BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN AMINA WADUD TENTANG HUKUM WANITA SEBAGAI IMAM SHALAT A. Analisis Pemikiran Amina Wadud tentang Wanita sebagai Imam Shalat Salat Jum’at bersejarah yang dipimpin Dr. Amina Wadud (sebagai imam sekaligus khatib) yang berlangsung di gereja Anglikan, Manhattan, New York, AS, 18 Maret 2005 lalu menimbulkan kontroversi. Gebrakan revolusioner pengajar studi Islam di Virginia Commonwealth University, AS itu membuka kembali perdebatan literatur fikih tentang boleh-tidaknya wanita memimpin shalat dengan makmum laki-laki. Di Timur Tengah, syaikh besar Al-Azhar Mesir, Syed Thantawi, meneguhkan pendapatnya dalam koran Al-Ahram bahwa pada dasarnya wanita tidak boleh mengimami laki-laki. Baru boleh bila makmumnya wanita . "Karena tubuh wanita itu aurat," Ketika wanita mengimami laki-laki, makmum laki-laki akan melihat tubuh wanita. "Itu tidak patut," katanya. "Dalam ibadah, tidak boleh ada sesuatu hal yang merusak nilai kekhusyukan."Thantawi lalu menyitir surat Ali Imran ayat 14: ''Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada wanita''. ''Ayat itu menyiratkan bahwa wanita bisa mengundang syahwat lelaki.
48
49
Ini bertentangan dengan prinsip khusyuk dalam shalat," kata Thantawi di koran terbesar Kairo itu.1 Pandangan mufti terkemuka, Yusuf Qardlawi seirama dengan Thantawi. Bahwa sepanjang sejarah Islam tak pernah terdengar wanita menjadi imam salat Jumat atau menjadi khatib. Bahkan era Sagharat AdDur, wanita yang memimpin Mesir zaman Dinasti Mamluk, hal itu tak terdengar.2 Sebenarnya perdebatan tentang boleh tidaknya wanita menjadi imam shalat bukan baru, tetapi persoalan ini telah menjadi perdebatan di antara ulama fiqh klasik. Ibnu Rusyd pernah mengulas perdebatan tersebut dalam dua pendapat antara yang melarang dan membolehkan.3 Tetapi mengapa seakan-akan hal tersebut menjadi sesuatu yang aneh bagi umat Islam sekarang ? Menurut Asghar Ali Engineer4 bahwa kebanyakan agama berasal dari sebelum abad pertengahan, para pendirinya (utusan) adalah laki-
Pandangan ini berpegang ada hadits Nabi : ر ُة َ ﺴﺘُﻮ ْ ﻋ ْﻮ َر ٌة َﻣ َ “ َا ْﻟ َﻤ ْﺮَأ ُةWanita itu aurat yang tertutup”.Selain itu tubuh wanita secara umum dianggap firnah. Lihat Abdul Halik Abu Syqqah, Kebebasan Wanita, (tarj.) As’ad Yasin, Jakarta: Gema Insani Press, 1991, hlm. 29, 33. lihat juga GATRA 2 April 2005, hlm. 82 2 GATRA 9 April 2005, hlm. 27 3 Ibnu Rusyd, Bidayat al-Mujtahid, Indonesia: Daar al-Maktabah al-Arabiyah, t.th, hlm. 105 4 Asghar Ali Engineer lahir pada tanggal 10 Maret 1939 di Rajasthan, dekat Undaipur (India). Nama ayahnya adalah Syaikh Qurban Husain. Ia adalah seorang ‘alim yang mengabdi kepada pemimpin keagamaan Bohra yang cukup liberal terbuka dalam pemikirannya. Dia mulai memimpin kaum gerakan kaum reformis dengan menentang apa yang mereka sebut sebagai otoritasianisme dan regiditas pemimpin Bohra. Engineer menyerukan perlunya tafsir liberal terhadap Islam yang dapat mengakomodasi hak-hak individu, martabat manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Ia mendapat beberapa penghargaan antara lain : gelar D. Litt. (Hon) dari Universitas Calcuta (Barat Bengal) pada tahun 1993 atas karyanya dalam bidang harmonital komunal dan dialog antar agama. National Communal Harmony Award atas Kerja kerasnya di Comunnal Harmony oleh National for Communal. Dari Menteri dalam negeri India. Penghargaan antar agama “Harmony Award” 1
50
laki, tumbuh dan berkembang pada masyarakat patriarkhi, para ulama baik fuqaha dan mufassirin dari kaum laki-laki, maka tidak mengherankan apabila kemudian agama ini memberikan posisi yang dominan kepada laki-laki dan mereduksi posisi wanita seakan-akan menepati posisi kedua. 5 Maka pemahaman keislaman yang kita warisi ini adalah Islam politik. Artinya selalu ada kekuasaan-kekuasaan politik yang memihak pandangan-pandangan tertentu dan melenyapkan pandangan lainnya. Sehingga pandangan-pandangan ulama yang tampil dan didukung penguasa dinasti-dinasti Islam yang berumur panjang tersebut, jelasjelas memperlihatkan bentuk wacana yang patriarkhis.6 Sehingga, salah satu eksesnya adalah pendapat yang membolehkan wanita menjadi imam tersebut tidak populer sampai sekarang. Keberanian Amina Wadud mencoba menggugat dominasi itu. bukan berarti mencoba memutarbalikkan keadaan, melainkan hanya usaha mewujudkan kesetaraan dan memosisikan keberpihakan Islam terhadap wanita , termasuk dalam dimensi spiritual. Pandangan Amina
dari New Leadrs Committee Chennai. Dan penghargaan “Hakim Khan Sur Awward” dari Maharana Mewar Undaipur Rajastha. Karya-karya yang terkenal antara lain : Islam and Liberation Theology: Essay on Liberative Elements in Islam, New Delhi: Sterling Publishers Private Limited, 1990, Women Under The Authority of Islam : in The Authority of Relegion and the Status of Women, ed. Jyotsna Chatterji, New Delhi: A Joint Women’s Programe Publication, 1989, The Rights of Women in Islam, Lahore: Vanguard Book, (PVT) LTD, 1992, Status Women in Islam, New Delhi: Ajanta Publication, 1987.dll. 5 Asghar Ali Engineer, The Qur’an Women and Modern Society, (tarj.) Agus Nuryanto, Yogyakarta: LKiS, 2003, hlm. 65. 6 Lihat wawancara Ulil Abshar-Abdalla dari JIL berbicang-bincang dengan KH Husein Muhammad (Pengasuh Pondok Peantren Darut Tauhid, Arjowinangun, Cirebon).dalam http://islamlib.com/id/page.php?page=article&id=798
51
tersebut itu bukan tanpa argumen teks agama. Mengenai imam shalat wanita tersebut, ia berdasarkan hadits riwayat Abu Daud menuturkan bahwa :
ﺎﻴ ِﺘﻬ ﺒ ﺎ ﻓِﻰﺭﻫ ﻭ ﺯ ﻴ ﻥ ﻡ ﻜﹶﺎ ﺴﱠﻠ ﻭ ِﻴﻪ ﹶﻠﷲ ﻋ ِ ﺼﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ل ﺍ َ ﻭ ﺴ ﻥ ﺭ َﺃ 7
(ﺎ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺒﻭﺩﺍﻭﺩﺭﻫ ِ ﺍل ﺩ َ ﻫ َﺃﻥ ﹶﺘ ُﺅﻡ ﺎ َﺃﺭﻫ ﻤ ﻭﹶﺍ ﺎﻥ ﹶﻟﻬ ﻴ َﺅﺫﱢ ﺎل ﹶﻟﻬ َ ﻌﺠﻭ
Artinya : Bahwa Rasullah Saw pernah mengunjungi (Ummu Waraqah) di rumahnya, dan menunjuk seorang muadzin yang melakukan azan untuknya, dan memerintahkan Ummu Waraqah untuk menjadi imam (shalat) bagi seisi rumahnya. (HR. Abu Daud). Hadits tersebut menjelaskan bahwa Ummu Waraqah seorang wanita meminta izin Nabi untuk mengambil muazin di rumahnya. Nabi mengizinkan. Bahkan menyuruh Ummu Waraqah menjadi imam shalat bagi penghuni rumahnya.8 Menurut keterangan al-Asqalani dalam kitab Bulugh al-Maram bahwa di rumah tersebut terdapat dua lelaki tanggungannya, yaitu seorang kakek dan seorang budak (laki-laki).9 Ketidak populeran tersebut jelas bahwa selama ini telah terjadi unbalancing (ketidak seimbangan) informasi sejarah hukum Islam yang banyak tertuang dalam kitab-kitab fiqh. Dalam hal ini penulis tidak akan terjebak pada kesimpulan setuju dan tidak saja, namun akan
7
Imam Abu Daud, Ain al-Ma’bud, Beirut: Al-Maktabah al-Salafiyah, t.th. hlm. 17 Menurut Ali Mustafa Ya’qub Guru besar Ilmu Hadits IIQ Jakarta dan Pengasuh pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus Sunnah Hadist ini juga dipakai oleh Abu Tsaur, salah satu ulama klasik yang membolehkan wanita menjadi imam. Hadits ini diriwayatkan antara lain Imam Abu Daud, Imam Ahmad, dan Imam al-Hakim yang oleh para ahli hadis diakui secara kualitas adalah sahih (valid). Namun ia sendiri tidak mengakui hadits ini dapat dijadikan dalil tentang pembolehan imam bagi wanita karena lemah dari sisi istidlal (sumber hukum). Lihat GATRA edisi 9 April 2005, hlm. 35. 9 Lihat keterangan dalam Al-Asqalani, Bulughul Maram, Bandung : Almaarif, 1984, hlm. 158 8
52
memaparkan mengapa hal itu dapat terjadi sampai sekarang. Prinsip dasar yang kita pegangi adalah ajaran substansi dari al-Qur’an. Ajaran murni dalam al-Qur’an tidak membedakan antara lakilaki dan wanita
dalam hal apapun. Prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut : 10 1. Laki-laki dan Wanita Sama-sama sebagai Hamba. Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba yang ideal. Hamba yang ideal dalam al-Qur’an biasa diistilahkan dengan orang-orang yang bertaqwa (mutaqin), dan untuk mencapai derajat ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku, atau etnis tertentu. Sebagaimana firman Allah :
ﺎﻭﺒﺸﻌ ﻡ ﹸ ﻌ ﹾﻠﻨﹶﺎ ﹸﻜ ﺠ ﻭ ﻭﺃُﻨﺜﹶﻰ ٍﻥ ﹶﺫ ﹶﻜﺭﺨﹶﻠ ﹾﻘﻨﹶﺎﻜﹸﻡ ﻤ ﺱ ِﺇﻨﱠﺎ ﹶ ﺎ ﺍﻟﻨﱠﺎﻴﻬ ﺎ َﺃﻴ ﻡ ﻋﻠِﻴ ﻪ ﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﻡ ِﺇ ﺩ ﺍﻟﱠﻠ ِﻪ َﺃ ﹾﺘﻘﹶﺎ ﹸﻜ ﻡ ﻋِﻨ ﹸﻜﻤﻥ َﺃ ﹾﻜﺭ ﺭﻓﹸﻭﺍ ِﺇ ﺎل ِﻟ ﹶﺘﻌ َ ِﺎﺌﻭ ﹶﻗﺒ
(13 : ﺭ )ﺍﻟﺤﺠﺭﺍﺕ ﺨﺒِﻴ ﹶ
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan wanita dan mejadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang (Q.S. al-Hujrat : 13).11
10
Nasararudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif, Jakarta: Paramidana, 2001, hlm. 248-264, Bandingankan dengan, Asghar Ali Engineer, Hak-hak Peremuan dalam Islam, Yogyakarta: LSPPA, 2000, hlm. 67. 11 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjamahnya, Jakarta: Intermassa, 1986, hlm. 847
53
Ayat ini turun ketika peristiwa Fatkhu Makkah (penaklukan kota makkah), Bilal naik ke atas Ka’bah untuk mengumandangkan azan. Kemudian beberapa orang bertaka : “ Apakah pantas budak hitam ini azan di atas Ka’bah ?”, maka berkatalah yang lainnya : “sekiranya Allah membeci orang ini, pasti Dia akan menggantinya.12 Ayat ini merupakan ayat penegasan anti diskriminasi dan penegasan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di sisi-Nya. 2. Laki-laki dan Wanita sebagai Khalifah di muka Bumi. Selain menjadi hamba yang tunduk dan mengabdi, manusia juga menjadi khalifah. Sebagaimana firman Allah Swt :
ﻕ ﻭ ﹶ ﻡ ﹶﻓ ﻀ ﹸﻜ ﻌ ﺒ ﹶﻓﻊﺭﺭﺽِ ﻭ ﻷ َﻑ ﺍ ﻼﺌِ ﹶ ﺨﹶ ﻡ ﹶ ﹶﻠ ﹸﻜﻌﻭ ﺍﱠﻟﺫِﻱ ﺠ ﻫ ﻭ
ﺏ ِ ﻊ ﺍ ﹾﻟ ِﻌﻘﹶﺎ ﺴﺭِﻴ ﻙ ﺒ ﺭ ﻥ ﻡ ِﺇ ﺎ ﺁﺘﹶﺎ ﹸﻜﻡ ﻓِﻲ ﻤ ﻭ ﹸﻜ ﺒﹸﻠ ﻴ ﺕ ﻟﱢ ٍ ﺎﺭﺠ ﺩ ﺽ ٍ ﻌ ﺒ (165 : )ﺍﻷﻨﻌﻡ
ﻡ ﺭﺤِﻴ ﺭ ﻪ ﹶﻟ ﹶﻐﻔﹸﻭ ﻭِﺇ ﱠﻨ
Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S al-An’am : 165)13
ﺨﻠِﻴ ﹶﻔﺔﹰ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭ ﹾﺍ ﺭﺽِ ﹶ ﻷ َ ل ﻓِﻲ ﺍ ٌﻋ ِ ﺎﻼﺌِ ﹶﻜﺔِ ِﺇﻨﱢﻲ ﺠ ﹶﻙ ﻟِ ﹾﻠﻤ ﺒ ﺭ ل َ ﻭِﺇ ﹾﺫ ﻗﹶﺎ
ﺢ ﺴﺒ ﻥ ﹸﻨ ﺤ ﻭ ﹶﻨ ﺎﺀﺩﻤ ﻙ ﺍﻟ ﺴ ِﻔ ﻴ ﻭ ﺎﺩ ﻓِﻴﻬ ﺴ ِ ﻴ ﹾﻔ ﻥﺎ ﻤل ﻓِﻴﻬ ُ ﺠﻌ َﺃ ﹶﺘ (30 : )ﺍﻟﺒﻘﺭﺍﺓ 12
ﻥ ﻭﻌﹶﻠﻤ ﻻ ﹶﺘ ﺎ ﹶﻡ ﻤ ﻋﹶﻠ ل ِﺇﻨﱢﻲ َﺃ َ ﻗﹶﺎﺱ ﹶﻟﻙ ﻭ ﹸﻨ ﹶﻘﺩ ﻙ ﻤ ِﺩ ﺤ ِﺒ
Q. Shaleh dan A.A. Dahlan, Asbabun Nuzul ; Latar Belakang Turunnya Ayatayat al-Qur’an, Bandung : Diponegoro, 2000, hlm. 518. 13 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 217
54
Artinya : Ingalah ketika Tuhamu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”, mereka berkata : “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?” Tuhan berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Q.S. al-Baqarah : 13).14 Kata khalifah dalam al-Qur’an tersebut tidak menunjuk salah satu jenis kelamin atau tidak merujuk kelompok etnis tertentu. Kepada manusia sebagai khalifah diberikan Tuhan akal, iradat untuk sama-sama berjuang.15 Sedangkan tugas utama manusia sebagai khalifah adalah menuntut manusia untuk memelihara, membimbing, dan mengarahkan segala sesuatu agar mencapai maksud dan tujuan penciptaannya.16 3. Laki-laki dan Wanita Sama-sama Menerima Perjanjian Primordial. Artinya bahwa setiap janin laki-laki dan wanita saat menjelang lahir dari rahim ibunya, ia terlelebih dahulu sama-sama menerima perjanjian yaitu berikrar akan keberadaan Tuhannya (Q.S. 7 : 172).
(172 : )ﺍﻷﻋﺭﺍﻑ
ﺩﻨﹶﺎ ﺸ ِﻬ ﺒﻠﹶﻰ ﹶ ﻡ ﻗﹶﺎﻟﹸﻭ ﹾﺍ ﺒ ﹸﻜ ﺭ ﺕ ِﺒ ﺴ ﹶ َﺃﹶﻟ
Arinya : Bukankah Aku ini Tuhanmu ? Mereka menjawab : betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Q.S. al-A’raf : 172)17
14
Ibid., hlm. 10 Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, hlm. 399. 16 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an ; Tafsir Madu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 2000, hlm. 492 17 Departemen Agama RI, op., cit., hlm. 250 15
55
Menurut
Fahru
al-Razi
sebagaimana
dikutip
oleh
Nassaruddin Umar, tidak ada seorangpun lahir di muka bumi ini yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan, dan ikrar mereka disaksikan oleh para malaikat. Tidak ada seorangpun yang mengatakan “tidak”.18 Dengan demikian dalam Islam, tanggungjawab individual dan kemandirian berlangsung sejak dini, yaitu semenjak dalam kandungan. Sejak awal manusia dalam pandangan Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan wanita sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang sama. 4. Laki-laki dan Wanita Berpotensi Meraih Prestasi. Peluang
untuk
meraih
prestasi
maksimum
tidak
ada
pembedaan antara laki-laki dan wanita . Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa firman Allah Swt sebagai berikut :
: )ﺍل ﻋﻤﺭﺍﻥ
ﻭ ﺃُﻨﺜﹶﻰ ﻥ ﹶﺫ ﹶﻜﺭٍ َﺃﻨﻜﹸﻡ ﻤل ﻤ ٍ ﺎ ِﻤل ﻋ َ ﻤﻊ ﻋ ﻻ ُﺃﻀِﻴ َﺃﻨﱢﻲ ﹶ (195
Artinya : Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orangorang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau wanita . ( Q.S. ali Imran : 195).19 Ayat ini turun berdasarkan riwayat Ummu Salamah yang bertanya kepada Rasulullah mengenai persoalan mengapa perintah hijrah dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara khusus bagi kaum
18 19
Nasararudin Umar, op. cit., hlm. 254 Ibid., hlm. 110
56
wanita . Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai penegasan bahwa perintah hijrah tersebut juga untuk kaum wanita .20
ﻥ ﻤ ْﺅ ِﻤ ﻭ ﻫ ﻭ ﻭ ﺃُﻨﺜﹶﻰ ﺕ ﻤِﻥ ﹶﺫ ﹶﻜﺭٍ َﺃ ﺎ ﹶﺎِﻟﺤﻥ ﺍﻟﺼ ل ِﻤ ْ ﻤ ﻌ ﻴ ﻥﻭﻤ (124 : )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ
ﺍﻥ ﹶﻨﻘِﻴﺭ ﻭﻅﹶﻠﻤ ﻴ ﹾ ﻻ ﹶ ﱠﻨ ﹶﺔ ﻭﻥ ﺍ ﹾﻟﺠ ﺨﻠﹸﻭ ﺩ ﹸ ﻴ ﻙ ﻭﻟﹶـ ِﺌ ﹶﻓُﺄ
Artinya : Barang siapa mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia seorang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (Q.S. an-Nisa : 124)21
ﺎ ﹰﺓﺤﻴ ﻪ ﱠﻨﺤﻴِﻴ ﻥ ﹶﻓﹶﻠ ﹸﻨ ﻤ ْﺅ ِﻤ ﻭ ﻫ ﻭ ﻭ ﺃُﻨﺜﹶﻰ ﻥ ﹶﺫ ﹶﻜﺭٍ َﺃﺎ ﻤﺎِﻟﺤل ﺼ َ ِﻤﻥ ﻋ ﻤ (97: )ﺍﻟﻨﺤل
ﻥ ﻤﻠﹸﻭ ﻌ ﻴ ﺎ ﻜﹶﺎ ﹸﻨﻭ ﹾﺍﻥِ ﻤﺤﺴ ﻡ ﺒَِﺄﺭﻫ ﺠ ﻡ َﺃ ﻬ ﱠﻨﺠﺯِﻴ ﹶﻟ ﹶﻨﺔﹰ ﻭﻴﺒ ﻁ ﹶ
Artinya : Barang siapa mengerjakan amal soleh saleh, baik laki-laki maupun merempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang lebih baik. (Q.S. an-Nahl : 97).22
ﻭﹶﻟﺌِﻙ ﻥ ﹶﻓُﺄ ﻤ ْﺅ ِﻤ ﻭ ﻫ ﻭ ﻭ ﺃُﻨﺜﹶﻰ ﻥ ﹶﺫ ﹶﻜﺭٍ َﺃﺎ ﻤﺎِﻟﺤل ﺼ َ ِﻤﻥ ﻋ ﻤ ﻭ ( 40 : )ﺍﻟﻐﺎﻓﺭ
ﺏ ٍ ﺎﺤﺴ ِ ِﻴﺭ ﺎ ﺒِ ﹶﻐﻥ ﻓِﻴﻬ ﺯﻗﹸﻭ ﺭ ﻴ ﱠﻨ ﹶﺔﻥ ﺍ ﹾﻟﺠ ﺨﻠﹸﻭ ﺩ ﹸ ﻴ
Artinya : Dan barang siap mengerjakan amal yang saleh baik lakilaki maupun wanita sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rizki di dalamnya tanpa hisab. (Q.S. al-Ghafir : 40).23 Uraian tentang keempat prinsip tersebut sangat jelas, bahwa tidak ada pembedaan antara laki-laki dan wanita dalam mencari ridha dan ketaqwaaan kepada Allah Swt. Dengan demikian tidak ada satu pun 20
Q. Shaleh dan A.A. Dahlan, op. cit., hlm.126 Departemen Agama RI, op., cit., hlm. 143 22 Ibid., hlm. 417 23 Ibid., hlm. 765 21
57
landasan teologis berupa ayat atau Firman Allah yang tidak membolehkan wanita sebagai imam shalat. Namun ada aspek lain yang dipersoalkan yaitu mengenai tubuh wanita adalah aurat. sebagaiamana pendapat ulama klasik sebagai alasan tidak diperbolehkannya wanita
sebagai imam shalat. Sebagaimana
pendapat Syeh Thantawi dan Yusuf Qardhawi di atas misalnya yang meneguhkan pendapatnya bahwa wanita . “tubuh wanita itu aurat," Ketika wanita mengimami laki-laki, makmum laki akan melihat tubuh wanita. "Itu tidak patut,". Pendapat yang demikian perlu untuk ditinjau ulang. Ada baiknya kita kupas terlebih dahulu beberapa pendapat mengenai aurat yang menjadi pangkal persoalan dalam masalah ini dalam dua perspektif : 1. Literatur yang bersumber dari pendapat ulama klasik (jumhur) Jumhur ulama berpendapat bahwa seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan adalah aurat.24 Imam Abu Hanifah berpendapat kaki wanita adalah aurat. Sedang Abu Bakar bin Abdu Rahman dan Ahmad menegaskan bahwa seluruh anggota badan adalah aurat. Perbedaan ini beradasarkan terhadap perbedaan penafsiran ayat :
24
Ibnu Rusyd, op. cit., hlm. 86, lihat juga Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, (tarj.), Jakarta: Lentera, 2001, hlm. 81, lihat juga. Doktor Musthfa Diibul Bigha, Fiqh Syafi’i, (tarj.) Adlchiyah Sunarto dan Multazam, Surabaya: Bintang Pelajar, 1984, hlm.147
58
(59 : )ﺍﻟﻨﻭﺭ
ﺎ ِﻤ ﹾﻨﻬﺭﻅﻬ ﺎ ﹶﻥ ِﺇﻟﱠﺎ ﻤ ﻬ ﻥ ﺯِﻴ ﹶﻨ ﹶﺘ ﺒﺩِﻴ ﻴ ﻭﻟﹶﺎ
Artinya : ….dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya …….(Q.S. anNur : 31).25 Yang dimaksud dengan perhiasan yang nampak dalam ayat di atas adalah muka dan telapak tangan.26 Namun yang menjadi masalah dalam ayat ini adalah, apakah kata illa di atas adalah bentuk badan tertentu, atau untuk anggota badan yang dengan terlihatnya itu tidak bisa di kuasai. Maka bagi bagi para fuqaha yang bermaksud bahwa anggota yang terlihatnya itu tidak bisa dikuasai, mereka berkesimpulan bahwa seluruh anggota tubuh wanita adalah aurat, termasuk punggung.27 Pendapat mereka berdasakan firman Allah :
ﻥ ﺩﻨِﻴ ﻴ ﻥ ﻤ ْﺅ ِﻤﻨِﻴ ﺎﺀ ﺍ ﹾﻟﻭ ِﻨﺴ ﻙ ﺒﻨﹶﺎ ِﺘ ﻭ ﻙ ﺠ ِ ﺍﺯﻭ ﻲ ﻗﹸل ﱢﻟ َﺄ ﺎ ﺍﻟ ﱠﻨ ِﺒﻴﻬ ﺎ َﺃﻴ (59 : ﻥ )ﺍﻷﺤﺯﺍﺏ ﺠﻠﹶﺎﺒِﻴ ِﺒ ِﻬ ﻥ ﻤِﻥ ِﻴﻬ ﹶﻠﻋ
Artinya : Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya. (Q.S. alAhzab : 59).28 Sedangkan yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah halhal yang secara konvensional (adat) tidak ditutup ; muka dan telapak tangan, mereka menganggap bahwa dua anggota badan tersebut bukanlah aurat.29
25
Departemen Agama RI, op., cit., hlm. 548 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima…., op. cit., hlm. 81 27 Ibnu Rusyd, op. cit., 83 28 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 678 29 Ibnu Rusyd., loc. Cit. 26
59
2. Literatur yang bersumber dari pendapat kontemporer Muhammad Syahrur30 menggunakan istilah aurat dengan alsau’ah yang mengacu pada al-Qur’an Q.S. al-A’raf [7] : 26 – 27. Syahrur membagai aurat ke dalam dua pengertian : a. Arti denotatif, maksud kata ini adalah keburukan (al-qubh) atau bisa juga bintik-bintik putih dalam kulit (al-Baras), sebagaimana dalam al-Qur’an : … dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mu’jizat, (Q.S. Taha : 22). Pendapat ini juga dipegangi oleh Zamahsari. b. Arti konotatif, maksudnya bagian tubuh yang tidak boleh dibuka untuk diperlihatkan. Berdasarkan hal ini, muncul pendapat bahwa kata tersebut adalah kiasan dari (kinayah) tentang alat kelamin laki-laki dan wanita
yang bila diperlihatkan akan
mengganggu pihak lain. Selain itu, kata as-sau’ah juga berarti aib (fadihah) dan bangkai (jifah) seperti dalam firman Allah : “Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali
30
Muhammad Shahur dilahirkan pada tahun 1938, ia adalah pemikir keislaman yang kontroversial asal Syiria. Ia sebenarnya adalah seorang Engineering lulusan dari Moskow. Keberaniannya dalam menawarkan ide-ide baru dalam kajian al-Qur’an secara khusus dan keislaman secara umum sempat menghebohkan dunia Arab. Ia terkenal dengan teori “Limit” atau teori batas yang tertuang dalam karyanya yang sangat kontroversial alKitab wa Qur’an pada tahun 1990 yang memuat temuan baru. Dan karena terkenal dengan kontroversialnya tersebut karya menjadi salah satu best seller di Timur Tengah. Sebagian kalangan merasa keberatan dengan karyanya menyebutnya sebagai musuh dalam Islam, agen barat, agen Zionis dan sebutan lainnya. Namun sebagian lain justru memberikan dan kekaguman yang mendalam dan menganggapnya sebagai reformis. Diantara karyakaryanya yang lain adalah : Dirasah Islamiyah Mu’asyirah fi ad-Daulah wa al-Mujtama’, al-Islam wa Iman ; Manzumah al-Qiyam, dan Masyru’ al-‘Amal al-Islam. Selain itu ia juga aktif menulis artikel dan jurnal tentang sosial, politik, hak-hak wanita , dan pluralisme.
60
di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana di seharusnya menguburkan mayat saudaranya”. (Q.S. al-Maidah : 31).31 Dari dua perspekif pengertian aurat tersebut, tidak jelas pengertian aurat pengertian manakah yang dipakai sebagai alasan bahwa tubuh wanita adalah aurat untuk melarang wanita menjadi imam shalat sebagaimana pendapat Syeh Thantawi. Padahal kondisi pada saat Amina Wadud menjadi imam jelas dalam keadaan aurat tertutup. Ia mengenakan kerudung panjang dan berbusana muslim.32 Hal ini menunjukkan bahwa Amina pun taat pada aturan bahwa salah satu syarat shalat adalah menutup aurat.33 Jika otak laki-laki yang terganggu dan tidak konsentrasi (mengganggu kekhusyukan) dalam shalat karena imamnya wanita , mengapa kemudian wanita
yang dipersalahkan. Mengapa tidak
sebaliknya ?. Maka fenomena ini dapat kita pahami, bahwa persoalan ini akan bermuara pada adanya tradisi yang memenangkan laki-laki sebagai hegemoni tradiri patriarkhi. Meminjam bahasa Husein Muhammad “ada relasi kuasa yang timpang”, hal ini yang mengubur pandangan ini semakin tenggelam.34
31
Muhammad Shahrur, Metodologi Fiqh Islam Kontemporer, (terj.) Sahiron Syamsuddin & Burhanuddin, Yogyakarta : elSAQ Press, 2004, hlm. 484. 32 Lebih jelasnya dapat dilihat foto Amin Wadud saat menjadi imam pada majalah GATRA edisi 2 April dan 9 April 2005. 33 Imam Taqiyuddin, Kifayat al-Ahyar, Daar al-Kutub al-‘Arabiyah Indonesia : t.th, hlm. 96 34 Husein Muhammad, Imam Wanita Perlu di Dikenalkan, GATRA 9 April 2005
61
Keberanian Amina semestinya kita apresiasi dengan baik. Sudah saatnya kita mengembalikan Islam sebagai agama pembebas, agama keadilan, dan agama yang menghormati manusia sebagai manusia.35 Prinsip tersebut dijadikan starting point oleh Amina dalam melakukan berbagai kajian keagamaan dalam kapasitasnya sebagai seorang akademisi. Gebrakan dalam bentuk penyelenggaraan salat Jumat yang kontroversial itu, dalam konteks ini hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan upaya untuk membebaskan wanita dari marjinalisasi, sub-ordinasi, dan diskriminasi. Ia yakin bahwa Islam memberikan kepada wanita posisi yang setara dengan laki-laki. B. Analisis terhadap Istinbath Hukum Amina Wadud tentang wanita sebagai Imam Shalat Pemikiran Amina sesungguhnya merupakan hasil dari proses kegelisahan intelektual tentang ketidak adilan gender dalam masyarakat, terutama masyarakat muslim. Menurutnya salah satu penyebab terjadikanya ketidak adilan dalam gender dalam kehidupan sosial adalah karena pengaruh idiologi-doktrin panafsiran al-Qur’an yang bias
35
Ada empat konsep dasar “Teologi Pembebasan” menurut Asghar Ali Engineer : Pertama, dimulai dengan melihat kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Kedua, teologi ini tidak menginginkan status quo yang melindungi golongan kaya yang berhadapan dengan miskin. Artinya teologi pembebasan merupakan anti kemapanan (estabilshment) baik kemapanan religius maupun politik. Ketiga, teologi pembebasan memainkan peranan dalam membela kelompok yanng tertindas dan tercabut haknya, serta sebagai senjata idiologi yang kuat untuk melawannya. Keempat, teologi pembebasan tidak hanya mengakui satu konsep metafisika tentang takdir dalam rentang sejarah umat Islam, namun juga mengakui konsep bahwa manusia itu bebas menentukan nasibnya sendiri. Lihat dalam : Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, (tarj.) Agung Prihantoro, Yogayakarta: Pustaka Pelajar, 2000, hlm. 1-2.
62
patriarkhi. Karya-karya tafsir (tradisional) menurutnya hanya ditulis oleh laki-laki, maka jelas corak tafsirnya terkesan banyak meninggalkan kepentingan wanita .36 Terhadap fenomena ini, Amina bukan hanya mengkritik model atau hasil penafsiran tradisional yang dianggapnya sangat atomistik dan parsial. Artinya penafsiran yang dilakukan ayat per-ayat dan tidak tematik, sehingga pembahasannya terkesan sepotong-sepotong (parsial), tidak menampilkan pemahaman yang utuh mengenai suatu persoalan. Dengan kata lain penafsiran tersebut tidak ada upaya mendiskusikan tema-tema tertentu menurut al-Qur’an itu sendiri.37 Dari kritik yang dilakukannya, kemudian ia menggagas sebuah alternatif penafsiran yang diyakininya lebih memperlihatkan kesetaraan gender. Sebuah tafsir khas dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an yang bias gender. Ia menyebutnya dengan tafsir “hermeneutika tauhid”38. Hermeneutika39 ini menekankan bahwa al-Qur’an mempunyai satu-kesatuan makna dari seluruh bagian-bagian ayatnya. Di sana
36
Amina Wadud, Qur’an Menurut Wanita , (tarj.) Abdullah Ali, Jakarta: Serambi, 2001, hlm. 34 37 Ahmad Baidhawi, Tafsir Feminis ; Kajian Wanita dalam al-Qur’an dan Para Mufassir Wanita , Bandung: Nuansa, 2005, hlm. 112. 38 Amina Wadud.,op. cit., 14 39 Sebuah spekulasi historis menyebutkan, kata hermeneutika pada mulanya merujuk nama dewa Yunani kono Hermes yang tugasnya menyampaikan berita dari Sang Dewa yang dialamatkan kepada manusia. Hermeneutika bisa berarti ilmu dan seni menginterpretasikan sebuah teks. Persoalan adalah bagai mana manfsirkan pesan Tuhan yang berbicara dengan bahasa “langit” agar bisa dipahami oleh menusia dengan berbicara dengan bahasa bumi. Penjelasan lain dikemukakan oleh Zygmunt Bauman bahwa hermeneutika berasal dari bahasa Yunani “hermeneutikos” yaitu berkaitan dengan upaya menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yanh tidak jelas, kabur, remang-remang dan kontradiksi, sehingga menimbulkan keraguan dan kebingungan pada para pembacanya. Maka di sinilah terjadi lingkaran hermeneutik, yaitu proses dialog dan interogasi yang berlangsung antara teks (al-Qur’an) dan
63
terdapat adanya dinamika antara aspek universalitas dan partikular dari al-Qur’an. Hermeneutika tahuid merupakan salah satu metode penafsiran dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan makna suatu teks atau ayat. Metode ini harus memperhatikan tiga aspek : Pertama. dalam konteks apa teks itu ditulis atau kaitannya dengan al-Qur'an adalah dalam konteks apa ayat tersebut diturunkan. Dalam kaitan ini Amina menelusuri data-data sejarah, khusunya yang berkaitan dengan peristiwa turunnya ayat dan periode umum turunnya ayat tersebut untuk melakukan analisis. Kedua, sebagaimana komposisi tata bahasa teks (ayat) tersebut, bagaimana pengungkapannya, apa yang dikatakannya. Dalam hal ini Amina secara telaten menggurai terhadap penggunaan bentuk bahasa yang digunakan dalam al-Qur’an baik itu dalam bentuk muzakar dan muanastnya. Hal ini sangat penting karena dalam kenyataannya, al-Qur’an menggunakan bentuk yang beragam, adakalanya ekslusif untuk laki-laki dan wanita , adakkalanya bentuk kedua-duanya. Persoalannya penggunaan bentuk yang ekslusif belum tentu tujuannya adalah untuk pihak tertentu. Karena memang bahasa Arab tidak mengenal bentuk netral. Sehingga pandangan baru mengenai bahasa al-Qur’an memang sangat diperlukan. Ketiga, bagaimana
pembacanya. Adakalanya sebuah teks beridiri sebagai subyek tetapi pada saat yang sama lalu diposisikan sebagai obyek. Sebagai obyek teks (al-Qur’an) hendak ditanya dan diadili untuk membuktikan klaim-klaim kebenaran yang ditawarkan. Dalam hal ini teks (alQur’an) harus bisa menjawab, atau akan dipandang sebelah mata dan bahkan ditinggalkan oleh pembacanya. Lihat Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama ; Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta: Paramadina Mulya, 1996, hlm. 125-126, 139.
64
keseluruhan teks (ayat), weltanschauung atau pandangan-dunia,40 artinya penafsiran tidak dapat dipisahkan dari konteks dan pengalaman sosial, maka al-Qur’an harus dipahami sesuai dengan konteksnya. Sehingga makna teks menjadi “hidup” tidak beku, dan kaya akan makan. Teks akan menjadi dinamis pemaknaannya dan selalu kontekstual, seiring dengan perkembangan budaya dan peradaban manusia.41 Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk berbeda jenis kelamin, suku bangsa etinis, warna kulit, namun yang paling mulia di sisi Allah Swt adalah tingkat ketaqwaannya. Sebagai man Firman Allah :
(13 : )ﺍﻟﺤﺠﺭﺍﺕ
ﻡ ﺩ ﺍﻟﱠﻠ ِﻪ َﺃ ﹾﺘﻘﹶﺎ ﹸﻜ ﻡ ﻋِﻨ ﹸﻜﻤﻥ َﺃ ﹾﻜﺭ ِﺇ
Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu. (Q.S. al-Hujrat : 13).42 Istilah taqwa dalam ayat tersebut menurut Amina adalah salah satu weltanschauung al-Qur’an yang paling pokok. Ia mengartikan sebagai “kesalehan” yakni sikap perilaku yang saleh menghindari apa yang dilarang dengan sistem moral-sosial dan kesadaran karena Allah, yakni menjalankan perilaku itu karena ta’dhim kepada Allah. Dalam weltanschauung al-Qur’an, istilah ini selalu merefleksikan baik tindakan maupun sikap, istilah multidemensiaonal inilah yang merupakan hal
40
Amina Wadud, op. cit., hlm. 35 Ahmad Baidhawi, op. cit., hlm. 116 42 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjamahnya, Jakarta: Intermassa, 1986, 41
hlm. 847
65
yang mendasar dalam al-Qur’an.43 Ia menegaskan bahwa hati dan perbuatan tidak berkelamin (tidak mengenal kelamin) berdasarkan aya al-Qur’an (4 : 124).44 Berdasarkan pemikiran inilah Amina membuat gebrakan baru dengan membolehkan wanita menjadi imam shalat yang ia tegaskan dalam khutbahnya. Tidak ada ayat dalam al-Qur’an yang menyebutkan bahwa wanita tidak boleh menjadi imam. Pada abad ke-7, Nabi Muhammad pernah mengizinkan wanita menjadi imam bagi jamaah laki-laki dan wanita . Nabi Muhammad meminta Ummu Waraqah menjadi imam dalam shalat jum’at bagi jama’ah di luar kota Madinah. Hukum yang kebanyakan diciptakan kaum pria menghapus hak-hak wanita muslim. Sehingga wanita muslim kehilangan hak-hak intelektualitas dan haknya menjadi pemimpin spiritual. Kaum muslim menggunakan interpretsi sejarah yang salah dan mundur ke belakang. Kita sebagai umat Islam yang hidup di abad ke-21, mempunyai mandat untuk memperbaiki tanggungjawab partisipasi lelaki dan wanita . Kita harus saling bergandeng tangan untuk memperbaiki posisi wanita yang selama ini dipandang sebagai “rekanan seksual” belaka. Wanita bukanlah seperti dasi yang menjadi pelengkap busana. Kapanpun lelaki melakukan kontak dengan wanita, maka wanita harus diperlakukan secara sejajar dan seimbang.45 Dari kutipan khutbah amina Wadud menjelaskan bahwa laki-laki dan wanita adalah dua kategori spesies diberi perhatian yang sama atau sederajat dan diberkati dengan potensi yang sama. Al-Qur’an mendorong semua orang yang beriman laki-laki dan wanita supaya mengikuti keimanan dengan tindakan. Al-Qur’an tidak membedakan
43
Amina Wadud, op. cit., hlm. 81-82 Ibid, hlm. 84 45 GATRA 2 April 2005, hlm. 81 44
66
antara laki-laki dan wanita dalam penciptaan, tujuan atau pahala yang dijanjikan.46 Pendapat Amina Wadud tidak terlapas dari semangat feminisme yang mengalir dalam darahnnya. Tentu saja dipengaruhi lingkungan di mana ia hidup dan bersosialisasi, sehingga berpengaruh pada pola fikir dan kepekaan terahadap fenomena yang terjadi di sekitarnya. Munculnya model tafsir yang khas feminisme tersebut disebabkan oleh beberapa faktor :47 Pertama, Realitas Sosial, kabanyakan feminis hidup dalam lingkungan yang sangat patriarkhis. Dan mereka menyadari bahwa ada pola budaya dan relasi yang ternyata tidak menguntungkan wanita . Kesadaran tersebut berpengaruh dalam membentuk wacana feminisme di kalangan para mufasir feminis tersebut. Yang akhirnya sangat berpengaruh
di
dalam upaya
memahami
ayat-ayat
keagamaan
berdasarkan pandangan hidup mereka. Walaupun kita ketahui Amina Wadud sebenanya tidak hidup pada lingkungan yang berbudaya patriarkhi. Sebagaimana kita tahu bahwa Amerika adalah negara liberal yang mengakui hak-hak individu secara penuh, termasuk kebeb asan berpikir, berpendapat. Maka Pemikiran Amina terinspirasi sebagai seorang muslim di negara yang maju harus melihat kenyataan di banyak negara muslim masih masih banyak terjadi
46
Amina Wadud, op. cit., hlm. 51 Abdul Mustaqim, Tafsir Feminis Versus Tafsir Patriarkhi : Telaah Kritis Penafsiran Dekonstruksi Riffat Hasan, Yogyakarta: Sabda Persada, 2003, hlm. 65-72. 47
67
fenomena dimana hak-hak wanita diabaikan hak-haknya dan tertindas budaya patriarkhi. Kedua, Persentuhan dengan Peradaban Barat, Memang harus kita akui bahwa metode berpikir umat Islam secara umum masih jauh ketinggalan dengan Barat. Sebagai muslim Amerika pola pemikiran keagamaan khas Barat sangat memperngaruhi padangan hidup keagamannya. Apalagi sampai saat ini ia masih berstatus sebagai Guru Besar Studi Islam pada jurusan Filsafat dan Agama di Universitas Virginia Comminwealth. Di mana wacana dan dinamika keilmuan terus akan berkembang secara lebih dinamis dan liberal. Dalam memahani teks spritual terhadap teks-teks keagaman, para feminis muslim menggunakan instrumen yang berbeda dari apa yang digunakan oleh para mufasir klasik. Sehingga para feminis kontemporer menghasilkan gagasan tentang posisi laki-laki dan wanita yang egaliter dan berkeadilan dari sudut pandang universal. Ketiga, Perkembangan Global, Teknologi informasi yang berkembang demikian pesar akhir-akhir ini menyebankan terjadinya perubahan yang begitu komplek dalam kehidupan umat Islam. Pergolakan “emansipasi” dan “demokrasi” di berbagai bagian wilayah dunia dapat dengan begitu mudah dapat diakses umat Islam dan ini sangat berpengaruh pada kehidupannya. Perubahan sosial akibat globalisasi menyebabkan pemikiranpemikiran keislaman klasik mulai mengalami “keterasingan” karena
68
memang dalam hal-hal tertentu tidak mampu menjawab persoalan yang terus berkembang akibat perubahan tersebut. Munculnya fenomenafenomana baru yang menjadi tantangan tersebut mengharuskan para pemikir kontemporer muslim termasuk para feminis untuk mencoba menggulirkan wacana baru sebagai respon perkembangan dan perubahan karena globalisasi. Keempat, Gagasan tentang HAM, Munculnya penafsiran baru atas ayat-ayat al-Qur'an mengenai relasi laki-laki dan wanita , tidak terlepas dari kesadaran umat manusia dalam masyarakat modern yang dikondisikan oleh isi-isu hak asasi manusia dan martabat manusia.48 Serangan Barat kepada Islam, ikut mempengaruhi pemikirpemikir muslim untuk merumuskan kembali pemahaman keislaman yang memang secara moral membela nilai-nilai egalitarianisme dan kesetaraan antara laki-laki dan wanita . Gerakan feminisme yang manjadi wacana global akhir-akhir ini memiliki pengaruh bagi munculnya pemikir feminis muslim. Di sisi lain yang lebih menggerakan mereka adalah tantangan dunia modern yang menuntun pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) secara menyeluruh. Karena HAM menuntut keadilan universal bagi umat manusia yang tidak dikaitkan dengan persoalan agama, etnis, jenis kalamin dan lain-lain. Dalam kaitannya nilai-nilai kesetaraan inilah harus diperjuangkan.49
48
Asghar Ali Engineer, Hak-hak Wanita dalam Islam, Yogyakarta: LSPPA, 1994, hlm. 3 49 Baca Abdulah Ahmad an-Naim, Dekonstruksi Syari’ah, (terj.) Amiruddin arRani, Yogyakarta: LKiS, 1994.
69
Peristiwa bersejarah yang dipimpin Dr. Amina Wadud (sebagai imam sekaligus khatib) yang berlangsung di gereja Anglikan, Manhattan, New York, AS, 18 Maret 2005 lalu menjadi sangat menarik karena itu merupakan bagian penting dari dinamika perkembangan umat Islam di dunia. Kita sadar bahwa akan banyak orang Islam yang menganggap apa yang dilakukan Amina Wadud sebagai sesuatu yang tercela, mengada-ada, atau bahkan menyesatkan. Adalah hak siapa pun untuk berpandangan semacam itu. Tapi, marilah kita berharap bahwa sikap itu tak membuahkan kemarahan yang membabi buta yang lazim diikuti dengan penolakan untuk bahkan sekadar mendiskusikan gagasan yang diajukan Amina Wadud. Di dunia, kita tidak pernah tahu Kebenaran Absolut. Yang kita tahu hanyalah kebenaran dengan ''k'' kecil. Dengan kata lain, apa yang kita yakini sebagai kebenaran mungkin saja salah. Kita mencari kebenaran sepanjang hidup. Apa yang kita percaya sebagai kebenaran adalah sesuatu yang merupakan hasil dari proses belajar dari orang tua, dari sekolah, dari buku, dari lingkungan, dari guru, dari pengalaman hidup, sampai sekarang. Saya tidak bisa mengatakan, apa yang saya anggap benar, pasti benar. Selalu harus terbuka kemungkinan untuk mengoreksi, meninjau ulang. Mungkin mayoritas pria Muslim masih tidak nyaman bila diimami shalat oleh wanita. Namun, adalah penting bagi kita untuk
70
mendengarkan argumen yang dikemukakan Amina Wadud, tanpa buruburu secara apriori menuduhnya sebagai manusia sesat yang menyesatkan. Ia juga berargumen bahwa al-Quran tidak pernah melarang praktik wanita memimpin shalat kaum pria. Tentu saja, argumen itu terbuka untuk diperdebatkan. Namun, yang terpenting justru itu terbuka untuk diperdebatkan. Kalau Pendapat Amina ternyata benar, manfaatnya jelas : kita menemukan kebenaran baru. Karena itu, terlepas dari benar atau salah, pandangan Wadud yang kontroversial sangat penting untuk dijadikan agenda isu terbuka umat Islam. Allah akan selalu menerangi jalan mereka yang berusaha mencari kebenaran dengan ikhlas. Wallahu a’lam bi shawab