IMOBILISASI KURKUMIN PADA ELEKTRODA PASTA KARBON SEBAGAI MODIFIER BIOSENSOR UNTUK PENENTUAN KADAR ASAM URAT
Oleh: Sri Hastuti1, Tri Martini2, Agus Kuncaka3, Nuryono4 1, 2. Jurusan Kimia FMIPA UNS 3,4. Jurusan Kimia FMIPA UGM Ringkasan Telah dilakukan penelitian tentang imobilisasi kurkumin pada elektroda pasta karbon sebagai modifier biosensor untuk penentuan kadar asam urat. Modifikasi elektroda pasta karbon dilakukan dengan metode bulk modified, yakni dengan mencampurkan grafit, minyak parafin dan kurkumin dengan perbandingan 3:2:5. Permukaan elektroda yang sudah termodifikasi ditambahkan enzim uricase 22 unit sebanyak 10 µL. Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan elektroda ke dalam sel voltametri yang berisi 25 mL larutan asam urat 40 ppm dan larutan elektrolit KCl 0.1 M dalam buffer phospat pH 9. Respon arus puncak asam urat diberikan oleh elektroda pasta karbon terhadap Ag/AgCl (KCl jenuh) secara siklis voltametry sebesar 0,226 V. Respon elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin tidak menunjukkan pola yang jelas. (tidak stabil). Kata kunci: immobilisasi, kurkumin, pasta karbon, modifier, biosensor, asam urat
Abstracs Immobilisation curcumin on carbon paste electrode as modifier biosensor to determination uric acid had been done. Carbon paste electrodes were modified by bulk modified method, where weighed amounts of graphite powder, paraffine oil, and curcumin were mixed in 3:2:5. The surface electrode was added uricase 22 unit 10 µL. The electrode was dipped into a voltammetric cell which was filled with 25 mL solution of uric acid and KCl 0.1 M as supporting electrolyte in acetate phospat pH 9 for measurements. Cyclic voltammetric responses of uric acid were resulted by carbon paste electrodes at potential 0,226V vs Ag/AgCl (saturated KCl). Responses were resulted by carbon paste electrodes modified with curcumin can not show good pattern. Key word: Immobilisation, curcumin, carbon paste, modifier, biosensor, uric acid BAB I. PENDAHULUAN Salah satu pengembangan biosensor adalah jenis biosensor elektrokimia. Biosensor elektrokimia merupakan peralatan analisis yang mengubah respon biologi 1
menjadi sinyal listrik. Teknologi biosensor elektrokimia sekarang ini berkembang dengan pesat. Keunggulan dari biosensor tersebut adalah aplikatif, selektif, praktis, cepat dan akurat. Sebagai metode untuk analisis, biosensor elektrokimia banyak dipakai terutama dalam bidang kesehatan, obat-obatan dan lingkungan. Sebagai contoh adalah biosensor untuk penentuan kadar gula dalam darah. Biosensor elektrokimia yang dipakai seringkali masih mempunyai sensitifitas yang rendah. Berbagai penelitian dikembangkan untuk meningkatkan sensitifitas, salah satunya dengan memodifikasi. Ibrahim H (2007) mencoba memodifikasi sensor pasta karbon dengan ion setiltrimetilamonium (CTA). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan sensitiitas dan kestabilan alat. Hasebe Y, (2007) mencoba menambahkan peroksidase dan tionin pada karbon felt untuk menaikkan kesensitifan. Dan diketahui bahwa elektroda tersebut sangat baik untuk menaikan kesensitifan untuk penentuan hidrogen peroksida. Wey S (2008) melakukan penelitian tentang penentuan rutin yang didasarkan pada elektroda pasta karbon termodifikasi cairan ionik piridium. Modifikasi biosensor dengan zat warna toluidine blue yang diimobilisasi pada polimetilakrilat telah dilakukan oleh Okamato.Y, 1996 untuk menentukan vitamin K3. Hasil penelitian penelitian menunjukan bahwa modifikasi tersebut dapat mendeteksi konsentrasi yang sangat rendah yaitu sekitar 1 x 10-6M. Selain itu intensitas arus yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi vitamin K3. Wang. H.S, 2005 memodifikasi biosensor dengan sistem imobilisasi enzim dengan konfigurasi ferrocen-chitosan : Horseradish peroxidase : chitosan-glyoxal . Pengembangan dari biosensor jenis ini memberikan sensitifitas yang tinggi, respon yang cepat , stabil dan reprodosibel. Tsujimoto
Masaki,
2007
memodifikasi
sensor
glukosa
dengan
elektropolimerisasi pirol yang mengandung kompleks osmium tris bipiridin sebagai mediator. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompleks tersebut lebih efektif sebagai mediator. R. Yang, (1998) meneliti tentang biosensor H2O2 yang didasarkan pada imobilisasi HRP secara elektropolimerisasi Methylene green pada GCE. Dalam hal ini methylene green bertindak sebagai tempat imobilisasi sekaligus modifier. Paul B, (2009) membuat biosensor glukosa dengan modifier titania nanotube arrays. Xi Chen (2009) melakukan penelitian biosensor NO2 dengan modifier Cytochrome C pada
2
Sodium dodecyl sulfat. Jian-Ding Qju, (2009) mempelajari biosensor glukosa yang didasarkan pada ferrocene-modified multiwalled carbon nanotupe nanocomposites. Susana Campusano, (2003) mempelajari biosensor fructose yang didasarkan pada tetrathiafulvalene-modified. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi dengan penambahan senyawa kurkumin. Kurkumin merupakan salah satu zat warna
kuning
khas yang biasa
terdapat pada kunyit. Senyawa tersebut mempunyai dua gugus fenol yang mudah mengalami oksidasi atau sebagai pendonor elektron dengan dua elektron yang terlibat. Dalam hal ini kurkumin bertindak sebagai elektrokatalisis yang cukup baik. Adanya zat elektrokatalisis ini menyebabkan potensial aplikasi rendah dan interferensi kecil sehingga hasil analisis lebih sensitif. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan sensitifitas biosensor dengan modifikasi penambahan zat warna kurkumin pada elektroda pasta karbon. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk menentukan kadar asam urat dengan menggunakan biosensor hasil modifikasi. BAB II. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat yang Digunakan Voltametri (Metrohm – 757 VA Computrace), Elektroda platina, Elektroda Ag/AgCl (KCl jenuh), pH meter Lutron Model 207, Peralatan gelas (Pyrex), Spacer kaca (Lokal) Bahan yang Dibutuhkan Minyak parafin (E. Merck), Serbuk grafit (E. Merck), Curcumin for synthesis (E. Merck), Padatan KCl (E. Merck), Uricase
B. Cara Kerja Pembuatan elektroda kerja untuk biosensor Badan elektroda dibuat dengan kabel tembaga sebagai penghantar arus dan spacer sebagai tempat pasta karbon. a. Imobilisasi kurkumin pada elektroda pasta karbon (Kar-Kur) Imobilisasi kurkumin pada pasta karbon dibuat dengan mencampur serbuk grafit, parafin dan kurkumin dengan perbandingan berat 3:2:5 dalam mortar. Serbuk dicampur secara merata dengan pengaduk selama 10 menit, dan dimasukkan pada badan elektroda. 3
b. Imobilisasi enzim uricase pada elektroda pasta karbon termodifikasi Imobilisasi enzim uricase dilakukan dengan meneteskan larutan 10 µL larutan uricase 22 unit (5,0 mg uricase 4,4 unit dilarutkan dalam 1 mL buffer phospat pada pH 9) diteteskan pada elektroda pasta karbon yang sudah termodifikasi. Elektroda kerja untuk biosensor yang sudah jadi dimasukkan dalam sel voltametri yang berisi 25 ml larutan yang mengandung KCl 0,1 M, asam urat 40 ppm. Selanjutnya dicari harga imaks.untuk mengetahui potensial kerja dari biosensor. Sebagai perbandingan dicoba pula dalam media buffer asetat pH 4. Hasilnya dibandingkan dengan elektroda Pasta karbon dan Elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin tanpa enzim. Selain dengan dengan Differential pulse, pengukuran juga dilakukan dengan Cyclic Voltametry. Pengukuran asam urat juga dilakukan berdasarkan pengukuran peroksida yang dihasilkan dari oksidasi asam urat.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Kurkumin. Pada Pembuatan elektroda, menggunakan metode (bulk modified) dimana kurkumin, grafit dan parafin dicampur menjadi satu dengan perbandingan Grafit : Parafin : Kurkumin = 3 : 2 : 5. Gambar 1. Adalah spektra IR untuk Senyawa Kurkumin. Spektra tersebut digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang menjadi ciri khas dari senyawa kurkumin.
4
Gambar 1. Spektra IR senyawa kurkumin.
Beberapa gugus penting dalam senyawa kurkumin adalah OH, C-O , C=O, C=C aromatik. Tabel 1 menunjukkan perbandingan daerah serapan untuk senyawa kurkumin antara teori dan data analisis. Tabel 1. Tabel Perbandingan daerah serapan IR gugus fungsi Kurkumin (cm-1)
No
Gugus fungsi
Teori
Data
1
O-H
3200-3600
3510,45
2
C-O
1050-1300
1026,13
3
C=O
1690-1760
1627,92
4
C=C aromatik
1500-1600
1512,19
Dengan membandingkan data pada tabel 1 adanya kesesuaian data menunjukkan bahwa data tersebut adalah kurkumin. Selain dari data Spektra IR, karakter dari kurkumin dapat dilihat melalui data voltamogram sklis Voltametri. Gambar 2 adalah sikisasi kurkumin dalam media buffer phospat pH 9 dan larutan KCl 0,1 M. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali.
5
Gambar 2. Voltamogram sklis dari larutan kurkumin dalam buffer phospat pH 9 dan KCl 0,1 M Dari data diatas, diketahui bahwa potensial oksidasi dari kurkumin adalah sekitar 0,149 V. Sedangkan puncak reduksinya tidak ada, hal ini menunjukkan bahwa kurkumin tidak reversibel.
B. Pengukuran Asam Urat secara differential pulse (DP). Pengukuran asam urat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis elektroda, yaitu elektroda pasta karbon, Elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin (secara bulk modified) dan elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin (secara pembentukan lapisan tipis)
B.1. Pengukuran Asam Urat Dengan menggunakan Elektroda Pasta Karbon secara differential pulse (DP). Penentuan asam urat ini didasarkan pada daerah oksidasi asam urat. Dalam hal ini scan potensial di mulai dari 0 sampai 0,6 V. Gambar 3 adalah voltamogram secara differential pulse (DP) asam urat dalam buffer phospat pH 9 dan KCl 0,1 M menggunakan elektroda pasta karbon.
6
Gambar 3. Voltamogram differential pulse (DP) dengan Elektroda Pasta Karbon (PK = Pasta Karbon tanpa asam urat PK-AU = Pasta Karbon dengan asam, PKE=Pasta Karbon Terimobilisasi Enzim Uricase tanpa asam urat, PKEG-AU = Pasta Karbon Terimobilisasi Enzim Uricase dengan asam urat) Dari grafik pada gambar 3, dapat disusun data seperti pada tabel 2. Tabel 2. Data Potensial dan Arus Menggunakan Elektroda Pasta Karbon
No
Jenis
Potensial (V)
Arus (A)
Keterangan
1
PK
-
-
Tidak ada puncak
2
PK-AU
-
-
Tidak ada puncak
3
PKE
-
-
Tidak ada puncak
4
PKEG-AU
-
-
Tidak ada puncak
Tabel 2. Menginformasikan bahwa elektroda pasta karbon menggunakan elektrolit buffer phospat 9 dan KCl 0,1 M tidak bisa digunakan untuk menentukan asam urat. Hal ini ditunjukkan bahwa adanya asam urat dan tanpa asam urat tidak menunjukkan adanya puncak oksidasi ( tidak ada potensial maupun arusnya). Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kurang sensitifnya elektroda pasta karbon.
B.2.
Pengukuran
Asam
Urat
menggunakan
Elektroda
Pasta
Karbon
Termodifikasi Kurkumin (secara bulk modified) secara differential pulse
Gambar 4 adalah voltamogram secara differential pulse (DP) asam urat dalam buffer phospat pH 9 dan KCl 0,1 M menggunakan elektroda pasta karbon Termodifikasi Kurkumin (secara bulk modified)
7
Gambar 4. Voltamogram differential pulse (DP) dengan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Kurkumin secara bulk modified (PKK = Pasta Karbon Termodifikasi Kurkumin tanpa asam urat, PKK-AU = Pasta Karbon Termodifikasi Kurkumin dengan asam urat, PKKE = Pasta Karbon Termodifikasi Kurkumin Terimobilisasi Enzim urat,
PKKEG-AU=
Pasta
Karbon
Uricase tanpa asam
Termodifikasi
Kurkumin
Terimobilisasi Enzim Uricase dengan asam urat)
Dari grafik pada gambar 4, dapat disusun data seperti pada tabel 3. Tabel 3. Data Potensial dan Arus Menggunakan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi
Kurkumin
No
Jenis
Potensial (V)
Arus (A)
Keterangan
1
PKK
0,167
9,14 x 10-8
Ada puncak
2
PKK-AU
0,155
1,5 5x 10-7
Ada puncak
3
PKKE
-
-
Tidak ada puncak
4
PKKEG-AU
-
-
Tidak ada puncak
Dari Tabel 3. Menunjukkan bahwa elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin menggunakan elektrolit buffer phospat 9 dan KCl 0,1 M tanpa penambahan asam urat dan dengan penambahan asam urat menunjukkan adanya puncak. Yakni pada daerah
8
sekitar 0,160 V. Puncak ini diduga bukan puncak asam urat, melainkan puncak oksidasi dari kurkumin yang diimobilisasikan pada permukaan elektroda. Kondisi ini di dukung dari data elektroda yang ditambahkan enzim baik yang ada asam urat maupun tanpa asam urat tidak menunjukkan adanya puncak. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penambahan enzim justru menutupi permukaan elektroda, sehingga tidak muncul arus. Hal ini memberikan penjelasan bahwa elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin menggunakan elektrolit buffer phospat 9 dan KCl 0,1 M tidak bisa digunakan untuk menentukan asam urat.
B.3.
Pengukuran
Asam
Urat
menggunakan
Elektroda
Pasta
Karbon
Termodifikasi Kurkumin (pembentukan lapisan tipis) secara differential pulse
Pengukuran asam urat menggunakan elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin (dengan cara pembentukkan lapisan tipis) ditunjukkan gambar 5. Dari gambar 5 dan tabel 4, diperoleh data bahwa elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin dengan penambahan asam urat maupun dengan penambahan asam urat menunjukkan bahwa adanya puncak di daerah yang sama yakni sekitar 0,139 V. Diduga puncak tersebut adalah milik kurkumin. Kondisi ini mendukung keterangan sebelumya bahwa elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin menggunakan elektrolit buffer phospat 9 dan KCl 0,1 M tidak bisa digunakan untuk menentukan asam urat.
9
Gambar 5. Voltamogram differential pulse (DP) dengan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Kurkumin (dengan cara Pembentukan lapis tipis).
Tabel 4. Data Potensial dan Arus Menggunakan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi
Kurkumin ( pembentukan lapisan tipis)
No
Jenis
Potensial (V)
Arus (A)
Keterangan
1
PKK
0,139
1,49 x 10-6
Ada puncak
2
PKKE-AU
0,139
2,04.x 10-6
Ada puncak
C. Pengukuran Asam Urat secara Voltametri siklis
Selain menggunakan differential pulse pengukuran asam urat juga dilakukan dengan voltametri siklis. Data pengukuran dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Data Potensial dan Arus Berbagai elektroda secara voltametri siklis
No
Jenis
Potensial (V)
Arus (A)
Keterangan
1
PK-AU
0,226
2,69 x 10-7
Ada puncak
2
PKE-AU
-
-
Tidak ada puncak
3
PKK-AU
-
-
Tidak ada puncak
4
PKKE-AU
-
-
Tidak ada puncak
10
.
Dari hasil pengukuran secara siklis voltametri Pada buffer phospat pH 9 dan KCl 0,1 M, menunjukkan bahwa asam urat mempunyai potensial oksidasi sekitar 0,226 V menggunakan elektroda pasta karbon . Akan tetapi pengukuran asam urat dengan elektroda pasta karbon yang ditambahkan enzim, tidak muncul arus. Hal ini disebabkan permukaan elektroda tertutupi lapisan enzim sehingga kurang konduktif akibatnya tidak muncul arus. Pada elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin baik penambahan /tanpa uricase, tidak muncul arus, hal ini disebabkan adanya gangguan dari kurkumin pada permukaan elektroda yang kebetulan mempunyai daerah oksidasi yang berdekatan. Hal ini sebagaimana penelitian dari Abraham J.S (2005) yang mencoba menentukan secara simultan antara asam urat dan asam ascorbat. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengukuran dengan media buffer pospat, adanya asam ascorbat akan memgganggu. Dan selanjunya digunakan media dengan buffer asetat. Potensial asam urat diperoleh pada potensial sekitar 0,4 V. Mengacu berbagai kondisi yang telah disebutkan di atas, maka selanjutnya dicoba untuk pengukuran dilakukan pada buffer asetat pH 4.
D. Pengukuran Asam Urat Dengan Media Buffer Asetat Pengukuran asam urat dalam media buffer asetat pH 4 menggunakan elektroda pasta karbon dilakukan dengan beberapa metode yaitu Differential pulse (DP), Cyclic Voltametry (CV) dan Square Wave (SW).
Tabel 6. Pengukuran asam urat dalam media buffer asetat pH 4 dengan beberapa metode
Tanpa asam Urat
Differential Pulse
Cyclic Voltametry
Square Wave
V
I
V
V
0,399
1,91 x 10-7 0,470
11
I
I
2,31 x 10-7 0,428 8,55x 10-7
Dengan Asam Urat
0,399
1,91 x 10-7 0,464
2,12 x 10-7 0,432 8,38x 10-7
Berdasarkan tabel 6. Menunjukkan bahwa puncak diperoleh pada potensial sekitar 0,4 V. Akan tetapi penambahan/tanpa asam urat tidak memberikan perbedaan tinggi puncak. Dalam hal ini menyulitkan untuk mencari pola dalam pengukuran asam urat. Hal ini mengindikasikan bahwa alat yang digunakan kurang stabil. Kondisi ini diperkuat data yang diperoleh dari pengukuran asam urat menggunakan elektroda pasta karbon yang dilapisi polipirol dengan penambahan enzim uricase. (Arslan F, 2008)
Tabel 7. Pengukuran asam urat dengan elektroda pasta karbon (dilapisi polipirol)
Differential Pulse V(volt)
I(ampere)
Asam urat 40 ppm
-0,185
6,12 x 10-6
Asam Urat 40 ppm + 50 µL H2O2
-0,327
5,28 x 10-6
Asam Urat 40 ppm + 100 µL H2O2
-0,345
3,30 x 10-6
Dalam hal ini pengukuran asam urat didasarkan pada pengukuran dari peroksida (H2O2). Hal ini dapat dijelaskan dengan reaksi sebagai berikut: Asam Urat + O2 + H2O
Alantoin + CO2 + H2O2 O2 + 2 H+ + 2 e-
H2O2
Pengukuran dilakukan pada potensial oksidasi peroksida. Dengan asumsi bahwa besarnya konsentrasi peroksida ( H2O2) sebanding dengan asam urat. Berdasarkan literatur bahwa potensial peroksida pada daerah sekitar -0,4. Dari tabel 7 terlihat, telah dicoba untuk pengukuran asam urat, sebelum adanya penambahan peroksida diperoleh puncak pada daerah -0,185 V. Pada penambahan
50
µL H2O2, muncul puncak pada daerah -0,327 V puncak ini
diperkirakan adalah milik H2O2. Penambahan 100 µL H2O2 muncul pada daerah yang hampir sama, akan tetapi tinggi arus puncak yang dihasilkan justru turun. Hal ini menguatkan dugaan semula alat tersebut kurang stabil. Untuk pengukuran secara kualitatif bisa akan tetapi pada pengukuran kuantitatif kurang stabil sehingga sulit untuk dicari polanya. 12
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Telah berhasil dilakukan pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin. 2. Telah berhasil juga dilakukan pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi kurkumin untuk biosensor asam urat. 3. Penentuan kondisi optimum belum bisa dilakukan, karena alat voltametri yang digunakan kurang stabil sehingga tidak bisa untuk menentukan pola. B. Saran 1. Perlu dicoba untuk peralatan lain ( bisa dengan desain sendiri) yang didasarkan pada pengukuran secara amperometri. 2. Tehnik imobilisasi kurkumin dan enzim pada permukaan elektroda yang lebih baik sehingga dihasilkan elektroda yang kuat, stabil dan sensitif.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2. 3.
4.
5.
6.
7.
8.
Abbas M.N.E., 2003, “Chemically Modified Carbon Paste Electrode for Iodide Determination on the Basis of Cetrymethylammonium Iodida Ion-Pair”, Analytical Sciences, Vol 19, 229-233. Abu M., 2000, “Pembuatan dan Karakterisasi Elektroda Selektif Ion Hidrogen dengan Bahan Aktif Antimoni, Thesis, Departemen Kimia FMIPA ITB, Bandung Arvand M., Sohrabnezhad S., Mousavi M.F., Shamsipur M., Znanjanchi M.A., 2003, Electrochemical study of methylene blue incorporated into mordenite type zeolite and its application for amperometric determination of ascorbic acid in real samples, Analytica Chimica Acta, 491, 193-201. Chen Z., Okamura K., Hakani M., and Nagaoka T., 2002, “Selective Determination of Tryptophan by Using Carbon Paste Electrode Modified with an Overoxidized Polypyrrole Film”, Analytical Science, Vol. 18, 417-421. Cvancara I., Ogorevc, Novic M., 2002, “Simple and Rapid Determination of Iodida in Table Salt by Stripping Potentiometry at a Carbon-Paste Electrode”, Anal. Bioanal Chem, 372, 795-800. Deore B., Chen Z., and Nagaoka T., 1999, “Overoxidized Polypyrrole with Dopant Complementray Cavities as a New Molecularly Imprinted Polymer Matrix”, Analytical Science, Vol. 15, 827-828. Durst R.A., Baumner A.J., Murray R.W., Buck R.P., Andieux C.P., 1997, Chemically Modified Electrodes: Recommended Terminology and Definitions”, Pure & Appl. Chem, Vol 69. No.6, 1317-1323. Fang C., Tang X., and Zhou X., 1999,”Preparation of Ply(malachite green) Modified Electrode and the Determination of Dopamine and Ascorbic Acid”, Analytical Sciences, Vol. 15, 41-46. 13
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Filho O.F., 2000, “L-Ascorbic Determination in Pharmaceutical Formulation Using a Biosensor Based on Carbon Paste Modified with Crude Extrack of Zucchini (Cucurbita pepo)”, J. Braz. Chem. Soc., Vol. 11, No 4, 412-418. Hasebe Y, Imai R Hirono M Uchiyama 2007, ” Carbon Felt Based Bioelectrocatalytic Flow Detectors: Highly Sensitive Amperometric Determination Of Hydrogen Peroxide Using Adsorbed Peroxidase And Thionine. J. Analytical Sciences, Vol 23, pp 71 – 74. Hu S., Luo J., and Cui D., 1999, “An Enzyme-Chemically Modified Carbon Paste Electrode as a Glucose Sensor Based on Glucose Oxidase Immobilized in a Polyaniline Film”, Analytical Science, Vol. 15, 585-588. Ibrahim H and Khorshid A 2007 ” Modified Carbon Pasta Sensor For Cetyltrimethylammonium Ion Based On Its Ion-Associate With Tetrachloropalladate(II)” J. Analytical Sciences Vol 23 pp 573-579. Ibrahim H., Issa Y.M., and Shawish A., 2004, “Chemicallay Modified Carbon Paste Electrode for the Potentiometric Determination of Diclomine Hydrochloride in Batch and FIA Conditions”, Analytical Science, Vol. 20, 911916 Ijeri V.S., Algarra M., Martins A., 2004, “ Electrocatalytic Determinaton of Vitamin C Using Calixarene Modified Carbon Paste Elektrodes” Electroanalysis 16, No 24, 2082-2086. Kondakova, L, Yanishipolskhu, V, Tertykh, V, and Buglova, T 2007,” Galactosa Oxidase Immobilized On Silica In An Analytical Determination Of GalactoseContaining Carbohydrates” J. Analitycal Sciences, Vol 23 pp 97-101. Kutner W., Wang J., L’her M., and Buck R.P., 1998, “Analytical Aspects of Chemically Modified Electrodes: Clasification, Critical Evaluation and Recommendations”, Pure & Appl. Chem., Vol. 70, 1301-1318. Nakabayashi Y., Wakuda M., and Imai H., 1998, “Amperometric Glucose Sensors Fabricated by Electrochemical Polymerization of Phenol on Carbon Paste Electrodes Containing Ferrocene as an Electron Transfer Mediator”, Analytical Sciences, Vol. 14 1069-1076. Okamato.Y, Kaku.T, Shundo. R, 1996 ” Design and application of novel functional dyes containing polymers for biosensors and organic syntheses” Pure&appl.Chem, vol 68 no 7 pp. 1417 – 1421 Raoof J.B., Ojani R., and Nadimi S.R., 2005, “Voltammetric determination of Ascorbic acid and Dopamin in the Same Sample at the Surface of a Carbon Paste Electrode Modified with Polypyrrole/ferrocyanide films”, Electrochimica Acta, 62, 180-192. Raoof J.B., Ojani R., and Nadimi S.R., 2004, Preparation of polypyrrole/ferrocyanide films modified carbon paste electrode and its application on the electrocatalytic determination of ascorbic acid, Electrochimica Acta, 49, 271-280. Tsujimoto Masaki, Yabutani Tomoki, Sano Atsushi, Tani Yuji, Murotani Hiroki, Mishima Yuji, Maruyama Kenichi, Yasuzawa Mikito, Motonaka Junko, 2007 ”Characterization Of Glucose Sensor Prepared By Electropolymerization Of Pyrroles Containing A Tris-Bipyridine Osmium Complex, J. analytical sciences, vol 23, pp 59 – 63. Vidal J C., Garcia E., and Castillo J.R., 2002, “Development of a platinized and Ferrocene-mediated cholesterol amperometric biosensor based on
14
23.
24.
25. 26.
electropolymerization of polypyrrole in a flow system”, Analytical Sciences, Vol. 18, 537-542. Wang. H.S, Pan Q.X, wang G.X, 2005 ” A Biosensor Based On Imobilization Of Horseradish Peroxidase In Chitosan Matrix Cros-Linked With Glyoxal For Amperometric Determination Of Hydrogen Perokxide” J. Sensorrs, vol 5 pp 266276. Wang J., 1996, “Electrochemical Sensor for Environmental Monitoring: A Review of Recent Technology” Report Project, Department of Chemistry and Biochemistry, New Mexico State University, New Mexico. Wang J., 2000, “Analytical Electrochemistry, Second Edition, A John Wiley & sons, inc, Publication, New York Yasuzawa M., Fujii S., Kunugi A., Nakaya T., 1999, “Properties of Glucose Sensors Prepared by the Electropolymerization of Pyrrole Containing a Gluconyl Group”, Analytical Science, Vol 15, 1175-1176.
15