IMPLEMENTASI HADIS HAK DAN KEWAJIBAN BERTETANGGA DI DESA TENAJAR LOR INDRAMAYU Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh
Nurkholis Sofwan NIM: 1110034000118
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
ABSTRAK Nurkholis Sofwan Implementasi Hadis Hak dan Kewajiban Bertetangga di Desa Tenajar Lor Indramayu Kata Kunci : Hadis, Hak dan Kewajiban Bertetangga, Desa Tenajar Lor Salah satu hal yang menjadi perdebatan penting di kalangan umat Muslim adalah tentang religiusitas yang harus ditunjukkan dan dianut oleh seseorang agar ia menjadi seorang Muslim yang sejati. Ada yang menyatakan bahwa dengan beriman dan tunduk kepada Allah, maka manusia akan berkasih sayang kepada manusia lainnya, dan akan menjadi saudara antara sesamanya. Adapula yang menyatakan bahwa kesalehan agama yang terdapat dalam suatu individu tidak selalu sejalan dengan kesalehan sosial yang ada. Sehingga ia harus memiliki bukti kesalehan keagamaan pada tingkat prilaku, etika dan pengetahuannya. Seiring dengan perkembangan zaman, kesalehan agama di kalangan masyarakat Muslim saat ini telah mengalami kemunduran. Hal tersebut membuat tata cara kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat terjadi kekrisisan. Sehingga banyaknya ulama dan aktifitas keagamaan seperti pengajian-pengajian ternyata belum menjamin kehidupan sosial yang harmonis, terlebih khusus terhadap tetangga. Kekrisisan ini tidak hanya terjadi di perkotaan, melainkan juga terjadi di pedesaan, seperti halnya di Desa Tenajar Lor. Dengan keadaan desa yang demikian, maka hal ini sangat penting untuk diteliti lebih dalam. Metode dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang diproses dengan menelaah seluruh data yang didapat dari sumber pengumpulan data, melalui pendekatan kepustakaan (library research) dengan mengutip hadis dari kitab al-Tawbīkh wa al-Tanbīh, dan melakukan observasi dan wawancara di lapangan (field research) yang kemudian disajikan secara deskriptif analitis. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa masih banyak permasalahan sosial yang terjadi di Desa Tenajar Lor. Salah satunya adalah minimnya kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban membayar hutang, kesenjangan dalam tolong menolong antar tetangga, baik antara yang kaya dan miskin, maupun antara ulama dengan masyarakat. Krisisnya hak bertetangga yang terjadi di kalangan masyarakat Desa Tenajar Lor tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya adalah kurangnya silaturahim (komunikasi), baik antara ulama dengan ulama lainnya maupun antara ulama dengan masyarakat umum, pandangan masyarakat yang materialistis, dan minimnya pemahaman masyarakat terhadap pengajian-pengajian yang dilakukan. Namun, di samping adanya kekrisisan tersebut, nilai positif yang ada di desa tersebut di antaranya adalah mereka masih saling peduli terhadap tetangga yang sedang sakit, tetangga yang meninggal dunia, dan mereka juga masih melakukan praktik membagikan makanan kepada tetangga pada momen-momen tertentu.
i
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan hidayah, rahmat dan ilmu-Nya kepada kita, serta berkat-Nya lah penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat dan salam semoga senantiasa terlimpahcurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membina umat manusia menuju jalan yang diridhai oleh Allah Swt, dan semoga kita menjadi salah satu umat yang mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Amiin Dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI HADIS HAK DAN KEWAJIBAN BERTETANGGA DI DESA TENAJAR LOR INDRAMAYU” ini tentunya banyak melibatkan berbagai pihak, maka dari itu saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan beasiswa kepada saya selama menempuh studi di kampus ini. 2. Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, beserta Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si, dan Dr. M.Suryadinata, M.Ag., selaku Wakil Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Program Studi Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Jauhar Azizy, MA., selaku Sekretaris Program Studi Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Rifqi Muhammad Fatkhi, MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah senantiasa membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
ii
5. Segenap dosen civitas akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya program studi Tafsir Hadis yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas ilmu dan motivasi yang telah diberikan selama saya menempuh studi di kampus kebanggaan ini. 6. Segenap pimpinan dan Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin yang telah membantu dalam memberikan referensi pada penyelesaian skripsi ini. 7. Kedua orang tua saya (Sofwan dan Umi Kulsum), atas didikan, bimbingan, motivasi, dukungan, semangat dan do’a restunya kepada saya selama ini. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan rahmat, kesehatan dan keselamatan kepada keduanya di dunia dan akhirat. Amiin. Tidak lupa pula kepada saudara-saudara saya dan teman hati saya (Khaerunnisa) atas bantuan, dukungan, do’a dan semangatnya, serta kepada paman saya (Saefudin Zuhri), yang telah membantu memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya saat penelitian, dan sekaligus menjadi jembatan sehingga saya dapat kuliah di kampus ini. 8. Masyarakat Desa Tenajar Lor, baik pemerintah desa, tokoh ulama, maupun masyarakat desa, khususnya para informan
yang telah membatu
memberikan data dan informasinya kepada saya selama penelitian. 9. Sugawan-sugawati Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) JABODETABEK, baik alumni, pengurus maupun anggota yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas segala bantuan, do’a dan dukungannya kepada saya.
iii
10. Indrawan-indrawati Persatuan Mahasiswa Indramayu (PERMAI-AYU) DKI JAKARTA, baik senior, pengurus maupun anggota yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas segala do’a dan dukungannya kepada saya. 11. Kawan-kawan Tafsir Hadis angkatan 2010, kawan-kawan KKN MENARA kawan-kawan PERMADA JABODETABEK, dan sahabat-sahabati PMII KOMFUSPERTUM atas perjuangan dan semangatnya selama di kampus tercinta ini. Saya memohon ampun serta mengaharapkan ridha Allah Swt. Semoga pihak-pihak yang telah membatu dalam penyelesaian skripsi ini dinilai sebagai amal ibadah yang terus mengalir sepanjang hayat. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian, dan manjadi bahan evaluasi bagi saya pada penelitian selanjutnya. Selamat membaca! Ciputat, 17 Juni 2014 Nurkholis Sofwan
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
v
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
8
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................
8
E. Metodologi Penelitian ..............................................................
10
F. Sistematika Penulisan ...............................................................
14
HAK DAN KEWAJIBAN TETANGGA DALAM HADIS A. Hadis Hak dan Kewajiban Bertetangga ....................................
17
B. Definisi Hak dan Kewajiban Bertetangga ................................
28
C. Ruang Lingkup Tetangga .........................................................
30
D. Klasifikasi Tetangga .................................................................
32
BAB III KESENJANGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN REALITAS SOSIAL MASYARAKAT DESA TENAJAR LOR A. Kesenjangan antara Ilmu Pengetahuan dengan Kesalehan Sosial ........................................................................................
34
B. Keragaman Sarana Keagamaan di Desa Tenajar Lor ...............
37
C. Makna Bertetangga menurut Masyarakat Desa Tenajar Lor ....
40
D. Perselisihan Antar Tetangga di Desa Tenajar Lor ....................
44
E. Kesejahteraan Masyarakat Desa Tenajar Lor ...........................
46
v
BAB IV KRISIS HAK DAN KEWAJIBAN BERTETANGGA PADA MASYARAKAT DESA TENAJAR LOR A. Krisis Kesadaran dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Hutang kepada Tetangga ..........................................................
49
B. Kesenjangan dalam Tolong Menolong terhadap Tetangga .....
53
C. Kebersamaan dalam Menjenguk Tetangga yang Sakit ............
58
D. Kepedulian terhadap Tetangga yang Meningal Dunia .............
60
E. Bersyukur Atas Kegembiraan Tetangga ...................................
62
F. Momentum Membagikan Masakan dan Buah-buah kepada Tetangga ...................................................................................
63
G. Izin Meninggikan Bangunan Rumah kepada Tetangga............
65
H. Membagikan Buah-buahan kepada Anak Tetangga .................
65
I. Faktor Pendukung dan Penghambat Masyarakat Desa Tenajar Lor dalam Mengimplementasikan Hadis Hak dan Kewajiban Bertetangga ...............................................................................
67
1. Faktor Pendukung a. Adanya Rutinitas Pengajian yang Tersebar di Seluruh Penjuru Desa .................................................................
68
b. Keragaman Sarana Keagamaan di Desa Tenajar Lor ...
68
c. Banyaknya Ulama di Desa Tenajar Lor........................
68
2. Faktor penghambat a. Minimnya Kesadaran Masyarakat terhadap Hak dan Kewajiban ....................................................................
69
b. Pandangan yang Materialistis ......................................
69
c. Minimnya Silaturahmi .................................................
70
d. Minimnya Pemahaman terhadap Pengajian ................
71
vi
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
72
B. Saran .........................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
76
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Hasil Wawancara Penduduk dan Ulama 2. Hasil Observasi Pengajian di Desa Tenajar Lor 3. Dokumentasi Penelitian (Foto) 4. Data Profil Desa Tenajar Lor 5. Surat Bimbingan dan Laporan Bimbingan Skripsi 6. Surat Laporan Penelitian dari Pemerintah Desa Tenajar Lor 7. Surat Pengantar Permohonan Wawancara/Mencari Data Skripsi
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI HURUF ARAB-LATIN Skripsi ini menggunakan Pedoman Transliterasi Arab-Latin keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543b/u/1987. A. Padanan Aksara No.
Huruf Arab
Huruf Latin
Keterangan
1
ا
2
ب
b
be
3
ت
t
te
4
ث
ṡ
es dengan titik di atas
5
ج
j
je
6
ح
ḥ
ha dengan titik di bawah
7
خ
kh
ka dengan ha
8
د
d
de
9
ذ
ż
zet dengan titik di atas
10
ر
r
er
11
ز
z
zet
12
س
s
es
13
ش
sy
es dengan ye
14
ص
ṣ
es dengan titik di bawah
15
ض
ḍ
de dengan titik di bawah
16
ط
ṭ
te dengan titik di bawah
17
ظ
ẓ
zet dengan titik di bawah
18
ع
‘
koma terbalik di atas hadap kanan
19
غ
g
ge
20
ؼ
f
ef
tidak dilambangkan
viii
21
ؽ
q
ki
22
ؾ
k
ka
23
ؿ
l
el
24
ـ
m
em
25
ف
n
en
26
ك
w
we
27
ق
h
ha
28
ء
’
apostrof
29
ﻱ
y
ye
B. Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). Adapun ketentuan vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf. 1. Vokal Tunggal (Monoftong) No.
Vokal Arab
Vokal Latin
Keterangan
1
___َ___
a
fatḥah
2
___ِ___
i
kasrah
3
___ُ___
u
ḍammah
2. Vokal Rangkap (Diftong) No.
Vokal Arab
Vokal Latin
Keterangan
1
َ__ ﻱ
ai
a dengan i
2
َ__ ك
au
a dengan u
Vokal Arab
Vokal Latin
Keterangan
ػَا ػِي
ā
a dengan garis di atas
ī
i dengan garis di atas
3. Vokal Panjang (Madd) No. 1 2
ix
ـُك
3
ū
u dengan garis di atas
C. Kata Sandang Kata sandang yang dalam aksara Arab dilambangkan dengan
اؿ
ditransliterasikan menjadi -al- baik diikuti oleh huruf syamsiyyah, maupun huruf qamariyyah. Misalnya
الفيل
الشمس
(al-fīl) dan
(al-syams bukan asy-syams), al-
rijāl bukan ar-rijāl, al-ḍiwān bukan aḍ-ḍiwān. D. Syaddah (Tasydīd) Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab yang dilambangkan dengan sebuah tanda ( _ّ__ (, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata
الض َُّرْكَرة
tidak
ditulis aḍ-ḍarūrah, melainkan al-ḍarūrah, demikian seterusnya. E. Ta Marbūṭah Berkaitan dengan transliterasi ini, jika huruf ta marbūṭah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut ditransliterasikan menjadi huruf - h (lihat contoh no.1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbūṭah tersebut diikuti oleh kata sifat (naʻt) (lihat contoh no.2). Namun, jika huruf ta marbūṭah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut ditransliterasikan menjadi huruf - t – (lihat contoh no.3). Contoh: No.
Kata Arab
Transliterasi
1
طريقة
ṭarīqah
2
اجلامعة اإلسالميّة كحدة الوجود
al-jāmiʻah al-Islāmiyyah
3
waḥdat al-wujūd
x
F. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital dikenal, dalam transliterasi ini huruf kapital ini juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥamid al-Gazālī, bukan Abū Ḥamid Al-Gazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi). Namun berdasarkan buku panduan Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010/2011 bahwa untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri tidak ditransliterasikan, meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Contoh: Abdussamad al-Palimabani, tidak ʻAbd al-Ṣamad alPalimbanī; Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sokrates menyatakan bahwa orang yang berpengetahuan akan dengan sendirinya berbudi baik. Menurutnya, barang siapa yang mengetahui hukum, mestilah bertindak sesuai dengan pengetahuannya itu. Tidak mungkin ada pertentangan antara keyakinan dan perbuatan.1 Senada dengan pendapat tersebut, Zuardin Azzaino juga menyatakan bahwa dengan beriman dan tunduk kepada Allah, maka manusia akan berkasih sayang kepada manusia lainnya, dan akan menjadi saudara antara sesamanya,2 atau dengan kata lain, manusia-manusia yang hidup berdasarkan agama Islam akan menempatkan orang-orang Mukmin sebagai saudara antara sesamanya. Karena menurut Azzaino, manusia sebagai anggota masyarakat Muslim tersebut tidak tunduk kepada apapun kecuali kepada Allah dan hukum-hukum-Nya.3 Hal ini sejalan dengan salah satu contoh dalam alQur‟an yang dinyatakan bahwa salat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana dalam Q.S. Al-„Ankabūt [29]: 45 berikut: “Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
1 2
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: UI Press, 1986), h.83. HS. Zuardin Azzaino, Asas-Asas Sosiologi Ilahiah (Jakarta: Pustaka al-Hidayah, 1990),
h. 115. 3
Azzaino, Asas-Asas Sosiologi Ilahiah, h. 100.
1
2
Dalam konteks ayat di atas, salat merupakan sarana ibadah yang dapat mencegah dari perbuatan-perbuatan yang dapat mengotori kesucian dan kehormatan diri, seperti perbuatan yang melanggar hak orang lain dengan cara menindas, merampas hak orang lain, korupsi, dan lain sebagainya.4 Sehingga dalam hal ini terdapat pemahaman bahwa kesalehan individu dengan selalu beribadah seperti dalam hal salat dapat berbanding lurus dengan kesalehan sosial. Berbeda dengan pendapat tersebut di atas, Azyumardi Azra menyatakan bahwa tidak ada garis linear yang langsung menghubungkan antara doktrin Islam dengan seluruh perilaku Muslim, dan tidak juga tepat mereduksi praktik sosial Muslim semata-mata dalam kotak-kotak politik, ekonomi, pendidikan maupun budaya. Hal ini karena masing-masing variabel tersebut memiliki dinamika tersendiri, yang jika bersentuhan dengan variabel lain akan memproduksi polapola tertentu.5 Sehingga dapat dikatakan bahwa kesalehan agama yang terdapat dalam suatu individu tidak selalu sejalan dengan kesalehan sosial yang ada. Hal tersebut menjadi perdebatan yang sangat penting di kalangan orang Islam mengenai sifat dan isi komitmen keagamaan (religiusitas) yang harus ditunjukkan dan dianut oleh seorang Muslim agar ia menjadi seorang Muslim yang sejati. Salah satu klaim penting dalam perdebatan tersebut adalah, agar menjadi Muslim yang sejati, seseorang harus memiliki bukti kesalehan keagamaan pada tingkat prilaku, etika dan pengetahuan. Riaz Hassan juga berpendapat bahwa, menjadi seorang yang „beragama‟ tidak hanya berhubungan
4
Haidar Bagir, Buat Apa Shalat?! Kecuali Anda Hendak Mendapatkan Kebahagiaan dan Ketenangan Hidup (Bandung: PT.Mizan Pustaka, 2008), h. 46. 5 Riaz Hassan, Keragaman Iman: Studi Komparatif Masyarakat Muslim, Penerjemah: Jajang Jahroni, Udjang Tholib dan Fuad Jabali (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006) h. xxii.
3
dengan masalah-masalah „ubudiyah saja, melainkan juga masalah etika dan prilaku yang meliputi seluruh bidang kehidupan.6 Sedangkan realitas masyarakat Muslim saat ini telah berubah dan terkesan cenderung kepada pendapat yang kedua tadi, bahwa kesalehan agama yang terdapat dalam suatu individu tidak selalu sejalan dengan kesalehan sosial yang ada. Realitas seperti ini dilatarbelakangi oleh banyak hal, salah satu di antaranya adalah adanya perbedaan pada tingkat pendidikan atau ekonomi yang dimiliki masyarakat Muslim, atau karena tingkat kesibukan mereka yang berbeda-beda, sehingga kehidupan sosial masyarakat Muslim khususnya dengan para tetangga menjadi kurang harmonis dan bahkan banyak yang melalaikan hak dan kewajiban para tetangganya. Terlebih lagi di daerah perkotaan yang penduduknya terkenal individualistis, dan bahkan antar tetangga pun sampai tidak saling mengenal tetangganya satu sama lain.7 Melihat hal tersebut, Mahathir Muhammad,8 menyatakan bahwa dunia Islam saat ini berada dalam kondisi sosial yang gawat, malapetaka politik dan ekonomi, dan banyak kaum Muslim yang mengadopsi perasaan aman yang palsu dengan berlindung dengan jubah kesalehan tradisional. Ia menganggap bahwa kemunduran umat Islam tersebut telah dipercepat oleh ketidakmampuan kaum Muslim dan pemimpin-pemimpin mereka untuk memahami Islam dalam konteks dunia kontemporer, dengan kondisi hidup yang telah berubah.9
6
Riaz Hassan, Keragaman Iman: Studi Komparatif Masyarakat Muslim, h. 43-45. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Jilid 2, h. 440. 8 Mahathir Muhammad adalah mantan Perdana Menteri Malaysia yang juga merupakan pengkritik vokal terhadap kondisi sosial dan ekonomi umat Islam. 9 Riaz Hassan, Keragaman Iman: Studi Komparatif Masyarakat Muslim, h. 6. 7
4
Dalam hal ini, Fazlur Rahman juga telah membuat analisis yang paling sistematis tentang tradisi intelektual Islam dan krisis yang kini menimpa dunia Islam. Ia berpendapat bahwa salah satu tema al-Qur‟an, baik masa lalu maupun masa sekarang, adalah untuk membangun tatanan masyarakat di muka bumi ini dengan adil dan berdasar pada etika. Sehingga ia menilai kesarjanaan Islam yang dibentuk para ulama hanya menekankan „Islam Minimalis‟, dengan fokus „Lima Tiang Agama‟ dan Islam yang negatif serta penuh hukuman. Sehingga dalam hal ini ia melihat kondisi dunia Islam sekarang merupakan sebuah bukti dari kemunduran kesalehan agama yang berdasar pada tradisi di kalangan masyarakat Muslim.10 Kemunduran kesalehan agama ini telah meluas di kalangan masyarakat Muslim. Tidak hanya terjadi pada masyarakat Muslim perkotaan, melainkan juga terjadi pada masyarakat Muslim pedesaan. Karena boleh jadi terdapat faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya perselisihan-perselisihan di tengah-tengah masyarakat Muslim akibat dari pengaruh globalisasi dan perilaku normatif sebagaimana pendapat Fazlur Rahman di atas. Maka dari itu, dalam skripsi ini saya akan mencoba untuk meneliti kehidupan sosial masyarakat Muslim pedesaan, khususnya dalam hal menunaikan hak dan kewajiban para tetangga berdasarkan hadis yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Adapun desa yang akan diteliti tersebut adalah Desa Tenajar Lor. Desa Tenajar Lor, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat merupakan desa yang dapat dikatakan religius. Hal ini dikarenakan masyarakat Desa Tenajar Lor pada umumnya sering melakukan aktifitas
10
Riaz Hassan, Keragaman Iman: Studi Komparatif Masyarakat Muslim, h. 8-10.
5
keagamaan seperti pengajian-pengajian rutin harian dan mingguan yang tersebar di seluruh penjuru Desa Tenajar Lor. Pengajian-pengajian yang tersebar tersebut sangat beragam, ada pengajian yang khusus orang tua laki-laki, ada juga yang khusus orang tua perempuan, ada pula yang khusus remaja dan anak-anak dan bahkan ada juga pengajian campuran antara orang tua laki-laki dan perempuan yang sering mereka sebut dengan istilah “ngaji kuping”. Pengajian-pengajian tersebut mereka lakukan di masjid, musala, pondok pesantren dan di rumah kyai yang memimpin acara pengajian tersebut.11 Sedangkan pokok bahasan yang mereka kaji dalam pengajian tersebut di antaranya adalah tafsir, seperti Tafsir al-Ibrīz, Tafsir al-Jalālain, dan tafsir-tafsir lainnya. Kemudian ada juga pembahasan mengenai akhlak, yang meliputi hadishadis Rasulullah Saw, seperti dalam kitab Naṣā‟iḥ al-„Ibād, Irsyād al-„Ibād, Makārim al-Akhlāq, dan kitab-kitab akhlak lainnya. Namun berdasarkan temuan sementara pada observasi yang saya lakukan di lapangan, permasalahan antar tetangga di lingkungan Desa Tenajar Lor masih seringkali terjadi. Di antaranya permasalahan mengenai hutang piutang, hingga praktik rentenir yang dapat merugikan orang lain, sehingga hubungan sosial di antara mereka menjadi kurang harmonis. Pada hal dari pengajian-pengajian yang mereka lakukan di setiap minggunya tidak lepas dari pembahasan mengenai akhlak Rasulullah Saw dalam hubungan sosial, sehingga kecil kemungkinan dari mereka yang tidak mengerti akan ajaran-ajaran Rasulullah Saw tersebut.12 Maka fenomena tersebut menjadi ironis ketika latar belakang masyarakat desa tersebut adalah orang-orang yang mengerti agama, dan bahkan jumlah ulama 11 12
Hasil observasi dan wawancara dengan warga Desa Tenajar Lor pada Januari 2014. Hasil observasi dan wawancara dengan warga Desa Tenajar Lor pada Januari 2014.
6
di desa tersebut relatif banyak. Namun dari temuan sementara yang saya dapatkan di lapangan, hubungan sosial di antara mereka kurang harmonis, khususnya antar tetangga. Sehingga penelitian ini sangat penting untuk diteliti lebih dalam terkait tentang hubungan mereka dalam bertetangga. Oleh karena itu, maka penelitian dalam skripsi ini saya beri judul “IMPLEMENTASI HADIS HAK DAN KEWAJIBAN BERTETANGGA DI DESA TENAJAR LOR - INDRAMAYU”. B.
Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut: 1. Masyarakat Desa Tenajar Lor yang selalu mengikuti pengajian di setiap minggunya masih sering ribut dengan para tetangganya.13 2. Masyarakat Desa Tenajar Lor yang mengerti akan hak dan kewajiban tetangga, sebagian dari mereka tidak melaksanakan ajaran Nabi Saw tersebut.14 3. Ulama Desa Tenajar Lor dapat dikatakan banyak, namun sebagian dari mereka apatis terhadap lingkungannya.15 2. Pembatasan Masalah a) Pembatasan Wilayah Pada pembatasan masalah dalam penelitian ini, saya membatasinya dengan hanya melakukan penelitian di Desa Tenajar Lor, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indaramayu, Provinsi Jawa Barat. Hal ini karena tingkat kesejahteraan
13
Hasil observasi di Desa Tenajar Lor, RT 01/03 pada Januari 2014. Hasil observasi di Desa Tenajar Lor, RT 03/01 pada Januari 2014. 15 Hasil observasi di Desa Tenajar Lor, RT 04/03 pada Februari 2014. 14
7
masyarakat di desa tersebut hampir seimbang antara masyarakat tingkat sejahtera dan masyarakat tingkat prasejahtera, desa tersebut juga memiliki banyak ulama, dan masyarakatnya pun selalu melakukan pengajian-pengajian agama di setiap minggunya, namun hal tersebut menjadi sangat ironis ketika antar tetangga di antara mereka masih sering terjadi keributan. Hasil sementara penelitian tersebut ditemukan di RT 01/03, antara kyai dengan seorang imam masjid ribut karena masalah jalan dan air limbah hingga mereka saling membenci satu sama lain. Kemudian di RT 04/03 ditemukan terjadinya kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin, dan RT 03/01 yang ditemukan adanya kelalaian antara hak dan kewajiban sebagai seorang tetangga dalam hal pinjam meminjam. Oleh karena itu, masyarakat Muslim di Desa Tenajar Lor merupakan objek yang sangat penting dan cocok untuk diteliti lebih jauh terkait hubungan mereka dalam bertetangga. b) Pembatasan Kajian Adapun pembatasan masalah pada teori penelitian ini, saya hanya meneliti satu hadis. Karena hadis ini merupakan hadis yang menjelaskan hak dan kewajiban para tetangga secara keseluruhan, berbeda dengan hadis-hadis lainnya yang hanya menjelaskan sebagian dari hak tetangga saja. Sehingga meskipun satu hadis, namun dapat mewakili hadis-hadis lain yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban para tetangga. c) Pembatasan Waktu Penelitian Agar penelitian ini tepat, akurat, dan relevan, serta tidak terjadi ketimpangan antara hasil penelitian dengan fakta di lapangan, maka penelitian ini perlu dibatasi waktu penelitiannya. Yakni penelitian ini dimulai pada Januari 2014 dan berakhir pada Maret 2014.
8
3. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalahnya adalah apakah kesalehan yang dimiliki oleh individu dapat berbanding lurus dengan kesalehan sosial?, dan bagaimana implementasi masyarakat Desa Tenajar Lor terhadap hadis hak dan kewajiban bertetangga dalam kehidupan sehari-hari?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pemahaman masyarakat terhadap hak dan kewajiban dalam bertetangga. 2. Mengetahui praktik-praktik hadis hak bertetangga yang diimplementasikan oleh masyarakat Desa Tenajar Lor. Sedangkan manfaat dari penelitian ini antara lain ialah sebagai berikut: 1. Membuktikan keselarasan antara pemahaman dengan pelaksanaan hak dan kewajiban bertetangga yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. 2. Membuktikan teori bahwa kesalehan individu selalu sejalan dengan kesalehan sosial, khususnya terhadap tetangga. 3. Dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D.
Tinjauan Pustaka Penelitian tentang hadis-hadis etika bertetangga dan implementasinya di
masyarakat pernah dilakukan sebelumnya oleh Latifani Wardah Shomita, dengan
9
judul skripsinya “Penerapan Hadis Nabi Saw tentang Etika Bertetangga: Studi Kasus di Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah” pada tahun 2011. Dalam skripsinya tersebut, ia menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Kemudian dalam penelitiannya ia berlandaskan dengan banyak hadis yang berkaitan dengan etika bertetangga. Kemudian hasil yang ia capai hanya berupa gambaran umum masyarakat yang mempraktikkan hadis Nabi Saw tersebut. Kemudian penelitian tentang fenomoena implementasi hadis Nabi Saw semacam ini pernah dilakukan oleh M. Alfatih Suryadilaga,16 yang menulis artikel dengan judul “Model-model Living Hadis PP. Krapyak Yogyakarta”. Ia meneliti tradisi-tradisi masyarakat Muslim yang diklaim sebagai hadis Nabi Saw, dimana dalam penelitian tersebut ia menyebutnya dengan istilah living hadis. Dalam penelitiannya tersebut, ia menggunakan metode fenomenologi. Dengan beberapa konsep living hadis yang ditawarkannya, ia mendapatkan hasil penelitian yang cukup signifikan dengan hadis-hadis Nabi Saw dalam praktiknya di masyarakat PP. Krapyak Yogyakarta. Penelitian tentang hadis-hadis etika bertetangga ini juga pernah dilakukan pada tahun 2003 oleh Ade Hayati Nufus, dengan judul skripsinya “Konsepsi Etika Bertetangga menurut Islam: Kajian Hadis-hadis Rasulullah dalam Kutub alSittah”. Dalam skripsinya tersebut, ia lebih fokus pada teori pembahasan berdasarkan hadis-hadis yang ada dalam kutub al-sittah saja tanpa melakukan penelitian lapangan. Sehingga hasil yang dicapai hanya berupa sekumpulan
16
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filasafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
10
gagasan, teori atau konsep dalam bertetangga menurut perspektif hadis yang diteliti. Adapun perbedaan antara penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian sekarang, selain objeknya yang berbeda, metode yang digunakan dalam penelitian ini pun berbeda. Penelitian ini dilakukan di Desa Tenajar Lor, Kabupaten Indramayu, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian ini juga hanya berfokus pada satu hadis tentang hak dan kewajiban tetangga, yang didukung oleh hadis-hadis lainnya. Sehingga hasil yang akan dicapai nanti berupa deskripsi analisis implementasi hadis secara detail dan komprehensif. Itulah yang membedakan antara penelitian yang sebelumnya dengan penelitian yang sekarang. E.
Metodologi Penelitian
1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada skripsi ini dibagi menjadi dua jenis penelitian, yakni jenis penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mencari landasan doktrin sikap terhadap tetangga dari kitab-kitab hadis sebagai data primer, yakni kitab al-Tawbīkh wa al-Tanbīh karya Abū al-Syaīkh al-Aṣbahānī (274-369 H/ 887-979 M) dan dari buku-buku hadis lain seperti Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ Muslim, Riyāḍ al-Ṣāliḥīn, serta buku-buku umum lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian sebagai data sekunder.17 Sedangkan penelitian lapangan dilakukan dengan observasi dan wawancara di Desa Tenajar Lor, yang kemudian dikaji secara deskriptif analitis. 17
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet.I, h. 191
11
2. Penentuan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Adapun populasi jumlah penduduk yang telah berrumah tangga atau berkeluarga di Desa Tenajar Lor adalah sebanyak 1970 keluarga.18 Karena dari jumlah populasi yang ada, saya hanya mengambil sampel penduduk yang sudah berkeluarga. Adapun kriteria yang diambil sebagai sampel penelitian adalah keluarga sejahtera dan keluarga prasejahtera, sehingga hal ini disebut juga stratified random sampling. Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa keluarga sejahtera berjumlah 278 keluarga dan keluarga prasejahtera berjumlah 371 keluarga.19 Hal ini karena yang seringkali terjadi permasalahan adalah di antara kedua tingkat kesejahteraan tersebut. Untuk mengambil sampel yang representatif, maka saya membagi kedua tingkat kesejahteraan penduduk di atas dengan menentukan alokasi sampel yang berimbang. Hal ini berdasarkan teorinya Teken (1965) dalam pengambilan besarnya sampel penelitian.20 Adapun skema rumus pengambilan sampel berimbang ialah sebagai berikut:21 POPULASI (N) = 1970
N2 = 371 PKPS
N1 = 278 PKS
N1 f1 =
18
278 =
N
649
N2 f2 =
649
371 =
N
649
Dikutip dari Data Profil Desa Tenajar Lor, Kecamatan Keretasemaya, Kabupaten Indramayu, 2010, h. 18 19 Data Profil Desa Tenajar Lor, tentang perkembangan penduduk, 2010, h. 2 20 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Darussalam: Ghalia Indonesia, 1983), h. 293-294 21 Moh. Nazir, Metode Penelitian, h. 300
12
N1 = f1 . n = 278 x 12 = 5 649
Maka :
N2 = f2 . n = 371 x 12 = 6 649
ni = N1 + N2 = 5 + 6 = 11
Keterangan: N = Jumlah total populasi terpilih, yakni 649. N1 = Jumlah populasi keluarga sejahtera (PKS), yakni dari 278. N2 = Jumlah populasi keluarga prasejahtera (PKPS), yakni dari 371. f1 dan f2 = Pembagian sampel (sampel fraction). n = Jumlah total populasi keluarga dibagi PKS dan PKPS kemudian dijumlah. ni = Hasil jumlah sampel yang harus diambil, yakni 11. Dari penentuan jumlah sampel di atas, maka sampel yang harus diambil adalah sebanyak 11 orang yang meliputi masyarakat Desa Tenajar Lor beserta para ulama desa setempat. Hal ini sebagaimana penelitian kualitatif yang hanya memerlukan sampel yang kecil dalam memilih objek penelitiannya.22 3. Teknik Observasi dan Wawancara a. Observasi Proses yang pertama pada penelitian ini adalah observasi atau pengamatan.23 Observasi pada penelitian ini dilakukan selama 60 hari atau 2 bulan (terhitung dari 25 Januari - 25 Maret 2014) di Desa Tenajar Lor. Dalam observasi ini, saya mengamati pola kehidupan bertetangga di desa tersebut khususnya masyarakat di 22
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
h. 44 23
Observasi merupakan sebuah metode ilmiah berupa pengamatan dan pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki. Lihat: Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 83
13
RW 01, RW 02 dan RW 03. Saya berusaha untuk memilih letak wilayah yang serepresentatif mungkin dalam melakukan observasi agar sesuai dengan luas wilayah yang ada. b. Wawancara Sedangkan proses wawancara pada penelitian ini dilakukan di bulan Maret 2014. Adapun sasaran informan yang diwawancarai ialah warga Desa Tenajar Lor di RT 01/03, RT 04/03, RT 05/03, RT 04/02, RT 06/02, RT 09/01 dan RT 03/01. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dari wawancara ini adalah dengan kuesioner yang mengacu pada buku Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Dimana dalam hal ini susunan pertanyaan meliputi pertanyaan fakta kongkret mengenai diri pribadi informan, kemudian mengenai sikap, pendapat, dan perasaan si informan terhadap suatu peristiwa dan keadaan masyarakat, kemudian pertanyaan informasi mengenai gejala dan keadaan sosial yang nyata, dan pertanyaan yang mencoba mengukur persepsi dari si informan terhadap dirinya dalam hubungan dengan orang lain.24 Sedangkan alat yang digunakan dalam proses wawancara ini yakni berupa alat tulis atau pencatatan langsung dan alat perekam suara (voice recorder). 4. Metode Analisa Data Pada proses analisa data penelitian ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang didapat dari sumber pengumpulan data, yakni dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk kemudian dibaca, dipelajari, dan ditelaah secara cermat hingga pada proses penyatuan data yang kemudian akan
24
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT. Gramedia, 1977), h. 178
14
menghasilkan interpretasi data. Proses seperti ini juga termasuk dalam hal transliterasi bahasa, dari bahasa asli informan (bahasa Indramayu) ke dalam bahasa Indonesia. Metode seperti ini sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam buku Metode Etnografi karya James P. Spradley, karena buku tersebut merupakan panduan yang khas agar penelitian kualitatif di lapangan dapat berjalan secara sistematis, terarah dan efektif.25 5. Teknik Penulisan Sedangkan teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010/2011. Sedangkan transliterasi pada Skripsi ini menggunakan Pedoman Transliterasi Arab-Latin keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543b/u/1987. F.
Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini terarah dan efisien dalam pembahasannya, maka
saya akan menguraikannya ke dalam lima bab yang memuat beberapa sub-bab di dalamnya. Hal ini karena penelitian ini terdiri dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, sehingga untuk memadukannya dibutuhkan analisis dari keduanya. Adapun uraian dalam lima bab tersebut ialah sebagai berikut: Bab pertama, dalam bab ini akan diisi dengan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, yang menjelaskan tentang pendahuluan dan kronologi permasalahan sampai ke titik inti permasalahan, Selanjutnya diutarakan mengenai
25
James P. Spradley, Metode Etnografi, Penerjemah: Misbah Zulfah Elizabeth (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), h.xxi
15
identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, agar pembahasan yang dikaji lebih fokus dan terarah. Selanjutnya adalah terkait tujuan dan manfaat penelitian, dalam hal ini adalah tujuan saya untuk mencapai target yang diinginkan dalam penelitiannya. Kemudian saya juga mencantumkan tinjauan pustaka, dimana dalam hal ini merupakan perbandingan antara penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang sekarang. Kemudian disusul dengan metodologi penelitian, dimana dalam hal ini menjelaskan tentang metode yang digunakan oleh saya dalam penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan. Terakhir adalah sistematika penulisan, dalam sistematika ini akan saya jelaskan rangkaian bab yang berisi tentang tema-tema pokok penelitian agar target pembahasan yang dikaji lebih efektif dan efisien. Bab kedua, dalam bab ini akan dibahas mengenai hak dan kewajiban tetangga dalam hadis sebagai teori penelitian kepustakaan sebelum berlangsung ke penelitian lapangan. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hadis hak dan kewajiban tetangga, sub-bab ini merupakan tema utama penelitian ini, yang juga akan disertai dengan keterangan-keterangan hadisnya. Kemudian pengertian hak dan kewajiban tetangga, kemudian ruang lingkup tetangga, yang menjelaskan tentang batasan-batasan tetangga dan hak beserta kewajibannya, kemudian disusul dengan klasisfikasi tetangga, yang menjelaskan tentang pembagian tetangga menurut al-Qur‟an dan hadis. Bab ketiga akan dibahas tentang kesenjangan antara religiusitas dengan realitas sosial masyarakat Desa Tenajar Lor, dimana dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesenjangan antara ilmu pengetahuan dan kesalehan sosial. Hal ini karena sub-sub judul yang akan dibahas tersebut berkaitan erat dengan tema
16
pokok penelitian ini. Adapun selanjutnya adalah pembahasan mengenai keragaman sarana keagamaan, yang berisi penjelasan tentang sarana-sarana yang berpotensi untuk mendalami ilmu agama oleh masyarakat desa secara umum. Kemudian tentang pemahaman masyarakat Desa Tenajar Lor terhadap makna bertetangga, perselisihan antar tetangga di desa tersebut, dan juga dibahas mengenai kesejahteraan masyarakat Desa Tenajar Lor, yang berisi tentang tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat dan mata pencaharian pokok yang dimilikinya. Bab keempat merupakan penjelasan mengenai krisis hak bertetangga pada masyarakat Desa Tenajar Lor berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah saya lakukan di lapangan. Dalam hal ini berupa praktik-praktik yang dilakukan masyarakat dalam mengimplementasikan hadis hak dan kewajiban bertetangga dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu akan dibahas pula tentang faktor pendukung dan penghambat implementasi hadis hak dan kewajiban bertetangga pada masyarakat Desa Tenajar Lor, dan juga akan memuat pendapatpendapat para ulama desa setempat terhadap praktik hak dan kewajiban bertetangga yang terjadi di masyarakat sekitarnya. Terakhir adalah bab lima, pada bab ini merupakan penutup dari sebuah penelitian. Dimana pembahasan dari bab penutup ini berupa kesimpulan yang berisi jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan masalah. Kemudian diikuti dengan saran-saran dari saya terkait tentang penelitian tentang hadis hak dan kewajiban tetangga dan praktiknya di lapangan.
BAB II HAK DAN KEWAJIBAN BERTETANGGA DALAM HADIS A. Hadis Hak dan Kewajiban Bertetangga Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa skripsi ini akan berfokus pada satu hadis yang berisi tentang hak-hak tetangga secara keseluruhan. Meskipun hadis ini banyak ditemui dalam kitab-kitab hadis, namun dalam hal ini saya mengambil hadis yang diriwayatkan oleh „Abd Allāh bin Muḥammad bin Jaʻfar bin Ḥibbān al-Aṣbahānī (274-369 H/ 887-979 M) dalam kitabnya al-Tawbīkh wa al-Tanbīh.1 Adapun hadis tentang hak dan kewajiban tetangga tersebut adalah sebagai berikut:
َانَابَ َِن َ ََم َط ٍَرَ ََعنَََيََِزيَ ٍَد َِ اَعُثَ ََم َ َاعَثََن ٍَ ج ََ وَه َِامَبَ َِنَ َُش ََ ُيَالُفَا َِرَالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَدَبَ َِنَ ََعَل َُ َََحدَثََن َال ََإِ َِن ََ الََِوا َِرََق َ ََاَحق ََ اهللَم ََ َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ اذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلََق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ بَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََع َط ََ َاَي ِ اجَأَعَ َطيََت َوَوإنََم ِرضَعدتوَوإنََم َت َِ َُعنَتَو َِ ُكَأَق َرضتَو َ ََوإنَاستَ َعان َض َ استَ قَر َ كَأ َ َ ُ َ ُ َ َ ُ َ ََ ََوإنَاحََت َ ات ََات بَ ع ِ وىَنَأََت َوَوإنَأَصاب توَم َوعزي تَوَُ َلَتَُ َؤَِذَهَِبَِِقتَا ِرَقِد ِرَكَإِل ََ ٌصيبَة ََ َخي ٌر َ ََُسلَيََتََو َ َُصابَو ُ ََ ََسَرََك َ ََجنَ َازتَوَُوإنَأ ََُُ ِِ ِِ ِ عليوَالر ِ ِ ََوإِ ِن،َ َ َسد َُ ف َ ََعَليَ َِو َ ََوَت ََ َعلَي ِو َبِالبِنَ ِاء ََلَِتَشَََر َ أَن َتَغ ِر َ يل َ يح َإل َبإذنو َ ِّ َ ف َ ََلُمَمن َه ُ اَوَل َتَستَط ََشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََولَ ََدَهَُ ََىل ََ ِجَ ََولَ َُد ََكََب َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلَََفأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُتَفَاكِ َهةًَفَاى ِدَلَو َ اشتَ َري 2 .لًََِمنََََرَِح ََمَاهلل َ َالَا َِرََإِلَََقَلِي َ ََىَحق ََ َتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلََل َُكمَََلنََيَََُؤد “Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin „Alī al-Ḥuffār alBagdādī, telah menceritakan kepada kami Abū Hammām al-Syajāʻ, telah menceritakan kepada kami „Uṡmān bin Maṭar, dari Yazīd bin Bazīʻ, dari „Aṭā‟ al-Khurāsānī, dari Mu‟āż bin Jabal, ia berkata: “Kami bertanya, “Wahai Rasulullah!, apa hak para tetangga?, beliau menjawab,‟apabila ia meminta pinjam uang maka engkau meminjamkannya, jika ia meminta tolong kepadamu maka engkau menolongnya, jika ia membutuhkan sesuatu maka engkau memberikannya, jika ia sakit maka engkau menjenguknya, jika ia meninggal maka engkau mengiring jenazahnya, jika ia mendapatkan 1
Kualitas hadis ini berdasarkan penelitian yang saya lakukan adalah ḥasan, karena sanad pada hadis ini terdapat Abū al-Faḍal „Uṡmān bin Maṭar al-Syaibanī yang dinilai ḍaʻīf (lemah). Lihat: Ibn Ḥajar al-ʻAsqalānī, Tahżīb al-Tahżīb (Beirūt: Dār al-Fikr, 1984), Juz 5, h. 112 2 „Abd Allāh bin Muḥammad bin Jaʻfar bin Ḥibbān al-Aṣbahānī, al-Tawbīkh wa alTanbīh (Al-Qāhirah: Maktabah al-Furqān, T.th), Juz 1, h. 26
17
18
kebaikan, maka engkau mengucapkan selamat kepadanya, jika ia ditimpa musibah yang maka engkau menghibur dan berbelasungkawa kepadanya, dan janganlah engkau menyakitinya dengan bau sedap atau asap masakan yang berada dalam periukmu kecuali engkau mengambil sebagiannya dan memberikan kepadanya, jangan engkau meninggikan bangunan rumahmu agar engkau terlihat mewah dalam pandangannya dan menghalangi udara yang masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan izinnya. Jika engkau membeli buah-buahan maka hadiahkan sebagian kepada mereka, jika tidak maka bawalah buah itu ke dalam rumahmu secara diam-diam dan jangan biarkan anakmu membawa buah yang kau beli keluar rumah, sebab hal itu akan membuat anak mereka marah, apa kamu mengerti apa yang aku katakan kepadamu? Sungguh tidak akan ditunaikan hak tetangga kecuali sedikit orang yang dirahmati Allah Swt”.3 Selain dari kitab al-Tawbīkh wa al-Tanbīh, hadis ini juga dapat ditemui dalam kitab Makārim al-Akhlāq karya Abū Bakr bin Ja‟far bin Sahal bin Syākir al-Sāmirī al-Kharā‟iṭī, yakni sebagai berikut:
ََاَس ََويَ َُدَبَ َُنَ ََعبَ َِدَالَ ََعَِزيَ َِزَ ََعن َُ َاَد َُاوٌَدَبَ َُنَََرَِشيَ ٍَدَثََن ََ َبَثََن َُ ىَعمَََرا َنَبَ َُن َ َُم َو ََسىَالَ َُم ََؤَِّد َِ ََحدَثََنَاََأَبَُوَ َ َُم َو ََس َُىَاهلل َ َصل ََ َب َ ََعنَ ََأََبِيَ َِو َ ََعنَ َ ََج ِّدََهِ َأَنَ َََر َُس َو ََل َاهلل ٍَ َاء َ ََعنَ ََأََبِيَ َِو َ ََعنَ َ ََعمٍََروَبَ َِن َ َُش ََعي ٍَ ان َبَ َِن َ ََع َط َِ َعُثَ ََم َُك ََأَقَََرضََتََو ََ ض ََ ك ََأَ ََعنََتََوَُ ََوَإِ َِن َاسَتََقَََر ََ ِالَا َِر َ؟ََإِ َِن َاسَتََ ََعا َن ََب َ َ َاَحق ََ َ"ََأََتدََُرَو َن َ ََم:َ ال ََ ََعَليَ َِو َ ََو َ ََسلَ ََم ََق ََص َابََوَُ ََخيٌََر َ ََىَنَأََت َوَُ ََوَإِن ََ َت َ ََجَنَ ََازَت َوَُ ََوَإِنَ ََأ ََ َات ََاِتَبََع ََ ض َ َُعدََت َوَُ ََوَإِنَ َ ََم ََ ت َ ََعَليَ َِو َ ََوَإِنَ َ ََمَِر ََ َََوَإِ َِن َافَتََ َقرَ َ َُعد َت ََ َالريَ َُح ََإِلَ ََبَِِإذََنَِِو َ ََوَإِ َذا َاشَتََََري ََ ج َُ َاء َفََتَح َِ َصيََبََةٌ َ ََعَزيََتََوُ َََوََل ََتسََتَ َِطيَ َُل َ ََعَليَ َِو ََبِالََبَِن َِ صابََتَ َوُ َ َُم ََ ََأ َِّ َ ُب َ ََعنَ َو َاَوَل َُدَهَََُوََل َتَُ َؤَِذَهِ ََبَِِقَتَا َِر ََ َظ َ َِب َ َاَوَل َُد ََك ََلَِيَ َغِي ََ َج َ َِب َُ َََُر ََ اَوََل َِ اكِ ََه َةًََفاىَ َِد ََل َوََُفَِإنَ َ َل َتَفَ ََعلَ ََفأَدَ َِخلَ ََه َ َف ََ اَسَر َالَا َِر َ ََسيَََبَِيَ َِدَِهَََلَيََبََلُ َُغ َ ََحق َِ َ؟َوالَ َِذيََنَف ََ َالَا َِر َ ََاَحق ََ ََأََتدََُرَو َن َ ََم:َف َلََوَُ َِمنَ ََها ََ َقِدََِرََكََإِلَ ََأَنََتَغََِر ََََف َِمنَ َُهم:ٌَلَثََة َََََاَ َلِيَََرا َُنََث:َال ََ الَا َِرَ ََحّتََ ََنََواََأَنَ َوَُ ََسيََُوَِرَثَُوَُ َُثََق َ ِصيَ َِهمَََب َِ الَيََُو ََ اهللََُف ََم ََاز َ َُحََو َ َِمنََََر ََ ََإِل َق ٍَ لَثََةَُ َُح َُق َو َََاح ٌَدََفأَمَاَالَ َِذيََلََوََُث َِ انَ ََوَِمنَ َُهمََ ََمنََلََوَُ ََحقََََو َِ َقَ ََوَِمنَ َُهمََ ََمنََلََوَُ ََحق ٍَ لَثََةَُ َُح َُق َو َََََمنََلََوََُث َار َُ َال َ انََف َِ ََوَأَمَاَالَ َِذيَلََوَُ ََحق. ََ َالََِوا َِرَََو ََحقََالَ َقََرَابََِة َ ََلَِمَََو ََحق ََ َالس َِ ََبَلََوَُ ََحق َُ َارَالَ َُمسََلِ َُمَالَ َقَِري َُ َال َ َف َالََِوا َِر َ َََلََوَُ ََحق:َارَالَ َك َافَُِر َُ َال َ اح ٌَدََف َِ َوَأَمَاَالَ َِذيََلََوَُ ََحقََََو. ََ َالََِوا َِر َ ََلَِمَََو ََحق ََ َالس َِ ََالَ َُمسََلِ َُمَلََوَُ ََحق َك َِ س َُ ُل ََيُطَ ََع َُم َالَ َُمشَ ِرَُك َو َن َ َِمنَ ََن: ََ َ ال ََ ك َ؟ ََق َِ س َُ َاهللِ ََأََنُطَ َعِ َُم َُهمَ َ َِمنَ َ َُلَُوٍَم َالن َ َ ََيَ ََار َُس َو ََل:َ َقاَلَُوا َ 4."َي ََ الَ َُمسََلِ َِم 3
Abū ʻAbd Allāh Muḥammad bin Aḥmad al-Anṣārī al-Malikī al-Qurṭubi, Tafsir alQurṭubi, Penerjemah: Ahmad Rijali Kadir (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 438-439 4 Abū Bakr bin Ja‟far bin Sahal bin Syākir al-Sāmirī al-Kharā‟iṭī, Makārim al-Akhlāq (Al-Qāhirah: Al-Madanī, 1991), Juz 1, h. 48
19
“Telah menceritakan kepada kami Abū Mūsā ʻImrān bin Mūsā alMuaddib, telah menceritakan kepada kami Dāwud bin Rasyīd, telah menceritakan kepada kami Suwaīd bin ʻAbd al-ʻAzīz, dari ʻUṡmān bin ʻAṭā‟, dari ayahnya, dari Syuʻaīb, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Apakah engkau mengetahui apa hak bertetangga? ‟apabila ia meminta tolong kepadamu maka engkau menolongnya, jika ia meminta pinjam uang maka engkau meminjamkannya, jika ia membutuhkan sesuatu maka engkau memberikannya, jika ia sakit maka engkau menjenguknya, jika ia meninggal maka engkau mengiringi jenazahnya, jika ia mendapatkan kebaikan, maka engkau mengucapkan selamat kepadanya, jika ia ditimpa musibah maka engkau menghiburnya, jangan engkau meninggikan bangunan rumahmu sehingga menghalangi udara yang masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan izinnya. Jika engkau membeli buah-buahan maka hendaklah engkau berikan sebagian kepada mereka, jika tidak maka bawalah buah itu ke dalam rumahmu secara diamdiam dan jangan biarkan anakmu keluar rumah dengan membawa buah tersebut, sebab hal itu akan membuat anak mereka marah, dan janganlah engkau menyakitinya dengan bau sedap atau asap masakan yang berada dalam periukmu kecuali engkau mengambil sebagiannya dan memberikan kepadanya: Apakah engkau mengerti apa hak seorang tetangga? Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, tidak akan disampaikan hak-hak tetangga kecuali orang-orang yang dirahmati Allah Swt, maka akan terus menerus mewasiatkan kepada mereka tentang hak tetangga sehingga mereka mengira bahwasanya ia akan mewarisinya. Kemudian beliau bersabda: Hak tetangga ada tiga, sebagian mereka memiliki tiga hak, sebagian mereka juga memiliki dua hak, dan sebagian mereka lagi memiliki satu hak. Adapun tetangga yang memiliki tiga hak yaitu tetangga Muslim yang dekat, ia memiliki hak Islam, hak bertetangga, dan hak kekerabatan. Kemudian tetangga yang memiliki dua hak yaitu tetangga yang Muslim, ia memiliki hak bertetangga dan hak Islam. Tetangga yang memiliki satu hak yaitu tetangga yang non-Muslim, ia hanya memiliki hak bertetangga saja. Kemudian mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kami boleh memberi mereka (tetangga non-Muslim) makanan dari daging qurban? Beliau bersabda: “Tidak boleh memberi orang-orang Musyrik daripada daging qurban orang-orang Muslim”. Kemudian dalam kitab al-Targīb wa al-Tarhīb min al-Ḥadīṡ al-Syarīf karya „Abd al-„Aẓīm al-Qawīy al-Mundżirī, yakni sebagai berikut:
َالَ ََمنَََأَغََل ََق ََ ىَاهللَُ ََعَليَ َِوَ ََوَ ََسلَ ََمََق َ َصل ََ َب َِّ ِِّبَ ََعنَََأََبِيَ َِوَ ََعنََ ََج َِّدَِهَ ََع َِنَالَن ٍَ َيَ ََعنََ ََعمٍََروَبَ َِنَ َُش ََعي ََ وَُرَِو َسََِبَُؤَِم ٍَنَ ََمنََ َلََيَأَ ََمنََ ََج ََارَهََُبََِوَائَِِق َِو ََ َكََِبَُؤَِم ٍَنَ ََوَلي ََ ِسَ َذَل ََ ََبَ َابََوَُ َُد َو َنَ ََجاَِرَِهَ ََمَاَف َةًَ ََعَلىََأَىََلَِِوَ ََوََم َالَِِوَفََلي َت َ ََعَليَ َِو َ ََوَإِ َذا ََ َك ََأَقَََرضََتََوَُ ََوإ َذاَافَتََ َقرَ َ َُعد ََ ض ََ ك ََأَ ََعنََتََوَُ ََوَإِ َذاَاسَتََقَََر ََ َالَا َِر ََإِ َذاَاسَتََ ََعاَن َ َ َاَحق ََ يَم ََ َأََتدََِر َت َ ََجَنَ ََازَت َوُ َََوََل ََ َات ََاِتَبََع ََ اَم ََ صيََبََةٌ َ ََعَزيََتََوُ َ ََوَإِ َذ َِ صابََتَ َوُ َ َُم ََ َص َابََوُ َ ََخيٌََر َ ََىَنَأََت َوُ َ ََوَإِ َذاََأ ََ َض َ َعُدََت َوُ َ ََوَإِ َذاََأ ََ ََمَِر
20
َف ََ الريَ َُح ََإِلَ ََبَِِإذََنَِِو َََوََل َتَُ َؤَِذَهِ ََبَِِقَتَا َِر ََِريَحَِ ََقِدََِرََك ََإِلَ ََأَنَ َتَغََِر ََ ج َُ َان َفََتَح َِ ََتسََتَ َِطيَ َُل َ ََعلَيَ َِو ََبِالَبَُنََي َِّ َُب َ ََعنَ َو َظَ َِبَا َ َاَولَ َُد ََكََلَِيَ َغِي ََ َجَ َِب َُ َََُر ََ اَوََل َِ اكِ ََه َةًَفَاىَ َِدَلََوَُفََِإنََ َلَتَفَ ََعلََفَأَدَ َِخلَ ََه َ َتَف ََ َاَوَإِ َِنَاشَتََََري ََ لََوَُ َِمنَ ََه ََ اَسَر 5 .ََُولَ َُدَه “Diriwayatkan dari ʻAmr bin Syuʻaīb dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Barang siapa yang menutup pintu untuk tetangganya karena khawatir atas keluarganya dan hartanya maka ia bukan termasuk orang yang beriman, dan bukan termasuk orang yang beriman orang yang tidak memberikan rasa aman kepada tetangganya dengan kehadirannya. Apakah engkau mengetahui apa hak seorang tetangga? ‟apabila ia meminta tolong kepadamu maka engkau menolongnya, jika ia meminta pinjam uang maka engkau meminjamkannya, jika ia membutuhkan sesuatu maka engkau memberikannya, jika ia sakit maka engkau menjenguknya, jika ia mendapatkan kebaikan, maka engkau mengucapkan selamat kepadanya, jika ia ditimpa musibah maka engkau menghiburnya, jika ia meninggal maka engkau mengiringi jenazahnya, jangan engkau meninggikan bangunan rumahmu sehingga menghalangi udara yang masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan izinnya, janganlah engkau menyakitinya dengan bau sedap atau asap masakan yang berada dalam periukmu kecuali engkau mengambil dan memberikan sebagian kepadanya, jika engkau membeli buah-buahan maka hendaklah engkau memberikan sebagian kepada mereka, jika tidak maka bawalah buah itu ke dalam rumahmu secara diam-diam dan jangan biarkan anakmu keluar rumah dengan membawa buah tersebut, sebab hal itu akan membuat anaknya marah”. Terakhir terdapat dalam kitab Musnad al-Syāmiyyīn al-Ṭabarānī karya alṬabrānī, yakni sebagai berikut:
َاَس ََويَ ٌَدَبَ َِنَ ََعبَ َِد َُ ََثََن،َاَد َُاودَبَ َِنَََرَِشيَ ٍَد ََ ََثََن،َالسَِّريَبَ َِنَ ََس ََه ٍَلَال َقنَ َطَِريَالبََغَ ََد َِادي َِ َاَمَمَ ٌَدَبَ َِن َُ َََحدَثََن َََأَن،ََِعنََ ََج َِّدَه، ََ ََعنَ ََأََبِيَ َِو، ََ َب ٍَ ََعنََ ََعمٍََروَبَ َِنَ َُش ََعي، ََ ََعنَََأََبِيَ َِو، ََ َاء ٍَ اَعُثَ ََما ٌَنَبَ َِنَ ََع َط َ ََثََن،َالَ ََعَِزيَ َِز ََ«َ ََمنَ ََأَغََل ََق ََبَ َابََوُ َ َُد َو َن َ ََجاَِرِهَ َ ََمَاَف َةً َ ََعَلىََأَىََلَِِو َ ََوََم َالَِِو:َ ال ََ ىَاهللَُ ََعَليَ َِو َ ََو َ ََسلَ ََم ََق َ َصل ََ َََر َُس َو ََل َاهلل َإن َِ َالَا َِر َ؟ َ َ ََحق ََ ََأََتدََُرَو َن َ ََما،َ س ََِبَُؤَِم ٍَن َ ََمنَ َ َل ََيَأَ ََمنَ َ ََج ََارَهُ ََبََِوَائَِِق َِو ََ ََوَلي، ََ َ ك ََِبَُؤَِم ٍَن ََ ِس َ َذَل ََ َفََلي ََوإن،َُضَ َُعدََت َو ََ َوَإِنََ ََمَِر، ََ َتَ ََعَليَ َِو ََ ََوإنَافَتََ َقرَ َ َعُد،َُكَأَق َرضتَو َض َ َاستَ َعان َ َ ََوَإِ َِنَاستَ قَر،َُكَأ ََعنَتَو ََو َلََتسََتَ َِطيَ َُلَ ََعَليَ َِو،َُصيََبََةٌَ ََعَزيََتََو َِ صابََتَ َوَُ َُم ََ ََوإنََأ،َُخيٌَ ََىَنَأََت َو َ َُص َابََو ََ ََوإنَأ،َُتَ ََجَنَ ََازَت َو ََ َاتَ ََش َِهد ََ ََم َََفَِإنََ َلَتَفَ ََعلَََفأَدَ َِخلَ ََها،َُاكِ ََه ًَةََفاىَ َِدََل َو َ تََف ََ َاَشََري ََ َوإ َذ، ََ َالريَ َُحَإلَََبَِِإذََنَِِو ََ ج َُ ََفََتَح،َاء َِ ََبِالََبَِن َِّ َُبَ ََعنَ َو ِ َفَلَوُ َِمن َهاَ»ََف ََما ََ َظَ َِب َ َاَوَل َُد ََكََلَِيَ َغِي ََ َجَ َِب َُ َََُر ََ َوََل،َا َ َوََلَتَُ َؤَِذَهَِبَِِقتَا ِرَقِد ِرَكَإِلَأَنَتَغ ِر، ََ َُاَوَل َُدَه ََ َسَر َ«َ:َ ىَاهللَُ ََعَليَ َِو َ ََو َ ََسلَ ََم َ َصل ََ َال َََر َُس َو َُل َاهلل ََ َث ََق، َُ َ ُالَا َِر َ ََحّتَ َ ََنََنَاََأَنَ َوُ َ ََسيََُوَِرَثَُو َ ِصيَ َِهمَ ََب َِ ال َيََُو ََ ََز 5
„Abd al-„Aẓīm al-Qawīy al-Mundżirī, al-Targīb wa al-Tarhīb min al-Ḥadīṡ al-Syarīf (Beirut: Dār al-Kitab al-„Ilmiyyah, 1996), Juz 3, h.243
21
َاح ٌَد َِ َوَِمنَ َُهمََ ََمنََلََوَُ ََحقََََو، ََ َان َِ ََوَِمنَ َُهمََ ََمنََلََوَُ ََحق، ََ َق ٍَ لَثََةَُ َُح َُق َو ََََفَ َِمنَ َُهمََ ََمنََلََوَُث،ٌَلَثََة ََََاَ َلِيَََرا َُنََث ََالََِوا َِر َََو ََحق َ َ َلَِم َََو ََحق ََ َالس َِ َ ََلََوُ َ ََحق،َ ب َُ َار َالَ َُمسََلِ َُم َالَ َقَِري َُ َال َ َق َف ٍَ لَثََةُ َ َُح َُق َو ََََفَأَمَاَالَ َِذيَ َلََوُ ََث، ََُوَأَمَاَالَ َِذيَلََو، ََ َ لَِم ََ َالس َِ َ َالََِوا َِر َََو ََحق َ َ ََلََوَُ ََحق،َ ار َالَ َُمسََلِ َُم َُ َال َ َان َف َِ ََوَأَمَاَالَ َِذيَلََوُ َ ََحق، ََ َ الَ َقََرَابََِة َكَ؟ َِ س َُ َاَر َُس َو ََلَاهللََأَنَُعَ َِطيَ َِهمََ َِمنََ َُلَُوٍَمَالن َ الََِوا َِرَ»َقَاَلَُو َ َََلََوَُ ََحق،َارَالَ َك َافَُِر َُ َال َ َاح ٌَدَف َِ ََحقََََو ََ ََي:َا 6 .»َي ََ كَالَ َُمسََلِ َِم َِ س َُ ُيَ َِمنَََن ََ ِطَالَ َُمشَ ِرَك َِ ََ«َََلَتَُع:َال ََ فَ َق “Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin al-Sirrī bin Sahal al-Qanṭirī al-Bagdadī, telah menceritakan kepada kami Dāwud bin Rasyīd, telah menceritakan kepada kami Suwaīd bin ʻAbd al-ʻAzīz, dari ʻUṡmān bin ʻAṭā‟, dari ayahnya, dari Syuʻaīb, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang menutup pintu untuk tetangganya karena khawatir atas keluarganya dan hartanya maka ia bukanlah seseorang yang beriman, dan bukan orang yang beriman barang siapa yang tidak memberikan rasa aman kepada tetangganya dengan kehadirannya. Apakah engkau mengetahui apa hak seorang tetangga? ‟apabila ia meminta tolong kepadamu maka tolonglah, jika ia meminta pinjam uang maka hendaknya engkau pinjamkan, jika ia membutuhkan sesuatu maka berikanlah, jika ia sakit maka jenguklah, jika ia meninggal maka antarkanlah jenazahnya, jika ia mendapatkan kebaikan yang membuatmu gembira, maka ucapkan selamat kepadanya, jika ia ditimpa musibah yang membuatmu bersedih maka beri semangat kepadanya, jangan engkau meninggikan bangunan rumahmu sehingga menghalangi udara yang masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan izinnya. Jika engkau membeli buah-buahan maka hadiahkan sebagian kepada mereka, jika tidak maka bawalah buah itu ke dalam rumahmu secara diam-diam dan jangan biarkan anakmu membawa buah yang kau beli keluar rumah, sebab hal itu akan membuat anak mereka marah, dan janganlah engkau menyakitinya dengan bau sedap atau asap masakan yang berada dalam periukmu kecuali engkau mengambil sebagiannya dan memberikan kepadanya: Apakah engkau mengerti apa hak seorang tetangga? Demi diriku yang ada dalam genggaman-Nya, tidak akan disampaikan hak-hak tetangga kecuali orangorang yang dirahmati Allah Swt, maka akan terus menerus mewasiatkan kepada mereka tentang hak tetangga sehingga kami mengira bahwasanya ia akan mewarisinya. Kemudian beliau bersabda: Hak tetangga ada tiga, sebagian mereka memiliki tiga hak, sebagian mereka juga memiliki dua hak, dan sebagian mereka lagi memiliki satu hak. Adapun tetangga yang memiliki tiga hak yaitu tetangga Muslim yang dekat, ia memiliki hak Islam, hak bertetangga, dan hak kekerabatan. Kemudian tetangga yang memiliki dua hak yaitu tetangga yang Muslim, ia memiliki hak bertetangga dan hak Islam. Tetangga yang memiliki satu hak yaitu tetangga yang non-Muslim, ia hanya memiliki hak bertetangga saja. Kemudian kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kami boleh memberi mereka (tetangga non-Muslim)
6
Sulaimān bin Aḥmad bin Ayyūb Abū Qāsim al-Ṭabarānī, Musnad al-Syāmiyyīn alṬabarānī (Beirut: Muassasah al-Risālah, 1984), Juz 3, h.339
22
makanan dari daging qurban? Beliau bersabda: “Janganlah memberi orangorang Musyrik daripada daging qurban orang-orang Muslim”. Hadis-hadis di atas dikuatkan oleh hadis-hadis Ṣaḥīḥ lain, seperti yang diriwayatkan oleh Abū „Abd Allāh Muḥammad bin Ismāʻīl bin Ibrāhīm alBukhārī atau yang dikenal dengan nama Imam al-Bukhārī dalam kitabnya alJāmiʻ al-Bukhārī atau Ṣaḥīḥ al-Bukhārī pada bab adab, dan juga kitab Ṣaḥīḥ Muslim bab iman karya Abū Ḥusain Muslim bin al-Ḥajjāj al-Qusyairī atau yang dikenal akrab dengan sebutan Imam Muslim, dan juga kitab-kitab hadis lainnya.7 Dari hadis-hadis tersebut, maka dapat dipahami bahwa hak dan kewajiban bertetangga dibagi menjadi 10 bagian, yakni sebagai berikut: 1. Memberikan pinjaman kepada tetangga ketika ia memintanya. 2. Menolong tetangga ketika ia sedang dalam kesulitan. 3. Memberikan sesuatu kepada tetangga ketika ia sedang membutuhkan. 4. Menjenguk tetangga ketika ia sedang sakit. 5. Mengantarkan jenazah tetangga ketika ia meninggal dunia. 6. Mengucapkan selamat kepada tetangga ketika ia mendapatkan kegembiraan. 7. Menghibur tetangga ketika ia sedang mendapatkan musibah. 8. Dilarang menyakiti tetangga dengan asap/bau sedap masakan kecuali dengan memberikan sebagian masakan tersebut kepadanya. 9. Dilarang meninggikan bangunan rumah agar terlihat megah kecuali atas izin tetangga. 10. Menghadiahkan
buah-buahan
kepada
tetangga,
namun
jika
tidak
melakukannya, maka buah-buah tersebut dilarang untuk dibawa keluar rumah agar tidak membuat anak tetangga marah. 7
Penelitian dengan menggunakan aplikasi Maktabah Syāmilah.
23
Hadis hak dan kewajiban dalam bertetangga tersebut merupakan hadis yang menjadi pegangan bagi semua masyarakat Muslim dalam menata kehidupan sosial. Munculnya sikap untuk berbuat baik terhadap masyarakat ini berawal ketika Rasulullah Saw hijrah ke Madinah. Dalam mewujudkan masyarakat Madinah yang utuh dan bersatu, agar terjamin ketenteraman dan kesejahteraan, diperlukan kerukunan, saling pengertian dan kerukunan di antara tiga kelompok masyarakat yang berbeda-beda.8 Untuk merealisasikan kerukunan dan kerjasama itu, Rasulullah Saw membuat “Piagam Kerjasama/Kontrak Sosial” yang disetujui secara demokratis di antara tiga kelompok masyarakat Madinah, yang kemudian dikenal dengan nama “Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah”.9 Rasulullah Saw senantiasa membimbing umat Muslim untuk saling tolong menolong, seperti saat Kaum Muhājirīn tiba di Madinah bersama Rasulullah Saw kemudian beliau menyeru Kaum Anṣar untuk saling menolong dengan menjamu dan memberikan fasilitas seperti tempat tinggal, menjamunya dengan makanan dan minuman, dan lain sebagainya. Adapun hadis memuliakan tetangga dan tamu ini merupakan hadis yang paling populer di kalangan masyarakat umum, yakni hadis yang diriwayatkan dalam kitab Ṣaḥīḥ sebagai berikut:
ِ ال َحدثَِِن ِ َي ِّ َشَري ٍح َال ََع َد ِو ُ َعن َأَِِب ُ َحدثَنَاَاللي َ وس َ َسعي ٌد َال َمق ُُِبي َ ََحدثَن َ َ َث َق َ ف َ ُ ُاَعب ُد َاللو َب ُن َي ِ ََسعت َأُذُنَاي َوأَبصرت َعي نَاي ِ َ َق َال ََمن َ َكا َن ََ َح َ َعلَي ِو ََو َسل َم َفَ َق َ َُصلى َاللو َ ي َتَ َكل َم َالنِب َ َ ال َ َ ََ َ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ََُجائَِزتَو َ ََج َارهُ ََوَمنَ َكا َنَيُؤم ُنَبِاللو ََواليَ ومَاْلخ ِرَفَليُك ِرم َ َُضي َفو َ يُؤم ُنَباللو ََواليَ ومَاْلخ ِرَفَليُك ِرم
8
Tiga kelompok yang dimaksud adalah Kaum Muslimin yang terdiri dari Kaum Muhājirīn dan Kaum Anṣar sebagai penduduk mayoritas, Kaum munafik, dan Kaum Yahudi yang terdiri atas tiga klan kecil seperti Bani Qainuqa, Bani Naḍir, dan Bani Quraizah sebagai penduduk minoritas. 9 Abdul Qadir Jaelani, Mewujudkan Masyarakat Sejahtera dan Damai (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997), h. 591
24
ِ َك َفَ ُه َو ِّ ال َيَوٌم ََولَي لَةٌ ََو َ َاَجائَِزتُوُ َيَا ََر ُس َو َل َالل ِو َق َ َق َ الضيَافَةُ َثََلثَةُ َأَي ٍام َفَ َما َ َكا َن ََوَراءَ َذَل َ ال ََوَم 10 ِ ِ ِ ِ ِ ٌص َدقَة .ََخي ًراَأَوَلِيَص ُمت َ َ َ َعلَيو ََوَمنَ َكا َنَيُؤم ُنَبِاللو ََواليَ ومَاْلخ ِرَفَليَ ُقل “Telah menceritakan kepada kami „Abd Allāh bin Yūsuf telah menceritakan kepada kami al-Laīṡ dia berkata; telah menceritakan kepadaku Saʻīd al-Maqburī dari Abū Syuraīḥ al-„Adawī dia berkata; “Saya telah mendengar dengan kedua telingaku dan melihat dengan kedua mataku ketika Nabi Saw mengucapkan sabdanya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, dan menjamunya” dia bertanya; „Apa yang dimaksud dengan menjamunya wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “yaitu pada siang dan malam harinya, bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah bagi tamu tersebut." Beliau bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia berkata dengan baik atau diam.” (HR. Al-Bukhārī) Hadis tersebut mengandung pengertian bahwa seorang Mukmin yang benarbenar sempurna keimanannya adalah mereka yang melaksanakan tiga hal sebagai berikut; Pertama, mereka yang senantiasa memuliakan tetangganya, baik tetangga yang dekat maupun yang jauh, baik ada hubungan kekeluargaan maupun tidak, juga tidak pandang apakah ia seorang Muslim atau bukan, mereka tetap diperlakukan sama dalam hal ketetanggaan, dan jangan pernah menyakiti mereka. Kedua, mereka yang senantiasa memuliakan tamu, baik yang kaya maupun yang miskin, baik yang sudah kenal maupun belum, baik telah kenal lama maupun baru kenal, baik seagama ataupun tidak, ia tetap wajib memuliakan tamu tersebut. Bahkan sampai musuh pun kalau datang ke tempatnya, ia pun wajib memuliakannya sebagai tamu. Ketiga, yakni mereka yang selalu mengeluarkan kata-kata yang baik sebagai bahan percakapan, dan ketika ia tidak bisa, maka lebih baik ia diam. 11
10
Abū „Abd Allāh Muḥammad bin Ismāʻīl bin Ibrāhīm al-Bukhārī, al-Jāmiʻ al-Bukhārī (Ṣaḥīḥ al-Bukhārī) (Bairut: Dār al-Fikr. T.th.), h. 438 11 Abū Zakariyā Yaḥyā bin Syaraf al-Dīn al-Nawāwī al-Dimasyqī, Riyāḍ al-Ṣāliḥīn Penerjemah: Hasan A. Barakuan (Semarang: Alina Press, 2001), Jilid 1, h. 201
25
Kemudian ada salah seorang sahabat yang bertanya, yakni Muʻāż bin Jabal sebagaimana hadis berikut:
َان َابَ َِن َ ََمطَ ٍَر َ ََعنَ ََيََِزيَ ٍَد َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َال ََإِ َِن ََ الََِوا َِرََق َ ََاَحق ََ اهللَم ََ َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ اذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلََق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ َبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََ َاَي ِ اجَأَعَطَيََت َوَوإنََم ِرضَعدتوَوإنََم َت َِ َُعنَتَو َِ ُكَأَق َرضتَو َ ََوإنَاستَ َعان َض َ استَ قَر َ كَأ َ َ ُ َ ُ َ َ ُ َ ََ ََوإنَاحََت َ ات ََات بَ ع ِ وىَنَأََت َوَوإنَأَصاب توَم َوعزي تَوَُ َلَتَُ َؤَِذَهَِبَُِقتَا ِرَقِد ِرَكَإِل ََ ٌصيبَة َ ََُسلَيََتََو َ َُصابَو ُ ََ ََخي ٌَرَ ََسَرََك َ ََجنَ َازتَوَُوإنَأ ََُُ ِِ ِِ ِ عليوَالر ِ ِ ََوإِ ِن،َ َ َسد َُ ف َ ََعلَيَ َِو َ ََوَت ََ َعلَي ِو َبِالبِنَ ِاء ََلَِتَشَََر َ أَن َتَغ ِر َ يل َ يح َإل َبإذنو َ ِّ َ ف َ ََلُمَمن َه ُ اَوَل َتَستَط َُشيَ ٍَء َ َِمنَ َوُ ََيََغِيَ َظَُو َن ََبَِِو َ ََولَ ََدَه ََ ِج َ ََولَ َُد ََك ََب َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلَ ََفأَدَ َِخلَ ََها َ َِسَر َِ ُت َفَاكِ َهةً َفَاى ِد َلَو َ اشتَََري َ 12.لًََِمنََََرَِح ََمَاهلل َ َالَا َِرََإِلَََقَلِي َ ََىَحق ََ َََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلَلَ َُكمََلَنََيَََُؤد “Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin „Alī al-Ḥuffār alBagdādī, telah menceritakan kepada kami Abū Hammām al-Syajāʻ, telah menceritakan kepada kami „Uṡmān bin Maṭar, dari Yazīd bin Bazīʻ, dari „Aṭā‟ al-Khurāsānī, dari Mu‟āż bin Jabal, ia berkata: “Kami bertanya, “Wahai Rasulullah!, apa hak para tetangga?, beliau menjawab,‟apabila ia meminta pinjam uang maka engkau meminjamkannya, jika ia meminta tolong kepadamu maka engkau menolongnya, jika ia membutuhkan sesuatu maka engkau memberikannya, jika ia sakit maka engkau menjenguknya, jika ia meninggal maka engkau mengiring jenazahnya, jika ia mendapatkan kebaikan, maka engkau mengucapkan selamat kepadanya, jika ia ditimpa musibah yang maka engkau menghibur dan berbelasungkawa kepadanya, dan janganlah engkau menyakitinya dengan bau sedap atau asap masakan yang berada dalam periukmu kecuali engkau mengambil sebagiannya dan memberikan kepadanya, jangan engkau meninggikan bangunan rumahmu agar engkau terlihat mewah dalam pandangannya dan menghalangi udara yang masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan izinnya. Jika engkau membeli buah-buahan maka hadiahkan sebagian kepada mereka, jika tidak maka bawalah buah itu ke dalam rumahmu secara diam-diam dan jangan biarkan anakmu membawa buah yang kau beli keluar rumah, sebab hal itu akan membuat anak mereka marah, apa kamu mengerti apa yang aku katakan kepadamu? Sungguh tidak akan ditunaikan hak tetangga kecuali sedikit orang yang dirahmati Allah Swt”.13 Rasulullah Saw mencontohkan kehidupan bertetangga ketika di Madinah dengan tanpa memandang apakah tetangganya seorang Muslim, Yahudi atau Nasrani, orang kaya maupun orang miskin, dekat maupun jauh. Rasulullah Saw 12
Al-Aṣbahānī, al-Tawbīkh wa al-Tanbīh, h. 26 Matan hadis hak dan kewajiban bertetangga tersebut merupakan kalam khabar bi ma’na Insya’ī, yakni kalimat yang isi pembicaraannya tidak mengandung pengertian membenarkan dan tidak pula mendustakan. 13
26
senantiasa memperlakukan mereka dengan sikap yang sama. Bahkan ada pula dalam suatu riwayat yang menyatakan bahwa tidak sempurna iman seseorang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan.14 Sehingga tatkala hak dan kewajiban tetangga tidak terpenuhi, maka hal tersebut niscaya akan menimbulkan tindakan yang menyimpang dan zalim terhadap tetangganya. Oleh karena itu, tetangga yang baik adalah tetangga yang selalu memenuhi hak tetangganya, serta tidak melanggar atau merampas hakhaknya.15 Hal ini berdasarkan riwayat hadis yang menyatakan bahwa sebaik-baik tetangga adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya, yakni sebagai berikut:
ٍ ُ حدثَنا َأَحد َبن ِ ِ ِ ُ َعن َيل َب ِن ُ َحي َوةَ َب ِن َ َشََري ٍح َ َعب ُد َاللو َب ُن َال ُمبَ َارك َ َحدثَنَا َ َعن َ َمَمد ُ َُ َ َ َ َشَرحب ِ ُ الَرس ِ ِ يكَعنَأَِِبَعب ِدَالرح ِنَالبلِيَعن ََعلَي ِو َ ََعم ٍروَق َ َُصلىَالل َو َ َعبدَاللوَب ِن َ َ ِّ ُُ َ َ َ ٍ َش ِر َ ولَاللو ُ َ َ َالَق ِ احبِ ِوَوخي رَالِي ِان ِ َِعن َدَالل ِوَخي رىمَل ِ اب ِ َعنَ َدَالل ِوَخي رىم ِ َخي رَاْلَصح َالَأَبُو َ ََلَا ِرهَِق ُُ َ َ ُُ َ َ َ ُ ََ ص ُ َ َو َسل َم 16 ِ ِ ِ يثَحسنَ َغ ِريبَوأَب ِ ِعيسىَى َذ ِ .نَيَزيد َ ُوَعبدَالرحَ ِنَالُبُليَاَسُو َ ُ َ ٌ ٌ َ َ ٌ اَحد َ َ َ ُ َعب ُدَاللوَب “Telah menceritakan kepada kami Aḥmad bin Muḥammad, telah menceritakan kepada kami „Abd Allāh bin al-Mubārak dari Ḥaiwah bin Syuraīḥ dari Syuraḥbīl bin Syarīk dari Abū „Abd al-Raḥman al-Ḥubulī dari „Abd Allāh bin „Amr ia berkata; Rasulullah Saw bersabda: "Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah seorang yang terbaik terhadap temannya. Dan tetangga yang paling terbaik di sisi Allah adalah seorang yang paling baik baik terhadap tetangganya." Abū Īsā berkata, ini adalah hadis ḥasan garīb. Abū „Abd al-Raḥman al-Ḥubulī, namanya adalah „Abd Allāh bin Yazīd”. (HR. al-Turmużī)
14
Riwayat tersebut terdapat dalam kitab Makārim al-Akhlāq, yakni sebagai berikut:
َاهللِ َبَ َِن َ َ ش ٍَي َ ََعنَ َ ََعبَ َِد َِ َِب ََب َ َِك َبَ َِن ََأ َِ ِاَسفََيَا ٌَن َ ََعنَ َ ََعبَ َِد َالَ ََمَل َُ َي َ ََحدَثََن َِ ي َ ََحدَثََنَاََالَ َفضَ َُل َبَ َِن ََُد َك َِ س ََ ُال َ َ ِن َ َُمَمَ ٌَد َبَ َِن َ َََِحدََث َِيَيَشََبَ َُعََِبَاَِرَه َ سَالَ َُم َؤَِم َُنََبِالَ َِذ ََ َولَاهللَصلىَاهللَعليوَوسلمَلَي ََ الَََر َُس ََ نَزبََ ٍَيََق ََ َنَعب ََ َالَب ََ الََق ََ ساَِوٍَرََق ََ َُم َُ َاسَوَُى ََوَيبخلَب .ََج َائِ ٌَع 15
Latifani Wardah Shomita, “Penerapan Hadis Nabi Saw tentang Etika Bertetangga (Studi Kasus Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah)”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 51 16 Abū ʻĪsā Muḥammad ibn Mūsā ibn al-Ḍahhak al-Sulāmī al-Būghī al-Turmużī al-Darīr, Sunan al-Turmużī, Bab : Hak tetangga, No. Hadist : 1867
27
Kemudian Rasulullah Saw juga pernah berpesan kepada salah seorang sahabat, yakni Abū Żar untuk memperbanyak kuah masakannya kemudian memberikan sebagian masakan tersebut kepada tetangganya dengan cara yang baik. Adapun hadisnya adalah sebagai berikut:
ٍ َحَوَحدثَنَاَأَبُوَ ُكري ِِ ََحدثَنَا ُاَشعبَة ُ َيس َأَخبَ َرن َ ب َ َ ََحدثَنَاَأَبُوَبَك ِر َب ُن َأَِِب َ َشيبَة َ َ َحدثَنَاَاب ُن َإدر ِ ِ َعمرا َنَالوِنَِّعن ِ ِِ ِِ َالَإِن َ َعنَأَِِبَ َذ ٍّرََق ُ َيسَأَخبَ َرن َ َعبدَاللوَب ِنَالصامت َ َ َ َ َعنَأَِِب َ ُاَشعبَة َ اب ُنَإدر ِِ ِ ٍ َث َانظُر َأَىل َب ي َت َِمن ُ ُت ََمَرقًاَفَأَكثِر ََماءَه َ ص ِان َإِ َذاَطَبَخ َ يَصلىَالل َوُ َ َعلَيو ََو َسل َم َأَو َ َخليل َ َ 17 ٍ ِ َصب هم َِمن ه ِ َ ِِجيان .وف َ اَبَع ُر َ ُ كَفَأ َ “Telah menceritakan kepada kami Abū Bakr bin Abū Syaībah, telah menceritakan kepada kami Ibn Idrīs, telah mengabarkan kepada kami Syuʻbah, demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakan kepada kami Abū Kuraīb, telah menceritakan kepada kami Ibn Idrīs, telah mengabarkan kepada kami Syuʻbah dari Abū ʻImrān al-Jaūnī dari „Abd Allāh bin al-Ṣāmit dari Abū Żar dia berkata; “Kekasih saya, Rasulullah Saw pernah berpesan kepada saya: „Apabila kamu memasak kuah sayur, maka perbanyaklah airnya, lalu lihatlah jumlah keluarga tetanggamu dan berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan baik.‟” Selain itu, dalam menjaga hak tetangga, Rasulullah Saw juga mengatur tata kehidupan antara orang kaya dan orang miskin. Salah satunya ialah beliau melarang orang kaya untuk meninggikan bangunan rumahnya agar terlihat mewah dalam pandangan tetangganya atau menghalangi udara yang masuk ke dalam rumah tetangganya. Sehingga orang kaya tersebut boleh meninggikan bangunan rumahnya ketika telah mendapatkan izin dari tetangganya yang miskin tersebut. Oleh karena itu, segala aspek kehidupan sosial tersebut telah Rasulullah Saw atur sedemikian rupa agar umat manusia, baik Muslim mupun non-Muslim, baik kaya maupun miskin agar mereka tetap dapat hidup rukun, saling monghormati dan saling membantu tanpa membeda-bedakannya dengan apapun.
17
Abū Ḥusain Muslim bin al-Ḥajjāj al-Qusyairī, Ṣaḥīḥ Muslim (Indonesia: Maktabah Dahlan, T.th), Bab : Wasiat untuk berbuat baik kepada tetangga, No. Hadist : 4759
28
B. Definisi Hak dan Kewajiban Bertetangga Menurut bahasa, hak berarti yang benar, tepat, atau kewajiban.18 Sedangkan menurut istilah, hak diartikan sebagai wewenang atau kekuasaan seseorang yang berdimensi etis dimana seseorang dapat mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan, atau menuntut sesuatu. Hak juga dapat diartikan sebagai panggilan kepada kemauan orang lain dengan perantaraan akal, atau perlawanan dengan kekuasaan atau kekuatan fisik untuk mengakui wewenang yang ada pada pihak lain.19 Sedangkan wajib atau kewajiban adalah perkara yang harus diikuti atau segala seseuatu yang harus dikerjakan (tidak boleh tidak).20 Dengan demikian, hak dan kewajiban tetangga menurut Imam al-Gazālī dalam kitab Ihyā’‘Ulūmuddīn, adalah seyogianya seseorang memberikan salam lebih dulu kepada tetangganya, menjenguknya ketika sakit, ikut berbelasungkawa ketika ditimpa musibah dan ikut menanggungnya, memberikan ucapan selamat ketika dalam kegembiraan dan ikut serta menikmatinya, memaafkan segala kesalahannya, tidak mengganggu anggota keluarganya, tidak menghalangi untuk berkunjung ke rumah, menutup aibnya, ikut menjaga rumahnya bila tidak ada di rumah, dan tidak boleh mendengarkan kata-kata buruk tentang dirinya, berlemah lembut kepada anak-anaknya, mengajarkan kepadanya tentang masalah agama dan pengetahuan dunia yang diketahuinya.21
18
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 283 19 M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna Hidup (Bandung: Penerbit Nuansa, 2005), h. 102 20 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Yacub Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: ARKOLA, 1994), h.781 21 Aḥmad Syalabī, Kehidupan Soisal dalam Pemikiran Islam, Penerjemah: H.A. Ahmadi, dkk (Amzah, 2001), h. 327. Lihat pula: Abū Ḥāmid Muḥammad bin Muḥammad al-Gazālī, Ihyā’ ‘Ulūmuddīn (Beirut: Dar al-Ma‟rifah, T.th), Juz 2, h. 213
29
Senada dengan pendapat di atas, „Abd al-„Azīz bin Fatḥi al-Sayyid Nadā menyatakan bahwa menunaikan seluruh hak dan kewajiban tetangga yakni dengan menjenguknya apabila ia sakit, mengucapkan tasymīt apabila ia bersin, memberi nasihat kepadanya terhadap perkara yang ia pandang baik, mendatangi undangannya, menjaga keluarga dan anak-anaknya di saat ia bepergian dan setelah kematiannya, mengiring jenazahnya ketika ia meninggal, mendo‟akannya, menuntun tangannya kepada kebaikan dan lain sebagainya.22 Lebih umum lagi, Quraish shihab menyatakan bahwa hak dan kewajiban tetangga adalah mendapatkan perlakuan baik, yaitu ikut bergembira dengan kegembiraannya, menyampaikan belasungkawa karena kesedihannya, serta membantunya ketika mengalami kesulitan.23 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hak tetangga ialah dengan berbuat baik (ihsan) kepadanya. Salah satu tingkatan ihsan yang paling mulia adalah ihsan-nya seorang hamba kepada tetangganya.24 Karena berbuat baik (ihsan) adalah tanda sebagai Muslim yang sejati.25
22
„Abd al-„Azīz bin Fatḥi al-Sayyid Nadā, Ensiklopedi Adab Islam menurut al-Qur’an dan al-Sunnah, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟I, 2007), h. 310 23 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Jilid 2, h. 440 24 Maḥmud al-Mishrī Abū Ammar, Ensiklpoedia Akhlak Muhammad Saw, Penerjemah: Abdul Amin, dkk (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009), h.438 25 Rasūlūllah Saw pernah berwasiat kepada Abū Huraīrah ra:
ٍ ٍ ُ حدثَناَعلِيَبن ِ ٍ ِ ِ ٍ َعنَمكح ََعنَأَِِب َ َعن ََواثلَةََب ِنَاْلَس َق ِع َ ول َ وَم َعا ِويَةََ َعنَأَِِب ََر َجاء ُ َ َ َعنَبُردَب ِنَسنَان ُ َُحدثَنَاَأَب َ َمَمد ُ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ِ اسَوُكنَقَن ًعاَتَ ُكنَأَش َكَرَالن ِ َاس ُ ال ََر ُس َ َالَق َ َُىَري َرَةَق َ َُصلىَاللو ُ ََعلَيو ََو َسل َمَيَاَأَب َ ولَاللو َ اَىَري َرةََ ُكن ََور ًعاَتَ ُكنَأَعبَ َدَالن ِ ِ َجوار َمن َجاورَك َتَ ُكن ِ ِ ِ ُِ اس َما ِ ِ ِ ك َتَ ُكن ََك َفَِإن َ َكث َرة َ َمسل ًما ََوأَقل َالضَ ِح َ َُتب َلنَ ف ِس ُ ُ َ ِ َوأَحب َللن َ َ َ َ َ َ َمؤمنًا ََوأَحسن ِ ِ ِ ََ يتَال َقل ب ُ الضحكَُُت “Telah menceritakan kepada kami „Alī bin Muḥammad, telah menceritakan kepada kami Abū Muʻāwiyah dari Abū Rajā‟ dari Burd bin Sinān dari Makḥūl dari Wāṡilah bin al-Asqaʻ dari Abū Huraīrah dia berkata; Rasūlūllah Saw bersabda: "Wahai Abū Huraīrah, jadilah kamu seorang yang waraʻ, niscaya kamu menjadi manusia yang paling beribadah. Jadilah kamu menjadi seorang
30
C. Ruang Lingkup Tetangga Tetangga yang berhak menikmati hak-hak asasi di sini ialah mencakup semua orang, tidak terbatas kepada orang Muslim saja, melainkan kepada nonMuslim juga, baik dekat maupun jauh, hanya saja bagi seorang Muslim dan tetangga dekat, di samping hak ketetanggaan juga ada hak keislaman dan kedekatan. Dalam beberapa atsar dari Ibnu „Abbas diriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda: “Tetangga Muslim yang masih berkeluarga baginya hak ketetanggaan, hak Islam, dan hak kekerabatan; tetangga yang Muslim baginya hak ketetanggaan dan hak Islam; dan tetangga yang musyrik baginya hak ketetanggaan saja”. 26 Dari hadis tersebut, dapat dipahami bahwa hak tetangga terbagi menjadi tiga bagian; bagian pertama yakni tetangga yang mendapatkan tiga hak, bagian kedua yakni tetangga yang mendapatkan dua hak, dan bagian ketiga yakni tetangga yang hanya mendapatkan satu hak. Tetangga yang mendapatkan tiga hak adalah tetangga Muslim yang masih mempunyai hubungan keluarga, ia memperoleh hak ketetanggaan, hak Islam, dan hak kekerabatan atau hak kekeluargaan. Selanjutnya tetangga yang mendapatkan dua hak adalah tetangga yang Muslim, ia memperoleh hak ketetanggaan dan hak Islam. Terakhir adalah tetangga yang hanya mendapatkan satu hak, yakni tetangga yang non-Muslim. Ia hanya memperoleh hak ketetanggaan saja.27
yang merasa kecukupan, niscaya kamu menjadi manusia yang paling bersyukur. Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri, niscaya kamu akan menjadi seorang mukmin. Perbaikilah hubungan dalam bertetangga dengan tetanggamu, niscaya kamu akan menjadi seorang Muslim (sejati), dan sedikitkanlah tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati." Lihat: Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Bab Zuhud, No. Hadis 4207 26 Muḥammad Abū Zahrah, Membangun Masyarakat Islami, Penerjemah: Shodiq Noor Rahmat (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), h. 42 27 Abū Bakr bin Ja‟far bin Sahl bin Syākir al-Sāmirī al-Kharāiṭī, Makārim al-Akhlāq (T.tp. Maktabah al-Rasyda, 2006), jilid 1, h. 48
31
Dalam hal ini, yang dianggap sebagai lingkup tetangga adalah para tetangga dalam batas empat puluh rumah28 atau bahkan lebih.29 Namun ada juga ulama yang tidak memberikan batas tertentu dan mengembalikannya pada situasi dan kondisi setiap masyarakat.30 Bahkan ada pula yang lebih sempit lagi yang menyatakan bahwa ruang lingkup tetangga adalah mereka yang rumahnya berada di bawah batas empat puluh rumah.31 Tetangga kadang dapat berfungsi sebagai keluarga, karena merekalah yang terlebih dahulu mengetahui apabila ada peristiwa yang terjadi pada seseorang sebelum keluarganya sendiri yang jauh.32 Oleh karena itu, mereka memiliki hak yang harus dilindungi, dimana perlindungan itu direalisasikan dalam bentuk jaminan sosial yang sempurna, jelas dan baik.33 Hal ini menjadi kewajiban terpenting masyarakat Muslim untuk mengembangkan hubungan yang ramah dan penuh kebersamaan dengan tetangga-tetangganya. Ia harus bersikap santun dan baik terhadap mereka. Sehingga mengabaikan tetangga yang miskin atau membuat mereka terganggu merupakan sikap yang bertentangan dengan spirit keimanan.34 Dengan demikian, perbedaan keturunan, ras, suku, bangsa, agama dan sebagainya bukan dijadikan sebagai penghalang, melainkan untuk mendorong 28
Empat puluh rumah tersebut meliputi tetangga di setiap arah (kanan, kiri, depan dan belakang). Yakni empat puluh sebelah utara, empat puluh sebelah selatan, empat puluh timur dan empat puluh sebelah barat. Lihat: M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah, dan Syaf‟ah AM., Kamus Istilah Fiqh (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), h.134 29 Kementerian Agama RI, Tafsir al-Qur’an Tematik: Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h.304. Lihat pula: Muḥammad Abū Zahrah, Membangun Masyarakat Islami, h.41 30 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, h. 440 31 Muhammad Nawawi bin Umar, Syuʻab al-Īmān (Surabaya: Panggong, T.th) h. 22 32 M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah, dan Syaf‟ah AM., Kamus Istilah Fiqh (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994), h.134 33 Muḥammad al-Madā‟inī, Masyarakat Ideal dalam Perspektif Surat al-Nisā, Penerjemah: Kamaluddin Sa‟diyatul Haramain (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), h. 125 34 Kementerian Agama RI, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik, h.304
32
manusia agar saling mengenal, saling berhubungan dan saling saling berlomba dalam kebaikan. Karena dalam pandangan Islam sendiri, masyarakat merupakan alat atau sarana untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama.35 Oleh karena itu, ketika masih dalam ruang lingkup tetangga baik tetangga yang miskin maupun kaya, dekat maupun jauh, baik tetangga Muslim maupun maupun non-Muslim bahkan apapun asal dan etnis mereka, maka hak ketetanggaan mereka tetap harus dipenuhi berdasarkan hadis yang telah saya jelaskan di atas. D. Klasifikasi Tetangga Dalam klasifikasinya, tetangga terdiri dari dua jenis, yakni jār al-qurbā (tetangga dekat) dan jār al-junub (tetangga jauh). Hal ini sebagaimana tercantum dalam Q.S. Al-Nisā‟ [4] : 36, yakni sebagai berikut:
ََ َ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ . َََََََََ
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil36 dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S. Al-Nisā‟ [4] : 36)
35
Kaelany HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),
h. 124-125 36
Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
33
Dalam menanggapi klasifikasi tetangga di atas, banyak ulama yang berbeda pendapat. Salah satu riwayat disebutkan bahwa yang dimaksud dengan tetangga dekat adalah tetangga yang masih memiliki hubungan keluarga, sedangkan yang dimaksud dengan tetanga jauh adalah tetangga yang tidak ada hubungan keluarga. Dalam riwayat lain dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan tetangga dekat itu adalah tetangga yang Muslim, sedangkan yang dimaksud dengan tetangga yang jauh itu adalah tetangga non-Muslim, yaitu Yahudi dan Nasrani. Sementara riwayat lain juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tetanggga yang dekat adalah istri, sedangkan tetangga yang jauh adalah teman yang menyertaimu ketika bepergian.37 Dari klasifikasi di atas, maka dapat dipahami bahwa kehidupan bertetangga dalam Islam terbagi menjadi dua, yakni tetangga dekat dan tetangga jauh. Kedua pembagian tersebut bukan berarti mereka berbeda dalam hak-hak mereka di kehidupan bertetangga, melainkan tetap pada koridor mereka sebagai tetangga yang mempunyai hak masing-masing berdasarkan klasifikasinya. Dengan demikian, sebelum mengetahui lebih jauh terkait hubungan bertetangga yang diimplementasikan oleh masyarakat Desa Tenajar Lor ditinjau dari hadis Nabi Saw, maka perlu diketahui terlebih dahulu tentang kesenjangan antara religiusitas dengan realitas sosial yang ada di desa tersebut. Adapun kesenjangan antara religiusitas dengan realitas sosial di desa tersebut akan saya jelaskan secara detail pada bab selanjutnya.
37
Muḥammad al-Madā‟inī, Masyarakat Ideal dalam Perspektif Surat al-Nisā, h.125
BAB III KESENJANGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN REALITAS SOSIAL MASYARAKAT DESA TENAJAR LOR A. Kesenjangan antara Ilmu Pengetahuan dengan Kesalehan Sosial Sebagaimana yang telah saya jelaskan di bab awal, Sokrates menyatakan bahwa religiusitas perilaku seseorang didasarkan pada ilmu pengetahuan. Artinya pengetahuan tentang kesalehan inilah yang mengantarkan seseorang untuk melakukannya (tanpa faktor lain).1 Namun menurut ‘Alī ‘Abd al-Ḥālim Maḥmūd, pandangan tersebut jelas berbeda dengan realitas yang ada, karena menurutnya telah banyak orang yang mengetahui keutamaan (kesalehan) tetapi ia tidak melaksanakannya, bahkan melakukan atau membiasakan perbuatan-perbuatan yang hina. Hal ini disebabkan bahwa melakukan atau membiasakan amalan, di samping adanya ilmu pengetahuan juga memerlukan keimanan sebagai motivatornya.2 Untuk meneliti lebih jauh tentang dua pendapat di atas, saya mencoba meneliti tingkat pendidikan masyarakat Desa Tenajar Lor dengan tingkat religiusitas mereka dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data pemerintahan desa bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Tenajar Lor beragam. Dimulai dari tingkat SD, SMP, SMA, S1 hingga S2.3 Sedangkan berdasarkan observasi dan wawancara dengan salah satu warga desa, bahwa masyarakat Desa Tenajar Lor baik tamatan SD maupun SMP, sebagian dari mereka melanjutkan ke
1
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: UI Press, 1986), h.83. ‘Alī ‘Abd al-Ḥālim Maḥmūd, Karakteristik Umat Terbaik: Telaah Manhaj, Akidah, dan Harakah, Penerjemah: As’ad Yasin (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 101 3 Data Profil Desa Tenajar Lor, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, 2010, h. 19 2
34
35
lembaga-lembaga pendidikan dan keagamaan seperti pondok pesantren, baik yang ada di dalam maupun di luar daerah Indramayu.4 Sebagian masyarakat, khususnya para orang tua, mereka mendalami ilmu agama dengan mengikuti pengajian-pengajian rutin di musala-musala dan masjidmasjid. Kemudian untuk usia muda dan anak-anak saat ini, kebanyakan mereka menempuh pendidikan dari TK hingga tingkat SMA bahkan sampai perguruan tinggi, dan sebagian mereka juga sambil mendalami ilmu agama di pondok pesantren dan Madrasah Diniyyah di sore harinya. Hal tersebut dianggap oleh sebagian masyarakat Desa Tenajar Lor sebagai suatu jalan menuju kesalehan sosial. Namun sebagian masyarakat yang lain pula manyatakan bahwa pengajianpengajian tersebut sia-sia ketika tidak tercermin dalam kehidupan sosial yang nyata. 5 Kemudian dengan adanya peraturan daerah Kabupaten Indramayu yang mewajibkan masyarakatnya untuk sekolah selama sembilan tahun, maka tingkat pendidikan di Indramayu senantiasa meningkat tiap tahunnya. Begitu pula pendidikan di Desa Tenajar Lor yang terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari adanya
3
Lembaga
Pendidikan
Agama,
2
Sekolah
Menengah
Atas
(SMA)/Sederajat, 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sederajat, 4 Sekolah Dasar (SD)/Sederajat, 2 Taman Kanak-kanak (TK), dan 3 Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA).6 Adapun tabel sarana pendidikan masyarakat yang ada di Desa Tenajar lor adalah sebagai berikut:
4
Hasil observasi di Desa Tenajar Lor pada Februari 2014. Hasil observasi di Desa Tenajar Lor pada Maret 2014. 6 Data Profil Desa Tenajar Lor, 2010, h. 49-40 5
36
Tabel 1.1 Sarana Pendidikan Masyarakat di Desa Tenajar Lor7 No. 1 2
Lembaga Pendidikan Lembaga Pendidikan Agama Taman Kanak-kanak (TK)/Pendidkan Anak Usia Dini (PAUD) Sekolah Dasar (SD)/Sederajat Sekolah Menangah Pertama (SMP)/Sederajat Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat
3 4 5
Jumlah 3 Buah 2 Buah 4 Buah 2 Buah 2 Buah
Dalam hal ini, para filsuf Yunani seperti Kaum Abiquriyyūn (pengikut Epicurus) menisbatkan madrasah (lembaga pendidikan) kepada perilaku manusia (akhlak).8 Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan dan ibadah seseorang, maka semakin tinggi pula pengertian dan pemahaman keagamaan terhadap kehidupan sosial di lingkungannya. Menurutnya, individu merupakan asas akhlak, dan tujuan hidup ini adalah kesalehan (kebaikan). Sedangkan sebagian orang pula menyatakan bahwa hidup sesungguhnya bukan tentang menerima, tetapi tentang memberi dan berbagi, dan inilah yang menjadikan hidup memiliki arti dan tujuan. Namun demikian, orang Muslim tidak sepenuhnya setuju, sebab jika evolusi intelektual, moral dan emosi manusia merupakan satu-satunya tujuan hidup, maka keimanan kepada Tuhan boleh jadi bermanfaat tetapi tidak benar-benar penting, karena sudah tercukupi oleh ideologi.9 Sehingga hal tersebut mengakibatkan bahwa tingginya tingkat pendidikan dengan religiusitas masyarakat Desa Tenajar Lor dalam kehidupan sosial yang lebih baik menjadi kurang menjamin. 7
Data Profil Desa Tenajar Lor, 2010, h. 49-50 ‘Alī ‘Abd al-Ḥālim Maḥmūd, Karakteristik Umat Terbaik, h. 103 9 Jeffrey Lang, Bahkan Malaikat Pun Bertanya: Membangun Sikap Ber-Islam yang Kritis, Penerjemah: Abdullah Ali (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002), h. 70 8
37
B. Keragaman Sarana Keagamaan di Desa Tenajar Lor Berdasarkan data yang tercatat dalam buku Profil Desa Tenajar Lor bahwa seluruh masyarakat Desa Tenajar Lor menganut agama Islam, sehingga masyarakat desa ini dapat dikatakan masyarakat yang religius. Hal ini dikarenakan bahwa pada umumnya masyarakat Desa Tenajar Lor setiap minggunya selalu melakukan pengajian rutin atau majelis taʻlim di masing-masing RT yang ada di Desa Tenajar Lor, dan di lingkungan desa ini juga memiliki sarana agama yang cukup merata di seluruh penjuru desa. Seperti adanya 2 buah masjid, 26 buah musala, dan beberapa TPQ atau pondok pesantren yang memadai untuk menjalankan aktifitas keagamaan dan menimba ilmu pengetahuan keislaman.10 Dengan kemampuan ilmu pengetahuan agama yang dimilikinya, terdapat beberapa masyarakat desa lulusan pondok pesantren yang mendirikan tempat pengajian al-Qur’an dan pondok pesantren yang tersebar di seluruh penjuru Desa Tenajar Lor. Selain itu, ada juga sebagian masyarakat desa yang mengaplikasikan ilmu agamanya dengan mengadakan pengajian-pengajian umum atau pengajian rutin di musala-musala atau masjid-masjid.11 Dari beberapa tempat yang mengadakan pengajian umum tersebut, kebanyakan mereka melaksanakannya di musala yang ada di masing-masing RT. Sedangkan pokok bahasan yang mereka kaji dalam pengajian umum tersebut beragam, di antaranya seperti pembahasan tafsir dan kitab-kitab akhlak yang meliputi hadis-hadis Rasulullah Saw. Pembahasan tafsir di antaranya seperti Tafsir al-Ibrīz yang dilakukan di RT 06/02, kemudian Tafsir al-Jalālain di RT 04/03 dan tafsir-tafsir al-Qur’an di RT-RT lainnya. Sedangkan pembahasan 10 11
Data Profil Desa Tenajar Lor, 2010, h. 47 Hasil observasi di Desa Tenajar Lor pada Januari 2014
38
mengenai akhlak, di antaranya seperti dalam kitab Naṣā‟iḥ al-„Ibād, Irsyād al„Ibād, Makārim al-Akhlāq, dan lain sebagainya. Sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat di RT 01/03 yang selalu mengadakan pengajian di musalanya setiap Selasa siang dengan pembahasan kitab Naṣā‟iḥ al-„Ibād, yang meliputi pembahasan mengenai akhlak Rasulullah Saw, termasuk mengajarkan tentang akhlak bertetangga kepada masyarakat setempat. Bahkan ada pula di RT 09/01, masyarakat desa yang melakukan jamʻiyyah keliling setiap Jumʻat siang di rumahrumah jamaʻah secara bergantian yang diikuti dengan ceramah-ceramah sosial dari kyai yang memimpin pengajian tersebut. Selain itu, desa tersebut juga sering mengadakan pengajian yang disertai ceramah-ceramah kyai yang sering dilaksanakan setiap momen bulan Islam, momen akhīr al-sanah lembaga-lembaga pendidikan dan pondok pesantren di lingkungan sekitarnya. 12 Adapun rincian pengajian-pengajian tersebut telah saya sajikan dalam bentuk sebuah tabel, yakni sebagai berikut: Tabel 1.2 Daftar Pengajian di Desa Tenajar Lor13 No . 1 2 3
4
Tempat Pengajian Masjid Sabilul Muttaqin/Bolon (RT 05/01) Ponpes. Bolon (RT 09/01) Musala Blok Slimpet (RT 03/01) Rumah Ustzh. Mas’amah (RT 03/01) 12
Peserta Pengajian
Kitab yang Dikaji
Guru Pengajian
± 30 orang
Tafsir Ṣawī, Riyāḍ alBadīʻah, dan Naṣā’iḥ al-Dīniyyah
2 orang
± 100 orang
Al-Qur’an
1 orang
± 25 orang
Bahjā’ul Wasā’il dan Safīnah al-Naja
1 orang
± 10 orang
Al-Qur’an
1 orang
Hasil observasi di Desa Tenajar Lor pada Januari 2014 Hasil observasi dan wawancara dengan pengurus yang bersangkutan di Desa Tenajar Lor pada Maret 2014. 13
39
5
Rumah Ustzh. Khulasoh (RT 03/01)
± 30 orang
6
Musala Miftāḥ alFalāḥ (RT 06/02)
± 60 orang
7
Ponpes. al-Musthofa (RT 05/02)
± 40 orang
8
Ponpes al-Ziyadah (RT 05/02)
± 70 orang
9 10
Tajug Gede PUI (RT 04/02) Musala (RT 06/02)
± 20 orang ± 20 orang
11
Ponpes. Tarbiyatul Banat (07/02)
± 40 orang
12
Rumah H. Aef (05/03)
± 7 orang
13
Majelis Tarbiyyatul Aulad (RT 04/03)
± 108 orang
14
Rumah KH.Basri (RT 04/03)
± 50 orang
15 16 17 18
Musala al-Hikmah (RT 04/03) Masjid al-Marfu’iyyah (RT 07/03) Musala al-Irsyad (RT 01/03) Musala Nurul Huda (RT 05/03)
± 40 orang ± 30 orang ± 30 orang ± 65 orang
Al-Qur’an Al-Qur’an, al-Iklīl, Tafsir al-Ibrīz, Irsyād al-‘Ibād, Naṣa’iḥ al‘Ibād,, Jawāhir alTauḥīd, dan Tanbīh alGāfilīn Al-Qur’an, Sulām Taufiq, Tafsir AlQur’an, Al-Arbaʻīn Nawāwī, Waṣiyyah alMusṭafā, dll Sulām Taufiq, Safīnah al-Najah, Tafsir al-Iklīl, Hidāyat al-Subyān, dan Hidāyat al-Hidāyah Al-Qur’an dan Safīnah al-Najah Naṣā’iḥ al-Dīniyyah Al-Qur’an, Tajwīd, Safīnah al-Najah, Syifā’ul Jannh, dan Sulām Taufiq, Syu’ab al-Īmān, Qatr al-Gaiṡ, dan Inarat alDujā Al-Qur’an, Kifāyat al‘Awām, Safīnah alṢalah, Waṣiyyah alMusṭafā, Maṭlab, dll. Al-Qur’an, Tafsir alJalālain, Tanwīr alQulūb, Mutammimah, Nihāyat al-Zain, dll. Ḍurrat al-Nāṣiḥīn Al-Qur’an, Irsyād al‘Ibād, Naṣa’iḥ alDīniyyah, al-Ḥikmah Naṣa’iḥ al-‘Ibād dan Syu’ab al-Īmān Ḍurrah al-Nāṣiḥīn
1 orang
3 orang
1 orang
1 orang
1 orang 1 orang
3 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang 4 orang 1 orang 1 orang
40
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sarana keagamaan yang ada di Desa Tenajar Lor sangat beragam, dan pengajian-pengajian yang dilakukan oleh masyarakat di setiap hari maupun minggunya telah menjadi tradisi keagamaan di desa tersebut, dan bahkan di desa ini juga masih sering mengadakan pengajianpengajian yang disertai ceramah-ceramah para kyai pada momen-momen tertentu di lingkungan sekitarnya. C. Makna Bertetangga menurut Masyarakat Desa Tenajar Lor Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa menurut Imam alGazālī dalam kitabnya, Ihyā‟ „Ulūmuddīn, menyatakan bahwa hak tetangga adalah seyogianya seseorang memberikan salam lebih dulu kepada tetangganya, menjenguknya ketika sakit, ikut berbelasungkawa ketika ditimpa musibah dan ikut menanggungnya, memberikan ucapan selamat ketika dalam kegembiraan dan ikut serta menikmatinya, memaafkan segala kesalahannya, tidak mengganggu anggota keluarganya, tidak menghalangi untuk berkunjung ke rumah, menutup aibnya, ikut menjaga rumahnya bila tidak ada di rumah, dan tidak boleh mendengarkan kata-kata buruk tentang dirinya, berlemah lembut kepada anakanaknya, mengajarkan kepadanya tentang masalah agama dan pengetahuan dunia yang diketahuinya.14 Kemudian Quraish shihab juga menyatakan bahwa hak tetangga adalah mendapatkan perlakuan baik, yaitu ikut bergembira dengan kegembiraannya, menyampaikan belasungkawa karena kesedihannya, serta membantunya ketika mengalami kesulitan.15
14
Aḥmad Syalabī, Kehidupan Soisal dalam Pemikiran Islam, Penerjemah: H.A. Ahmadi, dkk (Amzah, 2001), h. 327. Lihat pula: Muḥammad bin Muḥammad al-Gazālī Abū Ḥāmid, Ihyā‟ „Ulūmuddīn (Beirut: Dar al-Ma’rifah, T.th), Juz 2, h. 213 15 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Jilid 2, h. 440
41
Dari kedua pengertian di atas, berdasarkan wawancara dengan warga Desa Tenajar Lor bahwa mereka memiliki pemahaman inti tersendiri dalam mengungkapkan tentang kehidupan bertetangga yang ideal seperti halnya hadis ḥaq al-jār. Yakni Bapak Sulam, mengungkapkan bahwa tetangga yang ideal adalah tetangga yang saling membutuhkan, saling pengertian, dan saling membantu.16 Pendapatnya tersebut sejalan dengan Q.S. Al-Maidah [5] : 2 berikut:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”. (Q.S. Al-Maidah [5] : 2) Pemahaman Bapak Sulam tersebut menurut al-Qur’an berarti bahwa manusia didudukkan secara wajar, karena semua manusia pada hakikatnya adalah sama dan setara, hanya iman dan takwalah yang membedakan derajat manusia di sisi Allah Swt.17 Sehingga rasa saling pengertian dan kepedulian antar sesama harus terjalin di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Kemudian ada pula masyarakat di RT 01/03, yang menyatakan bahwa tetangga yang ideal adalah tetangga yang seperti tercantum dalam hadis ḥaq al-jār, yakni memberikan hutang kepada tetangga apabila ia meminta, menolongnya ketika ia membutuhkan, saling berbagi makanan kepadanya, menjenguknya ketika ia sakit, mensalati dan mengantarkan jenazahnya ke kuburan ketika ia meninggal. Lebih sederhana lagi, warga Desa Tenajar Lor RT 05/03 memahami hadis ḥaq al-jār yakni dengan 16
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak Sulam/48 thn) di kediamannya, RT 04/02, pada Jum’at, 14 Maret 2014, pukul 19.00 WIB. 17 M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup (Bandung: Penerbit Nuansa, 2005), h. 97
42
saling pengertian antar tetangga, bersatu, dan tidak saling membuka aib para tetangganya, agar tidak menimbulkan permusuhan di antara keduanya.18 Terdapat kesesuaian antara pendapat yang dilontarkan oleh warga RT 05/03 tersebut dengan Kaelany HD dalam bukunya, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan terhadap pengertian masyarakat ideal, dimana hal tersebut digambarkan dalam al-Qur’an sebagai masyarakat marḍatillah (yang diridhai Allah Swt) atau baldah ṭayyibah wa rabb ghafūr. Dalam merealisasikan masyarakat marḍatillah tersebut, menurut Kaelany harus meliputi umat yang satu dan umat yang bertakwa.19 Kemudian menurut pemahaman salah satu ulama Desa Tenajar Lor terhadap hadis ḥaq al-jār bahwa sikap berbuat baik terhadap para tetangga didasari oleh keimanan terhadap Allah Swt dan hari akhir yang sungguh-sungguh. Sehingga ketika kadar keimanan kepada Allah Swt dan hari akhir berkurang, maka kadar kedekatan dan kadar untuk memulaikan tetangga juga akan berkurang. 20 Karena menurutnya hal tersebut berdasarkan hadis Rasulullah Saw berikut:
َم ْن َكا َن يُ ْؤِم ُن بِاللَّ ِه َوالْيَ ْوِم ْاْل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِرْم َج َارهُ َوَم ْن َكا َن يُ ْؤِم ُن بِاللَّ ِه َوالْيَ ْوِم ْاْل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِرْم ٍ ِّ ال يَ ْوٌم َولَْي لَةٌ َو َ َول اللَّ ِه ق َ ال َوَما َجائَِزتُهُ يَا َر ُس َ َضْي َفهُ َجائَِزتَهُ ق َ َالضيَافَةُ ثَََلثَةُ أَيَّام فَ َما َكا َن َوَراء 21 ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ .ت َ ذَل ْ ص ُم ْ َص َدقَةٌ َعلَْيه َوَم ْن َكا َن يُ ْؤم ُن بِاللَّه َوالْيَ ْوم ْاْلخ ِر فَ ْليَ ُق ْل َخْي ًرا أ َْو لي َ ك فَ ُه َو "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, dan menjamunya" dia bertanya; 'Apa yang dimaksud dengan menjamunya wahai Rasulullah?" beliau 18
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Ibu Kusna/50 thn) di kediamannya, RT 05/03, pada Minggu, 09 Maret 2014, pukul 14.30 WIB. 19 Kaelany HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h.133 20 Hasil wawancara dengan Ulama Desa Tenajar Lor (Kyai Badrudin) di kediamannya, RT 09/01, pada Rabu, 12 Maret 2014, pukul 16.30 WIB. 21 Abū ‘Abd Allāh Muḥammad bin Ismāʻīl bin Ibrāhīm al-Bukhārī, al-Jāmiʻ al-Bukhārī (Ṣaḥīḥ al-Bukhārī) (Bairut: Dār al-Fikr. T.th.), Juz 18, h. 438
43
menjawab: "yaitu pada siang dan malam harinya, bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah bagi tamu tersebut," dan beliau bersabda: "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia berkata dengan baik atau diam." (HR. Al-Bukhārī) Dari
penjelasan
tentang
pemahaman
masyarakat
terhadap
makna
bertetangga di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman mereka terhadap hak tetangga ialah dengan saling pengertian, tolong menolong, dan kompak. Hal ini juga sesuai dengan hadis Rasulullah Saw serta pendapat para ulama seperti alGazālī dan Quraish Shihab yang telah saya jelaskan di atas. Pemahamanpemahaman yang dimiliki oleh masyarakat Desa Tenajar Lor tentang hak-hak tetangga tersebut tentu sangat mempengaruhi praktik kehidupan mereka di tengahtengah masyarakat. Tabel 2.1 Pemahaman Makna Bertetangga menurut Masyarakat Desa Tenajar Lor 22 No. 1 2 3 4
5
6 7
Amalan Hadis Pinjam meminjam antar tetangga Tolong menolong antar tetangga Menjenguk tetangga yang sakit Mengantarkan jenazah tetangga yang meninggal dunia Bersyukur/mengucapkan selamat kepada tetangga yang mendapatkan kegembiraan/rizki Membagikan masakan kepada tetangga Izin meniggikan bangunan rumah kepada tetangga 22
Informan yang Paham
Informan yang Tidak Paham
100%
0%
100%
0%
100%
0%
100%
0%
100%
0%
100%
0%
100%
0%
Hasil Wawancara dengan masyarakat Desa Tenajar Lor pada 25 Januari – 25 Maret 2014 di RT 03/01, 07/01, 09/01, 06/02, 04/02, 05/03, 04/03, dan 01/03.
44
8
Membagikan buah-buahan kepada anak tetangga
100%
0%
D. Perselisihan Antar Tetangga di Desa Tenajar Lor Desa Tenajar Lor adalah desa yang terletak di Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, desa ini memiliki luas wilayah seluas 504,745 ha/m2. Desa ini memiliki 3 Rukun Warga (RW) dan 25 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk desa ini di setiap tahunnya mengalami perubahan, seperti yang tercatat pada tahun 2010 bahwa penduduk Desa Tenajar Lor mencapai 7226 jiwa, yang terdiri dari 3599 orang laki-laki dan 3637 orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga sekitar 1970 keluarga.23 Sedangkan etnis masyarakat desa ini terdiri dari 3 suku, yakni betawi, sunda, dan jawa. Namun mayoritas masyarakat desa ini adalah dari suku jawa dibandingkan dengan suku betawi dan suku sunda.24 Sebagaimana yang telah diketahui bahwa kondisi sosial masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga hal ini juga terjadi di tengah-tengah masyarakat Desa Tenajar Lor. Sebagian besar masyarakat desa ini tergolong masih mengikuti adat santri, yakni mereka senantiasa mematuhi orang-orang yang mereka anggap „ālim, seperti kyai, ustāż, dan guru pengajian di dekat rumah mereka. Peran kyai atau ulama di desa ini sangatlah penting, karena merekalah yang membimbing masyarakat dalam urusan agama. Namun hubungan di antara sebagian ulama tersebut terdapat kesan yang kurang harmonis, bahkan ada sebagian ustāż yang memimpin pengajian tersebut yang saling menyalahkan ustāż yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pendapat tentang hukum 23 24
Data Profil Desa Tenajar Lor, 2010, h. 18 Data Profil Desa Tenajar Lor, 2010, h. 20
45
keislaman maupun tata cara sosial, seperti dalam hal ketentuan pembagian zakat, perbedaan arah kiblat dan lain sebagainya.25 Berdasarkan observasi dan wawancara dengan salah satu warga Desa Tenajar Lor, bahwa persoalan sosial lain yang juga sering terjadi di desa ini adalah keributan antar tetangga mengenai batas tanah, perebutan air sawah, perseteruan tetangga tentang tempat penampungan air limbah rumah tangga, dan lain sebagainya. Bahkan dalam hal hutang piutang antara orang kaya yang notabene haji dengan orang miskin terjadi keributan hingga orang kaya tersebut mengeluarkan kata-kata yang menyakiti keluarga orang miskin tersebut, dan hal ini menjadikan hubungan mereka renggang dan berimbas kepada tetanggatetangganya yang lain.26 Dalam kasus serupa juga terjadi ketika antar tetangga merasa iri dengan tetangga lain yang kaya, sehingga mereka bersaing dalam mengumpulkan harta kekayaan. Maka sebagian dari mereka berangkat ke luar negeri untuk mencari nafkah keluarganya, namun hal tersebut justru malah mengakibatkan terjadinya kerusakan dalam sebuah hubungan keluarga, seperti pertengkaran rumah tangga yang mengakibatkan perceraian, anak terlantar karena kurang perhatian dari orang tuanya, rusaknya akhlak seorang anak karena tidak ada kontrol dari orang tuanya, pendidikannya terhambat, kurangnya kasih sayang, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan akibat dari persaingan tetangga yang saling mengunggulkan harta kekayaan.27 Oleh karena itu, persoalan-persoalan sosial seperti di atas sangat kompleks. Hal tersebut terjadi akibat pengaruh dari banyak faktor, baik faktor internal 25
Hasil observasi di Desa Tenajar Lor pada Januari 2014. Hasil observasi di Desa Tenajar Lor pada Februari 2014. 27 Hasil observasi di Desa Tenajar Lor pada Februari 2014. 26
46
maupun faktor eksternal. Faktor internal lebih didasari oleh watak pribadi (pembawaan) yang memang sulit untuk dirubah secara spontan, sedangkan faktor eksternal didasari oleh kurangnya pendidikan dan pembinaan.28 Sehingga hal tersebut bertolak belakang dengan basic keagamaan mereka yang dikatakan religius, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. E. Kesejahteraan Masyarakat Desa Tenajar Lor Tingkat ekonomi masyarakat Desa Tenajar Lor cukup beragam, mulai dari tingkat paling bawah hingga tingkat paling atas. Hal ini dapat dilihat dari data pemerintahan desa dan observasi di lapangan yang tercatat bahwa terdapat keluarga prasejahtera yang ada di Desa Tenajar Lor, yakni sejumlah 371 keluarga. Sedangkan jumlah keluarga sejahtera tingkat 1 sekitar 654 keluarga. Ekonomi keluarga pada tingkat ini merupakan tingkat ekonomi yang hanya mampu mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari saja meskipun tidak semuanya dapat tertutupi. Kemudian jumlah keluarga sejahtera tingkat 2 sekitar 667 keluarga, yakni mereka yang telah mampu mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari dan kebutuhan sekunder. Sedangkan pada jumlah keluarga sejahtera tingkat 3 yakni sekitar 183 keluarga adalah mereka yang telah mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari dan bahkan dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier. Bahkan ada pula keluarga sejahtera tingkat 3 plus, yakni sekitar 95 keluarga, dimana mereka merupakan orang-orang yang telah mampu memenuhi kebutuhan yang serba mewah.29
28
M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna Hidup, h. 99 29 Data Profil Desa Tenajar Lor, 2010, h. 2
47
Dari beberapa tingkat ekonomi di atas, mata pencaharian pokok masyarakat Desa Tenajar Lor juga cukup beragam. Mata pencaharian yang paling dominan di desa ini adalah petani dan buruh tani. Sedangkan sebagian mata pencaharian mereka yang lain di antaranya adalah bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta yang mayoritas diisi oleh para pemuda desa tamatan SMA/sederajat yang merantau ke luar kabupaten bahkan sampai ke luar negeri, yang juga dilakukan oleh para ibu rumah tangga karena minimnya lapangan kerja di Kabupaten Indramayu. Pekerjaan pokok lainnya adalah sebagai pedagang, baik yang berupa agen, toko, warung, maupun pedagang keliling. Di samping itu, masyarakat desa ini juga ada yang berprofesi sebagai peternak, baik peternak ayam, kambing, sapi, maupun ikan. Kemudian sebagian kecil lainnya adalah sebagai guru swasta, pegawai negeri sipil, karyawan perusahaan pemerintah dan pekerjaan wiraswasta lainnya.30 Tabel 1.3 Tingkat Ekonomi Masyarakat Desa Tenajar Lor31 No. 1 2 3 4 5
Tingkat Ekonomi Pra Sejahtera Sejahtera Tingkat 1 Sejahtera Tingkat 2 Sejahtera Tingkat 3 Sejahtera Tingkat 3 Plus
Jumlah Keluarga 371 keluarga 654 keluarga 667 keluarga 183 keluarga 95 keluarga
Oleh karena itu, sebagian besar ekonomi masyarakat Desa Tenajar Lor berasal dari pertanian dan perdagangan. Hal tersebut dapat dilihat dari deskripsi
30 31
Data Profil Desa Tenajar Lor, 2010, h. 47. Data Profil Desa Tenajar Lor, 2010, h. 2.
48
yang telah saya jelaskan di atas. Sedangkan dari tingkat kesejahteraannya, masyarakat desa ini tergolong ke dalam masyarakat yang sejahtera. Dari beberapa penjelasan di atas, telah jelas dipaparkan bahwa terjadi kesenjangan antara religiusitas dengan realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Desa Tenajar Lor. Oleh karena itu, maka untuk mengetahui bagaimana implementasi mereka terhadap hadis ḥaq al-jār di tengah-tengah masyarakat, maka saya melakukan observasi dan wawancara kepada beberapa penduduk desa dan ulama-ulama sekitar. Adapun penjelasan mengenai hasil wawancara tersebut akan saya jelaskan secara eksplisit pada bab selanjutnya.
BAB IV KRISIS HAK DAN KEWAJIBAN BERTETANGGA PADA MASYARAKAT DESA TENAJAR LOR A. Krisis Kesadaran dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Hutang kepada Tetangga Dari beberapa wawancara yang saya lakukan terhadap masyarakat desa, seperti di RT 04/03 yang mampu dari segi ekonomi, mereka sering kali memberikan pinjaman uang kepada tetangganya. Namun hal tersebut malah membuat hubungan mereka kurang harmonis, hal ini dikarenakan tetangganya tidak mampu memenuhi janji untuk melunasi hutangnya ketika jatuh tempo pelunasan telah tiba dengan berbagai macam alasan. Sehingga orang yang meminjamkan uang tersebut kecewa terhadap tetangganya, bahkan karena kecewanya terkadang ia sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak enak didengar kepada tetangganya tersebut.1 Sedangkan di antara alasan yang dilontarkan oleh orang yang meminjam uang tersebut bahwa ia sama sekali tidak memiliki uang untuk membayar hutangnya karena kebutuhan ekonomi yang mendesak dan pendapatan keluarga yang minim. Hal ini dikarenakan keluarganya hanya mengais rizki sebagai tukang pejet panggilan yang mana setiap pelanggannya dikenai biaya Rp.20.000/orang, dan dalam satu harinya ia pernah mendapat sekitar Rp.20.000 – Rp.100.000. Namun pendapatan tersebut tidak ia dapatkan setiap hari, karena profesi sebagai tukang pejet bersifat tidak tetap. Sedangkan kebutuhan yang mendesak dalam
1
Hasil Observasi di Desa Tenajar Lor (RT 04/03) pada Maret 2014.
49
50
keluarganya adalah untuk biaya pendidikan kedua anaknya yang masih bersekolah di SMK dan SD serta kebutuhan dapur yang harus ia tunjang setiap harinya.2 Senada dengan kasus di atas, sebagian warga di RT 01/03 juga sering meminjamkan uang kepada tetangganya. Berdasarkan wawancara dari salah satu warga di RT tersebut menyatakan bahwa tetangga yang berhutang kepadanya sebagian ada yang jujur dan ada juga yang tidak jujur. Ketika sedang membutuhkan uang, warga RT 01/03 tersebut menagih tetangga yang dihutanginya, namun tetangganya tersebut selalu mengatakan bahwa ia tidak mempunyai uang, dan bahkan ia berkata yang kurang pantas didengar kepada orang yang menghutanginya. Maka, dengan sikap tetangganya tersebut ia menganggap bahwa tetangganya tersebut berbohong dan memang tidak ada niat untuk membayar hutang, karena ia melihat keadaan tetangganya yang memiliki barang-barang sekunder di rumahnya, seperti motor, dan barang-barang elektronik lainnya. Jadi menurutnya tidak ada alasan untuk tidak membayar hutang.3 Sedangkan dalam hal ini, Rasulullah Saw telah memberikan pengarahan kepada kaum Muslim untuk membayar hutang dengan cara yang baik melalui hadisnya, yakni sebagai berikut:
ِ ِ ِ ِ ْأ صالِ ٍح َع ْن َسلَ َمةَ بْ ِن ُك َهْي ٍل َع ْن أَِِب َ َيم َع ْن َوكِي ٍع ق َ ال َح َّدثَِِن َعل ُّي بْ ُن َ َخبَ َرنَا إ ْس َح ُق بْ ُن إبْ َراى 4 ِ َ َول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم ق ِ سلَمةَ َعن أَِِب ىري رَة َعن رس .ضاء ْ ال خيَ ُارُك ْم أ َ ُ َ ْ ََْ ُ ْ َ َ ً َ ََح َسنُ ُك ْم ق َ ََ َْ ُ “Telah mengabarkan kepada kami Isḥaq bin Ibrāhīm dari Wakīʻ telah menceritakan kepadaku „Alī bin Ṣālih dari Salamah bin Kuhaīl dari Abū Salamah dari Abū Huraīrah dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Sebaik2
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Ibu Ulfah/44 thn) di kediamannya, RT 04/03, pada Minggu, 16 Maret 2014, pukul 15.30 WIB. 3 Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak H.Jamhari/46 thn) di kediamannya, RT 01/03, pada Senin, 17 Maret 2014, pukul 15.00 WIB. 4 Abū ʻAbd al-Raḥmān Aḥmad Ibn Syuʻaib ibn ʻAlī ibn Sinān ibn Bahr al-Khurasāni alQāḍī, Sunan al-Nasā’ī, Kitab: Jual-beli, No. Hadis: 4614
51
baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar (hutang)." (HR. AlNasā‟ī) Kemudian dalam hal implementasi hadis hak dan kewajiban tentang hutang piutang terhadap tetangga ini lebih ironis ketika dilakukan seperti halnya rentenir. Praktik seperti ini biasa dilakukan oleh orang-orang yang mampu kepada para petani. Contohnya yakni seorang petani meminjam uang Rp.400.000 kepada orang-orang yang mampu, namun dalam akadnya terdapat syarat yang harus dipenuhi, yakni harus dikembalikan dalam bentuk padi 1 Kwintal, yang mana harga padi 1 kwintal tersebut melebihi uang yang dipinjamkannya. Meskipun berat
untuk
disetujui,
namun
sebagian
masyarakat
desa
ini
terpaksa
menyetujuinya karena kebutuhan yang mendesak. Adapun salah satu warga yang enggan untuk berhutang dengan proses seperti itu ialah Bapak Akil, seorang warga RT 04/03 yang bekerja sebagai buruh tani yang penghasilannya pas-pasan. Ia berusaha untuk tidak ikut dalam hal tersebut sebelum keluarganya tidak makan selama tiga hari. Karena walau bagaimanapun praktik tersebut tidak dibolehkan dan jelas merugikan dirinya. “Saya tidak ingin berhutang dengan cara yang seperti itu, sebelum keluarga saya tidak makan selama tiga hari!, meskipun saya tahu bahwa yang menjadi oknum praktik tersebut adalah bibi saya sendiri!.” Tegas Bapak Akil, seorang warga RT 04/03.5 Menurut sebagian ulama fiqh, pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan, baik sedikit maupun banyak, dikategorikan sebagai riba,6 begitu pula yang dipraktikkan oleh masyarakat desa Tenajar Lor. Namun sebagian besar dari mereka, menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang lumrah, dan telah dipraktikkan oleh banyak orang di desanya. 5
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak Akil/42 thn) kediamannya, RT 04/03, pada Selasa, 18 Maret 2014, pukul 22.00 WIB. 6 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 62
di
52
Ketidakbolehan tersebut dijelaskan dalam Q.S. Āli ʻImrān [3]: 130 berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (Q.S. Āli ʻImrān [3]: 130) Namun dari berbagai permasalahan tersebut, adapula masyarakat yang senantiasa memenuhi hak tetangga dalam hal hutang piutang berdasarkan anjuran Rasulullah Saw dalam hadisnya, yakni dengan jujur dan baik. Dalam hal ini bertujuan agar kepentingan individu terlindungi dan kepentingan masyarakat terpelihara.7 Sebagaimana yang dilakukan oleh warga RT 04/03, RT 04/02, RT 06/02, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa masyarakat Desa Tenajar Lor saling meminjamkan uang kepada tetangga sebagai manifestasi hak dan kewajiban bertetangga. Namun sebagian masyarakat yang dihutangi pun banyak yang lalai akan kewajiban mereka untuk membayar hutang kepada tetangganya
yang
juga
membutuhkan.
Padahal
Rasulullah
Saw
telah
menganjurkan untuk membayar hutang dengan cara yang paling baik. Sedangkan dalam hal hutang uang yang dibayar dengan padi, berdasarkan wawancara dengan warga desa, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah, karena hal tersebut pada umumnya dipraktikkan di seluruh kalangan masyarakat desa tersebut. Oleh karena itu, sebagian besar dari masyarakat Desa Tenajar Lor saling memenuhi hak tetangga dalam hal hutang piutang secara murni berdasarkan anjuran Rasulullah Saw dalam hadisnya.
7
Said Agil Husin al-Munawar, al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 213
53
B. Kesenjangan dalam Tolong Menolong terhadap Tetangga Dalam Islam, setiap manusia diberikan kebebasan untuk berusaha dan bekerja untuk kepentingan hidupnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi, di samping menekankan hak dan kebebasan individu, Islam juga mementingkan semangat kebersamaan (jama’ah). Karena itu, setiap individu tersebut harus mengelola kegiatan-kegiatan hidupnya dalam semangat kerjasama dan tolong menolong (taʻāwun),8 terlebih khusus terhadap tetangga. Adapun kesenjangan dalam tolong menolong antar tetangga di Desa Tenajar Lor adalah sebagai berikut: a. Tolong Menolong untuk Kepentingan Pribadi Berdasarkan wawancara dengan salah satu warga desa bahwa sikap tolong menolong di daerah sekitarnya dewasa ini berkelompok-kelompok berdasarkan tingkatan derajat dan ekonomi masyarakatnya. Orang kaya meminta tolong kepada orang kaya, dan yang kurang mampu juga meminta tolong kepada yang kurang mampu. Hal ini terjadi di RT 04/03, dimana orang yang kaya di RT tersebut apatis terhadap tetangganya yang kurang mampu. Sehingga tetangganya yang kurang mampu tersebut merasa minder kepada tetangganya yang kaya. Dalam hal ini, Said Agil menyatakan bahwa manusia memang memiliki sifat egoisme yang dapat muncul sewatu-waktu, sehingga dapat memunculkan perselisihan di antara mereka.9 Bapak Akil, salah satu warga setempat menyatakan bahwa orang-orang kaya di sekitarnya sibuk dengan urusannya masing-masing dan lebih mengutamakan orang-orang luar dibandingkan dengan tetanggga di sekitarnya sendiri, sehingga 8
Nurcholish Madjid, Kehidupan Spiritual Masyarakat Modern: Respon dan Transformasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani (Jakarta: PT.MEDIACITA, 2001), h.392 9 Said Agil Husin al-Munawar, al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, h. 210
54
hal tersebut mengakibatkan kurangnya perhatian dan kepedulian di antara mereka. Hal tersebut sangat ia sayangkan, karena banyaknya ulama dan berkembang pesatnya pengajian rutin di seluruh penjuru desa ini tidak menjamin kehidupan yang nyaman dan tenteram bagi masyarakatnya. Karena menurutnya desa ini hanya mampu mengaji namun tidak mampu mempraktikkan ilmunya di tengahtengah masyarakat.10 Dari ungkapan Bapak Akil tersebut terlihat bahwa ia merasa tidak terpenuhi haknya sebagai tetangga. Sebenarnya haknya sebagai tetangga merupakan sebuah tuntutan, sehingga hal ini akan menimbulkan kewajiban atas orang yang dituntut, yakni tetangganya yang kaya tersebut.11 Sehingga tatkala hak dan kewajiban tetangga tidak terpenuhi, maka hal tersebut menjadikan hubungan mereka renggang dan kurang harmonis. Berbeda dengan fenomena tersebut di atas, masyarakat di RT 04/02 saling memenuhi hak tetangga dengan saling menolong antar tetangganya. Hal ini berdasarkan wawancara dengan salah satu warga desa di RT tersebut yang menyatakan bahwa hubungan tetangga di lingkungan sekitarnya dapat dikatakan baik. Karena sebagaimana yang dialami, Bapak Sulam sebagai seorang warga RT setempat yang beprofesi sebagai PNS, ia senantiasa membantu para tetangganya yang membutuhkan, baik dalam hal materi maupun non materi. Meskipun dengan kesibukannya sebagai seorang PNS, ia masih sering berkomunikasi dan bersilaturahim dengan tetangga-tetangganya, karena menurutnya tetangga yang ideal adalah tetangga yang saling membutuhkan, saling pengertian, dan saling
10
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak Akil/42thn) di kediamannya, RT 04/03, pada Selasa, 18 Maret 2014, pukul 22.00 WIB. 11 M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup (Bandung: Penerbit Nuansa, 2005), h. 103
55
membantu.12 Hal ini sebagaimana yang digambarkan dalam al-Qur‟an tentang kasih sayang antar sesama orang yang beriman dalam kehidupan bermasyarakat, yakni dalam Q.S. al-Ḥasyr [59]: 9 berikut ini: “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anṣār) sebelum (kedatangan) mereka (Muhājirīn), mereka (Anṣār) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhājirīn). dan mereka (Anṣār) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhājirīn); dan mereka mengutamakan (orangorang Muhājirīn), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Q.S. al-Ḥasyr [59]: 9) b. Tolong Menolong untuk Kepentingan Umum Kemudian sikap tolong menolong masyarakat Desa Tenajar Lor selain untuk kepentingan pribadi juga sering diterapkan dengan mengadakan gorol13 untuk kepentingan umum seperti pembuatan jembatan, pembuatan drainase atau selokan, pemasangan lampu jalanan, dan lain sebagainya. Namun pada praktiknya, seperti dalam hal pembuatan jalan umum dan pembuatan selokan atau pembuatan jalur air limbah terjadi perselisihan antar masyarakat, khususnya antar tetangga. Pembuatan jalan umum di RT 04/03 misalnya, antar tetangga di RT tersebut ribut karena tokoh masyarakat di RT tersebut dinilai hanya bisa memerintah tanpa memberikan contoh kepada masyarakat setempat, sehingga masyarakat setempat tidak mempedulikan perintah tokoh masyarakat tersebut. 12
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak Sulam/48 thn) di kediamannya, RT 04/02, pada Jum‟at, 14 Maret 2014, pukul 19.00 WIB. 13 Gorol adalah kegiatan kerja bakti yang dilakukan bersama-sama oleh masyarakat demi kepentingan umum.
56
Kemudian dalam hal ukuran lebar jalan umum tersebut juga terjadi persoalanpersoalan yang cukup krusial karena bersangkutan dengan hak tanah milik perseorangan.14 Di tempat lain, dengan persoalan yang sama, antar tetangga yang notabene kyai pun terjadi kerusakan dalam hubungan ketetanggaan. Di antara mereka saling menyalahkan, sehingga hal tersebut merugikan tetangga-tetangga yang lain. Berdasarkan wawancara dengan salah satu warga yang bersangkutan di RT 01/03 bahwa terjadinya keributan di antara mereka adalah akibat dari ego masingmasing yang sama-sama tidak ingin mengalah dan merasa dirinya paling benar.15 Namun setelah saya melakukan wawancara di antara mereka, saya menyimpulkan bahwa persoalan tersebut terjadi akibat kurangnya komunikasi di antara mereka, sehingga mereka saling menyalahkan satu sama lain dan masingmasing merasa bahwa dirinya adalah benar. Padahal Allah Swt telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bisa bersatu padu, bukan atas dasar kepentingan khusus, tujuan khusus, ataupun karena silsilah tertentu. Persatuan yang dianjurkan ialah persatuan karena keimanan karena Allah Swt. Inilah kenikmatan dan persatuan yang dibutuhkan dalam masyarakat Islam. Sesungguhnya persatuan adalah satu nikmat yang Allah Swt anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang mencintai-Nya.16 Sehingga ketika masyarakat desa tersebut dapat bersatu padu dalam segala urusan sosial, berarti mereka telah menjadi orang-orang yang sempurna imannya kepada Allah Swt.
14
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak Akil/42 thn) di kediamannya, RT 04/03, pada Selasa, 18 Maret 2014, pukul 22.00 WIB. 15 Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor yang bersangkutan (Bapak H.Jamhari/46 thn) di kediamannya, RT 01/03, pada Senin, 17 Maret 2014, pukul 15.00 WIB. 16 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an, Penerjemah: sari Narulita, Miftahul Jannah, dkk (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), h.522
57
Kegiatan lain yang diimplementasikan oleh masyarakat terhadap hadis hak dan kewajiban bertetangga dengan tolong menolong adalah dalam seremonial keagamaan di bulan-bulan Islami yang biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Tenajar Lor, yakni muludan dan rajaban17. Dalam hal ini masyarakat Desa Tenajar Lor dapat dikatakan kompak. Seperti halnya yang dialami di RT 06/02, masyarakat di RT ini sangat kompak ketika akan melaksanakan muludan dan rajaban di musala setempat. Dengan jumlah jamaahnya yang banyak, mereka saling memberikan makanan untuk kegiatan bersama tersebut. “Alhamdulillah, di RT sini mah adem ayem, antar tetangga tidak pernah ribut, malahan kompak, dan saling menolong, apa lagi ketika ada acara muludan, rajaban, para tetangga banyak yang turut andil dalam urusan konsumsi untuk acara tersebut, dan di musala RT sini juga lumayan banyak jama‟ahnya”. Tutur Ibu Fathuroh, seorang warga desa di RT 06/02.18 Dengan pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa masyarakat RT 06/02 mampu menanamkan persaudaraan yang erat di antara mereka. Sikap mereka tersebut berdasarkan buku Ahzami Samiun Jazuli yang berjudul Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an merupakan salah satu karakteristik orang-orang yang beriman.19 Firman Allah Swt: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu 17
Muludan dan Rajaban adalah kegiatan seremonial keagamaan yang berisi tentang pujian-pujian kepada Nabi Muḥammad Saw yang dilaksanakan pada bulan Mulud atau Maulid dan bulan Rajab, bahkan kegiatan seremonial seperti ini sering dilakukan oleh masyarakat desa setiap malam Jum‟at di musala dan masjid masing-masing. 18 Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Ibu Fathuroh/52 thn) di kediamannya, RT 06/02, pada Selasa, 11 Maret 2014, pukul 15.30 WIB. 19 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an, h. 522
58
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orangorang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Q.S. Āli ʻImrān [3]: 103) Dengan demikian, berdasarkan beberapa penjelasan praktik tolong menolong di atas bahwa implementasi hadis hak dan kewajiban bertetangga dengan sikap saling menolong di desa ini secara murni diterapkan di RW 02, hal ini karena kehidupan sosial masyarakat di RW 02 lebih kuat kebersatuan dalam hubungan ketetanggaannya. Sedangkan di RW lain masih terjadi kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin, tokoh masyarakat dan masyarakat, dan lain sebagainya. C. Kebersamaan dalam Menjenguk Tetangga yang Sedang Sakit Menjenguk orang yang sakit adalah perintah yang sesantiasa Rasulullah Saw seru kepada kaum Muslim. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhārī berikut:
ِ َ َث بن سلَي ٍم ق ت ُم َعا ِويَةَ بْ َن َ َص بْ ُن ُع َمَر َحدَّثَنَا ُش ْعبَةُ ق ْ ال أ ُ ال ََس ْع ْ ُ ُ ْ ُ َخبَ َرِِن أَ ْش َع ُ َحدَّثَنَا َح ْف ِ ِ ِ ُ ال أَمرنَا رس ِ ٍ ٍ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َ ول اللَّو ُ َ َ َ َ َُس َويْد بْ ِن ُم َقِّرن َع ْن الْبَ َراء بْ ِن َعا ِزب َرض َي اللَّوُ َعْن ُه َما ق ِ الذ َى َِ و َسلَّم بِسْب ٍع ونَ َهانَا َع ْن َسْب ٍع نَ َهانَا َع ْن َخ َّ اَت ِْ اج َو ِ ب َولُْب اْل ْستَْب َرِق َو َع ْن ِ َاْلَ ِري ِر َوالدِّيب ْ س َ َ َ َ 20 ِ ْ الْ َق ِّسي والْ ِميثَرِة وأَمرنَا أَ ْن نَْتبع .الس ََل َم َّ يض َونُ ْف ِش َي َ ُاْلَنَائَز َونَع َ ود الْ َم ِر ََ َ َ َ َ َ ِّ “Telah menceritakan kepada kami Ḥafṣ bin „Umar, telah menceritakan kepada kami Syuʻbah dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Asyʻaṡ bin Sulaīm dia berkata; saya mendengar Muʻāwiyah bin Suwaīd bin Muqarrin dari al-Barā‟ bin „Āzib raḍīy Allāh ‘anhumā dia berkata; Rasulullah Saw memerintahkan kami tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara, beliau melarang kami dari memakai cincin emas, mengenakan sutera, aldībāj, al-istabraq (kain sejenis sutera), al-qasīy dan mīṡarah (yaitu kain yang terbuat dari campuran sutera), dan memerintahkan kami untuk mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit dan menebarkan salam." 20
Abū „Abd Allāh Muḥammad bin Ismāʻīl bin Ibrāhīm al-Bukhārī, al-Jāmiʻ al-Bukhārī (Ṣaḥīḥ al-Bukhārī), Bab: Wajibnya mengunjungi orang sakit No. Hadist: 5218
59
Dalam mengimplementasikan hadis hak dan kewajiban tetangga seperti menjenguk tetangga yang sakit, masyarakat desa ini masih sering menerapkan hal tersebut meskipun ada pula sebagian kecil yang tidak menerapkannya. Seperti halnya di RT 06/02, masyarakat di RT tersebut kompak ketika ada tetangganya yang sedang sakit, mereka berbondong-bondong datang ke rumah tetangganya yang sedang sakit tersebut. Bahkan ketika tetangganya tersebut dirawat di rumah sakit pun warga setempat menjenguknya dengan naik mobil bersama-sama.21 Hal serupa juga dilakukan oleh warga RT 04/02, berdasarkan wawancara dengan warga setempat bahwa lingkungannya terbilang kompak, karena tetanggatetangga yang ada di sekitarnya masih memiliki hubungan keluarga. “Ketika terdengar ada tetangga yang sedang sakit, stroke misalnya, saya berserta tetangga-tetangga yang lain menengoknya, karena tetanggatetangga di sini bisa dikatakan masih ada hubungan keluarga”. Ucap Bapak Sulam, seorang warga RT 04/02.22 Implementasi hadis hak dan kewajiban bertetangga seperti menjenguk tetangga yang sakit ini banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Tenajar Lor seperti RT 03/01, RT 07/01, RT 04/02, RT 06/02, RT 05/03 dan RT-RT yang lainnya. Namun berbeda dengan yang terjadi di RT 04/03. Berdasarkan wawancara dengan warga RT tersebut, ia menyatakan bahwa dalam hal menjenguk tetangga yang sakit, respon warga di sana dapat dikatakan “nol”. Karena keadaan masyarakat di RT tersebut telah berkelompok-kelompok dan tidak saling peduli dengan tetangga yang lain. Persoalan yang ada di RT tersebut sangat ironis karena di sana terdapat 2 tokoh ulama, namun keduanya sama sekali tidak peduli dengan 21
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Ibu Fathuroh/52 thn) di kediamannya, RT 06/02, pada Selasa, 11 Maret 2014, pukul 15.30 WIB. 22 Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak Sulam/48 thn) di kediamannya, RT 04/02, pada Jum‟at, 14 Maret 2014, pukul 19.00 WIB.
60
lingkungannya. Meskipun mereka sering melakukan pengajian, namun mereka tidak mengaplikasikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat di RT tersebut kurang bersosial dengan tetanga yang lain sehingga mereka melalaikan hak dan kewajiban di lingkungan sekitarnya.23 Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa setiap RT maupun wilayah di Desa Tenajar Lor mempunyai kadar kekompakan dan rasa kepedulian lingkungan yang berbeda-beda. Sebagian besar dari mereka masih sering menjenguk tetangga yang sedang sakit, dan sebagian kecil tidak melakukannya. Dalam hal ini, banyak faktor yang menyebabkan latar belakang pemikiran masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungannya, baik dari segi ekonomi maupun dari kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh di daerah sekitarnya. D. Kepedulian terhadap Tetangga yang Meninggal Dunia Salah satu hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah mengiring jenazah, hingga Rasulullah Saw pun sampai mewajibkan untuk mengurus jenazahnya. Hal ini sebagaimana hadis Rasulullah Saw berikut:
ِ حدَّثَنَا ُُم َّم ٌد حدَّثَنَا عمرو بن أَِِب سلَمةَ عن ْاْلَوز ٍ َخب رِِن ابْن ِشه َخبَ َرِِن َ َاب ق َ َاع ِّي ق َْ ْ َ َ َ ْ ال أ َ ُ َ َ ْ ال أ َ َ َ ُ ْ َُْ ِ َ ال ََِسعت رس ِ ِ ِ َّيد بْن الْمسي َّ ب أ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم َ ول اللَّو ُ َ ُ ْ َ ََن أَبَا ُىَريْ َرةَ َرض َي اللَّوُ َعْنوُ ق َ ُ ُ ُ َسع ِِ ِِ ِ الس ََلِم َو ِعيَ َادةُ الْ َم ِر ْ ُيض َواتِّبَاع ُ يَ ُق َّ س َرُّد ُاْلَنَائِِز َوإِ َجابَة ٌ َْول َح ُّق الْ ُم ْسلم َعلَى الْ ُم ْسلم َخ ِ َّعوةِ وتَ ْش ِميت الْع ِ الرز ِ اط َخبَ َرنَا َم ْع َمٌر َوَرَواهُ َس ََل َمةُ بْ ُن َرْو ٍح َع ْن َ ََّاق ق َّ س تَابَ َعوُ َعْب ُد ْ ال أ َ ُ َ َ ْ الد 24 .عُ َقْي ٍل “Telah menceritakan kepada kami Muḥammad, telah menceritakan kepada kami „Amr bin Abū Salamah dari al-Awzāʻīy berkata, telah 23
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor yang bersangkutan (Bapak Akil/42 thn) di kediamannya, RT 04/03, pada Selasa, 18 Maret 2014, pukul 22.00 WIB. 24 Al-Bukhārī, al-Jāmiʻ al-Bukhārī (Ṣaḥīḥ al-Bukhārī), Bab : Perintah Mengantar Jenazah No. Hadist : 1164
61
mengabarkan kepada saya Ibn Syihāb berkata, telah mengabarkan kepada saya Saʻīd bin al-Musayyab bahwa Abū Huraīrah ra berkata; Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Hak Muslim atas Muslim lainnya ada lima, yaitu; menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin". Hadis ini diriwayatkan pula oleh „Abd al-Razāq berkata, telah mengabarkan kepada kami Maʻmar dan meriwayatkan kepadanya Salamah bin Raūḥ dari „Uqaīl”. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa hukum mengurus jenazah adalah farḍu kifāyah. Mulai dari memandikan, membungkus, mensalati, dan mengubur jenazah. Sehingga hal tersebut dilakukan pula oleh Masyarakat Desa Tenajar Lor. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa warga Desa Tenajar Lor bahwa masyarakat desa ini senantiasa menunaikan hal tersebut secara kompak. Seperti halnya Bapak Sulam beserta tetangga-tetangganya yang selalu membantu dan menemani keluarga tetangga yang meninggal dunia hingga larut malam. Mereka senantiasa
menunaikan
kewajibannya
untuk
mengurus
jenazah
hingga
mengantarnya sampai ke kuburan bersama-sama.25 Kemudian hal demikian juga dilakukan oleh warga RT 01/03, dan RT 02/03 yang senantiasa datang melayat ke rumah tetangga yang meninggal dunia dengan tujuan untuk menghibur dan menyabarkan hati keluarga yang ditinggalkannya. Kemudian kebiasaan masyarakat setempat yakni di hari ketiga, ketujuh, keempat puluh, dan hari keseratus setelah seseorang meninggal dunia, mereka senantiasa melakukan tahlilan di rumah tetangga yang meninggal dunia tersebut. “Secara keseluruhan, masyarakat Desa Tenajar Lor kompak dalam persoalan mengiring jenazah tetangga yang meninggal dunia, bahkan para tetangganya biasa melakukan tahlil di hari ketiga, ketujuh, keempat puluh, dan keseratus setelah seseorang meninggal dunia. Bahkan sering juga
25
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak Sulam/48 thn) di kediamannya, RT 04/02, pada Jum‟at, 14 Maret 2014, pukul 19.00 WIB.
62
disertai dengan pengajian al-Qur‟an satu khataman jika ahli waris meminta hal tersebut”. Tutur Bapak H.Jamhari, seorang warga RT 01/03.26 Berdasarkan deskripsi di atas, dapat dipahami bahwa masyarakat Desa Tenajar Lor mayoritas melaksanakan hadis hak dan kewajiban bertetangga dengan senantiasa menunaikan kewajibannya sebagai seorang Muslim untuk mengurus jenazah hingga mengantarnya ke tempat peristirahatan yang terakhir (kuburan). Khususnya sebagai tetangga, mereka selalu siap untuk membantu dan menemani keluarga tetangga yang ditinggalkan hingga larut malam. E. Bersyukur Atas Kegembiraan Tetangga Rasulullah Saw senantiasa menganjurkan agar umat Muslim turut bersyukur dan mengucapkan selamat kepada tetangganya yang mendapatkan kegembiraan. Hal ini juga dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa Tenajar Lor. Meskipun mereka tidak mengucapkan selamat, namun mereka menyikapinya dengan rasa syukur atas kegembiraan yang didapatkan oleh tetangganya. Sebagaimana wawancara yang saya lakukan dengan Ibu Fathuroh, ia menyatakan bahwa dirinya ikut merasa senang dan bersyukur atas kegembiraan tetangganya ketika mendapatkan rizki. Karena menurut beliau, tetangga di sekitarnya tidak pernah membangga-banggakan dunia (harta). “Tetangga saya kebanyakan tidak pernah membangga-banggakan dunia (harta), kalau ada tetangga yang kaya atau mendapatkan rizki ya saya ikut merasa senang, ikut syukuran...” Tutur Ibu Fathuroh, di rumahnya.27 Bersyukur atas kegembiraan tetangga ini memang banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Tenajar Lor, seperti warga di RT 03/01, RT 05/03, RT 01/03 dan
26
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor yang bersangkutan (Bapak H.Jamhari/46 thn) di kediamannya, RT 01/03, pada Senin, 17 Maret 2014, pukul 15.00 WIB. 27 Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Ibu Fathuroh/52 thn) di kediamannya, RT 06/02, pada Selasa, 11 Maret 2014, pukul 15.30 WIB.
63
lain sebagainya. Dari sejumlah informan yang saya wawancarai, hanya sedikit orang yang menjawab biasa-biasa saja.
F. Momentum Membagikan Masakan dan Buah-buahan kepada Tetangga Dalam
menjaga
hubungan
bertetanga,
Rasulullah
Saw
senantiasa
menganjurkan umat Muslim untuk senantiasa berbagi makanan kepada tetangganya. Beliau juga menyatakan bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang memberi makanan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw berikut:
َي َحدَّثَنَا عُبَ ْي ُد اللَّ ِو بْ ُن َع ْم ٍرو َع ْن َعْب ِد اللَّ ِو بْ ِن ُُمَ َّم ِد بْ ِن َع ِق ٍيل َع ْن َََْزة ٍّ َحدَّثَنَا َزَك ِريَّا بْ ُن َع ِد ِ َ ال فَ َق ِ َ ك ولَ ٌد فَِإ َّن رس ٍ ص َهْي صلَّى َ َب َع ْن أَبِ ِيو ق َ ُال ل ُع َمَر أ ََّما قَ ْول َ ك ا ْكتَ نَ ْي َ ول اللَّو ُ بْ ِن َُ َ َ َس ل َ ت َولَْي ِ َُّاِن أَبا ََيَي فَأ ََّما قَول ِ َ ف ِِف الطَّع ِام فَِإ َّن رس ِ َّ ِ َّ ٌ يك َسَر َ كف َ ْ ُصلَّى اللَّو َ ول اللَّو َ َُ َ ْ َ اللوُ َعلَْيو َو َسل َم َكن 28 ِ َّ َّ .ين يُطْعِ ُمو َن الطَّ َع َام َ ََعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق َ ال َخْي ُرُك ْم َم ْن أَطْ َع َم الط َع َام أ َْو الذ “Telah menceritakan kepada kami Zakariyyā bin „Adī, telah menceritakan kepada kami „Ubaīd Allāh bin „Amr dari „Abd Allāh bin Muḥammad bin „Aqīl dari Ḥamzah bin Ṣuhaīb dari ayahnya berkata lalu ia berkata kepada „Umar: Berkenaan dengan perkataanmu bahwa aku diberi kuniah padahal kau tidak punya pemuda adalah karena Rasulullah Saw memberiku kuniah Abū Yaḥyā, sedangkan perkataannmu bahwa aku berlebihan dalam memberi makanan karena Rasulullah Saw bersabda: "Yang terbaik di antara kalian adalah yang memberi makan atau orangorang yang memberi makan." Praktik membagi-bagikan makanan, baik dalam bentuk masakan, kue, maupun buah-buahan yang dilakukan oleh masyarakat desa Tenajar Lor masih dikatakan relatif, yakni tergantung momen dan kondisi ekonomi yang dimiliki setiap masyarakat. Seperti halnya Bapak Abdul Muin, seorang warga RT 07/01 yang masih melakukan kebiasaan membagi makanan kepada tetangga di sekitar rumahnya. Namun hal tersebut biasa ia lakukan ketika dalam rangka syukuran, seperti ketika membeli motor atau ketika mendapatkan rizki yang lebih, 28
Abū ʻAbd Allāh Aḥmad bin Ḥanbal, Musnad Aḥmad bin Hanbal, (Bairut: al-Maktab al-Islāmi, 1978) No. Hadist : 22803
64
keluarganya membuat nasi kuning kemudian membaginya kepada tetanggatetangga terdekat di sekitar rumahnya.29 Hal serupa juga dilakukan oleh Ibu Kusna, seorang warga RT 05/03 yang biasa membagi-bagikan makanan di setiap momen, seperti momen lebaran, ulang tahun, ia dan warga setempat sering membuat nasi kuning dan membagi-bagikan kepada para tetangganya.30 Kemudian ada pula sebagian masyarakat yang terkadang di hari-hari biasa pun membagi-bagikan makanan ketika mereka sudah berniat untuk berbagi. Seperti halnya di RT 04/02, Bapak Sulam menyatakan bahwa membagi-bagikan makanan tidak hanya dilakukan dalam momen-momen tertentu, bahkan di harihari biasa pun beliau sering berbagi. Ketika istrinya masak dengan jumlah porsi yang banyak, ia pun mengirimnya kepada tetangga-tetangga terdekat di sekitar rumanya.31 Dengan demikian, implementasi hadis hak dan kewajiban bertetangga dengan membagi-bagikan makanan ini mayoritas dilakukan oleh masyarakat Desa Tenajar Lor seperti di RT 01/03, RT 04/03, RT 05/03, RT 04/02, RT 06/02, RT 07/01, RT 09/01, RT 03/01, dan lain sebagainya. Mereka melakukan hal tersebut ketika dalam momen-momen tertentu seperti tanda syukuran ketika mendapatkan rizki, mengadakan hajatan, mengadakan kegiatan keislaman, saat lebaran, dan lain sebagainya. Bahkan ada pula sebagian kecil masyarakat yang membagi-bagikan makanan di hari-hari biasa ketika mereka sudah berniat untuk berbagi.
29
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak Abdul Muin/50 thn) RT 07/01, pada Selasa, 11 Maret 2014, pukul 15.00 WIB. 30 Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Ibu Kusna/50 thn) di kediamannya, RT 05/03, pada Minggu, 09 Maret 2014, pukul 14.30 WIB. 31 Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak Sulam/48 thn) di kediamannya, RT 04/02, pada Jum‟at, 14 Maret 2014, pukul 19.00 WIB.
65
G. Izin Meninggikan Bangunan Rumah kepada Tetangga Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan kepada para informan bahwa mereka tidak memiliki tetangga yang bangunan rumahnya lebih tinggi dari bangunan rumah mereka, dan bahkan tidak pernah menutupi udara yang masuk ke dalam rumah mereka, karena memang jarak antar rumah di sana cukup berjauhan. Sehingga izin kepada tetangga untuk membangun rumah yang lebih tinggi tidak pernah terjadi. H. Memberikan Buah-buahan kepada Anak Tetangga Berdasarkan hadis hak dan kewajiban bertetangga yang telah saya sebutkan pada bab sebelumnya bahwa Rasulullah Saw menganjurkan untuk menghadiahkan sebagian buah-buahan kepada tetangga, atau ketika tidak mampu maka harus membawa buah-buahan tersebut secara sembunyi-sembunyi agar tidak menyakiti hati anak tetangganya. Hal ini masih dipraktikkan oleh sebagian kecil masyarakat Desa Tenajar Lor. Salah satunya adalah warga RT 04/02, yakni Bapak Sulam. Ia menyatakan bahwa ketika anak-anak tetangga sedang main ke rumahnya, ia sering membagi-bagikan buah-buahan kepada anak-anak tetangganya.32 Adapula seseorang yang selalu membagi-bagikan makanan ringan atau buah-buahan pada setiap malam jum‟at kepada para santri yang sedang belajar tahlil di rumahnya. Hal ini bertujuan agar anak-anak didiknya tetap bersemangat dalam belajar tahlil. “Saya sering membagi-bagikan makanan dan buah-buahan untuk anak-anak didik saya saat belajar tahlil pada malam jum‟at, karena dalam
32
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Bapak Sulam/48 thn) di kediamannya, RT 04/02, pada Jum‟at, 14 Maret 2014, pukul 19.00 WIB.
66
belajar tahlil biasanya anak-anak itu semangat kalau ada makanan”. Ungkap Ibu Mas‟amah., seorang guru pengajian anak-anak di RT 03/01.33 Selain itu, ada pula yang tidak mempraktikkan anjuran Rasulullah Saw ini. Salah satunya adalah warga di RT 05/03, RT 06/02, RT 09/01 dan lain sebagainya. Dari beberapa alasan yang mereka ungkapkan mayoritas adalah karena buah-buahan yang di dapat dari membeli berjumlah sedikit, hanya cukup untuk keluarganya sendiri dan tidak cukup untuk berbagi kepada tetangga. Ada pula yang beralasan karena ketika ada tetangga sekitarnya yang membeli buahbuahan, maka tetangga yang lain juga berbondong-bondong ikut membelinya. Sehingga ia tidak pernah memberikan buah-buahan kepada tetangganya. Namun berbeda ketika buah-buahan yang mereka dapat dari panen, maka biasanya sebagian dari mereka masih sering membagikan sebagian buah-buahan tersebut kepada tetangga-tetangganya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh warga RT 05/03 berikut: “Tidak Pernah, kalau beli buah-buahan juga hanya sedikit. Jadi, disediakan buat tamu saja di meja. Tapi kalau lagi punya banyak rizki mah ya saya juga rasa keinginan untuk bagi-bagi ke tetangga. Ngasih buahbuahan itu kalau bukan dari membeli (panen dari kebun sendiri), ya dikasih, tapi kalau buah yang dapat beli mah tidak mau, soalnya buahnya sedikit”.34 Jelas Ibu Kusna di kediamannya. Dengan demikian, praktik membagi-bagikan buah-buahan kepada tetangga ini masih dipraktikan oleh sebagian kecil masyarakat Desa Tenajar Lor. Hal ini karena terdapat beberapa alasan dari mereka yang tidak mempraktikkan hal tersebut, sebagaimana yang telah saya jelaskan di atas.
33
Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Ibu Mas‟amah/37 thn) di kediamannya, RT 03/01, pada Sabtu, 22 Maret 2014, pukul 16.00 WIB 34 Hasil wawancara dengan Warga Desa Tenajar Lor (Ibu Kusna/50 thn) di kediamannya, RT 05/03, pada Minggu, 09 Maret 2014, pukul 14.30 WIB.
67
Adapun tabel implementasi hadis hak dan kewajiban bertetangga secara keseluruhan di Desa Tenajar Lor yakni sebagai berikut: Tabel 2.2 Implementasi Hadis Hak dan Kewajiban Bertetangga di Desa Tenajar Lor35 No.
Amalan Hadis
Dilaksanakan
1 2 3
Pinjam meminjam antar tetangga Tolong menolong antar tetangga Menjenguk tetangga yang sakit Mengantarkan jenazah tetangga yang meninggal dunia Bersyukur/mengucapkan selamat kepada tetangga yang mendapatkan kegembiraan/rizki Membagikan masakan kepada tetangga Izin meniggikan bangunan rumah kepada tetangga Membagikan buah-buahan kepada anak tetangga
70% 70% 80%
Tidak Dilaksanakan 30% 30% 20%
90%
10%
80%
20%
60%
40%
-
-
40%
60%
4 5 6 7 8
I. Faktor Pendukung dan Penghambat Impelementasi Hadis Hak dan Kewajiban Bertetangga di Desa Tenajar Lor Dalam mengimplementasikan hadis hak dan kewajiban bertetangga, terdapat faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh masyarakat Desa Tenajar Lor, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Faktor Pendukung Di antara faktor pendukung yang ada di Desa Tenajar Lor untuk mengimplementasikan hadis hak dan kewajiban bertetangga adalah sebagai berikut:
35
Hasil Wawancara dengan masyarakat Desa Tenajar Lor pada 25 Januari – 25 Maret 2014 di RT 03/01, 07/01, 09/01, 06/02, 04/02, 05/03, 04/03, dan 01/03.
68
a. Adanya Rutinitas Pengajian yang Tersebar di Seluruh Penjuru Desa Dengan adanya rutinitas pengajian baik setiap hari maupun setiap minggu, merupakan media untuk mendalami ilmu pengetahuan agama agar menjadi stimulus dalam melakukan kebaikan sosial seperti dalam hal tolong menolong, dan lain sebagainya. b. Keragaman Sarana Keagamaan di Desa Tenajar Lor Dengan banyaknya sarana keagamaan, masyarakat Desa Tenajar Lor dapat menimba ilmu pengetahuan agama di berbagai tempat yang tersebar di seluruh penjuru desa. Di antaranya adalah masjid, musala, pondok pesantren, dan bahkan rumah-rumah pun dapat dijadikan sebagai sarana keagamaan seperti pengajian dan lain sebagainya. c. Banyaknya Ulama di Desa Tenajar Lor Banyaknya ulama yang ada di Desa Tenajar Lor juga merupakan faktor pendukung agar masyarakat desa senantiasa diberikan pengarahan dan bimbingan dalam urusan keagamaan di bidang sosial. Maka pemahaman keislaman yang baik dalam hubungan sosial pun turut menjadi tolak ukur dalam mendukung kehidupan bertetangga yang ideal. Sehingga pengajian-pengajian yang mereka pahami setiap minggunya merupakan suatu hal yang positif ketika diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Faktor Penghambat Sedangkan faktor penghambat dalam mengimplementasikan hadis hak dan kewajiban bertetangga di antaranya adalah sebagai berikut:
69
a. Minimnya Kesadaran Masyarakat terhadap Hak dan Kewajiban Dalam hal ini, contohnya seperti dalam hal membayar hutang. Menanggapi masalah tersebut, salah satu ulama di RW 03, KH.Basri Hasan menyatakan bahwa sulitnya mengimplementasikan dalam masalah hutang piutang adalah ketika orang yang dihutangi tidak pernah membayar hutangnya dengan berbagai alasan. Sementara orang yang menghutangi sangat membutuhkan uang tersebut. Maka hal itulah yang membuat masyarakat berat untuk menerapkannya.36 Dalam menanggapi hal tersebut, menurut Kyai Badrudin, seorang ulama di RT 09/01, beliau memandang bahwa ketika seseorang menolong tetangganya dengan memberikan hutang kepada orang lain dengan ikhlas, meskipun orang yang dihutangi tidak sanggup membayar, maka perbuatannya tersebut dinilai sebagai sedekah sampai hutangnya dilunasi. “Dalam masalah ini yang dicari adalah nilai. Kalau kita dapat memberikan hutang kepada orang lain, artinya “alhamdulillah, kita bermanfaat bagi orang lain melalui uang”. Selama orang yang diberi hutang ini belum bisa membayar hutang, maka setiap harinya kita sama saja dengan sedekah sebanyak yang kita hutangkan. Kalau pinjamnya 100 ribu ya berarti sama saja kita bersedekah setiap hari 100 ribu. Kalau 1 Juta ya berarti kita sama saja bersedekah setiap hari 1 juta. Maka dari itu, kita harus pintarpintar mencari nilai....”. Ucap Kyai Badrudin.37 b. Pandangan yang Materialistis Dalam hal ini, masyarakat yang meminjamkan hutang kepada tetangganya tidak hanya bermaksud untuk menolong, melainkan juga sengaja untuk mencari keuntungan, seperti kasus yang telah saya jelaskan di atas. Sehingga ketika pandangan seseorang terhadap hubungan sosial telah 36
Hasil wawancara dengan Ulama Desa Tenajar Lor (KH.Basri Hasan) di kediamannya, RT 04/03, pada Senin, 10 Maret 2014, pukul 15.00 WIB. 37 Hasil wawancara dengan Ulama Desa Tenajar Lor (Kyai Badrudin) di kediamannya, RT 09/01, pada Rabu, 12 Maret 2014, pukul 16.30 WIB.
70
materialistis, maka hubungan bertetangga yang terjalin akan semakin rusak dan rapuh dalam perjalanannya.38 c. Minimnya Silaturahim Faktor penghambat ini terjadi baik antar ulama dan antara ulama dengan masyarakat. Sehingga hal tersebut mengakibatkan hubungan bertetangga menjadi kurang harmonis. Hal ini sebagaimana hadis qudsi yang diriwayatkan oleh ʻĀisyah sebagai berikut:
َخبَ َرِِن ُم َعا ِويَةُ بْ ُن أَِِب ُمَزِّرٍد َع ْن يَِزي َد َ َيد بْ ُن أَِِب َم ْرَََي َحدَّثَنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن بََِل ٍل ق ُ َِحدَّثَنَا َسع ْ ال أ ِ ِ ِ ِب ِّ َِّصلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َع ْن الن ِّ ِوما َن َع ْن عُ ْرَوَة َع ْن َعائ َشةَ َرض َي اللَّوُ َعْن َها َزْو ِج الن َ َِّب َ بْ ِن ُر 39 ِ ِ َّ ال .ُص ْلتُوُ َوَم ْن قَطَ َع َها قَطَ ْعتُو َ َصلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق َ صلَ َها َو َ الرح ُم ش ْجنَةٌ فَ َم ْن َو َ “Telah menceritakan kepada kami Saʻīd bin Abū Maryam telah menceritakan kepada kami Sulaīmān bin Bilāl dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Muʻāwiyah bin Abū Muzarrid dari Yazīd bin Rūmān dari „Urwah dari „Āisyah ra, istri Nabi Saw dari Nabi Saw, beliau bersabda: "al-Rahīm (silaturahim) adalah Syijnah (daun pohon yang rindang), barangsiapa menyambungnya maka Aku (Allah) akan menyambungnya dan barangsiapa memutuskannya maka Aku (Allah) pun akan memutuskannya." (HR. Al-Bukhārī) Menurut salah satu tokoh ulama di RW 02, KH.Dimyati menyatakan bahwa terhambatnya sikap saling memenuhi hak tetangga dari sebagian masyarakat Desa Tenajar Lor di antaranya adalah karena pada umumnya mereka selalu mengedepankan nafsu amarah, dan bahkan sebagian masyarakat desa ini telah menjauh dari ulama.40 Kemudian salah satu ulama di RW 01, Kyai Badrudin menambahkan bahwa jauhnya masyarakat terhadap ulama tersebut karena boleh jadi ulamanya sendiri pun tidak
38
Hasil wawancara dengan Ulama Desa Tenajar Lor (Kyai Badrudin) di kediamannya, RT 09/01, pada Rabu, 12 Maret 2014, pukul 16.30 WIB. 39 Al-Bukhārī, al-Jāmiʻ al-Bukhārī (Ṣaḥīḥ al-Bukhārī), Kitab Adab, No. Hadis: 5530 40 Hasil wawancara dengan Ulama Muina Desa Tenajar Lor (KH.Dimyati) di kediamannya, RW 02, pada Rabu, 12 Maret 2014, pukul 15.00 WIB.
71
pernah mendekat kepada masyarakat. Sehingga menurutnya, para ulama di Desa Tenajar Lor perlu untuk mengadakan perkumpulan yang membahas tentang kemasyarakatan, agar hubungan antara ulama dan masyarakat dapat terjalin dengan baik.41 Pendapat Kyai Badrudin mengenai pengadaan perkumpulan ulama untuk bermusyawarah tersebut sangat penting, karena menurut Abdul Qadir Jaelani musyawarah adalah dasar menentukan kebijaksanaan dan keputusan di dalam kehidupan masyarakat Islam.42 Sedangkan menurut KH.Basri Hasan menyatakan bahwa jauhnya masyarakat terhadap ulama karena akibat sifat hasud. Menurutnya, sikap manusia yang sering mendapat hasud adalah orang yang mempunyai banyak ilmu dan orang yang mempunyai banyak harta. Sehingga sikap saling menolong dan saling peduli antar tetangga pun akan berubah menjadi rusak dan saling hasud.43 d. Minimnya Pemahaman terhadap Pengajian Menurut sebagian ulama Desa Tenajar Lor pada umumnya, menyatakan bahwa pengajian-pengajian yang dilakukan oleh masyarakat hanyalah sebatas pengajian, tanpa adanya penerapan ilmu yang sungguhsungguh di tengah-tengah masyarakat. Karena tingkatan keimanan masyarakat di desa ini bisa dikatakan sebatas syariat, dan belum sampai pada hakikat apalagi ma‟rifat. Sehingga pengajian-pengajian yang ada di Desa Tenajar Lor dapat dikatakan hanya pengajian seremonial belaka.
41
Hasil wawancara dengan Ulama Desa Tenajar Lor (Kyai Badrudin) di kediamannya, RT 09/01, pada Rabu, 12 Maret 2014, pukul 16.30 WIB. 42 Abdul Qadir Jaelani, Mewujudkan Masyarakat Sejahtera dan Damai (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997), h. 607 43 Hasil wawancara dengan Ulama Desa Tenajar Lor (KH.Basri Hasan) di kediamannya, RT 04/03, pada Senin, 10 Maret 2014, pukul 15.00 WIB.
72
Keimanan yang dimaksud adalah keimanan yang ada dalam diri manusia dengan segenap jiwa dan raganya. Keimanan yang teraplikasikan dalam aktifitas fisik dan jiwanya. Keimanan yang menguatkan hubungan seseorang dengan Tuhannya, keluarganya, tetangganya, dan manusiamanusia secara keseluruhan dengan melakukan amal saleh. Sedangkan yang dimaksud dengan amal saleh adalah semua perbuatan yang mengandung kebajikan.44 Karena iman hanya sebatas syariat, maka dalam kehidupan sosial pun tidak heran ketika masih menimbulkan perselisihan dan pertentangan antar tetangga.
Adapun
sebagian
masyarakat
Desa
Tenajar
Lor
yang
mengimplentasikan hadis hak dan kewajiban bertetangga secara murni dan sungguh-sungguh, tidak lain ialah berkat hidayah dan rahmat dari Allah Swt, karena memang dalam diri manusia terdapat hati nurani yang mendapat cahaya Tuhan dan dapat menilai hal-hal yang baik untuk dikerjakan.45 Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam hadis hak dan kewajiban bertetangga berikut: 46
.اْلَا ِر إِلَّ قَلِْيَلً ِمَّ ْن َرِح َم اهلل ْ لَ ْن يُ َؤَّدى َح ُّق
“Sungguh tidak akan ditunaikan hak tetangga kecuali sedikit orang yang dirahmati Allah Swt”. Dari penjelasan mengenai faktor-faktor dalam implementasi hadis hak dan kewajiban bertetangga di Desa Tenajar Lor di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung di desa ini adalah adanya pengajian-pengajiann rutin yang 44 45
Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an, h. 543 M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup,
h. 100 46
„Abd Allāh bin Muḥammad bin Jaʻfar bin Ḥibbān al-Aṣbahānī, al-Tawbīkh wa alTanbīh (Al-Qāhirah: Maktabah al-Furqān, T.th), Juz 1, h. 26
73
dilakukan oleh masyarakat, banyaknya sarana keagamaan dan banyaknya ulama. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya kesadaran dalam memenuhi hak dan kewajiban, kurangnya silaturahim (komunikasi), baik antara ulama dengan ulama lainnya maupun antara ulama dengan masyarakat umum, pandangan masyarakatnya yang materialistis, dan kurangnya pemahaman yang mendalam terhadap pengajian-pengajian yang dilakukan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan yang telah saya paparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat Desa Tenajar Lor telah mengimplementasikan hadis hak dan kewajiban bertetangga pada kehidupan sehari-hari. Sehingga hal ini juga membuktikan bahwa kesalehan yang terdapat dalam suatu individu selalu sejalan dengan kesalehan sosial. Adapun faktor pendukungnya adalah adanya pengajian-pengajiann rutin yang dilakukan oleh masyarakat, banyaknya sarana keagamaan dan banyaknya ulama. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya kesadaran dalam memenuhi hak dan kewajiban bertetangga, kurangnya silaturahim (komunikasi), baik antara ulama dengan ulama lainnya maupun antara ulama dengan masyarakat umum, pandangan masyarakatnya yang materialistis, dan kurangnya pemahaman yang mendalam terhadap pengajian-pengajian yang dilakukan. Sehingga hal ini mengakibatkan permasalahan-permasalahan sosial antar tetangga di Desa Tenajar Lor masih sering terjadi. B. Saran Dari kesimpulan di atas, saya ingin memberikan beberapa saran berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, yakni sebagai berikut: 1. Penelitian
lapangan
merupakan
penelitian
yang
bertujuan
untuk
mengkorelasikan antara teori dengan realitas yang ada di tengah-tengah kehidupan sosial yang terus berkembang, sehingga penelitian ini sangat penting untuk dilanjutkan oleh para mahasiswa Tafsir Hadis.
74
75
2. Al-Qur’an dan hadis adalah pedoman hidup bagi seluruh manusia, sehingga kita perlu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini agar kehidupan sosial di masyarakat dapat terjalin dengan baik dan harmonis.
Demikian skripsi ini saya akhiri, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian sangat saya harapkan sebagai bahan evaluasi untuk penelitian yang akan datang. Akhir kata, atas segala perhatian dan sumbangan pemikiran pembaca, saya mengucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ammar, Maḥmud al-Miṣrī Abū. Ensiklpoedia Akhlak Muhammad Saw, Penerjemah: Abdul Amin, dkk. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2009. Al-Aṣbahānī, „Abd Allāh bin Muḥammad bin Jaʻfar bin Ḥibban. Al-Tawbīkh wa al-Tanbīh. Al-Qāhirah: Maktabah al-Furqān, T.th. Al-ʻAsqalānī, Ibn Ḥajar. Tahżīb al-Tahżīb. Beirūt: Dār al-Fikr, 1984. Azzaino, HS. Zuardin. Asas-Asas Sosiologi Ilahiah. Jakarta: Pustaka al-Hidayah, 1990. Bagir, Haidar. Buat Apa Shalat?! Kecuali Anda Hendak Mendapatkan Kebahagiaan dan Ketenangan Hidup. Bandung: PT.Mizan Pustaka, 2008. Al-Bukhārī, Abū „Abd Allāh Muḥammad bin Ismāʻīl bin Ibrāhīm. Al-Jāmiʻ alBukhārī (Ṣaḥīḥ al-Bukhārī). Bairut: Dar al-Fikr. T.th. Al-Darīr, Abū ʻĪsā Muḥammad ibn Mūsā ibn al-Ḍahhak al-Sulāmī al-Būghī alTurmużī. Sunan al-Turmużī. Bairut: Dar al-Fikr, 1980. Data Profil Desa Tenajar Lor, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, 2010. Al-Gazālī, Abū Ḥāmid Muḥammad bin Muḥammad. Ihyā’ ‘Ulūmuddīn. Beirut: Dar al-Ma‟rifah, T.th. Ibn Ḥanbal, Abū ʻAbd Allāh Aḥmad. Musnad Aḥmad bin Hanbal, Bairut: alMaktab al-Islāmi, 1978. HD, Kaelany. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Hassan, Riaz. Keragaman Iman: Studi Komparatif Masyarakat Muslim, Penerjemah: Jajang Jahroni, Udjang Tholib dan Fuad Jabali. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006. Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: UI Press, 1986. Jaelani, Abdul Qadir. Mewujudkan Masyarakat Sejahtera dan Damai. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1997. Jazuli, Ahzami Samiun. Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an, Penerjemah: sari Narulita, Miftahul Jannah, dkk. Jakarta: Gema Insani Press, 2006. Kementerian Agama RI, Tafsir al-Qur’an Tematik: Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.
76
77
Al-Kharāiṭī, Abū Bakr bin Ja‟far bin Sahal bin Syākir al-Sāmirī. Makārim alAkhlāq. T.tp. Maktabah al-Rasyda, 2006. Al-Kharāiṭī, Abū Bakr bin Ja‟far bin Sahal bin Syākir al-Sāmirī. Makārim alAkhlāq. Juz 1. Al-Qāhirah: Al-Madanī. 1991. Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia, 1977. Lang, Jeffrey. Bahkan Malaikat Pun Bertanya: Membangun Sikap Ber-Islam yang Kritis, Penerjemah: Abdullah Ali. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002. Al-Madā‟inī, Muḥammad. Masyarakat Ideal dalam Perspektif Surat al-Nisā, Penerjemah: Kamaluddin Sa‟diyatul Haramain. Jakarta: Pustaka Azzam, 2002. Madjid, Nurcholish. Kehidupan Spiritual Masyarakat Modern: Respon dan Transformasi Nilai-Nilai Islam Menuju Masyarakat Madani. Jakarta: PT.MEDIACITA, 2001. Maḥmūd, „Alī „Abd al-Ḥālim. Karakteristik Umat Terbaik: Telaah Manhaj, Akidah, dan Harakah, Penerjemah: As‟ad Yasin. Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Mujieb, M. Abdul, dkk., Kamus Istilah Fiqh. Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994. Al-Munawar, Said Agil Husin. al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputat Press, 2002 Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. Al-Mundżirī, „Abd al-„Aẓīm al-Qawīy. Al-Targīb wa al-Tarhīb min al-Ḥadīṡ alSyarīf. Juz 3. Beirut: Dār al-Kitab al-„Ilmiyyah, 1996. Nadā, „Abd al-„Azīz bin Fatḥi al-Sayyid. Ensiklopedi Adab Islam menurut alQur’an dan al-Sunnah, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟I, 2007. Al-Nawāwī, Abū Zakariyā Yaḥyā bin Syaraf al-Dīn al-Dimasyqī. Riyāḍ alṢāliḥīn, Penerjemah: Hasan A. Barakuan. Semarang: Alina Press, 2001. Nawawi, Muhammad bin Umar. Syuʻab al-Īmān. Surabaya: Panggong, T.th. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Darussalam: Ghalia Indonesia, 1983. Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Yacub Al Barry, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: ARKOLA, 1994. Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Cet.I. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
78
Al-Qāḍī, Abū ʻAbd al-Raḥmān Aḥmad Ibn Syuʻaib ibn ʻAlī ibn Sinān ibn Bahr alKhurasāni. Sunan al-Nasā’ī. Al-Qurṭubi, Abū ʻAbd Allāh Muḥammad bin Aḥmad al-Anṣārī al-Malikī. Tafsir al-Qurṭubi, Penerjemah: Ahmad Rijali Kadir. Jakarta: Pustaka Azzam, 2008. Al-Qusyairī, Abū Ḥusain Muslim bin al-Ḥajjāj. Ṣaḥīḥ Muslim. Indonesia: Maktabah Dahlan, T.th. Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Syalabī, Aḥmad. Kehidupan Soisal dalam Pemikiran Islam, Penerjemah: H.A. Ahmadi, dkk. T.tp Amzah, 2001. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002. Shomita, Latifani Wardah. “Penerapan Hadis Nabi Saw tentang Etika Bertetangga (Studi Kasus Desa Ngadipurwo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah)”, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Solihin, M. dan Anwar, M. Rosyid. Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna Hidup. Bandung: Penerbit Nuansa, 2005. Spradley, James P. Metode Etnografi, Penerjemah: Misbah Zulfah Elizabeth, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997. Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Rajawali Press, 2010. Al-Ṭabarānī, Sulaimān bin Aḥmad bin Ayyūb Abū Qāsim, Musnad al-Syāmiyyīn al-Ṭabarānī. Juz 3. Beirut: Muassasah al-Risālah, 1984. Zahrah, Muḥammad Abū. Membangun Masyarakat Islami, Penerjemah: Shodiq Noor Rahmat. Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994.
WAWANCARA : Bapak Kyai Badrudin (Ulama RW 01, Desa Tenajar Lor), wawancara: Rabu, 12 Maret 2014. Bapak KH.Dimyati (Ulama RW 02, Desa Tenajar Lor), wawancara: Rabu, 12 Maret 2014. Bapak KH.Basri Hasan (Ulama RW 03, Desa Tenajar Lor), wawancara: Senin, 10 Maret 2014. Ibu Mas‟amah/37 thn (Warga RT 03/01, Desa Tenajar Lor), wawancara: Sabtu, 22 Maret 2014.
79
Bapak Abdul Muin/50 thn (Warga RT 07/01, Desa Tenajar Lor), wawancara: Selasa, 11 Maret 2014. Bapak Sulam/48 thn (Warga RT 04/02, Desa Tenajar Lor) wawancara: Jum‟at, 14 Maret 2014. Ibu Fathuroh/52 thn (Warga RT 06/02, Desa Tenajar Lor), wawancara: Selasa 11 Maret 2014. Bapak H.Jamhari/46 thn (Warga RT 01/03, Desa Tenajar Lor), wawancara: Senin, 17 Maret 2014. Bapak Akil/42 thn (Warga RT 04/03, Desa Tenajar Lor), wawancara: Selasa, 18 Maret 2014. Ibu Ulfah/44 thn (Warga RT 04/03, Desa Tenajar Lor), wawancara: Minggu, 16 Maret 2014. Ibu Kusna/50 thn (Warga RT 05/03, Desa Tenajar Lor), wawancara: Minggu, 09 Maret 2014.
HASIL WAWANCARA Nama Alamat Usia Pekerjaan Pendidikan
: Abdul Muin : Desa Tenajar Lor, RT 07/01 : 50 tahun : Tani : Alumni SD dan Ponpes. Kempek, Cirebon
Wawancara : Saya : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? Informan : Ya, kenal. Tapi ada juga yang tidak kenal, seperti tetangga depan yang dari Jakarta, meskipun seperti artis, tapi saya tidak tahu namanya. Tapi kebanyakan sih kenal semua. Saya : Dapatkah anda menceritakan kepada saya tentang hubungan anda dengan para tetangga anda? Informan : Kalau pandangan tetangga yang benci terhadap saya sih tidak tahu, tapi ada tetangga yang tidak saya sukai (benci) karena sering ngadu ayam jago, yaitu tetangga belakang rumah saya. Itu yang sulit untuk dibubarkan. Saya : Pernahkah anda mendengar/membaca/mengetahui hadis berikut?
ََان َابَ َِن َ ََمطَ ٍَر َ ََعن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ َُد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َالََِوا َِر َ ََاَحق ََ اهللَم ََ َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ َاذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلَق ٍَ انَ ََعنََ َُم ََع َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ ََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََ َاَي ََض َعُدتَوَُوإن ََ ََوإن َاحََت َِ َُعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ َق َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر َ ك َأ َ اج ََأَعَطَيََتََوَُوإنَ َ َم ِر ِ م ِ وىَنَأََت َو َوإنَأَصاب تو َم ََوعزي تَوُ َل ََ ٌصيبَة ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُسلَيََتََو َ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو ُ ََ َ َسَرََك َ َجنَ َازتَوُ َوإنَأ ُ ََُ ِ ِ ََسد َُ ف َ ََعلَيَ َِو َ ََوَت ََ َعلَي ِو َبِالبِنَ ِاء ََلَِتَشَََر َ تَُ َؤَِذَهِ َبَُِقتَا ِر َقِد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر َ يل َ ف َ ََلُمَمن َه ُ اَوَل َتَستَط ِ عليوَالريحَإِلَبِِإذنِِو َجَ ََولَ َُد ََك َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلََفَأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُتَفَاكِ َه ًةَفَاى ِدَلَو َ َوإِنَاشتَ َري،َ َ َ ِّ ََلًََِمن َ َالَا َِرََإِلََقََلِي َ ََىَحق ََ َشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََولَ ََدَهَُ ََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلَلَ َُكمَ َلَنََيَََُؤد ََ َِب . ََرَِح ََمَاهلل
Informan Saya Informan Saya Informan
: Pernah, para kyai kan banyak yang ceramah seperti itu. : Apakah anda mengerti/paham dengan hadis tersebut? : Iya, jelas sudah pahamlah. : Pernahkah anda meminjam sesuatu seperti uang, harta atau prabotan rumah tangga kepada tetangga? Jika pernah, bagaimana respon tetangga? : Sering, terutama tangga (alat panjat kayu), saya sering pinjam, dan kalau sudah selesai ya langsung dikembalikan, kadang juga diambil lagi sama yang punya. Respon tetangga ya baik, di kasih pinjam.
Saya
Informan
Saya Informan
Saya Informan Saya Informan Saya Informan Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan
: Pernahkah tetangga anda meminjam sesuatu kepada anda seperti prabotan rumah tangga, uang atau benda berharga lainnya? Jika pernah, bagaimana respon anda jika tetangga anda lupa mengembalikannya kepada anda? : Ya, kalau ada ya saya pinjamkan, kalau dia lupa ya saya ambil sendiri. Tapi kebanyakan tetangga saya kalau sudah pinjam jarang yang langsung dikembalikan, kebanyakan saya yang ambil sendiri. Kalau saya lupa dan dia lupa ya sudah, tidak pernah balik tuh barangnya. Contohnya waktu setelah pulang pengajian kebetulan hujan gede, saya pinjamkan payung ke tetangga yang bareng ngaji dengan saya, tapi sampai sekarang payungnya tidak balik-balik lagi. Ya sudah, saya beli payung lagi yang baru. : Pernahkah tetangga anda meminta tolong kepada anda? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Sering, ya saya tolongin kalau saya mampu. Kadang juga kalau saya meminta tolong kepada tetangga biasanya saya beri dia rokok, kan tidak enak kalau hanya menyuruh aja. : Apakah anda pernah mendengar tetangga anda sakit? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Pernah, ya dijenguk, sama tetangga-tetangga yang lain juga pada ikut datang menjenguk. : Apa yang anda lakukan ketika tetangga anda meninggal dunia? : Ya sama, seperti biasa, datang melayat sambil bawa beras. : Bagaimana respon anda ketika tetangga anda mendapatkan rizki? : Tetangga depan saya orang Australia, kalau dia dapat rizki ya biarkan saja, saya mah ikut syukuran saja. : Apa yang anda lakukan ketika anda mendapatkan rizki? : Ya kalau saya dapat rizki, saya punya rasa syukuran. Contohnya setelah beli motor, saya buat nasi kuning dan membagikannya kepada tetangga sebagai rasa syukur saya. : Pernahkah anda memasak makanan kemudian membaginya kepada tetangga anda? : Pernah, tapi hanya tetangga yang dekat dengan rumah saja, yang jauh mah tidak saya pikirkan. Jadi yang di sekitar rumah saja, seperti orangorang yang sudah tua, kerabat. : Bagaimana respon anda jika tetangga anda meninggikan atap rumahnya atau menancapkan kayu di dinding rumah anda? : Saya sedikit risih juga kalau ada tetangga malam-malam renovasi rumah, apa lagi dengan suara musik yang keras-keras, tapi ya saya biarkan saja, masa saya harus menegurnya. Dia memang tukang orkes dulunya ya jadi begitulah. Waktu itu memang jagat ketiga (musim kemarau panjang), ditambah musik yang brang breng brang breng begitu, kadang saya sms ke dia “ada yang lagi sakit”. Terus baru dia kecilkan suara musiknya, akhirnya dia ngerti.
Saya Informan Saya Informan
Saya Informan Saya Informan
: Jika anda membeli buah-buahan, pernahkan anda membaginya kepada tetangga anda? : Pernah, kalau anaknya tetangga yang lagi main ke rumah ya saya kasih. : Apakah anda pernah merasa terganggu dengan aktifitas tetangga anda? Jika pernah, bagaimana respon anda? : Pernah, ya seperti anak-anak muda yang main gitar, kadang saya selalu risih dengan suara itu, meskipun ada keponakan saya yang sering main gitar juga kadang saya tegur supaya tidak main di rumah saya. : Apa saja permasalahan antar tetangga yang terjadi di lingkungan rumah anda? : Ya seperti itu, mengadu ayam jago, karena tetangga saya banyak yang punya ayam jago, tapi ya mau bagaimana lagi kalau sama tetangga. : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Ya saling pengertian, kalau tetangga minta pinjam ya dipinjamkan terus dikembalikan lagi. Ya saling pengertian itulah intinya.
HASIL WAWANCARA Nama Alamat Usia Pekerjaan Pendidikan
: Mas‟amah : Desa Tenajar Lor, RT 03/01 : 37 tahun : Ibu Rumah Tangga dan Pedagang (Toko) : Alumni SD dan Ponpes. Kempek, Cirebon
Wawancara Saya Informan Saya
: : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? : Ya, kenal dekat. : Dapatkah anda menceritakan kepada saya tentang hubungan anda dengan para tetangga anda? : Hubungan dengan tetangga di sini baik kalau dari kitanya baik, tapi kalau kitanya tidak baik, mereka juga tidak baik. Jadi, tergantung kitanya gitu. Tapi di sini hubungan saya dengan tetangga bagus-bagus sih. Saya juga pernah ngobrol-ngobrol, tapi saya selalu membatasi, karena dikhawatirkan menggosip yang tidak baik/menyakiti gitu. : Pernahkah anda mendengar/membaca/mengetahui hadis berikut?
Informan
Saya
Informan Saya Informan Saya Informan
Saya
Informan
ََان َابَ َِن َ ََمطَ ٍَر َ ََعن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَا ََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َالََِوا َِر َ ََاَحق ََ اهللَم ََ َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ َاذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلَق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ ََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََ َاَي ََض َعُدتَوَُوإن ََ ََوإن َاحََت َِ َُعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ َق َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر َ ك َأ َ اج ََأَعَطَيََتََوَُوإنَ َ َم ِر ِ م ِ وىَنَأَتََو َوإنَأَصاب تو َم ََوعزي تَوُ َل ََ ٌصيبَة ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُسلَيََتََو َ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو ُ ََ َ َسَرََك َ َجنَ َازتَوُ َوإنَأ ُ ََُ ِ ِ ِ ََسد َُ َف َ ََعلَيَ َِو َ ََوت ََ َعلَي ِو َبِالبِنَاء ََلَِتَشَََر َ تَُ َؤَِذَهِ َبَُِقتَا ِر َقِد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر َ يل َ ف َ ََلُمَمن َه ُ اَوَل َتَستَط ِ عليوَالريحَإِلَبِِإذنِِو َجَ ََولَ َُد ََك َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلََفَأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُتَفَاكِ َهةًَفَاى ِدَلَو َ َوإِنَاشتَ َري،َ َ َ ِّ ََلًََِمن َ َالَا َِرََإِلََقََلِي َ ََىَحق ََ َشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََولَ ََدَهَُ ََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلَلَ َُكمَ َلَنََيَََُؤد ََ َِب . ََرَِح ََمَاهلل
: Ya, pernah. : Apakah anda mengerti/paham dengan hadis tersebut? : Ya, saya ngerti. : Pernahkah anda meminjam sesuatu seperti uang, harta atau prabotan rumah tangga kepada tetangga? Jika pernah, bagaimana respon tetangga? : Ya pernahlah, namanya juga rumah tangga, tidak semuanya komplit kan? Kalau saya butuh, ya pinjam ke tetangga, dan kalau tetangga yang butuh ya dipinjamkan, jadi saling membutuhkan. : Pernahkah tetangga anda meminjam sesuatu kepada anda seperti prabotan rumah tangga, uang atau benda berharga lainnya? Jika pernah, bagaimana respon anda jika tetangga anda lupa mengembalikannya kepada anda? : Ya saya pinjamkan, jangankan cangkul, uangpun saya kasih pinjam -itu bahasa kasarnya- kalau dia lupa ya saya tegur, meskipun kalau ditagih sehari dua hari dia kadang pura-pura tidak ada uang. Maka saya tidak
Saya
Informan
Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan Saya Informan
Saya Informan Saya
mau meminjamkannya lagi. Karena sudah ada perjanjian sebelumnya, tapi kalau dia sudah angkat tangan ya sudah, saya diam aja (di depannya), tapi di belakang mah tetap saja nggrunek (kesal). : Pernahkah anda mendengar peminjaman uang (Rp.300.000 atau Rp.400.000) yang dikembalikan dengan 1 kwintal padi di waktu panen (yarnen)? Apakah praktik seperti itu juga berlaku di lingkungan anda?, dan bagaimana hukumnya menurut anda? : Iya, di sini juga banyak yang melakukan praktik seperti itu, kalau bicara hukum ya saya kurang paham, karena hal itu sudah banyak dilakukan oleh masyarakat sini, lumrahlah bahasanya gitu. : Pernahkah tetangga anda meminta tolong kepada anda? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Ya seringlah, sama tetangga kan sering minta tolong. Pokoknya masalah tolong menolong mah selagi kitanya mampu tenaganya, masih kuat, ya kita bantuin. : Apakah anda pernah mendengar tetangga anda sakit? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Pernahlah, sering kan, seperti Pak Sayid, Ipul, dan lain-lain, kita jenguk bareng-bareng. Jangankan di rumah, di rumah sakit pun sering saya jenguk bersama-sama dengan tetangga yang lain. Tidak untuk tujuan duniawi, tapi setidaknya kita masih ingat gitu. Kalau ada tetangga yang sakit di rumah sakit, langsung disebarin ke tetangga-tetangga yang lain “ayo pada ke rumah sakit, patungannya berapaan”, itu di sini. Artinya ragem/kompak, kalau di sini mah namanya “HUM” gitu.. . : Apa yang anda lakukan ketika tetangga anda meninggal dunia? : Saya ikut melayat, karena di sini mah kalau kita di masyarakatnya bagus, maka yang datangnya banyak, kalau kitanya kurang bagus, maka yang datang ya biasa-biasa saja. Tapi kadang ada pula orang yang berpengaruh di wilayah sini bilang “jangan lihat siapa yang meninggal, tapi lihatlah saya”, begitu. Kadang kalau orang yang meninggalnya bagus, Lurah dan yang lainnya sampai rela begadang. : Bagaimana respon anda ketika tetangga anda mendapatkan rizki? : Ya biasa aja. : Apa yang anda lakukan ketika anda mendapatkan rizki? : Ya insya Allah, biasanya setiap malam jum‟at kan ada latihan tahlilan, karena bagi saya tidak hanya cukup belajar al-Qur‟an, tapi belajar tahlil juga, bacaan shalat, biar pada bisa gitu. Saya sering membagi-bagikan snack ke anak-anak yang ikut tahlilan saja. Ya memang tidak besar sih bagi makanannya, semampu saya saja. : Pernahkah anda memasak makanan kemudian membaginya kepada tetangga anda? : Ya pernah, tapi paling pada waktu lebaran aja, umumnya kan seperti itu. Kalau setiap hari mah nanti tidak umum, trus juga bosen. : Bagaimana respon anda jika tetangga anda meninggikan atap rumahnya
Informan Saya Informan Saya Informan
Saya Informan
atau menancapkan kayu di dinding rumah anda? : Tidak pernah : Jika anda membeli buah-buahan, pernahkan anda membaginya kepada tetangga anda? : Pernah, tapi saya lebih sering membaginya kepada anak-anak yang ngaji di rumah saya saja. : Apakah anda pernah merasa terganggu dengan aktifitas tetangga anda? Jika pernah, bagaimana respon anda? : Tidak juga sih, biasa saja. Paling masalah dagang saja, saya dagang ini, tetangga dagang ini, saya dagang itu, tetangga juga dagang itu. Jadi saingan gitu, saya sering bangun malam, shalat malam, minta sama Tuhan supaya dagangannya laris gitu. : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Saling menolong, pengertian.
HASIL WAWANCARA Nama Alamat Usia Pekerjaan Pendidikan
: Akil : Desa Tenajar Lor, RT 04/03 : 42 tahun : Buruh Tani : SD
Wawancara Saya Informan Saya
: : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? : Ya, dengan tetangga mah kenal semua. : Dapatkah anda menceritakan kepada saya tentang hubungan anda dengan para tetangga anda? : Hubungan saya dengan tetangga di sini sudah nafsi-nafsi (sendirisendiri), sudah berkelompok-kelompok, yang kaya berhubungan dengan yang kaya saja, yang miskin dengan yang miskin lagi. karena tetangga saya yang kaya tidak peduli dengan yang miskin-miskin seperti saya. : Pernahkah anda mendengar/membaca/mengetahui hadis berikut?
Informan
Saya
Informan Saya Informan Saya
Informan
Saya
Informan
ََان َابَ َِن َ ََمطَ ٍَر َ ََعن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َالََِوا َِر َ ََاَحق ََ اهللَم ََ َاَيَاَََر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ َاذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلَق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ ََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََض َعُدتَوَُوإن ََ ََوإن َاحََت َِ َُعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ َق َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر َ ك َأ َ اج ََأَعَطَيََتََوَُوإنَ َ َم ِر ِ م ِ وىَنَأَتََو َوإنَأَصاب تو َم ََوعزي تَوُ َل ََ ٌصيبَة ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُسلَيََتََو َ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو ُ ََ َ َسَرََك َ َجنَ َازتَوُ َوإنَأ ُ ََُ ِ ِ ِ ََسد َُ َف َ ََعلَيَ َِو َ ََوت ََ َعلَي ِو َبِالبِنَاء ََلَِتَشَََر َ تَُ َؤَِذَهِ َبَُِقتَا ِر َقِد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر َ يل َ ف َ ََلُمَمن َه ُ اَوَل َتَستَط ِ عليوَالريحَإِلَبِِإذنِِو َجَ ََولَ َُد ََك َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلََفَأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُتَفَاكِ َهةًَفَاى ِدَلَو َ َوإِنَاشتَ َري،َ َ َ ِّ ََلًََِمن َ َالَا َِرََإِلََقََلِي َ ََىَحق ََ َشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََولَ ََدَهَُ ََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلَلَ َُكمَ َلَنََيَََُؤد ََ َِب . ََرَِح ََمَاهلل
: Pernah. : Apakah anda mengerti/paham dengan hadis tersebut? : Ya, saya paham. : Pernahkah anda meminjam sesuatu seperti uang, harta atau prabotan rumah tangga kepada tetangga? Jika pernah, bagaimana respon tetangga? : Pernah, yang namanya dengan tetangga, ya sering pinjam meminjamkan, tetangga saya juga punya warung, jadi ya saya pernah hutang. : Pernahkah tetangga anda meminjam sesuatu kepada anda seperti prabotan rumah tangga, uang atau benda berharga lainnya? Jika pernah, bagaimana respon anda jika tetangga anda lupa mengembalikannya kepada anda? : Ya saling meminjamkan, seadanya saja.
Saya Informan Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan Saya Informan Saya Informan Saya Informan Saya Informan Saya Informan Saya Informan
: Pernahkah tetangga anda meminta tolong kepada anda? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Ya ditolong sebisa saya. : Apakah anda pernah mendengar tetangga anda sakit? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Tidak pernah, tapi dalam hal tersebut tetangga-tetangga di sini kurang peduli, bahkan bisa dikatakan “nol”. Contohnya anak saya yang dibawa ke rumah sakit saja tidak ada yang menjenguk sama sekali kecuali keluarga sendiri. : Apa yang anda lakukan ketika tetangga anda meninggal dunia? : Ya melayat, kalau ada yang meninggal mah rata-rata di sini kompak, tapi tidak sampai membantu banyak untuk keluarga yang meninggal. Hanya kompak melayat dan mengantarkan jenazahnya saja. : Bagaimana respon anda ketika tetangga anda mendapatkan rizki? : Ya tidak gimana-gimana, syukuran saja. : Apa yang anda lakukan ketika anda mendapatkan rizki? : Kalau ada rizki, dibagi-bagi untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk pendidikan anak saja sudah habis. : Pernahkan anda memasak makanan kemudian membaginya kepada tetangga anda? : Pernah, kalau saya punya hajatan saja. : Bagaimana respon anda jika tetangga anda meninggikan atap rumahnya atau menancapkan kayu di dinding rumah anda? : Tidak pernah : Jika anda membeli buah-buahan, pernahkan anda membaginya kepada tetangga anda? : Tidak pernah : Apakah anda pernah merasa terganggu dengan aktifitas tetangga anda? Jika pernah, bagaimana respon anda? : Tidak pernah : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Ya saling pengertian, saling menasehati dan mencontohkan, saling peduli.
HASIL WAWANCARA Nama Alamat Usia Pekerjaan Pendidikan
: Kusna : Desa Tenajar Lor, RT 05/03 : 50 tahun : Ibu Rumah Tangga : SD dan Alumni Ponpes. Majelis Tarbiyyatul Banat
Wawancara Saya Informan Saya
: : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? : Ya, kenal dekat. Tetangga di sini mah masih kerabat semua. : Dapatkah anda menceritakan kepada saya tentang hubungan anda dengan para tetangga anda? : Ya sama tetangga mah seperti ini aja, kumpul-kumpul gitu. : Pernahkah anda mendengar/membaca/mengetahui hadis berikut?
Informan Saya
Informan Saya Informan Saya Informan Saya Informan
Saya
Informan
ََان َابَ َِن َ ََمطَ ٍَر َ ََعن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َالََِوا َِر َ ََاَحق ََ اهللَم ََ َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ اذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلََق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ ََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََ َاَي ََض َعُدتَوَُوإن ََ ََوإن َاحََت َِ َُعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ َق َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر َ ك َأ َ اج ََأَعَطَيََتََوَُوإنَ َ َم ِر ِ م ِ وىَنَأََت َو َوإنَأَصاب تو َم ََوعزي تَوُ َل ََ ٌصيبَة ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُسلَيََتََو َ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو ُ ََ َ َسَرََك َ َجنَ َازتَوُ َوإنَأ ُ ََُ ِ ِ ََسد َُ ف َ ََعلَيَ َِو َ ََوَت ََ َعلَي ِو َبِالبِنَ ِاء ََلَِتَشَََر َ تَُ َؤَِذَهِ َبَُِقتَا ِر َقِد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر َ يل َ ف َ ََلُمَمن َه ُ اَوَل َتَستَط ِ عليوَالريحَإِلَبِِإذنِِو َجَ ََولَ َُد ََك َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلََفَأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُتَفَاكِ َه ًةَفَاى ِدَلَو َ َوإِنَاشتَ َري،َ َ َ ِّ ِ ََلًَ َمن َ َالَا َِرََإِلََقََلِي َ ََىَحق ََ َشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََولَ ََدَهَُ ََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلَلَ َُكمَ َلَنََيَََُؤد ََ َِب . ََرَِح ََمَاهلل
: Ya, pernah. : Apakah anda mengerti/paham dengan hadis tersebut? : Ya ngertilah, dengan tetangga kan memang harus baik dan harus dekat. : Pernahkah anda meminjam sesuatu seperti uang, harta atau prabotan rumah tangga kepada tetangga? Jika pernah, bagaimana respon tetangga? : Ya pernah. Dengan tetangga mah memang sudah pekerjaannya pinjam meminjam seperti itu, kalau tidak punya uang ya pinjam dulu ke tetangga. : Oo.. Biasanya pinjam apa saja Bu? : Ya apa yang dibutuhkan saja, seperti peralatan rumah tangga, seperti baskom, dan lain-lain. Pernah pinjam sewaktu-waktu mah, respon tetangga juga baik, dikasih pinjam. Jangankan pinjam prabotan, pinjam uang saja dikasih. : Pernahkah tetangga anda meminjam sesuatu kepada anda seperti prabotan rumah tangga, uang atau benda berharga lainnya? Jika pernah, bagaimana respon anda jika tetangga anda lupa mengembalikannya kepada anda? : Ya pernah, kadang pinjam golok dan peralatan rumah tangga yang lain. Ya kalau lupa ya ditanyakan ke tetangga. Saya juga pernah pinjam tapi lupa mengembalikan, terus tetangga yang datang ke sini untuk
Saya Informan Saya Informan
Saya Informan Saya Informan Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan
mengambilnya lagi. Kalau butuh apa-apa ya tinggal pinjam ke tetangga, namanya juga dengan tetangga. : Pernahkah tetangga anda meminta tolong kepada anda? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : ya pernah, kadang dia lagi butuh bantuan ya saya tolong, namanya juga dengan tetangga, jadi harus sama-sama. : Apakah anda pernah mendengar tetangga anda sakit? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Ya pernahlah, namanya juga dengan tetangga, jadi sudah jelas sering tahu. Ya paling saya jenguk, saya tanya sakit apa gitu. Hehe kholis mah nanyanya begitu, ya itu mah sudah jadi pekerjaan saya, sama halnya saat jenguk sedulur (kerabat) yang lagi sakit, ya dijenguk, sakit apa gitu. : Apa yang anda lakukan ketika tetangga anda meninggal dunia? : ya pada layat, di sini mah masyarakatnya masih kompak, masih bersatu gitu. Kalau di rumah sakit ya dijenguk sama-sama. : Bagaimana respon anda ketika tetangga anda mendapatkan rizki? : Ya saya ikut merasa senang kalau ada tetangga yang dapat rizki. : Apa yang anda lakukan ketika anda mendapatkan rizki? : Ya kalau ada rizki ya ikut bagi-bagi ke tetangga, namanya juga hidup ya, jadi harus sama-sama, apa lagi dengan tetangga. Buat tetangga senang, misalnya mengasih uang ya pernah sewaktu-waktu mah. Buat senang tetangga mah sudah pekerjaannya. : Pernahkan anda memasak makanan kemudian membaginya kepada tetangga anda? : Ya kalau niat saya mau syukuran mah ya saya suku ngirim-ngirim masakan ke tetangga kalau sudah niat mah. Tapi hanya sewaktu-waktu saja, seperti waktu lebaran, namanya juga orang syukuran. Tetangga saya juga sama, seperti itu. Pada momen ulang tahun ya sering ngirim nasi kuning ke saya gitu. : Bagaimana respon anda jika tetangga anda meninggikan atap rumahnya atau menancapkan kayu di dinding rumah anda? : Kalau ada tetangga yang bisa bangun rumah gedong ya ikut syukuran, saya tidak iri sama sekali. Meskipun saya mau rumah gedong juga kalau saya tidak mampu ya mau gimana lagi. Ya saya ikut syukuran saja gitu. : Jika anda membeli buah-buahan, pernahkan anda membaginya kepada tetangga anda? : Tidak Pernah, kalau beli buah-buahan juga hanya sedikit. Jadi, disediakan buat tamu saja di meja. Tapi kalau lagi punya banyak rizki mah ya saya juga rasa keinginan untuk bagi-bagi ke tetangga. Ngasih buah-buahan itu kalau bukan dari membeli (panen dari kebun sendiri), ya dikasih, tapi kalau buah yang dapat beli mah tidak mau, soalnya buahnya sedikit. : Apakah anda pernah merasa terganggu dengan aktifitas tetangga anda? Jika pernah, bagaimana respon anda? : Tidak pernah, ya meskipun di depan rumah saya banyak anak-anak punk
Saya Informan
(berandalan) yang kumpul-kumpul/ribut di rumah tetangga, tapi ya saya biarkan saja. Saya tidak ambil pusing, jangan sampe menegur, nanti bisa jadi musuhan. : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Ya menurut saya mah kalau tidak saling bermusuhan juga sudah bagus, sama- sama, saling menikmati hidup. Hidup sama-sama dengan tetangga, bersatu itu sudah nikmat.
HASIL WAWANCARA Nama Alamat Usia Pekerjaan Pendidikan
: Ulfah : Desa Tenajar Lor, RT 04/03 : 44 tahun : Ibu Rumah Tangga : SD
Wawancara Saya Informan Saya
: : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? : Ya, kenal dekatlah. : Dapatkah anda menceritakan kepada saya tentang hubungan anda dengan para tetangga anda? : Para tetangga sering main ke sini (rumah saya). Tapi memang saya jarang main ke rumah tetangga, rasanya malu saja gitu. Karena saya merasa orang yang terpencil di lingkungan sini. Bahkan ada tetangga saya yang bilang “Ibu Ulfah, kok betah ya di dalam rumah terus? Ayo sih keluar, main di depan”. Terus saya jawab “iya nanti, saya masih capek baru selesai beres-beres di rumah”. Gitu. : Pernahkah anda mendengar/membaca/mengetahui hadis berikut?
Informan
Saya
Informan Saya Informan Saya Informan Saya
Informan
Saya
ََان َابَ َِن َ ََمطَ ٍَر َ ََعن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َالََِوا َِر َ ََاَحق ََ اهللَم ََ َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ َاذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلَق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ ََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََ َاَي ََض َعُدتَوَُوإن ََ ََوإن َاحََت َِ َُعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ َق َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر َ ك َأ َ اج ََأَعَطَيََتََوَُوإنَ َ َم ِر ِ م ِ وىَنَأَتََو َوإنَأَصاب تو َم ََوعزي تَوُ َل ََ ٌصيبَة ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُسلَيََتََو َ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو ُ ََ َ َسَرََك َ َجنَ َازتَوُ َوإنَأ ُ ََُ ِ ِ ِ ِ ِ ََسد َُ َف َ ََعلَيَ َِو َ ََوت ََ َعلَي ِو َبِالبِنَاء ََلَتَشَََر َ تَُ َؤَِذَهِ َبَُِقتَا ِر َقد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر َ يل َ ف َ ََلُمَمن َه ُ اَوَل َتَستَط ِ عليوَالريحَإِلَبِِإذنِِو َجَ ََولَ َُد ََك َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلََفَأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُتَفَاكِ َهةًَفَاى ِدَلَو َ َوإِنَاشتَ َري،َ َ َ ِّ ََلًََِمن َ َالَا َِرََإِلََقََلِي َ ََىَحق ََ َشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََولَ ََدَهَُ ََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلَلَ َُكمَ َلَنََيَََُؤد ََ َِب . ََرَِح ََمَاهلل
: Iya, pernah. : Apakah anda mengerti/paham dengan hadis tersebut? : Iya, mengerti. : Pernahkah anda meminjam sesuatu seperti uang, harta atau prabotan rumah tangga kepada tetangga? Jika pernah, bagaimana respon tetangga? : Ya pernah, kalau ada ya dipinjamkan. : Pernahkah tetangga anda meminjam sesuatu kepada anda seperti prabotan rumah tangga, uang atau benda berharga lainnya? Jika pernah, bagaimana respon anda jika tetangga anda lupa mengembalikannya kepada anda? : Ya pernah, biasanya tetangga pada pinjam perkakas (alat-alat) bengkel, soalnya di sini banyak perkakas-perkakas bengkel, kadang sampai pada hilang. Padahal di sini tempatnya perkakas seperti golok, perkul, dll. : Pernahkah tetangga anda meminta tolong kepada anda? Jika pernah, apa
Informan Saya Informan Saya Informan Saya Informan
Saya Informan Saya Informan
Saya Informan Saya Informan Saya Informan
Saya Informan
yang anda lakukan? : pernah, seperti Ibu Khaer, ya ditolong. : Apakah anda pernah mendengar tetangga anda sakit? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Ya pernah, ya meskipun bawa apa atau apa ya tetap dijenguk. : Apa yang anda lakukan ketika tetangga anda meninggal dunia? : Ya datang ke rumahnya, seperti Bapak Juned yang meninggal, ya datang ke sana, diminta bantu-bantu gitu. : Bagaimana respon anda ketika tetangga anda mendapatkan rizki? : Ya biasa-biasa aja, tidak merasa panas atau apa, karena mungkin saya sudah dikasih segini sama Tuhan, usaha sih sudah usaha, tinggal nerima saja apa yang ada. Sampai suami saya bilang “Tetangga saya masak nasi, ya saya masak nasi, tetangga masak tempe ya saya juga masak tempe, itu sudah alkhamdulillah”. : Apa yang anda lakukan ketika anda mendapatkan rizki? : Ya rizki juga kalau sedikit mah ya buat kehidupan sehari-hari aja sudah habis. : Pernahkan anda memasak makanan kemudian membaginya kepada tetangga anda? : Tidak pernah, saya masak-masak terus membaginya ke tetangga itu saya belum pernah dilakukan. Karena saat ini belum bisa, tapi kadang juga ada pikirnya kesitu, namanya juga manusia ada pikirnya. : Bagaimana respon anda jika tetangga anda meninggikan atap rumahnya atau menancapkan kayu di dinding rumah anda? : Biasa saja, saya mah orangnya tidak panasan (iri) sama hal-hal yang duniawi seperti itu. : Jika anda membeli buah-buahan, pernahkan anda membaginya kepada tetangga anda? : Tidak pernah. Kalau beli juga hanya sedikit, tidak cukup untuk tetangga. : Apakah anda pernah merasa terganggu dengan aktifitas tetangga anda? Jika pernah, bagaimana respon anda? : Ya namanya juga manusia, ya kadang ada juga yang mengganggu, tapi tidak sampai mengungkap segala-galanya, kalau ada yang ngomong ya biasa saja, biarin. Karena saya pikir, benar ya dinilai sama orang lain, bukan dinilai oleh diri sendiri. : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Ya bisa saling pengertian saja.
HASIL WAWANCARA Nama Alamat Usia Pekerjaan Pendidikan
: H. Jamhari : Desa Tenajar Lor, RT 01/03 : 46 tahun : Tani : Alumni Babakan Ciwaringin
Wawancara Saya Informan Saya
: : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? : Iya, kenal. : Dapatkah anda menceritakan kepada saya tentang hubungan anda dengan para tetangga anda? : Hubungan saya dengan tetangga di sini baik, namun ada satu tetangga yang kadang sering ribut, khususnya masalah tentang air limbah di depan rumah saya. Kadang yang diunggulkan adalah ego “saya ini orang pintar”, kita memang merasa sulit sekali untuk melepaskan yang namanya ego, bahwa “saya ini lebih pintar”. Kalau santri ya ributnya sama santri lagi, kalau kyai ya ributnya sama kyai lagi, kalau orang bodoh ya ributnya sama orang bodoh lagi, begitu. “Hukumnya ini tuh „anu‟, hukumnya ini tuh „anu‟, yang sulit itu ya melakukan „anu‟nya, iya tidak? Ya memang tidak aneh, hidup bertetangga memang ada yang seperti ini. Ada santri, ada kyai, ada orang bodoh yang ribut masalah jalan, pembuangan air limbah, batas tanah, meskipun ada yang bilang „santri ya bagaimana santrinya, kyai ya bagaimana kyainya‟. : Pernahkah anda mendengar/membaca/mengetahui hadis berikut?
Informan
Saya
Informan Saya Informan Saya Informan Saya
ََان َابَ َِن َ ََمطَ ٍَر َ ََعن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َالََِوا َِر َ ََاَحق ََ اهللَم ََ َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ َاذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلَق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ ََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََ َاَي ََض َعُدتَوَُوإن ََ ََوإن َاحََت َِ َُعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ َق َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر َ ك َأ َ اج ََأَعَ َطيََتََوَُوإنَ َ َم ِر ِ م ِ وىَنَأََت َو َوإنَأَصاب تو َم َوعزي تَوُ َ َل ََ ٌصيبَة ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُسلَيََتََو َ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو ُ ََ َ َسَرََك َ َجنَ َازتَوُ َوإنَأ ُ ََُ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ََسد َُ ف َ ََعَليَ َو َ ََوَت ََ َعلَيو َبِالبِنَاء ََلَتَشَََر َ تَُ َؤَِذَه َبَُِقتَا ِر َقد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر َ يل َ ف َ ََلُمَمن َه ُ اَوَل َتَستَط ِ عليوَالريحَإِلَبِِإذنِِو َجَ ََوَل َُد ََك َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلَََفأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُتَفَاكِ َه ًةَفَاى ِدَلَو َ َوإِنَاشتَ َري،َ َ َ ِّ ََلًََِمن َ َالَا َِرََإِلَََقَلِي َ ََىَحق ََ َشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََوَل ََدَهَُ ََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلََل َُكمَ ََلنََيَََُؤد ََ َِب . ََرَِح ََمَاهلل
: Iya, pernah. : Apakah anda mengerti/paham dengan hadis tersebut? : Iya, paham. : Pernahkah anda meminjam sesuatu seperti uang, harta atau prabotan rumah tangga kepada tetangga? Jika pernah, bagaimana respon tetangga? : Pernah, respon tetangga kalau ada prabotannya ya dikasih pinjam. : Pernahkah tetangga anda meminjam sesuatu kepada anda seperti prabotan
Informan
Saya
Informan
Saya Informan
Saya Informan Saya Informan
Saya Informan
rumah tangga, uang atau benda berharga lainnya? Jika pernah, bagaimana respon anda jika tetangga anda lupa mengembalikannya kepada anda? : Ya sering, contohnya seperti pinjam uang. Kadang kalau saya tagih dia selalu bilang tidak ada uang. Saya tidak percaya, karena dia memang niatnya kurang untuk membayar hutang. Tidak ada uang tapi dia punya rumah sendiri, punya banyak barang-barang bagus seperti motor, tv-nya bagus, makannya selalu dengan daging ayam, berarti dia jelas berbohong. Kadang malah kalau saya tagih, dia malah marah-marah kepada saya “Maasya Allah, segini saya sedang susahnya, ente kan sudah subur..!!”, ada juga kalau ditagih yang bilang “Yahh, ente mah sudah ada! segini saya susahnya juga masih saja lumayanan ente mah..!!”. Karena memang haknya saja yang dituntut, namun banyak yang melalaikan kewajibannya. Kalau dipersentasikan, orang-orang yang membayar hutang dengan baik itu sekitar 70% dan yang kurang baik itu sekitar 30%. : Pernahkah anda mendengar peminjaman uang (Rp.400.000) yang dikembalikan dengan 1 kwintal padi? Apakah praktik seperti itu juga berlaku di lingkungan anda?, dan bagaimana hukumnya menurut anda? : Iya pernah, kadang memang orang yang menghutangi itu menginginkan “lebihan”, sedangkan orang yang dihutangi pun tidak sadar bahwa ada kewajiban untuk membayar hutang. Jika ada syarat atau pesan untuk membayarnya dengan padi, saya tidak tahu itu termasuk ke dalam akad apa, namun hal itu dibilang benar dari Imam Syafi‟i, tapi benar kata sendiri. Yang melakukan itu pun adalah seorang “Nyai” kepada orang kecil. Kalau tujuannya untuk mencari untung, mereka ya menggunakan hukum masing-masing, hal itu sudah umum. Kalau pertanyaanya boleh apa tidak ya jawabannya ada yang boleh dan ada juga yang melarangnya. : Pernahkah tetangga anda meminta tolong kepada anda? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Pernah, kalau ada tetangga yang minta tolong kan wajib ditolong. Jangankan manusia, anjing pun kalau membutuhkan pertolongan wajib kita tolong. : Apakah anda pernah mendengar tetangga anda sakit? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Pernah, kalau lagi tidak sibuk ya dijenguk. : Apa yang anda lakukan ketika tetangga anda meninggal dunia? : Ya Secara keseluruhan, masyarakat Desa Tenajar Lor kompak dalam persoalan mengiring jenazah tetangga yang meninggal dunia, bahkan para tetangganya biasa melakukan tahlil di hari ketiga, ketujuh, keempat puluh, dan keseratus setelah seseorang meninggal dunia. Bahkan sering juga disertai dengan pengajian al-Qur‟an satu khataman jika ahli waris meminta hal tersebut. : Bagaimana respon anda ketika tetangga anda mendapatkan rizki? : Ya alhamdulillah, setiap orang punya rizkinya masing-masing, tidak perlu iri atau yang lainnya.
Saya Informan Saya Informan Saya Informan Saya Informan Saya Informan
Saya Informan
: Apa yang anda lakukan ketika anda mendapatkan rizki? : Ya syukuran saja. : Pernahkan anda memasak makanan kemudian membaginya kepada tetangga anda? : Ya pernah, tapi kadang-kadang saja kalau ada hajatan, pas mau lebaran. : Bagaimana respon anda jika tetangga anda meninggikan atap rumahnya atau menancapkan kayu di dinding rumah anda? : Tidak pernah, tinggi rumah di sini sama semua. : Jika anda membeli buah-buahan, pernahkan anda membaginya kepada tetangga anda? : Pernah, ya kalau buahnya banyak ya dibagi, kalau sedikit ya tidak. : Apakah anda pernah merasa terganggu dengan aktifitas tetangga anda? Jika pernah, bagaimana respon anda? : Ya sering, musala milik tetangga saya kalau adzan suaranya terlalu keras. Itu membuat kepala saya jadi pusing, apa lagi kondisinya lagi panaspanasnya. Pernah saya tegur “suaranya jangan keras-keras, kasihan tetangga yang lain”, tapi tidak digubris. : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Tetangga yang ideal ya bisa saling mengerti, saling menolong, sadar akan hak dan kewajiban sebagai tetangga.
HASIL WAWANCARA Nama Alamat Usia Pekerjaan Pendidikan
: Sulam : Desa Tenajar Lor, RT 04/02 : 48 tahun : PNS : S2
Wawancara : Saya : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? Informan : Ya kenal semua, jangankan tetangga yang dekat, tetangga yang jauh pun kenal. Saya : Dapatkah anda menceritakan kepada saya tentang hubungan anda dengan para tetangga anda? Informan : Hubungan saya dengan tetangga ya baik-baik saja, kalau ada waktu senggang ya saya silaturahim ke tetangga, kalau tidak ada waktu senggangnya ya tidak silaturahim, kalau waktu saya lagi senggang ya biasa, sosialisasi ke tetangga. Saya : Pernahkah anda mendengar keributan bertetangga di lingkungan ini? Informan : Kalau dulu sih pernah ada, tapi tidak sampai timbul percekcokan yang besar. Sekarang mah sudah tidak ada. Saya : Pernahkah anda mendengar/membaca/mengetahui hadis berikut?
Informan Saya Informan Saya Informan
Saya
ََان َابَ َِن َ ََمطَ ٍَر َ ََعن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َالََِوا َِر َ ََاَحق ََ اهللَم ََ َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ َاذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلَق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ ََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََ َاَي ََض َعُدتَوَُوإن ََ ََوإن َاحََت َِ َُعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ َق َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر َ ك َأ َ اج ََأَعَطَيََتََوَُوإنَ َ َم ِر ِ م ِ وىَنَأَتََو َوإنَأَصاب تو َم ََوعزي تَوُ َل ََ ٌصيبَة ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُسلَيََتََو َ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو ُ ََ َ َسَرََك َ َجنَ َازتَوُ َوإنَأ ُ ََُ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ََسد َُ َف َ ََعلَيَ َِو َ ََوت ََ َعلَي ِو َبِالبِنَاء ََلَتَشَََر َ تَُ َؤَِذَه َبَُِقتَا ِر َقد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر َ يل َ ف َ ََلُمَمن َه ُ اَوَل َتَستَط ِ عليوَالريحَإِلَبِِإذنِِو َجَ ََولَ َُد ََك َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلََفَأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُتَفَاكِ َهةًَفَاى ِدَلَو َ َوإِنَاشتَ َري،َ َ َ ِّ ََلًََِمن َ َالَا َِرََإِلََقََلِي َ ََىَحق ََ َشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََولَ ََدَهَُ ََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلَلَ َُكمَ َلَنََيَََُؤد ََ َِب . ََرَِح ََمَاهلل
: Pernah. : Apakah anda mengerti/paham dengan hadis tersebut? : Ya ngertilah. : Pernahkah anda meminjam sesuatu seperti uang, harta atau prabotan rumah tangga kepada tetangga? Jika pernah, bagaimana respon tetangga? : Ya kalau pinjam prabotan mah sewaktu-waktu aja, seperti cangkul, sewaktu lagi membutuhkan ya pinjam ke tetangga, ya pernahlah. Respon tetangga ya tentu dikasihlah, saya yang pinjam kok, nanti juga dikembalikan. : Pernahkah tetangga anda meminjam sesuatu kepada anda seperti prabotan
Informan
Saya Informan Saya Informan
Saya Informan Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan
rumah tangga, uang atau benda berharga lainnya? Jika pernah, bagaimana respon anda jika tetangga anda lupa mengembalikannya kepada anda? : Kalau saya ceritakan ya khawatir jadinya riya, tapi mudah-mudahan tidak karena lagi wawancara. Sebenarnya saya ini tempatnya orang meminjam. Biasanya ada yang pinjam uang, sepeda, dan barang-barang dapur, ya memang kebetulan di sininya ada. Kalau lupa, ya paling diingatkan saja. Seperti tangga kayu ya tadi baru saja dikembalikan ke saya, tadinya saya nyari, terus saya tanya “tangga kayu saya dimana ya?” ya terus dikembalikan ke sini lagi. Kalau tetangga pinjam ya silahkan-silahkan saja, dan kalau saya lagi tidak butuh mah biarkan saja, tapi kalau saya lagi butuh ya baru dicari. : Pernahkah tetangga anda meminta tolong kepada anda? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Ya pernah, selagi saya ada mah ya ditolong. Kalau tidak percaya ya silahkan tanyakan saja ke tetangga saya. : Apakah anda pernah mendengar tetangga anda sakit? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Ya seringlah, seringnya itu ketika terdengar ada tetangga yang sedang sakit, stroke misalnya, saya berserta tetangga-tetangga yang lain menjenguknya, karena tetangga-tetangga di sini bisa dikatakan masih ada hubungan keluarga. Seperti di depan ada rumah kuwu desa, ya masih sedulur (saudara) dari kakek, kemudian istrinya juga masih sedulur dari nenek, kemudian ke utaranya lagi wa anas, anaknya uwa. Nenek dengan ibunya wa anas itu kakak beradik, ya tahu semua kalau yang ditanya hanya tetangga lingkungan ini mah. : Apa yang anda lakukan ketika tetangga anda meninggal dunia? : Ya kalau kebetulan meninggalnya malam ya begadang, terus ya gotong royong bantuin. : Bagaimana respon anda ketika tetangga anda mendapatkan rizki? : Ya syukur alhamdulillah, berarti sedang dikasih rizki oleh Allah Swt, begitu saja. Jangan sampai dipikirkan, kalau dipikirkan nanti malah hatinya sakit, tercapainya tidak. Ya syukuran saja. Kalau tetangga dapat rizki ya saya ikut leganya saja. : Apa yang anda lakukan ketika anda mendapatkan rizki? : Ya syukuran, terus ya sebagian disedekahkan. Nah, di bagian ini saya agak kurang cocok, karena khawatir dikira pamer. Aslinya ini janji saya supaya tidak diberitahukan, tapi ya karena ditanya ya janji sendiri dilanggar sediri. : Pernahkan anda memasak makanan kemudian membaginya kepada tetangga anda? : Pernah, ya kalau masak-masak ya kirim-kirim ke tetangga. Aslinya saya dengan istri saya, ketika istri saya sedang sehat, rizkinya ada, ya apapun masakannya , seperti kangkung atau mie ya sering dibagi-bagi ke anak-
Saya Informan Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan
anak tetangga, makan bersama-sama. Seringnya itu dalam hitungan tahunan, dalam satu tahun ya lebih dari satu kali. : Bagaimana respon anda jika tetangga anda meninggikan atap rumahnya atau menancapkan kayu di dinding rumah anda? : Tidak ada. : Jika anda membeli buah-buahan, pernahkan anda membaginya kepada tetangga anda? : Pernah, ya kalau ada anak-anak tetangga datang ke rumah saya ya dikasih. Tapi kalau anak saya yang datang ke rumah tetangga terus dikasih buah ya saya tidak tahu. Yang pasti kalau ada anak tetangga yang datang ke rumah saya ya pasti saya kasih. : Apakah anda pernah merasa terganggu dengan aktifitas tetangga anda? Jika pernah, bagaimana respon anda? : Tidak, di sini mah nyaman-nyaman saja. Kalaupun ada yang demikian ya inilah yang namanya kehidupan. Kalau tidak mau terganggu dengan suara musik atau pun yang lainnya, ya hidup di hutan saja. Di hutan saja ada suara hewan/makhluk yang menjerit-jerit. Ya makanya menyadari sendiri saja. : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Ya bisa saling pengertian, terus ya kalau ada yang sakit ya dijenguk, kalau ada tetangga yang sedang membutuhkan, ya dikasih kalau lagi ada. Jadi tetangga yang ideal ya tetangga yang saling pengertian dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Jika ada tetangga yang sedang tidak punya, kalau tidak dikasih ya dipinjamkan, kalau sedang sakit ya dikunjungi, dihibur, kalau meninggal ya royong-royong (samasama) sampai di kuburan. Itulah salah satu bantuk tetangga yang ideal, antara yang satu dengan yang lainnya itu saling membutuhkan.
HASIL WAWANCARA Nama Alamat Usia Pekerjaan Pendidikan
: Fathuroh : Desa Tenajar Lor, RT 06/02 : 52 tahun : Ibu Rumah Tangga : Alumni MI dan Ponpes. Kempek, Cirebon.
Wawancara Saya Informan Saya
: : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? : Iya, kenal dekat semua. : Dapatkah anda menceritakan kepada saya tentang hubungan anda dengan para tetangga anda? : Hubungan saya dengan tetangga di sini enak, adem, ragem (kompak), tidak pernah ribut, apalagi ribut gara-gara dunia (materi), ya pokoknya adem ayemlah. : Pernahkah anda mendengar/membaca/mengetahui hadis berikut?
Informan
Saya
Informan Saya Informan Saya Informan
Saya
Informan Saya Informan
ََان َابَ َِن َ ََمطَ ٍَر َ ََعن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َالََِوا َِر َ ََاَحق ََ اهللَم ََ َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ َاذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلَق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ ََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََ َاَي ََض َعُدتَوَُوإن ََ ََوإن َاحََت َِ َُعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ َق َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر َ ك َأ َ اج ََأَعَطَيََتََوَُوإنَ َ َم ِر ِ م ِ وىَنَأََت َو َوإنَأَصاب تو َم ََوعزي تَوُ َل ََ ٌصيبَة ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُسلَيََتََو َ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو ُ ََ َ َسَرََك َ َجنَ َازتَوُ َوإنَأ ُ ََُ ِ ِ ََسد َُ ف َ ََعلَيَ َِو َ ََوَت ََ َعلَي ِو َبِالبِنَ ِاء ََلَِتَشَََر َ تَُ َؤَِذَهِ َبَُِقتَا ِر َقِد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر َ يل َ ف َ ََلُمَمن َه ُ اَوَل َتَستَط ِ عليوَالريحَإِلَبِِإذنِِو َجَ ََولَ َُد ََك َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلََفَأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُتَفَاكِ َه ًةَفَاى ِدَلَو َ َوإِنَاشتَ َري،َ َ َ ِّ ََلًََِمن َ َالَا َِرََإِلََقََلِي َ ََىَحق ََ َشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََولَ ََدَهَُ ََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلَلَ َُكمَ َلَنََيَََُؤد ََ َِب . ََرَِح ََمَاهلل
: Iya, sudah pernah hadis seperti itu mah. : Apakah anda mengerti/paham dengan hadis tersebut? : Iya, paham. : Pernahkah anda meminjam sesuatu seperti uang, harta atau prabotan rumah tangga kepada tetangga? Jika pernah, bagaimana respon tetangga? : Ya pernah ya, sudah pekerjaannya saling meminjamkan. Seperti meminjam perkakas, cangkul, tangga, ya pinjam apa saja sebutuhnya. Kalau lagi butuh uang ya dikasih pinjam. : Pernahkah tetangga anda meminjam sesuatu kepada anda seperti prabotan rumah tangga, uang atau benda berharga lainnya? Jika pernah, bagaimana respon anda jika tetangga anda lupa mengembalikannya kepada anda? : Ya sama, kalau tetangga lagi butuh ya saling meminjamkan, di sini mah kalau minjamnya sudah selesai ya langsung dikembalikan. : Pernahkah tetangga anda meminta tolong kepada anda? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Pernah, ya ditolong, sama-sama. Kalau saya lagi butuh ya ditolong sama
Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan
Saya Informan Saya Informan
Saya Informan Saya Informan
Saya
tetangga, kalau ada tetangga yang butuh, ya saya tolong, jadi sama-sama menolong. Alhamdulillah, di RT sini mah adem ayem, antar tetangga tidak pernah ribut, malahan kompak, dan saling menolong, apa lagi ketika ada acara muludan, rajaban, para tetangga banyak yang turut andil dalam urusan konsumsi untuk acara tersebut, dan di musala RT sini juga lumayan banyak jama‟ahnya, bahkan sampai 200 orang. : Apakah anda pernah mendengar tetangga anda sakit? Jika pernah, apa yang anda lakukan? : Ya menjenguk, kalau terdengar ada yang terkena musibah, seperti jatuh dari motor atau apa, ya pada menjenguk. Kalau tetangganya dirawat di rumah sakit ya rombongan naik mobil, menjenguk sama-sama. : Apa yang anda lakukan ketika tetangga anda meninggal dunia? : Ya kalau yang meninggal dunianya dekat mah ragem (kompak) ya, pada datang melayat, seperti sedulur (kerabat), tetangga dekat, tapi kalau tetangganya yang jauh mah ya tidak. Yang dekat-dekat saja, kalau jauh mah ya kejauhan sih. : Bagaimana respon anda ketika tetangga anda mendapatkan rizki? : Tetangga saya kebanyakan tidak pernah membangga-banggakan dunia (harta), kalau ada tetangga yang kaya atau mendapatkan rizki ya saya ikut merasa senang, ikut syukuran, dalam hati saya berkata “Ya mungkin saja kalau saya mau pinjam uang (hutang) ya gampang ada tetangga saya”, begitu. Yang berpakaian jelek ya tidak ada yang mengolok-olok asalkan tidak sobek, berpakaian rapi juga diam saja seperti biasa. : Apa yang anda lakukan ketika anda mendapatkan rizki? : Ya syukuran, kalau lagi ada sedulur atau tetangga yang datang ke rumah ya biasanya dibagi-bagi ke anaknya. : Pernahkan anda memasak makanan kemudian membaginya kepada tetangga anda? : Ya pernah, kalau masak-masakan terus membaginya ke tetangga sih biasanya pada waktu-waktu tertentu saja, misalnya di bulan sura (suraan) pada bikin bubur sura, tapi sekarang ganti menjadi nasi kuning, terus di bulan mulud (muludan), pada waktu syukuran, hajatan, tapi kalau masak untuk sehari-hari terus dibagi ketetangga mah tidak pernah. : Bagaimana respon anda jika tetangga anda meninggikan atap rumahnya atau menancapkan kayu di dinding rumah anda? : Ya biasa saja. Kalau ada tetangga yang rumahnya gedong ya ikut syukuran saja. : Jika anda membeli buah-buahan, pernahkan anda membaginya kepada tetangga anda? : Tidak pernah. Saya tidak pernah membeli buah-buahan. Tapi tetangga di sini mah, kalaupun ada yang membeli buah-buahan biasanya tetanggatetangga yang lain ya ikut beli semua. : Apakah anda pernah merasa terganggu dengan aktifitas tetangga anda? Jika pernah, bagaimana respon anda?
Informan Saya Informan
: Saya mah tidak pernah memikirkan hal itu, kalau ada suara berisik dari tetangga ya tidak saya pikirkan, biasa saja. : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Ya kira-kira ragem (kompak), bisa saling pengertian, tidak saling membangga-banggkan harta, ya seperti itulah.
HASIL WAWANCARA (TOKOH ULAMA DESA) Nama Alamat Pendidikan
: KH. Basri Hasan : Desa Tenajar Lor, RT 04/03 : Alumni Ponpes. Kempek, Cirebon dan Ponpes. AlAnwariyah Sarang Rembang
Wawancara Saya : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? Informan : Iya, kenal semua. Saya : Bagaimana hubungan para tetangga di sekitar rumah anda? Apakah pernah terjadi keributan? Informan : Keributan antar tetangga mah ya banyak. Karena dalam pelakasanaan dalam bertetangganya banyak yang tidak mengerti. Saya : kira-kira apa saja permasalahan yang terjadi di sini ?, dan apa saja faktor-faktor penyebabnya? Informan : Ya seperti masalah hak hutang piutang dan hak manfaat fasilitas umum, seperti masalah jalan umum di depan rumah. Kalau diajak patungan mah banyak yang tidak mau, sepeserpun sama sekali tidak ada yang dikeluarkan, tapi tenaga mah siap. Saya carikan bantuan dimana-mana, uangnya untuk memperbaiki jalan itu. Dia (tetangga) mah kalau pakai jalan itu sewenangwenang, tapi giliran saya memakai jalan itu untuk dilewati traktor, banyak yang menahan karena nanti bisa rusak. yang menahan di antaranya seperti bapak Akil, Imron, dan Iwan, “Jangan lewat sini traktornya, nanti jalannya rusak”. Tapi selain traktor, saya tidak butuh tidak apa. Banyak yang lain seperti gerobak-gerobak yang lewat jalan itu mah dibolehkan. Kalau saya mah rusak ya diperbaiki lagi, adanya jalan sih buat apa kalau bukan untuk dilewati? Yang ngotot mah seperti keluarganya bapak Akil, terus terang saja saya mah. Sebenarnya sejak dulu tanah jalan itu milik kakek buyut, tapi sekarangsekarang sudah dibebaskan, jadi banyak yang bagi-bagi, ada yang semeteran. Kejadian ini banyak yang terjadi. Seperti halnya di jalan depan rumahnya ibu Napisa, di depannya itu ada tanahnya Ust.Shodiq. Terus ada Bapak Sayid (jamaahnya KH.Basri) yang bilang “Jalan ini kurang lebar, bapak shodiq.. jadi ditambahi beberapa senti agar pantas.” Ust.Shodiq malah bilangnya jalannya justru malah melebar ke tanahnya. Jadi seperti itu. Kalau sangkut tentang hutang piutang antar tetangga, seperti ada tetangga yang mondar-mandir tidak punya uang masa tidak ditolong? Ya ditolong, sama-sama. Namun kadang kalau dikasih pinjam uang juga malah dikembalikannya dengan seenaknya sendiri sampai bertahun-tahun. Pernah kejadian ada
Saya
Informan
yang ingin meminjam untuk membeli beras besok tapi tidak dikasih, dalam hati saya menangis. Terus saya tegur “kalau tidak dikasih pinjam, maka besok tidak ada uang untuk belanja”. Jangan ampai numpuk, kalau ada tetangga pinjam ya harus tetap dikasih. Tapi setelah dikasih, kebanyakan mereka berpikir “H.Basri mah sudah ada (banyak hartanya), H.Sol (istri H.Basri) mah sudah ada”, begitu pemikirannya. Tapi ya saya menyadari, karena hal itu sudah diatur oleh Allah. Baik buruk semuanya minallah (dari Allah), namun secara adab mah kalau buruk ya dari diri sendiri, dan kalau baik ya dari Allah. Tapi hakikatnya tetap minallah semua. Saya sendiri kalau pinjam uang ya janji untuk dikembalikannya ya harus ditepati dulu. Misalnya janji 10 hari akan dikembalikan, meskipun belum ada uangnya ya hutang lagi dulu ke orang lain untuk membayar hutang yang pertama tadi, dan seterusnya seperti itu kalau memang tidak ada uang sama sekali. : Bagaimana pemahaman anda terhadap hadis berikut?
َان َابَ َِن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ َاذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلَق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ َََمطٍََرَ ََعنَََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََ َاَي َاج ََ ََوإن َاحََت َِ ُك َأ ََعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ َالََِوا َِر َق َ َ َاَحق ََ اهللَم ََ َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر ِ َأَعَطَيََت َوَوإنََم ِرض َعدتوَوإنََم َُوىَنَأَتََو ََ ََسَرََك ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُ ُ َ َ ُ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو َ َجنَ َازتَوَُوإنَأ ِ ِ ِِ ِ ف َ ََل ِ وإنَأَصاب تو َم َمَمن َها ََ ٌصيبَة َ َ َُسلَيََتََو ُ َ وعزي تَوُ َ َل َتَُ َؤَذَه َبَِقتَا ِر َقد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر ََُُ ِ ِ عليوَالريحَإِلَبِِإذنِِو َت ََسد َُ فَ ََعَليَ َِوَ ََوَت ََ َعلَي ِوَبِالبِنَ ِاء ََلَِتَشَََر َ يل َ َوإِنَاشتَ َري،َ َ َ ِّ ُ َوَلَتَستَط َُشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََولَ ََدَه ََ ِجَ ََولَ َُد ََكََب َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلَََفأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُفَاكِ َهةًَفَاى ِدَلَو لًََِمنََََرَِح ََمَاهلل َ َالَا َِرََإِلَََقَلِي َ ََىَحق ََ َََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلَلَ َُكمََلَنََيَََُؤد
: ya apabila ada tetangga yang meminta pinjaman ya dipinjamkan , bila ada tetangga yang meminta tolong ya ditolong, bila ada tetangga yang membutuhkan sesuatu ya diberikan, bila ada tetangga yang sakit ya dijenguk sama-sama, bila ada tetangga yang meninggal dunia ya ikut melayat, disalati dan diiring jenazahnya, bila ada tetangga yang mendapatkan kebaikan, ya ikut gembira, bila ada tetangga yang ditimpa musibah ya dihibur dan ikut berbelasungkawa kepadanya, dan jangan menyakitinya dengan bau sedap atau asap masakan yang berada dalam periukmu kecuali engkau mengambil sebagiannya dan memberikan kepadanya, jangan engkau meninggikan bangunan rumahmu agar engkau terlihat megah dalam pandangannya dan menghalangi udara yang masuk ke dalam rumahnya kecuali
Saya Informan
dengan izinnya. Jika engkau membeli buah-buahan maka hadiahkan sebagian kepada mereka, jika tidak maka bawalah buah itu ke dalam rumahmu secara diam-diam dan jangan biarkan anakmu membawa buah yang kau beli keluar rumah, sebab hal itu akan membuat anak mereka marah. : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Ya saling pengertian, antara laki-laki dan perempuan, dengan para tetangga, kalau ada yang meminta bantuan ya dibantu, kalau ada yang butuh ya dikasih, kalau yang dibutuhkannya itu pemikiran ya dibantu dengan pemikiran, kalau hak berumah tangga ya seperti itu, saling pengertian. Antara kenyataan dan pelaksanaan dengan tetangga sekarang kan hanya sabar saja. Seperti halnya hutang piutang tadi, kalau tidak bayar-bayar ya sudah sabar saja walaupun bertahun-tahun juga, kalau memang tidak bisa bayar mah, sampai situ. Kalau tetangga lagi butuh pinjaman lagi dikasih lagi, tapi di sini mah tidak seperti itu. Karena memang, pertama, nyari ilmunya susah, setelah dikasih ilmu, lalu mengamalkannya yang susah.
HASIL WAWANCARA (TOKOH ULAMA DESA) Nama Alamat Pendidikan
: KH. Dimyati : Desa Tenajar Lor, RT 05/02 : Alumni Ponpes. Kempek, Cirebon dan Ponpes. AlAnwariyah Sarang Rembang
Wawancara Saya : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? Informan : Iya, saya kenal semua masyarakat lingkungan sini. Saya : Bagaimana hubungan para tetangga di sekitar rumah anda? Apakah pernah terjadi keributan? Informan : Kalau di lingkungan sini sih tidak ada, tapi kalau di luar lingkungan sini mah kemungkinan banyak. Saya : Apa saja faktor penyebab terjadinya permasalahan antar tetangga di desa ini? Informan : Yang pertama adalah jauhnya masyarakat terhadap ulama, kedua adalah minimnya pendidikan agama yang dimiliki oleh masyarakat, dan yang ketiga adalah mereka selalu menggunakan nafsu amarah. Karena memang manusia mempunyai dua nafsu, namun nafsu mana yang harus kita ikuti, iya kan? Manusia hanya mamikirkan jangka pendek saja yakni dunia, tidak jangka panjang atau akhirat. Artinya manusia hanya mentok memikirkan masalah dunia saja (jangka pendek). Kemudian kuliah di tarbiyah tujuann menjadi guru (dunia), 90% manusia zaman sekarang hanya memikirkan dunia saja, tidak seperti dulu. Saya : Bagaimana pemahaman anda terhadap hadis berikut?
َان َابَ َِن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ اذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلََق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ ََم َط ٍَرَ ََعنَََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََع َط ََ َاَي َاج ََ ََوإن َاحََت َِ ُك َأ ََعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ الََِوا َِر ََق َ َ َاَحق ََ اهللَم ََ َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر ِ َأَعَطَيََت َوَوإنََم ِرض َعدتوَوإنََم َُوىَنَأََت َو ََ ََسَرََك ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُ ُ َ َ ُ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو َ َجنَ َازتَوَُوإنَأ ِ ِ ِِ ِ ف َ ََل ِ وإنَأَصاب تو َم َمَمن َها ََ ٌصيبَة َ َ َُسلَيََتََو ُ َ وعزي تَوُ َلَ َتَُ َؤَذَه َبَِقتَا ِر َقد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر ََُُ ِ ِ َعليوَالريحَإِلَبِِإذنَِِو َت ََسد َُ َفَ ََعلَيَ َِوَ ََوت ََ َعلَي ِوَبِالبِنَ ِاء ََلَِتَشَََر َ يل َ َوإِنَاشتَ َري، َ َ ِّ ُ َوَلَتَستَط َُشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََولَ ََدَه ََ ِجَ ََولَ َُد ََكََب َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلََفَأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُفَاكِ َهةًَفَاى ِدَلَو لًََِمنََََرَِح ََمَاهلل َ َالَا َِرََإِلَََقَلِي َ ََىَحق ََ َََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلََل َُكمَََلنََيَََُؤد
Informan
: Apabila ia meminta pinjam uang maka engkau meminjamkannya, jika ia meminta tolong kepadamu maka engkau menolongnya, jika ia membutuhkan sesuatu maka engkau
Saya Informan
memberikannya, jika ia sakit maka engkau menjenguknya, jika ia meninggal maka engkau mengiring jenazahnya, jika ia mendapatkan kebaikan, maka engkau mengucapkan selamat kepadanya, jika ia ditimpa musibah yang maka engkau menghibur dan berbelasungkawa kepadanya, dan janganlah engkau menyakitinya dengan bau sedap atau asap masakan yang berada dalam periukmu kecuali engkau mengambil sebagiannya dan memberikan kepadanya, jangan engkau meninggikan bangunan rumahmu agar engkau terlihat mewah dalam pandangannya dan menghalangi udara yang masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan izinnya. Jika engkau membeli buahbuahan maka hadiahkan sebagian kepada mereka, jika tidak maka bawalah buah itu ke dalam rumahmu secara diam-diam dan jangan biarkan anakmu membawa buah yang kau beli keluar rumah, sebab hal itu akan membuat anak mereka marah, apa kamu mengerti apa yang aku katakan kepadamu? Sungguh tidak akan ditunaikan hak tetangga kecuali sedikit orang yang dirahmati Allah Swt. : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Bertetangga yang ideal ya seperti hadis Rasulullah Saw tadi. Kalau hadis itu diamalkan, wah, pasti luar biasa. Dikala ia minta hutang, ya diberi, ketika ia sakit ya kita tinjau (jenguk), dan mengamalkan semua hadis Rasulullah Saw tadi. Oleh karena itu, hadis seperti ini harus disosialisasikan. Tapi alhamdulillah di lingkungan sini mah tidak ada, karena sering dilakukan bimbingan-bimbingan kepada masyarakat dengan pengajianpengajian. Misalnya ketika saya mengundang acara maulid Nabi, para tetangga ya pada datang semua (kompak) sampai penuh, alhamdulillah.
HASIL WAWANCARA (TOKOH ULAMA DESA) Nama Alamat Pendidikan
: Kyai Badrudin : Desa Tenajar Lor, RT 09/01 : Alumni Ponpes. Kempek, Cirebon dan Ponpes. AlAnwariyah Sarang Rembang
Wawancara Saya : Apakah anda mengenal dekat dengan tetangga anda? Informan : Iya, kenal. Saya : Bagaimana hubungan para tetangga di sekitar rumah anda? Apakah pernah terjadi keributan? Informan : Kalau masalah itu saya memang kurang begitu tahu, karena mungkin saya kurang terjun ke masyarakat sini.tapi setahu saya sih biasa-biasa saja. Saya : Apa saja faktor penyebab terjadinya permasalahan antar tetangga di desa ini? Informan : Kehidupan bertetangga itu diawali dengan iman, sebab ketika orang yang punya iman dalam hadisnya sendiri yakni:
ِ ِ ِ ِ ِ َُج َارَه َ َمنَ َكا َنَيُؤم ُنَباللو ََواليَ ومَاْلخ ِرَفَليُك ِرم
Ketika kadar iman kita masih kurang, dan kepercayaan akan adanya hari akhir itu kurang, ya maka kadar kepercayaan, kadar hubungan, kadar kedekatan dengan tetangga juga akan kurang. Jadi bagaimana kita memuliakan tetangga, orang kita iman kepada Allah dan hari akhirnya saja kurang. Kalau kita iman kepada Allah yang menyuruh berbuat baik, ya maka akan berbuat baik, baik kepada dunia, baik kepada keluarganya, baik kepada para tetangganya. Yang namanya tetangga itu mempunyai 3 hak, tetangga kan ada yang sesama muslim, saudara, tetangga biasa. Jadi ia punya hak Islam, hak keluarga, dan hak tetangga. Yang namanya hak Islam kan kepada yang lebih tua ya saling mengingatkan, kepada yang kecil ya saling kasih sayang, kalau masak-masak ya bagi-bagi dengan tetangga. Kemudian bukan berarti kita menyalahkan masyarakat, ada yang bilang “salahnya masyarakat sekarang sudah jauh dengan ulama”, kalau menurut saya ya kenapa masyarakat sekarang sudah jauh dengan para ulama? Barangkali ulamanya sendiri kurang dekat dengan masyarakat, dengan tetangga. Kalau memang ulamanya dekat dengan masyarakat, maka insya Allah masyarakatnya juga akan dekat dengan ulama. Persoalannya banyak ulama yang ada di Tenajar Lor, tapi ulamanya sendiri masih banyak yang kecolongan, kenapa? Karena yang punya tugas di musala, ya tugas di musalanya saja, di masjidnya saja,
Saya
Informan
sementara masih banyak masyarakat yang belum tersentuh, yang di plosok itu kan masih banyak yang belum tersentuh oleh ulama. Oleh karena itu ulamanya sekarang, bahkan sudah mendekati zaman akhir, maka harus melakukan pendekatanpendekatan. Bagaimana orang bisa mendekat, kalau kita sendiri tidak mendekat sebagai orang yang tahu. Maka tugas kita adalah memberi tahu mereka, kalau mereka sudah tahu maka Insya Allah mereka akan melaksanakannya. Namun sekarang kehidupannya sudah nafsi-nafsi, sudah jauh dengan pendidikan agama, maka yang terjadi adalah kehidupan duniawi (materialistis). Inilah yang menjadi halangan (dalam kehidupan bertetangga), sehingga timbul keretakan-keretakan dalam hubungan bertetangga. : Bagaimana pemahaman anda terhadap hadis berikut?
َان َابَ َِن َِ اَعُثَ ََم َ َاع َثََن ٍَ ج ََ ام َبَ َِن َ َُش َِ وَه ََ ُيَالُفَا َِر َالَبََغَ ََد َِاديَثََنَاََأََب َ ِاَمَمَ ٌَد َبَ َِن َ ََعَل َُ َََحدَثََن َاَر َُس ٍَو ََل َ َالَقَُلََن ََ اذَبَ َِنَ ََجَبَ ٍَلََق ٍَ َعنََ َُم ََع ََ ان َ ِ اس ََ الََُر َ َاء ٍَ َََمطٍََرَ ََعنَََيََِزيَ ٍَدَبَ َِنََبََِزيَ ٍَعَ ََعنََ ََعط ََ َاَي َاج ََ ََوإن َاحََت َِ ُك َأ ََعنَتَو َِ ُك َأَق َرضتَو ََ َالََِوا َِر َق َ َ َاَحق ََ اهللَم ََ َ ََوإن َاستَ َعان َض َ ال ََإِ َِن َاستَ قَر ِ َأَعَطَيََت َوَوإنََم ِرض َعدتوَوإنََم َُوىَنَأَتََو ََ ََسَرََك ََ َخي ٌر ََ ت َ َ َُ ُ َ َ ُ َ َ ات ََات بَ ع َ َُصابَو َ َجنَ َازتَوَُوإنَأ ِ ِ ِِ ِ ف َ ََل ِ وإنَأَصاب تو َم َمَمن َها ََ ٌصيبَة َ َ َُسلَيََتََو ُ َ وعزي تَوُ َلَ َتَُ َؤَذَه َبَِقتَا ِر َقد ِرَك َإِل َأَن َتَغ ِر ََُُ ِ ِ عليوَالريحَإِلَبِِإذنِِو َت ََسد َُ فَ ََعَليَ َِوَ ََوَت ََ َعلَي ِوَبِالبِنَ ِاء ََلَِتَشَََر َ يل َ َوإِنَاشتَ َري،َ َ َ ِّ ُ َوَلَتَستَط َُشيَ ٍَءَ َِمنَ َوََُيََغِيَ َظَُو َنََبَِِوَ ََوَل ََدَه ََ ِجَ ََوَل َُد ََكََب َُ َََُر ََ اَل ََ َمنَ ََهاَوإلَََفأَدَ َِخلَ َوَُ َِسَر َِ ُفَاكِ َهةًَفَاىَ ِدَلَو لًََِمنََََرَِح ََمَاهلل َ َالَا َِرََإِلَََقَلِي َ ََىَحق ََ َََىلََتَ َفقَ َُهو َنَ ََماََأَقَُ َو َُلَلَ َُكمََلَنََيَََُؤد
: Apabila tetangga kita meminta hutang maka engkau hutangkanlah. Nah disini, KH.Basri menanggapi masalah hutang namun tidak bayar-bayar, ya memang secara syariat menjengkelkan. Ketika memberikan hutang saja berat, apa lagi sedekah, iya kan? Dalam masalah ini yang dicari adalah nilai. Kalau kita dapat memberikan hutang kepada orang lain, artinya “alhamdulillah, kita bermanfaat bagi orang lain melalui uang”. Selama orang yang diberi hutang ini belum bisa membayar hutang, maka setiap harinya kita sama saja dengan sedekah sebanyak yang kita hutangkan. Kalau pinjamnya 100 ribu ya berarti sama saja kita bersedekah setiap hari 100 ribu. Kalau 1 Juta ya berarti kita sama saja bersedekah setiap hari 1 juta. Maka dari itu, kita harus pintar mencari nilai. Bahkan kalau sudah jatuh tempo, hutangnya dibayar, tapi kita malah merasa rugi, kenapa? Ya karena nilai sedekah setiap harinya terputus. Apa lagi jika ada tetangga yang meminta hutang, namun kita tidak punya uang,
Saya Informan
maka apa yang kita lakukan? Diam saja? Mana kebijaksanaan kita kepada tetangga? Kita kan merasa tidak enak, masa ada tetangga minta tolong kita diam saja? Ya tentu kita bantu mencari pinjaman untuknya ke tetangga-tetangga yang lain. Jika tetangga minta tolong ya ditolong menurut kemampuan, karena di akhirat nanti kalau tidak ditolong, maka ia akan menuntut kepada Allah Swt, maka kembali lagi iman kepada hari akhir. Kemudian jika ia membutuhkan sesuatu maka engkau memberikannya, jika ia sakit maka engkau menjenguknya. jika ia meninggal maka engkau mengiring jenazahnya, jika ia mendapatkan kebaikan, maka engkau mengucapkan selamat kepadanya, jika ia ditimpa musibah yang maka engkau menghibur dan berbelasungkawa kepadanya, dan janganlah engkau menyakitinya dengan bau sedap atau asap masakan yang berada dalam periukmu kecuali engkau mengambil sebagiannya dan memberikan kepadanya, jangan engkau meninggikan bangunan rumahmu agar engkau terlihat mewah dalam pandangannya dan menghalangi udara yang masuk ke dalam rumahnya kecuali dengan izinnya. Jika engkau membeli buahbuahan maka hadiahkan sebagian kepada mereka, jika tidak maka bawalah buah itu ke dalam rumahmu secara diam-diam dan jangan biarkan anakmu membawa buah yang kau beli keluar rumah, sebab hal itu akan membuat anak mereka marah, apa kamu mengerti apa yang aku katakan kepadamu? Sungguh tidak akan ditunaikan hak tetangga kecuali sedikit orang yang dirahmati Allah Swt. : Bagaimana hubungan bertetangga yang ideal menurut anda? : Yang ideal ya tetangga yang bisa berbarengan (sama-sama), saling menjaga, sebab seorang anak dapat mengetahui baik buruknya orang tua, orang tua juga dapat mengetahui baik buruknya anak, dan yang dapat mengetahui baik buruknya tetangga adalah tetangga.
DOKUMENTASI PENGAJIAN RUTIN DI DESA TENAJAR LOR
DOKUMENTASI PENGAJIAN RUTIN DI DESA TENAJAR LOR
DOKUMENTASI PENGAJIAN RUTIN DI DESA TENAJAR LOR
DOKUMENTASI PENGAJIAN RUTIN DI DESA TENAJAR LOR
DOKUMENTASI PENGAJIAN RUTIN DI DESA TENAJAR LOR
DOKUMENTASI PENGAJIAN RUTIN DI DESA TENAJAR LOR
DOKUMENTASI PENGAJIAN RUTIN DI DESA TENAJAR LOR
IDENTITAS PENULIS A. Identitas Diri Nama
: NURKHOLIS SOFWAN
Tempat, tanggal lahir
: Indramayu, 03 Oktober 1992
Alamat Asal
: Desa Tenajar Lor, Blok Narwiyah RT 01/03 Kec. Kertasemaya, Kab. Indramayu, Jawa Barat 45274
No. HP
: 089652473545 / 081947374527
E-Mail
:
[email protected]
Facebook
: Choliz Horison
B. Pendidikan MDA Al-Marfu’iyah (2000 – 2003) SDN Tenajar Lor II (1998 – 2004) SMP NU Tenajar Kidul ( 2004 – 2007) MA PUI Tenajar Lor (2007 – 2010) Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010 – 2014) C. Pengalaman Organisasi 1. Direktur Sanggar Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) JABODETABEK Periode 2010-2012. 2. Sekretaris Umum Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) JABODETABEK Periode 2012-2014. 3. Ketua Bidang Partisipasi Pemberdayaan Daerah Persatuan Mahasiswa Indramayu (PERMAI-AYU) DKI Jakarta Periode 2012-2013. 4. Koordinator Penelitian dan Pengembangan PMII Komisariat Ushuluddin UIN Jakarta dan Perguruan Tinggi Umum Periode 2013-2014 5. Staff Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ushuluddin Periode 2011-2012.
Ciputat, 17 Juni 2014 Penulis, Nurkholis Sofwan