Jurnal Infomedia Vol.1 No.2 Desember 2016 | ISSN: 2527-9858
IMPLEMENTASI ALGORITMA RSA DAN QR CODE UNTUK KEAMANAN TRANSKRIP NILAI DI POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE Hendrawaty1, Azhar 2 dan Atthariq 3 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi dan Komputer, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jalan Banda Aceh-Medan Km. 280,3 Buketrata, Lhokseumawe, 24301 PO.BOX 90 Telpon (0645) 42670, 42785 Fax 42785, Indonesia E-mail:
[email protected],
[email protected] ,
[email protected]
Abstrak Kedudukan sebuah Transkrip nilai sangatlah penting, setara dengan kedudukan sebuah Ijazah. Transkrip nilai berisi informasi mengenai matakuliah, jumlah SKS, Nilai pada masing-masing matakuliah, dan Indeks Prestasi Komulatif. Sehingga dari transkrip nilai dapat diperoleh gambaran bagaimana prestasi akademik dari pemilik transkrip. Selain sebagai bukti selesai studi, Transkrip nilai sangat diperlukan dalam melamar pekerjaan pada suatu instansi atau perusahaan. Oleh karena itu transkrip nilai merupakan suatu dokumen yang bernilai tinggi dan harus dijamin keaslian isinya, maupun sumber yang mengeluarkannya. Dewasa ini, perkembangan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang teknologi informasi. Kondisi tersebut menyebabkan transkrip nilai dapat disalin dan dicetak secara mudah oleh pihak yang tidak berwenang sehingga menyebabkan munculnya transkrip nilai palsu, atau transkrip yang sudah direkayasa isinya. Pemalsuan ataupun modifikasi nilai dapat dilakukan dengan mudah salah satunya disebabkan karena tidak adanya sistem keamanan pada transkrip nilai yang diterbitkan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang dan membuat sistem keamanan pada transkrip nilai. Sistem keamanan pada penelitian ini dirancang menggunakan QR Code dan algoritma kriptography asymmetric RSA (Rivest Shamir Adleman). Sehingga transkrip nilai tidak mudah dipalsukan atau dimodifikasi isinya, dan proses verifikasi keaslian transkrip dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan secara offline dengan menggunakan smartphone berbasis android. Kata Kunci: Algoritma RSA, Berbasis Android, QR Code, Sistem keamanan Transkrip.
yang dicetak pada lembar transkrip nilai. QR Code tersebut berisi ciphertext (data ter-enkripsi). Proses enkripsi dan dekripsi dilakukan menggunakan algoritma kriptography asymmetric yang sudah teruji keandalannya yaitu RSA (Rivest Shamir Adleman). Sistem untuk proses enkripsi dan pembangkitan QR Code dibangun berbasis desktop, sedangkan untuk keperluan verifikasi keaslian transkrip dibangun berbasis smarphone android. Aplikasi QR code reader untuk verifikasi nantinya ditempatkan pada website resmi perguruan tinggi yang mengeluarkan transkrip nilai dalam hal ini Politeknik Negeri Lhokseumawe, sehingga akan menumbuhkan kepercayaan bagi pihak penerima transkrip nilai bahwa benar transkrip nilai tersebut dikeluarkan oleh pihak Politeknik Negeri Lhokseumawe. Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat untuk sistem keamanan keaslian transkrip nilai, sehingga dapat mengatasi masalah pemalsuan transkrip yang mungkin terjadi atau modifikasi nilai transkrip oleh pihak-pihak yang tidak diinginkan. Dan mempermudah pihak penerima transkrip nilai untuk melakukan verifikasi keaslian transkrip nilai secara offline.
1. Pendahuluan Transkrip nilai berisi informasi tentang matakuliah, SKS dan nilai, serta Indeks Prestasi Komulatif yang diperoleh mahasiswa selama belajar di kampus (dari awal sampai akhir studi). Kedudukan sebuah Transkrip nilai sangatlah penting, setara dengan kedudukan sebuah Ijazah. Selain sebagai bukti telah menyelesaikan studi, Transkrip nilai sangat diperlukan mahasiswa dalam melamar pekerjaan pada suatu instansi atau perusahaan. Seiring perkembangan teknologi, transkrip nilai dapat disalin dan dicetak secara mudah oleh pihak yang tidak berwenang sehingga menyebabkan munculnya transkrip nilai palsu, atau transkrip yang sudah direkayasa isinya. Pemalsuan ataupun modifikasi nilai dapat dilakukan dengan mudah karena tidak adanya sistem keamanan pada transkrip nilai yang diterbitkan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang dan membuat sistem keamanan pada transkrip nilai. Sistem keamanan pada penelitian ini menggunakan QR Code
28
Jurnal Infomedia Vol.1 No.2 Desember 2016 | ISSN: 2527-9858
B. QR Code QR Code adalah suatu matriks 2 dimensi yang dikembangkan pertama kali di Jepang pada tahun 1994. Model QR code dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu: QR Code Model 1 dan Model 2, Micro QR Code, iQR Code, SQRC, dan Frame QR. Gambar 1. memperlihatkan jenis-jenis QR Code [3]
2. Landasan Teori A. Algoritma RSA Algoritma RSA dibuat oleh 3 orang peneliti dari MIT (Massachussets Institute of Technology) yaitu: Ron (R)ivest, Adi (S)hamir, dan Len (A)dleman, pada tahun 1976. Keamanan algoritma RSA terletak pada sulitnya memfaktorkan bilangan yang besar menjadi factorfaktor prima. Ada tiga proses utama pada algoritma RSA yaitu: pembangkitan kunci, enkripsi, dan dekripsi [1],[2]. Pembangkitan Kunci Pembangkitan kunci terdiri atas pembangkitan kunci public (e,n) dan kunci private (d,n). Kunci-kunci tersebut diperoleh dengan menggunakan aturan pembangkitan kunci [1],[2] sebagai berikut: 1. Pilih dua buah bilangan prima sembarang, p dan q. p dan q bersifat rahasia. 2. Hitung n = p.q (sebaiknya p ≠ q, sebab jika p=q maka n = p2 sehingga p dapat diperoleh dengan mudah dengan menarik akar pangkat dua dari n). n tidak bersifat rahasia. 3. Hitung ф(n) = (p-1)(q-1).
ф(n) bersifat rahasia. 4. Pilih bilangan bulat e (tidak rahasia) untuk kunci publik, yang relatif prima terhadap ф(n).
5. Hitung kunci private (bersifat rahasia) dengan menggunakan persamaan e.d ≡ 1(mod ф(n)) yang ekivalen dengan e.d = 1 + kф(n), sehingga secara sederhana d dapat dihitung dengan persamaan 1. d=
Gambar 1. Jenis-Jenis QR Code Versi QR Code Perbedaan ukuran dari QR Code disebut dengan istilah versi. Ada 40 versi yang tersedia. Versi yang terkecil adalah versi 1 (21 x 21 modul) dan yang terbesar adalah versi 40 (177 x 177 modul). Setiap versi lebih besar 4 modul dari versi sebelumnya dan setiap versi memiliki kapasitas maksimum, tergantung pada mode atau tipe data yang digunakan. Gambar 2 memperlihatkan versi QR Code [4].
(1)
Gambar 2 Versi QR Code Proses Enkripsi Proses enkripsi dilakukan dengan menggunakan kunci public (e,n). proses enkripsi dilakukan dengan cara [1]: 1. Membagi pesan (plainteks) menjadi blokblok plainteks: m1,m1,m3, … (syarat: 0 < mi < n1) 2. Hitung blok cipherteks ci untuk blok plainteks pi dengan persamaan 2. ci= me mod n
QR Code dapat menyimpan hingga 7089 karakter data numeric, 4296 karakter data alfanumerik, 2953 karakter data Byte, dan 1817 karakter data kanji. Selain tipe data, kapasitas maksimum QR Code tergantung juga dengan error correction level. Correction error adalah kemampuan mengembalikan data jika QR Code kotor atau rusak. Terdapat empat tingkat koreksi kesalahan yang tersedia bagi pengguna untuk memilih sesuai dengan lingkungan operasi yaitu: L, M, Q, H. Tingkat terendah adalah L dan yang tertinggi adalah H[5].
(2)
Proses Dekripsi Dekripsi dari ciphertext ke plainteks menggunakan kunci private (d,n) Proses dekripsi dilakukan dengan menggunakan persamaan 3 [1] [2]. mi = cid mod n
3. Metode Penelitian Perancangan penerapan algoritma RSA dan QR Code pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. Data dari transkrip nilai dan KTP yang terdiri dari No. Ijazah, Nama, No. Mahasiswa, Tempat Lahir, Tanggal Lahir, Jurusan, Program Studi, Jumlah Nilai, Jumlah SKS, dan IPK serta data Nomor induk Kependudukan (NIK) merupakan data penting yang dienkripsi dengan
(3)
29
Jurnal Infomedia Vol.1 No.2 Desember 2016 | ISSN: 2527-9858
menggunakan algoritma RSA dan kunci private dari kampus pembuat transkrip nilai. Hasil dari proses enkripsi tersebut adalah ciphertext, yaitu data yang sudah tersandi dan tidak dimengerti lagi maknanya. Kemudian dari ciphertext tersebut dibangkitkan suatu QR Code.
Diagram Verifikasi Keaslian Transkrip Nilai dengan Smartphone Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa proses verifikasi keaslian transkrip nilai dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya secara offline dengan menggunakan aplikasi GPA validator yang telah di instal pada smartphone android. GPA Validator berfungsi untuk membaca QR Code yang terdapat pada transkrip nilai sekaligus melakukan dekripsi terhadap ciphertext yang tersimpan pada QR Code tersebut. Hasil pembacaan GPA Validator adalah pesan asli (plaintext) yang berupa No. Ijazah, Nama, No. Mahasiswa, Tempat Lahir, Tanggal Lahir, Jurusan, Program Studi, Jumlah Nilai, Jumlah SKS, dan IPK serta data Nomor induk Kependudukan. Data hasil pembacaan GPA Validator kemudian di bandingkan dengan data yang terdapat pada lembar transkrip nilai dan KTP. Apabila data tersebut sama, maka transkrip asli. Dan sebaliknya apabila data tersebut tidak sama maka transkrip nilai palsu atau telah dimodifikasi.
Message M (Data transkrip)
Kunci Private PNL
Enkripsi RSA 256 bit
Ciphertex
QR Code Generator
QR Code
Transkrip Nilai +
Gambar 3. Diagram Blok Pembuatan QR Code dan Transkrip Nilai. QR code yang sudah berisi ciphertext tersebut kemudian disisipkan pada lembar transkrip nilai, sehingga diperolehlah transkrip nilai yang telah ber-QR code. Sistem untuk melakukan enkripsi data dan pembangkitan QR Code merupakan sistem yang berbasis desktop. Perancangan sistem untuk memvalidasi transkrip nilai pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
A Perancangan Pembangkitan Kunci Kunci yang dibangkitkan ada dua jenis, yaitu kunci publik (e,n) dan kunci privat (d,n). Pada penelitian ini Kunci private digunakan pada proses enkripsi, dan kunci publik digunakan untuk proses dekripsi. Flowchart proses pembangkitan kunci diperlihatkan pada gambar 5.
Start
Transkrip Nilai +
Pilih p dan q Pilih k, k≥1
Nama, NIM, No Ijazah, Tmp Lahir, Jur, Prodi, IPK
GPA Validator
Kunci Publik PNL
Ciphertex
Dekripsi RSA 256 bit
KTP (NIK)
Hitung n=pxq
d=(bilangan bulat)? Pilih e, 1<e
Transkrip Asli
Yes No
Gcd(e, phi)=1?
Message M (Data transkrip + NIK)
=?
Hitung d= (1+k.phi)/e
Hitung phi = (p-1)(q-1)
=?
YA Gambar 4. Blok
A
Kunci publik (e,n) Kunci privat (d,n)
Yes Stop
TDK
A
Transkrip Palsu
30
No
Jurnal Infomedia Vol.1 No.2 Desember 2016 | ISSN: 2527-9858
Gambar 5. Flowchart Pembuatan Kunci
Proses Dekripsi dilakukan dengan menggunakan kunci publik (e,n). Ciphertext terlebih dahulu di bagi-bagi dalam blok-blok ciphertext. Kemudian blok-blok ciphertext tersebut di dekripsi. Hasil dekripsi yang berupa blok-blok plaintext kemudian diubah kedalam karakter ASCII untuk menampilkan pesan asli. Perancangan proses dekripsi digambarkan dengan flowchart seperti pada Gambar 7
B. Perancangan Proses Enkripsi Proses perancangan enkripsi dilakukan dengan menggunakan algoritma RSA, dan kunci private (d,n). Perancangan proses enkripsi digambarkan dengan flowchart seperti pada Gambar 6. Dari flowchart dapat dilihat bahwa plainteks terlebih dahulu diubah kedalam kode ASCII decimal, kemudian dibagi-bagi dalam blokblok yang panjangnya tertentu. Blok-blok plainteks tersebut kemudian di enkripsi satu persatu sehingga membentuk blok-blok cipherteks.
4. Hasil dan Pembahasan Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap aplikasi yang dibuat, yaitu pengujian untuk proses enkripsi dan pembangkitan QR Code, pembuatan transkrip nilai ber-QR Code, pembacaan QR Code dan proses dekripsi dengan GPA Validator, pembacaan QR Code dengan aplikasi QR Code reader lain, penentuan ukuran pencetakan QR Code, pembacaan QR Code yang rusak dan kotor. Hasil dan pembahasan dari masing-masing pengujian diuraikan pada point-point berikut.
START
Plaintext
Kode ASCII desimal (M)
M ≥76 digit?
No
Susu Mn, Mn = sisa digit
Enkripsi Mn Cn = Mn d mod n
A. Hasil Enkripsi dan Pembangkitan QR Code
Yes Susun M1, M2,...,Mn-1 Mi = 76 digit
Pengujian proses enkripsi plaintext dilakukan dengan cara menginputkan data No. Ijazah, Nama, No. Mahasiswa, Tempat Lahir, Tanggal Lahir, Jurusan, Program Studi, Jumlah Nilai, Jumlah SKS, dan IPK serta data Nomor induk Kependudukan (NIK) pada area yang telah disediakan pada user interface, seperti yang diperlihatkan oleh gambar 8.
Enkripsi M1, M2,...,Mn-1 Ci = Mi d mod n
Ci = 77 digit?
No
Tambah 0 didepan Ci
Yes Gabung C= Ci+Cn
Tampilkan ciphertext
STOP
Gambar 6. Flowchart Perancangan Proses Enkripsi
C. Perancangan Proses Dekripsi START C QR Code, Ciphertext (C)
C ≥77 digit?
Cek 2 digit pertama M
No
Susu Cn, Cn = sisa digit
Dekripsi Cn Mn = Cn e mod n
2 digit pertama M≥32&&≤99?
No
Numi = 3 digit M
Yes Yes
Susun C1, C2,...,Cn-1 Ci = 77 digit
Numi = 2 digit M
Dekripsi C1, C2,...,Cn-1 Mi = Ci e mod n
Ubah ke karakter
Gambar 8. User Interface Proses Enkripsi dan Pembangkitan QR Code.
Susun karakter Mi = 76 digit?
Yes
No
Tambah 0 didepan Mi
Setelah data-data tersebut di inputkan, maka proses enkripsi sekaligus proses pembangkitan QR Code dapat dilakukan dengan memilih tombol generate yang terdapat pada user interface tersebut. Hasil enkripsi yang berupa ciphertext dan QR Code akan tampil. Terdapat tombol reset dan tombol save pada user interface tersebut. Tombol reset digunakan untuk
Tampilkan plaintext
Gabung M= Mi+Mn STOP
.
C
Gambar 7. Flowchart Perancangan Proses Dekripsi
31
Jurnal Infomedia Vol.1 No.2 Desember 2016 | ISSN: 2527-9858
menghapus data sebelumnya, sehingga memudahkan user untuk memasukkan data baru yang akan dienkripsi. Sedangkan tombol save digunakan untuk menyimpan QR Code yang dibangkitkan.
ulang sehingga diperoleh ukuran QR Code yang masih bisa terbaca dan ukuran QR Code yang tidak dapat terbaca lagi dari jarak pembacaan 6 inch. Hasil pengujian dan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2.
4.2. Hasil Pembangkitan Versi dan Ukuran QR Code.
Tabel 2. : Ukuran Optimal Pencetakan QR Code No.
Dengan mengubah panjang karakter plaintext yang mungkin, untuk data Nama mahasiswa, Tempat Lahir, Tanggal Lahir, Jurusan, dan Program studi maka diperoleh sampel 3 jenis panjang plaintext yang mungkin. Panjang karakter untuk Nama mahasiswa, Tempat Lahir, Jurusan, dan Program studi dapat berbeda antara mahasiswa yang satu dengan yang lain. Sementara data lain seperti NIK, No. Ijazah, No. Mahasiswa, Jumlah Nilai, Jumlah SKS, dan IPK memiliki panjang karakter yang sama untuk setiap Mahasiswa. Hal tersebutlah yang mendasari panjang plaintext bisa berbeda. Dari hasil pengujian, diperoleh plaintext terpendek yang mungkin adalah 101 karakter, yang terpanjang 187 karakter, dan kebanyakan menghasilkan plaintext dengan panjang 145 karakter. Berdasarkan plaintext tersebut dilakukan proses enkripsi dan pembangkitan QR Code, sehingga diperoleh versi QR Code yang dibangkitkan dengan menggunakan Zxing. Tabel 1. memperlihatkan versi dan ukuran dari QR Code yang dibangkitkan berdasarkan panjangnya karakter ciphertext yang disimpan ke dalam QR Code.
Panjang plaintext (karakter)
Panjang ciphertext (karakter)
QR Code yang dibangkitkan
Ukuran QR Code (cm)
1.
101
237
8(49x49) Level L
(2,5x2,5)
2.
145
391
10(57x57) Level L
(3 x 3)
3.
187
545
13(69x69) Level L
(3,5x3,5)
Ukuran optimal pencetakan (cm)
Ukuran terkecil pencetakan (cm)
1.
8(49x49) Level L
(2,98 x 2,98)
(2 x 2)
2.
10(57x5) Level L
(3,47x3,47)
(2,2 x 2,2)
3.
13(69x69) Level L
(4,20 x 4,20)
(2,3 x 2,3)
Ukuran optimal QR Code yang akan dicetak pada kertas dapat dihitung dengan menggunakan, QR Code Size = (Scanning Distance / Distance Factor) * Data Density Factor [6]. Dimana, Distance Factor dimulai dengan 10, tetapi dapat dikurangi 1 disebabkan karena pencahayaan yang kurang atau kemiringan posisi pembacaan. Data Density Factor merupakan nilai modul dari versi QR Code dibagi dengan 25 [6]. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, ukuran QR Code yang dipilih untuk dicetak pada lembar transkrip nilai adalah ukuran 3 cm x 3 cm. Gambar 9. memperlihatkan hasil penyisipan QR Code pada lembar transkrip nilai
Tabel 1. Versi dan ukuran QR Code yang dibangkitkan No.
Versi QR Code
4.3. Hasil Ukuran Pencetakan QR Code. Beberapa versi QR Code yang dihasilkan kemudian dicetak dan dibaca dengan smartphone yang sudah terinstall aplikasi GPA Validator. Jarak antara QR Code dan peralatan pembaca (smartphone) pada pengujian ini sekitar sekitar 6 inch. Kemudian QR Code tersebut diperkecil dari ukuran sebelumnya dan di scann kembali. Demikian proses tersebut dilakukan berulang-
Gambar 9. Transkrip Nilai Ber_QR Code
4.4. Hasil Scanning QR Code dengan Smartphone 32
Jurnal Infomedia Vol.1 No.2 Desember 2016 | ISSN: 2527-9858
QR Code yang dibangkitkan kemudia dicetak, lalu dibaca dengan menggunakan aplikasi GPA Validator dan aplikasi QR Code biasa yang umum terdapat di internet. Tampilan hasil pembacaan QR Code pada smartphone menggunakan GPA Validator diperlihatkan oleh Gambar 10. sedangkan tampilan hasil pembacaan QR Code dengan menggunakan aplikasi QR Code reader lain diperlihatkan oleh Gambar 11.
Untuk melihat apakah QR Code yang dibangkitkan masih dapat dibaca dengan baik atau tidak apabila QR Code rusak atau kotor, maka dilakukan pengujian dengan merusak dan mengotori sebagian area dari QR Code. Hasil pembacaan diperlihatkan oleh Tabel 3. Tabel 3. Hasil Scanning QR Code Rusak dan Kotor No.
QR Code
Kondisi QR Code
Tingkat Koreksi Kesalahan
Pembacaan Pada Smartphone
1.
Rusak
L(57x57)
Berhasil dibaca
2.
Rusak
L(57x57)
Gagal dibaca
3.
Terkena tinta
L(57x57)
Berhasil dibaca
4.
Terkena tinta
L(57x57)
Gagal dibaca
5.
Terkena air
L(57x57)
Berhasil dibaca
6.
Terkena stempel
L(57x57)
Gagal dibaca
Gambar 10. Hasil pembacaan GPA Validator
Dari hasil pembacaan dapat dilihat bahwa QR Code yang rusak, dan terkena noda tinta ada yang bisa dibaca ada yang tidak, tergantung dari luasnya daerah pada QR Code yang rusak atau terkena tinta. Jika daerah yang rusak dan terkena tinta masih sedikit maka QR Code masih dapat dibaca dengan baik. Semua QR Code yang bekas terkena air, masih dapat dibaca dengan baik. Sedangkan untuk QR Code yang terkena stempel tidak dapat dibaca sama sekali.
Simpulan 1.
Gambar 11. Hasil pembacaan QR Code reader lain
2.
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa proses verifikasi keaslian transkrip nilai hanya dapat dilakukan dengan aplikasi GPA Validator. Aplikasi QR Code reader yang lain tidak dapat digunakan untuk membaca plaintext (pesan asli) yang terdapat dalam QR Code, yang terbaca hanya hasil enkripsinya (ciphertext) saja.
3.
4.5. Hasil Scanning QR Code yang Rusak dan Kotor 33
Versi QR Code yang dibangkitkan bervariasi, tergantung pada panjang karakter ciphertext yang dihasilkan oleh proses enkripsi, tipe data dan level correction error QR Code yang digunakan. QR code dengan korektion error level L, masih dapat dibaca isinya dengan baik walaupun QR code tersebut terkena air dihampir semua permukaannya. QR code dengan korection error level L tidak dapat dibaca lagi jika terdapat kotor terkena tinta yang tebal pada salah satu finding patternnya, dan jika area yang terkena tinta tersebut banyak. QR code masih dapat diverifikasi dengan baik jika area QR code yang terkena tinta tidak terlalu banyak.
Jurnal Infomedia Vol.1 No.2 Desember 2016 | ISSN: 2527-9858
4.
5.
6.
7.
8.
9.
QR code dengan korection error level L tidak dapat dibaca lagi jika terdapat kerusakan pada finding pattern-nya dan jika kerusakan pada area QR code cukup besar. QR code masih dapat diverifikasi dengan baik jika area QR code yang rusak sedikit. QR code versi 10(57x57) dengan korection error level L tidak dapat dibaca lagi jika QR code diperkecil hingga berukuran (2 x 2 ) cm, dengan jarak pembacaan 6 inchs. QR code yang terkena stempel basah tidak dapat dibaca sama sekali. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena banyaknya area QR Code yang terkena stempel, termasuk area finding pattern dari QR Code, sehingga data pada QR Code tidak dapat dibaca sama sekali. Verifikasi keaslian transkrip nilai hanya dapat dilakukan dengan software pembaca QR code khusus yang diperoleh dari web site resmi perguruan tinggi yang mengeluarkan transkrip nilai, sehingga transkrip nilai dapat dipercaya keaslian sumbernya maupun isinya. Sistem pengaman keaslian transkrip nilai menggunakan QR code telah berhasil dibuat, dan dapat dapat bekerja dengan baik seperti yang diharapkan, sehingga dapat menghasilkan transkrip nilai yang ber-QR code. Proses download aplikasi QR code Reader dari website yang disediakan ke smartphone android dapat dilakukan dengan lancar dan mudah. Begitu pula dengan proses install aplikasi pada smartphone android.
6. Daftar Acuan [1] Munir, R., Kriptografi, Bandung: Informatika, 2006. [2] Nentawe Y. Goshwe, 2013, Data Encryption and Decription Using RSA Algorithm in a Network Environment, IJCSNS International Journal of Computer Science and Network Security, Vol. 13 No.7, July. [3] Type of QR Code, http://www.qrcode.com/en/codes/ [4] Information capacity and versions of the QR Code, http://www.qrcode.com/en/about/version.html [5] Error correction feature http://www.qrcode.com/en/about/error_correction. html [6] QRStuff, http://www.qrstuff.com/blog/2011/01/18/whatsize-should-a-qr-code-be
34