Implementasi Configuration Management pada IT Infrastruktur Library (ITIL) Arsitektur ITIL adalah seperti gambar dibawah ini :
IT Infrastructure Library (ITIL) adalah sebuah kerangka best practice untuk memanage layananlayanan TI yang terintegrasi dan berbasiskan proses. ITIL merupakan sekumpulan buku yang berisi best practice untuk memanage penyampaian layanan TI. ITIL Infrastructure Library ® terdaftar sebagai Registered Trade Mark dari the Office of Government Commerce of UK. Dipublikasika oleh British Standards Institute sebagai BS15000. Sejak ITIL pertama kali dicetuskan oleh UK Government CCTA (OGC), hingga sekarang ini sudah banyak sekali perusahaan-perusahaan di dunia yang menerapkannya. ITIL sendiri merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada manajemen pelayanan teknologi informasi sehingga suatu perusahaan dapat mencapai kualitas dukungan layanan yang diinginkan. Saat ini ITIL telah didukung oleh susunan materi dan kursus pelatihan (termasuk ujian dan sertifikasi). ITIL mencakup delapan kumpulan, yaitu service support, service delivery, rencana pengembangan service management, ICT infrastruktur management, application management, business perspective, security management, dan software asset management. Dua di antaranya, yaitu service support dan service delivery merupakan area utama, yang disebut juga IT Service Management (ITSM). Secara bersama-sama, dua area ini mengandung beberapa disiplin yang bertanggung jawab untuk penentuan dan manajemen pelayanan Teknologi Informasi (TI) yang efektif. Service support adalah suatu penerapan disiplin yang memungkinkan tersedianya pelayanan TI. Tanpa disiplin ini, teknologi informasi hampir tidak mungkin menyediakan pelayanan TI yang baik, dan tidak dapat terkelola dengan baik.
Gbr. ITIL frame works Disiplin service support yaitu: 1. Configuration management
Manajemen konfigurasi yang terdiri dari 4 task (identifikasi, kontrol, status, verifikasi) adalah penerapan suatu database (disebut sebagai configuration management database - CMDB) yang berisi detil dari elemen-elemen dalam suatu perusahaan yang digunakan dalam mengatur IT Service. CMDB lebih dari sekedar "pendataan aset", karena CMDB berisi informasi yang terkait dengan perawatan, perpindahan, dan masalah yang terjadi dengan item-item yang ada di dalam CMDB. selain itu CMDB juga berisi informasi yang lebih luas tentang item-item yang sangat dibutuhkan oleh organisasi pelayanan IT, seperti hardware, software, dokumentasi, personal. 2. Incident & 3. Problem Management Incedent dan problem management adalah sebuah penanganan dan pencegahan suatu kejadian / masalah yang akan mempengaruhi IT Service suatu organisasi. Hal ini meliputi memastikan bahwa suatu masalah diperbaiki, mencegah terjadinya kembali masalah yang sama, dan melakukan perawatan dan pencegahan untuk mengurangi masalah-masalah ini muncul pada saat pertama kali 4. Change Management adalah suatu praktik yang memastikan bahwa semua perubahan terhadap configuration items (CMDB) tercatat, terencana dan disetujui. Hal ini meliputi : - memastikan bahwa ada suatu alasan yang terkait dengan bisnis pada setiap perubahan - identifikasi spesifik item-item dan IT services yang akan terpengaruh oleh perubahan yang akan dilakukan. - merencanakan perubahan - melakukan pengetesan dari perubahan yang dilakukan - mempunyai rencana cadangan jika perubahan yang dilakukan tidak berhasil atau tidak sesuai harapan. 5. Service Desk Service desk mempunyai peranan penting dalam IT services. Service Desk merupakan kontak pertama pelaku bisnis yang memanfaatkan IT services, jika terjadi sesuatu dengan IT services yang tidak mereka harapkan. Service Desk merupakan "pintu" komunikasi utama bagi end user jika membutuhkan bantuan. Tanpa service desk, suatu perusahaan mungkin akan menghadapi ketidak efisiensian. Task dalam service desk antara lain : menerima incident, mencatat incident, klasifikasi incident berdasar prioritas, klasifikasi dan eskalasi, pecarian solusi, memberikan informasi kepada end user mengenai proses yang berlangsung, menangani komunikasi dengan proses ITIL yang lain, pelaporan ke manajemen, manajer proses dan kustomer terkait dengan performa service desk. 6. release management Ini adalah pengaturan semua konfigurasi software yang ada dalam perusahaan. task ini bertanggung jawab terhadap pengaturan software development, instalasi, dan dukungan dari pembuat software.
Manajemen kapasitas layanan TI dimana proses-proses yang ada berguna untuk memastikan bahwa kapasitas infrastruktur TI dapat memenuhi kebutuhan bisnis (yang selalu berubah-ubah) secara tepat waktu dan tepat anggaran. Faktor-faktor yang dipertimbangkan adalah :
• • • •
cost capacity supplay demand
Ada beberapa hal yang harus dimanajemen, yaitu : Ruang lingkup dari manajemen kapasitas adalah : semua hardware (contohnya : PC, mainframe, file server, dll) Semua perlengkapan jaringan (contoh : LAN,WAN, brigde, router) Semua peripheral (contoh : storage, printer, dll) Semua software (contoh : OS, software jaringan, system yang didevelop sendiri maupun paket, dll) Sumber daya manusia – kurangnya SDM bisa menyebabkan delay dalam response time manajemen kapasitas diantaranya adalah : o manajemen kapasitas proaktif Memahami tingkat penggunaan komponen-komponen infrastruktur dan pertumbuhannya untuk menentukan: - komponen apa yang harus di-upgrade - Kapan upgrading dilakukan. - Berapa biaya upgrading Manfaat dari manajemen kapasitas proaktif adalah proses pengadaan menjadi terencana, sehingga memungkinkan pembelian dalam skala besar dengan harga khusus dari vendor. dan Mencegah sebelum terjadi gangguan atau pelanggaran Service Level Agreement. o manajemen kapasitas reaktif manfaat dari manajemen kapasitas reaktif adalah Bekerja sama dengan Manajemen Insiden agar mengetahui Prosedur penanganan gangguan dalam IT-IL. Mencari solusi permasalahan yang disebabkan karena keterbatasan kapasitas infrastruktur dan peningkatan beban penggunaan yang tidak diantisipasi. Manajemen kapasitas juga bertanggung-jawab meng-identifikasi dan mengeliminasi titik kerawanan tunggal (single point of failure). Seperti di bawah ini :
Proses Manajemen Kapasitas proses manajemen kapasitas meliputi : 1. inputs 2. sub-process 3. Outputs
Proses manajemen kapasitas diantaranya adalah : - Proses melibatkan pengumpulan (pengukuran) data tentang beban kerja maupun kinerja layanan TI. o Data disimpan dalam CDB (capacity database). o Ukuran: jumlah transaksi/detik, response time rata-rata, persen utilisasi mesin, dsb. - Memberi masukan bagi penyesuaian SLA. - Memberikan rekomendasi bagi penyesuaian alokasi sumber daya TI, termasuk alokasi anggaran untuk meningkatkan kapasitas. Siklus Pengendalian Kapasitas dapat diperlihatkan pada gambar di bawah ini :
Tuning sistem adalah Perbaikan sistem untuk menghindari over utilization dan contention yaitu : Load balancing pada server-server paralel. Penggunaan disk stripping (dengan teknologi RAID). Memperkecil granularitas data locking: file, ke tabel, tabel ke record, record ke field. Pengubahan struktur data untuk meminimasi memory footprint. Implementasi dan Analysis harus dimonitoring. Monitoring bermanfaat untuk : • Memonitor kinerja komponen sistem dengan • Fasilitas yang disediakan oleh aplikasi (log file). • Fasilitas administrasi sistem dan tools/utility yang disediakan oleh operating system. • Tools dari aplikasi manajemen kinerja sistem Monitoring bermanfaat untuk mengukur : o Prosentase penggunaan CPU, memory; kecepatan I/O, panjang queue (antrian requests), jumlah transaksi, jumlah transaksi per detik, response time, dsb. o Data diacatat dalam statistik harian, mingguan, bulanan. • Metode pengendalian yang digunakan adalah : o Mengukur dan membuat model untuk menetapkan kinerja normal (baseline). o Menetapkan batas ambang (threshold) over utilization (kapasitas terlampaui) Contohnya : Sebaiknya dibawah batas pelanggaran SLA, Misal 80% CPU utilization, 3 x response time normal, dsb. Data dari mentoring tersebut akan selain digunakan untuk menentukan baseline, juga trend peningkat-an/penurunan beban layanan. Analisa mendiaknosa ermasalahan adalah : • Contention (antrian) pemakaian CPU, memory, disk, file, dsb. • Ketimpangan beban komponen-komponen sistem. • Strategi locking data yang salah. • Desain aplikasi yang tidak efisien (misal penggunaan memory yang tidak efisien). • Lonjakan jumlah transaksi tak terduga. Implementasi perbaikan kapasitas seringkali melibatkan perubahan desain yang beresiko kasalahan. Untuk itu implementasinya (deployment) harus dengan Manajemen Perubahan yang mampu : Meminimasi dampak negatif pada pengguna, termasuk downtime. Pelaksanaan yang terencana dan efisien. Merancang prosedur back-out (regresi, bisa kembali ke asal) jika perubahan gagal. Mengantisipasi perbaikan tambahan dan back-out. Perencanaan kapasitas :
Opsi-opsi peningkatan kapasitas. Model kebutuhan biaya untuk tiap opsi peningkatan kapasitas. Rekomendasi. Dengan penjelasan: - Manfaat bisnisnya. - Dampak potensial dilaksanakannya rekomendasi. - Resikonya. - Kebutuhan sumber daya, termasuk perlengkapan dan SDM. - Biaya instalasi dan pengoperasian.