pendidik dan peserta didik. Adapun tenaga pengajar di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang berjumlah 48 orang guru, yang terdiri dari 24 orang guru kelas, 11 orang guru al-Qur`an (Qira`ati), 1 orang guru Bahasa Arab, 2 orang guru Bahasa Inggris, 2 orang guru Olah Raga, 3 Guru Tahfidzul Qur`an, 1 orang guru BK (sebagai pengganti 1 orang guru koordinator al-Qur`an), dan 4 orang guru ekstrakurikuler (komputer, silat, jurnalistik, dan rebana). Ekstrakurikuler yag lain dirangkap guru kelas. Tenaga pengajar di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang adalah lulusan dari UNNES, IAIN, IKIP PGRI, dan PGPQ. Hal ini sangat menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar, karena para pendidiknya punya bekal yang cukup dan sesuai dengan bidangnya. Adapun mengenai daftar guru dapat dilihat pada lampiran. b. Keadaan Tenaga Kependidikan Tenaga Kependidikan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang terdiri dari Kepala Sekolah, 2 orang TU, 1 orang satpam, dan 3 orang cleaning service. Adapun pustakawan dirangkap oleh salah satu guru kelas.8 c. Keadaan Siswa Siswa yang terdaftar di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang berasal dari berbagai daerah. Ada yang berasal dari daerah Sampangan, Tlogosari, Arya Mukti, Plamongan Hijau, Pucang Gading, Mranggen, dan sebagainya. Siswa SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 415 siswa. Keseluruhan jumlah siswa tersebut dibagi dalam 6 kelas, dan pada setiap tingkatan kelas dibagi menjadi 2 kelas. 8
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 12 Januari 2009.
49
Untuk kelas I berjumlah 73 siswa (kelas Hasan 37 siswa dan kelas Husain 36 siswa). Kelas II berjumlah 70 siswa (kelas Hamzah 35 siswa dan kelas Kholiq 35 siswa). Kelas III berjumlah 72 siswa (kelas Ka’ab 36 siswa dan kelas Mush’ab 36 siswa). Kelas IV berjumlah 67 siswa (kelas Utsman 31 siswa dan kelas Aisyah 36 siswi). Kelas V berjumlah 75 siswa (kelas Umar 37 siswa dan kelas Sumaiyah 38 siswi). Kelas VI berjumlah 58 siswa (kelas Abu Bakar 32 siswa dan kelas Khadijah 26 siswi). Pembagian kelas ini, untuk kelas I sampai kelas III antara siswa putera dan puteri masih dicampur, sedangkan untuk kelas IV sampai kelas VI antara siswa putera dan puteri dipisah.9 8. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah. Diantara sarana dan prasarana yang dimiliki SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu: a. Ruang kelas Ruang kelas ini berfungsi sebagai sarana dalam belajar-mengajar. Ruang kelas yang dimiliki oleh SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang berjumlah 12 ruang kelas. b. PSB (Pusat Sumber Belajar) PSB ini dapat berfungsi sebagai perpustakaan, ruang multimedia, tempat menyimpan media belajar, dan bahkan dapat juga berfungsi sebagai tempat belajar-mengajar jika memang diperlukan. c. Laboratorium komputer Di dalam laboratorium tersebut terdapat 32 unit komputer yang dapat digunakan secara perorangan atau bergantian.
9
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 19 Nopember 2008.
50
d. Mushola Selain digunakan untuk melaksanakan ibadah shalat oleh para guru, karyawan, dan siswa, mushola juga sering digunakan sebagai tempat pertemuan wali murid dan kegiatan pembelajaran Qira`ati. e. Ruang guru f. Kamar mandi Kamar mandi di sini dipisah antara kamar mandi siswa, guru, dan kamar mandi tamu. Adapun jumlah kamar mandi adalah 16 buah. g. Ruang BMT Ruang ini berfungsi untuk transaksi pembayaran sekolah, seperti; pembayaran SPP tiap bulan. Selain itu, BMT juga digunakan sebagai tempat belajar menabung bagi kelas III-VI. h. UKS i. Kantor kepala sekolah j. Ruang tata usaha k. Ruang konseling Ruang ini digunakan untuk melayani konseling bagi para guru maupun orang tua murid. Dalam hal ini, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang mengangkat guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan). l. Lapangan olah raga m. Kantin.10 B. Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 1. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang mencakup 3 aspek: pemahaman konsep, keterampilan proses, dan ‘amaliyah atau aplikasi. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang terfokus pada bidang studi: 10
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 12 Januari 2009.
51
a. Aqidah Bidang studi ini memberikan gambaran tentang aqidah Islamiyah berlandaskan al-Qur`an dan as-Sunnah. Bidang studi ini membahas rukun iman dan rukun Islam sebagai hal yang pertama dan utama dalam aqidah seorang muslim. b. Ibadah Bidang studi ini memberikan gambaran tentang hukum-hukum Islam praktis dan rinci tentang fiqih ibadah, muamalah, dan lain-lain yang mengacu kepada al-Qur`an dan as-Sunnah dengan tidak fanatik kepada madzhab tertentu serta menghargai para ulama, fuqaha, terutama para imam madzhab. c. Akhlak Bidang studi ini memberikan gambaran tentang akhlak adalah suatu hal yang sangat penting dalam pembentukan pribadi muslim. Karena menyangkut masalah hati dan jiwa manusia yang merupakan sumber perubahan, pengembangan, dan peningkatan kualitas diri. d. Dirosah Bidang studi ini memberikan gambaran tentang keluasan ilmu Allah SWT., sehingga diharapkan seorang muslim mampu menggunakan potensi akal, pikiran, dan inderanya dengan optimal.11 2. Deskripsi mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang Pendidikan Agama Islam diberikan porsi yang sama dengan mata pelajaran umum (kurikulum mengembangkan sendiri), dimana penekanan pada aspek ‘amaliyah, materi-materi yang disampaikan ditekankan untuk dibiasakan dalam pengamalannya. Pendidikan Agama Islam dipecahkan dalam beberapa mata pelajaran, diantaranya: a. Aqidah atau Akhlak
11
Kurikulum Khas SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang tahun pelajaran 2008/2009.
52
1) Tujuan Kurikuler a) Mata pelajaran Aqidah ditujukan untuk memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang aqidah Islam yang lurus. Arahnya mencapai kompetensi dasar muslim pertama: menjadi muslim dengan aqidah yang lurus/benar (salimul ‘aqidah). b) Memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang hukum Islam, khususnya dalam akhlak Islam. c) Mendorong, membina, dan membimbing siswa untuk mengamalkan adab-adab, akhlak terpuji yang disyariatkan. d) Target-target materi per kelas disesuaikan dengan perkembangan siswa. e) Memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP. 2) Waktu Mata pelajaran Aqidah dilaksanakan 2 jam pelajaran per pekan untuk masing-masing kelas. Satu jam pelajaran selama 35 menit. 3) Pelaksanaan Dilaksanakan oleh guru PAI sesuai kelas masing-masing, metode yang dipakai ceramah, game, diskusi, bermain peran, dan mutaba’ah atau evaluasi pengamalan. b. Ibadah 1) Tujuan Kurikuler a) Memberikan kemampuan dasar kepada siswa tetang hukum Islam, khususnya dalam ibadah mahdhoh. b) Mendorong, membina, dan membimbing siswa untuk mengamalkan ibadah-ibadah yang disyariatkan. c) Memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP. 2) Waktu a) Mata pelajaran Ibadah dilaksanakan 2 jam pelajaran per pekan untuk masing-masing kelas. Satu jam pelajaran sebanyak 35 menit.
53
b) Pembiasaan ibadah dilakukan pada saat shalat berjamaah Dhuhur, Ashar, (meliputi wudhu, shalat, adzan, iqamah, kultum, imam, dan sebagainya). c) Tilawatul Qur`an, menghafal, dan memahami artinya, melakukan pembiasaan Tilawatil Qur`an. 3) Pelaksanaan a) Dilaksanakan oleh guru khas sesuai kelas masing-masing, metode yang dipakai seramah, game, diskusi, bermain peran, dan mutaba’ah atau evaluasi pengamalan. b) Target-target pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan siswa. c. Dirasah 1) Tujuan Kurikuler a) Memberikan kemampuan dasar kepada siswa untuk mengenal dan mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah dan peradaban Islam. b) Menumbuhkan sikap para peserta didik untuk menghargai para tokoh pelaku sejarah dan pencipta peradaban yang membawa kemajuan dan kejayaan Islam. c) Menanamkan nilai-nilai keteladanan para pembawa risalah dan kreativitas peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. d) Menghapal dan memahami makna surat-surat pendek dalam al-Qur`an dan hadits (Hadits al-Arba’in an-Nawawiyah). e) Memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP. 2) Waktu Mata pelajaran Dirasah dilaksanakan 2 jam pelajaran per pekan untuk masing-masing kelas. Satu jam pelajaran sebanyak 35 menit. 3) Pelaksanaan a) Metode berkisah, mengambil hikmah dan keteladanan dari Shirah Nabawiyah. b) Menonton VCD Islami, mendiskusikan, mengambil hikmah dari kisah-kisah yang ada. c) Hapalan al-Qur`an dan hadits, memahami artinya.
54
d. Qira`ati 1) Tujuan Kurikuler a) Memberikan kemampuan hingga taraf mahir bagi siswa untuk membaca al-Qur`an, dengan diwujudkan mendapat ijazah (sertifikat kelulusan). b) Mendorong, membina, dan membimbing siswa untuk mengamalkan dalam wujud tilawah harian. c) Memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP. 2) Waktu a) Mata pelajaran BTAQ dilaksanakan 8 jam pelajaran per pekan untuk masing-masing kelas. Satu jam pelajaran sebanyak 35 menit. b) Dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu. c) Pembagian waktu pengajaran dibagi dalam 3 shift: (1) Jam 07.15-08.25
kelas I dan II.
(2) Jam 08.25-09.35
kelas III dan IV.
(3) Jam 10.00-11.10
kelas V dan VI.
3) Pelaksanaan a) Setiap shift diampu oleh 11 guru, dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sesuai tingkat jilid dan kemampuan siswa. b) Menggunakan metode pengajaran klasikal baca simak, target 1 jilid per semester. c) Agenda pengajaran: (1) 10 menit pertama: pembukaan dan moroja’ah surat yang sudah dihapal dalam pelajaran Tahfidz (dari surat an-Nas sampai surat tertinggi). (2) 60 menit berikutnya: membaca Qira`ati/tadarus al-Qur`an. d) Target pencapaian hasil belajar dan sistem penilaian sebagai berikut. No. 1 2 3 4 5
Kelas/Semester I/1 (satu) I/2 (dua) II/1 (satu) II/2 (dua) III/1 (satu)
Target Qira`ati Jilid 1 Jilid 2 Jilid 3 Jilid 4 Jilid 5
55
6 7 8 9 10 11
III/2 (dua) IV/1 (satu) IV/2 (dua) V/1 (satu) V/2 (dua) VI
Jilid 6 Gharib dan tadarus al-Qur`an Tajwid dan tadarus al-Qur`an Tahsin Persiapan EBTAQ Tadarus dan remidi bagi yang belum lulus Qira`ati (Syahadah)
e) Dasar penilaian Qira`ati membaca No. 1 2 3 4
Nilai 6 6.5 7 7.5
5
8
Keterangan Jilid 1 (1-30 halaman) Jilid 1 (31-44 halaman) 1-21 halaman jilid di atasnya 22 halaman, lancar halaman sebelumnya (jilid di atasnya) Di atas target 22 ke atas
e. Bahasa Arab 1) Tujuan Kurikuler a) Kelas I dan II : siswa hapal dan paham kosa kata pilihan. b) Kelas III-VI
: siswa dapat menguasai bahasa Arab tingkat dasar.
c) Menulis khat (1) Kelas I-II
: dapat menulis bahasa dengan kaidah penulisan huruf dan harokat.
(2) Kelas III-VI : siswa dapat menulis imla` untuk kalimat bahasa Arab atau ayat-ayat al-Qur`an. 2) Pelaksanaan a) Menulis (khat) dipegang oleh 1 orang guru bidang studi. b) Bahasa Arab kelas I-II diampu oleh guru khas bersangkutan. c) Bahasa Arab kelas III-VI diampu oleh guru bidang studi Bahasa Arab. f. Tahfidzul Qur`an 1) Tujuan Kurikuler a) Siswa hapal 1-2 juz (juz 30-29) al-Qur`an dengan materi ujian juz 30. b) Mendorong, membina, dan membimbing siswa untuk suka atau mencintai menghapal al-Qur`an dan mengamalkan dalam keseharian. c) Memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan SLTP.
56
2) Waktu Mata pelajaran Tahfidzul Qur`an dilaksanakan 4 jam pelajaran per pekan untuk masing-masing kelas. Satu jam pelajaran sebanyak 35 menit. Guru kelas (khas) membantu menambah hapalan melalui mata pelajaran Tahfidz 2 dan disetorkan ketika pelajaran Tahfidz. 3) Pelaksanaan a) Sitem pengajaran Tahfidzul Qur`an mengacu pada kurikulum yang dikembangkan sendiri. b) Pengajaran Tahfidz dipandu oleh guru khusus yang memiliki skill telah hapal 30 juz al-Qur`an (hafidz dan hafidzoh dari pondok tahfidz). c) Metode pengajaran dilaksanakan sebagai berikut. (1) Dalam satu pekan, guru kelas bertanggung jawab menambah hapalan siswa minimal ½ halaman al-Qur`an pojok. Pada saat siswa belajar Qira`ati, mereka melakukan muroja’ah dari surat an-Nas sampai surat tertinggi yang dihapal. Ketika jam pelajaran Tahfidz, mereka menyetorkan hapalannya ke guru tahfidz. (2) Metode lain yang diterapkan ketika pelajaran Tahfidz, semua guru kelas
masuk
mendampingi
guru
Tahfidz,
kemudian
mengelompokkan siswa sesuai tingkat hapalannya. Siswa dengan rata-rata hapalan yang sama melakukan hapalan secara klasikal ½ halaman al-Qur`an, kemudian guru pendamping mendampingi untuk
mengulangi
hapalannya.
Sedangkan
guru
Tahfidz
memegang siswa-siswa yang hapalannya lebih. (3) Pembiasaan dilakukan juga di rumah untuk mengulang hapalan. d) Target pencapaian hapalan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang KELAS I No. 1 2 3 4
Semester I Nama Surat Al-Fatihah An-Nas Al-Falaq Al-Ikhlas
Juz 30 30 30 30
No. 1 2 3 4
Semester II Nama Surat Al-Quraisy Al-Fiil Al-Humazah Al-’Ashr
Juz 30 30 30 30
57
5 6 7 8 9
Al-Lahab An-Nashr Al-Kafirun Al-Kautsar Al-Ma’un
30 30 30 30 30
5 6
At-Takatsur Al-Qori’ah
30 30
Semester II Nama Surat Tahfidz semester 1 At-Tiin Al-Insyiroh Adh-Dhuha Al-Lail
Juz 30 30 30 30 30
Semester II Nama Surat Tahfidz semester I Al-Ghosyiyah Al-A’la Ath-Thoriq Al-Buruj
Juz 30 30 30 30 30
Semester II Nama Surat Tahfidz semester I At-Takwir ‘Abasa An-Nazi’at
Juz 30 30 30 30
Semester II Nama Surat Lancar juz 1 Al-Mursalat Al-Insan
Juz 30 29 29
Semester II Nama Surat Al-Muzammil Al-Jin Tasmi’
Juz 29 29 30/29
KELAS II No. 1 2 3 4 5 6
Semester II Nama Surat Tahfidz kelas I Al-‘Adiyat Az-Zalzalah Al-Bayyinah Al-Qadr Al-‘Alaq
No. 1 2 3 4
Semester I Nama Surat Tahfidz kelas II Asy-Syams Al-Balad Al-Fajr
No. 1 2 3 4
Semester I Nama Surat Tahfidz kelas III Al-Insyiqoq Al-Muthoffifin Al-Infithor
No. 1 2 3
Semester I Nama Surat Tahfidz kelas IV An-Naba` Tasmi’ juz 1
No. 1 2 3
Semester I Nama Surat Lancar 1 juz Al-Qiyamah Al-Muddatsir
Juz 30 30 30 30 30 30
No. 1 2 3 4 5
KELAS III Juz 30 30 30 30
No. 1 2 3 4 5
KELAS IV Juz 30 30 30 30
No. 1 2 3 4
KELAS V Juz 30 30 30
No. 1 2 3
KELAS VI Juz 30 29 29
No. 1 2 3
58
e) Sistem penilaian mata pelajaran Tahfidzul Qur`an (1) Kelancaran (dari an-Nas sampai surat tertinggi yang dihapal) (2) Tajwid (3) Fashohah (4) Sikap12 C. Implementasi Metode Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 1. Dasar Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang merupakan lembaga pendidikan yang mengamalkan persepsi seluruh komponen tentang pendidikan melalui metode Rasulullah saw. (pembiasaan, keteladanan, nasihat, dan hukuman). Sebagai bentuk pelaksanaan persepsi tersebut yaitu melalui penciptaan iklim (budaya) sekolah Islami. Hal ini diterapkan melalui pembiasaan dan keteladanan di lingkungan sekolah agar pembiasaan yang baik tersebut tertanam dalam kehidupan sehari-hari hingga mereka dewasa.13 Dasar dari dilaksanakannya pembiasaan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu karena adanya kebutuhan akan terciptanya pribadi muslim yang kaffah (sempurna). Karena telah diketahui bahwasanya ajaran agama Islam bukanlah agama yang hanya sekedar mengajarkan teori-teori dan hapalan-hapalan saja, tetapi juga penerapan yang kemudian dibiasakan agar nantinya dapat terbentuk pribadi muslim yang kaffah, insan kamil seperti yang dicita-citakan oleh Islam.14 Selain itu, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang juga merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan kurikulum terpadu, yaitu selain terpadu dalam materi dan pola asuh juga terpadu ranah (kognitif, afektif, 12
Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang tahun pelajaran 2008/2009. Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 20 Nopember 2008. 14 Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 20 Nopember 2008 dan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 8 Nopember 2008. 13
59
dan psikomotorik). Oleh karena itu, selain teori dan pemahaman, pembiasaan dalam amalan-amalan (ibadah) dan akhlak-akhlak yang baik sangatlah penting, sebab secara fitrah Allah SWT. telah membekali setiap manusia dengan ruh atau hati, akal, dan jasmani yang ketiganya harus dipelihara dan dikembangkan secara seimbang.15 Atas dasar itulah mengapa metode pembiasaan sangatlah perlu diterapkan dan dilaksanakan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. 2. Tujuan Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang Dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan, tidak bisa terlepas dari tujuan yang hendak dicapai. Begitu pula dalam pelaksanaan metode pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. Adapun tujuannya antara lain: a. Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik. b. Membentuk peserta didik agar memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, yaitu membentuk pribadi muslim yang kaffah. c. Menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik dalam rangka pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.16 3. Materi Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang Setelah dasar dan tujuan, unsur ketiga dari pelaksanaan suatu kegiatan yaitu adanya materi yang disajikan. Materi pembiasaan pendidikan agama Islam yang dilaksanakan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang ialah materi PAI yang memerlukan pengamalan dan pembiasaan, yaitu: a. Pembiasaan dalam akhlak b. Pembiasaan dalam ibadah c. Pembiasaan dalam akidah
15 16
Ibid. Ibid.
60
Ketiga aspek di atas dibagi dalam dua bentuk, yaitu rutin dan berkala. Rutin (dalam istilah SDIT Harapan Bunda) maksudnya adalah yang tercakup dalam akhlak besar, diantaranya: shalat, doa harian, salam, menjaga kebersihan, serta gemar membaca al-Qur`an dan buku ilmiah. Sedangkan berkala maksudnya adalah disesuaikan dengan materi PAI berdasarkan jenjang kelas masing-masing.17 4. Pelaksanaan Metode Pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang Pembiasaan yang dilaksanakan dalam pendidikan agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang sebagai berikut. a. Pembiasaan dalam Akhlak Pembiasaan akhlak yang dimaksud di sini yaitu segala perbuatan baik yang perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. 1) Pembiasaan Salam dan Salim Pembiasaan salam dan salim di SDIT Harapan Bunda dilakukan oleh seluruh warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, siswa-siswi, sampai karyawan. Salam ini dibiasakan pada waktu: a) Warga sekolah datang ke sekolah. b) Sebelum guru memulai dan menyudahi pelajaran. c) Warga sekolah masuk dan keluar perpustakaan. d) Warga sekolah masuk dan keluar laboratorium. e) Warga sekolah masuk dan keluar kantor dan ruang guru. f) Warga sekolah masuk dan keluar kantin sekolah. Adapun berjabat tangan dibiasakan ketika warga sekolah datang dan ketika pulang sekolah atau ketika warga sekolah baru berjumpa (bertatap muka) dan berpamitan.18 2) Pembiasaan Adab Makan 17
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008. 18 Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 20 Nopember 2008.
61
Pembiasaan ini dilakukan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang setiap jam makan siang di sekolah dengan waktu yaitu: a) Untuk kelas I-III, makan siang dilakukan sebelum salat Dhuhur. b) Untuk kelas IV-VI, makan siang dilakukan setelah salat Dhuhur. Pembagian waktu ini dilakukan untuk mengantisipasi antri wudhu yang lama.19 Makan siang ini dilakukan di kelas masing-masing dengan guru kelas sebagai koordinator. Makan siang ini dimulai dengan membaca doa sebelum makan bersama-sama kemudian siswa makan siang bersamasama. Ketika siswa makan, guru memperhatikan bagaimana adab atau etika
mereka
makan,
misalkan
ada
kesalahan
guru
langsung
mengingatkan. Setelah makan, siswa-siswi membaca doa sesudah makan, kemudian membasuh tangan dan mencuci tempat makannya sendirisendiri. 3) Pembiasaan Hidup Bersih Pembiasaan hidup bersih di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dilakukan oleh seluruh warga sekolah. Pembiasaan yang dilakukan di antaranya yaitu: a) Warga sekolah dianjurkan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. b) Warga sekolah hendaknya selalu mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan. c) Para siswa dibiasakan mencuci tempat makan setiap habis makan. d) Para siswa dibiasakan menjaga kebersihan kelas. e) Warga sekolah dibiasakan mejaga kebersihan diri dan lingkungan, seperti meletakkan sepatu di rak sepatu dan selalu berpakaian bersih dan rapi. f) Para siswa diperiksa kebersihan kuku, telinga dan rambutnya setiap hari jum’at. 19
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 19 Nopember 2008.
62
g) Kegiatan kebersihan lingkungan sekitar sekolah pada momen-momen tertentu, seperti sebelum peringatan 17 Agustusan dan Hari Kebersihan Lingkungan Hidup.20 4) Pembiasaan Disiplin Belajar Dalam pembiasaan disiplin belajar, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang menerapkan program jam ibadah dan belajar pada pukul 18.00-20.00 WIB. Guru melakukan kontrol dengan bekerja sama dengan orang tua siswa untuk memantau kegiatan siswa di rumah terkait pembiasaan ibadah seperti salat serta pembiasaan belajar di waktu-waktu belajar.21 Kontrol ini dilakukan guru kelas melalui telepon kepada orang tua siswa secara bergiliran antara siswa yang satu dengan yang lain. Kontrol ini kadang dilakukan juga pada waktu kegiatan ta’lim orang tua siswa yang dilakukan satu minggu sekali.22 5) Pembiasaan Akhlak diri dan Orang Lain Pembiasaan
ini
dilaksanakan
di
SDIT
Harapan
Bunda
Pedurungan Semarang dengan melibatkan siswa secara aktif, dimana antara siswa satu sama lain saling mengawasi dan mengingatkan jika yang lain melakukan kesalahan. Setiap seminggu sekali masing-masing siswa harus melaporkan hasil pemantauan dan upaya mengingatkan temannya kepada guru kelas masing-masing untuk selanjutnya dilakukan evaluasi.23 Pembiasaan akhlak di atas adalah pembiasaan akhlak yang termasuk dalam bentuk rutin. Untuk bentuk yang berkala disesuaikan dengan materi PAI masing-masing kelas. Misalkan materi PAI kelas I 20
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 12 Januari 2009 dan Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 19 Nopember 2008. 21 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 8 Nopember 2008. 22 Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 20 Nopember 2008. 23 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 26 Nopember 2008.
63
tentang adab BAK (buang air kecil) dan BAB (buang air besar), meliputi doa masuk dan keluar kamar kecil, mendahulukan kaki kiri ketika masuk dan kaki kanan ketika keluar, tidak bersuara ketika di kamar kecil dan lain sebagainya. Untuk adab BAK dan BAB biasanya dibiasakan selama 10 hari dan utuk materi lainnya disesuaikan kebutuhan. 24 Kemudian misalkan materi PAI kelas III tentang siwak, maka anak-anak diajarkan langsung praktik, siswa-siswi diminta untuk membawa sikat dan pasta gigi dari rumah, kemudian diberi pengertian untuk membiasakannya.25 b. Pembiasaan dalam Ibadah Yang dimaksud ibadah disini yaitu terkait amalan-amalan agama antara makhluk dengan Tuhannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan yang dilakukan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu: 1) Pembiasaan Salat Pembiasaan shalat yang dilaksanakan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu salat dhuhur untuk shalat wajib ditambah salat Jum’at bagi para siswa putera dan salat dhuha untuk salat sunnahnya. Pembiasaan ini dilakukan dengan cara: a) Salat Dhuhur Salat dhuhur ini dilakukan di sekolah dan dilakukan di kelas masing-masing pada waktu ishoma (istirahat, salat dan makan) dengan rincian: (1) Kelas I
: semester satu masih berupa gerakan-gerakan, semester 2 mulai bacaan, pengawasan dilakukan guru sepenuhnya.
(2) Kelas II
: salat dengan gerakan dan bacaan tetapi belum khusyu’, pengawasan dilakukan guru sepenuhnya.
24
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 8 Nopember 2008. 25 Hasil wawancara dengan Ibu Zaimatus Sa’diyah, S. Pd. I. (guru PAI kelas III) pada tanggal 14 Nopember 2008.
64
(3) Kelas III
: sudah mulai latihan khusyu’, pengawasan dilakukan beberapa siswa secara bergantian dan guru membenahi.
(4) Kelas IV-VI
: sudah kusyu’, pengawasan dilakukan beberapa siswa
secara
bergantian
dan
guru
hanya
mengawasi. Untuk salat ‘ashar, maghrib, isya` dan subuh dilakukan di rumah dengan kontrol orang tua yang diharapkan mau bekerja sama dengan pihak sekolah, untuk selalu memantau salat putera-puteri mereka mereka di rumah, yaitu dengan mengisi buku penghubung yang yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Pembiasaan salat ini, bagi kelas I minimal 3 waktu, kelas II latihan 5 waktu, kelas III mulai disiplin 5 waktu, dan kelas IV-VI mandiri 5 waktu dan diusahakan berjamaah.26 b) Salat Jum’at Salat Jum’at ini berlaku bagi para siswa putera kelas III-VI. Salat Jum’at dilakukan di masjid lingkungan sekolah di bawah kontrol guru-guru putera dan kepala sekolah.27 c) Salat Sunnah Salat sunnah yang dibiasakan yaitu salat dhuha dan tahajud. Salat dhuha ini rutin dilakukan pada waktu bulan Ramadhan, dari mulai kelas I sampai kelas VI. Dalam kesehariannya, salat dhuha ditekankan bagi kelas IV sampai kelas VI. Dengan waktunya “sukasuka”, maksudnya yaitu ketika ada jam kosong guru menganjurkan siswa-siswi untuk melakukan salat dhuha. Salat tahajud ini rutin dilakukan pada waktu kegiatan Bintara (Bina Iman dan Taqwa Ramadhan). Adapun kesehariannya dilakukan 26
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008, Ibu Zaimatus Sa’diyah, S. Pd. I. (guru PAI kelas III) pada tanggal 19 Nopember 2008, serta Ibu Inayatur Rahmani, S. Pd (koordinator PAI) pada tanggal 26 Nopember 2008. 27 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008.
65
di bawah kontrol orang tua dengan mengisi buku Mutaba’ah Yaumiyyah untuk kelas IV sampai kelas VI.28 2) Pembiasaan Puasa Pembiasaan puasa di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dilakukan pada waktu bulan Ramadhan dengan cara: a) Kelas I puasa Dhuhur. b) Kelas II puasa ‘Ashar. c) Kelas III puasa Maghrib tapi masih belum sempurna. d) Kelas IV-VI puasa Maghrib sudah sempurna. Untuk puasa sunah, kelas IV-V dibiasakan minimal 1 kali per pekan. Dalam pelaksanaannya, pihak sekolah bekerja sama dengan para orang tua siswa.29 3) Pembiasaan Doa Harian Doa harian yang dibiasakan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu: a) Doa sebelum memulai dan sesudah pelajaran di kelas, yang dilakukan setiap hari di kelas masing-masing di bawah kontrol guru dan dipimpin oleh beberapa siswa-siswi secara bergantian. b) Doa sebelum dan sesudah makan yang dilakukan setiap hari di sekolah pada waktu makan siang di kelas masing-masing di bawah kontrol guru. c) Doa istirahat yang dilakukan sebelum para siswa keluar kelas untuk beristirahat. d) Doa pembuka yaitu doa yang dilakukan pada waktu siswa-siswi memulai kegiatan belajar di sekolah yang dilakukan sebelum jam pertama dimulai.
28
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 19 Nopember 2008. 29 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008 dan Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 12 Januari 2009.
66
e) Doa siang atau penutup yaitu doa yang dilakukan siswa-siswi ketika akan meninggalkan sekolah. f) Doa harian sesuai dengan adab yang diajarkan.30 4) Pembiasaan Tadarus Tadarus atau muroja’ah ini dilakukan setiap pagi di kelas masingmasing sesudah doa pembuka di bawah kontrol guru kelas masingmasing. Untuk pembiasaan di rumah, pihak sekolah bekerja sama dengan para orang tua siswa untuk memantau aktivitas harian (tilawah Qur’an dan hafalan) putera-puteri mereka di rumah dengan mengisi buku Mutaba’ah Yaumiyyah yang telah disediakan oleh pihak sekolah.31 c. Pembiasaan dalam Akidah (Keimanan) Pembiasaan keimanan ini dilakukan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dengan selalu “menghadirkan atau memasukkan” Allah SWT. pada setiap PBM (proses belajar-mengajar) di kelas. Hal ini terkait dengan kurikulum yang ada di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, yaitu salah satunya terpadu materi. Konsep terpadu materi ini maksudnya yaitu bagaimana dalam menyajikan materi pembelajaran Allah SWT. “masuk” dalam setiap materi yang disampaikan kepada para siswa. Misalkan dalam mata pelajaran IPA, ketika membahas tata surya tentang planet, maka dikaitkan dengan ayat al-Qur`an, misal surat al-Buruj yang kemudian diartikan dan dibahas.32 Di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, selalu ditanamkan dalam diri siswa-siswi bahwasanya Allah swt selalu Melihat kita, Allah swt selalu “Bersama” kita, dan Allah swt selalu Mempersaksikan kita. Oleh karena itu, mereka akan terbiasa sadar bahwa segala perbuatan yang mereka 30
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 8 Nopember 2008 dan Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 12 Januari 2009. 31 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008 dan Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 12 Januari 2009. 32 Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 20 Nopember 2008.
67
lakukan disaksikan oleh Allah swt Dengan demikian, mereka hanya akan takut kepada Allah dan senantiasa berusaha menaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang Dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan, pasti ada pendukung dan penghambat. Adapun pendukung dan penghambat pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu: a. Faktor Pendukung 1) Mentoring Mentoring yaitu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu peserta didik dalam memahami materi PAI dan khas, menguatkan dan mengingatkan, serta pembiasaan dalam pembentukan akhlak. Mentoring ditekankan bagi kelas IV-VI, dengan jadwal yaitu pada hari Senin untuk kelas IV, Selasa untuk kelas V, dan Rabu untuk kelas VI. Mentoring dilakukan seminggu sekali dan waktunya setelah jam pulang sekolah, yaitu dimulai pukul 14.10 WIB dan berakhir pada pukul 15.30 WIB setelah shalat jamaah ‘Ashar. Materi Mentoring diambil berdasarkan kebutuhan siswa, terutama pada akhlak besar, seperti shalat secara mandiri, yaitu beribadah dengan benar mulai dari wudlu hingga shalat, kemudian penjagaan lisan seperti berkata santun, larangan berghibah, serta membiasakan diri untuk gemar membaca al-Qur`an dan pengetahuan umum. Materi ini benar-benar disesuaikan dan berdasarkan kebutuhan siswa. Misalkan dalam hal ibadah, ada siswa yang shalat kurang khusyu’, maka materi khusyu’ dalam shalat akan diangkat dalam Mentoring. Kemudian masalah akhlak, banyak siswa yang kurang menjaga lisannya, maka dalam Mentoring akan diangkat tema atau materi hifdzul lisan (menjaga lisan). Materi mentoring antara kelas IV, V, dan VI sama, hanya penekanannya saja yang berbeda, dan materi mentoring ini setiap tahun
68
berganti karena berangkat dari kebutuhan siswa. Untuk penekanan pada materi tertentu, guru pementor biasanya melakukan koordinasi dengan guru kelas. Misalkan pada kelas IV Aisyah, materi apa dalam kelas ini yang perlu pembenahan ataupun pemantapan. Selain itu, guru pementor juga harus berhubungan dengan orang tua peserta didik mengenai hal-hal yang kurang pada putera-puteri mereka. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan mentoring harus terjalin komunikasi atau hubungan yang intens antara guru mentor, guru kelas, orang tua, dan siswa. Mentoring ini tidak bersifat formal, tetapi dilakukan dengan suasana yang fun (menyenangkan). Dari mentoring ini, diharapkan ada perubahan akhlak atau sikap dari peserta didik. Adapun evaluasi dilakukan minimal satu bulan sekali.33 2) Monitoring Monitoring yaitu bentuk kerja sama antara pihak sekolah dengan para orang tua peserta didik. Disini peran orang tua sanagt penting dalam mengontrol aktivitas putera-puteri mereka sehari-hari di rumah. Monitoring ini dilakukan diantaranya: a) Mutaba’ah Dalam program ini, pihak sekolah bekerja sama dengan orang tua peserta didik untuk memantau aktivitas putera-puteri mereka sehari-hari di rumah dalam bentuk sikap, pengembangan diri, dan pembiasaan yang meliputi: kedisiplinan dan tanggung jawab, kebersihan dan kerapian, kerja sama, kesopanan, kemandirian, kerajinan, kejujuran, kepemimpinan, dan ketaatan. Selain itu, orang tua juga diminta untuk memantau kedisiplinan shalat dan belajar putera-puteri mereka di rumah. Dalam hal ini, pihak sekolah telah menyediakan buku penghubung dan buku Mutaba’ah Yaumiyyah
33
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008 dan Ibu Daniroh, S. Pd. I. (koordinator Mentoring) pada tanggal 20 Nopember 2008.
69
sebagai yang harus diisi oleh para orang tua sebagai hasil laporan dari aktivitas putera-puteri mereka di rumah. Dari laporan Mutaba’ah Yaumiyyah tersebut aka ada scoring, yang nantinya berpengaruh dalam nilai di raport. Hal ini dilakukan karena dalam sistem penilaian, SDIT Harapan
Bunda Semarang
menerapkan 3 komponen, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh sebab itu, selain teori dan pemahaman, pembiasaan dalam amalan-amalan atau ibadah sangatlah penting. b) Jam Ibadah dan Belajar Program jam ibadah dan belajar yaitu pukul 18.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB, pihak sekolah dalam hal ini adalah guru kelas melakukan kontrol dengan bekerja sama dengan orang tua peserta didik untuk memantau kegiatan putera-puteri mereka di rumah, terkait pembiasaan dalam ibadah seperti salat, tadarus, serta pembiasaan belajar. Keterangan dari orang tua peserta didik akan menjadi bahan masukan bagi guru.34 3) Kegiatan-Kegiatan Pendukung a) Bintara (Bina Iman dan Taqwa Ramadhan) Bintara dilakukan pada bulan ramadhan dengan tujuan untuk memaksimalkan kegiatan siswa selama bulan Ramadhan. Kegiatan ini meliputi: Pawai Ramadhan, Pesantren Ceria, Kunjungan ke Pantai Asuhan, Rumah Singgah dan Panti Jompo, Buka Puasa Bersama, Tarwih Keliling, Penggalangan dan Penyaluran Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf, Mabit (bermalam) di sekolah, serta Dongeng untuk Anak b) Perkasa (Perkemahan Sabtu-Ahad) Perkasa dilaksanakan selama 2 hari pada awal semester. Kegiatan ini ditekankan bagi kelas V dan VI. Selama kegiatan
34
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 8 Nopember 2008.
70
Perkasa, siswa dituntut untuk mandiri, peduli, dan bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungannya. c) PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) PHBI dilaksanakan dengan tujuan agar siswa dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari peringatan hari besar Islam tersebut. Adapun PHBI yang dilaksanakan yaitu seperti Isra` Mi’raj dan Nuzulul Qur`an.35 4) Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada, diakui atau tidak telah turut memberikan kemudahan dalam pelaksanaan metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. b. Faktor Penghambat 1) Orang tua peserta didik yang tidak mau bekerja sama dengan pihak sekolah. Biasanya mereka adalah orang tua yang sibuk bekerja sampai sore sehingga tidak ada waktu untuk memantau kegiatan atau aktivitas putera-puteri mereka di rumah. 2) Dampak negatif kemajuan teknologi, seperti situs porno di internet yang dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak, kemudian munculnya game-game baru seperti play station dan lain sebagainya. Semua itu dapat menghambat dalam penanaman akhlak baik kepada anak melalui pembiasaan. Misalkan, anak yang keasyikan bermain play station dan tidak diingatkan, mereka akan lupa kewajibannya seperti salat dan belajar. 3) Dalam pembiasaan salat, karena wudhu yang antri, banyak siswa yang sengaja terlambat salat dengan bermain bersama siswa lainnya dengan alasan anti wudhu. Akibatnya, mereka tertinggal salat berjama’ah.36
35
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 20 Nopember 2008. 36 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 8 Nopember 2008.
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDIT HARAPAN BUNDA PEDURUNGAN SEMARANG Dari semua teori dan data yang diperoleh, dilakukan pengolahan data yang kemudian dilakukan sebuah analisis. Analisis ini dilakukan atas data-data yang diperoleh dari lapangan bedasarkan pada teori yang telah ada. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan memakai pendekatan kualitatif (non-statistik). A. Analisis Pelaksanaan Metode Pembiasaan PAI di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang Orientasi Pendidikan Agama Islam arahnya lebih ditujukan untuk membentuk kepribadian (muslim) peserta didik. Pribadi muslim yang penuh dengan akhlak atau moral (etika) yang baik dalam pergaulan kehidupan. Metode pengajarannya semestinya tidak hanya sekedar memberikan hapalan materi-materi PAI sehingga nantinya tercipta manusia yang mandiri dalam kehidupannya, yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik perubahan, pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Dengan demikian, implementasi metode pembiasaan merupakan proses penerapan metode pembiasaan kepada peserta didik untuk terbiasa berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam. Pembiasaan pada pendidikan anak sangatlah penting, khususnya dalam pembentukan pribadi dan akhlak. Pembiasaan agama akan memasukkan unsurunsur positif pada perkembangan anak. Semakin banyak pengalaman agama yang didapat anak melalui pembiasaan, maka semakin banyak pula unsur agama dalam pribadinya, dan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama.1
1
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 64-65.
71
72
Implementasi metode pembiasaan sangat tepat diterapkan pada anak usia sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena pada usia ini anak tumbuh dan berkembang menjadi mumayyiz (bisa membedakan), mulai bisa menalar, memahami, dan mengetahui, sementara fitrahnya masih tetap suci dan beban pikirannya belum seberat beban pikiran yang menggelayuti kaum remaja dan orang dewasa.2 Oleh karena itu, pembiasaan yang baik perlu diterapkan agar kelak bisa menjadi kebiasaannya di waktu dewasa. Tidak diragukan bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil paling menjamin untk mendapatkan hasil. Sedangkan mendidik dan melatih setelah dewasa sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan. Adapun implementasi metode pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Buda Pedurungan Semarang yaitu: 1. Pembiasaan dalam Akhlak Pembiasaan akhlak yang dimaksud di sini yaitu segala perbuatan baik yang perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. a. Pembiasaan Salam dan Salim Salam merupakan doa yang diberikan orang muslim kepada saudaranya muslim yang lain ketika bertutur sapa. Oleh karena itu, mengucapkan salam merupakan kesunatan dan menjawabnya adalah wajib. Sedangkan salim atau berjabat tangan adalah bentuk keakraban atau salah satu bentuk menjaga silaturahim terhadap sesama muslim. Pembiasaan salam dan salim di SDIT Harapan Bunda dilakukan oleh seluruh warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, siswa-siswi, sampai karyawan. Salam ini dibiasakan pada waktu: 1) Warga sekolah datang ke sekolah. 2) Sebelum guru memulai dan menyudahi pelajaran. 3) Warga sekolah masuk dan keluar perpustakaan. 4) Warga sekolah masuk dan keluar laboratorium. 2
Abdullah Ibnu Sa’d al-Falih, Tarbiyatul Abna`, terj. Kamran As’at Irsyady, Langkah Praktis Mendidik Anak Sesuai tahapan Usia, (bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm. 96.
73
5) Warga sekolah masuk dan keluar kantor dan ruang guru. 6) Warga sekolah masuk dan keluar kantin sekolah.3 b. Pembiasaan Adab Makan Adab makan yaitu tata cara atau etika makan yang dalam Islam telah diajarkan dalam kehidupan keseharian Rasulullah saw., yaitu hendaknya membaca doa sebelum dan sesudah makan, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, makan dengan menggunakan tangan kanan, pelan-pelan, dengan duduk, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, adab makan perlu dibiasakan sedini mungkin dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan ini dilakukan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang setiap jam makan siang di sekolah dengan waktu yaitu: 1) Untuk kelas I-III, makan siang dilakukan sebelum salat Dhuhur. 2) Untuk kelas IV-VI, makan siang dilakukan setelah salat Dhuhur. Pembagian waktu ini dilakukan untuk mengantisipasi antri wudhu yang lama.4 Makan siang ini dilakukan di kelas masing-masing dengan guru kelas sebagai koordinator. Makan siang ini dimulai dengan membaca doa sebelum makan bersama-sama kemudian siswa makan siang bersamasama. Ketika siswa makan, guru memperhatikan bagaimana adab atau etika
mereka
makan,
misalkan
ada
kesalahan
guru
langsung
mengingatkan. Setelah makan, siswa-siswi membaca doa sesudah makan, kemudian membasuh tangan dan mencuci tempat makannya sendirisendiri. Dari pembiasaan ini, diharapkan kebiasaan yang baik dan kemandirian terwujud. c. Pembiasaan Hidup Bersih Tentang pentingnya kebersihan, Islam telah mengajarkan, diantaranya yaitu dalam hikmah berwudhu, sehingga dikenal istilah 3
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 20 Nopember 2008. 4 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 19 Nopember 2008.
74
populer bahwa “kebersihan itu sebagian dari iman”. Ini menunjukkan bahwa kebersihan mendapatkan kedudukan yang penting dalam Islam. Pembiasaan hidup bersih di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dilakukan oleh seluruh warga sekolah. Pembiasaan yang dilakukan di antaranya yaitu: 1) Warga sekolah dianjurkan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. 2) Warga sekolah hendaknya selalu mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan. 3) Para siswa dibiasakan mencuci tempat makan setiap habis makan. 4) Para siswa dibiasakan mejaga kebersihan kelas. 5) Warga sekolah dibiasakan mejaga kebersihan diri dan lingkungan, seperti meletakkan sepatu di rak sepatu dan selalu berpakaian bersih dan rapi. 6) Para siswa diperiksa kebersihan kuku, telinga dan rambutnya setiap hari jum’at. 7) Kegiatan kebersihan lingkungan sekitar sekolah pada momen-momen tertentu, seperti sebelum peringatan 17 Agustusan dan Hari Kebersihan Lingkungan Hidup.5 d. Pembiasaan Disiplin Belajar Belajar merupakan akhlak baik yang perlu dibiasakan. Dalam pembiasaan disiplin belajar, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang menerapkan program jam ibadah dan belajar pada pukul 18.00-20.00 WIB. Guru melakukan kontrol dengan bekerja sama dengan orang tua siswa untuk memantau kegiatan siswa di rumah terkait pembiasaan ibadah seperti salat serta pembiasaan belajar di waktu-waktu belajar.6
5
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 12 Januari 2009 dan Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 19 Nopember 2008. 6 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 8 Nopember 2008.
75
Kontrol ini dilakukan guru kelas melalui telepon kepada orang tua siswa secara bergiliran antara siswa yang satu dengan yang lain. Kontrol ini kadang dilakukan juga pada waktu kegiatan ta’lim orang tua siswa yang dilakukan satu minggu sekali.7 Disiplin yang terbina akan sulit diubah, karena telah menyatu pada pribadinya. Dengan terbinanya sikap disiplin yang sudah tertanam pada diri peserta didik, maka peserta didik akan mempunyai rasa tanggung jawab sebagai seorang siswa yaitu belajar, sehingga selanjutnya mereka akan melakukannya tanpa mengalami kesulitan dan paksaan. Oleh karena itu, belajar perlu dijadikan kebiasaan, sehingga jika siswa tidak belajar, mereka akan merasa ada sesuatu yang hilang, yang kemudian harus mereka lakukan. e. Pembiasaan Akhlak Diri dan Orang Lain Akhlak diri dan orang lain maksudnya yaitu menjaga perilakuperilaku yang tidak baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, misalkan tidak ghibah, tidak mencuri, selalu berkata jujur, tidak sombong dan lain-lain. Pembiasaan
ini
dilaksanakan
di
SDIT
Harapan
Bunda
Pedurungan Semarang dengan melibatkan siswa secara aktif, dimana antara siswa satu sama lain saling mengawasi dan mengingatkan jika yang lain melakukan kesalahan. Setiap seminggu sekali masing-masing siswa harus melaporkan hasil pemantauan dan upaya mengingatkan temannya kepada guru kelas masing-masing untuk selanjutnya dilakukan evaluasi.8 Pembiasaan akhlak di atas adalah pembiasaan akhlak yang termasuk dalam bentuk rutin. Untuk bentuk yang berkala disesuaikan dengan materi PAI masing-masing kelas. Misalkan materi PAI kelas I tentang adab BAK (buang air kecil) dan BAB (buang air besar), meliputi 7
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 20 Nopember 2008. 8 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 26 Nopember 2008.
76
doa masuk dan keluar kamar kecil, mendahulukan kaki kiri ketika masuk dan kaki kanan ketika keluar, tidak bersuara ketika di kamar kecil, dan lain sebagainya. Untuk adab BAK dan BAB biasanya dibiasakan selama 10 hari dan utuk materi lainnya disesuaikan kebutuhan. 9 Kemudian misalkan materi PAI kelas III tentang siwak, maka anak-anak diajarkan langsung praktik, siswa-siswi diminta untuk membawa sikat dan pasta gigi dari rumah, kemudian diberi pengertian untuk membiasakannya.10 Pembiasaan akhlak perlu diberikan kepada peserta didik SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang agar peserta didik dapat menjalani perannya sebagai khalifah di bumi yang selalu berpegang pada akhlaqul karimah, karena dengan akhlaqul karimah, peserta didik akan dapat hidup berdampingan dengan masyarakat dan alam yang bersifat selaras, serasi, dan seimbang. Perintah untuk ber-akhlaqul karimah itu menjadi anjuran agama Islam sebagaimana firman Ahhal swt dalam surat alAhzab ayat 21 yang berbunyi:
ﺮ ﻡ ﹾﺍﻵ ِﺧ ﻮ ﻴﺍﹾﻟﷲ ﻭ َ ﻮ ﺍﺮﺟ ﻳ ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻤ ﻨ ﹲﺔ ِﻟﺴ ﺣ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﷲ ﹸﺃ ِ ﻮ ِﻝ ﺍ ﺳ ﺭ ﻢ ﻓِﻲ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ (21 : )ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ.ﺍﻴﺮﷲ ﹶﻛِﺜ َ ﺮ ﺍ ﻭ ﹶﺫ ﹶﻛ “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut (mengingat) Allah.” (Q.S. Al-Ahzab: 21)11 Pembiasaan akhlak ini diterapkan, selain agar peserta didik mampu menjalankan peranannya sebagai khalifah di bumi, juga agar peserta didik dapat mengamalkan ilmu yang telah diperoleh sehingga pribadi muslim yang ber-akhlaqul karimah seperti yang dicita-citakan Islam terwujud.
9
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 8 Nopember 2008. 10 Hasil wawancara dengan Ibu Zaimatus Sa’diyah, S. Pd. I. (guru PAI kelas III) pada tanggal 14 Nopember 2008. 11 Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Jakarta: P.T. Listakwarta Putra, 2003), hlm. 670.
77
2. Pembiasaan dalam Ibadah Pembiasaan ibadah dilakukan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang mengandung maksud dan tujuan yaitu melatih dan membiasakan peserta didik dalam mengamalkan ibadah sehari-hari, sehingga peserta didik nantinya diharapkan menjadi muslim yang taat dalam menjalankan perintah agama. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat adz-Dzaariyaat ayat 56.
(56 : )ﺍﻟﺬﺍﺭﻳﺎﺕ.ﻭ ِﻥ ﺪﻌﺒ ﻴﺲ ِﺇﻻﱠ ِﻟ ﻧﺍﻹﻦ ﻭ ﺠ ِ ﺍﹾﻟﺧﹶﻠ ﹾﻘﺖ ﺎﻭﻣ “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56)12 Pembiasaan ibadah ini dilakukan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang agar peserta didik menjadi “abdi” (hamba) Allah yang senantiasa melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Kebiasaan yang demikian itu dengan sendirinya akan tertanam dalam pribadi peserta didik. Mereka mempunyai rasa tanggung jawab terhadap ajaran-ajaran agama dan memiliki sikap keagamaan yang mantap dan akhirnya semua itu menjadi kewajibannya dalam kehidupan sehari-hari. a. Pembiasaan Salat
(45 : )ﺍﻟﻌﻨﻜﺒﻮﺕ...ﻨ ﹶﻜ ِﺮﺍﹾﻟﻤﺎ ِﺀ ﻭﺤﺸ ﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﻰﻨﻬﺗ ﺼﻠﹶﺎ ﹶﺓ ﺼﻠﹶﺎ ﹶﺓ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟ ﻭﹶﺃِﻗ ِﻢ ﺍﻟ ... “…Dirikanlah salat, sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan munkar...” (Q.S. al-‘Ankabut: 45)13 Salat merupakan rukun kedua dari 5 rukun Islam yang wajib dijalankan oleh umat Islam di seluruh dunia. Oleh karena itu, salat harus sudah dibiasakan sedini mungkin. Pembiasaan salat yang dilaksanakan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu salat dhuhur untuk salat wajib ditambah salat Jum’at bagi para siswa putera dan salat dhuha untuk salat sunnahnya. Pembiasaan ini dilakukan dengan cara: 12 13
635.
Ibid., hlm. 862. Depag RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Jakarta: P.T. Listakwarta Putra, 2003), hlm.
78
1) Salat Dhuhur Salat Dhuhur ini dilakukan di sekolah dan dilakukan si kelas masing-masing pada waktu ishoma (istirahat, salat dan makan) dengan rincian: (a) Kelas I
: semester satu masih berupa gerakan-gerakan, semester 2 mulai bacaan, pengawasan dilakukan guru sepenuhnya.
(b) Kelas II
: salat dengan gerakan dan bacaan tetapi belum khusyu’, pengawasan dilakukan guru sepenuhnya.
(c) Kelas III
: sudah mulai latihan khusyu’, pengawasan dilakukan beberapa siswa secara bergantian dan guru membenahi.
(d) Kelas IV-VI
: sudah kusyu’, pengawasan dilakukan beberapa siswa
secara
bergantian
dan
guru
hanya
mengawasi. Untuk salat ‘Ashar, Maghrib, Isya` dan Subuh dilakukan di rumah dengan kontrol orang tua yang diharapkan mau bekerja sama dengan pihak sekolah, untuk selalu memantau salat putera-puteri mereka di rumah, yaitu dengan mengisi buku penghubung yang yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Pembiasaan salat ini, bagi kelas I minimal 3 waktu, kelas II latihan 5 waktu, kelas III mulai disiplin 5 waktu dan kelas IV-VI mandiri 5 waktu dan diusahakan berjama’ah.14 2) Salat Jum’at Salat Jum’at ini berlaku bagi para siswa putera kelas III-VI. Salat Jum’at dilakukan di masjid lingkungan sekolah di bawah kontrol guru-guru putera dan kepala sekolah.15
14
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008, Ibu Zaimatus Sa’diyah, S. Pd. I. (guru PAI kelas III) pada tanggal 19 Nopember 2008, serta Ibu Inayatur Rahmani, S. Pd (koordinator PAI) pada tanggal 26 Nopember 2008. 15 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008.
79
Dalam pelaksanaan pembiasaan salat Jum’at masih mengalami banyak kendala, diantaranya yaitu para siswa yang ramai, ada yang ngeprit (melarikan diri), dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan di antaranya karena jumlah guru putera SDIT Harapan Bunda Pedurungan
Semarang
yang
masih
terbatas,
sehingga
untuk
mengontrol siswa-siswa yang berjumlah ± 200 siswa masih belum maksimal. Untuk mengatasi hal itu, pihak sekolah telah memberikan sanksi atau hukuman bagi siswa yang bandel, yaitu hukuman yang bersifat positif dan membangun. Hukuman ini di antaranya yaitu para siswa diminta menuliskan surat-surat pendek, menghapal doa-doa harian, atau menghapal surat-surat pendek. Selain itu, mereka juga harus membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi lagi, yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan orang tua. Dengan demikian, maka akan memberikan rasa jera kepada para siswa. 3) Salat Sunnah Salat sunnah yang dibiasakan yaitu salat Dhuha dan Tahajud. Salat Dhuha ini rutin dilakukan pada waktu bulan Ramadhan, dari mulai kelas I sampai kelas VI. Dalam kesehariannya, salat Dhuha ditekankan bagi kelas IV sampai kelas VI. Dengan waktunya “sukasuka”, maksudnya yaitu ketika ada jam kosong guru menganjurkan siswa-siswi untuk melakukan salat dhuha. Salat Tahajud ini rutin dilakukan pada waktu kegiatan Bintara (Bina Iman dan Taqwa Ramadhan). Adapun kesehariannya dilakukan di bawah kontrol orang tua dengan mengisi buku Mutaba’ah Yaumiyyah untuk kelas IV sampai kelas VI.16 b. Pembiasaan Puasa
ﻢ ﺒِﻠ ﹸﻜﻦ ﹶﻗ ﻦ ِﻣ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﺐ ﺎ ﻛﹸِﺘﻡ ﹶﻛﻤ ﺎﺼﻴ ﺍﻟﻴﻜﹸﻢﻋﹶﻠ ﺐ ﻮﺍ ﻛﹸِﺘﻣﻨ ﻦ َﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ (183 :ﺘﻘﹸﻮ ﹶﻥ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺍﺓﺗ ﻢ ﻌﻠﱠﻜﹸ ﹶﻟ 16
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 19 Nopember 2008.
80
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah: 183)17 Puasa merupakan rukun Islam ke-3 yang wajib ditunaikan oleh seluruh umat Islam yang telah baligh. Oleh karena itu, puasa harus sudah mulai dibiasakan kepada siswa-siswi sedini mungkin agar kelak mereka terbiasa menunaikannya. Pembiasaan puasa di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dilakukan pada waktu bulan Ramadhan dengan cara: a) Kelas I puasa Dhuhur. b) Kelas II puasa ‘Ashar. c) Kelas III puasa Maghrib tapi masih belum sempurna. d) Kelas IV-VI puasa Maghrib sudah sempurna. Untuk puasa sunnah, kelas IV-V dibiasakan minimal 1 kali per pekan. Dalam pelaksanaannya, pihak sekolah bekerja sama dengan para orang tua siswa.18 Pembinaan dan pembiasaan yang dilakukan harus disesuaikan dengan situasi dan perkembangan peserta didik.19 Hal ini sesuai dengan firman Allah swt dalam surat al-Isra` ayat 84, yaitu:
:ﻼ )ﺍﻻﺳﺮﺍﺀ ﻴ ﹰﺳِﺒ ﻯﻫﺪ ﻮ ﹶﺃ ﻦ ﻫ ﻤ ِﺑﻋﹶﻠﻢ ﻢ ﹶﺃ ﺑﻜﹸﺮ ﺎ ِﻛﹶﻠِﺘ ِﻪ ﹶﻓﻋﻠﹶﻰ ﺷ ﻤﻞﹸ ﻌ ﻳ ﹸﻗ ﹾﻞ ﹸﻛ ﱞﻞ .(84 “Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masingmasing." Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (Q.S. Al-Isra’: 84)20 Ayat di atas menjelaskan bahwa pendidikan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik. Selain itu, proses pembelajaran atau proses pendidikan harus disesuaikan dengan 17
Depag RI, Op. cit., hlm. 44. Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008 dan Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 12 Januari 2009. 19 Zakiah Daradjat, Op. cit., hlm. 74. 20 Departemen Agama RI, Op. cit., hlm. 437. 18
81
kemampuan peserta didik. Dalam hal ini, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang telah melakukannya. Hal ini dapat dilihat dalam pembiasaan shalat dan puasa yang mana antara kelas I hingga kelas VI memiliki penekanan yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan agar peserta didik dalam melaksanakannya penuh kesadaran tanpan paksaan. Karena pada dasarnya, prinsip agama Islam tidaklah memaksa. Dengan demikian, diharapkan dalam pelaksanaan pembiasaan ibadah di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang peserta didik menjalankannya
dengan
penuh
kesadaran
dan
sesuai
dengan
kemampuannya. Ini sangat penting karena dalam melaksanakan ibadah atau mengabdi kepada Allah diperlukan adanya kesadaran. Karena dengan kesadaran, ikhlas dalam beribadah dapat tercapai. c. Pembiasaan Doa Harian Doa merupakan permohonan yang dilakukan hamba kepada Tuhannya dengan harapan agar segala sesuatu yang dilakukan itu mendapat ridha-Nya. Doa harian yang dibiasakan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu: 1) Doa sebelum memulai dan sesudah pelajaran di kelas, yang dilakukan setiap hari di kelas masing-masing di bawah kontrol guru dan dipimpin oleh beberapa siswa-siswi secara bergantian. 2) Doa sebelum dan sesudah makan yang dilakukan setiap hari di sekolah pada waktu makan siang di kelas masing-masing di bawah kontrol guru. 3) Doa istirahat yang dilakukan sebelum para siswa keluar kelas untuk beristirahat. 4) Doa pembuka yaitu doa yang dilakukan pada waktu siswa-siswi memulai kegiatan belajar di sekolah yang dilakukan sebelum jam pertama dimulai. 5) Doa siang atau penutup yaitu doa yang dilakukan siswa-siswi ketika akan meninggalkan sekolah.
82
6) Doa harian sesuai dengan adab yang diajarkan.21 d. Pembiasaan Tadarus Materi dalam tadarus al-Qur`an termasuk maeri ibadah dimana siswa dibiasakan membaca al-Qur`an dalam kesehariannya. Hal ini dilakukan karena dengan membaca al-Qur`an, maka sedikit demi sedikit peserta didik akan mengetahui kandungan al-Qur`an yang di dalamnya banyak sekali ilmu pengetahuan, karena al-Qur`an adalah segala sumber ilmu pengetahuan. Tadarus atau muroja’ah ini dilakukan setiap pagi di kelas masingmasing sesudah doa pembuka di bawah kontrol guru kelas masingmasing. Untuk pembiasaan di rumah, pihak sekolah bekerja sama dengan para orang tua siswa untuk memantau aktivitas harian (tilawah Qur’an dan hafalan) putera-puteri
mereka di rumah dengan mengisi buku
Mutaba’ah Yaumiyyah yang telah disediakan oleh pihak sekolah.22 Pembiasaan ini diterapkan dengan harapan selain agar siswa-siswi gemar membaca al-Qur’an juga agar siswa-siswi kelak setelah dewasa dapat menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya. Menurut M. Quraish Shihab, bahwa pembiasaan yang akhirnya melahirkan kebiasaan ditempuh pula oleh al-Qur`an, membiasakan melaksanakan perintah Allah, sehingga akan terbiasa patuh dan taat kepada Allah yang akhirnya nantinya menjadi yakin akan kebenaran ajaran al-Qur`an.23 Artinya, al-Qur’an mengajarkan kepada manusia untuk dapat melaksanakan
ajaran
yang ada dalam al-Qur’an,
membiasakan
melaksanakan perintah Allah yang akhirnya hatinya menjadi yakin akan kebenaran ajaran al-Qur’an. Implementasi metode pembiasaan pada PAI
21 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 8 Nopember 2008 dan Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 12 Januari 2009. 22 Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008. 23 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994), hlm.176.
83
diharapkan
terciptanya
insan
kamil
terwujud,
yaitu
realisasi
penghambaan. 3. Pembiasaan dalam Akidah (Keimanan) Pembiasaan akidah dilakukan agar peserta didik mempunyai keyakinan terhadap agamanya dan menjadi pondasi bagi penciptaan perilaku kehidupan sehari-hari. Pembiasaan keimanan ini dilakukan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dengan selalu “menghadirkan atau memasukkan” Allah swt pada setiap PBM (proses belajar-mengajar) di kelas. Hal ini terkait dengan kurikulum yang ada di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, yaitu salah satunya terpadu materi. Konsep terpadu materi ini maksudnya yaitu bagaimana dalam menyajikan materi pembelajaran Allah swt “masuk” dalam setiap materi yang disampaikan kepada para siswa. Di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, selalu ditanamkan dalam diri siswa-siswi bahwasanya Allah swt selalu Melihat kita, Allah swt selalu Bersama kita, dan Allah swt selalu Mempersaksikan kita. Selain itu, peserta didik juga dibiasakan agar beriman sepenuhnya jiwa dan hatinya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Hal itu dilakukan dengan jalan mengemukakan benda-benda yang mencerminkan dan menunjukkan kekuasaan-Nya yang dapat dilihat oleh peserta didik, seperti bunga, langit, bumi, hewan, manusia, dan ciptaan-ciptaan lainnya untuk diambil keputusan oleh akal, bahwa di balik ciptaan itu semua terdapat penciptaan yang tidak lain adalah Allah swt semata. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Hadiid ayat 4,
ﺎ ﻣﻌﹶﻠﻢ ﻳ ﺵ ِ ﺮ ﻌ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ ﻯﺘﻮﺳ ﺍﺎ ٍﻡ ﹸﺛﻢﺘ ِﺔ ﹶﺃﻳﻲ ِﺳ ﺽ ِﻓ ﺭ ﻭﹾﺍ َﻷ ﺕ ِ ﺍﺎﻭﺴﻤ ﻖ ﺍﻟ ﺧﹶﻠ ﻱ ﻮ ﺍﱠﻟ ِﺬ ﻫ ﻢ ﻌﻜﹸ ﻣ ﻮ ﻭﻫ ﺎﻴﻬ ِﻓﺝﻌﺮ ﻳ ﺎﻭﻣ ﺎ ِﺀﺴﻤ ﻦ ﺍﻟ ﻨ ِﺰﻝﹸ ِﻣﻳ ﺎﻭﻣ ﺎﻨﻬ ِﻣﺝﺨﺮ ﻳ ﺎﻭﻣ ﺽ ِ ﺭ ﻓِﻲ ﹾﺍ َﻷﻳِﻠﺞ (4 : )ﺍﳊﺪﻳﺪ.ﺮ ﻴﺼ ِ ﺑ ﻮ ﹶﻥ ﻤﹸﻠ ﻌ ﺗ ﺎﷲ ِﺑﻤ ُ ﺍﻢ ﻭ ﺘﻨﺎ ﹸﻛﻦ ﻣ ﻳﹶﺃ “Dialah yang Menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas ´Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu
84
berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. AlHadiid: 4)24 Dalam buku yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, Ramayulis mengatakan, “Bahwasanya pembiasaan keimanan itu bertujuan agar peserta didik beriman dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa peserta didik memperhatikan alam semesta, memikirkan, dan merenungkan penciptaan langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam natural ke alam supernatural.25 Hal ini telah dilakukan oleh SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam terkait dengan pembiasaan akidah (keimanan). Dengan demikian, peserta didik akan terbiasa berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam, karena mereka menyadari bahwasanya segala perbuatan yang mereka kerjakan disaksikan oleh Allah swt Oleh sebab itu, mereka hanya akan takut kepada Allah dan senantiasa selalu berusaha menaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sehingga insan kamil seperti yang dicitacitakan Islam terwujud. Metode pembiasaan dilakukan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang pada Pendidikan Agama Islam dituangkan dalam mutaba’ah, buku penghubung dan kegiatan-kegiatan lain yang mencerminkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkan nantinya tercipta kebiasaan dan kemandirian. B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang Dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan, pasti ada pendukung dan penghambat. Adapun pendukung dan penghambat pembiasaan Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu:
24 25
Depag RI, Op. cit., hlm. 900. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hlm. 185.
85
1. Faktor Pendukung a. Mentoring Mentoring adalah kegiatan pendidikan dan pembinaan. Dalam hal ini, Pendidikan Agama Islam dalam bentuk pengajian kelompok kecil yang diselenggarakan rutin tiap pekan dan berkelanjutan. Tiap kelompok pengajian terdiri atas 3 sampai 10 orang, dengan dibimbing oleh seorang pembina yang disebut mentor (bahasa Inggris: penasihat), sedangkan peserta mentoring disebut mentee (baca: mentii).26 Kegiatan ini dianggap menjadi salah satu metode pendekatan pembinaan agama dan moral yang efektif, karena cara dan bentuk pengajarannya berbeda dengan pendidikan agama secara formal di kelaskelas sekolah. Kegiatan ini lebih bersifat santai dan fun (menyenangkan). Di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, mentoring dilaksanakan dengan tujuan untuk membantu peserta didik dalam memahami materi PAI dan khas, menguatkan dan mengingatkan, serta pembiasaan dalam pembentukan akhlak. Mentoring ditekankan bagi kelas IV-VI, dengan jadwal yaitu pada hari Senin untuk kelas IV, Selasa untuk kelas V, dan Rabu untuk kelas VI. Mentoring dilakukan seminggu sekali dan waktunya setelah jam pulang sekolah, yaitu dimulai pukul 14.10 WIB dan berakhir pada pukul 15.30 WIB setelah salat jama’ah ‘Ashar. Materi Mentoring diambil berdasarkan kebutuhan siswa, terutama pada akhlak besar, seperti salat secara mandiri, yaitu beribadah dengan benar mulai dari wudhu hingga salat, kemudian penjagaan lisan seperti berkata santun, larangan berghibah, serta membiasakan diri untuk gemar membaca al-Qur`an dan pengetahuan umum. Materi ini benar-benar disesuaikan dan berdasarkan kebutuhan siswa. Materi mentoring antara kelas IV, V, dan VI sama, hanya penekanannya saja yang berbeda, dan materi mentoring ini setiap tahun berganti karena berangkat dari kebutuhan siswa. Untuk penekanan pada 26
http://id.wikipedia.org/wiki/Mentoring _Agama _Islam, 15 Maret 2008.
86
materi tertentu, guru pementor biasanya melakukan koordinasi dengan guru kelas. Selain itu, guru pementor juga harus berhubungan dengan orang tua peserta didik mengenai hal-hal yang kurang pada putera-puteri mereka. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan mentoring harus terjalin komunikasi atau hubungan yang intens antara guru mentor, guru kelas, orang tua, dan siswa. Mentoring ini tidak bersifat formal, tetapi dikakukan dengan suasana yang fun atau menyenangkan. Dari mentoring ini, diharapkan ada perubahan akhlak atau sikap dari peserta didik. Adapun evaluasi dilakukan minimal satu bulan sekali.27 Kaitannya dalam pelaksanaan pembiasaan pada Pendidikan Agama Islam, guru dalam hal ini guru agama memiliki peran yang besar. Guru agama sebagai pengemban amanah pembelajaran Pendidikan Agama Islam haruslah orang yang memiliki pribadi yang saleh. Hal ini merupakan konsekuensi logis karena dialah yang akan mencetak anak didiknya menjadi anak saleh. Menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Mukhtar dalam bukunya yang berjudul Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa seorang guru agama sebagai penyampai ilmu, semestinya dapat menggetarkan jiwa atau hati murid-muridnya sehingga semakin dekat kepada Allah swt dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah di bumi ini. Semua ini tercermin melalui perannya dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik dituntut untuk menjadi pembimbing (caregiver), model atau contoh (uswah), dan sebagai penasihat (mentor).28 Maka dapat dilihat bahwasanya guru sebagai pendidik memiliki peran yangsangat besar. Guru selain menjadi penyampai ilmu, guru juga
27
Hasil wawancara dengan Ibu Lusiana Fatmawati, S. Ag (Waka Kurikulum SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 14 Nopember 2008 dan Ibu Daniroh, S. Pd. I. (koordinator Mentoring) pada tanggal 20 Nopember 2008. 28 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: C.V. Misaka Galiza, 2003), hlm. 93-95.
87
berperan sebagai pembimbing, teladan, dan penasihat, sehingga ada istilah Jawa yang mengatakan guru; “digugu lan ditiru”. b. Monitoring (Pantauan) Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Fitrah disini diartikan sebagai “potensi dasar”, dan potensi itu masih terus dikelola. Jadi, implikasinya dalam kehidupan formal maupun informal masih perlu dikelola karena walaupun putih bersih, tetapi penuh dengan potensipotensi yang berasal dari ibu dan bapaknya.29 Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak pada anak ada 2, yaitu: faktor dari dalam yaitu fisik, intelektual, dan hati (ruhaniah) yang dibawa anak sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua, guru, dan lingkungan masyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara 3 faktor pendidikan ini, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan), dan psikomotorik (pengamalan) dari ilmu yang diajarkan akan terbentuk dan tertanam dalam diri anak.30 Dalam hal ini, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang telah menetapkan konsep terpadu, yaitu selain terpadu materi dan ranah, juga terpadu pola asuh. Terpadu pola asuh maksudnya yaitu adanya keterpaduan antara pola asuh di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Monitoring ini merupakan bentuk kerja sama antara pihak sekolah dengan para orang tua peserta didik. Di sini peran orang tua sanagt penting dalam mengontrol aktivitas putera-puteri mereka sehari-hari di rumah. Monitoring ini dilakukan diantaranya: 1) Mutaba’ah 2) Jam ibadah dan belajar c. Kegiatan-Kegiatan Pendukung Untuk
membangun
pembiasaan,
kegiatan-kegiatan
yang
mencerminkan ajaran agama Islam perlu dilakukan, sehingga seluruh komponen bisa memberikan arti penting kepada peserta didik. 29 Achmad Sanusi, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 68-69. 30 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 169.
88
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu: 1) Bintara (Bina Iman dan Taqwa Ramadhan) Bintara dilakukan pada bulan ramadhan dengan tujuan untuk memaksimalkan kegiatan siswa selama bulan Ramadhan. Kegiatan ini meliputi: Pawai Ramadhan, Pesantren Ceria, Kunjungan ke Pantai Asuhan, Rumah Singgah dan Panti Jompo, Buka Puasa Bersama, Tarwih Keliling, Penggalangan dan Penyaluran Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf, Mabit (bermalam) di sekolah, serta Dongeng untuk Anak. 2) Perkasa (Perkemahan Sabtu-Ahad) Perkasa dilaksanakan selama 2 hari pada awal semester. Kegiatan ini ditekankan bagi kelas V dan VI. Selama kegiatan Perkasa, siswa dituntut untuk mandiri, peduli, dan bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungannya. 3) PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) PHBI dilaksanakan dengan tujuan agar siswa dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari peringatan hari besar Islam tersebut. Adapun PHBI yang dilaksanakan yaitu seperti Isra` Mi’raj dan Nuzulul Qur`an.31 d. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada, diakui atau tidak telah turut memberikan kemudahan dalam pelaksanaan metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. 2. Faktor Penghambat Proses pendidikan bagi generasi muda mempunyai tiga pilar penting. Ketiga pilar itu yaitu sekolah, masyarakat, dan keluarga. Pengertian keluarga tersebut nyata dalam peran orang tua. Namun dalam kenyataan yang terjadi, banyak sekolah yang terpisah dari masyrakat atau orang tua. 31
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Purwaningsih (Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang) pada tanggal 20 Nopember 2008.
89
Peran orang tua terbatas pada persoalan dana. Orang tua dan masyarakat belum terlibat dalam proses pendidikan menyangkut pengambilan keputusan, monitoring (pengawasan), dan akuntabilitas. Dalam hal ini, SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang telah memfungsikan ketiga pilar itu. Namun masih ada beberapa orang tua peserta didik yang belum menyadari akan hal itu. Kebanyakan mereka adalah orang tua yang sibuk bekerja, sehingga mereka tidak ada waktu untuk memantau kegiatan putera-puteri mereka di rumah. Hal ini dapat menghambat pembiasaan pendidikan agama Islam pada peserta didik, karena dalam pembiasaan, selain perlu adanya pengulangan dan waktu yang cukup lama, pembiasaan juga perlu adanya teladan dan kontrol. Selain orang tua yang tidak mau bekerja sama, dampak negatif kemajuan teknologi turut menghambat penanaman akhlak baik kepada peserta didik melalui pembiasaan. Akhirnya, dapat dipahami bahwasanya pembiasaan merupakan proses pendidikan. Pendidikan yang instan berarti meniadakan pembiasaan. Tradisi dan bahkan juga karakter (perilaku) dapat diciptakan melalui latihan dan kebiasaan. Ketika suatu praktik sudah terbiasa dilakukan, berkat pembiasaan maka akan menjadi habit bagi yang melakukannya, kemudian akan menjadi ketagihan dan pada waktunya menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Setelah membahas berbagai uraian dan penjelasan hasil penelitian lapangan tentang implementasi metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Metode pembiasaan adalah cara yang digunakan oleh pendidik kepada peserta didik dalam proses belajar-mengajar, dengan melakukan suatu perbuatan atau keterampilan tertentu secara terus-menerus dan konsisten untuk waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan atau keterampilan itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan, dalam hal ini yaitu pendidikan agama Islam. Adapun tujuan diterapkannya metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu: (1). Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik, (2). Membentuk peserta didik agar memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, yaitu membentuk pribadi muslim yang kaffah, (3). Menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik dalam rangka pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk-bentuk implementasi metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu: (1). Pembiasaan dalam akhlak, (Pembiasaan salam dan salim, Pembiasaan adab makan, Pembiasaan hidup bersih, Pembiasaan disiplin belajar, Pembiasaan akhlak diri dan orang lain). (2). Pembiasaan dalam ibadah, (Pembiasaan salat, Pembiasaan puasa, Pembiasaan doa harian, Pembiasaan tadarus). (3). Pembiasaan dalam akidah yaitu: Selalu “menghadirkan atau memasukkan” Allah swt pada setiap PBM (proses belajar-mengajar) di kelas, terkait dengan kurikulum yang ada di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, yaitu salah satunya terpadu materi. Selain itu, dalam diri siswa-siswi SDIT Harapan
90
91
Bunda Pedurungan Semarang selalu ditanamkan bahwasanya Allah swt selalu Melihat kita, Allah swt selalu “Bersama” kita, dan Allah swt selalu Mempersaksikan kita. Oleh karena itu, mereka akan terbiasa sadar bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan disaksikan oleh Allah swt Dengan demikian, mereka hanya akan takut kepada Allah swt dan senantiasa selalu berusaha menaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Setiap kegiatan pasti ada faktor-faktor pendukung dan penghambatnya, adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat implementasi metode pembiasaan pada pendidikan agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yaitu: (1). Faktor Pendukung, meliputi; Mentoring, Monitoring seperti Mutaba’ah, program jam belajar, dan ibadah, kemudian kegiatan-kegiatan pendukung seperti Bintara, Perkasa, PHBI, dan lain-lain, serta sarana dan prasarana. (2). Faktor Penghambat, meliputi; Orang tua peserta didik yang tidak mau bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memantau kegiatan putera-puteri mereka di rumah sehari-hari, Dampak negatif kemajuan teknologi, Siswa yang sengaja mengulur waktu dalam pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di sekolah. B. Saran-Saran 1. Saran bagi Sekolah Membentuk kredibilitas seorang pendidik agar menjadi pendidik yang profesional dapat dilakukan dengan cara: penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik, hubungan antar individu, baik pendidik dan peserta didik maupun antar sesama pendidik seperti kepala sekolah, guru, tata usaha, maupun masyarakat. 2. Saran bagi Guru a. Guru sebagai pemberi informasi sekaligus pendidik dan pembimbing dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam harus mampu menjalankan metode pembiasaan seefektif mungkin dan menggunakan seluruh kompetensi (kemampuan) yang dimiliki untuk melaksanakan
92
tugasnya sebagai pendidik serta sikap penuh kasih sayang dalam lingkungan sekolah. b. Pengaruh pendidikan agama di sekolah dapat terwujud apabila seluruh guru di sekolah, khususnya guru yang bersangkutan memiliki personalitas yang bulat, utuh, dan berwibawa. Hal ini disebabkan oleh seluruh perilaku dan sikap guru seperti tutur kata, cara mengajar, serta cara berpakaian dan berpenampilan selalu dalam ingatan setiap peserta didik. 3. Saran bagi Orang Tua Orang tua adalah guru pertama bagi putera-puteri mereka. Dalam peran tersebut, orang tua hendaknya turut serta membantu dan bekerja sama dengan pihak sekolah dalam meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan putera-puteri mereka. 4. Saran bagi Peserta Didik Dalam PBM (proses belajar-mengajar), peserta didik merupakan faktor yang sangat penting, khususnya dalam pendidikan agama Islam. Oleh karena itu, siswa harus menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dengan baik dan benar, kerena hal ini demi kebaikan mereka di masa yang akan datang. Selain itu, peserta didik harus hormat, patuh, serta menjaga sopan dan santun kepada para pendidik. C. Penutup Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, karena hanya berkat petunjuk dan rahmat-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa sebagai sebuah karya ilmiah, skripsi ini masih sangatlah sederhana dan jauh dari sempurna yang memungkinkan adanya kekurangan-kekurangan. Hal ini tentu terkait dengan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan dalam penulisan di masa mendatang.
93
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan mampu memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam. Akhirnya, semoga Allah swt senantiasa memberkahi dan meridhai amal usaha kita serta memberi petunjuk kepada kita dalam berbakti kepada-Nya, amin.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Abdullah, Amin, dan Rahmat, Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004. Ad-Dailamy, Dhoif al-Jami’, No 251 t.tp.: Maktbah Syamilah, t.th Al-Baihaqi, Syu’bul Iman, No 8649, t.tp. : Maktabah Syamilah, t.th Al-Falih, Abdullah Ibnu Sa’d, Tarbiyatul Abna`, terj. Kamran As’at Irsyady, Langkah Praktis Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007. Ali, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. An-Naisabury, Imam Abu Husain Muslim bin Khajjaj, al-Qusyairy, Shahih Muslim, Juz.IV, Libanon: Darul Qutb Al-Ilmiah, 1992. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Azizy, A. Qodri A., Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Islam, Semarang: Aneka Ilmu, 2003. Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Bastaman, Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Blogtoplist.com, “SDIT Harapan Bunda”, http: // www.blogtoplist.com/ academic // 04062008/. Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, Surabaya: Alumni, 2005. Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: LPKN, 2006. Daradjat, Zakiah Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005. Departemen Agama RI, al-Qur`an dan Terjemahannya, Jakarta: P.T. Listakwarta Putra, 2003. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rinneka Cipta, 1999. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rinneka Cipta, 2002. Echols, John M., dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1992.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994. -------------, Metodologi Research, Jilid II, Yogyakarta: Andi Offset, 1994. Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. http://id.wikipedia.org/wiki/Mentoring _Agama _Islam, 15 Maret 2008. Humas SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, http://www.sditharapanbunda_ blogspot.com/01/19/2008. Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisis Psikologi Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1995. Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004. McDonald, F. J., Educational Psychology, Tokyo: Overseas Publications, Ltd., 1959. Menteri Agama RI, Peraturan Menteri Agama RI, No. 2 th. 2008 (Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah). Moeloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991. Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Badung: Remaja Rosdakarya, 2001. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: C.V. Misaka Galiza, 2003. Mursy, Muhammad Sa’id, Seni Mendidik Anak, Terj. Al-Gazira, Jakarta: Arroyan, 2001. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. --------------, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. --------------, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Nawawi, Hadari, dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996. Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Quthb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, Bandung: P.T. Al-Ma’arif, 1993. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994. ---------------, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2001. ---------------, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2003. Salam, Burhanudin, Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik), Jakarta: Rinneka Cipta, 2000. Saleh, Abdur Rahman, Didaktik Pendidikan Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Sanusi, Achmad, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1994. Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, Bandung: Angkasa Offset, 1980. Subagyo, Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Rinneka Cipta, 1997. Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rinneka Cipta, 2002. Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005. Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 2004. Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafika, 2007. Ulwan, Abdullah Nasih, Tarbiyatul Aulad fi Al-Islam, terj. Saifullah Kamali dan Hary Noor Aly, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Bandung: AsShifa’: 1988.
--------------, Tarbiyatul Aulad fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam, Bandung: Rosda Karya, 1992. Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Utsman, Abdul Rahman Muhammad, Aunul Ma’bud (Syarah Sunan Abi Daud), Libanon: Darul Fikr, 1979. Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Hidakarya Agung, 1983. Zuhairini, et.al, Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani, 1993. Zuhri, Saifuddin, d.k.k., Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Pustaka Pelajar, 1999.
. ﺑﺎب اﻟﻤﺮأة واﻟﺘﺮﺑﻴﺔ، ﻣﻮﺳﻮﻋﺔ اﻟﺨﻄﺐ واﻟﺪروس،اﻟﻤﻜﺘﺒﺔ اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ainun Ni’mah
Tempat/Tgl. Lahir
: Pati, 13 Juli 1986
Alamat
: Jalan Raya Kayen No. 138 Kayen Pati, 59171
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 01 Kayen Pati 2. MTs. Mu’allimin Mu’allimat Rembang 3. MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang 4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang angkatan 2004
Demikian daftar riwayat hidup ini ditulis dengan sebenarnya.
Semarang, 11 Januari 2009 Penulis
AINUN NI’MAH
PEDOMAN WAWANCARA
1. Kepala Sekolah / Litbang Yayasan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang a. Kebijakan-kebijakan yang terkait dalam implementasi metode pembiasaan pada PAI di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 2. Guru PAI SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang a. Tujuan, dasar dan materi implementasi metode pembiasaan pada PAI di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarangs b. Pelaksanaan metode pembiasaan pada PAI di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang; 1) Bentuk-bentuk implementasi metode pembiasaan pada PAI di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 2) Langkah-langkah pengamalan PAI melalui metode pembiasaan di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 3) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan metode pembiasaan pada PAI di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang
PEDOMAN OBSERVASI 1. KBM PAI di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang yang terkait pembiasaan. 2. Letak geografis SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang. 3. Sarana dan prasarana yang dapat menunjang PBM di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang.
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Latar belakang berdirinya SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 2. Keadaan guru, siswa dan karyawan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 3. Struktur organisasi SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 4. Visi dan misi SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 5. Tujuan dan target pendidikan SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 6. Kurikulum mata pelajaran PAI di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang 7. Jadwal KBM di SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang