IMAM PEREMPUAN DALAM SHALAT MENURUT PANDANGAN AMINA WADUD MUHSIN (Analisis Hermeneutika Amina Wadud Muhsin)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Agama (S.Fil.I) Disusun Oleh: Sudarsono NIM. 11510076 PEMBIMBING: Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag NIP. 197508162000031001 JURUSAN FILSAFAT AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
HALAMAN MOTTO
Perubahan pada diri manusia yang tinggi dan terhormat saat manusia mengejar ilmu pengetahuan. Pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
(Sudarsono Ms Jawara)
v
Persembahan Almamaterku Tercinta Jurusan Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin, dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Teruntuk kedua orangtuaku di kampung kelahiran Madura: Rama Misnawe dan Ibu Sura’iye Dan Saudaraku: Mak Saluki istri Masrifah & Kak Agus istri Nur Aisyah Serta Tunanganku yang tersayang: Sunia Dania
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirrohman Nirrohim
اشهد اى الاله اال هللا واشهد اى هحودا،الحو د هلل الذي جعل العلن والعول به هي ارفع الدرجات واهن الوهوات اها. رسىل هللا والصالة والسالم على اشزف االًبياء والوزسليي سيدًا هحود و على اله واصحابه اجوعيي بعد
Tiada ungkapan yang manis dilidah dan tiada sejuk dihati selain ungkapan syukur alhamdullah karena berkat kesehatan dari Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menulis skripsi ini sebagai syarat mengajukan gelar Strata Satu (S1). Berangkat terselesaikannnya skripsi ini, yang berjudul IMAM PEREMPUAN DALAM SHALAT MENURUT PANDANGAN AMINA WADUD MUHSIN (Analisis
Hermeneutika Amina Wadud Muhsin). Shalawatuhu Wa Salamuhu tetap mengalir deras pada Nabi dan Rasulullah yakni Nabi Muhammad Saw, figur teladan umat, pembawa cahaya keimanan dan ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk umatnya. Tiada kekuatan dan tiada kebahagian dalam menyusunan skripsi selain do’a-doa’ dari ibu dan bapak, serta dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Prof. Drs. H Akh, Minhaji, MA.Ph.D, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
viii
2.
Dr. Alim Roswantoro, M. Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
3.
Dr. H. Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum selaku Ketua Jurusan Filsafat Agama dan Dr. Moh. Fatkhan M.Ag selaku Sekretaris Jurusan serta Dr. Mutiullah S.Ag., M.Fil. selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) .
4.
Dr. H. Fahruddin Faiz S.Ag,. M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selama ini telah memberikan arahan, motivasi dan nasehat kepada penulis.
5.
Dosen-dosen jurusan Filsafat Agama yang telah memberi banyak ilmu kepada penulis dan memberi nuansa baru dalam pemikiran penulis.
6.
Segenap keluarga penulis, Rama Misnawe dan Emmbu’ Sura’iye, dan Mak Saluki, Agus dan Bak Masrifah, dan Nur Aisyah dan saudara ibu kandung: Bek Iyu, Num Suharto, Num Juma’at, Neng Hanna, serta saudara bapak kandung: Rama Munawi, Rama Atwi, dan Rama Ahmad. Terima Kasih atas do’a dan motivasi baik secara materi ataupun moril.
7.
Kepada Mertua di Madura: Bapak Masrawi dan Ibu Sahnatun serta juga tunanganku yakni Sunia Dania di kampung kelahiran Madura. Terima Kasih atas motivasi baik, dorongan, dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, lagipula juga membantu secara materi ataupun moril.
8.
Teman-teman seperjuangan di perkuliahan, Sukron, Exwan, Iksan, Rhasidi, Wahyudi, Robi, Eko, Edi, Alim, Wahedi, Su’di, dan semua tema-teman FA angkatan 2011 UIN Sunan Kalijaga tanpa terkecuali. Tiada kata yang terucap, terimakasih buat semuanya. Terutama teman-teman Filsafat Agama serta saya ucapkan Mator sakalangkong atas dukungannya selama ini.
ix
9.
Teman-Teman Beasiswa Bidikmisi angkatan 2011 di anatarnya: Agus Hardiyanto, Atok, Sakban, Umar, Fatih, Baihaki, Wahyudi, Rhasidi, Iksan, Risyanto, Seto, dan lain sehingga penulis tidak bisa disebutkan satu per-satu, rasa bahagia tak terhingga bisa menjadi keluarga kecil di UIN Sunan Kalijaga di organisasi ASSAFFA di Jogja, semoga persaudaraan ini tidak sampai di sini saja.
10. Teman-teman kos sebelah Mas Nailur, Mas Sidik, Mas Slamet, Diyanto, Ahok, dan Rendi. Terimakasih atas kesetiaannya menabur senyum dalam setiap langkah penulis. 11. Terakhir terimakasih Ust UICCI (United Islamic Center Culutural Of Indonesia) dan banyak Terima Kasih yang tak terhingga: Abi Yasir, Abi Hisyam, Abi Ali , Abi Ahmad, dan Abi yang lainya semua tak bisa penulis sebutkan satu persatu serta salam hormat yang tak terkira.
Yogyakarta, 25 Mei 2015 Penulis,
Sudarsono NIM: 11510076
x
ABSTRAK
Diskursus imam perempuan merupakan paradigma yang kontroversi di kalangan ulama. Ancaman antara pro dan kontra dari dulu sampai sekarang tidak kunjung usai. Seakan-akan wacana seperti imam perempuan menjadi sebuah polemik yang aktual. Ini menandakan bahwa penafsiran terhadap al-Qur’an dan hadis terus berlanjut dan tidak perna mati. Menjadi keniscayaan apabila penafsiran al-Qur’an dan Hadis stagnan pada waktu dulu. Maka al-Qur’an dan hadis tidak lagi sebagai petunjuk ataupun jalan hidup manusia, akan tetapi al-Qur’an sebagai hiasa yang hanya bisa dikenang dan dipajang. Tetapi tidak seperti itu, realitasnya al-Qur’an masih digunakan sebagai pentunjuk dan jalan hidup umat Islam. Buktinya, umat Islam masih menafsirkan al-Qur’an dan Hadis yang berkaitan dengan imam perempuan dalam shalat. Meskipun argumentasi para ulama ada yang pro dan kontra tetapi yang menarik untuk dikaji dalam studi hermeneutika dengan pandangan Amina Wadud Muhsin adalah menafsirkan al-Qur’an dengan metologi baru yakni hermeneutika. Penelitian ini menggunakan analisis hermeneutika yang dikembangkan oleh Amina Wadud Muhsin, dengan harapan dapat memunculkan pesan-pesan yang dinamika dari konteks “Imam Perempuan Dalam Shalat” yang terkandung di dalamnya dengan penelaahan analitis dan metologis terhadap konsep-konsep yang tampak memainkan peran dalam pembentukan visi Qur’anik dan menemukan weltanschauung atau pandangan dunia masyarakat. Selanjutnya, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pertama pandangan ulama tentang imam dalam shalat dan pandangan ulama tentang imam perempuan dalam shalat. Kedua meneliti tentang boleh tidaknya seorang perempuan menjadi imam shalat dengan pandangan para ulama dan analisis pemikiran Amina Wadud Muhsin. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa seorang perempuan menjadi imam dalam shalat menurut Amina Wadud Muhsin dengan pernyataan boleh, dengan landasan pada Hadis dari Ummu Waraqah dan al-Qur’an juga tidak ada ayat-ayat yang melarang perempuan menjadi imam dalam shalat. Oleh karena itu, menurut Amina Wadud Muhsin menganggap bahwa untuk memahami al-Qur’an dan hadis selalu dan harus melacak konteks historis dan sosiologinya sehingga dapat menemukan jawaban yang objektif dan rasional dengan menggunakan pendekatan hermeneutikan dan masuk dalam paradigma hermeneutika filosofis.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................
ii
HALAMAN NOTA DINAS ..........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vi
HALAMAN ABSTRAK ...............................................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................
viii
HALAMAN TRANSLITERASI ..................................................................
ix
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................
xiii
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ........................................................
1
B. Rumusan masalah .................................................................
7
C. Tujuan dan kegunaan penelitian ...........................................
8
D. Telaah pustaka ......................................................................
8
E. Metode penelitian .................................................................
12
F. Sistematika pembahasan ......................................................
16
: WACANA IMAM PEREMPUAN DALAM ISLAM A. Pandangan para ulama tentang imam shalat .........................
17
1. Pengertian shalat .............................................................. 20
xii
2. Perbedaan antara imamah kubra dan sugra......................
21
3. Syarat-syarat menjadi imam ............................................
22
4. Orang-orang yang berhak menjadi imam..........................
24
5. Hukum azan dan iqomat bagi perempuan serta menjawab................................................................
26
B. Pandangan para ulama tentang imam perempuan dalam shalat ......................................................................... 1.
Pandangan para ulama memperbolehkan perempuan menjadi imam dalam shalat bagi laki-laki....................
2.
27
30
Pandangan para ulama tidak memperbolehkan perempuan menjadi imam dalam shalat bagi laki-laki.. 33
BAB III : AMINA WADUD MUHSIN PEMIKIRAN DAN HERMENEUTIKANYA A. Biografi Amina Wadud Muhsin..............................................
38
1. Karya-karya ..........................................................................
41
B. Sejarah hermeneutika, kemunculan, dan Perkembangannya..
44
1. Priode klasik.........................................................................
45
2. Priode pertengahan .............................................................
47
3. Priode modern ....................................................................
48
C. Pemikiran hermeneutika Amina Wadud Muhsin...................
48
1. Corak pemikiran gender........................................................
51
xiii
2. Kritik terhadap metode tafsir dalam menafsirkan Al-Qur’an. 58 BAB IV : PANDANGAN AMINA WADUD MUHSIN TENTANG IMAM PEREMPUAN DALAM SHALAT A. Prinsip pemahaman dalam hermeneutika Amina Wadud Muhsin pada teks Al-Qur’an........................................
58
1. Penafsiran Amina Wadud Muhsin pada surat An-Nisa’ untuk mendamaikan antara pro dan kontra para ulama tentang imam perempuan dalam shalat................................
60
2. Hadis yang dianalisis dengan metodelogi hermeneutika Amina Wadud Muhsin........................................................
64
B. Pandangan Amina Wadud Muhsin tentang Imam perempuan dalam shalat .........................................................
65
C. Relevansinya pemikiran Amina Wadud Muhsin pada Masyarak kontemporer............................................................
70
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
76
B. Saran-saran .................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN
...............................................................................................
CURRICULUM VITIE ...................................................................................
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menelisik kembali sejarah terdahulu, sebelum Islam muncul di dunia, banyak kejadian-kejadian yang tragis dan memilukan. Terutama laki-laki yang bersikap keras pada perempuan, seakan-akan perempuan dianggap sebagai barang hidup yang begitu rendah dan tidak berharga. Di Roma, misalnya perempuan yang berkerja tidak mendapat upah. Kalau mendapat upah, haknya berkurang. Di Prencis pada masa silam, perempuan secara mutlak di bawah kekuasaan suaminya. Jika suaminya berkehendak, ia dapat menjadi teman hidup selamanya. Sedangkan jika tidak, ia pun dapat membunuhnya. Kadang-kadang perempuan dapat saja dicampakkan kedalam api, sebagai pengertian tobat suaminya di saat menghadapi kematian. Di Inggris, pada abad ke 5 sampai ke 11 Masehi, perempuan hanya dipandang sebagai pelengkap keberadaan laki-laki yang dapat dianggap sebagai penyalur dan pemuas nafsu laki-laki.Jadi, tidak diberi nilai tertentu yang memiliki tingkat dan derajat seperti laki-laki.1 Hal di atas sama dengan di semenanjung Arab, pada masa Jahiliyah, sebelum lahirnya agama Islam, nasib perempuan lebih memprihatinkan. Perempuan dipandang sebagai barang dan hewan yang 1
Muhammad Koderi, Bolehkan Wanita Menjadi Imam Negara (Jakarta: Gema Insan Press, 1999), hlm. 22.
2
dapat diperjualbelikan. Seorang lelaki boleh memperistri berapa saja perempuan sekehendak hatinya tanpa batas. Perempuan tidak mempunyai hak waris sama sekali. Bahkan, jika seorang lelaki mempunyai beberapa istri, dapat diwariskan kepada anaknnya. Jika seorang perempuan melahirkan bayi perempuan maka menjadi aib. Tidak sedikit bayi perempuan yang lahir kemudian dikuburkan hidup-hidup. Keadaan ini menimbulkan rasa takut pada setiap perempuan yang sedang hamil. Umar Bin Khattab berkata, “Pada masa Jahiliyah, kami tidak perna memberikan hak apa pun kepada perempuan sampai Allah maha tinggi menurunkan perintah yang penting buat mereka, dan memberikan kepada mereka bagian yang tepat.” Pandangan pada masa Jahiliyah itu diabadikan dalam surat An-Nahl : 58-59. 2 ) يَتَ َىا َري ِهيَ ْالقَىْ ِم ِه ْي سُى ِء َها بُ ِّش َر بِ ِه85( َوإِ َذا بُ ِّش َر أَ َح ُدهُ ْن بِ ْاْلُ ًْثًَ ظَ َّل َوجْ هُهُ ُه ْس َى ًّّدا َوهُ َى َك ِظي ٌن )85( َب أَ ََل َسا َء َها يَحْ ُك ُوىى ِ أَيُ ْو ِس ُكه َعلًَ هُى ٍى أَ ْم يَ ُد ُّسهُ فِي التُّ َرا Artinya:Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. (16:58).Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (16:59). Meskipun ayat-ayat al-Qur’an sudah menjelaskan secara tersurat tentang perempuan di masa dulu. Hal ini tidak lepas dengan pernyataan Konfucu (Konfucius) bahwa ada dua jenis manusia yang sukar diurus, yaitu turunan orang rendahan dan perempuan dan juga tokoh logika 2
Tafsir al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 58-61
3
terkenal, Aristoteles, menyebutkan perempuan sebagai manusia yang belum selesai yang tertahan dalam perkembangan tingkat bawah. “Tidak boleh menjalin persahabatan dengan perempuan. Pada kenyataannya, perempuan adalah sarang serigala,” begitu dinyatakan dengan Rig Weda.3 Berangkat dari keterangan di atas, sebelum Islam datang, manusia bernama “perempuan” sangat rendah, tidak berhak mendapatkan apa pun, bisa jadi sebagai harta, boleh dimiliki dan diperlakukan sesuka hati. Harta hanya dimiliki kaum laki-laki saja dan perempuan tidak boleh,apalagi turut mengatur penggunaan harta tersebut.4 Akan tetapi setalah Islam datang perempuan mendapatkan kesempatan dan dianggap seperti manusia pada umumnya. Mereka diperlakukan sebagai layaknya manusia pada umumnya, tidak pilih kasih antara laki-laki dan perempuan. Islam mengajarkan kepada pemeluknya bahwa perempuan dan laki-laki setara di hadapan Allah swt. Itu yang terdapat di dalam al-Qur’an yang telah disebutkan dibawah ini: ِ ُ وما َخلَ ْق س إِال لِيَ ْعبُ ُدون ََ َ ْت الْج َّن َواإلن
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”. (Qs, Adz Dzaariyat: 56)5
3
Muhammad Koderi, Bolehkan Wanita Menjadi Imam Negara . hlm. 23. Diakses Internet Ksripsi Muhammad Suwandi, hukum perempuan menjadi imam shalat dalam pandangan tokoh-tokoh Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama daerah istimewa Yogyakarta, di Web:http://digilib.uinsuka.ac.id/10659/1/BAB%20I,%20BAB%20V,%20DAFTAR%20PUSTAK A.pdf , Hlm. 1-2. Pada tanggal, 19 Mei 2015. 5 (Qs. Adz Dzaariyat (51) : 56) dalam keterngan di atas bahwa bisa dipahami tentang penciptaan manusia dan jin, Allah swt menyuruh kepada siapa pun, tampa terkecuali untuk menyembahnya supaya mereka sadar bahwa mereka di dunia itu sebagai ciptaan Allah swt. Keterangan ini diambil dari ayat-ayat al-Qur’an secara gamblang sehingga mempermudah dan bisa dimengerti. 4
4
Ayat di atas, bisa dipahami bahwa antara laki-laki dan perempuan di hadapan Allah sama, tidak ada perbedaan di antara keduanya, hanya saja yang dilihat adalah imam dan ketaqwaannya dan juga hal Ini tidak lepas adanya Islam sebagai rahmatun lil alamin, yakni sebagai pengayom bagi seluruh alam, tampa terkecuali siapapu sukunya. Islam mengajarkan persamaan gender (derajat) untuk umat manusia. Tidak ada penyebab yang menjadi sebab lebih tingginya derajat manusia yang satu dengan yang lainnya, kecuali peringkat imam dan ketagwaannya di sisi Allah.6 Meskipun dalam al-Qur’an laki-laki dan perempuan seringkali disebutkan sama derajatnya tentang hal ibadah. Maka semacam ini, pandangan terhadap kedudukan perempuan sekarang mengalami banyak tafsiran baru, terutama dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an mengenai perempuan. Hal ini terbukti dengan adanya kesempatan dan memberikan ruang kepada perempuan dalam hal apa pun sehingga perempuan mulai ada yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, sosial, budaya, politik, dan agama. Tetapi yang menjadi persoalan dalam penulis yakni pandangan Amina Wadud Muhsin tentang imam perempuan dalam shalat. Penulis sebelum membahas pandangan Amina Wadud Muhsin tentang imam perempuan dalam shalat: terlebih dahulu penulismembahas 6
Di dalam al-Qur’an bahwasanya keterangan mengenai manusia yang dipandang dihadapan Allah dilihat dari imam dan ketagwaan, ketaqwaan itu tidak memandang dari berbagai status, baik yang kayamaupun yang miskin. Tetapi dalam pandangan Allah di dalam al-Qur’an seberapa imam dan ketagwaan manasia sehingga manusia baru mendapatkan derajat yang setinggih-tinggihnya dihadapan Allah swt.
5
pemikiranpara ulama tentang imam perempuan dalam shalat lalu dilanjutkan dengan pandangan Amina Wadud Muhsinmengenai persoalan di atas, antara perempuan dan laki-laki dalam pandangannya dihadapan Allah Swt. Dengan demikian, adanya paradigma baru menurut pandangan Amina Wadud Muhsin dalam menafsirkan al-Qur’an dan hadis selalu dihubungkandengan tiga aspek dari teks itu, yakni: dalam konteks apa suatu teks itu ditulis (jika dikaitkan dengan al-Qur’an, dalam konteks apa ayat itu di wahyukan); bagaimana komposisi tata bahasa teks (ayat) tersebut (bagaimana mengungkapkan, apa yang dikatakannya); dan bagaimana keseluruhan teks (ayat), weltanschauung-nya. 7 Bedanya dengan metodologi para ulama bahwa perempuan tidak punya hak apapun dan tidak berhak apalagi menjadi imam dalam shalat, larangan para ulama berkiblat pada surat An-Nisa’ ayat 34: “Laki-laki (Suami) itu pelindung bagi perempuan (Istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya maka perempuan-perempuan yang sholeh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).”8
7
Amina Wadud Muhsin, Wanita di dalam al-Qur’an, terj. Yaziar Radianti (Bandung: Pustaka, 1992), hlm. 4 dan Khoiruddin nasution, Fazlurrahman. TentangWanita, (Yogyakarta: TAZZAFA dengan ACADEMIA,2002), hlm. 121 8 Ayat ayat di atas tentang As-Bebul Nuzulnya sebagai berikut “ Allah telah mewajibkan kepada suami untuk menggauli istri dengan baik”, tetapi sering dipandang dan ditafsirkan bahwa ayat-ayat perempuan tidak boleh menjadi peran ataupun yang lainnya. Dan ditafsirkan bahwa ayat di atas ayat-ayat yang sering memarjinalkan perempuan sehingga gerak perempuan tidak ada (baca: mufassir).
6
Dimana ayat ini seringkali ditafsirkan memproritaskan eksistensi laki-laki dari pada perempuan sehingga kaum perempuan tidak mempunyai ruang dalam hal apa pun.9 Perbedaan antara pandangan para ulama dan pandangan Amina Wadud Muhsin mengenai imam perempuan dalam shalat memunculkan diskursus yang aktual sehingga penulis cocok bilamana pemikiran Amina Wadud Muhsin dikaji dan dianalisis. Karena pemikiran Amina Wadud Muhsin telah menjadi landasan dari berbagai pemikir Islam yang pro terhadapnya. Oleh karena itu, mengenai misinya sebagai tokoh pembela hak-hak perempuan, iabersama-sama dengan seorang perempuan mantan seorang wartawan Wall Street Journal bersama Asra Q. Nomani melaksanakan shalat Jumat, 18 Maret 2005, dia menjadi imam 100 jemaah laki-laki dan perempuan serta menjadi khatib untuk salat Jum'atnya di sebuah Gereja di Universiti Commanwealth di New York.Jama’ahnya berjumlah sekitar 100 orang bercampur laki-laki dan perempuan.10 Berbagai reaksi pun muncul di kalangan ulama, dan sekaligus menghadirkan polemik yang selama ini hampir terkubur dalam pemikiran umat Islam. Tindakannya itu memicu kembali kontroversi boleh tidaknya perempuan menjadi imam dengan jama’ahnya laki-laki.
9
Pandangan tentang ayat ini secara panjang lebar telah dikupas oleh Kamaroddin Nasution dalam karyanya Fazlur Rahman tentang wanita, lihat Khamaruddin Nasution dalam karyanya Fazlur Rahman Tentang Wanita (Yoqyakarta: Tassafa Dengan Academia, 2002), hlm. 53-78. 10 Di akses, http://zahraalhabsy.blogspot.com/2009/06/perempuan-menjadi-imam-dimata-amina.html, tanggal, 25 Maret 2015.
7
Dalam penelitian ini, penulis mengangkat judul imam perempuan dalam shalat menurut pandangan Amina Wadud Muhsin dengan pendekatan hermeneutika dengan pisau analisis kritis-historis-kontekstual, untuk menelusuri dan menemukan makna pemikiran Amina Wadud Muhsin mengenai imam perempuan dalam shalat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana pandangan para ulama tentangimam perempuan dalam shalat? 2. Bagaimana pandangan Amina Wadud Muhsin tentang imam perempuan dalam shalat ? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan
penelitian
Berdasarkan
pokok
permasalahan
yang
dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain : a. Untuk mengetahuipandangan ulama tentang imam perempuan dalam shalat. b. Untuk mengetahuipandangan Amina Wadud Muhsin tentang imam perempuan dalam shalat. 2. Kegunaan Penelitian Dari hasil yang dicapai dalam penelitian ini diharapkan :
8
a. Memberikan sumbangan pengetahuan yang berarti bagi para pemerhati bagi masalah gender dan perempuan untuk kepentingan studi islamiyah. b. Dalam penelitian ini, bermanfaat bagi mahasiswa dan mahasiswi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai boleh dan tidaknya, seorang perempuan menjadi imam dalam shalat bagi jama’ah laki-laki. c. Menambah wawasan khazanah keilmuan dan pemikiran khususnya pada jurusan Filsafat Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. D. Telaah Pustaka Dalam menulis sebuah karya ilmiah tentunya harus ditopang dengan berbagai disiplin keilmuan dan juga tinjauan dari penelitianpenelitian sebelumnya yang dirasa searah dan sejalan. Di beberapa tempat (perpustakaan, toko buku, dan lain lain), ditemukan beberapa karya yang membahas tentang penelitian, meskipun berbeda sudut pandang mengenai imam perempuan dalam shalat menurut pandangan Amina Wadud Muhsin, dan sangat mendukung untuk dijadikan bahan referensi dan literatur dalam penulisan skripsi ini. Beberapa
buku,
skripsi,
jurnal,
dan
lainnya
tentang
konsepkesetaraan gender dan imam perempuan dalam shalat menurut pandangan Amina Wadud Muhsin sendiri, di antaranya:
9
Pertama Skripsi Muhammad Suwandi yang berjudul “Hukum perempuan
menjadi
imam
shalat
dalam
pandangan
tokoh-tokoh
Muhamadiyah dan Nahdatul ulama Daerah Istimewa Yogyakarta,” dalam Skripsi ini dijelaskan gambaran umum tentang imamah sampai pada imam perempuan dalam pandangan tokoh-tokoh Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga dengan adanya dua pandangan menghasilkan beberapa analisis dari skripsi ini, karena analisisnya pendapat-pendapat dua pandangan antara Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama sehingga penulis skripsi mengkorelasikan. Tetapi yang menjadi perbedaan dalam penulis ialah objek yang dikaji, kalau di atas mengkaji dalam perspektif imam perempuan menurut Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama maka Skripsi penulis mengkaji imam perempuan menurut pandangan Amina Wadud Muhsin. Kajian seperti ini belum ada secara spesifik mendiskripsikan secara gamblang dan jelas.11 Kedua Skripsi Sulaiman yang berjudul “Keseteraan gender dalam pemikiran Amina Wadud Muhsin dan Siti Musdah Mulia”, Dalam skripsi ini dijelaskan lebih banyak mengupas masalah kesetaraan gender menurut pandangan kedua toko dengan menjawab persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hukum Islam di Indonesia, baik dalam persoalan rumah tangga, mendidik, menjaga, juga lainnya. Kesetaraan gender di bahas
11
Muhammad Suwandi, Hukum perempuan menjadi imam shalat dalam pandangan tokoh-tokoh Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama daerah istimewa Yogyakarta (Skripsi: Uin Suka,. 2012).
10
secara umum (membahas peran kesetaraan gender dalam penafsiran AlQur’an secara umum dengan melihat dasar-dasar ayat Al-Qur’an).12 Ketiga buku Dr. Mansour Fakih yang berjudul “Studi analisis gender dan transformasi sosial”. Dalam buku tersebut dijelaskan secara khusus penulis dengan cara mencoba mengkritisi metode penafsir yang telah ada yang membahas persoalan yang mengangkat kesetaraan gender, yang selalu ada semacam mereduksi eksistensi peran perempuan dengan cara dilakukannya oleh kaum laki-laki dengan cara khusus dalam memposisikan perempuan. Artinya tidak ada semacam memarjinalkan salah satunya antara laki-laki dan perempuan sehingga menemuka responsif dalam polimik perempuan.13 Keempat Jurnal yang disusun oleh Elya Munfaridadengan berjudul “Kepemipinan perempuan dalam ibadah: tafsir transformatif atas diskursus imam perempuan bagi laki-laki dalam shalat.” Dalam jurnal ini pertama dijelaskan gambaran tentang imam perempuan dengan mengkaitkan gender mulai dari pengertian sampai pada kritik terhadap mufasir klasik dan itupun tidak dijelaskan secara mendetail alasannya, tetapi yang membedakan skripsi penulis merupakan metode tafsir Amina Wadud
12
Sulaiman, “Kesetaraan gender dalam pandangan pemikiran Amina Wadud Muhsin dan Siti Musdah Mulia ,”Skripsi mahasiswa Fak Syariah, Jur PMH, (2006), UIN Sunan Kalijaga Yoqyakarta. 13
Mansour Fakih, Analisis Jender Dan Tranformasi Sosial ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996 ), hlm. 129.
11
Muhsin mengenai imam perempuan dalam shalat dengan melihat pemahaman dan pandangan ulama lalu mengkorelasikannya.14 Kelima buku yang berisikan kumpulan tulisan anggota PSW Surakarta, yang berjudul, “Relasi gender dalam Islam.” Dalam buku ini peneliti menjelaskan persoalan gender seperti perspektif al-Qur’an, hadis dan juga fikih tentang gender. Keterikatan dalam diskripsinya dengan judul dan ayat ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan gender.15 Oleh karena itu, untuk membedakan penelitian ini dengan bahasan yang sudah ada, penyusun membahas pemikiran Amina Wadud Muhsin tentang imam perempuan dalamshalat dengan alasan-alasan dasarnya. Sedalam pengamatan penulis belum terdapat penelitian yang spesifik membahas kajian yakni, imam perempuan dalam shalat menurut pandangan Amina Wadud Muhsin dengan analisis hermeneutika. Oleh karena itu penulis berkeyakinan dengan analisis yang belum dikaji dan layak untuk dikaji dan diuji. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
14
Lihat Elya Mundalifa, “Kepemipinan perempuan dalam ibadah: tafsir transformatif atas diskursus imam perempuan bagi laki-laki dalam sholat” di dalam Jurnal Studi Gender & Anak (Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto: YINYANG, 2008) 15 Erwati Aziz, dkk, Relasi Jender Dalam Islam ( Surakarta: PSW STAIN Surakarta Press, 2002 )
12
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat kepustakaan (library research). Yakni penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dari bantuan bermacam-macam materi yang terdapat di ruang perpustakaan. Buku-buku agama dan ensiklopedia yang merupakan kepustakaan umum. Adapun kepustakaan khusus seperti jurnal,
tesis,
disertasi,
sedangkan
kepustakaan
Cyber
yaitu
kepustakaan global yang terdapat dalam internet. Setalah data-data yang
dibutuhkan
tersebut
terkumpul,
penulis
kemudian
mengklasifikasi dan menganalisisnya sebagai berikut: 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder sebagai berikut: a)
Sumber data primer. Yakni data-data yang berasal dari seluruh karya Amina Wadud Muhsin yang membahas tentang imam perempuan dan metode yang digunakan dalam memahami ayatayat Al-Qur’an seperti di dalam buku, Wanita Di Dalam AlQur’an,
yang diterjemahkan oleh Yaziar
Radianti
yang
diterbitkan pada tahun 1992 di Bandung dan diterbitkan lagi dengan judul,Al-Qur’an Menurut Perempuan,yang diterjemahkan oleh Abdullah Ali pada tahun 1999 di Jakarta.
13
b) Sumber
data sekunder dengan judul adalah buku-buku, kitab
tafsir, kitab hadis, kamus, artikel-artikel di majalah dan internet, maupun
media
informasi
dipertanggungjawabkan
kebenaran
lainnya datanya
yang yang
bisa
berkaitan
dengan pokok permasalahan pada penelitian ini dan dianggap penting untuk dikutip. 3. Pengolahan Data Dalam
penelitian
ini,
data-data
yang
telah
didapat
dikumpulkan kemudian diolah dengan cara-cara berikut: a. Diskripsi Yaitu
dengan
mengumpulkan
dan
mengelompokkan
pengertian, interpretasi, dan argumentasi dalam pembahas “Imam perempuan dalam shalat menurut pandangan Amina Wadud Muhsin,” kemudian dianalisis makna-makna apa yang telah diinterpretasi Amina Wadud Muhsin dengan metodelogi hermeneutikanya tentang imam perempuan dalam shalat atas jama’ah laki-laki yang terdapat di dalam al-Qur’an dengan jawaban yang objektif. b. Kesinambungan Historis Merupakan kegunaan untuk melacak akar-akar yang menjadi landasan Amina Wadud Muhsin tentang diperbolehkannya perempuan manjadi imam dalam shalat dan tentunya pemikiran Amina Wadud
14
Muhsin merupakan buah dari sejarah panjang yang dihasilkan dari pergolakan-pergolakan sehingga memunculkan pandangan baru.16 c. Analisis Yaitu
melakukan
analisis
dengan
menggunakan
teori
hermeneutika. Analisis ini meliputi makna kata imam dalam shalat dalam al-Qur’an, konsep-konsep yang terkait dengan konsep imam shalat menurut pandangan ulama dan Amina Wadud Muhsin. 4. Pendekatan penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
historis
dan
filosofis.
Pendekatan
historis
merupakan
pendekatan yang selalu melihat berbagai peristiwa dan akar sejarahnya.17 Pendekatan ini melacak sejarah Amina Wadud Muhsin dari beberapa pandangan mengenai imam perempuan dalam shalat. Sedangkan pendekatan filosofis digunakan penulis untuk mengkaji hasil serta mengkorelasikan antara pandangan ulama dan Amina Wadud Muhsin tentang imam perempuan dalam shalat. Kedua pendekatan ini bisa menjadi tolak ukur pemikiran Amina Wadud Muhsin dengan para ulama.
16
Anton Bakker dan Ahmad Charris Zubaidi, Metodelogi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 54 17 Syaifuddin Zuhri, Gerakan Oposisi Islam Masa Reformasi: Study Terhadap Majelis Mujahidin Indonesia, dalam jurnal Sosiologi Agama , vol. 1, no. 1, Juni 2007, hlm. 47-49.
15
F. Sistematika Pembahasan Dalam penulisan hasil penelitian, dibutuhkan sebuah sistematika penulisan agar permasalahan tersusun secara sistematis dan tidak keluar dari pokok permasalahan yang akan diteliti. Untuk itu, penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab pertama, berisikan pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang penelitian, masalah-masalah yang akan diteliti, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua, membahas tentang pandangan para ulama tentang imam shalat (pengertian imam dalam shalat, perbedaan antara imamah kubra dan sugra, syarat-syarat menjadi imam, orang-orang yang berhak menjadi imam, dan hukum azan dan iqamat bagi perempuan serta menjawab), dan pandangan para ulama tentang imam perempuan dalam shalat yang terdiri dua sub bab. Bab ketiga, menjelaskan biografi Amina Wadud Muhsin, sejarah hermeneutika dan perkembangannya, dan hermeneutika Amina Wadud Muhsin yang terdiri tiga bab dari beberapa sub-sub. Bab keempat, pandangan Amina Wadud Muhsin tentang imam perempuan yang terdiri dari tiga bab dari beberapa sub-sub.
16
Bab kelima, berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran. Dalam bab ini akan diterangkan kesimpulan dari pendapat dan argumentasi tentang imam perempuan menurut Amina Wadud Muhsin yang di dapat serta menyimpulkan pandangan tentang imam perempuan dalam shalat dari hasil yang diketahui penulis.
75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dapat disimpulkan dari beberapa uraian yang telah dijelaskan dan dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, yaitu: 1. Pandangan para ulama tentang imam perempuan dalam shalat. Dapat disimpulkan dari konteks di atas bahwa makna dasar kata imam yaitu pemimpin, sedangkan makna secara umum kata imam merupakan pemimpin dalam segala hal yang berkaitan dengan apa pun, baik pemimpin dalam sektor politik, keluarga, pendidikan lebih-lebih kepada hal hukum, yakni imam dalam shalat. Akan tetapi pandangan ulama fiqih tentang imam perempuan dalam shalat telah bersepakat bahwasanya perempuan tidak boleh menjadi imam. Karena mereka memandang perempuan seluruh tubuhnya dan suara mengundang shahwat laki-laki. Terkait semacam ini sehingga perempuan tidak diperbolehkan menjadi imam dalam shalat. Meskipun mayoritas ulama fiqih telah bersepakat, tetapi argumentasi mereka berbeda-beda tentang imam perempuan. Perbedaan seperti di atas tetap saja perempuan tidak diperbolehkan menjadi imam lebih-lebih menjadi imam dalam shalat. Perbedaan dan ketajaman mayoritas ulama fiqih bisa disebutkan pada sisi pendapat. Mereka mementingkan kemaslahatan umat Islam
76
terhadap perempuan dalam melaksanakan shalat. Lebih spesifik pada perempuan menjadi imam dalam shalat. Argumentasi dan pendapat jamhur ulama tentang imam perempuan dalam shalat ada larangan secara tegas dan jelas. Ini membuktikan bahwa perempuan tidak diperbolehkan menjadi imam dalam shalat. Karena perempuan pada dasarnya baik dari segi tubuh dan suara adalah aurat, bahkan ada yang lebih tajam bahwa perempuan tubuh dan suaranya adalah mengundang nafsu. Argumentasi para ulama tidak memperbolehkan perempuan menjadi imam dalam shalat karena perempuan seluruhnya tubuh dan suara adalah aurat sehingga perempuan tidak diperbolehkan menjadi imam dalam shalat. Terkait larangan diatas, mayoritas ulama menjadi rujukan adalah al-Qur’an dan hadis, juga beberapa sejarah dianalisis dengan sosiologi pada waktu dulu sehingga mengeluarkan pendapat bahwa perempuan dalam shalat atas jema’ah laki-laki dilarang keras menjadi imam. Argumentasi ulama bisa dipahami di atas, dengan dasat-dasar al-Qur’an dan hadis. 2. Pandangan Amina Wadud Muhsin tentang imam perempuan dalam shalat Meskipun argumentasi ulama fiqih tidak memperbolehkan seorang perempuan menjadi imam dalam shalat maka dapat disimpulkan penulis, kesimpulan ini dilatar belakangi dengan konteks
77
pembahasan yakni imam perempuan dalam shalat menurut Amina Wadud Muhsin. Artinya jika di atas argumentasi ulama tidak memperbolehkan perempuan menjadi imam dalam shalat bagi laki-laki maka menurut pandangan Amina Wadud Muhsin bahwa perempuan boleh manjadi imam dalam shalat atas jama’ah laki-laki. Diskursus Amina Wadud Muhsin memandang perempuan tidak hanya dipandang sebelah mata saja. Akan tetapi membuka kembali sejarah dan kitab-kitab klasik yang dijadikan rujukan jamhur ulama. Pandangan Amina Wadud Muhsin tentang imam perempuan dalam shalat sebenarnya perempuan diberi ruang dan kesempatan untuk berkecipung dan mempunyai kewajiban menggali dan menganalisis pandangan-pandangan ulama yang mengikat perempuan dalam sektor apa pun. Oleh karena itu, Amina Wadud Muhsin mengambil kesimpulan dengan menggunakan alat hermeneutika dengan analisis terhadap ayatayat al-Qur’an. Di dalam hermeneutika yang digunakan Amina Wadud Muhsin menghasilkan pandangan baru tentang imam perempuan yang tidak diperbolehkan oleh mayoritas ulama. Bahkan Amina Wadud Muhsin berargumen bahwa perempuan boleh menjadi imam shalat, asalkan memenuhi persyaratan dan tidak ada larangan secara khusus di dalam al-Qur’an.
78
B. Saran-saran Setelah selesai menyusun skripsi ini, penulis menyadari bahwa sebuah penelitian pasti tidak lepas dari suatu kekurangan dan kesalahan. Kesalahan yang penulis lakukan itu dari penulis pribadi dan jika ada kelebihan itu dari Allah swt. Bahkan penulis menyadari meskipun kekurangan dan kesalahan maka penulis kemukakan bahwa penelitian ini tidak dikatakan selasai, tapi masih bisa dikaji ulang secara mendalam mengingat masih ada yang perlu dikaji lebih dalam lagi dalam penelitian ini, misalnya: Pertama, Pengkajian secara mendetail tentang pandangan imam perempuan dalam shalat tidak hanya terfokus terhadap beberapa hadis yang dijadikan landasan toko dalam penulis, karena mengingat literatur penulis sangatlah terbatas dalam memahami bahasa dan juga hermeneutika secara mendalam sehingga perlunya dikembangkan lagi secara mendalam. Kedua, pengkajian tentang pandangan imam perempuan dalam shalat dalam pandangan yang lain seperti, ulama modern korelasi dengan pandangan Amina Wadud Musin, Musda Mulia, Mahmud Syaltut, dan lainnya baik dilihat dari Semiotika, atau pun hermeneutikanya. Namun bisa
juga
pengkajian
terhadap
pandangan
lain
dengan
analisis
hermeneutika, tetapi yang terpenting adalah mengembangkan dan mempertajam analisis kajiannya sehingga menemukan jawaban objektif dan sempurna.
79
Oleh karena itu, akhirnya penulis meminta kritik kontruktif kepada pembaca sehingga penulis mengetahui kesalahan dan kekurangan Skripsi tentang Judul “Imam Perempuan Dalam Shalat Menurut Pandangan Amina Wadud Muhsin”
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rahbani, Abdul Qadir, Salat Empat Mazhab, Cek Ke-1, (P.T. Pustaka Literal Antarnusa, 1994). Aziz, Erwati, dkk, Relasi Jender Dalam Islam, (Surakarta: PSW STAIN Surakarta Press, 2002). Ayyub, Syaikh Hasan, Fiqih Ibadah, Cet Ke-1, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2003). Al-Khasty, Muhammad Utsman, Fiqih Wanita Empat Mabzhab. terj. Abu Nafis Ibnu Abdurrohim, (Bandung: Kazhanah Intelektual Anggota IKPI, 2010). Al-hasbhy, Muhammad Bagir, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama’ Cet I, (Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1991). Asy-Syafi’i, Muhammad Bin Idris, Al-Ulum, Cet 2, (Bairut Al-Dar Fikr, 1983). Al-Habsyi, Muhammad Bagir, Fiqih Praktis Menurut al-Qur’an, As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama Cet I, (Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1999). Al-Maltawi, Hasan Al-Kamil, Figh Ibadah Ala Mazhab al-Imam Maliki, (Mesir: Maktabah Misriyyah, 1978). Ar-Rahbawi, Abul Qadir, Shalat Empat Mazhab, cet. Ke-5, (Jakarta: Litera Antarnusa,2003). Amal, Taufik Adnan, Rekontruksi Sejarah al-Qur’an (Yogyakarta: FKBA, 2001). Agustina, Nurul, “ Tradisionalisme Islam dan Feminisme .” Dalam Jurnal Ulumul Qur’an No. 5, Vol, 1994. Arkoun, Muhammad. Rethingking Islam Terj. Yudian Wasmin, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1996). Al-Aththar, Dawud “Perspektif Baru Ilmu al-Qur’an,” terj. Afif muhammad dan Ahsin Muhammad, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999). Abdurrahman, Aisya. Tafsir Bintusy Syathi’, (Bandung: Mizan, 1996).
Bakker, Anton dan Zubaidi, Ahmad Charris, Metodelogi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 2004). Bahreisj, Hussein, Pedoman Fiqih Islam (Kitab Hukum Islam dan Tafsirnya), (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981). Bayumi, Muhammad, al-Ahkam al-Fiqiyah al-Imamu wa Ma’mum Fisalat, (Maktabah al-Iman1424h/2003 m). Badi’ah, Riyadlul, Hermeneutika Al-Qur’an Abdullah Ahmed An-Na’im, (Yogyakarta: Uin Suka, 2012). Bleicher, Josef, Hermeneutika Kontemporer: Hermeneutika Sebagai Metode, Filsafat, dan Kritik tej. Imam Khoiri, (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2007). Bertens, K.. Filsafat Barat Kontemporer Prancis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001). Chirzin, Muhammad, Al Qur’an dan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Jasa, 1998). Daud, Abu, Sunan Abi Daud, “Bab. Imamah Al-Nisa’,” (Semarang: CV. AsySyifa’, 1992). Daudy, Ahmad, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986). Dzahabi, Muhammad Husaen al-, at-Tafsir wa al-Mufassirun, jilid I, (Kairo: Dar al-Kutub al-Hadis, 1976). Dzamaghani, Hasan bin Muhammad, al-Wujuh wa an-Nazhoir fi al- Qur’an al – Azhi, (Beirut: Dar al-Ulum Lilmulain, 1085). Fatwa Mejelis Ulama Indonesia, Wanita Menjadi Imam Shalat, (Jakarta: Erlangga,2002). Fais, Rahruddin. Hermeneutika al-Qur’an: Antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi, (Yogyakarta: Qalam, 2002). Fakih, Mansour, Analisis Jender Dan Tranformasi Sosial, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996 ).
Husein, Syah Hidayatullah, Shalat Dalam Madzab Ahlulbait, (Jakarta: Lentera Anggota IKAPI, 2007). Husaini, Adian, Hermeneutika Feminis: Satu Kajian Kritis, (Jurnal Kajian Islam, No. 03, Vol, 2, 2006). Hafidz, Ahsin W. al-, “Madaniyah”, Kamus Ilmu al-Qur’an (Jakarta: AMZAH, 2006 ). Harahap, Syahrin, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-ilmu Ushuluddin, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000). Hitti, Philip. K., History of The Arabs terj. R. Cecep Lukman Yasin (dkk).(Jakarta: serambi Ilmu, 2005). Jawad, Muhammad, Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, ahli bahasa Masyukur A.B. dkk., cet I, (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1996). Jabir, Abu Bakar dan Hawwas, Abdul Wahab Sayyed, Fiqih Ibadah (Thahara, Shalat, Puasa, dan Haji) Lengkap dan Praktis. Cet ke-1/cet 2, (Jakarta: Amzah, 2009/2010). Koderi, Muhammad, Bolehkan Wanita Menjadi Imam Negara (Jakarta: Gema Insan Press, 1999). Kurzman, Charles (ed.), Wacana islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang isu-isu Glabal, Terj. Bahrul Ulum dan Heri Junaidi, (Jakarta: Paramadina, 2001). Karim, Taufiq Abdullah, M Rusli, Metologi Penelitian Agama Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004). Man, Sulai, “Kesetaraan gender dalam pandangan pemikiran Amina Wadud Muhsin dan Siti Musdah Mulia ,” Skripsi mahasiswa Fak Syariah, Jur PMH, (2006). Mundalifa, Elya, “Kepemipinan Perempuan Dalam Ibadah: tafsir transformatif atas diskursus imam perempuan bagi laki-laki dalam sholat” di dalam
Jurnal Studi Gender & Anak, (Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto: YINYANG, 2008). Muhammad, Husein, Fiqih Perempuan: Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender, Cet. I, (Yogyakarta:LKIS,2001). Muhsin, Amina Wadud, Qur’an and Woman: Rereading a Sacred Teks From a Woman’s Perspektive, (New York: Oxford Universiti Prees, 1999). Muhsin, Amina Wadud,“ Wanita Di Dalam Al-Qur’an, Terj. Yazir Radianti, (Bandung: Pustaka, 1992). Muhsin, Amina Wadud, Inside The Gender Jihad Woman Reform In Islam, (Oxford:Oneworld,2006). Mustaqim, Abdul, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an Studi Aliran-Aliran dari Periode Klasik, Pertengahan, Higga Modern-Kontemporer, (Yogyakarta: Adap Press, 2012). Nasution, Khoiruddin, Fazlurrahman. Tentang Wanita, (Yogyakarta: TAZZAFA dengan ACADEMIA,2002). Palmer, Richard E.. Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Hermeneutika, Terj. Musnur Heri Daman Huri Muhammed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003). Quttan, Manna Khalil al-, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an terj. Mudzakir AS, (Jakarta: Litera AntarNusa, 2009). Rifa’i, Moh., Risalah Tuntutan Shalat Lengkap, (Semarang:C. D. Thoha Putra, 1976). Radianti, Yaziar, Wanita Di Dalam Al-Qur’an , trj. Yaziar Radianti, (Bandung: Pustaka,1992). Suwandi, Muhammad, Hukum perempuan menjadi imam shalat dalam pandangan tokoh-tokoh Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama daerah istimewa Yogyakarta, (Skripsi: Uin Suka,. 2012).
Sabiq, Sayyid, Figih Sunnah, (Bairut: Dar al-Fikr1992). Sabiq, Sayyid, Fiqih Shalat, terj. Zenal Muttaqin, (Jakarta: Jabal, 2009). Salim, Fahmi, Kritik Terhadap Atudy Al-Qur’an Kaum Leberal, (Jakarta: Perspektif Kelompok Gema Insani, 2010). Soetriono dan Hanafie, Rita, Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian, (Yogyakarta: Andi, 2007). Sumaryono, E., Hermenutika: Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1991). Syamsudin, Sahiron, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pesantren Nawesia, 2009). Saifuddin, Muhammad,Al-Qur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata, (Jakarta: Syaamil Al-Qur’an 2007). Setiawan, Nur Kholis, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2006) . Shaleh,(dkk.), Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat alQur’an, (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2000). Shihab, M.Quraish (dkk.), “Salam AS” Ensiklopedi al-Qur’an Kajian Kosa Kata, (Jakarta: Lentera Hati, 2007). Supriyadi, Dedi, Pengantar Filsafat Islam Konsep, Filsuf, dan Ajarannya, (Bandung: Pustaka Setia, 2010). Umar, Nasruddin, Fikih Wanita Untuk Semua, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010). Ubhan, Zaitunah, Tafsir Kebencian (Studi Bias Jender Dalam Tafsir Qur’an), (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta,1999). Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2009). Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990).
Zuhri, Syaifuddin, Gerakan Oposisi Islam Masa Reformasi: Study Terhadap Majelis Mujahidin Indonesia, dalam jurnal Sosiologi Agama , vol. 1, no. 1, Juni 2007. ..........., M.Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2008).
Diakses di internet sebagai berikut: http://digilib.uinsuka.ac.id/10659/1/BAB%20I,%20BAB%20V,%20DAFTAR%2 0PUSTAKA.pdf , Hlm. 1-2. Pada tanggal, 19 Mei 2015. http://zahraalhabsy.blogspot.com/2009/06/perempuan-menjadi-imam-di-mataamina.html, tanggal, 25 Maret 2015. http://www.ahmadzain.com/read/ilmu/53/hukum-perempuan-menjadi-imamsholat/, Di akses di internet pada tanggal, 09/04/2015. https://www.islampos.com/amina-wadud-imam-nyeleneh-dari-virginia-10671/, pada tanggal 20 Mei 2015. http://islamlib.com/?site=1&aid=448&cat=content&cid=11&title=gugatan aminaatas-tafsir-dan-fikih-maskulin, Ahmad Musthofa Haroen, Gugatan Amina atas tafsir dan fikih maskulin. di akses di internet pada tanggal, 30 Mei 2015 Amina Wadud Muhsin http://ahmadsyafiq881.blogspot.com/2013/11/aminawadud.html, pada tanggal, 25 Mei 2015. Makalah Pdf Bab IV, Analisis Pemikiran Amina Wadud Tentang Hukum Wanita Sebagai Imam Shalat, library. walisongo. ac. id/digilib/download. php?id=58, h .64-65
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap
: Sudarsono
Tampat, Tanggal Lahir
: Dusun Lebbak, Batang-Batang, Sumenep, 06-02-1991 Madura, Prov. Jawa Timur.
Jurusan/Fakultas
: Filsafat Agama / Ushuluddin dan Pemikiran Islam
No. Hp
: 087839272920
Email
:
[email protected]
Alamat Asal
:Pesisir Timur, Dusun Lebbak, Kec. Batang-Batang,Kab. Sumnep, Madura, Prov. Jawa Timur.
Alamat di Yogyakarta
: Jl. Gowok, Dusun Gowok, Kec. AmbarukmuRT 14 RW 06 Kab. Sleman, Yogyakarta.
Identitas Orang Tua Nama Ayah
: Misnawe
Nama Ibu
: Sura’iye
Pekerjaan
: IBU RUMAH TANGGA
Alamat
:Dusun Labbak, Pesisir Timur, Kec. Batang-Batang, Kab. Sumenep, Madura, Prov. Jawa Timur.
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 1 Depanda 2. MTS. Aqidah Usymuni 3. SMA 1 AN-NUQAYAH PP. An-Nuqayah Daerah Lubangsa, Guluk-Guluk. 4. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, FA. 2011-2015 Pengalaman Organisasi
:
1. OSIS (organisasi siswa intra sekolah) 2. IKSAL (Ikatan Santri Legung). 3. IKSTIDA (Ikatan Keluarga Santri Timur Daya) 4. SANGGAR ANDALAS 5. IAA (Ikatan Alumni AN-NUQAYAH) 6. LSKY (Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta). 7. ASSAFFA 8. UICCI 9. PMII(Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) 10. Pers Majalah Tafakkur 11. Organisasi Bidikmisi 12. Dll.