Implementasi Kebijakan Pengasuhan anak dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia di Panti Asuhan Nazareth Tomohon
Eklesia M.V Pioh. Johhny Posumah Femmy Tulusan.
ABSTRACT : Orphange is a childcare intitute that have function to serve, nurture, educate, and full fill the rights of children. In this place children will be custody by implementor to replace parent’s role to nature, and give education to child so they can grow up with good quality, useful, and can responsibility for them self and other people one day. The child get in orphange is because they family have a economic difficulty, or don’t have a parents so they can be categorized as a orphan. This research try to explain childcare policy implementation in increase human resource at Nazaret Tomohon orphanage. This research use qualitative method so can get a result through an a direct observation and get interview from a few informan. to guide this research implementation theory from Van Meter and Van Horn has been used, that policy implementation is based to standard and policy purpose, human resource, organisation characteristic, executive, communication between related organisation, disposition. This research found that childcare policy implementation in increase human resource can be seen from standard and purpose of policy, human resource, characteristic executive organisation, communication between related organisation, and executive is already effective in childcare implementation because it based on religion value, ethics, moral, and exemplary from care givers. The conduction that can get from this research is the ability from caregiver can perform a good nurture so the quality from human resource can increase. Keywords : policy implemntation, human resorce, Orphange
tanggung jawab pengasuhan dalam panti
PENDAHULUAN Implementasi kebijakan kepengasuhan
asuhan.
anak adalah hal yang perlu diperhatikan dalam proses
kepengasuhan
untuk
panti untuk menjaga, mengasuh, melindungi,
mengemban tugas tersebut di butuhkan suatu
merangkul dan memberikan rasa aman, serta
konsep dan metode pengelolaan yang baik
menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembang
sehingga segala yang di inginkan akan tercapai
pada setiap anak juga mensejahterakan secara
sesuai dengan harapan bersama, sebab itu
fisik tetapi dan mendidik dengan cara memberi
diperlukan
teladan dalam tutur kata dan tingkah laku.
adanya
anak
kejelasan
yatim,
Tugas dan tanggung jawab pengasuh di
tugas
dan 1
Pengasuh di panti asuhan bukan hanya
sesuai dengan usia setiap anak, seperti yang
menjaga dan merawat anak-anak namun
tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 73
menggantikan peran orang tua, memberi segala
Thn 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah.
sesuatu yang diperlukan oleh anak-anak agar
Philips H. Combs, mengungkapkan bahwa
mereka dapat berkembang seimbang mental
pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan
dan
pendidikan
spiritual.
Republik
Peraturan
Indonesia
Menteri
Sosial
yang
terorganisir
yang
Nomor:30/HUK/2011
diselenggarakan diluar sistem formal, baik
tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak
tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu
untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak,
kegiatan yang luas, untuk memberikan layanan
permensos ini harus menjadi acuan bagi panti
kepada sasaran didik dalam rangka tujuan-
asuhan
tujuan belajar.
di
Indonesia
dalam menjalankan
kegiatannya, selain itu panti asuhan juga harus
Upaya-upaya penanganan terhadap anak
memberikan pendidikan yang selayaknya bagi
tersebut dapat diimplementasikan kedalam
anak-anak, karena pendidikan menjadi tujuan
bentuk pelayanan sosial, anak yatim piatu
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
menjadi tugas dan tanggungjawab kita semua
Peningkatan
sumber
daya
manusia
baik masyarakat maupun pemerintah sesuai
merupakan hal yang penting bagi kemajuan
dengan
suatu bangsa, setiap individu berhak untuk
Indonesia
yang
berjiwa
memperoleh pendidikan maupun keterampilan
Demikian
pula
dengan
sesuai dengan kategori umur tidak terkecuali
dilakukan panti asuhan Nazaret Tomohon
anak-anak yang berada dalam suatu wadah
dalam memberikan pembinaan dan pengasuhan
penampungan yang disebut Panti Asuhan.
untuk meningkatkan kualitas sumber daya
Anak-anak dalam panti asuhan merupakan
manusia pada anak asuhnya yang berupa
asset bangsa dan Negara Indonesia yang perlu
pendidikan, yayasan memberikan kebebasan
mendapatkan peningkatan sumber daya yang
untuk memilih jalur pendidikan sesuai dengan
baik dan memadai dari orang-orang yang
kemampuan anak asuh yang berada di panti
disebut sebagai pengasuh panti asuhan, anak-
asuhan, baik itu berupa pendidikan formal
anak perlu mendapatkan pendidikan formal
ataupun
maupun nonformal, yaitu seperti setiap anak
permasalahan adalah kemampuan pengasuh
mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai
memberikan keterampilan, pendidikan tentang
dengan kategori umur masing-masing anak dan
keterampilan masih kurang juga fasilitas yang
mendapatkan
asuhan
disediakan belum memadai, serta pengurus
memberikan pendidikan di luar sekolah seperti
yang tidak kompeten karena itu perlu adanya
keterampilan,
panti
les keterampilan-keterampilan pada anak-anak 2
sandi-sandi
non
kehidupan
formal.
gotong
bangsa royong.
pendidikan
Yang
yang
menjadi
peningkatan kualitas kependidikan pengasuhan
data/informan yang dimaksud adalah sebagai
anak di panti asuhan Nazaret Tomohon.
berikut :
Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut,
maka
penulis
tertarik
a. Pengasuh/Pengurus/Anggota 7 orang.
untuk
b. Anak Panti Asuhan 10 orang.
mengambil pokok bahasan dengan judul :
c. Orang tua dari anak yang diasuh 2 orang.
Implementasi Kebijakan Pengasuhan Anak dalam
Meningkatkan
Sumber
Daya
D. Teknik Pengumpulan Data
Manusia di Panti Asuhan Nazaret Tomohon Teknik pengumpulan METODOLOGI PENELITIAN
data
merupakan
langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu
pengumpulan data maka, peneliti tidak adak
sebuah metode penelitian yang digunakan
mendapatkan data yang memenuhi standar data
untuk memberikan deskripsi secara luas serta
yang di tetapkan. Untuk mendapatkan data
memuat
atau
yang diperlukan dalam penelitian nanti, maka
aktivitas yang terjadi dalam implementasi
teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah
kebijakan
melalui:
penjelasan
tentang
pengasuhan
proses
anak
dalam
meningkatkan sumber daya manusia di panti
a. Menggunakan observasi
asuhan Nazaret Tomohon.
Adalah
merupakan
suatu
pengamatan
secara langsung dengan sistematis terhadap
B. Fokus Penelitian
gejala-gejala yang hendak diteliti. (Pasolong Sebagaimana telah dijelaskan di dalam
2012:131)
pendahuluan bahwa fokus penelitian ini adalah
b.
kebijakan pengasuhan dalam meningkatkan
Adalah kegiatan tanya jawab antara dua orang
sumber daya manusia di panti asuhan. Dalam
atau
hal ini bagaimana para pengasuh mengasuh anak-anak
panti
asuhan
untuk
Menggunakan wawancara
lebih
secarah
langsung.
(Pasolong
2012:137)
dapat E.
meningkatkan kualitas anak-anak agar menjadi
Analisis Data Analisis data adalah proses mengatur
dapat hidup mandiri.
urutan data, mengorganisasikannya kedalam C. Sumber Data Penelitian (Informan)
suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Sumber data/informan dari penelitian ini
Analisis data sebagai suatu proses yang
diambil dari beberapa unsur. Adapun sumber
merinci usaha secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti 3
yang disarankan oleh data dan sebagai
diukur dalam tingkat keberhasilannya dari
pengusaha dalam penelitian ini.
tujuan kebijakan yang bersifat realistis, ketika
Setelah
selesai
melakukan
ukuran kebijakan dan sasaran kebijakan terlalu
sendiri
ideal maka implementasi kebijakan akan
melakukan pengolahan data dengan cara
mengalami hambatan Van Meter dan Van
sebagai berikut :
Horn (dalam Sulaeman, 1998) mengemukakan
observasi/wawancara,
a)
b)
Membuat
peneliti
transkrip
yaitu
catatan
untuk
Membuat display misalnya matriks, foto,
sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para
gambar serta sketsa.
pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan pada
Adapun analisis data yang diperoleh
dasarnya merupakan penilaian atas tingkat
menggunakan
tahapan-tahapan
ketercapaian standar dan sasaran tersebut. Pemahaman tentang maksud umum
Huberman (1992:16) : Tahap
dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah
pertama
:
Kategorisasi
dan
penting. Implementasi kebijakan yang berhasil,
mereduksi data. Tahap
d.
e.
bisa
kedua
dikelompokkan
c.
implementasi
kebijakan tentunya menegaskan standar dan
seperti yang dikemukakan oleh Miles dan
b.
kinerja
lapangan hasil observasi dan interviu.
dilapangan
a.
mengukur
:
Data
selanjutnya
jadi
gagal
(frustated)
yang
pelaksana
(officials),
disusun
menyadari
terhadap
ketika
tidak standar
dan
tujuan
kebijakan.Standar
Tahap ketiga : melakukan interpretasi
memiliki hubungan erat dengan disposisi para
pada data.
pelaksana (implementors). Arah disposisi para keempat
:
tujuan
sepenuhnya
dalam bentuk narasi-narasi.
Tahap
dan
para
kebijakan
Pengambilan
pelaksana (implementors) terhadap standar dan
kesimpulan berdasarkan susunan narasi
tujuan kebijakan juga merupakan hal yang
yang telah disusun pada tahap ketiga.
“crucial”. Implementors mungkin bisa jadi
Tahap kelima : Melakukan verifikasi
gagal
hasil analisis data dengan informan.
dikarenakan
dalam
melaksanakan
mereka
menolak
kebijakan, atau
tidak
mengerti apa yang menjadi tujuan suatu PEMBAHASAN
kebijakan, panti asuhan nazaret menyediakan
1.
Standar dan Sasaran Kebijakan /
pelayanan kepada anak-anak dengan cara
Ukuran dan Tujuan Kebijakan
membantu, membimbing agar menjadi anggota
Di bawah ini akan diuraikan mengenai
masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh
Standar dan Sasaran Kebijakan / Ukuran dan
tanggung jawab baik bagi keluarga dan
Tujuan Kebijakan yang berkaitan dengan
masyarakat, anak-anak yang ada di panti
kinerja implementasi kebijakan yang dapat
asuhan diharapkan dapat dipenuhi kebutuhan 4
akan
kelangsungan
kembang
dan
hidup
untuk tumbuh
memperoleh
implementasi menuntut adanya sumber daya
perlindungan
manusia
yang
berkualitas
sesuai
dengan
dengan menghindari anak dari keterlantaran
pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan
pertumbuhan
jasmani,
yang telah ditetapkan secara apolitik. Selain
rohani dan sosial sehingga memungkinkan
sumber daya manusia, sumber daya finansial
untuk tumbuh.
dan waktu menjadi perhitungan penting dalam
dan
perkembangan
Menurut
Departemen
sosial
RI
keberhasilan
(1995:4) tujuan penyelenggara panti asuhan
Sebagaimana
yaitu:
Derthicks (Van Mater dan Van Horn, 1974)
yang
kebijakan.
dikemukakan
oleh
anak
bahwa: ”New town study suggest that the
dengan cara membantu membimbing anak
limited supply of federal incentives was a
agar menjadi anggota masyarakat yang
major contributor to the failure of the
dapat hidup layak dan penuh tanggung
program”. Dalam peningkatan sumber daya
jawab, baik terhadap dirinya, keluarga
manusia pemerintah memiliki peran penting
maupun masyarakat.
untuk dapat meningkatkan Sumber Daya
1. Tersedianya
pelayanan
2. Terpenuhnya kelangsungan
kepada
kebutuhan hidup
anak
untuk
akan
Manusia.
tumbuh
Peningkatan sumber daya manusia
kembang dan memperoleh perlindungan
tidak hanya harus diperoleh oleh beberapa
antara lain dengan menghindarkan anak
kalangan, namun tentunya harus merata. Tidak
dari
ketelantaran
terkecuali anak-anank panti asuhan juga harus
pertumbuhan dan perkembangan jasmani,
mendapatkan pendidikan yang selayaknya
rohani,
sehingga
sesuai kategori umur. Anak-anak panti asuhan
memungkinkan untuk tumbuh kembang
sudah menjadi tanggung jawab dari panti
secara wajar.
asuhan untuk merawat dan mendidik anak-
kemungkinan
dan
sosialnya
3. Terbantunya anak dalam mempersiapkan perkembangan
2.
implementasi
potensi
anak
panti
sehingga
mereka
mendapat
dan
kehidupan dan pendidikan yang layak yang
kemampuanyya secara memadai dalam
harus diperoleh di dalam panti. Misalnya
rangka
memberikan
memberikan
bekal
untuk
pendidikan
formal,
juga
kehidupan dan penghidupannya dimasa
memberikan pemenuhan gizi yang baik kepada
depan.
setiap anak, serta memberikan keterampilan kepada anak-anak. Karena keterampilan yang
Sumber Daya Manusia Manusia merupakan sumber daya yang
sering diberikan di dalam panti asuhan pada
terpenting dalam menentukan keberhasilan
anak-anak dapat meminimalisir ketergantungan
suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap
anak sehingga dapat lebih mandiri, percaya 5
diri, berguna bagi diri sendiri, keluarga,
pengganti peran orang tua untuk memenuhi
lingkungan dan
masyarakat anak-anaknya
kebutuhan fisik dan mental anak, Terdapat
dipersiapkan untuk berkarya sehingga dapat
anak asuh yang tergolong dari yatim, piatu, dan
memenuhi kebutuhan pribadinya kelak. Anak-
juga anak-anak terlantar. Yang mana diantara
anak
mereka
dibekali
dengan
berbagai
macam
yang
tidak
mampu
keterampilan, agar supaya nantinya mereka
kehidupannya,
bisa
keluarganya dipanti asuhan. Dalam konteks
mendapatkan
penghasilan
dari
keterampilan-keteramplan yang diberikan. 3.
kegiatan
ibunya meninggal, maka anak tersebut disebut dengan anak yatim piatu. Sedangkan anak-
pengasuhan
anak yang terlantar yaitu anak yang tidak mapu
sebagai organisasi formal, Hal ini penting
dan juga tidak memiliki rupiah untuk dapat
karena kinerja implementasi kebijakan akan
tinggal menetap dengan layak, Panti asuhan
sangat dipengaruhi oleh ciri yang tepat serta
merupakan
cocok dengan para agen pelaksanaannya. Hal
bertanggung
ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang
lembaga
jawab
sosial
memberi
yang
pelayanan
mental dan sosial pada anak asuh sehingga
dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan
memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan
disiplin. Pada konteks lain diperlukan agen
memadai bagi perkembangan kepribadian anak
pelaksana yang demokratis dan persuasif.
asuh.
Selain itu, cakupan atau luas wilayah menjadi pertimbangan penting dalam menentukan agen
4.
pelaksana kebijakan.
Komunikasi antar Organisasi terkait dan Kegiatan-KegiatanPelaksanaan
Fungsi panti asuhan ialah:
Apa yang menjadi standar tujuan harus
1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan
dipahami oleh para individu (implementors).
anak
Yang bertanggung jawab atas pencapaian
2. Sebagai pusat informasi dan konsentrasi
standar dan tujuan kebijakan, karena itu
kesejahteraan anak.
standar dan tujuan harus dikomunikasikan
3. Sebagai pusat pengembangan kepribadian.
kepada para pelaksana. Komunikasi dalam
Adapun karakteristik dari panti asuhan
kerangka penyampaian informasi kepada para
sebagai lembaga yang sengaja didirikan oleh
pelaksana kebijakan tentang apa menjadi
masyarakat yang bertanggung jawab dalam
terlantar
suat
pengganti dalam memenuhi kebutuhan fisik,
akan dilaksanakan pada beberapa kebijakan
melakukan
oleh
bapaknya meninggal. Sedangkan bila bapak
Karakteristik organisasi panti asuhan pelaksana
ditaruh
indonesia, kata yatim identik dengan anak yang
Karakteristik Organisasi
sebagai
sehingga
dalam
pelayanan, dan
memiliki
pengasuhan fungsi
standar dan tujuan harus konsisten dan
anak
seragam (consistency and uniformity) dari
sebagai 6
berbagai sumber informasi, jika tidak ada
setiap kegiatan yang telah di buat sesuai
kejelasan dan konsistensi serta keseragaman
jadwal. Daya dukung dalam proses pengasuhan
terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan,
ialah rasa tanggung jawab sosial pendidikan
maka yang menjadi standar dan tujuan
dalam diri pengurus dan pengasuh. Para
kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan
pengasuh memiliki rasa tanggung jawab dalam
kejelasan itu, para pelaksana kebijakan dapat
mengasuh
mengetahui apa yang diharapkan darinya dan
mendapatkan pengawasan, perhatian serta
tahu apa yang harus dilakukan, pola pengasuh
kebutuhan yang dibutuhkan dengan baik,
yang
sedangkan
digunakan
ialah
pola
pengasuhan
setiap
untuk
anak
daya
agar
anak-anak
hambatnya
salah
kedisipilinan. Kedisiplinan juga menjadi hal
satunya ialah keadaan anak yang kurang baik,
utama dalam pola pengasuhan di panti asuhan
anak di panti asuhan cenderung menunjukkan
nazaret, sehingga anak-anak dapat mandiri dan
sikap yang kurang baik untuk mendapatkan
dihormati serta di hargai masyarakat nantinya.
perhatian karena kurang perhatian yang mereka
Anak-anak di ajarkan disiplin dari jadwal dan
dapat dari orang tua, atau beberapa anak sangat
peraturan-peraturan yang telah dibuat pengurus
sulit berinteraksi dengan lingkungan panti
panti asuhan Nazaret Tomohon, anak-anak
karena merasa asing di dalam lingkungan panti
wajib mengikuti setiap jadwal dan peraturan
asuhan, anak-anak yang seperti ini ialah anak
yang ada. Kegiatan yang di dalam panti asuhan
yang baru bergabung dalam lingkungan panti
nazaret tomohon sudah berjalan sesuai dengan
asuhan sehingga masih belajar berinteraksi
jadwal yang ditentukan, beberapa kegiatan
dalam lingkungan panti asuhan. Anak-anak
yang ada di panti ialah seperti beribadah,
seperti
kegiatan ini dapat membentuk mental spiritual
pengasuhan
seorang anak. Daya hambatan dari proses
sehingga anak panti merasa nyaman dan dapat
pengasuhan
pengasuh
cepat berinteraksi dengan para pengasuh dan
sehingga anak kurang memperoleh kasih
teman-temannya di panti asuhan. Dalam
sayang, perhatian dan pengawasan, Setiap
pendidikan yang di berikan panti asuhan
pengasuh mengasuh dengan cara memberikan
nazaret tomohon berupa pendidikan formal dan
contoh berprilaku, dan cara bicara yang baik
nonformal,
sehingga anak-anak dapat mencontoh yang
penyampaian informasi kepada para pelaksana
baik dari para pengasuh.
kebijakan tentang apa menjadi standar dan
ialah
kurangnya
Kegiatan pengasuhan di panti asuhan
tujuan
ini
harus
menggunakan
pendekatan
Komunikasi
harus
konsisten
pola
kekeluargaan,
dalam
dan
kerangka
seragam
nazaret sudah ditentukan dengan jadwal-jadwal
(consistency and uniformity) dari berbagai
yang dibuat oleh pengurus panti, sehingga
sumber informasi. Jika tidak ada kejelasan dan
setiap harinya anak-anak harus menjalankan
konsistensi serta keseragaman terhadap suatu 7
standar dan tujuan kebijakan, maka yang
terhadap standar dan tujuan kebijakan juga
menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit
merupakan hal yang “crucial”.
untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para
Implementors mungkin bisa jadi gagal
pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa
dalam melaksanakan kebijakan, dikarenakan
yang diharapkan darinya dan tahu apa yang
mereka menolak apa yang menjadi tujuan
harus dilakukan.
suatu kebijakan (Van Mater dan Van Horn,
5.
1974), Sebaliknya penerimaan yang menyebar
Disposisi atau Sikap Para Pelaksana
dan mendalam terhadap standar dan tujuan Van Mater dan Van Horn (1974)
kebijakan diantara mereka yang bertanggung
menjelaskan disposisi bahwa implementasi kebijakan
diawali
jawab untuk melaksanakan kebijakan tersebut,
penyaringan(befiltered)
adalah merupakan suatu potensi yang besar
lebih dahulu melalui persepsi dari pelaksana
terhadap keberhasilan implementasi kebijakan
(implementors) dalam batas mana kebijakan itu
(Kaufman dalam Van Mater dan Van Horn,
dilaksanakan. Terdapat tiga macam elemen
1974).Pada akhirnya, intesitas disposisi para
respon yang dapat mempengaruhi kemampuan
pelaksana (implementors) dapat mempengaruhi
dan kemauannya untuk melaksanakan suatu
pelaksana
kebijakan, antara lain terdiri dari pertama, pengetahuan
(cognition), pemahaman
dan
pendalaman
(comprehension
and
ini,
sama lain. Adapun kegiatan-kegiatan yang ada di dalam panti seperti ibadah bersama anak-
juga
anak dan pengasuh serta kerja bakti semua
implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi
(officials),
tidak
para
anak-anak dan pengasuh yang dilaksanakan
pelaksana
setiap hari jumat. Kegiatan ini wajib dilakukan
sepenuhnyamenyadari
setiap minggunya, dan wajib diikuti oleh
terhadap standar dan tujuan kebijakan. Arah disposisi
para
pelaksana
semua
(implementors)
para
pelaksana
anak-anak
dan
para
pengasuh.
Hambatan yang ada dalam proses pengasuhan
terhadap standar dan tujuan kebijakan.Arah disposisi
pengasuh
pengasuh memiliki hubungan yang baik satu
dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah
ketika
kebijakan,
gagalnya
dengan pengasuh sehingga anak-anak dan
kebijakan, Pemahaman tentang maksud umum
(frustated)
menyebabkan
untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi
rejection), dan ketiga, intensitas terhadap
gagal
bisa
memberikan kebebasan kepada setiap anak
atau menolak (acceptance, neutrality, and
bagaimanapun
akan
implementasi
arah respon mereka apakah menerima, netral
Karena,
kebijakan.
Kurangnya atau terbatasnya intensitas disposisi
understanding) terhadap kebijakan, kedua,
penting.
(performance)
yaitu keadaan setiap anak, karena keadaan
(implementors)
anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua mereka sehingga mereka 8
melampiaskan semua kekecewaan mereka
signifikan,
peningkatan
dengan perilaku yang kurang baik, hal ini
dilakukan
dengan
dapat dimaklumi karena setiap anak sangat
pendidikan formal maupun nonformal,
membutuhkan
implementasi
bagi panti asuhan nazaret merupakan
kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal
tempat mendidik membina mental, moral
(frustated) ketika para pelaksana (officials),
dan rohani, sumber daya manusia. yang di
tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar
implementasikan oleh pengsuh berkaitan
dan tujuan kebijakan. Arah disposisi para
dengan sumber daya sudah baik, hal ini
pelaksana (implementors) terhadap standar dan
didasari atas pengalaman mengasuh anak-
tujuan kebijakan.Arah disposisi para pelaksana
anak,
(implementors) terhadap standar dan tujuan
pengasuh tidak didukung oleh disiplin
kebijakan juga merupakan hal yang “crucial”.
ilmu kepengasuhan anak.
perhatian,
cara
daya
memberikan
pendidikan
formal
3. Panti asuhan Nazaret selaku organisasi
Kesimpulan dan Saran
formal yang berkarakteristik keagamaan
A. Kesimpulan
atau religius menampung anak-anak yang
1. Implementasi kebijakan pengasuhan anak berdasarkan
standar
pengasuhan
dengan
implementor
atau
menerapkan
standar
dan baik
oleh
pengasuh, dan
orang tuanya tidak mampu menafkahi
ukuran
kehidupan anak-anak mereka, bahkan
para
anak yang tidak memiliki orang tua untuk
dapat
mengasuh anak mereka, panti asuhan
pengasuhan
Nazaret
etika, moral, dan agama yang mendukung
yang
diasuh datang dari berbagai daerah.
pengasuh memberi kebebasan pada anakberinteraksi
disiplin
suku, atau ras yang berbeda, anak yang
dengan baik, para implementor atau
dapat
menerapkan
demokratis tanpa memandang anak dari
anak untuk tumbuh dan berkembang
anak
sekalipun
sumber
4. Komunikasi
dengan
organisasi
yang
terkait
dengan kegiatan-kegiatan panti asuhan
lingkungan sekitar yaitu antar anak,
Nazaret
pengasuh dan bahkan pengunjung yang
yang
implementor
datang dengan tujuan melakukan kegiatan
anak-anak
bersama, bahkan anak berinteraksi dengan
dilaksanakan
atau
pengasuh
dilakukan
oleh
terhadap
secara
efektif,
berbahagia, penuh kasih sayang, anak-
cara pengunjung membawa anak untuk
anak
jalan-jalan bersama di luar panti.
dapat
memahami
pengasuh.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di panti
2. Sumber daya manusia di panti asuhan
asuhan
Nazaret baik pengasuh maupun anak asuh
nazaret
komunikasi
dari kurun waktu sejak berdirinya panti hingga kini mengalami peningkatan yang 9
yang
disebabkan
oleh
baik
para
antara
pelaksana kebijakan secara akurat dan
Sugiono 2008. Metode Penelitian Kuantitatif
konsisten.
Kualitatif dan R&D, Bandung; Alfabeta
5. Disposisi atau sikap para implementor di
Sutrisno Hadi, Metode Penelitian Sosial, PT
panti asuhan Nazaret di dasari pada
Gramedia Jakarta
ketentuan peningkatan taraf hidup anak sehingga
_________
implementor atau pengasuh
2005.
Pengantar
Analisis
Kebijakan Negara. Jakarta : Rineka
dapat mengasuh dengan baik anak-anak
Cipta.
panti asuhan, maka sikap implementor
Van Meter & Van Horn, 1P975, The Policy
selalu memberi pelajaran yang tepat dan
Implementation Process a Conceptional
mudah di pahami oleh anak-anak panti
Framework, USA: Sage Publication Inc.
asuhan Nazaret.
Sumber Lain: Peraturan Mentri Sosial Republik Indonesia /
DAFTAR PUSTAKA
PERMENSOS
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan
tentang, standar Nasional Pengasuhan
Publik. Bandung : Alfabeta
Sosial Anak
Sumber Daya Manusia, Jakarta Bumi
Peraturan Pemerintah Nomor : 73 Thn 1991
Askara.
tentang Pendidikan Luar Sekolah
Mangkunegara,
2003.
Perencanaan
dan
Pegembangan Sumber Daya Manusia, Penerbit PT Refika Aditama Bandung. Lexie,
Penelitian
J,
2006.
Metodologi
Kuantitatif,
Rosdkarya,
Bandung. Moekijat, 2006. Manajemen Sumberdaya, Penerbit PT Gramedia Jakarta. Rachmawati, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Andi Salim, Agus, 2002. Perubahan Sosial, Sketsa Teori
3/HUK/2011
anak untuk Lembaga Kesejahteraan
Hasibuan, Melayu S.P. 2001. Manajemen
Moleong,
Nomor:
Refleksi
Metodologi
Kasus
Indonesia, Yogyakarta: Tiara Wacana. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode dan Proses Penelitian Survei. Jakarta; LP3ES 10