IMPLEMENTASI BAHAN AJAR BERBASIS OPEN-ENDEDPROBLEM DENGAN PENDEKATAN REALISTIK PADA TOPIK PECAHAN MAHASISWA CALON GURU SEKOLAH DASAR Asrul Karim PGSD FKIP Universitas Almuslim email:
[email protected]
Abstrak Kemampuan matematika siswa Sekolah dasar (SD) dipengaruhi oleh cara penyampaian konsep matematika oleh guru. Hal ini tentu saja mensyaratkan calon guru harus memiliki pengalaman memadai dalam pembelajaran matematika SD. Dosen sebagai fasilitator bagi calon guru (mahasiswa) dalam menimba ilmu harus mampu memberikan pengalaman langsung baik dari segi proses pembelajaran, bahan ajar yang digunakan dalam perkuliahan. Dalam artikel ini akan dibicarakan tentang penerapan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar open ended problem dengan pendekatan realistik pada topik pecahan. Kata kunci: bahan ajar, open ended problem, realistik
1. PENDAHULUAN Guru mempunyai peranan yang penting dalam pencapaian hasil belajar siswa Sekolah Dasar (SD). Kemampuan matematika siswa SD akan berkembang lebih optimal apabila guru memiliki kompetensi yang baik dalam pengelolaan pembelajaran yang dilakukan, baik dari segi penguasaan materi pembelajaran, penguasaan metode, dan bentuk bimbingan dan dorongan yang diberikan agar terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam belajar. Hal ini tentu saja mensyaratkan calon guru harus memiliki pengalaman dalam pembelajaran matematika SD yang memadai. Kompetensi guru tersebut tidak terlepas dari kemampuan ketika dia memperoleh pembelajaran matematika di perguruan tinggi (sebagai mahasiswa calon guru). Mahasiswa calon guru dituntut untuk memiliki pengalaman dan memahami materi matematika SD terutama berkaitan erat dengan topik-topik yang akan diberikan dalam proses pembelajaran kepada siswa. Topik-topik esensial yang harus dikuasai oleh mahasiswa calon guru SD adalah konsep
bilangan, statistika, geometri dan pengukuran serta logika matematika. Mata kuliah di PGSD yang berhubungan dengan materi pembelajaran di SD adalah mata kuliah matematika dasar dan matematika lanjutan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kompetensi matematika mahasiswa calon guru, kemampuan berpikir kritis mahasiswa PGSD yang berasal dari beragam latar belakang pendidikan IPA dan non-IPA masih kurang, nilai rata-rata yang diperoleh kurang dari 50% dari skor maksimal (Maulana, 2007). Lebih lanjut, berdasarkan studi yang telah dilakukan Zulkifli (2011) bahwa mungkin anda akan terkejut, bila mendengar jawaban yang diberikan mayoritas pelajar semester pertama mahasiswa calon guru sekolah dasar terhadap soal “Berapakah hasil yang diperoleh jika seperdua ditambah sepertiga 1 1 + 3 ?”. Adapun jawaban yang diberikan 2 2
oleh mahasiswa calon guru adalah . 5 Berdasarkan hasil penelitian dari Zulkifli (2011) tergambarkan bahwa
JUPENDAS, ISSN: 2355-3650, Vol. 01, No. 01, Maret 2014 | 20
rendahnya pemahaman konsep pecahan dari mahasiswa calon guru, untuk itu dibutuhkan desain bahan ajar dan pendekatan pembelajaran yang mendukung agar dapat meningkatkan kompetensi konsep esensial mahasiswa calon guru. Maka perlu dipikirkan cara penyajian materi matematika yang dapat melibatkan mahasiswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Dalam mengaktifkan mahasiswa, dosen dapat memberikan soal yang mengarah pada jawaban divergen, dan penyelidikan. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan hal tersebut adalah pembelajaran melalui open-ended problem dengan pendekatan realistik. Desain bahan ajar berbasis open-ended problem dengan pendekatan realistik dirancang berawal dari pemecahan masalah yang bersifat terbuka dan kontekstual juga yang berbasis pada pengetahuan yang telah dimiliki mahasiswa. 2. KAJIAN LITERATUR Bahan Ajar Open-ended Problem Dalam pembelajaran matematika selama ini umumnya soal disajikan hanya mempunyai satu jawaban benar. Soal hanya mempunyai satu jawaban benar disebut “soal lengkap” atau “soal tertutup”. Untuk meningkatkan daya nalar mahasiswa perlu disajikan soal dengan kondisi tidak lengkap sehingga diperoleh lebih dari satu jawaban, atau menyajikan soal dengan jawaban tunggal tetapi proses penyelesaian lebih dari satu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Baresson (Yaniwati, 2001) masalahopen-ended sebagai “tipe masalah yang mempunyai banyak selesaian dan banyak cara penyelesaian”. Pembelajaran Melalui Open-Ended Problem dengan Pendekatan Realistik pada topik-topik matematika SD Pembelajaran melalui open-ended problem dengan pendekatan realistik yang dimaksud dalam tulisan ini adalah penyajian materi kuliah, yaitu topik-topik
esensial matematika SD, dengan diawali penyajian pertanyaan terbuka. Pertanyaan tersebut dikaitkan dengan masalah seharihari atau masalah yang dapat dibayangkan oleh mahasiswa Adapun langkah-langkah pembelajaran melalui open-ended problem dengan pendekatan realistik, dalam penelitian ini sebagai berikut. Langkah Pembelajaran Langkah 1. Memahami masalah terbuka dan kontekstual
Langkah 2. Menjelaskan masalah terbuka dan kontekstual
Langkah 3. Menyelesaikan masalah terbuka dan kontekstual Langkah 4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Langkah 5. Menyimpulkan
Kegiatan Pembelajaran Dosen memberikan masalah (soal) terbuka dan kontekstual kemudian meminta mahasiswa untuk memahami masalah tersebut. Dosen menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan memberikan petunjuk atau saran seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang belum dipahami oleh mahasiswa. Mahasiswa secara individual (atau kelompok) menyelesaikan masalah terbuka dan kontekstual dengan berbagai cara. Dosen menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk membanding dan mendiskusikan jawaban secara berkelompok, untuk selanjutnya di bandingkan dan di diskusikan pada diskusi kelas. Dosen mengarahkan mahasiswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep.
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Reseach and Development. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa cara di antaranya dari hasil tes pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dan wawancara. Analisis data dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian ini yaitu melalui analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
JUPENDAS, ISSN: 2355-3650, Vol. 01, No. 01, Maret 2014 | 21
4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pemahaman Konsep Pemahaman dan penguasaan suatu materi atau konsep merupakan prasyarat untuk menguasai materi atau konsep berikutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Heruman 2008: 4) dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep lainnya. Oleh sebab itu, pemahaman konsep merupakan hal yang sangat fundamental dalam pembelajaran matematika agar lebih bermakna. Berdasarkan hasil tes pemahaman konsep pada mahasiswa kelas eksperimen yaitu yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis open-ended problem dengan pendekatan realistik menunjukkan peningkatan pemahaman konsep yang signifikan dibandingkan dengan mahasiswa kelas kontrol yaitu yang memperoleh pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis openended problem dengan pendekatan realistik mahasiswa terlibat langsung dan bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan, terkaan dan mencoba-coba terhadap masalah yang diberikan pada LKM. Dosen hanya sebagai penunjuk jalan dalam membantu mahasiswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilan yang mereka pelajari untuk menemukan konsep atau pengetahuan baru. Dalam memahami soal open-ended problem dengan pendekatan realistik, pengalaman dan penguasaan konsep prasyarat menjadi hal yang sangat penting terhadap penyelesaian masalah. Berikut ini disajikan transkrip singkat dialog antara dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran pada kelas eksperimen: D
Bilangan pecahan
2 3
kurang dari 1
X
Kurang dari 1
D
Berapa kurangnya?
X
1 3
nya,
ya
pak..?(Mahasiswa
X,
bingung) betul pak?. (Mahasiswa bertanya kembali pada D) D
Oke. Bagus... 3
Kalau bilangan pecahan kurang dari 4
1 atau lebih dari 1 C
Itu hampir sama dengan yang tadi pak?
D
Sama?. Coba di jelaskan jawabannya C
B
Kurang dari 1, Pak
D
Berapa kurangnya? Bisakah membuktikannya dengan gambar.
B
Bisa pak (B menggambar persegi panjang kemudian B membagi menjadi empat bagian yang sama besar kemudian mengarsir 3 bagian
C
1
dari 4 bagian). nya pak.. 4
D
Jadi, lebih besar bilangan pecahan atau
B
3
2 3
4 3
2
4
3
Lebih besar dibandingkan , karena 3 4
lebih dekat dengan 1
B
Bagus... ada pendapat yang lain?
E
Lebih besar , karena tidak mencapai
3
1 adalah
1 4
4
lagi, sedangkan
2 3
adalah
1 3
lagi, jadi menurut saya pak lebih 3
besar . 4
*Ket: D = Dosen X, B,C, dan E = Mahasiswa
atau lebih dari 1
JUPENDAS, ISSN: 2355-3650, Vol. 01, No. 01, Maret 2014 | 22
Berdasarkan transkrip singkat di atas, tergambarkan bahwa mahasiswa dapat memahami makna bilangan pecahan dan sudah dapat membandingkannya. b. Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen yaitu yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis openended problem dengan pendekatan realistik, menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis secara signifikan dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa kelas eksperimen yaitu mahasiswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis openended problem dengan pendekatan realistik, menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis secara signifikan. Dengan demikian pada pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis open-ended problem dengan pendekatan realistik berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa terjadi akibat keaktifan mahasiswa dalam mengonstruksi pengetahuan sehingga mahasiswa dapat memahami konsep. Dalam pembelajaran Dosen memberikan membimbing jika diperlukan, mendorong serta memotivasi mahasiswa untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan konsep berdasarkan pertanyaan dalam bahan ajar berbasis open-ended problem yang disediakan. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis openended problem dengan pendekatan realistik, mahasiswa harus berpikir keras untuk menemukan konsep. Dosen harus membantu dan mengarahkan mahasiswa, mengatur waktu dalam kerja kelompok, maupun dalam diskusi kelas agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
5. PENUTUP Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar open ended problem membuat mahasiswa lebih kreatif. Hal ini dikarenakan adanya masalah kontekstual yang dapat diselesaikan dengan beberapa selesaian. Mahasiswa juga dibiasakan untuk memberikan alasan untuk setiap jawaban yang mereka berikan sehingga mahasiswa lebih komunikatif dalam proses perkuliahan. Pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar openended problem berbasis dengan pendekatan realistik lebih baik. 6. REFERENSI Ansari, B. I. (2004). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-TalkWrite. Disertasi SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan Maulana. 2007. Alternatif Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Matematika tentang Permasalahan Matematika dan Pendidikan Matematika Terkini yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, 8 Desember 2007. Maulana. 2008. “Pendekatan Metakognitif Sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD”. Jurnal Pendidikan Dasar. (10). 39-46. Pramono, T .et al. (2008). “Model Pembelajaran Kooperatif STAD Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Cahaya dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP ”.
JUPENDAS, ISSN: 2355-3650, Vol. 01, No. 01, Maret 2014 | 23
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. II (2), 203-212. Rochaminah, S. (2008). Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Keguruan. [Online] http://www.puslitjaknov.org/data/fil e/2008/makalah_peserta/07_Sutji%2 0Rochaminah_Penggunaan%20Met ode%20Penemuan%20untuk%20me ningkatkan%20kemampuan.pdf[15 Maret 2013] Sumarmo, U. (2010). Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. [Online] tersedia di http://math.sps.upi.edu/wpcontent/uploads/2010/02/BERFIKIR -DAN-DISPOSISI-MATEMATIKSPS-2010.pdf. [25 Januari 20011] Suryadi, D. 2005. Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung Serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Wassahua, S. (2009). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open-Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematik Siswa. Tesis SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Yaniwati, Poppy. 2001. Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-Ended Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa. Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Pasundan. Bandung: Hasil Penelitian, Tidak diterbitkan. Zulkifli. 2011. Perlukah Pembelajaran Bilangan dan Operasinya di SD Direformasi? Makalah disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2 diselenggarakan di
Universitas Almuslim Bekerja Sama Dengan IndoMs. Bireuen, 28-29 November 2011.
JUPENDAS, ISSN: 2355-3650, Vol. 01, No. 01, Maret 2014 | 24