Sinopsis IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REALISTIK PADA DIKLAT GURU MATEMATIKA SMP PROVINSI JAWA TENGAH
Disampaikan dalam orasi ilmiah / pidato pengukuhan sebagai Widyaiswara Utama LPMP Jawa Tengah Dr. Mulyadi HP, M.Pd. Widyaiswara LPMP Jawa Tengah
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH SEMARANG
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 1
2009
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 2
KATA PENGANTAR PENELITI
Terlebih dahulu saya ucapkan syukur Allhamdullilah kepada Allah SWT atas selesainya penulisan laporan hasil penelitian tentang kediklatan yang berjudul:" Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Realistik pada Diklat Guru Matematika SMP provinsi Jawa Tengah Tahun 2008", sebuah eksperimen pada diklat Guru Matematika SMP yang diselenggarakan oleh LPMP Jawa Tengah. Saya ucapkan terima kasih kepada: 1. Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( LPMP ) Jawa Tengah, atas perkenannya memberikan segala sesuatunya kepada peneliti hingga selesainya penyusunan laporan hasil penelitian ini. 2. Kepala bidang , kepala bagian , kepala seksi dan kepala sub bagian di LPMP Jawa Tengah, atas dorongan dan bantuannya dalam pengumpulan data penelitian. 3. Semua pihak yang tidak mungkin saya sebut satu demi satu yang membantu penulis dari awal hingga selesainya laporan hasil penelitian.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membimbing dan melindungi kita semua. Amiien. Semarang, Juli 2009 MD
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 3
Yang terhormat: Pejabat Lembaga Administrasi Negara Pejabat di lingkungan Departemen PendidikanNasional Kepala LPMP Jawa Tengah Undangan dan hadirin yang saya muliakan
Assalammualaikum wr wb Terlebih dahulu kita panjatkan syukur ke hadhirat Tuhan Yang Maha Esa atas pemberian nikmat, kebahagiaan, hidayah serta inayah-Nya kepada kita sekalian sehingga pada hari ini kita diperkenankan berkumpul di LPMP Jawa Tengah dalam rangka Orasi Ilmiah atau penyampaian pidato pengukuhan sebagai Widyaiswara utama dalam materi dengan judul: Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Realistik pada Diklat Guru Matematika SMP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008. Semoga apa yang kita lakukan ini selalu diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa, bermanfaat bagi negara dan bangsa Indonesia. Akhirnya perkenankanlah saya akan menyampaikan pidato pengukuhan sebagai widyaiswara utama sebagai berikut:
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 4
Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Realistik pada Diktat Guru Matematika SMP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Mulyadi HP
ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pendekatan mana yang lebih baik dalam pembelajaran yang dilakukan pada pendidikan dan pelatihan atau diklat bagi guru matematika, antara pendekatan realistik dan pendekatan mekanistik. Penelitian ini dilakukan kepada populasi guru matematika SMP peserta diklat di LPMP Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 melalui ToT MGMP Matematika sebanyak enam angkatan, masing-masing angkatan terdiri dari 40 peserta, sehingga populasinya 240 peserta diklat. Sampel yang diteliti terdiri dari 80 guru matematika peserta diklat, terdiri dari 40 guru yang diberikan treatmen pembelajaran dengan pendekatan realistik dan 40 guru pendekatan mekanistik. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian eksperimen. Pengumpulan data melalui teknik tes hasil diklat, alat pengumpulan data berbentuk butir soal. Analisis data menggunakan analisis statistik, dengan uji statistik beda ratarata untuk pihak kanan. Sebelum uji hipotesis dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan sebelum hipotesis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji hipotesis diperoleh bahwa harga thitung(t0)= 2,7577 dan dengan signifikansi a = 5 % sebesar 1,67. Sehingga dapat disimpulkan bahwa diklat guru matematika SMP provinsi Jawa Tengah yang pembelajaran pada diklat menggunakan pendekatan realistik lebih baik daripada yang pembelajaran diklat menggunakan pendekatan mekanistik Kata Kunci: Diklat. Pendekatan Realistik. Pendekatan Mekanistik.
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 5
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Diklat bagi guru sangat penting dalam peningkatan mutu tenaga pendidik, terutama dalam melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi pada masa kini. Diklat yang merupakan kepanjangan dari pendidikan dan pelatihan terdiri dari dua pengertian dasar dari pendidikan d a n pe l a t i h a n . P e n d i d i ka n merupakan segala usaha yang bertujuan mengembangkan sikap dan kepribadian, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktik daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok orang dengan menggunakan pendekatan pelatihan untuk orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu (Kep. Menpan No.01 tahun 2001). Sehingga pendidikan merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks, rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh , melalui belajar. Mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, proses kegiatan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar( Mulyadi,2002). Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) termasuk di dalamnya merupakan suatu proses dalam kegiatan belajar dan pelatihan. Kenyataan yang ada di lapangan bahwa diklat guru matematika hanya menggunakan pendekatan dalam pembelajaran tertentu saja secara konvensional. Jarang dijumpai adanya penelitian yang yang meneliti penggunaan pendekatan dalam pembelajaran diklat, khususnya diklat fungsional bagi guru matematika SMP. Alasan seperti uraian dia atas mendorong peneliti untuk ingin mengetahui apakah penggunaan pendekatan p e m b e l a j a r a n p a d a d i k l a t berpengaruh terhadap hasil diklat, bila ada pengaruhnya mana pendekatan yang dapat memperoleh hasil diklat yang lebih baik. Tentu di samping faktor pendekatan dalam pembelajaran terdapat faktor lain yang berpengaruh pada hasil diklat. Banyak faktor yang terlibat dalam proses pembelajaran ( termasuk pada proses dalam diklat), menurut pendapat Romiszowski ( 1981: 7) faktor-faktor yang terlibat dalam proses diklat meliputi faktor: (1) masukan bahan atau raw input yaitu peserta diklat, (2) proses pendidikan dan pelatihan yaitu proses pada saat diklat berlangsung, (3) keluaran peserta diklat, dan (4) hasil diklat dan masukan instrumental. Masukan instrumental meliputi penatar, dana, sarana dan kurikulum atau struktur program, di samping itu faktor lingkungan pendidikan juga perlu diperhatikan. Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu, yang merupakan salah satu pohon ilmu mempunyai sifat khas , sehingga dalam pelaksanaan diklat guru mata pelajaran matematika memerlukan proses diklat yang khas pula. Matematika yang diberikan di sekolah mempunyai peranan yang penting dalam menentukan lulus tidaknya peserta didik melalui ujian nasional. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses diklat matematika agar diperoleh hasil diklat yang optimal, perlu melibatkan berbagai m a c a m p e n d e k a t a n d a l a m pembelajaran pada diklat , strategi maupun metode diklat yang sesuai dengan kondisi peserta diklat. Belajar melalui diklat diharapkan dapat mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang tidak lain perubahan tersebut adalah merupakan hasil dari diklat itu. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses diklat, sedangkan perubahan tingkah laku itu
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 6
merupakan hasil diklat, dengan demikian diklat bagi guru matematika akan menyangkut proses d i k l a t d a n h a s i l d i k l a t ( Hudojo,1988:l) Diklat guru matematika agar dapat memperoleh hasil yang optimal diperlukan adanya berbagai macam action atau tindakan yang dilakukan oleh penatar yaitu widyaiswara pada proses pembelajaran dalam diklat, sehingga membawa dampak dalam pengurangan berbagai kekurangan atau kelemahan guru dalam pembelajaran matematika kepada siswanya dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Berbagai kekeliman umum yang dialami oleh guru matematika dalam mengajarkan materi matematika kepada siswanya, menurut Drost dalam Mulyadi (2002: 5) meliputi : (1) kurangnya daya abstraksi , (2) terikatnya pada kehidupan konkrit, (3) kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam melalukan komputasi, dan (4) kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam menggun akan proses algoritma operrasi hitung, (5) kurang bervariasinya penggunaan pendekatan, strategi, metode dan teknik dalam pembelajaran. Kondisi awal yaitu kenyataan di lapangan sebelum penelitian dilakukan, banyak dijumpai bahwa guru belum tentu mengetahui penggunaan pembelajaran dengan pendekatan realistik , apalagi melaksanakan dalam pembelajaran di kelas. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik perlu dikenalkan dan setelah dikenal oleh guru peserta diklat selanjutnya untuk dikembangan pada pertemuan guru melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) maupun melalui program diklat guru matematika lainnya, agar selanjutnya pada giliranya dapat diimplementasikan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan uraian di atas, diharapkan guru dapat melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menggunakan berbagai macam pendekatan termasuk diantaranya pendekatan realistik, tetapi kenyataannya banyak guru yang belum mengenal dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik, maka peneliti memandang perlu adanya penelitian pada diklat guru matematika SMP dengan pendekatan realistik dalam proses pembelajaran yang dilakukan pada diklat. Rumusan Masalah Peneliti mengajukan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah hasil Pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan mekanistik? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil diklat guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah yang diselenggaran pada tanggal 20 sampai dengan tanggal 27 Agustus 2008, mana hasil yang lebih baik antara hasil diklat yang menggunakan pendekatan realistik d e n g a n h a s i l d i k l a t y a n g menggunakan pendekatan mekanistik
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 7
KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Pendidikan dan Pelatihan Sekilas, pelaksanaan otonomi daerah dalam bidang pendidikan tampak semakin marak dan berproses dengan baik di tanah air. Namun secara teknis dan koordinatif , pelaksanaan otonomi tersebut ternyata kurang menunjukkan kinerja yang diharapkan ( Sukarman, 2005:1). Secara filosofis konsep dan substansi pelaksanaan otonomi bidang pendidikan memunculkan cara pandang yang bervariasi. Khususnya berkenaan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di daerah otonom. Di satu sisi , kebervariasian cara pandang tersebut telah memotivasi pemerintah daerah untuk saling berkompetisi dalam peningkatan mutu pendidikan. Di sisi lain , ternyata telah menimbulkan berbagai gejala yang sangat potensial menjadi penghambat peningkatan mutu pendidikan. Sudah tentu hal itu akan berdampak negatif t e r ha d ap pen j a m i n an m u tu pendidikan secara nasional. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu program LPMP Jawa Tengah adalah memandang perlunya ada kerjasama antara LPMP dengan Pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pendidikan dan latihan ( diklat). Pendidikan merupakan hal yang penting. Bukti bahwa pendidikan adalah penting, maka pendidikan juga diberikan kepada Pegawai (termasuk Pegawai Negeri Sipil) yang telah bekerja dalam kurun waktu tertentu. Pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Diklat adalah proses penyelenggaraan belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil( Keputusan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN No. 598.A/I/l0/6/2001 dan No.39.A Tahun 2001). Lebih lanjut keputusan bersama antara kepala LAN dan kepala BKN nomor 7 tahun 2005 dan nomor 17 tahun 2005, d i kl at ba gi pe ga wa i dap at meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pegawai. Pendidikan merupakan hal yang penting, sehingga muncul kata-kata yang berkembang di masyarakat yang menyebutkan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup, pendidikan itu dibenkan sejak lahir sampai ke liang kubur dan sebagainya. Lembaga Administrasi Negara (2001:2) yang menyebutkan bahwa Pendidikan adalah segala u s a h a y a n g b e r t u j u a n m en gem b a n gka n si ka p d an kepribadian , pengetahuan, dan keterampilan. Bila pendidikan merupakan suatu usaha dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan , maka pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktik daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan menggunakan pendekatan pelatihan untuk orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu ( LAN, 2001: 2). Diklat yang merupakan bentuk singkatan dari Pendidikan dan pelatihan merupakan segala usaha yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap dengan melalui proses pembelajaran baik melalui teori maupun melalui praktik. Pendidikan dan pelatihan diharapkan dapat menghasilkan suatu hasil atau prestasi seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau telah dilakukan/ dikerjakan ( Poerwodarminto, 1976: 76), prestasi merupakan kumpulan dari beberapa hasil belajar ( Naga, 1996: 13). Sedangkan belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku yang kualitasnya biasanya diukur dari hasil belajar atau prestasi belajar (Yusuf, 1985: 5). Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 8
pribadi, fakta, konsep atau pun teori (Sardinian, 1986:24). Salah satu tujuan yang akan dicapai pada pendidikan dan pelatihan yang dilakukan adalah terbentuknya kompetensi profesional dari peserta diklat. Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi. Kompetensi ini mencakup: (1) menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya; (2) menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi; (3) menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi d a l a m p e m b e l a j a r a n ; ( 4 ) mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi; dan (5) meningkatkan kualitas pembelajaran melalui p e n e l i t i a n t i n d a k a n k e l a s (Kartadinata, 2006:7). Hasil Diklat Sering seorang pembelajar mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan tertentu, yang salah satu penyebabnya karena pengetahuan baru yang diterima tidak terjadi hubungan d e n g a n p e n g e t a h u a n y a n g sebelumnya, atau pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki. Pengetahuan awal berpengaruh terhadap hasil diklat. Pengetahuan awal adalah sekumpulan pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalkanan hidup mereka, dan apa yang ia bawa kepada suatu pengalaman belajar baru(Trianto,2007:21) Dalam kegiatan belajar mengajar termasuk pada diklat sebagai suatu proses mengandung tiga unsur, yaitu: (1) pengalaman belajar / proses belajar mengajar ( Learning experiences); (2) tujuan i n str u ksi on a l p en ga j a r an ( Educational Objective); dan (3) hasil belajar yang dilaksanakan melalui prosedur evaluasi ( Evaluation procedures). Hubungan interaksi ketiga unsur tersebut dapat digambarkan oleh David McKay dalam Hopkins (1978:6) seperti gambar l.
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 9
Educe^onal Objectives
Learning Experiences 1 Interaksi Dalam
Evaluation Procedure
Pembelajaran
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 10
Kemampuan dan hasil diklat guru matematika SMP sebenarnya sulit atau tidak dapat kita amati atau kita lihat. Untuk mengukur ciri terpendam yang tidak kelihatan ini, perlu diberikan diperoleh melalui proses diklat, (2) tujuan yang dicapai setelah melalui proses diklat, dan (3) hasil diklat yang diperoleh, yang dapat diketauhi melalui prosedur evaluasi pada diklat ( Mulyadi, 2005: 25) Alasan mengapa dalam kegiatan diklat memerlukan evaluasi, menurut Thoha dalam Mulyadi ( 2002: 25) memberikan tiga alasan pent ingnya eval ua si d al am pendidikan dan pelatihan, yaitu: (1) untuk mengetahui apakah tujuan diklat sudah tercapai dengan baik, dan u n t u k m e m p e r b a i k i s e r t a mengarahkan pelaksanaan diklat, (2) mengevaluasi hasil diklat yang merupakan proses pembelajaran dalam diklat yang merupakan salah satu ciri dari pendidik yang professional, meliputi: meyusun rencana pembelajaran pada diklat, m e n g o r g a n i s a s i k a n n y a , mengendalikan, membimbing dan membina terlaksananya proses diklat secara relevan, efisien dan efektif menilai program dan hasil diklat, dan mendiagnosis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan proses diklat, dan (3) bila dilihat dari pendekatan kelembagaan , kegiatan diklat merupakan ke giatan manajemen yang meliputi kegiatan planning, programming, organizing, actuating, controlling dan evaluating. Lebih lanjut oleh Mulyadi ( 2002:28-29) mengatakan bahwa hasil diklat dapat dipengaruhi oleh: (1) Faktor internal, (2) factor eksternal, dan (3)factor pendekatan diklat. Sejarah menunjukkan bahwa m a s y a r a k a t m e n g h a r a p k a n pendidikan menjadi kendaraan bagi perubahan sosial, dan lembaga pendidikan menjadi change agent-nya. Pendidikan akan mempunyai makna apabila menghasilkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dituntut oleh kehidupan baik secara perorangan atau pun masyarakat (Wiriaatmadja, 2007: 234). Faktor internal atau faktor fisiologis yaitu bersifat jasmaniah seperti kondisi umum jasmani dan tonus atau tegangan otot, menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh d a n se n d i - se n d i n ya , d a p a t mempengaruhi semangat dalam mengikuti diklat. Banyak aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil diklat, misalnya: (1) tingkat kecerdasan atau intelegensi, (2) sikap peserta diklat, (3) bakat, (4) minat, dan (5) motivasi. Hasil diklat yang diharapkan, tidak hanya tercapainya kompetensi profesional dari peserta diklat, tetapi juga tercapainya kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang penting disamping kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembanagan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai p o t e n s i y a n g d i m i l i k i n y a (Kartadinata, 2007:6). Lebih lanjut Kartadinata menyebutkan bahwa kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh pendidik meliputi: (1) memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual; (2) memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaanbuadaya; (3) memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik; (4) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik; (5) menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik; (6) mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran; (7) merancang
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 11
pembelajaran yang mendidik; (8) melaksanakan pembelajaran yang mendidik; dan (9) mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Pendekatan Realistik Banyak orang mengatakan bahwa setiap pergantian atau perubahan kurikulum, maka materi pelajaran berubah dan pendekatan dalam pembelajaranpun mengalami perubahan. Perubahan pendekatan akan berdampak pada perubahan strategi pembelajaran dan juga berubahnya metode pembelajaran. Perubahan metode mengajar dapat mengubah teknik pembelajaran yang berubah, penggunaan media pembelajaran yang berubah, penggunaan alat peraga yang berubah, maupun penerapan sistem penilaian dalam pembelajaran yang berubah pula. Administrasi pembe;lajaran yang dilakukan oleh g u r u , d e n g a n p e n d e k a t a n pembelajaran yang berubah, dapat mengakibatkan berubahnya model pembelajaran dan penyusunan rencana pembelajaran. Strategi merupakan siasat dalam pembelajaran seperti mengaktifkan peserta diklat. Dalam s t r a t e gi t e r d a p a t b e b e r a p a pendekatan, seperti kontruktivisme maupun realistik. Tetapi ada pendapat lain yang menempatkan pendekatan pada urutan pertama, sedangkan strategi pada urutan kedua ( Depdiknas, 2004:3). Pendekatan merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya masih teoretis atau konseptual. Setelah pendekatan dan strategi diberikan , maka perlu mengetahui metode. Metode merupakan cara mengajar yang sifatnya umum dan dapat dilakukan pada semua mata pelajaran. Metode yang lebih spesifik , yang hanya dapat digunakan secara khusus sesuai dengan karakter materi pelajaran, peserta didik, atau keterampilan guru disebut teknik. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum (Trianto, 2007: 5). Model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam model mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik. Contoh model pembelajaran, misalnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, maupun model pembelajaran langsung. Dalam m e n g e l o l a s u a t u model pembelajaran, pada umumnya perlu memperhatikan : (1) tujuan; (2) syntax atau alur; (3) teori yang mendukung; dan (4) sarana prasarana yang tersedia. P e n d e k a t a n d a l a m pembelajaran matematika di Belanda sangat populer dengan menggunakan pendekatan realistik, sehingga banyak bermunculan buku dengan menggunakan Realistic Mathematics Education yang disingkat dengan RME, sedangkan di Amerika banyak bermunculan pendekatan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL) (PPPG Matematika, 2004:3) M e m a n g p e n i n g k a t a n kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru bukan hanya terletak pada peningkatan kualitas dalam pemilihan pendekatan dalam pembelajaran saja, melainkan juga pada peningkatan inovasi pembelajaran lainnya. Di satu sisi, penyelenggaraan pendidikan harus mampu : (1) menanamkan nilai-
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 12
nilai, norma, budi pekerti, adat istiadat, tradisi, dan nilai-nilai budaya bangsa yang adhiluhung; (2) mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (3) membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skills) ; (4) memperhatikan tuntutan global education yang ditandai oleh nilai-nilai kompetitif, keterbukaan, demokrasi, dan akuntabilitas publik( Sukarman, 2006: 1). Di sisi lain, p e n d i d i k a n h a r u s m a m p u memberikan perhatian terhadap proses dan perilaku pembelajaran peserta didik secara menyeluruh , s e h i n g g a m e r e k a m a m p u membelajarkan diri dengan baik. Khususnya di bidang matematika, inovasi guru perlu ditingkatkan khususnya dalam memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Prinsip dasar pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika. Masalah mendasar dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah masih rendahnya hasil belajar peserta didik dalam belajar matematika. Hal ini dapat dibuktikan bahwa standar kompetensi kelulusan bagi siswa SMP untuk mata pelajaran matematika yang digunakan sebagai salah satu mata pelajaran yang di ujikan secara nasional hanya 3,01 pada tahun 2003, sebesar 4,01 pada tahun 2004, dan sebesar 4,26 pada tahun 2005 dan tahun 2006, pada tahun 2008 meningkat menjadi 5,01. Beberaqpa laporan menyebutkan faktor penyebabnya, antara lain kurangnya kualitas materi pembelajaran, metode pengajarannya yang mekanistik serta buruknya sistem penilaian ( Depdiknas, 2004: 40). Salah satu pendekatan yang menjanjikan dapat mengurangi masalah tersebut adalah realistic mathematics education ( RME), di Indonesia dikenal dengan istilah pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI). Gagasan PMRI beawal dari RME yang telah dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970-an oleh Freudenthal Institut. Pendekatan realistik ini menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal dalam pembelajaran matematika. P e m b e l a j a r a n d e n ga n pendekatan realistik , matematika harus dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat dengan peserta didik, dan relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi. Pandangannya menekankan bahwa materi m a t e m a t i k a h a r u s d a p a t ditransmisikan sebagai aktivitas manusia (human activity). Pendidikan seharusnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk " re-invent" atau menemnkan/ menciptakan kembali matematika melalui praktek . Dengan demikian dalam pembelajaran matematika , matematika seharusnya tidak sebagai sistem yang tertutup tetapi sebagai suatu aktivitas dalam proses pematematikaan. Treffer dalam Depdiknas (2004:41) merumuskan dua tipe proses pematematikaan yaitu pematematikaan horisontal dan vertikal. Pada pematematikaan horisontal , peserta didik dengan pengetahuan yang dimilikinya dapat mengorganisasikan dan memecahkan masalah nyata dalam kehidupan s e h a r i h a r i . Sedangkan pematematikaan vertikal, proses r e o r g a n i sa s i d a l a m s i s t e m matematika i t u s e n d i r i . Pematematikaan horisontal berkaitan dengan perubahan dunia nyata menjadi simbol-simbol dalam matematika, s e d a n g k a n pematematikaan vertikal adalah pengubahan dari simbol-simbol kesimbol matematika lainnya. Pendidikan matematika di Belanda menggunakan istilah realistic , tidak hanya berhubungan dengan dunia nyata saja, tetapi juga menekankan pada masalah nyata yang dapat dibayangkan ( to imagine ). Penekanan dalam pembelajaran matematika pada
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 13
membuat sesuatu masalah itu menjadi nyata dalam pikiran peserta didik. Dengan demikian konsep-konsep yang abstrak, dapat saja sesuai dan menjadi masalah bagi peserta didik, selama konsep itu nyata berada ( dapat diterima ) pikiran peserta didik. Kinerja guru matematika , tidak hanya dilihat dari tertibnya administrasi pembelajaran seperti pembuiatan rencana pembelajaran yang tertib, melainkan yang lebih penting harus mampu mengelola kelas dalam pembelajaran. Secara garis besar pendidikan matematika realistik Indonesia mempunyai tiga prinsip dasar, yaitu: 1). Guided Reinvention. Guided Reinvention artinya menemukan kembali. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama sebagaimana konsep-konsep m a t e m a t i k a d i t e m u k a n . Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah kontekstual atau realistik yang selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan menemukan kembali sifat, definisi, teorema atau prosedur-prosedur. Masalah kontekstual dipilih yang mempunyai berbagai kemungkinan solusi. Perbedaan penyelesaian atau prosedur peserta didik dalam memecahkan masalah dapat digunakan sebagai langkah proses pematematikaan baik horisontal maupun vertikal. 2). Didactical Phenomenology. Didactical Phenomenology atau fenomena didaktik. Situasi-situasi yang diberikan dalam suatu topik matematika disajikan atas dua pertimbangan, yaitu melihat kemungkinan aplikasi dalam pembelajaran dan sebagai titik t o l a k d a l a m p r o s e s p e m a t e m a t i ka a n . T u j u a n penyelidikan fenomena-fenomena tersebut adalah untuk menemukan situasi-situasi masalah khusus yang dapat digeneralisasikan dan dapat digunakan sebagai dasar pematematikaan vertikal. 3). Self-developed Models. Self-developed Models yaitu pengembangan model sendiri. Kegiatan ini berperan sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Model dibuat oleh peserta didik sendiri dalam memecahkan masalah. Model pada awalnya adalah suatu model dari situasi yang dikenal atau akrab dengan peserta didik. Melalui proses generalisasi dan formalisasi, model tersebut akhirnya menjadi suatu model sesuai penalaran matematika. Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan realistik. Dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik, lima karakferistik (Depdiknas, 2004:44) yaitu:
memiliki
1). Menggunakan konteks. Konteks adalah lingkungan keseharian siswa yang nyata. Dalam matematika tidak selalu diartikan " konkret", dapat juga sesuatu yang telah dipahami peserta didik atau dapat dibayangkan siswa. Kontekstual dalam pembelajaran matematika dapat berupa kontekstual yang abstrak artinya kontekstual yang konseptual atau kontekstual berdasarkan pola pikir, dan konstektual yang konskrit, yang sesuai dengan kenyataan atau kontekstual yang faktual. Tidak semua materi dalam pembelajaran matematika mudah untuk dicari contoh-contoh yang kontekstual, maka untuk mengatasi hal tersebut perlu juga materi matematika yang relevan sesuai dengan tingkat penmgetahuan yang dimiliki oleh
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 14
peserta didik. 2). Menggunakan model. Penggunaan model dalam pembelajaran matematika sangat penting. Pentingnya penggunaan model dalam pembelajaran m a t e m a t i k a d i s e b a b k a n karenamateri matematika tidak selalu bersifat yang konkrit atau faktual, melainkan banyak juga materi matematika yang bersifat abstrak. Model diarahkan pada model konkret yang ditingkatkan hingga ke model yang abstrak. Model juga diarahkan dari pembelajaran dengan situasi nyata atau model untuk mengarah pada hal yang abstrak. 3). Menggunakan kontribusi dari peserta didik. Sumbangan yang besar pada proses pembelajaran matematika diharapkan dari kontribusi peserta didik sendiri yang mengarahkan mereka dari metode informal mereka ke arah yang lebih formal atau baku. Kontribusi peserta didik dalam pembelajaran m a t e m a t i k a a k a n d a p a t berkembang dengan baik apabila g u r u m a m p u m e n g e l o l a pembelajaran di kelas dengan melibatkan peserta didik untuk aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 4). Interaktivitas. Dalam pembelajaran konstruktif diperhatikan interaksi, negoisasi secara eksplisit, intervensi, kooperatif dan evaluatif sesama peserta didik, peserta didik dengan guru, dan guru dengan lingkungannya. Interaksi pembelajaran di kelas dari waktu ke waktu mengalami pergeseran. Hal ini terbukti p e n e r a p a n i st i l a h d a l a m pembelajaranpun mulai bergeser. Dua atau tiga dekade waktu yang lalu, sering kita dengar istilah kegiatan belajar mengajar (KBM) tetapi sekarang istilah tersebut sudah jarang muncul. Istilah yang po puler sekarang ada lah pembelajaran. Pada KBM lebih memfokuskan pada interaksi antara guru dan siswa, tetapi pada pembelajaran lebih memfokuskan interaksi siswa dengan materi melalui fasilitasi guru. 5). Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya. Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan holistik, artinya bahwa topik-topik belajar dapat dikaitkan dan d i i n t e g r a s i k a n s e h i n g g a memunculkanpermasalahan suatu konsep atau operasi secara terpadu dan menyeluruh. Hal ini memungkinkan efisiensi dalam mengajarkan beberapa topik pelajaran, karena pembelajaran satu topik dapat menyangkut topik lainnya. Pembelajaran matematika di sekolah menengah pertama, hal ini memungkinkan dapat dilaksanakan karena model pembelajaran secara holistik ini t e l a h d i t e r a p k a n s e j a k pembelajaran di kelas satu sekolah dasar, yaitu melalui pembelajaran tematik. Penerapan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika. Penerapan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika dalam upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasional. Peningkatan mutu pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, menujui masyarakat Indonesia madani di tanah air. Dalam proses peningkatan mutu pendidikan tersebut diperlukan: (1) pengelolaan pendidikan yang tersistem, demokratis, transparan dan akuntabel; (2) sumber daya pendidikan dalam semua
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 15
komponen yang memadahi; (3) pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten, terstandar, produktif, kreatif, inovatif dan profesional; (4) partisipasi dan kontribusi masyarakat yang signifikan dalam pengelolaan p end id i kan m el alu i kon sep pendidikan berbasis masyarakat ( community based education ). Matematika merupakan ilmu u n i v e r s a l y a n g m e n d a s a r i perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan , aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Depdiknas, 2006:1). Lebih lanjut dalam kurikulum matematika SMP menyebutkan bahwa tujuan mata pelajaran matematika diberikan kepada peserta didik agar peserta didik memiliki lima kemampuan yaitu: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat , melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang ifiodel matematika , m e n y e l e s a i k a n m o d e l d a n menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu , perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Kenyataan di lapangan m e n u n j u k k a n b a h w a penyelenggaraan pendidikan atau pembelajaran di kelas masih menghadapi masalah. Ketika suatu masalah sedang diatasi, isu atau masalah lain muncul pada saat yang hampir bersamaan. Belum selesai memecahkan masalah pembelajaran, kadang-kadang muncul malaian penilaian dalam pembelajaran. Isu dan masalah agaknya telah menjadi bagian integral dari proses pembangunan pendidikan. D a l a m p e m b e l a j a r a n matematika menurut Depdiknas (2006:1) , pendekatan masalah merupakan fokus , yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka denganh solusi tunggal dan tidak tunggal, serta masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan m,asalah, dan menafsirkan solusinya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut di atas, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang realistik.
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 16
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 17
TABEL . STRUKTUR PEMBELAJARAN REALISTIK
No
Learning
Teaching
1
Konstruksi. Siswa diberi kesempatan mengkonstruk pengetahuan sendiri.
Konkretisasi. Guru memberi soal/ masalah yang kontekstual.
2
Level. Level dari konteks informal ke formal diharapkan meningkat.
3
Refleksi. Menyampaikan pendapat atau proses pemikiran untuk meningkatkan level belajar.
Model. Model menjembatani antara yang konkret dan abstrak. Tugas khusus. Siswa harus diberi kesempatan dan didorong dalam belajar untuk menghasilkan penyelesaian sebebas-bebasnya dan suatu masalah konflik.
4
Konteks sosial. Belajar tergantung pada kontek sosial budaya.
Interaksi. Guru menciptakan interaksi anatara siswa-siswa, gurusiswa, guru-lingkungan.
5
Strukturisasi. Pengetahuan dan keterampilan hams ditata/ distrukturisasikan.
Keterkaitan. Guru haras mengkaitkan dengan semua mated lainnya.
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 18
Pendekatan Mekanistik. Penggunaan masalah nyata sangat signifikan dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan r e a l i s t i k . B e r b e d a d e n g a n pembelajaran tradisional, yang m e n g g u n a k a n p e n d e k a t a n mekanistik, yang memuat masalah-masalah matematika secara formal. Sedangkan jika menggunakan masalah nyata , dalam pendekatan mekanistik, sering digunakan sebagai penyimpulan dari proses belajar. Fungsi masalah nyata hanya sebagai materi aplikasi pemecahan masalah nyata dan menerapkan apa yang telah dipelajari sebelumnya dalam situasi yangterbatas. Pembelajaran matematika pada kurikulum berbasis kompetensi, menurut Depdiknas (2006:1), he nda kn ya d im ul ai de ngan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi ( contextual problem ). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk m e n i n g k a t k a n k e e f e k t i f a n p e m b e l a j a r a n , d i h a r a p k a n menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Kenyataan yang ada di sekolah khususnya SMP di Provinsi Jawa tengah berdasarkan masukan dari guru matematika , menunjukkan bahwa penggunaan teknogogi informasi dan komunikasi seperti komputer jarang dilakukan oleh guru. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika pada umumnya menggunakan pendekatan tanpa memakai alat teknologi maupun alat peraga dan media. Pembelajaran yang dilakukan secara mekanistik, yaitu guru memberikan informasi dengan metode ceramah kemudian memberi contoh soal dan selanjutnya guru memberi tugas kepada peserta didik untuk mengerjakan soal-soal. Butir soal yang dikembangkan oleh guru belum tentu berhubungan dengan masalah realistik yang kontekstual dengan kehidupan sehari-hari. D a l a m p e m b e l a j a r a n matematika dengan pendekatan realistik, masalah nyata berfungsi sebagai sumber dari proses belajar masalah nyata dan situasi nyata, keduanya digunakan untuk menunjukkan dan menerapkan konsepkonsepmatematika. Ketika peserta didik mengerjakan masalah-masalah nyata, mereka dapat mengembangkan ide-ide atau konsep-konsep matematika dan p e m a h a m a n n y a . M e r e k a mengembangkan strategi yang mengarah dengan konteks, kemudian aspek-aspek dari situasi nyata tersebut dapat menjadi lebih umum, artinya model atau strategi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah lain. Bahkan model tersebut memberikan akses peserta didik menuju pengetahuan matematika yang formal. Pendidikan dan Pelatihan atau diklat yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banjarnegara kerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah pada bulan Maret tahun 2006 terdiri dari dua kelas secara paralel, selama satu minggu menggunakan pola sebanyak 82 jam. Pendekatan pembelajaran pada diklat guru matematika SMP di Propinsi Jawa Tengah tersebut antara kelas satu ( Kelas A) dengan kelas yang lain ( Kelas B) menggunakan pendekatan dalam pembelajaran yang berbeda.. Pelaksanaan diklat untuk dua kelas tersebut dilakukan bersamaan dengan menggunakan kelas yang berbeda. Peneliti dan penatar lain ikut menatar pada dua kelas tersebut. Kelas A dan kelas B p a d a l a n g k a h a w a l d i u j i homogenitasnya untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut berasal dari populasi yang homogen.
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 19
Kerangka Berpikir Kondisi awal atau kenyataan yang ada dilapangan menunjukkan bahwa berbagai macam pendekatan dalam pembelajaran belum banyak diketahui dan diimplementasikan oleh guru . Harapan ke depan guru p e r l u m e n g e t a h u i d a n mengiumplementasikan berbagai m a c a m p e n d e k a t a n d a l a m pembelajaran di kelas agar peserta didik tidak merasa jenuh dalam berinteraksi melaui pembelajaran. Pendekatan dalam pembelajaran pada diklat merupakan suatu strategi tertentu dalam pembelajaran yang perlu diketahui oleh guru yang pada gilirannya guru dapat menerapkan dalam proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran pada diklat yang digunakan oleh penatar sangat mempengaruhi motivasi maupun sikap peserta diklat dalam menerinr, materi diklat. Pendekatan pembelajaran yang tepat dalam pendidikan dan pelatihan akan mengakibatkan hasil diklat yang optimal, karena peserta diklat merasa tidak jenuh dalam mempelajari materi diklat. P e m b e l a j a r a n d e n g a n menggunakan pendekatan realistik yang disampaikan pada diklat mempunyai banyak kelebihan bila dibandingkan dengan pendekatan konvensional yang digunakan penatar pada umumnya . Selain mengurangi kejenuhan dalaih mempelajari materi diklat, dengan menggunakan p e n d e ka t a n r e a l i st i k d a p a t memberikan bimbingan kepada peserta diklat untuk berkreasi melalui pemikiran yang kritis dan realistik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. . Di samping itu , melalui pendekataan realistik peserta diklat merasa mempunyai tanggung j a w a b y a n g b e s a r d a l a m menyelesaikan masalah melalui penmgembangan pola berpikir secara kritris dan logis yang merupakan salah satu pengembangan kompetensi yang diajarkan dalam mata pelajaran matematika. Berdasarkan kajian teori dan kerangka di atas, maka patut adanya dugaan bahwa hasil diklat guru matematika Jawa Tengah dengan menggunakan pendekatan realistik lebih baik bila dibandingkan dengan hasil diklat yang menggunakan pembejaran dengan pendekatan mekanistik. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan diskripsi teoretis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas , maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Hasil diklat Guru Matematika SMP Jawa tengah yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Realistik lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan mekanistik atau konvensional. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pendidikan dan pelatihan ( diklat) guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah yang diselenggaran oleh Lembaga Penjamin Mutu pendidikan ( LPMP) Jawa Tengah bertempat di Lembaga Penjamin Mutu pendidikan Jawa Tengah. Waktu penelitian dilaksanakan pada diklat tanggal 20 sampai dengan tanggal 27 Agustus 2008, dengan menggunakan pola diklat 82 jam.
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 20
Metode dan Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat dengan cara memberikan perlakuan atau treatmen terhadap kelompok eksperimen( kelas A) yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok control yang tidak diberi perlakuan atau diberi perlakuan yang berbeda( kelas B). Kelompok treatmen diberikan perlakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan khusus melainkan menggunakan pendekatan konvensional yang biasanya digunakan oleh penatar yaitu pendekatan mekanistik. Populasi, sampel dan Teknik sampling Populasi dalam penelitian ini adalah totalitas atau seluruh peserta diklat guru matematika SMP se Propinsi Jawa Tengah yang mengajar matematika baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta, baik yang m e n g i k u t i d i k l a t y a n g diselenggarakan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah. Jumlah peserta diklat guru matematika SMP di Propinsi Jawa Tengah sebanyak 240 guru, tersebar di 35 Kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Sampel merupakan sebagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian peserta diklat guru matematika SMP di Jawa Tengah yang mengikuti diklat matematika pada tanggal 20 sampai dengan tanggal 27 Agustus 2008, bertempat di Lembaga penjaminan Mutu pendidikan Jawa Tengah. Jumlah peserta diklat pada sample ini diambil dua kelas sebanyak 80 guru matematika SMP peserta diklat, yang terdiri dari 40 guru sebagai peserta diklat matematika di kelas A angkatan III, dan sebanyak 40 guru peserta diklat matematika di kelas B angkatan IV, peserta yang paling banyak dari Kabupaten Banjarnegara. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive random sampling. Menggunakan Purposive karena sampel yang diambil menggunakan pertimbangan , yaitu guru matematika yang mengikuti diklat pada waktu yang bersamaan di LPMP Jawa Tengah, peneliti tidak mengambil sampel yang lain. Penelitian ini juga menggunakan random atau acak k a r e n a p e s e r t a d i k l a t g u r u matematika SMP sebanyak 80 orang terdiri dari dua kelas yaitu kelas A pada angkatan III yang terdiri dari 40 peserta diklat dan kelas B angkatan IV sebanyak 40 peserta diklat , maka dilakukan random untuk mengambil kelas mana yang akan diberikan treatmen atau perlakuan dan kelas mana yang diberikan sebagai kelas kontrol. Dengan menggunakan kertas undian, diperoleh hasil bahwa untuk kelas A angkatan III merupakan kelas treatment dan kelas B angkatan IV merupakan kelas kontrol. Teknik pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini dalah teknik tes. Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis, bentuk obyektif pilihan ganda dengan menggunakan empat option. Alasan mengapa mnenggunakan empat option, karena biasa yang digunakan guru SMP dalam penyusunan tes adalah empat option. Data hasil diklat dari guru matematika SMP sebagai peserta
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 21
diklat diperoleh melalui tes tertulis bentuk obyektif pilihan ganda dengan empat option, yang disusun oleh peneliti dan pelaksanaan tes diberikan pada saat berakhirnya proses diklat Data yang akan dianalisis dalam penelitian untuk membandingkan hasil diklat dari guru matematika SMP di provinsi Jawa Tengah antara yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan realistik untuk kelas A yaitu peserta diklat angkatan III dan yang memperoleh pendekatan mekanistik untuk kelas B angkatan IV adalah data berbentuk sekor yang merupakan tingkat kebenaran jawaban yang dikerjakan oleh peserta diklat melalui tes akhir. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis statistik. Untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti dalam poenelitian ini menggunakan analisis statistik. Dalam penelitian ini digunakan analisis uji beda untuk dua rata-rata . U j i b e d a y a n g d i g u n a k a n menggunakan uji beda rata-rata satu pihak atau satu ekor, yaitu uji pihak kanan. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan Uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan biasanya uji normalitas dengan menggunakan teknik uji Liliefors. Sedangkan uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang berdistribusi normal tersebut berasal dari populasi yang variansinya homogen. Uji homogenitas yang digunakan biasanya dengan menggunakan uji Bartlett. HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Kelompok peserta
diklat
yang
memperoleh treatment
p e m be l a j a r an de n gan menggunakan pendekatan realistik Sekor hasil tes dari 40 peserta diklat guru matematika SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan realistik , tampak seperti pada lampiran 4a. Dari perolehan sekor-sekor tersebut, mempunyai rentangan sebesar 21 yang diperoleh dari selisih antara sekor tertinggi yaitu 35 dan sekor terendah sebesar 14. Sekor rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 26,18 dari 40 butir soal, sehingga persentasi jawaban benar yang dikerjakan oleh peserta diklat dengan treatmen pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic adalah 65,45%. Besarnya simpangan baku sebesar 5,109 dan varians = 26,1021. Kelompok peserta diklat yang memperoleh treatment p e m b e l a j a r a n d e n g a n m en ggun a ka n p en d e ka ta n mekanistik Sekor hasil tes dari 40 peserta diklat guru matematika SMP yang diberikan perlakuan dengan p emb el aj ara n men ggun a kan pendekatan konvensional atau mekanistik dapat diperlihatkan seperti pada lampiran 4b. Dari perolehan sekorsekor tersebut, mempunyai rentangan sebesar 17 yang diperoleh dari selisih antara sekor tertinggi yaitu 32 dan sekor terendah sebesar 15. Sekor rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 23,28 dari 40 butir soal, sehingga persentasi jawaban benar yang dikerjakan
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 22
oleh peserta diklat dengan treatmen pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic adalah 58,20%. Besarnya simpangan baku sebesar 4,1261 dan varians= 17,0250. Pengujian Persyaratan Analisis Uji Normalitas. Hipotesis yang diuji dalam uji normalitas cara Lilliefors adalah hipotesis nol yang menyatakan bahwa sampel-sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal melawan hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Uji normalitas persyaratan sebelum pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu: (a) uji normalitas pada kelompok peserta diklat yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic, dan (b) uji normalitas pada kelompok peserta diklat yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional atau pendekatan mekanistik. Langkah-langkah dalam pengujian normalitas dengan menggunakan teknik Lilliefors adalah sebagai berikut: (1) menentukan hipotesis nol maupun hipotesis alternative, di mana hipotesis nol ( Ho) berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan hipotesis alternative (Ht) berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal; (2) mencari nilai rata-rata hitung ; (3) menentukan besarnya simpangan baku; (4) mencari bilangan baku; (5) mencari peluang dengan menggunakan tabel atau daftar distribusi normal; (6) mencari harga S(Zi) yaitu proporsi banyaknya Z < Zi); (7) mencari harga Lo atau L observasi; (8) mencari harga Lt atau nilai L table pada taraf signifikansi a= 0,05 dengan menggunakan table Lilliefors; (9) membandingkan harga Lo dan harga Lt untuk menentukan penerimaan atau penolakan Ho; dan (10) menentukan kesimpulan uji. Uji normalitas pada kelompok peserta diklat yang memperoleh p e m b e l a j a r a n d e n g a n m e n ggu n aka n p en d e ka ta n realistik. Untuk menjawab pertanyaan yang berbunyi: Apakah peserta diklat guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah yang diberi perlakuan dengan menggunakan pendekatan realistik berasal dari populasi yang berdistribusi normal?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan adanya uji normalitas. Langka h-langkah pengujian normalitas pada kelompok ini dan hasil dari pengujiannya, dapat dilihat padalampiran 1 uji normalitas. Secara singkat diperoleh hasil uji normalitas sebagai berikut: (1) nilai L hitung atau L observasi adalah Lo = 0,0619; dan (2) nilai L tabel adalah Lt = 0,1401. Ini berarti bahwa nilai L hitung lebih kecil dari pada nilai L table, atau Lo < Lt. Diperoleh Ho diterima. Kesimpulannya adalah sample pada kelompok peserta diklat guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah yang dikenakan treatment pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas pada kelompok peserta diklat yang memperoleh p e m b e l a j a r a n d e n g a n me nggun aka n pen de ka tan mekanistik. Untuk menjawab pertanyaan yang berbunyi: Apakah peserta diklat guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah yang diberi perlakuan dengan menggunakan pendekatan mekanistik atau konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal ?.Untuk menjawab
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 23
pertanyaan tersebut diperlukan adanya uji normalitas. Langkah-langkah pengujian normalitas pada kelompok ini dan hasil dari pengujiannya, dapat dilihat pada lampiran 2 uji normalitas. Secara singkat diperoleh hasil uji normalitas sebagai berikut: (1) nilai L hitung atau L observasi adalah Lo =0,0880; dan (2) nilai L tabel adalah Lt= 0,1401. Ini berarti bahwa nilai L hitung lebih kecil dari pada nilai L tabel, atau Lo < Lt. Diperoleh Ho diterima. Kesimpulannya adalah sampel pada kelompok peserta diklat guru matematika SMP yang dikenakan treatment pembelajaran dengan menggunakan mekanistik atau konvensional (sebagai kelompok kontrol) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji Homogenitas Varians. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji homogenitas dengan menggunakan teknik uji Barleet, untuk menguji apakah kelompok peserta diklat guru matematika SMP Kabupaten Banjarnegara yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic maupun pendekatan mekanistik berasal dari populasi yang homogen. Jumlah peserta diklat matematika dari kelompok yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic m a u p u n y a n g m e m p e r o l e h pembelajaran dengan menggunakan pendekatan mekanistik sama, yaitu masing-masing sebanyak 40 orang peserta.Langkah-langkah dan hasil pengujian hipotesis varians secara lengkap disajikan pada lampiran tentang pengujian homogenitas varian. Hasil secara singkat dari uji homogenitas, adalah sebagai berikut: (1) nilai chi kuadrat hitung atau chi kuadrat observasi adalah Xo2 = 0,8980; (2) nilai chi kuadrat table dengan tingkat signifikansi a sebesar 5% adalah 3,84; (3) membandingkan nilai chi kuadrat hitung dan chi kuadrat table untuk menentukan diterima atau ditolaknya Ho. Ho diterima ( populasi homogen) apabila chi kuadrat hitung lebih kecil daripada chi kuadrat table. Terayata Xo2 = 0,8980; dan X,2 = 3,84. Berarti bahwa Xo2 lebih kecil daripada X^. Ho diterima, berarti populasi homogen. Pengujian Hipotesis Uji Beda rata-rata Hipotesis yang diuji dalam ini adalah hipotesis yang berbunyi : Hasil diklat guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan mekanistik. Apabila hipotesis penelitian tersebut ditulis ke dalam hipotesis statistik, maka hipotesis statistiknya adalah: Ho: \il= m, melawan Ht: \ix > ^ Harga \ix merupakan ratarata sekor hasil diklat dari populasi guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah yang memperoleh pembelajaran diklat dengan menggunakan pendekatan realistik, dan m merupakan rata-rata sekor hasil diklat dari populasi guru matematika SMP Kabupaten Banjarnegara yang memperoleh pembelajaran diklat dengan m e n g g u n a k a n p e n d e k a t a n mekanistik. Langkah awal dalam analisis uji beda rata-rata hasil diklat guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah, peneliti membuat daftar atau tabel untuk persiapan analisis, seperti pada lampiran yang memuat sekor-sekor dari peserta diklat. Langkah selanjutnya, peneliti menentukan harga statistik hitung dengan menggunakan simbol statistik thitung (*h) dan harga ttebel dengan tingkat signifikansi sebesar 5 %. Setelah harga thitung dan ttabel dicari, peneliti membandingkan nilai th dan tt Bila th lebih besar daripadata tt, maka hipotesis nol ( Ho) ditolak , yang berarti H1 diterima. Berdasarkan perhitungan seperti pada lampiran tentang uji hipotesis, diperoleh nilai th
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 24
dan tt. Besamya th, = 2,7577, dan besarnya tt = 1,67 . Karena harga th>tt maka Ho ditolak. Berarti hipotesis yang berbunyi: Hasil diklat guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan mekanistik diterima. KESIMPULAN, IMPLIKASI DANSARAN Simpulan. Kesimpulan yang dikemukakan peneliti dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan dan permasalahan yang telah dirumuskan dan didasarkan atas hasil analisis data yang dilakukan, yaitu analisis uji beda rata-rata dengan menggunakan uji pihak kanan. Data yang dianalisis dalam penelitian ini berasal dari sekor tes hasil diklat matematika bagi peserta diklat guru matematika SMP Provinsi Jawa Tengah. Data yang dianalisis dalam penelitian adalah sekor hasil tes yang diberikan kepada dua kelompok atau kelas peserta diklat. Masing-masing kelompok terdiri dari 40 peserta. Kelompok A peserta diklat angkatan I I I d i b e r i k a n p e r l a k u k a n pembelajaran pada diklat dengan menggunakan pendekatan realistik, dan kelompok B peserta diklat angkatan IV sebagai kelompok kontrol diberikan perlakuan pembelajaran pada diklat dengan m e n g g u n a k a n p e n d e k a t a n mekanistik. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ditolaknya hipotesis nol (Ho), berarti diterimanya hipotesis alternatif. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan realistik pada pembelajaran diklat guru matematika SMP di Provinsi Jawa Tengah hasilnya lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan mekanistik. Implikasi Hasil Penelitian. 1. Pendekatan realistik sebagai mata diklat. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran pada diklat guru matematika SMP yang menggunakan pendekatan realistik lebih baik daripada yang menggunakan pendekatan mekanistik, mempunyai implikasi perlu adanya mata diklat tentang pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika pada diklat guru matematika SMP di Provinsi Jawa Tengah untuk tahun-tahun berikutnya. 2. Pendekatan realistik diberikan pada setiap diklat. P e m b e l a j a r a n d e n ga n pendekatan realistik, selain digunakan untuk diklat guru matematika SMP di Provinsi Jawa Tengah, diharapkan juga dapat diberikan sebagai salah satu mata diklat pada lembaga diklat seperti Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan ( LPMP) dan Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan tenaga Kependidikan (PPPPTK). Saran-saran 1. Dalam meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa, peranan guru sangat penting. Besarnya peranan guru matematika dalam meningkatkan hasil belajar bagi peserta didiknya harus diimbangi oleh kemampuan guru dalam menguasai berbagai pendekatan dalam pembelajaran, diantaranya guru harus mampu mengajar dengan menggunakan pendekatan realistik maupun pendekatan mekanistik. Agar siswa tidak jenuh akibat monotonnya pembelajaran yang dilakukan
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 25
oleh guru matematika SMP, maka di sar an kan a gar gu ru menggunakan pendekatan realistic dalam pembelajaran matematika. 2. Untuk mengatasi kejenuhan dalam mempelajari matematika, siswa harus sanggup ikut serta dalam mengembangkan berbagai situasi dalam proses pembelajaran termasuk m e n g g u n a k a n pendekatan realistik, agar pembelajaran dapat lebih hidup dan dapat menghasilkan hasil belajar yang meningkat. Lembaga diklat seperti LPMP maupun P4TK hendaknya tidak hanya menginventarisasikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, melainkan perlu segera menyampaikan hasil-hasil penelitian tersebut kepada para widyaiswara atau penatar, yang pada gilirannya penatar dapat menyampaikan kepada guru peserta diklat. Dengan hirarki seperti tersebut diharapkan hasil penelitian akan lebih cepat dipahami oleh guru di lapangan, yang akhirnya untuk dilaksanakan pada pembelajaran di kelas.
DAFTARPUSTAKA Depdiknas. 2004. Pendekatan Pembelqjaran Matematika. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2004. Wawasan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: P2LPTK Ditjendikti Depdiknas.Press. Kartadinata, Sunaryo. 2006. Lesson Study. Suatu Strategi untuk meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEPJICA). Bandung: UPI Press. Mulyadi HP. 2002. Pengaruh Metode Trachtenberg Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan Numerik. Jakarta: Program
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 26
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. 2005. Pembelajaran Matematika MasaKini. Semarang: LPMP JawaTengah. 2005. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Diktat Guru Matematika Kabupaten Pekalongan Tahun 2005,. Semarang:LPMP Jawa Tengah. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran pada Kurikulum BerbasisKompetensi. Semarang: LPMP JawaTengah. Naga, Dali S. 1992. Pengantar Teori Sekor Pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadharma. Lembaga Administrasi Negara. 2001. Tata kerja dan Tata Car a Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. Poerwodarminto. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : balai Pustaka. Romiszowski, AJ. 1981. Designing Instructional Systems. New York: Englewood CUiffs, Prentice Hall, Inc. Sardinian, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali. Stanley, Julian C. dan Hopkins, Kenneth D. 1978. Educational and Psychologycal Measurement and Evaluation. New Delhi: Prenctice Hall of India Private Limited. Sukarman, Herry. 2005. Memahami Paradigma Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan. Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Kontruktivistik. Konsep, landasan Teoritis-praktis dan implementasinya Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
LPMP Jawa Tengah email :
[email protected]
Page 27