IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)s
Oleh SITI ZULAIKHA NIM 111 11 133 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
PERSEMBAHAN Yang terkasih dan tak kan tergantikan, ibu bapak ku, Para guru dan pendidiK, Teman-taman mahasiswa seperjuanganku. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Agama Islam IAIN Salatiga. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada jujungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman. Sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Suatu kebanggaan tersendiri penulis dapat menyeleseikan skripsi ini, karena bagi penulis penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan dalam menusun skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, itu karena dukungan dari beberapa pihak yang membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam menyusun skripsi ini, khususnya kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur PAI IAIN Salatiga.
4.
Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan sumbangan pikiran terbaiknya selama masa bimbingan sampai selesenyai penulisan skripsi ini.
5.
Segenap dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama di bangku perkuliahan.
6.
Bapak Adam Widiyanto, S.Si. selaku kepala sekolah SMP ISLAM ALAZHAR 18 Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
7.
Ibu Inayatul Wakidah, M.Pd. dan Ibu Nur Milatul Jannah, S.Pd.I. selaku guru PAI di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membentu penulis memperoleh informasi. Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohonkan doa semoga amal
kebaikan mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Dalam hal ini penulis juga mengharap kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 12 September 2015 Penulis
Siti Zulaikha
ABSTRAK Zulaikha, Siti. 2015. Implementasi Classroom Manajemen untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran PAI bagi Siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Progarm Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Sri Suparwi, M.A. Kata Kunci: Implementasi Classroom Management, Suasana Kelas Aktif dan Pembelajaran PAI. Kurangnya pemahaman guru PAI tentang Classroom Management dan masih sedikitnya guru PAI yang menerapkan Classroom Management serta jarangnya metode pembelajaran aktif yang dipakai dalam mengajar menyebabkan kelas tidak kondusif dan proses pembelajaran tidak berjalan dengan efektif. Hal tersebut membuat siswa merasa bosan saat mengikuti proses pembelajaran akibatnya tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah ICM di SMP Islam AAzhar 18 Salatiga tahun 2015 yaitu: (1) bagaimana pemahaman guru PAI tentang ICM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tahun 2015?, (2) bagaimana cara guru PAI dalam melaksanakan ICM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tahun 2015?, (3) apa kesulitan/hambatan guru PAI dalam melaksanakan ICM di SMP Islam AlAzhar 18 Salatiga tahun 2015?, (4) bagaimana solusi atas masalah pelaksanaan ICM di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga tahun 2015?. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari ketiga teknik tersebut ditafsirkan dan dianalisis. Keabsahan data diuji dengan teknik triangulasi dan tenik ketekunan pengamatan. Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) guru PAI telah memahami dan menerapkan Classroom Management dengan baik, pemahaman guru PAI tentang Classroom Management yaitu serangkaian kegiatan yang berupaya mengatur dan mengelola kelas agar tercipta suasana yang kondusif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal, (2) cara guru PAI melaksanakan ICM sudah sesuai dengan perencanaan, guru melakukan pengorganisasian siswa, pengorganisasian fasilitas dan pengorganisasian kegiatan-kegiatan pembelajaran, (3) kesulitan/hambatan pelaksanaan ICM yaitu guru kurang maksimal dalam menerapkan manajemen kelas, karakter siswa yang bervariasi, kurangnya perhatian dan motivasi yang diberikan orang tua pada anak, (4) solusi pelaksanaan ICM yaitu, guru belajar memperbaiki kualitas diri, guru memberikan apersepsi atau testimoni, memberikan kegiatan yang dapat menghambat siswa untuk berbuat onar di kelas, menegur sampai menghukum siswa yang bermasalah, memberikan kegiatan yang dapat menghambat siswa untuk berbuat onar di kelas, menjalin kerjasama yang baik dengan wali murid agar lebih memperhatikan anak.
DAFTAR ISI SAMPUL JUDUL........................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO..................................................................................
ii
JUDUL..........................................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
v
DEKLARASI KEASLIAN TULISAN........................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................
vii
KATA PENGANTAR..................................................................................
viii
ABSTRAK....................................................................................................
x
DAFTAR ISI................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL........................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...................................................................
1
B. Fokus Penelitian...............................................................................
6
C. Tujuan Penelitian..............................................................................
6
D. Manfaat Penelitian............................................................................
7
E. Penegasan Istilah..............................................................................
8
F. Metode Penelitian.............................................................................
10
G. Sistematika Penulisan.......................................................................
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Classroom Management...................................................................
20
B. Suasana Kelas Aktif..........................................................................
32
C. Pembelajaran PAI.............................................................................
38
D. Clasroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran PAI.........................................................
52
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................
68
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga...
68
2. Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.....................................
68
3. Subjek Penelitian........................................................................
80
B. Paparan Data Temuan Peneliti..........................................................
81
1. Pemahaman Guru tentang Classroom Management..................
81
2. Pelaksanaan Classroom Management........................................
87
3. Kesulitan/Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom Management...............................................................................
90
4. Solusi atas Masalah dalam Pelaksanaan Classroom Management...............................................................................
93
BAB IV PEMBAHASAN A. Pemahaman Guru tentang Classroom Management.........................
97
B. Pelaksanaan Classroom Management..............................................
100
C. Kesulitan/Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom Management..
104
D. Solusi atas Masalah dalam Pelaksanaan Classroom Management...
106
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................
111
B. Saran.................................................................................................
113
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
115
LAMPIRAN-LAMPIRAN...........................................................................
155
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................
180
BAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pernyataan yang mendorong siswa berfikir dan berproduksi.......
34
Tabel 2.2 Contoh umpan balik yang tidak memvonis..................................
37
Tabel 3.1 Jumlah guru/pegawai....................................................................
71
Tabel 3.2 Data peserta didik.........................................................................
71
Tabel 3.3 Lulusan empat tahun terakhir.......................................................
74
Tabel 3.4 Sarana-prasarana sekolah.............................................................
76
Tabel 3.5 Anggaran sekolah.........................................................................
78
Tabel 3.6 Daftar ekstrakurikuler...................................................................
79
BAB I PEBDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen kelas merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar mengajar, dikatakan demikian karena menajemen kelas mengatur, menciptakan dan mempertahankan suasana kelas secara optimal supaya kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif. Sebagai seorang guru baik guru yang telah berpengalaman maupun guru pemula harus senantiasa memperhatikan bagaimana cara mengelola kelas dengan baik agar pembelajaran dapat berjalan efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tugas seorang guru dalam dunia pemdidikan adalah mengayomi siswa, mendidik dan mengarahkan siswa agar memiliki kehidupan yang lebih baik, sejalan dengan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membentuk insan yang berakhlak mulia. Dari itu peran guru PAI sebagai pendidik sangat dibutuhkan guna mengantarkan siswa menjadi manusia yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, melalui upayanya dalam melaksanakan manajemen kelas dengan baik. Peran guru dalam dunia pendidikan tersirat dalam Q.S. Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." Selain masalah manajemen kelas (classroom management) masalah pengajaran (instruktional problem) juga ikut menunjang proses belajar mengajar yang kondusif. Pengajaran dan manajemen adalah dua kegiatan yang saling berkait, keduanya diyakini mempunyai implikasi dalam pencapaian hasil pembelajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran akan sangat tergantung pada masalah manajemen kelas. Namun keduanya memiliki tujuan yang berbeda, pengajaran mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran (menentukan entry behavior siswa, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan sebagainya) sedangkanan manajemen kelas merujuk kepada kegiatankegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi siswa yang tepat waktu mengerjakan tugas, penetapan norma
kelompok yang produktif, dan sebagainya) (T. Raka Joni, 1989) dalam Mulyadi (2009: 2). Mengingat
pentingnya
manajemen
kelas
dalam
proses
pembelajaran guru perlu mengoptimalkan pelaksaan manajemen kelas sebelum memulai pengajaran. Guru harus mempunyai planning bagaimana mengelola kelas agar siswa merasa nyaman saat mengikuti kegiatan balajar mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru bahwa dalam kegiatan belajar mengajar siswa membutuhkan suasana yang wajar tanpa tekanan, siswa membutuhkan suasana yang merangsang keaktifan dalam mengikuti pembelajaran. Yang tidak kalah penting siswa membutuhkan kesempatan untuk berkomunikasi baik dengan guru, teman maupun dengan lingkungannya. Suasana tersebut dapat tercapai apabila guru memiliki keterampilan yang baik dalam mengelola kelas. Persiapan yang dapat dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran berkaitan dengan pengelolaan kelas yakni memperhatikan kondisi fisik (mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, mengatur tempat duduk, dll) dan kondisi sosio-emosional (tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, dll) sehingga siswa benar-benar merasakan kenyamanan dan keamanan saat belajar. Disamping mempersiapkan halhal yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, guru juga wajib mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran diantaranya memastikan kesiapan siswa dalam menerima materi, memilih metode
pengajaran yang tidak monoton dan dapat menumbuhkan keaktifan siswa, serta menggunakan media pengajaran yang menarik. Kegiatan belajar mengajar akan berlangsung kondusif apabila guru memiliki pemahaman dalam menjalankan manajemen kelas dengan baik, akan tercipta suasana kelas yang nyaman, akan tercipta keaktifan para siswa dalam belajar dan tercipta timbal balik antara guru dengan siswa dan antara siswa satu dengan siswa yang lain. Yang paling penting dan diharapkan oleh para guru dan pihak sekolah adalah dapat tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari pemahaman materi dan prestasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa. Pemahaman guru yang kurang dalam menjalankan manajemen kelas dan pembelajaran akan mengakibatkan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan efektif. Siswa merasa tidak nyaman berlama-lama berada di ruang kelas, siswa terlihat pasif saat proses pengajaran berlangsung, hal itu akan menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan. Apabila hal itu terjadi siswa tidak akan memperhatikan penjelasan dari guru dan akan menyibukkan diri dengan kegiatan yang dapat menghilangkan kejenuhannya di kelas dengan cara mengobrol dengan teman sebangku. Proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan membutuhkan kerjasama yang terorganisir antara pihak sekolah dan pendidik. Pihak sekolah harus bisa myediakan fasilitas yang memadai dan menunjang keberhasilan pengajaran dan pendidik harus belajar bagaimana cara
mengelola kelas dengan efektif dan mengelola pengajaran dengan aktif agar tercapai tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sangat disayangkan sampai sekarang masih banyak kita jumpai sekolah-sekolah yang belum melaksanakan manajemen kelas dengan baik. Masih banyak pula guru-guru yang dalam pelaksanaan pengajaran belum bisa menghidupkan suasana kelas, khususnya pengajaran PAI. Guru PAI masih sering menggunakan metode yang monoton dalam mengajar tanpa membubuhi kegiatan yang memacu keaktifan siswa. Misalnya metode ceramah, siswa hanya dituntut untuk mendengarkan penjelasan guru yang menyebabkan siswa merasa bosan. Dengan demikian siswa tidak akan memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru akibatnya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Kalaupun ada sekolah yang telah menerapkan manajemen kelas, itu hanya sebagian kecil dari guru-guru yang ada di sekolah tersebut. Hal itu
disebabkan
kurangnya
pemahaman
guru
tentang
pentingnya
manajemen kelas dalam pencapaian prestasi siswa serta pencapaian keberhasilan pembelajaran. Survei awal peneliti, implementasi classroom management belum dilaksanakan secara maksimal oleh guru PAI di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga. Untuk mengetahui penerapan manajemen kelas lebih lanjut maka dapat diketahui melalui penelitian ini. Berangkat dari persoalan di atas maka peneliti mengangkat judul IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF
PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AAZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015. B. Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman guru tentang classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015? 2. Bagaimana cara guru dalam melaksanakan classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015? 3. Apa
kesulitan/hambatan
guru
dalam
pelaksanaan
classroom
management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015? 4. Bagaimana solusinya dalam pelaksanaan classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pemahaman guru tentang classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015.
2. Mengetahui cara guru dalam melaksanakan classroom manajement untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015. 3. Mengetahui kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015. 4. Mengetahui solusinya dalam pelaksanaan classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Teoritis Sebagai pengembangan disiplin ilmu, berupa penyajian informasi ilmiah dalam classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM ALAZHAR 18 Salatiga tahun 2015, mulai dari pemahaman guru mengenai
clasroom
management,
cara
pelaksanaan,
kesulitan/hambatan, dan solusi dalam pelaksanaannya. 2. Praktis Bagi pihak sekolah sebagai bahan masukan dalam memfasilitasi pelaksanaan manajemen kelas. Bagi guru, khususnya guru PAI sebagai bahan
pertimbangan
untuk
lebih
meningkatkan
pelaksanaan
manajemen kelas dan menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya manajemen kelas bagi pencapaian tujuan pembelajaran. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya kemungkinan penafsiran yang salah tentang istilah yang digunakan dalam judul skripsi penelitian ini, maka perlu dikemukakan batasan dan penjelasan judul sebagai berikut: 1. Implementasi/penerapan Menurut para ahli implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
terperinci.
http://el-kawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-
implementasi-menurut-para ahli.html.
2. Classroom/kelas Kelas menurut Hamalik dalam Martinis (2009: 34) adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru. 3. Management/pengelolaan Adalah sebagai proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien (Martinis, 2009: 2). 4. Susana aktif Peserta
didik
aktif
secara
fisik
dan
mental
dalam
hal
mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaitan yang satu dengan yang lain, mengkomunikasikan ide/gagasan, mengemukakan
bentuk repressentasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah saat proses pembelajaran (Lif Khoiru Ahmadi & Sofan Amri, 2011: 30). 5. Pembelajaran PAI Menurut Asep Jihad & Abdul Haris, (2008: 11) dalam Martinis (2009: 123) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar (tertuju kepada apa yang harus dilakukan siswa) dan mengajar (berorientasi pada aspek yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran). Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Dalam penelitian ini proses pembelajaran yang dimaksud yaitu pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang meliputi semua standar materi yaitu (Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah dan tarikh), dam materi lain yang relevan dan dianggap menunjang pembelajaran PAI (Depag (2004) dalam Abdul Majid, 2008: 134). 6. Implementasi classroom management untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI Paparan di atas dapat dipahami bahwa implementasi classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI adalah pelaksanaan pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif agar proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
dapat berjalan efektif sehingga tercapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk
mendapatkan
pemahaman
yang
substantif
terhadap
permasalahan implementasi classroom management di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga, maka jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata kata tertulis /lisan dari orangorang & perilaku yg diamati. Penelitian ini menuntut peneliti agar secara fisik mendatangi orang, kelompok, masyarakat, setting, tempat (field) agar dapat merekam fenomena yang sebenarnya dalam setting alamiah. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi (Emzir, 2011: 20). Studi kasus bertujuan untuk melengkapi deskripsi detail yang kaya tentang situasi, untuk menangkap kompleksitas penuh dan keunikan dari informasi kasus tersebut. 2. Kehadiran Peneliti Penelitian kualitatif menun tut peneliti berperan sebagai instrumen utama, dari itu kehadiran peneliti di lapangan mutlak dibutuhkan.
Adapun tujuan peneliti di lapangan yaitu untuk mengamati secara langsung keadaan, kegiatan, dan venomena yang berlangsung sehingga peneliti memperoleh data-data yang valid dan objektif terhadap apa yang diteliti. Jadi dalam penelitian ini, instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri,
sedangkan
pendukung/pelengkap.
instrumen-instrumen
yang
lain
merupakan
Maksudnya, data sangat bergantung pada
validitas peneliti dalam melakukan pengamatan dan eksplorasi lansung ke lokasi penelitian (Afifuddin & Saebandi, 2009: 125). 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga Tahun 2015. Subjeknya adalah guru pengampu mata pelajaran PAI. Waktu penelitian dimulai bulan Agustus sampai dengan selesai guna memperoleh data yang dibutuhkan. 4. Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi berbagai macam data yang berhubungan dengan implementasi classroom management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga. Menurut Afifuddin & Saebandi (2009: 118) dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai instrumen utama atau sumber data primer yang utama dan yang paling penting, sedangkan naskah dan dokumen hanya
dipandang
sebagai
sumber
data
sekunder
yang
memperkuat
permasalahan yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini meliputi hasil wawancara, hasil observasi dan hasil dokumentasi yang diperoleh melalui pengamatan penulis.
Sedangkan
data
sekunder
yaitu
data
yang
diperolah/dikumpulkan peneliti (naskah dan dokumen) yang pada penelitian ini meliputi: 1) kondisi umum SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga, 2) profil sekolah, 3) kurikulum sekolah. 5. Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Interview Interview/wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan keyakinannya (Hasan dan Garabiyah1 dalam Emzir, 2011: 50). Peneliti melakukan wawancara secara mendalam terhadap informan yang menjadi objek penelitian yaitu guru pengampu mata pelajaran PAI dengan menggunakan pedoman wawancara dan alat perekam. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang ada hubungannya dengan persoalan yang akan diteliti, yaitu pemahaman guru mengenai implementasi classroom management, bagaimana pelaksanaannya, apa kesulitan/hambatan serta solusi
dalam mengatasi kesulitan/hambatan tersebut untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Slatiga tahun 2015. b. Metode Observasi Menurut Nawawi & Martini dalam Saebani (2009: 134) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejalagajala dalam objek penelitian. Observasi dibutuhkan untuk memahami proses terjadinya wawancara
dan
hasil
wawancara
dapat
dipahami
dalam
konteksnya. Onservasi dilakukan terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti, dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat menberikan data tambahan terhadap hasil wawancara (Afifuddin & Saebandi, 2009: 134). Pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti, memudahkan mengetahui
peneliti secara
dalam
memperoleh
detail
tentang
informasi
dan
bagaimana
penerapan/pelaksanaan classroom management yang di praktekkan oleh guru dalam mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015.
c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara pengumpulkan data dengan menjajagi buku-buku atau sumber tertulis yang memuat bagian-bagian penting dan berkaitan erat dengan penlitian (Darmawan, 2013: 164). sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi dalam penelitian ini diantaranya buku-buku dan beberapa literatur yang berkaitan dengan penerapan manajemen kelas, arsip sekolah, foto, dan sebagainya. 6. Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data (Afifuddin & Saebandi, 2009: 145). Penelitian ini menggunakan metode induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan dengan teori-teori yang ada. Mengenai data yang telah terkumpul digunakan dua langkah dalam menganalisis data diantaranya:
a. Persiapan Persiapan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu: 1) Mengenai nama dan kelengkapan interview dan bendabenda
yang merupakan
sumber
data
yang telah
dikumpulkan. 2) Mengecek kelengkapan data, yakni memeriksa isi instrumen pengumpul data dan isian-asian data yang terkumpul dari sumber informasi penelitian. Termasuk didalamnya tentang tanggal pengutipan data, tanggal interview dan tanggal dilakukan observasi. b. Penerapan Penerapan yang digunakan adalah penerapaan yang sesuai dengan penerapan kualitatif, yakni lebih cenderung menggunakan analisa induktif yang berangkat dari khusus ke umum. Penerapan yang dimaksud ialah mengungkapkan proses pemahaman guru, mengetahui pelaksanaan guru, mengatahui kesulitan/hambatan guru dan mengetahui solusinya dalam pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa di SMP N 3 Salatiga tahun 2015. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan Setiap penelitian harus dapat dipertanggungjawabkan kebenaran hasilnya. Hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan, karena dari perspektif ini tujuan
penelitian kualitatif adalah untuk mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik perhatian dari sudut pandang partisipan. Strategi
untuk
meningkatkan
kredibilitas
data
meliputi
perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberchecking (Emzir, 2011: 80). Untuk menunjukkan kredibilitas dalam penelitian ini, peneliti memilih dua teknik utama yaitu: 1) Teknik triangulasi, Triangulasi adalah proses penguatan bukti dari individu-individu yang berbeda (Emzir, 2011: 82). Dalam hal ini peneliti akan membandingkan hasil temuan data dari informan (guru PAI) yang satu dengan informan yang lain di tempat dan waktu yang berbeda, ataupun membandingkan hasil temuan data dati interview dengan observasi. Hal ini akan menjamin bahwa studi akan menjadi akurat karena informasi berasal dari berbagai sumber. 2) Teknik pembahasan teman sejawat melalui diskusi, hasil analisis sementara akan selalu dikonfirmasikan dengan data atau informasi baru yang diperoleh dari sumber yang lain. Prosedur ini juga akan dilakukan dengan metode yang berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari berbagai sumber data tersebut yakni data tentang implementasi classroom management di SMP N 3 Salatiga tahun 2015.
8. Tahap-tahap Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian terdapat empat tahap diantaranya: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap-tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Tahap sebelum ke lapangan: meliputi kegiatan menentukan fokus, penyesuaian paradikma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan izin kepada pihak yang dijadikan subjek penelitian, konsultasi fokus penelitian dan menyusun usulan penelitian. b. Tahap pekarjaan lapangan: mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan implementasi classroom management di SMP N 3 Salatiga tahun 2015. Data tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat bagaimana implementasi classroom management di SMP N 3 Salatiga tahun 2015 apakah sudah terlaksana secara maksimal, sedang/cukup atau kurang. c. Tahap analisis data: meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi maupun wawancara mendalam dengan guru pengampu mata pelajaran PAI kelas VII dan VIII. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan
keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. d. Tahap penulisan laporan: merupakan kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian penyusunan data sampai pemberian makna data. Kemudian melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mendapat perbaikan dan saran-saran demi kesempurnaan skripsi. kemudian hasil bimbingan tersebut ditindak lanjuti dengan penulisan skripsi yang sempurna. Langkah terakhir mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk ujian skripsi. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penyusunan skripsi, penulis mencoba membaginya menjadi V bab. BAB I
: Bab pertama merupakan pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II
: Bab kedua merupakan Kajian Pustaka dan Kerangka Berfikir terdiri dari classroom management, suasana kelas aktif, pengajaran PAI dan classroom management untuk
mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI. BAB III
: Bab ketiga merupakan Paparan Hasil Penelitian berisi tentang classroom management, gambaran umun SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga Tahun 2015 (letak geografis, subjek penelitian, visi dan misi, profil sekolah).
BAB IV
: Bab keempat merupakan Pembahasan Hasil Penelitian berisi konsep pemahaman guru tentang implementasi classroom management di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015, cara guru dalam melaksanakan classroom management di SMP ISLAM AL-AZHAR 18 Salatiga tahun 2015, kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan classroom management di SMP ISLAM ALAZHAR 18 Salatiga tahun 2015, dan sosusinya dalam pelaksanaan classroom management di SMP ISLAM ALAZHAR 18 Salatiga tahaun 2015.
BAB V
: Bab kelima merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Classroom Management Setiap proses kegiatan belajar mengajar dibutuhkan pengelolaan kelas yang baik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif serta tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dapat dikatakan pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif, karena apabila guru dapat mengkondisikan kelas dengan baik maka proses pembelajaran akan berjalan lancar. Tentunya guru terlebih dulu harus memahami apa yang dimaksud dengan manajemen kelas. Manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. manajemen dari kata management yang diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, memiliki arti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan
pengelolaan adalah proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan (Mulyadi, 2009: 2). Menurut Manulang dan Swardi dalam Martinis & Maisah (2009: 34) mengartikan manajemen sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Kelas menurut Hamalik adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru. Sementara
Suharsimi menyebutkan bahwa kelas berarti sekelomok siswa dalam waktu yang sama menerima pelejaran dari guru yang sama. Menurut Mulyadi (2009: 2) manajemen kelas mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut untuk dapat belajar dengan efektif. Menurut Djamarah & Zaini dalam Swardi (2008: 108) secara sederhana pengelolaan kelas berarti kegiatan pengeturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Sedangkan menurut Mulyasa (2007: 91) pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi ganguan dalam pembelajaran (Martinis & Maisah, 2009: 34). Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas di sini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan progam belajar mengajar yang tepat, termasuk penggunaan perangkat lunak sebagai media pembelajaran. 1. Fungsi Manajemen Kelas Selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajemen kelas berfungsi: a. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas, misalnya:
membantu
pembentukan
kelompok,
membantu
kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu
agar
dapat
bekerjasama
dengan
kelompok/kelas,
membantu prosedur kerja dan mengubah kondisi kelas. b. Memelihara agar tugas itu dapat berjalan dengan lancar. 2. Tujuan Manajemen Kelas Sedangkan tujuan manajemen kelas adalah: a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas sebagai lingkungan pembelajaran
yang
memungkinkan
peserta
didik
untuk
mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin. b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran. c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual mereka dalam kelas. d. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sifat-sifat individunya. John W. Santrock (2004) dalam Mulyadi (2009: 5) berpendapat manajemen
kelas
yang
efektif
bertujuan
membantu
siswa
menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan pembelajaran dan mencegah siswa mengalami problem akademik dan emosional.
3. Beberapa Pendekatan dalam Manajemen Kelas a. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (Behavior Modivicatian Approach) Pendekatan manajemen kelas berdasarkan perubahan tingkah laku bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut: 1) Semua tingkah laku yang baik dari yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. 2) Dalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguat positif (positive reinforcement), hukuman (punishment), penghapusan (extinction) dan penguat negatif (negative reinforcement) (Hadari Nawawi, 2002 dalam Mulyadi, 2009: 35). Dalam hal ini tugas guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses diatas yang terbukti merupakan pengontrol tingkah laku manusia, berikut penjelasannya: a) Penguat positif (positive reinforcement)/penghargaan Penguat adalah respons rhadap ttingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Pemberian penguat dalam kelas akan mendorong siswa meningkatkan usahanya dalam kegiatan belajar mengajar dan mengembangkan hasil belajar.
Adapun komponen-komponen yang harus dipahami dan haarus dikuasai penggunaannya oleh guru agar dapat memberikan penguat secara bijaksana adalah sebagai berikut: (1) Penguat verbal, yaitu pemguat berupa kata-kata pujian, pengakuan,
dorongan
yang
dipergunakan
untuk
menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa. (2) Penguat non verbal, yaitu penguat berupa mimik dan gerakan badan, penguat dengan cara mendekati, penguat dengan bentukan, penguat dengan kegiatan yang menyenangkan dan penguat berupa simbol atau benda. b) Hukuman Hukuman
digunakan
untuk
mengurangi
atau
meniadakan tingkah laku siswa yang menyimpang. Penggunaan hukuman secara bijaksana terhadap hal-hal tertentu secara terbas dapat menimbulkan akibat yang baik secara cepat (segera), tetapi guru harus hati-hati mencatat akibat-akibat sampingan dari hukuman itu. Dalam menggunakan hukuman sebagai suatu upaya pendidikan
guru
harus
memahami
dan
mengenali
keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman. Dalam bimbingan ini Edward Lee Thorndike (dalam Mulyadi,
2004) memberi beberapa saran untuk mengurangi dan memperbaiki akibat negatif dari hukuman, saran-saran tersebut antara lain: (1) Memberi hukuman hendaknya diketahui dengan pasti bahwa
hukuman
itu
ada
hubungannya
dengan
pelanggaran. (2) Adalah lebih baik mencegah hukuman dari pada memberi hukuman. (3) Melakukan hukuman lebih buruk dari pada memneri ganjaran kepada anak yang berkelakuan baik. Guru harus menyadari bahwa hukuman tidak boleh diberikan dalam keadaan marah, sebagai pembalasan dendam, dan hukuman yang diberikan akan berdampak positif terhadap perubahan tingkah laku siswa. c) Penghapusan (extinction) Penghapusan
adalah
menahan
(tidak
lagi
memberikan) ganjaran yang diharapkan akan diberikan seperti yang sudah-sudah. Hal ini akan mengakibatkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat penguat. Misalnya, guru selalu memberikan pujian pada salah satu siswa yang selalu mengemukakan pendapatnya di kelas, suatu hari saat siswa mengemukakan pendapatnya
guru tidak lagi memberikan pujian seperti yang diharapkan siswa sebelumnya. Pada kesempatan berikutnya siswa menjadi malas untuk mengemukakan pendapatnya lagi. d) Penguat negatif (negative reinforcement) Yang dimaksud penguat negatif adalah peniadaan perangsang yang tidak mengenakkan (hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah laku yang dimaksud. Misalnya, guru selalu menegur salah satu siswa yang suka membuat gaduh suasana kelas, walaupun sudah ditegur berulang-ulang tapi siswa tersebut tetap saja gaduh. Suatu ketika siswa tersebut lebih sedikit diam dari biasanya, guru tidak menegur dan tidak berkomentar apapun,
selanjutnya
siswa
tersebut
menjadi
lebih
memperhatikan dan tidak berbuat gaduh lagi. b. Pendekatan Iklim Sosio Emosional (Socio Emosional Climate Approach) Pendekatan iklim sosio emosional dalam manajemen kelas berdasarkan pada pandangan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Untuk itu terdapat dua asumsi pokok yang dipergunakan dalam manajemen kelas sebagai berikut: 1) Iklim sosial dan emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan inter personal yang harmonis antar guru dengan
guru, guru dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif. Asumsi ini mengharuskan guru kelas berusaha menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh sikap saling menghargai dan saling menghormati antar personal di kelas. setiap siswa diberi kesempatan untuk ikut serta dalm kegiatan kelas sesuai dengan kemampuannya masing-masing, sehingga timbul suasana sosial emosional yang menyenangkan pada siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. 2)
Iklim sosial dan emosional yang baik menurut
Nawawi dalam Mulyadi (2009: 46) tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang didasari dengan hubbungan yang manusiawi yang efektif. Asumsi kedua menunjukkan bahwa dalam manajemen kelas guru harus berusaha mendorong guru-guru lain agar mampu dan bersedia mewujudkan hubungan yang penuh saling pengertian, hormat dan menhormati dan saling menghargai. Selain itu guru harus bersedia mendengar kritik, saran dan pendapat dari siswa sehingga manajemen kelas berlangsung dinamis.
c. Pendekatan Proses Kelompok (Group Process Approach) Dasar dari pendekatan ini adalah psikologi sosial dan dinamika kelompok yang menmgemukakan dua asumsi sebagai berikut: 1) Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial. Guru dalam manajemen kelas harus selalu mengutamakan keggiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas, kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan bersama dan sedikit mungkin kegiatan yang bersifat individual. 2) Tugas guru yang terutama dalam manajemen kelas adalah pembinaan dan memelihara kelompok yang produktif dan efektif (T. Raka Joni, 1989 dalam Mulyadi, 2009: 55). Guru harus mampu mmembentuk dan mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar dalam kelompok harus dilaksanakan secara efektif agar hasilnya lebih baik dari pada siswa belajar sendiri-sendiri. Adapun pandangan Richard A. Schmuck dan Patricia A. Schmuck berhubungan dengan pendekatan proses kelompok ada enem unsur yang mmenyangkut manajemen kelas yaitu: a) Harapan, b) Kepemimpinan, c) Kemenarikan, d) Norma, e) komunikasi, f) keeratan. 4. Faktor-Faktor Penghambat Manajemen Kelas Dalam pelaksanaan manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat, yaitu:
a. Faktor guru Dalam manajemen kelas, guru pun dapat merupakan faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan
dalam
proses
belajar
mengajar.
Faktor
penghambat yang datang dari guru dapat berupa: 1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola proses belajar mengajar
yang
otoriter
dan
kurang
demokratis
akan
menumbuhkan sikap agresif atau pasif dari murid-murid. 2) Format belajar mengajar yang monoton Format balajar mengajar yang monoton akan menimbulkan kebosanan bagi siswa, format belajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan para siswa bosan, kecewa, frustasi dan hal ini merupakan sumber pelanggaran disiplin. Karena dalam situasi tersebut para siswa akan mengalihkan rasa bosan dengan kegiatan-kegiatan yang negatif seperti melawak dalam kelas. Sebaliknya, format belajar yang bervariasi merupakan kunci manajemen kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan
aktivitas
yang
menyebabkan
menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. 3) Kepribadian guru Seorang guru yang berhasil dituntut untuk besikap adil, hangat, objektif dan fleksibel sehingga terbina suasana
emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Sekiap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah manajemen bagi siswa. 4) Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku siswa dan latar belakangnya Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru dengan sengaja memahami siswa dan latar belakangnya, mungkin karena tidak tahu caranya ataupun karena beban mengajar guru yanh di luar batas kemampuannya yang wajar. 5) Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah manajemen dan pendekatan manajemen baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis Untuk mengatasi masalah ini, salah satu cara yabg disarankan adalah mendiskusikan masalah ini dengan para kolega, diharapkan dengan cara ini dapat membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan manajemen proses belajar mengajar. b. Faktor siswa Setiap siswa harus memiliki perasaan diterima terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kelas. perasaan diterima itu akan menentukan sikap bertanggung jawab terhadap
kelas
yang
secara
langsung
berpengaruh
pertumbuhan dan perkembangan masing-masing.
pada
Setiap siswa harus mengetahui hak-hak dan kewajibannya sebagai anggota kelas dan menghormati hak-hak siswa lain. Kekurangsadaran siswa dalam memenuhi tugas dan hak-haknya sebagai anggota satu kelas atau satu sekolah dapat menjadi faktor masalah manajemen kelas. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan siswa penuh kesadaran akan membawa siswa menjadi tertib. c. Faktor keluarga Keluarga
merupakan
pendidik
yang
pertama
yang
mempengaruhi tingkah laku dan kepribadian anak. Pada masa sebelum sekolah orang tua lah yang menjadi pendidik. Segala bentuk perilaku siswa di kelas merupakan cerminan bagaiman perilakunya di rumah. Dari itu dibutuhkan kerjasama antara keluarga dan pihak sekolah dalam mengatasi perilaku siswa agar terdapat keselarasan antara situasi dan tuntutan dalam lingkungan keluarga dengan situasi dan tuntutan di kelas atau sekolah. d. Faktor fasilitas Fasilitas merupakan penunjang pembelajaran, fasilitas tersebut meliputi besar kelas, besar ruangan kelas dan ketersediaan alat belajar. Semua itu harus di sesuaikan dengan kondisi siswa, misalnya banyak siswa harus disesuaikan dengan besar ruangan kelas atau jumlah buku pelajaran harus sama dengan banyak siswa.
Jika antara semua itu tidak berjalan dengan sinkron maka akan menimbulkan masalah dalam manajemen kelas. B. Suasana Kelas Aktif Suasana kelas yang aktif ditunjukkan dari bagaimana aktivitas siswa di dalam kelas saat mengikuti pembelajaran. Sebagai seorang pendidik tentu mengharapkan terciptanya suasana kelas yang hidup saat proses pembelajaran, terlihat dari adanya interaksi antara pendidik dengan siswa dan antara siswa satu dengan yang lain. Dapat dibayangkan apabila saat proses pembelajaran tidak ada interaksi/aktivitas yang bararti di dalam kelas, siswa hanya duduk dan mendengarkan guru berbicara di depan kelas tentu hal tersebut sangat membosankan. Sebaliknya, apabila tercipta suasana yang aktif dalam kelas saat proses pembelajaran maka siswa akan merasa senang dan rileks dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka, mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran Aktif berarti peserta didik aktif secara fisik dan mental dalam hal mengemukakan penalaran (alasan), menemukan kaitan yang
satu
dengan
yang
lain,
mengkomunikasikan
ide/gagasan,
mengemukakan bentuk representasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalan (Ahmadi & Amri, 2011: 30).
Perlunya diadakan kegiatan belajar yang aktif untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Belajar aktif membantu untuk mendengarkannya, melihatnya, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain. Proses belajar dapat dikatakan aktif apabila mengandung hal-hal di bawah ini: 1. Komitmen (keterlekatan pada tugas), berarti materi, metode, dan strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant). 2. Tanggung jawab, merupakan suatu proses belajar yang memberi wewenang pada siswa untuk kritis, guru lebih banyak mendengar dari pada bicara, menghormat ide-ide siswa, memberi pilihan dan memberi kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri. 3. Motivasi
intrinsik
dan
motivasi
ekstrinsik,
dengan
lebih
mengembangkan motivasi intrinsik siswa agar proses belajar yang ditekuninya muncul berdasarkan minat dan inisiatif sendiri bukan karena dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar siswa akan meningkat karena ditunjang oleh pendekatan belajar yang dilakukan guru lebih dipusatkan kepada siswa. Agar tercipta keaktifan siswa saat peoses pembelajaran maka guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan balik, belajar kelompok dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan
semua
siswa
mampu
unjuk
kemampuan
atau
mendemonstrasikan kinerja sebagai hasil belajar. Dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran guru juga perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktif dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan semua siswa terlibat baik secara mental maupun secara fisik. Sedikitnya ada empat strategi yang perlu dikuasai guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam memacu keaktifan siswa yaitu: a. Tersedianya
pertanyaan
yang
mendorong
siswa
berfikir
dan
berproduksi. Salah satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi siswa untuk berfikir, melalui proses bertanya akan merangsang siswa menggunakan gagasan sendiri dalam menjawabnya. Jenis pertanyaan yang dimaksud antara lain pertanyaan produktif, terbuka, dan imajinatif. Di bawah ini merupakan contoh pertanyaan yang dapat merangsang berfikir anak: Tabel 2.1 Pertanyaan yang mendorong siswa berfikir dan berproduksi Kategori
Arti
Contoh
Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan yang memiliki Mengapa lebih dari satu jawaban Muhammad
Nabi ketakutan
benar. Produktif
saat berada di Gua Hira?
Pertanyaan dapat
yang
dijawab
pengamatan,
hanya Bagaimanakah
cara
melalui bertayyamum yang benar
percobaan, itu?
atau penyelidikan. Imajinatif
Interpretatif
pertanyaan Diperlihatkan anak yang
yang jawabannya di luar sedang
memandangi
benda/gambar/kejadian
gambar Ka’bah kemudian
yang diamati.
guru
mengajukan
pertanyaan.
Apa
yang
sedang dipikirkan anak tersebut? (maka jawaban siswa akan bervariasi).
Selain siswa yang bertanya, guru juga perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Hal itu dapat menumbuhkan motivasi, menarik perhatian dan mengkondisikan siswa. Di bawah ini merupakan manfaat pertanyaan yang diajukan guru, diantaranya: 1) Mengarahkan konsentrasi siswa: ketika pertanyaan diajukan dapat memotivasi siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Artinya pikiran siswa telah terfokus terhadap pertanyaan dan inderanya tidak lagi disibukkan dengan hal-hal lain.
2) Terjadi interaksi yang seimbang antara guru dengan siswa: pertanyaan dapat menjadikan siswa merasa tertantang, ini yang disebut
dengan
kompetisi
untuk
mendapatkan
informasi/pengetahuan. 3) Mengajukan pertanyaan dapat mencapai tiga tujuan moral dan edukasi, yaitu: kogmitif, emosi dan kinetik. 4) Pertanyaan dapat lebih menonjolkan informasi/pengetahuan ynag lebih menarik. 5) Pengejaran
langsung
sekaligus
cepat
dalam
mendapatkan
pengetahuan: dapat membuat rangsangan bagi siswa, sehingga siswa
begitu antusias untuk mengetahui jawabannya sebelum
meninggalkan kelas. b. Menyediakan umpan balik yang bermakna. Umpan balik adalah respon/reaksi guru terhadap perilaku siswa. Apa yang dilakukan guru ketika siswa bertanya, ketika siswa berpendapat, ketika siswa menunjukkan hasil kerja, ketika siswa membuat kesalahan. Umpan balik yang baik adalah respon guru yang bersifat tidak memvonis (salah, bukan, tidak, baik atau betul). Umpan balik yang bersifat memvonis menjadikan siswa tergantung pada guru, sedangkan umpan balik yang tidak memvonis membuat siswa merasa dihargai, dapat befikir, dan bertanggung jawab untuk menilai mutu gagasan sendiri.
Tabel 2.2 Contoh umpan balik yang tidak memvonis Perilaku Siswa
Umpan Balik dari Guru
Bertanya:”pak, apakah berbohong Bertanya balik:“menurut ananda itu membatalkan puasa?” Memberi
bagaimana?”
pendapat:”berbohong Bertanya:”mengapa
tidak membatalkan puasa?”
ananda
berpendapat seperti itu? coba jelaskan!”. “Argumen ananda sangat logis,
Beragumentasi
bagaimana pendapat teman-teman ananda?”
c. Belajar secara kelompok. Salah satu cara mengaktifkan siswa adalah melalui belajar kelompok, melalui belajar kelompok siswa akan terlatih untuk mengemukakan pendapat terhadap persoalan yang didiskusikan. Selain itu siswa akan terlatih terampil bekerjasama dan mandiri dalam mengembangkan pemikiran untuk memecahkan suatu masalah. d. Menyediakan penilaian yang memberi peluang semua siswa mampu melakukan unjuk perbuatan. Menilai adalah mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa, tentang apa yang sudah dikuasai dan belum dikuasai siswa. Informasi
tersebut
diperlikan
agar
guru
dapat
menentukan
tugas/kegiatan atau bantuan apa yang harus diberikan berikutnya
kepada siswa agar pengetahuan, kemampuan, dan sikap mereka lebih berkembang. Oleh karena itu penilaian sebaiknya dilakukan secara alami dalam konteks guru mengajar dan siswa belajar, tidak diadakan secara khusus dalam waktu yang khusus terpisah dari kegiatan belajar mengajar, seperti tes. C. Pembelajaran Pai Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada individu yang belajar. Menurut Jihad & Haris dalam Martinis (2009: 123) pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek yaitu belajar (tertuju kepada apa yang harus dilakukan siswa) dan mengajar (berorientasi pada aspek yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran). Dengan kata lain pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: bahan yang dipelajari, instrumen, lingkungan dan kondisi individu siswa. Sedangkan mengajar pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara belajar bagaimana belajar (Jayce, Weil dan Shire, dalam Abdul Majid (2008: 225). Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah agar murid dapat menguasai bahan-bahan
belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu guru melakukan bernagai upaya mulai dari penyususnan rencana pelajaran, menggunakan srategi belajar mengajar yang relevan, dan sebagainya. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih saja ada murid yang tidak menguasai materi pelajaran dengan baik sebagimana tercermin dalam nilai atau hasil belajar. Hal itu terjadi khususnya pada pembelajaran PAI. Pelajaran PAI tidak sesederhana dalam proses penyampaiannya, tetapi lebih jauh dari itu, fungsi dan peran PAI sampai pada pembentukan akhlak karimah dan kepribadian seutuhnya (kaffah). Maka pembelajaran PAI memerlukan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang diharapkan. Dan perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang menyokong pembelajaran PAI. 1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Telah disampaikan bahwa fungsi dan peran PAI adalah membentuk akhlak karimah dan kepribadian yang utuh. Dibawah ini terdapat beberapa prinsip yang dapat dijadikan pelajaran dari tindakan Rasulullah dalam menanamkan rasa keimanan dan akhlak terhadap anak, yaitu: a. Motivasi: segala ucapan Rasulullah mempunyai kekuatan yang dapat menjadi pendorong-pendorong individu untuk melkukan suatu kegiatan mencapai tujuan. Begitu pula seorang guru hendaknya dapat menjadi motivator bagi siswanya.
b. Fokus:
perkataan
Rasulullah
ringkas,
langsung
pada
inti
pembicaraan tanpa ada kata yang memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah dipahami. Seorang guru dalam memberi penjelasan materi hendaknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. c. Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu yang cukup kepada anak untuk menguasainya. d. Repetisi: senantiasa melakukan tiga kali pengulangan pada kalimat-kalimatnya supaya dapat diingat atau dihafal. e. Analogi langsung: menggunakan perumpamaan langsung untuk mengasah otak dalam menggerakkan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk merenung atau tafakkur. f. Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu: kognitif, emosional dan kinetik. g. Menumbuhkan
kreativitas
anak:
dengan
cara
mengajukan
pertanyaan kemudian mendapat jawaban dari anak yang ditanyai. h. Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara psikologis, sehingga dapat mengatasi dan memahami perilaku anak. i. Aplikasi: Rasulallah langsung memberikan pekerjaan kepada anak yang berbakat. j. Do’a: setiap perbuatan Rasulallah mengajarkan mengawali dan mengakhirinya dengan do’a.
k. Teladan: Rasulallah senantiasa mencontohkan mengenai perbuatan yang diajarkan (satu kata antara ucapan dan perbuatan yang dilandasi dengan niat yang tulus karena Allah). Sementara itu prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar yang lain, yaitu: Berpusat pada anak didik, belajar dengan melakukan, mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, dan mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah. 2. Prosedur Pembelajaran Pemahaman terhadap pendekatan, metode dan teknik pembelajaran tidak dapat diabaikan dalam proses pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi berkenaan dengan hakikat dan belajar mengajar agama islam, metode adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan, sedangkan teknik adalah kegiatan sepesifik yang diimplementasikan dalam kelas sesuai dengan metode dan pendekatan yang dipilih. Pengembangan kegiatan belajar mengajar PAI harus diorientasikan pada fitrah manusia yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad, akal dan ruh. Ketiga dimensi dalam diri manusia tersebut haruslah dipelihara agar terwujud keseimbangan. Untuk mewujudkan keseimbangan tersebut diperlukan ketepatan dalam menentukan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan. Pada PAI, pemilihan ketiga hal tersebut
diorientasikan pada pembiasaan, pelatihan, dan perenungan yang dibantu oleh seorang guru/pembimbing. 1) Pendekatan Menurut Talkhah (2004) dalam Abdul Majid, 2008: 133) ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat kajian lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran agama islam, diantaranya: a) Pendekatan Psikologis (psychological approach) Berdasarkan aspek psikologis manusia, meliputi aspek rasional/intelektual: mendorong manusia untuk berfikir ciptaan Tuhan di langit dan di bumi, emosional: untuk merasakan adanya Kekuasaan Tertinggi yang gaib sebagai pengendali jalannya alam dan kehidupan , ingatan: untuk difungsikan ke dalam kegiatan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang diturunkan-Nya. b) Pendekatan sosio-kultural (socio-cultural) Melihat dimensi manusia tidak saja sebagai individu melainkan juga seabagai makhluk sosial yang mampu mengembangkan sistem budaya dan kebudayaan yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya. Sedangkan Depag (2004) menyajikan konsep pendekatan terpadu dalam pembelajarn agama Islam yang meliputi: a) Keimanan, mengembangkan pemahaman siswa tentang adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk.
b) Pengalaman,
mempraktekkan
dan
merasakan
hasil-hasil
pengamalan ibadah dalam kehidupan. c) Pembinaan, membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi kehidupan. d) Rasional, memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk. e) Emosional, menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa. f) Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (AlQur’an, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah dan tarikh), dari segi manfaatnya bagi peseta didik. g) Keteladanan, menjadikan figur guru agama dan non agama serta petugas sekolah lainnya maupun orangtua peserta didik sebagai cerminan manusia berkepribadian agama. 2) Metode Berbagai
pendekatan
yang
dipergunakan
dalam
pembelajaran agama Islam harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran PAI yang bersifat prosedural yang turut menentukan sukses tidaknya pencapaian tujuan pendidikan agama Islam. Berkenaan dengan metode, al-Qur’an (al-Nahl: 125) telah memberi petunjuk mengenai metode pendidikan secara umum.
Artinya: “ Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dam pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang sangat mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang sangat mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Berikut ini merupakan beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. a) Metode ceramah Metode ceramah merupakan cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama kepada siswa, hendaknya ceramah mudah diterima, isinya mudah dipahamiserta mampu menstimulasi siswa untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar dari isi ceramah yang disampaikan. Ceramah yang disampaikan hendaknya mempunyai bobot, logis, fsih dan jelas, sehingga siswa cepat memahami, mengerti dan menerima apa yang disampaikan guru. Dalam proses belajar di sekolah tujuan metode ceramah adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep, pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak serta luas. Secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk:
(1) Menciptakan landasan pemikiran siswa melalui produk ceramah yaitu bahan siswa sehingga siswa dapat belajar melalui bahan tulisan tersebut. (2) Menyajikan
garis-garis
besar
isi
pelajaran
dan
permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran. (3) Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar. (4) Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang. (5) Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur yang harus ditempuh siswa. b) Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta didik bermaksud untuk merangsang berfikir dan membimbing dalam mencapai kebenaran. Proses tanya jawab terjadi apabila ada ketidak tahuan atas ketidak pahaman akan sesuatu peristiwa, dalam proses belajar mengajar tanya jawab dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara guru bertanya kepada peserta didik atau peserta didik bertanya pada guru. Adapun tujuan metode tanya jawab adalah:
(1) Mengecek dan mengetahui sampai sejauhmana kemampuan siswa menguasai pelajaran. (2) Memeberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang sesuatu masalah yang belum dipahaminya. (3) Memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar. (4) Melatih siswa untuk berfikir dan berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran yang orisinil. c) Metode diskusi Diskusi pada dasarnya ialah tukar-menukar informasi, pendapat, dan pengalaman untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu (Nana Sudjana, 2002 dalam Abdul Majid, 2008: 142). Metode diskusi bertujuan untuk: (1) Melatih siswa mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan. (2) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional. (3) Mengembangkan
kemampuan
berfikir
sendiri
dalam
memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif. (4) Mengembangkan keberhasilan siswa dalam menemukan pendapat.
(5) Melatih siswa untuk berani berpendapat tentang sesuatu masalah (Mulyani Sumantri, 1999: 1455 dalam Abdul Majid, 2008: 142). d) Metode kisah Al-Qur’an dan al-hadis banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malikat, para Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan senagainya. Dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai religius dan pedagogis yang memungkinkan siswa mampu meresapinya, apalagi menyampaikan kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara yang menyentuh hati dan perasaan. Menurut al-Nahwawi dalam A. Tafsir (2004: 140) (Abdul Majid, 2008: 144). Metode kisah ini amat penting karena: (1) Kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya,
selanjutnya
makna-makna
itu
akan
menimbulkan kesan dalam hati. (2) Kisah Qurani dan Nabawi dapat menyentuh hati karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh sehingga pembaca atau pendengar dapat atau merasakan kisah-kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya.
(3) Kisah Qurani dan Nabawi memdidik rasa keimanan dengan cara: (a) Membangkitkan berbagai perasaan seperti kauf, rida dan cinta. (b) Mengarahkan seluruh perasaan sehingga bertumpu pada suatu puncak yaitu kesimpulan kisah. (c) Melibatkan pembaca/pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional. e) Metode Suri Teladan Uswah al-hasanah, yaitu metode yang dapat diartikan sebagai "keteladanan yang baik.” Dengan adanya teladan yang baik itu, maka akan menumbuhkab hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya. Dan memang sebenarnyalah bahwa dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh tingkah laku yang baik dalam hal apapun, maka hal itu merupakan suatu amaliyah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak maupun dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari. f) Metode Hikmah dan Mau’izah Hasanah Hikmah mengandung pengertian perkataan tegas dan benar antara hak dan yang batil. Penggunaan metode hikmah adalah upaya menuntut orang lain menggunakan akalnya untuk mendapatkan kebenaran dan kebaikan, namun untuk itu
diperlukan penjelasan yang rasioanal, keterangan yang tegas dan apa yang dikemukakan dengan dasar atau alasan yang benar beserta bukti yang nyata. Untuk mewujudkan hikmah, maka dibutuhkan dua hal yaitu adanya akal dan ilmu. Sedangkan al-mau’izah al-hasanah adalah mengingatkan dengan cara yang baik. Tentu masih banyak lagi metode-metode lain yang dapat di praktekkan dalam pembelajaran PAI yang menunjang tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran PAI sebagai pembentuk akhlak karimah siswa. 3) Teknik Berbagai metode yang telah dikemukakan selanjutnya perlu dikembangkan secara rinci ke dalam teknik atau prosedur pembelajaran. Dibaawah ini dijabarkan prosedur penggunaan teknikteknik pembelajaran yang berorientasi pada nilai sebagaimana diuraikan Muhaimin (2004: 176-179) dalam Abdul Majid (2008: 161-164) sebagai berikut: a) Teknik indoktrinasi Tekinik ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: (1) tahap brainwashing, merusak tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi siswa, (2) tahap menanamkan fanatisme, menanamkan ide-ide baru yang dianggap benar ssehingga nilai-
nilai yang ditanamkannya masuk kepada anak tanpa melalui pertimbangan rasional yang mapan, (3) tahap penanaman doktrin, pada saat penanaman doktrin hanya dikenal adanya satu nilai kebenaran yang disajikan. b) Teknik moral reasoning Teknik ini dilakukan dengan jalan: (1) penyajian dilema moral, guru menyajikan problematik nilai yang bersifat kontradiktif melalui observasi, koran, dll, (2)
pembagian
kelompok diskusi, siswa dibagi ke dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan hasil pengamatan terhadap dilema moral tersebut, (3) diskusi kelas,
mengklarifikasi nila, membuat
alternatif dan konsekuensinya, (4) menggorganisasi nilai-nilai terpilih dalam diri siswa melalui pendapat siswa. c) Teknik meramalkan konsekuensi Mengandalkan kemampuan berfikir ke depan bagi siswa untuk membuat proyeksi tentang hal-hal yang akan terjadi dari penerapan suatu nilai tertentu. Adapun langkah teknik ini sebagai berikut: (1) siswa di beri kasus, (2) siswa diberi pertanyaan yang berhubungan dengan nilai-nilai yang ia lihat, (3) membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam kasus dengan nilai-nilai yang bersifat kontradiktif, (4) kemampuan meramalkan konsekuensi yang akan terjadi dari pemilihan dan penerapan suatu tata nilai tertentu.
d) Teknik klarifikasi Merupakan salah satu cara untuk membantu siswa dalam menentukan nilai-nilai yang akan dipilihnya. Dapat ditempuh melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap pemberian contoh, guru memperkenalkan pada siswa nilai-nilai yang baik kemudian memberikan contoh penerapannya, (2) tahap mengenal kelebihan dan kekurangan nilai, siswa dapat memilih nilai-nilai yang ia setujui dan yang dianggap paling baik dan benar, (3) tahap mengorgenisasikan tata nilai pada diri siswa, siswa dapat mengorganisasikan sistem nilai tersebut dalam dirinya dan menjadikan nilai itu sebagai dari pribadinya. e) Teknik internalisasi Tahap-tahap dari teknik ini adalah: (1) tahap transformasi nilai, guru menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa, (2) tahap transaksi nilai, guru melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata dan siswa diminta memberikan respons yang sama yakni menerima dan
mengamalkan
nilai-nilai
tersebut,
(3)
tahap
transinternalisasi, komunikasi dua kepribadian (gur dan siswa) yang masing-masing terlibat secara aktif, siswa melihat guru bukan dari fisiknya lagi tapi dari sikap mentalnya.
D. Classroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran Pai Agar dalam pelaksanaan pengelolaan kelas dapat mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PAI maka guru harus memahami hal-hal di bawah ini: 1. Prinsip Pengelolaan Kelas Di bawah ini merupakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas diantaranya: (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri. 2. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas Keterampilan dalam mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut: a. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal. 1) Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberikan reaksi terhadap gangguan di kelas. 2) Membagi perhatian secara visual dan verbal. 3) Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran. 4) Memberi petunjuk yang jelas. 5) Memberi teguran secara bijaksana. 6) Memberi penguatan ketika diperlukan.
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal. 1) Modifikasi perilaku. a) Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan. b) Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan. c) Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman. 2) Pengelolaan kelompok dengan cara: a) Peningkatan kerjasama dan keterlibatan b) Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul. 3) Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah. a) Pengabdian yang direncanakan. b) Campur tangan dengan isyarat. c) Mengawasi secara ketat. d) Mengakui perasaan negatif peserta didik. e) Mendorong
peserta
didik
untuk
mengungkapkan
perasaannya. f) Menjauhkan
benda-benda
yang
dapat
konsentrasi. g) Menyusun kembali program belajar. h) Menghilangkan ketegangan dengan humor. i) Mengekang secara fisik.
mengganggu
3. Masalah-Masalah dalam Manajemen Kelas Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar yaitu masalah perorangan dan masalah kelompok. a. Masalah Perorangan Masalah perorangan muncul karena dalam individu ada kebutuhan ingin diterima kelompok dan ingin mencapai harga diri. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan merasa dirinya berguna. Jika seseorang mencapai kegagalan dalam mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku yang menyimpang. Dalam konteks ini (Casse dalam T. Raka Joni, 1989) membedakan empat kelompok masalah manajemen kelas yang bersifat individual (Mulyadi, 2009: 12), yaitu: 1) Attention-getting behaviors (tingkah laku menarik perhatian orang lain). 2) Power-seeking behavoirs (tingkah laku mencari kekuasaan). 3) Revenge-seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas). 4) Peragaan ketidak mampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apaun karena yakin hanya kegagalanlah yang menjadi bagiannya. Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalahmasalah perorangan seperti diuraikan di atas pada diri para siswa. Pertama, apabila seorang guru merasa terganggu olen perbuatan
seorang siswa maka kemungkinan siswa yang bersangkutan ada pada kategori Attention-getting behaviors (tingkah laku ingin menarik perhatian orang lain). Kedua, apabila guru merasa dikalahkan atau terancam maka kemungkinan siswa yang bersangkutan ada pada kategori Power-seeking behavoirs (tingkah laku mencari kekuasaan). Ketiga, jika guru merasa tersinggung atau terluka hati maka kemungkinan siswa tersebut ada pada kategori Revenge-seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas). Keempat, jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal ini merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidak mampuan. Guru hendaknyaa benar-benar mampu mengenal dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa yang mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut bakas atau memperlihatkan ketidak mampuan agar guru mampu menangani masalah siswa secara tepat pula. Menurut Maman Rahman (1998) dalam Mulyadi (2009: 15), bahwa dari keempat tindakan individu di atas akan mengakibatkan terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering dijumpai pada anak usia sekolah, yaitu: a) Pola aktif konstruktif yaitu pola tingkah laku yang ekstrim, ambiguous untuk menjasi superstar di kelas dan berusaha membentuk guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati.
b) Pola aktif destruktif yaitu pola tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar dan membrontak. c) Pola pasif kinstruktif yaitu pola yang menunjukkan kepada satu bentuk tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya selalu dibantu dan mengharapkan perhatian. d) Pola
pasif
destruktif
yaiatu
pola
tingkah
laku
yang
menunjukkan kemalasan dan keras kepala. b. Masalah Kelompok Louis V Johnson dan Mary A, bany (dalam T. Raka Joni, 1989) mengemukakan
tujuh
kategori
masalah
kelompok
dalam
manajemen kelas (Mulyadi, 2009: 15). Masalah-masalah yang dimaksud adalah: 1) Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Kurang kohesifnya kelompok dalam suatu kelas ditandai dengan adanya konflik diantara para anggota kelompok, akibatnya siswa-siswi tidak saling bantu membantu. 2) Penyebalan
terhadap
norma-norma
tingkah
laku
yang
disepakati sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras diruang baca perpustakaan.
3) Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misal mengejek anggota kelas yang dalam pelajaran seni suara menyanyi dengan suara sumbang. 4) Membimbing anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya memberi semangat kepada badut kelas. 5) Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan. 6) Semangat kerja rendah atau melakukan semacam aksi protes kepada guru karena menganggap yang diberikan kurang fair. 7) Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru seperti gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain dan sebagainya. 4. Prosedur Manajemen Kelas Untuk memiliki kemampuan manajemen kelas, guru harus memahami pengertian prosedur manajemen kelas itu sendiri. Pengertian prosedur manajemen kelas sukar dipisahkan dengan pengertian manajemen kelas, karena manajemen kelas adalah pekerjaannya sedangkan prosesdur manajemen kelas adalah langkahlangkah bagaiman pekerjaan itu dikerjakan. Kalau manajemen kelas diartikan sebagai kegiatan menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, maka prosedur manajemen kelas adalah langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan bagi terciptanya
kondisi optimal dan mempertahankan optimal tersebut agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dengan demikian maka prosedur manajemen kelas merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk melakukan pekerjaan manajemen kelas itu dengan baik. Hal ini mengandung pengertian bahwa langkah-langkah yang akan diambil itu harus didahului dengan suatu pertimbangan yang masak (reflection) lalu mulai merencanakan (planning) serta merumuskan langkah-langkah yang dilaksanakan (action). Adapun prosedur manajemen kelas dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: a. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan (preventif). Tindakan pencegahan yaitu menyediakan kondisi baik fisik maupun sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar (Ahmad Rohani, 2004: 127). Menurut Mulyani Sumantri (1999) dalam Mulyadi (2009: 20) dalam mengembangkan keterampilan manajemen siswa yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara sebagai berikut: 1) Menunjukkan sikap tanggap Dalam proses pengajaran guru harus terlibat secara fisik maupun mental (guru selalu memiliki waktu untuk semua
perilaku peserta didik), baik perilaku yang posotif maupun perilaku negatif siswa. 2) Membagi perhatian Guru harus mampu membagi perhatian kepada semua peserta didik, perhatian itu dapat bersifat verbal maupun visual. 3) Memusatkan perhatian kelompok Guru harus selalu menyiagakan peserta didik dan menuntut tanggung jawab atas tugas-tugasnya. 4) Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas Petunujuk mengenai materi yang disampaikan, tugas yang diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lainnya yang berhubungan dengan pelajaran. 5) Menegur Guru harus menegur peserta didik bila mereka menunjukkan perilaku yang menyimpang atau mengganggu. Sampaikan teguran itu dengan tegas dan jelas, hindari ejekan dan peringatan yang kasar serta menyakitkan. 6) Memberikan penguatan Guru hendaknya memberi penguatan pada perilaku peserta didik yang positif agar perilaku tersebut muncul kembali, dan memberi teguran atau hukuman kepada perilaku negatif siswa agar perilaku tersebut tidak diulang kembali.
b. Prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan (kuratif). Merupakan langkah-langkah tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu kondisi optimal dan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung. Berkenaan dengan kegiatan yang bersifat penyembuhan ini, Johar Purnama (2000) dalam Mulyadi (2009: 25) mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi masalah siswa Pada
langkah
pengelolaan
ini,
kelas.
guru
mengenal
berdasarkan
masalah
masalah-masalah tersebut
guru
mengidentifikasi jemis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut. 2) Menganalisis masalah Guru menganalisis penyimpanagan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang serta sumber-sumber dari penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan alternatif-alternatif penanggulannya. 3) Menilai alternatif-alternatif pemecahan Guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap tepat dalam menangani masalah tersebut. 4) Mendapatkan balikan (feed-back)
Pada langkah ini guru melaksanakan monitoring, dengan tujuan menilai keampuhan pelaksanaaan dari alternatif pemecahan untuk mencapai sasaran sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan dengan para peserta didik. Guru perlu menjelaskan maksud pertemuan tersebut sehingga siswa mengetahui dan menyadari bahwa pertemuan itu sematamata untuk perbaikan peserta didik maupun lembaga. 5. Strategi Pembelajaran Aktif Apabila guru telah memahami hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan kelas di atas (Prinsip Pengelolaan Kelas, Komponen Keterampilan
Pengelolaan
Kelas,
Masalah-Masalah
Dalam
Manajemen Kelas, Prosedur Manajemen Kelas), maka tugas guru selanjutnya
adalah
bagaimana
melaksanakan
pengelolaan
pembelajaran dengan baik. Perlu diketahui, yang paling mempengaruhi hidup tidaknya suatu kelas adalah bagaimana strategi dan teknik yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Kelas yang hidup dapat dilihat dari adanya interaksi yang aktif antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa strategi dan teknik yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa pada saat proses pembelajaran, diantaranya (Melvin L. Siberman, 2009: 103-211). a. Pengajaran kelas penuh (full class-Learning) Bagian ini berkaitan dengan cara-cara membuat pengajaran yang dibimbimng oleh guru menjadi lebih interaktif. Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam strategi ini adalah Inquiring Minds What To Know (membangkitkan rasa ingin tahu), teknik ini merangsang rasa ingin tahu peseerta didik dengan mendorong spekulasi mengenai topik atau permasalahan. Berikut prosedur pelaksanaan 1) Tanyakan ke kelas, satu pertanyaan pembangkit minat untuk merangsang keingintahuan tentang sebuah persoalan yang ingin anda diskusikan. Contoh: mengapa seorang muslim diwajibkan menutup aurat? 2) Doronglah untuk berspekulasi dan menebak dengan bebas. 3) Jangan memberi umpan balik dengan segera, terimalah semua tebakan siswa. 4) Gunakan pertanyaan sebagai petunjuk ke arah apa yang sekiranya anda ajarka, sertakan jawaban terhadap pertanyaan anda dalam presentasi anda. b. Merangsang diskusi kelas Meskipun melalui diskusi akan membuat suasana kelas menjadi panas, tetapi pertukaran pendapat dapat diatur antara peserta didik dan
dirancang agar seluruh peserta didik terlibat. Salah satu teknik dalam strategi ini adalah Aktive Debate (perdebatan aktif), mengembangkan pemikiran dan refleksi. Berikut Prosedur pelaksanaan 1) Kembangkan suatu pertanyaan yang berkaitan dengan sebuah isu kontroversial yang berkaitan dengan mata pelajaran anda. Misalnya: hukuman mati hidup bagi koruptor. 2) Bagi kelas menjadi dua tim debat, pro dan kontra. 3) Masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi 3 atau 4 sub kelompok. Jadi terdapat 3 kelompok pro dan 3 kelompok kontra. Tiap sub kelompok mengembangkan argumen untuk posisi yang ditentukan. Suruh sub kelompok memilih seorang juru bicara. 4) Aturlah 3 sampai 4 kursi untuk juru bicara tiap sub kelompok, juru bicara kelompok pro dan kontra saling berhadapan. Mulailah perdebatan dengan menyuruh para juru bicara menyampaikan pandangan-pandangan mereka. 5) Ketika dipikir sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut. c. Mengajar teman sebaya Salah satu tenik dalam strategi ini adalah Jigsaw, berikut prosedur pelaksanaannya: 1) Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagianbagian. Contoh: masalah shalat mengenai syarat dan rukun.
2) Hitunglah jumlah bagian belajar dan jumlah siswa. Bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda, suruh kelompok untuk berdiskusi bagian bab yang di dapat. 3) Setelah selesai, bentuklah kelompok jigsaw learning, setiap kelompok mempunyai wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas. contoh, setiap anggota masing-masing kwartet menghitung 1, 2, 3, 4, kemudian bentuklah kelompok peserta didik jigsaw learning dengan jumlah sama. Hasilnya akan terdapat 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang (trio). Dalam setiap trio akan ada orang peserta yang mempelajari bagian 1, seorang peserta bagian 2, dan seorang lagi bagian 3. 4) Mintalah anggota kelompok jigsaw untuk mengajarkan materi yang telah dipelajari kepada yang lain. 5) Kumpulkan kembali peserta didik ke kelas besar untuk memberi ulasan dan sisakan pertanyaan guna memastikan pemahaman yang tepat. d. Belajar mandiri Salah satu teknik dari strategi ini adalah mind maps (peta pikiran), pelaksanaannya sebagai berikut: 1) Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran, contoh Rukun Haji 2) Kontruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan, atau simbol. Contoh menggunakan
gambar orang memakai pakaian ihram, gambar ka’bah, dan sebagainya. 3) Berikanlah kertas, pena dan sumber-sumber yang lain yang anda pikir akan membantu peserta didik membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. 4) Berikanlah waktu yang banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka untuk melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide. 5) Perintahkan pada peserta didik untuk saling membagi peta pikirannya. Lakukan diskisi tentang nilai cara kreatif untuk menggambarkan ide-ide. e. Belajar efektif Salah satu teknik dalam strategi ini adalah Non Threatering Role Playing (bermain yang menyenangkan), berikut adalah prosedur pelaksanaannya: 1) Buatlah
satu
permainan
peran
dimana
anda
akan
mendemonstrasikan perilaku yang diinginkan, seperti berbakti pada kedua orang tua. 2) Informasikan kepada kelas bahwa anda akan memainkan peran utama dalam bermain peran ini, pekerjaan peserta didik adalah membantu anda behubungan denagn situasi. 3) Mintalah relawan peserta didik bermain peran menjadi orang lain dalam situasi itu (anak), berilah peserta didik itu catatan
pembukaan untuk dibaca guna membantu atau membawa masuk pada peran. Mulailah bermain peran, tetapi berhentilah pada interval yang sering dan mintalah kelas untuk memberi anda feedback dan arah seperti kemajuan skenario. Jangan ragu untuk memberikan garis khusus bagi anda untuk digunakan, 4) Teruskan bermain peran sampai siswa secara meningkat melatih anda bagaimana menangani situasi, hal ini memberi mereka latihan keterampilan ketika anda melakukan peran yang sebenarnya untuk mereka. f. Pengembangan kecakapan Salah satu teknik dalam strategi ini adalah Practice-rehearsal pairs (latihan praktek berpasangan), berikut prosedur pelaksanaannya: 1) Pilihlah serangkaian kecakapan atau prosedur yang anda inginkan untuk dikuasai peseta didik misalnya hafalan ayat-ayat al-qur’an. Buatlah pasangan. Dalam setiap pasangan tugaskan dua peran, satu sebagai penjelas/demonstrator dan dua sebagai pengecek. 2) Penjelas/demonstran menjelaskan dan atau mendemonstrasikan hafalannya, pengecek memverifikasi bahwa hafalan tersebut adalah benar, mendorong dan memberikan latihan kalau diperlukan. 3) Partner-partner menukar balik peran, penjelas/demonstrator baru diberi kecakapan atau prosedur lain untuk dilaksanakan. 4) Proses terus berlangsung sampai semua kecakapan dilakukan gladi resik.
Itulah beberapa strategi pembelajaran aktif yang dapat peneliti sampaikan, tentu masih banyak lagi berbagai strategi pembelajaran aktif yang dapat di terapkan dalam proses belajar mengajar. Maka dengan adanya pelaksanaan pengelolaan kelas yang baik dan penerapan strategi serta tenik mengajar yang efektif maka tidak dapat diragukan lagi proses pembelajaran akan berlengsung dengan aktif, siswa tidak akan merasa jemuh lagi dan akan lebih memerhatikan materi yang diajarkan guru, dengan demikian tujuan-tujuan pembelajaran pun akan tercapai.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum dan Subjek Penelitian 1. Sejarah berdiri SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga merupakan sekolah swasta yang berdiri di bawah naungan Yayasan Pesantren Luhur Salatiga yakni pada tahun 2004. Sekolah ini merupakan salah satu SMP favorit di salatiga, pada tahun 2007 sekolah ini memperoleh akreditasi B, namun karena prestasi yang terus meningkat dari kualitas lulusan dan fasilitas yang memadai maka pada tahun 2011 sekolah ini berhasil memperoleh akreditasi A. Sekolah yang mengutamakan mutu dan religiusitas ini memiliki visi yaitu mewujudkan sekolah unggulan berdasarkan iman dan taqwa yang berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi dan lingkungan. Dengan merekrut tenaga pendidik yang profesional dibidangnya, dan didukung oleh sarana dan fasilitas yang lengkap dan memadai merupakan modal untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelegensi tapi juga berakhlak mulia. 2. Profil SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga a. Tahun Pelajaran b. Sekolah:
: 2015 – 2016
1) Nama Sekolah
: SMP
Islam Al – Azhar
18
Salatiga 2) NIS/NPSN
: 200220 / 20328443
3) NSS
: 202036204026
4) Status Sekolah
: Swasta
5) Akreditasi
: B ( 2007 ) dan
6) Alamat Sekolah
: Jl. Siranda Raya –Bancaan Salatiga
A ( 2011 )
Telp. / Fax. (0298) 326828 7) Kelurahan
: Sidorejo Lor Salatiga
8) Kecamatan
: Sidorejo
9) Kota
: Salatiga
10) Propinsi
: Jawa Tengah
11) Kode Pos
: 50711
12) Tahun Berdiri
: 2004
13) Kelompok Sekolah
: Filiat ( Biasa )
14) Luas Bangunan
: 1.056 M2 ( 3 lantai )
15) Bangunan Sekolah
: Milik Sendiri
16) Organisasi Penyelenggara: Organisasi/Yayasan Pesantren Luhur Salatiga. c. Visi dan Misi SMP Al-Azhar 18 Salatiga Visi: “ Terwujudnya sekolah unggulan berdasarkan iman dan taqwa yang berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi dan lingkungan.”
Misi: 1) Mewujudkan nilai–nilai agama dan budaya bagi bekal hidup peserta didik. 2) Mewujudkan pengembangan kurikulum 3) Mewujudkan pengembangan proses pembelajaran yang ideal baik intra dan ekstakurikurer. 4) Mewujudkan
pembelajaran yang inovatif, kreatif
dan
dinamis. 5) Mewujudkan
kompetensi pendidik dan
tenaga
kependidikan yang profesional 6) prestasi akademik dan non akademik 7) Mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan. 8) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan berwawasan ke depan. 9) Mewujudkan Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ) yang sinergis. 10) Mewujudkan penggalian sumber dana dan pengelolaan keuangan. 11) Mewujudkan sistem penilian yang berkelanjutan. 12) Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih,sehat , aman dan nyaman.
d. Kepala Sekolah : 1) Nama Lengkap
: M. Adam Widiyanto,S.Si
2) NIK
: 05.10.069
3) Pangkat dan Gol.
: IV B
4) Masa Kerja (Guru)
: 7 Tahun 11 Bulan
5) Masa Kerja (KepSek) : 10 Bulan 6) Pendidikan terakhir
: S-1
7) Fakultas/Jurusan
: IPS – Geografi
8) Alamat rumah
: Jatirejo- Suruh Rt.03 Rw.03 Kab. Semarang.
e. Jumlah Guru/Pegawai
f.
GT PNS
GTY
GTT
PT PNS
PTY
PTT
1
18
3
-
8
1
Peserta Didik Tabel 3.1 data peserta didik
Jumlah
Tahun
Kelas
Jumlah Peserta Didik
Rombongan Belajar
VII
2
VIII
-
2004-2005
L
P
Seluruhnya
16
14
30
IX Jumlah
2005-2006
2
16
14
30
VII
2
12
15
27
VIII
2
15
14
29
IX
-
-
4
27
29
56
VII
2
23
18
41
VIII
2
12
14
26
IX
2
17
14
31
6
52
46
98
VII
2
20
16
36
VIII
2
26
16
42
IX
2
13
15
28
6
59
47
106
VII
2
29
30
59
VIII
2
21
15
36
IX
2
23
17
40
6
73
62
135
VII
3
35
33
68
VIII
2
30
27
57
Jumlah
2006-2007
Jumlah
2007-2008
Jumlah
2008-2009
Jumlah
2009-2010
-
-
IX
2
20
17
37
7
85
77
162
VII
2
22
26
48
VIII
3
37
35
72
IX
3
32
29
61
8
91
90
181
VII
3
48
45
93
VIII
2
27
25
52
IX
3
37
35
72
8
112
105
217
VII
4
58
42
100
VIII
2
43
47
90
IX
3
25
26
51
8
112
105
241
VII
4
54
60
114
VIII
4
47
54
101
IX
4
43
45
88
12
114
159
303
Jumlah
2010-2011
Jumlah
2011-2012
Jumlah
2012-2013
2013-2014
Jumlah
T2014-2015
2015 - 2016
VII
4
48
56
104
VIII
4
63
59
122
IX
4
48
54
102
VII
4
47
44
91
VIII
4
50
57
107
IX
4
63
59
122
12
159
169
328
Jumlah
Tabel 3.2 Lulusan/tamatan 4 tahun terakhir Lulusan (Tamatan) Tahun
Peserta Didik yang
Rata-rata Nilai Ujian Nasional
Melanjutkan ke SMA
% ajaran
2006 -
Jumlah
Target
Hasil
Target
Jumlah
Target
25
100 %
8.15
75
25
25
28
100 %
7.49
75.05
28
28
40
100 %
8.08
75.10
40
40
2007
2007 2008
2008 2009
2009 -
37
100 %
8.1
75.15
37
37
61
100 %
7.9
75.20
61
61
72
100 %
7.69
75.30
72
72
58
100 %
7,60
75
58
58
88
100%
7,60
75
88
88
92
100%
101
101
2010 2010 2011
2011 2012
2012 2013
2013 2014
2014 2015
g.
Sarana prasarana Tabel 3.3 Sarana-prasarana sekolah
Luas N0
Ruang
Jumlah
( M2)
Keterangan
@ 56
1
R. Teori/Kelas
12
448
2
Perpustakaan
1
77
3
Lab IPA
1
56
4
Lab Bahasa
-
63
Lab Computer
1
63
6
R. Ketrampilan
7
R.Media ( Audio Visual)
8
R.BK
1
20
9
R.Ibadah/Musholla
1
120
10
R.Kepala Sekolah
1
35
11
R.Guru
2
86
12
R. Tata Usaha
1
63
13
KM/WC Kepsek
14
KM/WC Guru/Pegawai
-
15
KM/WC Peserta Didik
9
12.48
16
R.UKS
1
20
17
Studio Musik
1
42
@1.56
18
Aula
1
19
Gedung Olahraga
-
20
Gudang Olahraga
-
21
Gudang Umum
1
25
22
(Lapangan Olahraga)
1
400
23
(Tempat Parkir)
-
24
(Green House)
25
(Taman Sekolah)
-
-
h. Anggaran Sekolah ( sesuai RAPBS/APBS ) Tabel 3.4 Anggaran sekolah
112
Sumber Dana Tahun Ajaran
Orang tua/
Jumlah
Ket.
Pemerintah
Masyarakat 2005/
131.650.000,-
131.650.000,-
(68.589.250)
243.400.000,-
243.400.000,-
(49.049.700)
2006 2006/ 2007 2007/ 2008
281.042.000,-
2008/ 2009
400.980.000,-
2009/ 2010
487.760.000,-
2010/ 2011
582.475.000,-
2011/ 2012
752.000.000,-
2012/ 2013
830.250.000,-
2013/ 2014
1.100.000.000,-
i. D aftar ekstrakulikuler Tabel 3.5 Daftar ekstrakulikuler
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Ekstrakulikuler PMR FUTSAL ECC PENCAK SILAT FOTOGRAFI BULUTANGKIS PASKIBRA REBANA CCQ MENGAJI PRAMUKA MUSIK TARI DRUMBAND
Hari SENIN SELASA SELASA RABU RABU KAMIS JUMAT JUMAT JUMAT SABTU SABTU SABTU SELASA SABTU
Jam 14.30-15.30 14.30-16.00 14.30-15.30 14.30-16.00 14.30-16.00 14.30-16.00 13.30-15.00 13.30-15.00 13.00-14.00 08.30-09.30 10.00-11.30 12.00-13.30 14.30-16.00 11.30-13.30
j. Data prestasi siswa tiga tahun terrakhir Tahun 2013 : Juara I lomba FLS2N melukis tingkat kota : Juara II lomba story telling tingkat kota Tahun 2014 : Juara II lomba pidato tingkat kota : Juara II lomba tartil tingkat kota : Juara II lomba poster tingkat provinsi : Juara II lomba POPDA cabang sepak bola Tahun 2015 : juara III lomba pionering pramuka tingkat kota 3. Subjek Penelitian Peneliti memilih SMP AL-AZHAR 18 Salatiga karena SMP tersebut merupakan salah satu SMP swasta yang berkualitas dan berakreditasi A. Memiliki tenaga pendidik yang kompeten dalam bidangnya dan memiliki fasilitas-fasilitas yang baik pula dalam menunjang proses belajar mengajar, sehingga pelaksanaan manajemen
kelas dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat khususnya melalui perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi dalam proses pembelajaran PAI kelas VII, VIII dan IX. Pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana yang aktif pada proses pembelajaran PAI telah didukung oleh tenaga pendidik yang benar-benar kompeten dalam bidangnya. Dalam hal ini guru PAI kelas VIII dan IX diampu oleh ibu Inayatul Wakidah, M.Pd sedangkan guru PAI kelas VII diampu oleh ibu Siti Nur Milatul Jannah, S.Pd.I. Selain itu hubungan guru dengan siswa terjalin dengan baik, hubungan guru dengan wali murid juga terjalin dengan baik karena setiap tahun ajaran baru SMP AL-AZHAR 18 Salatiga rutin mengadakan pertemuan dengan wali murid utuk menjalin komunikasi yang baik salah satunya melalui ahwalusanah. Hubungan guru dengan siswa dan dengan wali murid yang terjalin dengan baik maka sangat mendudkung kondusifnya pelaksanaan manajemen kelas. Manajemen kelas ini sebenarnya telah diterapkan di SMP ALAZHAR 18 Salatiga sejak lama, akan tetapi belum teradministrasi dengan baik, namun pada prakteknya dapat dilihat bagaimana kerjasama guru dan sekolah dalam melaksanakan manajemen kelas mengingat
pentingnya
berlangsungnya
proses
manajemen
kelas
pembelajaran.
dalam
Peran
memudahkan
sekolah
adalah
menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai sedangkan peran guru adalah merencanakan bagaimana mendesain kelas yang kondusif dan
melaksanakan berbagai metode pengajaran yang sesuai dengan materi. Dari itu peneliti tidak ragu untuk memilih SMP AL-AZHAR 18 Salatiga sebagai subjek penelitian. B. Paparan Data Temuan Peneliti 1. Pemahaman Guru Tentang Classroom Management Implementasi Classroom Management untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI di SMP Al-Azhar 18 Salatiga telah tersusun dan terencana dengan baik. Guru pengampu mata pelajaran PAI telah memahami dan mengetahui pentingnya pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif. SMP Al-Azhar 18 Salatiga menggunakan kurikulum 2013 yang tentunya menuntut keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PAI. Tidak mungkin suatu pembelajaran akan berjalan maksimal dan efektif apabila guru tidak melaksanakan manajemen kelas dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara sebagai berikut: “Manajemen kelas berasal dari kata manajemen dan kelas, berarti bagaimana caranya memanage kelas agar kelas itu bisa maksimal dalam proses belajar mengajar, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran itu bisa terlaksana dengan baik dan maksimal” (IW, 27 Agustus 2015, 13:30-14:25). Tujuan pembelajaran dapat dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang kondusif, suasana kondusif dapat tercipta apabila ada kesesuaian antara guru, siswa dan kondisi kelas.
“Manajemen kelas adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengelola kelas agar kelas kondusif saat proses pembelajaran” (SN, 7 September 2015, 14.50-15.30). Pendapat di atas menunjukkan betapa pentingnya manajemen kelas dalam proses pembelajaran dari mengatur proses pelaksanaan pembelajaran sampai pada pencapaian tujuan pembelajaran. Di bawah ini merupakan penjelasan mengenai fungsi dan tujuan manajemen kelas berdasarkan hasil wawancara. “Fungsi manajemen kelas sangat penting, karena dengan manajemen itu memudahkan anak dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai ketika anak belajar dengan senang. Tujuannya adalah agar anak bisa memahami atau mengetahui tujuan pembelajaran secara maksimal” (IW, 27 Agustus 2015, 13:30-14:25). Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh SN “Fungsinya untuk mengatur siswa, membimbing siswa agar belajar lebih giat lagi, sehingga nanti pembelajarannya bisa efektif. Kalau sudah efektif siswa akan bisa memahami dengan baik. Tujuannya agar siswa mudah menerima materi pada proses pembelajaran” (7 September 2015, 14.50-15.30). Penjelasan yang telah di ungkapkan oleh kedua guru PAI tersebut dapat diketahui bahwa pengajaran akan berhasil dalam arti pembelajaran dapat berjalan kondusif dan tujuan pengajaran dapat tercapai apabila guru dapat melaksanakan manajemen kelas dengan baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah upaya untuk mangatur atau memanage segala sesuatu yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat menciptakan
atau mempertahankan suasana yang kondusif demi tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran, maka guru harus memiliki kemampuan untuk menciptakan suasana belajar yang rileks dan menyenangkan, dengan suasana belajar yang rileks dan menyenangkan siswa akan tereksplor potensi dan keaktifannya. Aktifnya kelas dalam proses pembelajaran menjadi tolak ukur berhasil tidaknya guru dalam menguasai kelas, dengan suasana kelas yang aktif siswa akan merasa senang saat proses pembelajaran, siswa tidak akan jenuh saat mengikuti proses pembelajaran bahkan tidak jarang dengan metode pembelajaran yang aktif siswa akan lebih mudah memahami materi. Berikut ini merupakan pengertian suasana kelas yang aktif menurut IW. “Suasana kelas yang aktif yaitu dimana di dalam kelas anak terlibat dalam pembelajaran secara sukarela, anak bisa aktif untuk bertanya, anak bisa aktif untuk mengeksplor diri. Dapat dikatakan terjadi interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25). Ungkapan di atas diperjelas oleh SN. “Suasana kelas yang aktif itu pertama siswa mau memperhatikan guru, mau mendengarkan guru. Mendengarkan bukan sekedar mendengar, kalau mendengarkan berarti siswa menyimak penjelasan atau instruksi dari guru, penjelasan dari temannya, gagasan dari temannya dengan baik. Yang kedua, siswa sanggup mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan sudah diinstruksikan oleh guru. Dan ketiga, siswa mau bertanya atau mengkritisi jika ada materi yang belum jelas. Dapat dikatakan suasana kelas yang aktif itu ada interaksi antara guru dengan siswa dan siswa satu dengan siswa yang lain” (7 September 2015, 14.50-15.30).
Sampai saat ini masih banyak siswa yang mengangap pelajaran PAI adalah pelajaran yang membosankan, karena materi PAI lebih banyak menjelaskan toeri melalui ceramah atau kisah dan lebih pada praktek ibadah. Agar pelajaran PAI menjadi pelajaran yang menarik dan dapat memicu keaktifan siswa maka seorang guru harus pandai menggunakan strategi pembelajaran aktif yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Namun aktif tidaknya suatu kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari guru, siswa, fasilitas bahkan pihak keluarga seperti yang diperoleh dari hasil wawancara. “Ada beberapa faktor, yang pertama fasilitas, jika guru menayangkan suatu tayangan yang mungkin menarik bagi siswa maka banyak siswa yang mau berkomentar atau bertanya. Yang kedua dari faktor siswa, kalau siswa sedang kelelahan maka siswa akan cenderung pasif, cenderung meminta guru untuk tidak menggunakan metode pembelajaran yang aktif, maunya guru yang bercerita siswa Cuma mendengarkan,masih dari faktor siswa, kalu siswa ada minat untuk belajar dia akan aktif dengan sendirinya tanpa disuruh. Yang ketiga dari faktor materi,kalau materi itu kebetulan mungkin menyenggol atau menyangkut pengalaman siswa maka siswa akan bekomentar dan akan bertanya” (SN, 7 September 2015, 14.50-15.30). IW mempunyai strategi pembelajaran untuk menciptakan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI sebagai berikut. “Agar suasana kelas bisa aktif metode yang saya gunakan salah satunya adalah diskusi, ketika diskusi anak antusias untuk ingin tahu sehingga anak merasa senang saat proses pembelajaran. Jadi pembelajaran tidak kaku yang hanya monoton, guru berbicara anak mendengarkan, maka hasilnya kurang maksimal” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25).
Begitu pula strategi yang dipakai oleh SN untuk menciptakan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI seperti yang diungkapkan di bawah ini “Metode yang saya gunakan misalnya diskusi atau membuat pertanyaan
terbimbing,
kemudian
praktik
ibadah”
(7
September 2015, 14.50-15.30). Strategi atau metode pembelajaran aktif yang digunakan guru merupakan salah satu cara agar siswa memahami tujuan pembelajaran PAI, yakni membentuk siswa yang cerdas secara intelegensi dan memiliki
akhlak
mulia.
Dalam
proses
pembelajaran
IW
mengungkapkan tujuan pembelajaran PAI sebagai berikut “Kalau pada proses pembelajaran PAI tujuan yang ingin dicapai anak bisa memahami, mengetahui apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh kurikulum” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25).
SN menambahkan penjelasan dari ungkapan diatas yaitu. “Kalau dalam proses pembelajaran tujuannya siswa mau mengikuti materi dari awal sampai akhir, kemudian tidak hanya sekedar mengikuti saja, siswa mau mendengarkan instruksi dari guru dari awal sampai akhir, siswa mau bekerjasama dengan teman-temannya, bisa menghargai temannya, tidak membuat gaduh saat di kelas, kemudian siswa mau bertanya ketika belum paham, mau mengakui sebenarnya siswa sudah paham atau belum” (7 September 2015, 14.5015.30).
Agar proses pembelajaran PAI dapat berjalan dengan aktif, yakni anak dapat mengeksplor potensi dalam dirinya, dapat memperoleh pemahamanya sendiri secara aktual, dan dapat mengkritisi berbagai persoalan yang ditemui maka guru harus berupaya bagaimana cara meningkatkan suasana kelas yang aktif mengingat banyaknya keuntungan yang diperoleh melalui keaktifan siswa tersebut. IW mengungkapkan upayanya dalam meningkatkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI sebagai berikut. “Pertama kita melihat materi apa yang disampaikan, kemudian kita melihat kondisi bagaimana kondisi pembelajaran anak, apakah kelas ini anak-anaknya masuk pada audiotori, kinestetik atau visual. Jadi dengan mengetahui kondisi seperti itu kita akan menentukan metode dan model apa yang sesuai demgan anak, dengan membuat metode atau model pembelajaran yang menarik. Contoh materi sholat. Guru mengajarkan bagaimana anak bisa sholat, yang saya pakai adalah metode modeling, tapi sebelum itu saya ajak anak untuk mencari macam-macam sholat. Kalau sudah anak presentasi lewat power point bagaiman contoh sholat itu. Di endingnya guru mengajak anak-anak untuk memahami dengan cara mempraktekkan sholat yang telah dipresentasikan. Guru hanya meluruskan pekerjaan anak yang salah” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25). Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan upaya yang dilakukan SN dalam
meningkatkan
suasana
kelas
yang
aktif
pada
proses
pembelajaran PAI. “yang pertama membangkitkan minat siswa, memberi motivasi pada sisiwa, mengapa harus belajar PAI, apa fungsi PAI, maka dengan demikian siswa akan berfikir. Kedua, mengatur metode atau strategi pembelajaran, misalnya diskusi atau membuat pertanyaan terbimbing, kemudian adalagi praktek, contohnya praktek ibadah” (7 September 2015, 14.50-15.30).
Wawancara di atas menyimpulkan bahwa pembelajaran yang aktif adalah adanya interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa satu dengan siswa lainnya, kemudian ada partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, ada kerjasama dan komunikasi yang baik di kelas. Dapat dikatakan siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa aktif bertanya, menyampaikan gagasan dan juga mengkritisi masalahmasalah yang timbul saat membahas suatu materi. 2. Pelaksanaan Classroom Management Berawal dari pemahaman guru PAI mengenai manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa, maka bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas tersebut? Pelaksanaan manajemen kelas meliputi persiapan-persiapan yang berhubungan dengan faktor yang menunjang proses pembelajaran. Meliputi faktor guru, siswa, kondisi kelas, fasilitas dan perencanaan pembelajaran seperti metode dan strategi pembelajaran. Semua faktor tersebut sangat mempengaruhi pelaksanaan manajemen kelas, apabila ada satu faktor yang tidak dapat terlaksana dengan baik maka manajemen kelas juga tidak dapat berjalan dengan baik pula. “Sebagai guru, kita sudah memiliki perencanaan atau merencanakan bagaimana proses pembelajaran bisa aktif melalui manajemen kelas. salah satunya melalui RPP, menggunakan metode yang memicu keaktifan anak seperti diskusi dan presentasi” (IW, 27 Agustus 2015, 13:30-14:25).
Ungkapan di atas menjelaskan bahwa dalam melaksanakan manajemen kelas
seorang
guru
harus
mempersiapkan
perencanaan
yang
berhubungan dengan pembelajaran. Senada dengan penjelasn SN di bawah ini. “Saya sudah merasa cukup baik dalam melaksanakan manajemen kelas, tapi juga kadang merasa belum baik, karena saya masih muda masih merasa belum profesional dibandingkan dengan guru senior. Tapi yang jelas saya sudah melaksanakan upaya menciptakan suasana aktif tersebut” (7 September 2015, 14.50-15.30).
Baik belumnya suatu manajemen kelas memerlukan proses yang tidak sebentar dan bukan merupakan proses yang mudah, harus ada kerjasama
antara
pihak
sekolah,
guru
dan
keluarga
untuk
melaksanakannya. Baik guru maupun pihak sekolah harus sama-sama belajar memperbaiki kualitas, khususnya para guru muda hendaknya lebih baik lagi dalam mempelajari manajemen kelas. Dapat dikatakan manajemen kelas yang baik untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada pembelajara PAI tergantung pada guru sebagai pelaksana manajemen kelas tersebut. Berkat kemampuan guru dalam memahami apa itu manajemen kelas dan berbagai inovasi dalam mempraktekkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai maka proses pembelajaran akan berlangsung dengan aktif dan efektif. Mengenai pelaksanaan manajemen kelas yang baik, IW menyatakan. “Sebelumnya guru harus mengetahui apa itu manajemen kelas, kemudian bagaimana caranya sesudah di kelas guru memanaj kelas itu, bisa membuat kelas itu menarik dan kelas itu aktif sehingga proses pembelajaran PAI tidak lagi menjadi mata
pelajaran yang membosankan” (27 Agustus 2015, 13:3014:25). Hal ini senada dengan SN mengungkapkan pelaksanaan manajemen kelas yang baik itu adalah sebagai berikut. “Masalah manajemen kelas yang baik pertama kelas itu tergantung dari metode yang digunakan guru, kalau pengen metodenya ceramah, pengennya guru didengarkan maka suasana kelas harus tidak ada suara kecuali suara guru, kalau anak mau bertanya baru kita persilahkan. Tapi kalau pengennya metode diskusi kelas mesti rame, kalau metode diskusi yang saya harapkan bukan aktif fisik saja tapi juga aktif secara mental, kalau aktif mental berarti siswa benar-benar bekerja, tapi kalau aktif fisik siswa Cuma menggerombol , mengelompok tapi ternyata yang diobrolkan masalah lain. Dapat dikatakan manajemen kelas yang baik itu adanya suasana kondusif saat proses pembelajaran” (7 September 2015, 14.50-15.30).
Pernyataan di atas, telah memperjelas bahwa pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI sudah dilaksanakan dengan baik. Dapat dikatakan manajemen kelas yang baik yaitu terciptanya situasi kondusif dalam proses pemebelajaran. 3. Kesulitan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom Management Dalam pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI tentunya tidak terlepas dari berbagai masalah. Masalah ini tidak hanya muncul dari individu dan kelompok, tapi juga timbul dari guru itu sendiri, siswa dan pihak keluarga.
“Saat diskusi kelompok kalau saya menyuruh siswa untuk memilih kelompok sendiri pasti ada satu anak yang tidak dapat kelompok, itu bisa diidentifikasi kalau anak tersebut biasanya punya masalah dengan temannya. Kalau sudah saya tetapkan kelompoknya ada sebagian siswa yang pengen pindah kelompok maunya dengan teman yang itu-itu saja” (SN, 7 September 2015, 14.50-15.30). Ternyata untuk mengatur siswa dalam satu kelas itu tidak mudah, begitu pula untuk menciptakan kerjasama kelompok. Sesuai dengan ungkapan di atas ada siswa yang mengalami masalah dengan siswa lain yang menghambat proses diskusi kelas. Guru juga kerap mengakui bahwa masalah manajemen kelas terkadang timbul dari diri guru sendiri. “Biasanya ada masa-masa dimana guru merasa jenuh, ada masa guru tidak mau belajar. Hal itu mengurangi maksimalnya proses mengajar. Guru harus cepat merefresh hal-hal yang dapat menghambat kemaksimalannya untuk mengajar” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25). “Kurangnya profesionalitas atau pemahaman guru mengenai palaksanaan manajemen kelas” (SN, 7 September 2015, 14.5015.30). Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua pernyataan tersebut masalah manajemen kelas yang timbul dari guru adalah kadang kurangnya kesadaran guru dalam mempelajari manajemen kelas secara menyeluruh sehingga menghambat proses pembelajaran. Hambatan yang berasal dari siswa diungkapkan oleh IW sebagai berikut. “Siswa memiliki banyak karakter, memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Seperti di kelas ada anak yang bersifat
kinestetik, audiens dan auditori, sedangkan guru inginnya menyampaikan materi dengan metode yang dapat diterima semua anak dengan senang. Terkadang satu metode belum tentu cocok dengan semua anak, kadang si A cocok si B tidak cocok, atau si B cocok si A tidak cocok. Jadi guru merasa kerepotan dengan karakter siswa yang bervariasi” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25). Sejalan dengan pemikiran SN juga mengungkapkan masalah manajemen kelas yang timbul dari siswa yaitu. “Karakter siswa yang berbeda, misalnya guru menggunakan metode diskusi agar menciptakan kelas aktif, kalau anak tipe belajarnya auditorial, kalau belum dijelaskan belum paham itu memang agak kesulitan, biasanya siswa tersebut akan protes” (7 September 2015, 14.50-15.30). Pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif tidak akan telaksana jika fasilitas yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran tidak memadai. Dari itu dibutuhkan fasilitas yang lengkap dan memadai guna kelancaran prose pembelajaran. Di SMP Al-Azhar 18 Salatiga telah memiliki fasilitas kelas yang lengkap dan memadai, jadi guru tidak meperoleh kendala dalam melaksanakan proses pembelajaran berkenaan dengan fasilitas. Tidak dapat dipungkiri masalah manajemen kelas juga dapat timbul dari keluarga. IW mengungkapkan masalah yang timbul dari keluarga yaitu. “Tidak adanya atau kurangnya kesesuaian antara tujuan yang dilaksanakan dan diajarkan di sekolah dengan contoh yang diterima dikeluarga. Misalnya di sekolah anak diajarkan untuk menutup aurat, mengenakan jilbab, tapi di rumah ternyata ibunya tidak berjilbab dan suka memakai pakaian terbuka. Hal tersebut tentu memengaruhi pamahaman anak.contoh lagi, di sekolah anak diajarkan untuk sholat lima waktu, tapi di rumah
orang tua tidak mengingatkan anak dan tidak memberikan contoh yang baik” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25). Pemikiran di atas tidak jauh beda dengan pernyataan dari SN mengenai masalah manajemen kelas yang timbul dari keluarga dibawah ini. “Dukungan keluarga sangat berpengaruh pada perhatian anak di dalam kelas, biasanya anak yang mendapat dukungan baik dari keluarga, misal mendapat motivasi biasanya dari segi mental akan antusias dalam pembelajaran. Jadi kebanyakan anak-anak yang aktif bertanya tidak lepas dari motivasi keluarga” (7 September 2015, 14.50-15.30). Bergai masalah di atas dapat disimpulkan bersama bahwa masalah guru adalah timbulnya rasa jenuh yang mengakibatkan kurangnya semangat untuk lebih belajar memahami manajemen kelas dan memahami karakter siswa, dari faktor siswa adalah karakter siswa yang berbeda-beda sehingga kadang guru mengalami kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang dapat diterima oleh semua siswa di kelas, sedangkan dari faktor keluarga yaitu kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, dan kurang sesuainya orang tua dalam menerapkan ajaran yang diterima anak dei sekolah dengan kebiasaan orang tua di rumah. 4. Solusi atas Masalah dalam Pelaksanaan Classroom Management Dapat kita ketahui bersama bagaimana solusi atas masalah manajemen kelas melalui hasil wawancara sebagai berikut, berkenaan prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan dari faktor guru sebagaimana yang diungkapkan oleh IW dibawah ini.
“Guru masih harus banyak belajar dalam mengatasi dan mengurus siswa, contohnya bagaimana cara menerapkan metode yang terbaru yang sesuai dengan karakter siswa” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25). “Guru harus terus belajar, dan juga memperbaiki kualitas diri” (SN, 7 September 2015, 14.50-15.30). Sedangkan solusi masalah yang timbul dari faktor siswa SN mengungkapkan sebagai berikut. “Saya lebih cenderung memberikan pemahaman pada siswa, menasehati dan mengarahkan kepada hal yang lebih baik” (7 September 2015, 14.50-15.30). IW memberikan penjelasan mengenai solusi yang timbul dari siswa yaitu. “Guru memberikan apersepsi diawal pembelajaran, atau memancing rasa ingin tahu siswa dengan hal-hal yang menarik kalau materinya baru. Atau guru memberi testimoni-testimoni. Misal materi sholat, guru memberi anak testimoni ada anak yang rajin melaksanakan sholat dan apa yang diinginkan dapat terkabul. Dengan testimoni tersebut maka siswa akan tertarik dengan guru dan materi pembelajaran” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25). Adapun prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan sebagai solusi masalah yang timbul dalam pelaksanaan manajemen kelas yakni masalah yang timbul dari faktor siswa adalah sebagaimana diungkapkan oleh IW yaitu. “Guru harus selalu mengingatkan anak, bagi anak yang bersifat kinestetik guru harus memberikan kegiatan yang dapat menghambat siswa untuk berbuat onar di kelas, seperti
menyuruhnya membawakan laptop, menyolokkan kabel LCD dan lainnya, maka anak tersebut akan merasa senang dan merasa dihargai” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25). Sedangkan solusi yang diungkapkan oleh SN yaitu. “Seumpama siswa tidak bisa diberi pemahaman maka saya minta bantuan pada wali kelas untuk membimbing siswa tersebut” (7 September 2015, 14.50-15.30). Mengenai masalah dari pihak keluarga, IW memberikan solusi sebagaimana diungkapkan di bawah ini. “Harus ada kerjasama yang baik antara sekolah dan keluarga dalam mendidik anak, orang tua harus bisa mengkondisikan diri dengan ajaran yang diterima anak di sekolah” (27 Agustus 2015, 13:30-14:25). Hal senada diungkapkan oleh SN dalam memberikan solusi mengenai masalah yang timbul dari keluarga sebagai berikut. “Berkomunikasi pada orang tua siswa lewat bantuan wali kelas untuk melaporkan bagaimana kondisi siswa di sekolah, agar orang tua lebih memperhatikan anak” (7 September 2015, 14.50-15.30). Penjelasan di atas mengenai solusi masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan manajemen kelas dapat ditarik kesimpulan, untuk mengatasi masalah yang timbul dari guru, seorang guru harus senantiasa belajar dan belajar bagaimana memahami prosedur manajemen kelas secara mendalam, dan juga mempelajari lagi metode
pembelajaran yang pas untuk diterapkan pada siswa. Untuk mengatasi masalah yang timbul dari siswa, guru harus selalu mengingatkan, memberi pemahaman dan membimbing siswa yang sering membuat masalah di kelas, kemudian melakukan kerjasama dengan wali kelas untuk membantu menyelesaikan masalah siswa. Mengatasi masalah yang timbul dari pihak keluarga, harus ada kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan pihak orang tua siswa, orang tua hendaknya lebih memperhatikan bagaimana kondisi siswa dan harus memberukan motivasi yang kuat, serta dukungan moril dan materil. Banyak upaya yang harus ditempuh untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar suasana kelas bisa aktif. IW berpendapat bahwa: “Dalam manajemen kelas yang paling berpengaruh adalah guru, guru harus senantiasa belajar dan belajar, kemudian menilai kembali atau mengklarifikasi, menelaah metodemetode yang selama ini digunakan. Apa kekurangan dan kelebihannya, apakah sudah sesuai dan mendukung proses pembelajaran atau belum. Guru harus lebih belajar memahami bagaimana karakter anak sehingga mampu memutuskan kepada kelas mana suatu metode di terapkan. Kemudian guru belajar mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah yang muncul pada proses pembelajaran” (27 Agustus 2015, 13:3014:25). Senada dengan pendapat di atas SN menyatakan: “Untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar kelas menjadi aktif pertama dari faktor guru, guru lebih mempersiapkan materi dengan baik, merancang metode pembelajaran dengan baik. Kemudian dari faktor siswa, dari awal siswa sudah harus dikondisikan untuk mengikuti pembelajaran di kelas, siswa harus melaksanakan tugas dengan
baik, membuat peraturan kelas yang harus disepakati bersama. Dari faktor fasilitas harus memadai dan harus dipersiapkan dengan baik, dari faktor keluarga, harus ada pendekatan emosional dari pihak keluarga dengan siswa” (7 September 2015, 14.50-15.30).
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar tercipta suasana kelas yang aktif maka dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: pertama guru harus senantiasa belajar dan belajar, kemudian mempersiapkan materi dan metode pembelajaran dengan baik, mengkaji apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum, dan yang lebih penting guru harus belajar memahami karakter siswa. Kedua siswa harus dipersiapkan dengan baik sebelum mengikuti proses pembalajaran, ketiga keluarga harus memberikan semangat dan motivasi pada anak agar anak lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran.
BAB IV PEMBAHASAN A. Pemahaman
Guru
Tentang
Classroom
Management
untuk
Mewujudkan Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran PAI Setiap guru pasti menginginksn situasi
yang mendukung
kelancaran proses pengajarannya, begitu pula sebagai siswa pasti juga mengharapkan situasi yang rileks, nyaman dan menyenangkan saat menerima pelajaran. Kondisi seperti itu tidak akan terlaksana apabila guru tidak mengerti apa itu manajemen kelas, tanpa pelaksanaan manajemen kelas maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan kondusif. Karena segala sesuatu yang merupakan faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran diatur dalam manajemen kelas, baik dari faktor guru, siswa, fasilitas, penataan ruang kelas, sampai pada penyusunan RPP. Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas di sini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan progam belajar mengajar yang tepat, termasuk penggunaan perangkat lunak sebagai media pembelajaran. Hasil penelitian di SMP Al-Azhar 18 Salatiga mengenai pemahaman guru PAI tentang manajemen kelas bahwa keberhasilan tujuan pembelajaran tidak lepas dari penerapan manajemen kelas sebagai mana
yang telah diungkapkan oleh guru PAI di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga bahwa manajemen mempunyai fungsi yang sangat penting, karena dengan manajemen itu akan memudahkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. ketika anak belajar dengan senang maka anak bisa mudah memahami atau mengetahui materi yang disampaikan guru dengan begitu tujuan pembelajaranpun dapat tercapai dengan maksimal. Berdasarkan hasil temuan peneliti guru PAI di SMP Islam AlAzhar 18 Salatiga telah memahami apa itu manajemen kelas. dapat dikatakan bahwa pemahaman guru PAI mengenai manajemen kelas adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengelola kelas agar kelas kondusif saat proses pembelajaran. Dengan terciptanya susana kelas yang kondusif maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik, guru dapat menyampaikan materi dengan lancar dan siswa pun dapat menerima materi dengan senang hati. Suasana yang kondusif dapat diciptakan oleh guru melalui pengaturan metode pembelajaran yang aktif. Aktifnya kelas dalam proses pembelajaran menjadi tolak ukur berhasil tidaknya guru dalam menguasai kelas, dengan suasana kelas yang aktif siswa akan merasa senang saat proses pembelajaran berlangsung, siswa tidak akan jenuh saat mengikuti proses pembelajaran bahkan tidak jarang dengan metode pembelajaran yang aktif siswa akan lebih mudah memahami materi.
Suasana kelas yang aktif terlihat dari adanya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa satu dengan siswa yang lain, siswa terlibat dalam pembelajaran secara sukarela, siswa juga bisa aktif bertanya dan aktif mengeksplor diri. Apabila dalam suatu pembelajaran di kelas, tidak ada interaksi yang berarti dalam proses pembelajaran, hanya guru yang terlihat berbicara sedangkan siswa hanya diam dan mendengar tentu suasana menjadi kaku, siswa akan merasa jenuh dengan pembelajaran. Dari itu siswa akan menyibukkan diri dengan melakukan aktifitas yang dapat menghilangkan kejenuhan namun mengganggu proses pembelajran seperti mencoret-coret buku atau bercerita dengan teman sebangku. Kalau hal itu terjadi siswa tidak akan memperhatikan penjelasan guru sehingga tujuan pembelajaranpun tidak tercapai dengan maksimal. Pembelajaran aktif menghendaki peran serta siswa yang tidak hanya mendengar, melainkan juga melihat supaya lebih paham walaupun sedikit,
mendiskusikannya
agar
memahami
atau
mendalami,
melakukannya agar memperoleh pengetahuan, dan mengerjakannya agar menguasainya (Suyadi, 2013: 34). Selain lebih mudah memahami materi, pembelajaran aktif juga akan
meningkatkan
rasa
ingin
tahu
siswa,
mengajarkan
siswa
berkomunikasi dengan baik, mengajarkan siswa bertanggung jawab dan mendorong siswa kepada kepedulian sosial.
Menurut
Confusius
dalam
Munthe
(2009:
63)
strategi
pembelajaran yang paling baik adalah yang melibatkan siswa berperilaku aktif dalam praktik, sebab dengan praktik siswa telah memahami apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Strategi ceramah yang lebih banyak memanfaatkan keberhasilan
kemampuan belajar.
mendengar
Strategi
tidak
memanfaatkan
membawa visual
banyak
akan
lebih
memungkinkan siswa mengingat materi pelajaran, karena strategi ini dapat membentuk sebuah gambar atau ingatan dalam otak siswa. Terciptanya suasana aktif dalam proses pembelajaran PAI tidak lepas dari pemahaman dan keterampilan guru dalam melaksanakan manajemen kelas, dari itu sebelum melaksanakan pembelajaran guru terlebih dulu sudah merencanakan seperti apa pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan agar siswa bisa aktif di kelas. yakni melalui penggunaan strategi pembelajaran yang mendorong keaktifan siswa. B. Pelaksanaan Classroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran PAI Untuk menyukseskan pelaksanaan manajemen kelas dalam menciptakan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI, perlu diadakan
perencanaan-perencanaan.
Perencanaan
tersebut
meliputi
pengorganisasian siswa di kelas, pengorganisasian kegiatan-kegiatan pembelajaran, dan pengorganisasian sarana-sarana pembelajaran. Pembelajaran PAI bagi siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga telah menggunakan pengelolaan kelas yang baik hal tersebut dapat
diketahui dari hasil wawancara bahwa guru PAI telah memiliki perencanaan dan melaksanakan manajemen kelas dengan baik. Guru merencanakan bagaimana proses pembelajaran PAI dapat berlangsung aktif melalui manajemen kelas, salah satunya melalui penyusunan RPP. Dimana RPP yang disusun telah ditetapkan metode pembelajaran aktif yang akan diterapkan di kelas seperti metode diskusi dan presentasi. Persiapan guru PAI dalam pengorganisasian siswa di kelas dapat dilihat dari upaya guru dalam mengkondisikan dan mempersiapkan siswa sebelum menerima materi dari guru. Setelah semua siswa masuk ke kelas, guru memberikan apersepsi yaitu menyamakan persepsi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran atau dengan cara memberikan testimoni yang membuat siswa tertarik dengan materi yang akan disampaikan, sehingga dengan rasa tertarik itu siswa akan memperhatikan dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Berdasarkan
pengamatan
penulis
saat
mengikuti
proses
pembelajaran PAI secara langsung, testimoni yang diberikan guru yaitu seputar pengalaman religius siswa yang berhubungan dengan materi pelajaran PAI. Waktu itu guru akan menyampaikan materi tentang shalat sunah, guru memberikan pertanyaan pada siswa apa saja yang merupakan shalat sunnah. Lalu ada salah satu siswa yang memnjawab shalat Dhuha, siswa tersebut diminta maju ke depan kelas karena rajin melaksanakan shalat Dhuha dan menceritakan manfaat apa yang diperoleh. Siswa
bercerita semenjak rajin shalat Dhuha keinginannya jadi terkabul, sebelum meminta komputer pada orang tuanya, orang tuanya sudah terlebih dulu membelikan komputer yang diinginkan. Pengorganisasian kegiatan-kegiatan pembelajaran, dapat dilihat dari perencanaan guru sebelum mengajar. Yakni planing bagaimana kelas akan dibentuk melalui penyusunan RPP, dalam RPP tersebut telah ditetapkan apa materi yang akan diajarkan, kemudian metode apa yang akan digunakan dan instrumen pembelajaran yang diperlukan untuk menyampaikan materi. Berdasarkan pengamatan penulis, guru menyampaikan materi pelajaran Shalat sunnah dengan menggunakan metode diskusi dan presentasi. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok sesuai dengan tema yang di tentukan. Ada yang mendapat shalat gerhana bulan, gerhana matahari, shalat istisqa’ dan sebagainya. Setelah selesai berdiskusi, masing-masing kelompok bergantian untuk presentasi di depan kelas. disini terlihat bagaimana keaktifan siswa saat mengemukakan pendapatnya dan saat mengajukan pertanyaan pada kelompok yang presentasi. Pengorganisasian sarana-sarana pembelajaran, dapat dilihat dari persiapan sarana-sarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Sesuai pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di kelas VIII D, saat itu guru menyampaikan materi shalat istisqa’, guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kemudian meminta diskusi mengenai shalat istisqa’
dan bergantian mempresentasikannya. Siswa diminta menuliskan hasil diskusi
dengan
power
point
dari
itu
masing-masing
kelompok
menggunakan laptop yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, kemudian untuk presentasi di depan kelas, siswa menayangkannya dengan menggunakan LCD, semua sarana tersebut telah dipersiapkan sebelum pelajaran dimulai sehingga tidak menghabiskan waktu yang ada. Strategi pembelajaran merupakan bagian dari manajemen kelas, karena strategi pembelajaran merupakan upaya guru untuk mencapai kompetensi. Begitu pula manajemen kelas bertujuan untuk memudahkan siswa mengikuti proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sebagaimana
penjelasan,
mengajar
adalah
usaha
yang
memanfaatkan berbagai strategi, metode, dan teknik guna memungkinkan tercapainya kompetensi atau hasil belajar tertentu dalam arti terjadinya perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu (Bermawi Munthe, 2009: 53). Dari hasil pemaparan di atas, maka sudah jelas bahwa guru PAI di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga telah melaksanakan manajemen kelas dengan beik dan terncana. pelaksanaan pembelajaran telah direncanakan terlebih dahulu, mulai dari pengorganisasian siswa, pengorganisasian kegiatan-kegiatan pembelajaran, dan pengorganisasian sarana-sarana pembelajaran. Yang mencakup menyusun RPP dan menentukan strategi
pembelajaran. Setelah semua perencanaan itu matang baru dilaksanakan sesuai rencana. C. Kesulitan dan Hambatan dalam Pelaksanaan Classroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas Aktif pada Proses Pembelajaran PAI Pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI tentunya tidak terlepas dari berbagai masalah, hambatan dan kesulitan. Hambatan tersebut bisa berasal dari guru, siswa, fasilitas dan pihak keluarga. Kesulitan/hambatan yang berasal dari guru yaitu adanya masamasa dimana guru merasa jenuh, ada masa guru tidak mau belajar. Hal itu mengurangi keefektifan proses pembelajaran, karena menghambat kemaksimalan guru dalam menyampaikan pelajaran. Dengan demikian manajemen kelas tidak diterapkan dengan baik. Dari pernyataan yang disampaikan oleh salah satu guru PAI saat merasa jenuh mengajar yang seharusnya kelas melaksanakan presentasi akhirnya guru menggantinya dengan tugas. Kesulitan/hambatan yang berasal dari siswa yaitu siswa memiliki banyak karakter, memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Terkadang satu metode belum tentu cocok dengan semua anak, jadi guru merasa kerepotan dengan karakter siswa yang bervariasi. Dijelaskan oleh guru PAI bahwa karakter siswa dalam menerima pelajaran itu berbeda-beda, ada anak yang model pembelajarannya kinestetik, ada yang audiens ada juga yang visual.
Terkadang untuk menggabungkan ketiga model tersebut dalam satu metode tidaklah mudah, maka guru dituntut untuk kreatif bagaimana disuatu pembelajaran dalam kelas yang siswanya berbeda karakter dapat melaksanakan metode pembelajaran yang dapat diterima oleh semua anak. Kesulitan/hambatan yang berasal dari keluarga yaitu tidak adanya atau kurangnya kesesuaian antara nilai-nilai yang dilaksanakan dan diajarkan di sekolah dengan kebiasaan yang diterima di lingkungan keluarga. Misalnya di sekolah anak diajarkan untuk menutup aurat, mengenakan jilbab, tapi di rumah ternyata ibunya tidak berjilbab dan suka memakai pakaian terbuka. Hal tersebut tentu memengaruhi pamahaman anak.contoh lagi, di sekolah anak diajarkan untuk sholat lima waktu, tapi di rumah orang tua tidak mengingatkan anak dan tidak memberikan contoh yang baik. Selain itu juga kurangnya perhatian dan motivasi yang diberikan orang tua kepada anak yang mengakibatkan anak tidak semangat dalam mengikuti pelajaran. Dari berbagai masalah yang telah diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah yang barasal dari guru adalah masih kurangnya konsistensi mengenai tanggung jawab guru sebagai pengajar, dengan adanya rasa malas untuk belajar memperbaiki kualitas diri serta adanya rasa jenuh, sedang masalah siswa yaitu karakter siswa yang berbeda-beda dalam belajar sehingga kadang guru merasa kesulitan untuk menerapkan metode yang sesuai dan dapat diterima oleh semua siswa, dari faktor keluarga sendiri kurangnya perhatian orang tua kepada anaknya,
kurangnya motivasi yang diberikan serta kurangnya kesesuaian antara nilai-nilai yang diajarkan di sekolah dengan kebiasaan keluarga. Masalah manajemen kelas juga bisa berasal dari individu dan juga kelompok siswa, seperti saat diskusi kelompok pasti ada satu anak yang tidak dapat kelompok, itu bisa diidentifikasi kalau anak tersebut biasanya punya masalah dengan temannya atau ada sebagian siswa yang pengen pindah kelompok maunya dengan teman yang itu-itu saja. Masalah individu dari pemaparan tersebut, ada siswa yang merasa mampu mengerjakan tugas sendiri sehingga tidak suka kerja sama dengan temannya dan tidak suka dengan kerja kelompok, sedangkan masalah kelompok ada siswa yang kurang bisa menerima kehadiran siswa lain dalam kelompoknya, entah apa permasalahannya yang jelas guru harus bertindak cepat dalam mengidentifikasi masalah-masalah tersebut agar tidak mengganggu proses pembelajaran. D. Solusi
dalam
Pelaksanaan
Classroom
Management
untuk
Mewujudkan Suasana Kelas yang Aktif pada Proses Pembelajaran PAI Beberapa solusi yang dilakukan oleh guru PAI untuk mengatasi hambatan dalam melaksanakan manajemen kelas, guna mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI, berkenaan dengan prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan yaitu. Solusi terhadap masalah yang muncul dari faktor guru, guru harus segera merefresh hal-hal yang dapat menghambat kemaksimalannya dalam
mengajar, guru harus terus belajar memperbaiki kualitas diri, contohnya bagaimana cara menerapkan metode yang sesuai dengan karakter siswa. Guru masih harus banyak belajar dalam mengatasi dan memahami karakter siswa. Solusi terhadap masalah yang muncul dari faktor siswa, guru harus lebih memberikan pemahaman pada siswa, menasehati dan mengarahkan kepada hal yang lebih baik yang dapat melancarkan proses pembelajaran. Kemudian guru memberikan apersepsi diawal pembelajaran, atau memancing rasa ingin tahu siswa dengan hal-hal yang menarik kalau materinya baru. Atau guru memberi testimoni-testimoni kepada anak untuk menarik perhatian. Sedangkan berkenaan dengan prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan, solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi masalah manajemen kelas yaitu. Solusi terhadap masalah yang muncul dari faktor siswa, jika siswa tidak bisa diberi pemahaman maka hendaknya guru meminta bantuan pada wali kelas untuk membimbing siswa tersebut, serta menghubungi wali murid untuk mengabari sikap anak di kelas. Guru harus selalu mengingatkan anak, bagi anak yang bersifat kinestetik guru harus memberikan kegiatan yang dapat menghambat siswa untuk berbuat onar di kelas. Guru selalu menegur siswa yang suka membuat onar di kelas, terkadang guru juga memberi hukuman, hal tersebut merupakan upaya
yang dilakukan guru untuk mempertahankan suasana kelas agar tetap kondusif. Solusi terhadap masalah yang muncul dari pihak keluarga, Berkomunikasi pada orang tua siswa lewat bantuan wali kelas untuk memberitahu bagaimana kondisi siswa di sekolah, agar orang tua lebih memperhatikan anak. Harus ada kerjasama yang baik antara sekolah dan keluarga dalam mendidik anak, orang tua harus bisa mengkondisikan diri dengan nilai-nilai yang diterima anak di sekolah. Berbagai masalah yang muncul dari faktor guru dapat dicegah melalui sikap konsisten guru untuk terus belajar meningkatkan kualitas diri, meliputi belajar bagaimana prosedur pelaksanaan manajemen kelas yang baik, belajar penguasaan materi yang akan diajarkan, belajar bagaimana cara menerapkan berbagai strategi pembelajaran aktif yang ssesuai dengan karakter siswa, juga belajar memahami berbagai karakter siswa. Sedangkan berbagai masalah yang muncul dari faktor siswa dapat dicegah dengan upaya guru dalam menasehati, memberi bimbingan dan pemahaman serta memberikan motivasi pada siswa, sehingga dengan cara tersebut siswa merasa dihargai, siswa merasa diperhatikan. Selain itu dalam proses pembelajaran sebelum menyampaikan materi guru juga harus memberi motivasi dengan cara menyampaikan testimoni, sebagai penyemangat manfaat apa yang diperoleh dari materi tersebut, serta
memberikan apersepsi terhadap materi baru sehingga anak punya pandangan mengenai materi yang akan diterima. Berbagai masalah yang muncul dari faktor siswa dapat diatasi dengan cara, apabila siswa yang bermasalah tidak bisa diberi pemahaman secara halus, maka guru dapat menggunakan hukuman yang bisa menimbulkan efek jera, selain itu guru melibatkan siswa yang cenderung aktif dalam aktifitas pengajaran, contoh siswa disuruh untuk menyiapkan LCD, mengambil buku paket di perpustakaan sehingga siswa yang aktif tersebut tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu proses pembelajaran. Kemudian guru bekerjasama dengan wali kelas untuk samasama memberikan bimbingan pada siswa yang bermasalah tersebut. Masalah yang muncul dari pihak keluarga dapat diatasi dengan cara pertemuan rutin dengan wali murid, kemudian menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan keluarga agar samasama menbimbing anak, orang tua harus memberikan motivasi yang lebih pada anak agar anak dapat bersemangat saat mengikuti pembelajaran. Mengingat begitu penting peranan keluarga dalam menentukan perilaku anak, sebaiknya orang tua harus memberikan penanaman nilai yang sama dengan apa yang diperoleh anak di sekolah. Apabila guru telah melaksanakan solusi tersebut dengan baik, maka proses pembelajaran PAI tidak akan menjadi mata pelajaran yang membosankan
lagi,
akan
tercipta
suasana
yang
kondusif
bagi
tereksplornya potensi dan keaktifan siswa sehingga siswa akan lebih
memahami materi yang disampaikan guru dan tujuan pembelajaran pun dapat tercapai. Satu hal yang tidak boleh diabaikan oleh guru PAI adalah bagaimana cara meningkatkan manajemen kelas yang baik untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa. Tentu banyak upaya yang harus ditempuh untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar suasana kelas bisa aktif sebagaimana hasil wawancara dengan guru PAI maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar tercipta suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI. maka dapat ditempuh langkahlangkah sebagai berikut: pertama guru harus senantiasa belajar dan belajar, kemudian mempersiapkan materi dan metode pembelajaran dengan baik, mengkaji apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum, dan yang lebih penting guru harus belajar memahami karakter siswa. Kedua siswa harus dipersiapkan dengan baik sebelum mengikuti proses pembalajaran, ketiga keluarga harus memberikan semangat dan motivasi pada anak agar anak lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga Tahun 2015, mengenai penerapan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Guru PAI telah memahami apa yang dimaksud dengan Classroom Management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa. Pemahaman guru PAI tentang Classroom Management adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengelola kelas agar kelas kondusif dan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. 2. Pelaksanaan Classroom Management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI telah terencana dan dilaksanakan dengan baik oleh guru PAI. Perencanaan tersebut meliputi Pengorgansasian siswa, pengorganisasian kegiatan-kegiatan pembelajaran dan pengorganisasian sarana-sarana pembelajaran. 3. Kesulitan/hambatan dalam pelaksanaan Classroom Management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa berasal dari beberapa faktor, diantaranya: faktor guru, faktor siswa dan faktor keluarga.
4. Solusi atas masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Classroom Management untuk mewujudkan suasana kelas aktif pada proses pembelajaran PAI. a. Dimensi pancegahan 1) Masalah yang muncul dari faktor guru, guru harus terus belajar, dan memperbaiki kualitas diri, guru masih harus banyak belajar dalam memahami karakter siswa 2) Masalah yang muncul dari faktor siswa, guru harus lebih memberikan
pemahaman
pada
siswa,
menasehati
dan
mengarahkan kepada hal yang lebih baik yang dapat melancarkan proses pembelajaran. Kemudian guru memberikan apersepsi diawal pembelajaran, memberi testimoni-testimoni kepada siswa untuk menarik perhatian. b. Dimensi penyembuhan 1) Masalah yang muncul dari faktor siswa, jika siswa tidak bisa diberi pemahaman maka hendaknya guru meminta bantuan pada wali kelas untuk membimbing siswa tersebut, serta menghubungi wali murid untuk memberitahu sikap anak di kelas. Guru harus selalu mengingatkan anak, bagi anak yang bersifat kinestetik guru harus memberikan kegiatan yang dapat menghambat siswa untuk berbuat onar di kelas. 2) Masalah yang muncul dari pihak keluarga, guru berkomunikasi dengan orang tua siswa melalui wali kelas untuk melaporkan
bagaimana kondisi siswa di sekolah, Harus ada kerjasama yang baik antara sekolah dan keluarga dalam mendidik anak, orang tua harus bisa mengkondisikan diri dengan nilai-nilai yang diterima anak di sekolah. B. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh, agar Implementasi Classroom Management dapat berjalan dengan baik dalam mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru PAI kelas VII, VIII dan IX hendaknya jangan pernah bosan untuk belajar dan belajar, lebih meningkatkan kualitas diri dalam menguasai materi, metode serta memahami karakter siswa, karena proses pembelajaran merupakan proses yang berkelanjutan, interaksi antara guru dan siswa harus dilaksanakan dengan baik dan hangat. Sehingga siswa merasa nyaman dalam proses pembelajaran. 2. Bagi pihak sekolah, hendaknya meningkatkan kualitas saranaprasarana serta fasilitas yang memadai, sehingga siswa dapat mengeksplor
potensi
diri
dengan
mudah,
tentunga
dengan
pendampingan dari guru. 3. Bagi orang tua siswa, sebaiknya meningkatkan komunikasi yang baik dengan anak, memberikan motivasi dan bimbingan secara emosional, agar dapat mendampingi pertumbuhan anak dalam belajar, sehingga anak memiliki rasa semangat dalam mengikuti pembelajaran.
4. Bagi peneliti lain, agar dapat meneliti Classroom Mnagement dengan menggali lebih dalam tentang segala aspek yang berhubungan dengan Classroom Management agar mendapatkan hasil penelitian yang sempurna untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin & Beni Ahmad Saebandi. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. Ahmadi & Sofyan Amri. 2011. cet pertama. Paikem Gembrot. Jakarta: PT. Prestasi Puatakarya. Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Posdakarya. Emzir. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Posdakarya. Moleong, Lexi J. 2008. Metodologi Penelitian Kwalitatif. Bandung: Posdakarya. Mulyadi. 2009. Classroom management Mewujudkan Suasana Kelas Yang Menyenangkan Bagi Siswa. Malang: Malang Pres. Munthe, Bermawi. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani. Rohani, Ahmad. cet ke2. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Silberman, Melvin L. 2009. Aktiv Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Diterjemahkan oleh: Sarjuli dkk. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Posdakarya. Wardani, Asih, 2013. Implementasi Classroom Management untuk Mewujudkan Suasana Kelas yang Menyenangkan bagi Siswa Kelas IA dan IB di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Yamin, Martinis & Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas (Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Jakarta: Gaung Persada. http://el-kawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurutpara ahli.html.
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015 Wawancara untuk guru PAI Responden
:
Peran
:
Data
:
Hari/tanggal
:
Daftar pertanyaan
:
1. Apakah yang ibu/bapak guru ketahui tentang manajemen kelas? meliputi: a. Pengertian manajemen kelas. b. Fungsi dan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan manajemen kelas. 2. Menurut ibu/bapak guru bagaimanakah suasana kelas yang aktif itu? a. Bagaimana strategi ibu/bapak guru agar tercipta suasana kelas yang aktif saat proses pembelajaran PAI? Berkaitan dengan teknik atau metode mengajar? b. Menurut ibu/bapak guru apa yang mempengaruhi aktif tidaknya suasana kelas saat proses pembelajaran PAI?
c. Tujuan apa yang ingin dicapai pada proses pembelajaran PAI? d. Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI? 3. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa, apakah sudah berjalan dengan baik atau belum? 4. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas yang baik itu agar tercipta suasana ke;as yang aktif pada proses pembelajaran PAI? 5. Apa kesulitan/hambatan ibu/bapak guru dalam pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa? Meliputi: a. Masalah-masalah yang dihadapi, masalah individu dan kelompok. b. Kesulitan/hambatan dari faktor guru. c. Kesulitan/hambatan dari faktor Siswa. d. Kesulitan/hambatan dari faktor Fasilitas. e. Kesulitan/hambatan dari faktor keluarga. 6. Bagaimana solusi atas masalah-masalah tersebut dalam pelaksanaan manajemen kelas? berkenaan dengan: a. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan (preventif). b. Prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan (kuratif). 7. Menurut ibu/bapak guru bagaimana cara meningkatkan manajemen kelas yang baik agar tercipta suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa?
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015 Wawancara untuk siswa Nama
:
Kelas
:
Hari/tanggal
:
Waktu
:
Daftar Pertanyaan
:
1. Bagaimana suasana kelas saat proses pembelajaran PAI, apakah menarik atau membosankan? 2. Apa yang biasanya dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran? 3. Apakah guru sering menggunakan metode pembelajaran aktif? 4. Metode apa yang sering digunakan guru saat mengajar PAI? 5. Apakah dengan metode yang digunakan guru siswa memahami materi pembelajaran?
REDUKSI WAWANCARA IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS YANG AKTIF PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015 Responden 1 : Inayatul Wakidah,M. Pd Peranan
: Pengampu mapel PAI kelas VIII dan IX
Data
: Wawancara
Hari/tanggal
: Kamis, 27 Agustus 2015
Waktu
: 13:30-14:25
1. Apakah yang ibu ketahui tentang manajemen kelas? meliputi: a. Pengertian “manajemen kelas berasal dari kata manajemen dan kelas, berarti bagaimana caranya memanaj kelas agar kelas itu bisa maksimal dalam proses belajar mengajar, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran itu bisa terlaksana dengan baik dan maksimal.” b. Fungsi dan tujuan “ fungsi manajemen kelas sangat penting, karena dengan manajemen itu memudahkan anak dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai ketika anak belajar dengan senang. Tujuannya adalah agar anak bisa memahami atau mengetahui tujuan pembelajaran secara maksimal.”
2. Menurut ibu bagaimanakah suasana kelas yang aktif itu? “Suasana kelas yang aktif yaitu dimana didalam kelas anak terlibat dalam pembelajaran secara sukarela, anak bisa aktif untuk bertanya, anak bisa aktif untuk mengeksplor diri. Dapat dikatakan terjadi interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.” a. Bagaimana strategi ibu agar tercipta suasana kelas yang aktif saat proses pembelajaran PAI? Berkaitan dengan teknik atau metode mengajar. “agar suasana kelas bisa aktif metode yang saya gunakan salah satunya adalah diskusi, ketika diskusi anak antusias untuk ingin tahu sehingga anak merasa senang saat proses pembelajaran. Jadi pembelajaran tidak kaku yang hanya monoton, guru berbicara anak mendengarkan, maka hasilnya kurang maksimal.” b. Menurut ibu apa yang mempengaruhi aktif tidaknya suasana kelas saat proses pembelajaran PAI? “ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktif tidaknya suatu kelas, yaitu guru, siswa, fasilitas dan keluarga.” c. Tujuan apa yang ingin dicapai pada proses pembelajaran PAI? “kalau pada proses pembelajaran PAI tujuan yang ingin dicapai anak bisa memahami, mengetahui apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh kurikulum.” d. Bagaimana upaya ibu untuk meningkatkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI?
“pertama kita melihat materi apa yang disampaikan, kemudian kita melihat kondisi bagaimana kondisi pembelajaran anak, apakah kelas ini anak-anaknya masuk pada audiotori, kinestetik atau visual. Jadi dengan mengetahui kondisi seperti itu kita akan menentukan metode dan model apa yang sesuai demgan anak, dengan membuat metode atau model pembelajaran yang menarik. Contoh materi sholat. Guru mengajarkan bagaimana anak bisa sholat, yang saya pakai adalah metode modeling, tapi sebelum itu saya ajak anak untuk mencari macam-macam sholat. Kalau sudah anak presentasi lewat power point bagaiman contoh sholat itu. Di endingnya guru mengajak anak-anak untuk memahami dengan cara mempraktekkan sholat yang telah dipresentasikan. Guru hanya meluruskan pekerjaan anak yang salah.” 3. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa? “sebagai guru, kita sudah memiliki perencanaan atau merencanakan bagaimana proses pembelajaran bisa aktif melalui manajemen kelas. salah satunya melalui RPP, menggunakan metode yang memunculkan keaktifan anak seperti diskusi dan presentasi.” 4. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas yang baik itu, agar tercipta suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI? “sebelumnya guru harus mengetahui apa itu manajemen kelas, kemudian bagaimana caranya sesudah di kelas guru memanaj kelas itu, bisa membuat kelas itu menarik dan kelas itu aktif sehingga proses
pembelajaran
PAI
tidak
lagi
menjadi
mata
pelajaran
yang
membosankan.” 5. Apa kesulitan/hambatan ibu dalam pelaksanaan manajemen kelas untukmewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa? Meliputi: a. Kesulitan/hambatan dari faktor guru “biasanya ada masa-masa dimana guru merasa jenuh, ada masa guru tidak mau belajar. Hal itu mengurangi maksimalnya proses mengajar. Guru harus cepat merefresh hal-hal yang dapat menghambat kemaksimalannya untuk mengajar.” b. Kesulitan/hambatan dari faktor siswa “siswa memiliki banyak karakter, memiliki cara belajar yang berbedabeda. Sepeti di kelas ada anak yang bersifat kinestetik, audiens dan auditori, sedangkan guru inginnya menyampaikan materi dengan metode yang dapat diterima semua anak dengan senang. Terkadang satu metode belum tentu cocok dengan semua anak, kadang si A cocok si B tidak cocok, atau si B cocok si A tidak cocok. Jadi guru merasa kerepotan dengan karakter siswa yang bervariasi.” c. Kesulitan/hambatan dari faktor fasilitas “fasilitas mempengaruhi proses belajar mengajar, apabila dalam kelas vasilitas yang dibutuhkan tidak atau kurang memadai maka akan menghambat proses belajar mengajar. Tapi disini fasilitas bukan
merupakan masalah yang berarti karena sudah tersedia dengan lengkap dan dapat digunakan kapanpun dibutuhkan.” d. Kesulitan/hambatan dari faktor keluarga “tidak adanya atau kurangnya kesesuaian antara tujuan yang dilaksanakan dan diajarkan di sekolah dengan contoh yang diterima dikeluarga. Misalnya di sekolah anak diajarkan untuk menutup aurat, mengenakan jilbab, tapi di rumah ternyata ibunya tidak berjilbab dan suka memakai pakaian terbuka. Hal tersebut tentu memengaruhi pamahaman anak.contoh lagi, di sekolah anak diajarkan untuk sholat lima waktu, tapi di rumah orang tua tidak mengingatkan anak dan tidak memberikan contoh yang baik.” 6. Bagaimana solusi atas masalah-masalah tersebut dalam pelaksanaan manajemen kelas? berkenaan dengan: a. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan 1) Kesulitan/hambatan dari faktor guru “guru masih harus banyak belajar dalam mengatasi dan mengurus siswa, contohnya bagaimana cara menerapkan metode yang terbaru yang sesuai dengan karakter siswa.” 2) Kesulitan/hambatan dari faktor siswa “guru
memberikan
apersepsi
diawal
pembelajaran,
atau
memancing rasa ingin tahu siswa dengan hal-hal yang menarik kalau materinya baru. Atau guru memberi testimoni-testimoni. Misal materi sholat, guru memberi anak testimoni ada anak yang
rajin melaksanakan sholat dan apa yang diinginkan dapat terkabul. Dengan testimoni tersebut maka siswa akan tertarik dengan guru dan materi pembelajaran.” b. Prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan 1) Kesulitan/hambatan dari faktor siswa “guru harus selalu mengingatkan anak, bagi anak yang bersifat kinestetik
guru
harus
memberikan
kegiatan
yang
dapat
menghambat siswa untuk berbuat onar di kelas, seperti menyuruhnya membawakan laptop, menyolokkan kabel LCD dan lainnya, maka nak tersebut akan merasa senang dan merasa dihargai.” 2) Kesulitan/hambatan dari faktor keluarga “harus ada kerjasama yang baik antara sekolah dan keluarga dalam mendidik anak, orang tua harus bisa mengkondisikan diri dengan ajaran yang diterima anak di sekolah.” 7. Menurut ibu bagaimana cara meningkatkan manajemen kelas yang baik agar tercipta suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa? “dalam manajemen kelas yang paling berpengaruh adalah guru, guru harus senantiasa belajar dan belajar, kemudian menilai kembali atau mengklarifikasi, menelaah metode-metode yang selama ini digunakan. Apa kekurangan dan kelebihannya, apakah sudah sesuai dan mendukung proses pembelajaran. Guru harus lebih belajar memahami bagaimana
karakter anak sehingga mampu memutuskan kepada kelas mana suatu metode di terapkan. Kemudian guru belajar mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah yang muncul pada proses pembelajaran.”
REDUKSI WAWANCARA IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS YANG AKTIF PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015 Responden
: Siti Nur Milatul Jannah, S.Pd.I
Peranan
: Guru pengampu mapel PAI kelas VII
Data
: Wawancara
Hari/tanggal
: Senin, 7 September 2015
Waktu
: 14.50-15.30
1. Apakah yang ibu ketahui tentang manajemen kelas? meliputi: a. Pengertian “manajemen kelas adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengelola kelas agar kelas kondusif saat proses pembelajaran.” b. Fungsi dan tujuan “fungsinya untuk mengatur siswa, membimbing siswa agar belajar lebih giat lagi, sehingga nanti pembelajarannya bisa efektif. Kalau sudah efektif siswa akan bisa memahami dengan baik. Tujuannya agar siswa mudah menerima materi pada proses pembelajaran.” 2. Menurut ibu bagaimanakah suasana kelas yang aktif itu? “suasana kelas yang aktif itu pertama siswa mau memperhatikan guru, mau mendengarkan guru. Mendengarkan bukan sekedar mendengar,
kalau mendengarkan berarti siswa menyimak penjelasan atau instruksi dari guru, penjelasan dari temannya, gagasan dari temannya dengan baik. Yang kedua, siswa sanggup mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan sudah diinstruksikan oleh guru. Dan ketiga, siswa mau bertanya atau mengkritisi jika ada materi yang belum jelas. Dapat dikatakan suasana kelas yang aktif itu ada interaksi antara guru dengan sisiwa dan siswa satu dengan siswa yang lain..” a. Bagaimana strategi ibu agar tercipta suasana kelas yang aktif saat proses pembelajaran PAI? Berkaitan dengan teknik atau metode mengajar. “metode yang saya gunakan misalnya diskusi atau membuat pertanyaan terbimbing, kemudian praktik ibadah.” b. Menurut ibu apa yang mempengaruhi aktif tidaknya suasana kelas saat proses pembelajaran PAI? “ada beberapa faktor, yang pertama fasilitas, jika guru menayangkan suatu tayangan yang mungkin menarik bagi siswa maka banyak siswa yang mau berkomentar atau bertanya. Yang kedua dari faktor siswa, kalau siswa sedang kelelahan maka siswa akan cenderung
meminta
guru
untuk
tidak
cenderung pasif,
menggunakan
metode
pembelajaran yang aktif, maunya guru yang bercerita siswa Cuma mendengarkan,masih dari faktor siswa, kalu siswa ada minat untuk belajar dia akan aktif dengan sendirinya tanpa disuruh. Yang ketiga dari faktor materi,kalau materi itu kebetulan mungkin menyenggol
atau menyangkut pengalaman siswa maka siswa akan bekomentar dan akan bertanya.” c. Tujuan apa yang ingin dicapai pada proses pembelajaran PAI? “kalau dalam proses pembelajaran tujuannya siswa mau mengikuti materi dari awal sampai akhir, kemudian tidak hanya sekedar mengikuti saja, siswa mau mendengarkan instruksi dari guru dari awal sampai akhir, siswa mau bekerjasama dengan teman-temannya, bisa menghargai temannya, tidak membuat gaduh saat di kelas, kemudian siswa mau bertanya ketika belum paham, mau mengakui sebenarnya siswa sudah paham atau belum.” d. Bagaimana upaya ibu untuk meningkatkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI? “yang pertama membangkitkan minat siswa, memberi motivasi pada sisiwa, mengapa harus belajar PAI, apa fungsi PAI, maka dengan demikian siswa akan berfikir. Kedua, mengatur metode atau strategi pembelajaran, misalnya diskusi atau membuat pertanyaan terbimbing, kemudian adalagi praktek, contohnya praktek ibadah.” 3. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa? “saya sudah merasa cukup baik dalam melaksanakan manajemen kelas, tapi juga kadang merasa belum baik, karena saya masih muda masih merasa belum profesional dibandingkan dengan guru senior. Tapi yang
jelas saya sudah melaksanakan upaya menciptakan suasana aktif tersebut.” 4. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen kelas yang baik itu, agar tercipta suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI? “masalah manajemen kelas yang baik pertama kelas itu tergantung dari metode yang digunakan guru, kalau pengen metodenya ceramah, pengennya guru didengarkan maka suasana kelas harus tidak ada suara kecuali suara guru, kalau anak mau bertanya baru kita persilahkan. Tapi kalau pengennya metode diskusi kelas mesti rame, kalau metode diskusi yang saya harapkan bukan aktif fisik saja tapi juga aktif secara mental, kalau aktif mental berarti siswa benar-benar bekerja, tapi kalau aktif fisik siswa Cuma menggerombol , mengelompok tapi ternyata yang diobrolkan masalah lain. Dapat dikatakan manajemen kelas yang baik itu adanya suasana kondusif saat proses pembelajaran .” 5. Apa kesulitan/hambatan ibu dalam pelaksanaan manajemen kelas untuk mewujudkan suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa? Meliputi: a. Kesulitan/hambatan individu/kelompok “saat diskusi kelompok kalau saya menyuruh siswa untuk memilih kelompok sendiri pasti ada satu anak yang tidak dapat kelompok, itu bisa diidentifikasi kalau anak tersebut biasanya punya masalah dengan temannya. Kalau sudah saya tetapkan kelompoknya ada
sebagian siswa yang pengen pindah kelompok maunya dengan teman yang itu-itu saja.” b. Kesulitan/hambatan dari faktor guru “kurangnya
profesionalitas
atau
pemahaman
guru
mengenai
palaksanaan manajemen kelas.” c. Kesulitan/hambatan dari faktor siswa “karakter siswa yang berbeda, misalnya guru menggunakan metode diskusi agar menciptakan kelas aktif, kalau anak tipe belajarnya auditorial, kalau belum dijelaskan belum paham itu memang agak kesulitan, biasanya siswa tersebut akan protes.” d. Kesulitan/hambatan dari faktor fasilitas “fasilitas harus lengkap dan memadai untuk mendukung proses pembelajaran.” e. Kesulitan/hambatan dari faktor keluarga “dukungan keluarga sangat berpengaruh pada perhatian anak di dalam kelas, biasanya anak yang mendapat dukungan baik dari keluarga, misal mendapat motivasi biasanya dari segi mental akan antusias dalam pembelajaran. Jadi kebanyakan anak-anak yang aktif bertanya tidak lepas dari motivasi keluarga.” 6. Bagaimana solusi atas masalah-masalah tersebut dalam pelaksanaan manajemen kelas? berkenaan dengan: a. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan 1) Kesulitan/hambatan dari faktor individu/kelompok
“memberikan pemahaman pada siswa untuk bisa belajar memahami karakter orang lain, misalnya pada pembelajaran kelompok, tidak hanya belajar mandiri tetapi juga belajar memahami teman.” 2) Kesulitan/hambatan dari faktor guru “guru harus terus belajar, dan juga memperbaiki kualitas diri.” 3) Kesulitan/hambatan dari faktor siswa “saya lebih cenderung memberikan pemahaman pada siswa, menasehati dan mengarahkan kepada hal yang lebih baik.” b. Prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan 1) Kesulitan/hambatan dari faktor siswa “seumpama siswa tidak bisa diberi pemahaman maka saya minta bantuan pada wali kelas untuk membimbing siswa tersebut.” 2) Kesulitan/hambatan dari faktor keluarga “berkomunikasi pada orang tuasiswa lewat bantuan wali kelas untuk melaporkan bagaimana kondisi siswa di sekolah, agar orang tua lebih memperhatikan anak.” 7. Menurut ibu bagaimana cara meningkatkan manajemen kelas yang baik agar tercipta suasana kelas yang aktif pada proses pembelajaran PAI bagi siswa? “untuk meningkatkan manajemen kelas yang baik agar kelas menjadi aktif pertama dari faktor guru, guru lebih mempersiapkan materi dengan baik, merancang metode pembelajaran dengan baik. Kemudian dari faktor
siswa, dari awal siswa sudah harus dikondisikan untuk mengikuti pembelajaran di kelas, siswa harus melaksanakan tugas dengan baik, membuat peraturan kelas yang harus disepakati bersama. Dari faktor fasilitas harus memadai dan harus dipersiapkan dengan baik, dari faktor keluarga, harus ada pendekatan emosional dari pihak keluarga dengan siswa.”
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015 Wawancara untuk siswa Nama
: Dinda Meilia Afta
Kelas
: VII C
Hari/tanggal
: Kamis/ 1 Oktober 2015
Waktu
: 09:45
Daftar Pertanyaan
:
1. Bagaimana suasana kelas saat proses pembelajaran PAI, apakah menarik atau membosankan? “Pelajaran PAI di kelas VII cukup menarik, gurunya enak saat mengajar.” 2. Apa yang biasanya dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran? “Sebelum pelajaran dimulai biasanya bu guru memberikan cerita untuk menyemangati siswa belajar.” 3. Apakah guru sering menggunakan metode pembelajaran aktif? “Ya terkadang aktif, kadang juga tidak. Tapi lebih sering diterangkan.” 4. Metode apa yang sering digunakan guru saat mengajar PAI?
“Metode pembelajaran yang sering digunakan yaitu kerja kelompok, siswa diberi tugas atau pertanyaan untuk dikerjakan bersama-sama. Setelah selesai dikerjakan pertanyaan yang paling sulit dijelaskan bu guru, kalau tidak tanya jawab.” 5. Apakah dengan metode yang digunakan guru, siswa memahami materi pembelajaran? “Ya, sebagian besar materi yang dijelaskan paham, tapi kalau tidak memperhatikan jadi kurang paham.”
PEDOMAN WAWANCARA IMPLEMENTASI CLASSROOM MANAGEMENT UNTUK MEWUJUDKAN SUASANA KELAS AKTIF PADA PROSES PEMBELAJARAN PAI BAGI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2015 Wawancara untuk siswa Nama
: Yasmin Syafa
Kelas
: VIII D
Hari/tanggal
: Kamis/ 01 Oktober 2015
Waktu
: 10:15
Daftar Pertanyaan
:
1. Bagaimana suasana kelas saat proses pembelajaran PAI, apakah menarik atau membosankan? “Suasana kelas saat pelajaran PAI sangat menyenangkan, gurunya enak saat menjelaskan.” 2. Apa yang biasanya dilakukan guru sebelum memulai pembelajaran? “Biasanya sebelum mengajar bu Ina memberikan pertanyaan seputar materi yang akan diajarkan, kadang salah satu siswa di minta maju untuk bercerita tentang pengalaman religius yang menjadikan siswa merasa semangat belajar.” 3. Apakah guru sering menggunakan metode pembelajaran aktif? “Bu Ina sering sekali menggunakan metode pembelajaran aktif.”
4. Metode apa yang sering digunakan guru saat mengajar PAI? “Bu Ina seringnya menggunakan metode diskusi, setelah diskusi masingmasing kelompok diminta presentasi di depan kelas.” 5. Apakah dengan metode yang digunakan guru siswa memahami materi pembelajaran? “Karena sering diskusi dan presentasi siswa jadi paham materi, karena kalau kita tidak paham materi kita jadi tidak bisa presentasi dengan lancar.”
SATUAN KREDIT KEAKTIFAN (SKK)
Nama
: Siti Zulaikha
NIM
: 11111133
Progdi
: Pendidikan Agama Islam
Pembimbing Akademik (PA) : Eva Palupi, S.Psi
NO Nama Kegiatan 1 Orientasi Pengenalan Akademik DAN kemahasiswaan (OPAK) STAIN Salatiga 2 Achievement Motivation 3 4 5 6
7 8 9
10
11
Training (AMT) STAIN Salatiga Orientasi Dasar Keislaman (ODK) STAI Salatiga Seminar Entrepreneurship dan Koperasi, STAIN Salatiga User Education, UPT Perpustakaan STAIN Salatiga Seminar Ekonomi Islam dengan tema:”Peran Ekonomi Islam dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Global” Grebeg Pelajar “SALATIGA BESHOLAWAT”. PC. IPNUIPPNU Kota Salatiga Pendidikan KSEI Tingkat Lanjut dengan tema “Melangkah Bersama Ekonomi Syariah” Grand Launching dan Diskusi Publik dengan tema: “Peran Generasi Muda Terhadap Fenomena HIV/AIDS di Kota Salatiga”. Generasi Muda Peduli Salatiga. Aksi ALIM I (Ajang Kompetisi Anak Muslim I dengan tema:” Mengembangkan Potensi Anak Secara Islam Dalam Berkah Ramadhan” Dialog Publik dan Silaturahmi Nasional dengan tema:”
Pelaksanaan 20-23 Agustus 2011
Status Peserta
Nilai 3
23 Agustus 2011
Peserta
2
24 Agustus 2011
Peserta
2
25 Agustus 2011
Peserta
2
20 September 2011
Peserta
2
14 Januari 2012
Peserta
2
8 Maret 2012
Panitia
3
01 April 2012
Peserta
2
12 Juli 2012
Peserta
2
12 Agustus 2012
Panitia
3
10 November 2012
Peserta
2
12 13
14
15 16 17 18
19
20 21
22 23
24
Kemanakah Arah Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi BBM untuk Rakyat” Seminar Nasional dengan tema:”Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa” Seminar Pencegahan Bahaya NAPSA, HIV/AIDS Mewaspadai Pergaulan Bebas untuk Membentuk Remaja yang Tangguh. PIK SAHAJASA STAIN Salatiga Seminar Nasional Sharia Economic Festival dengan tema:”Indonesia Will Grow and Shine With Sharia Economics” Seminar Regional dengan tema:”Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Pada Anak Seminar Festival Dakwah Milad XI LDK dengan tema:” Ya Allah Aku Jatuh Cinta” Buka Bersama dengan Anak Yatim di Gedung NU Kota Salatiga Aksi ALIM II (Ajang Kompetisi Anak Muslim II dengan tema:”Membangun Generasi Aswaja Aktif, Kreatif, dan Religius” Seminar Regional dengan tema:” Pengembangan Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam serta Kualitas Lulusan” Seminar Regional dengan tema:” Selamatkan Temanggung dari Lingkaran HIV/AIDS” Sarasehan Akbar Bersama Tokoh Nasional dengan tema:”Komitmen Politik Islam dalam Menata Arah Masa Depan Bangsa Indonesia” Sosialisasi Penanggulangan HIV/AIDS Kota Salatiga. Seminar ”Pelajar Berkualitas Tanpa HIV/AIDS, Pelajar Berakhlak Tanpa Diskriminasi Pelaku HIV/AIDS” Seminar Nasional Berkontribusi untuk Negeri Melalui
23 Februari 2013
Peserta
8
29 April 2013
Peserta
2
14 Juni 2013
Peserta
8
18 Juni 2013
Peserta
4
11 Juni 2013
Peserta
2
21 Juli 2013
Panitia
3
24 November 2013
Panitia
3
28 November 2013
Peserta
4
2013
Peserta
4
15 Maret 2014
peserta
2
6 April 2014
Panitia
3
6 April 2014
Peserta
2
5 November 2014
Peserta
8
25
26 27
28
29
30
31
Televisi/TV Seminar Nasional dengan tema:” Perbaikan Mutu pendidikan Melalui Profesionalitas Pendidikan”. HMJ Tarbiyah Seminar Nasional Entrepreneurship. RACANA STAIN Salatiga Seminar dengan tema: ”Mempertegas Peran Pendidikan dalam Mencerahkan Masa Depan Anak Bangsa” Seminar Nasional Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Menghadapi Pasar Bebas ASEAN Seminar Nasional Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Menghadapi Pasar Bebas ASEAN Kepengurusan PIK SAHAJASA Biro Konsultasi TAZKIA IAIN Salatiga Periode 2014-2015. Sebagai Pendidik Sebaya Sosialisasi Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) PIK IAIN Salatiga
13 November 2014
Peserta
8
16 November 2014
Peserta
8
19 November 2014
Peserta
2
2014
Peserta
8
06 Mei 2015
Peserta
8
12 Mei 2015
Pengurus
4
12 Juni 2015
Panitia
3
JUMLAH
119
Salatiga, 14 September 2015 Mengetahui, Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag. NIP:19700510 199803 1 003
Gambar 1. Doa bersama sebelum mulai pembelajaran kelas VII A.
Gambar 2. Guru menjelaskan materi
Gambar 3. Suasana Belajar
Gambar 4. Siswa Mengajukan Pertanyaan
Gambar 5. Guru Menanggapi Pertanyaan Siswa
Gambar 6. Guru menegur siswa yang bercanda saat proses pembelajaran
Gambar 7. Siswa praktek wudhu
Gambar 8. Guru memancing siswa untuk bertanya menggunakan gambar (VIII D)
Gambar 9. Diskusi kelompok
Gambar 10. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Gambar 11. Diskusi kelompok lain
Gambar 12. Siswa mempraktekkan gerakan shalat gerhana
Gambar 13. Siswa antusias mengajukan pertanyaan pada kelompok yang presentasi
Gambar 14. Guru meluruskan jawaban dari siswa yang presentasi
Gambar 15. Hasil prestasi siswa