li,, 6
7 rssN 1829-5053
ffi
Im[
KPM
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Volume 3, Nomor
1,
April 2007
Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian - Universitas Sriwijaya J.KPM
Vol.3
No.1
Hall-68
t55f{
Indralaya
April2007
1
&?9-5*53
Jurnaf KPIUI Komunlkasf dan pengembangan r\iasyarakat
-' nEwi*,ontullnn'tullnnilmtohtentongnaslah-rnanunyangiixitanaengantrownttxaiiin-. 'wmtxpuJt"ro-.0f,,1,!H*H;:L,**:,H,,-tanttnverdtossr*lawuntuk pengemhngan nnsyarakat, botk berup histt penelltlan, studl kery*,okoan dan tulisnn ilmtah lalhnya.
Penarehat: Pimplnan Fakutbs perbnhn Unirarsibs Sriwijaya Pimpinan Jurusan Sosiat Ekonoml pertanhn Kehn kogram St.rdi penyrtuhan dan Komunikasi perbnhn Ketua Penyuntlng: Dr.lr.Sribti, M.5.
Penyunting Ahli/ilitra B$tarl 1. Prof. lr. H. Fachrurrozie sjarkowi, M.k., phD. (univenitas sriwijaya) 2. Prof. Dr. lmronZahri, r\6. (Univenitas Sriwijaya)
3. fr.A. Karim yusuf, M.A. {Universihs Sriwijaya} 4. lr. M. Yazil, iit.k. (Univenitas Sriwijayai 5. Prof. Dr. tr. i{ustirfr l{ushjab, m.Sc. l0nVersihs Brawijaya) 6. Dr. Dra. Ari Pradhanawati, M.S. (Universibs Diponegoro)7. Dr.lr.Titik Sumarti, l,l.S. (lnstiUt perhnirn Bogor) Penyunting Pelaksana:
lr. Nukmat Hakim, i,lSi. Riswani, 5.P, M.Si. lr.
Yulian Junaidi
KeuangandanTata Usaha Setty
Okhrina,
5.P.MSi.
M. Arby, 5.P.
Af
anat Redakst/Penerbit;
Program Studi Penyutuhan dan Komunikasi pertanian Jurusan sosial Ekonomi pertanian Fakultas pertanian universitas srwijaya It 1.ry_p1"_l-ban g.Prabum u lih Km . 3t Ind ralaya-Ogan ttir
Telp.
071
1
-580667tFu, 0111.5W276 e-mait: jkpirOpps.unsri.ac.id
Jurnaf KPM Komunikasi dan Pengembangan iiasyaralot
Volume 3, Nomor 1, APrlt 2007
DAFf,AR ISI
1.
l&iflcai Khrja drr Fffirgar l(3terrbagailtge
|.ffi (A
,tterlpddgt lrpt
lqidh$at.tn l(srffii hnfg Ag'rg0ruSdatm
KiliTtllaf, lltt'b,
Fda
Ed^ard Km\ildt).
Z fai<6'+a15r )€rg nEnpsEagii l,ttivad p11; ihrtad Arg@ l€np1 trrrhrg hrgrt g*trd.I drr Hnry.ar1a dq'gnt kne@t ki d hgrBai Dalccansfft Rarhran hnlr.a*r (FazidtAsyidq lWul Aziz
dilt{t
11116
Aldlzd1|
3 g.frber lrfq,lrEl ddanRces kTEcatBl $$rnr d &sa TArjue5ed
1€
tffii Sa$|z, hda kHi qililf ( 9nlt Ah"6ir,
ttbryar OralrrTaraga KrJa\1ffi dsxan kndrcn
[l*EH hd
t#
Sftlga$aga6|SemArJitsoc*alur[rdvbrgqdrsilGsratsyaat
17-?5
ztsI) 31'46
m@ranscid(RiiMAPm)
enbryurrr Fstaiar ddmkspdCif 1borl (ihnAziz)
A Konuikt$
7.
.
e
4l{9'
REFr M gtaep paasam neqnApn Ka€t t Egd l(ar Gf l l(aet ehdd ESJ<artW k& ftEgrdrsaF en tffi lt[&] A l€lmYu*f, E[ lfiqei l,tsa Ft*n
5l$
l(dwgal,ffii
5*68
S*
-d
Kodflk
hr|FkfrrytnhFl.biltat lhqtr*at Vil€t hdesaar (,tf,/vP) EdE@
sd(It, |epasr
ftn@hn
qililtl
tffi
$Iian l.]Eld)
Sa!
rdn d
Desa
Ts$ug
RESPON PETANITERIIADAPPEI,AKSANAAN
'
Gr
"-^
Response
KLON
PET.{YADAPAN
**Tffiffi3il-tY;ffiffi^lf
KYAr Dr DE.A
of Farmers with Tap Rubber of Clone GT I Concrection at Sapta BIna Rubber farming Program in Sukamenang Village Muara Enim Regency Nukmat Haki6t), Karim Yusuf), dan Eti Handayani2)
l)
Stafpengajai Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian , Fakultas Pertanian Unsri 2) Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian , Fakultas Pertanian Unsri r,n.Palembang-PrabumulihKm32Indralaya30662
._
ABSTRACT The purposes of this research were to measure offarmer's responses with rubber tapping systems ofclone GT 1 at Sapta Bina Rub.ber Farming Program in Sukamenang Wllage Muara Enim Regency, to
identify inJluencebfactors offarmer's response with tap rubbet'ofclone GT I at Sapta Bina Rubber Farming Prcgram in sukamenang Wllage Muara Enim Regency. Method use in this research was survey method, with examined rubber'sfarmerwhose adopted clone GT I with age ofplant in 1992 as mueh as 20 people. Data collected consisted ofprimary and secondary data. Data obtained to be processed using scores and divide i1t interval classes to answer the purposes. Tb answer the second purposes about whatfactors which responses with Rubber tapping of Clone GT I wilh nbulations and peparcd uplanation influence offarmer
l systematbly.
.l
Key Words: farmer response, rubber farming rubben PENDAHTJLUAN
Karet'merupakan salah satu komoditas
Kenyataan menunjukkan betapa banyak
areal pertanaman karet yang
mutu penyadapannya sangat memprihatinkan.
perkebunan di Indonesia, yang sudah dikenal dan dibudidayakan dalam kurun waktu relatif lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Sayangnya, posisi Indonesia yang pada awal
Dengan demikian, selain produksinya rendah juga umur pohon layak sadap menjadi semakin
pembudidayaan karet merupakan penghasil
utama agar pangsa pasar dan petestarian produksi dapat diantisipasi.
karet utama dunia sudah digantikan oleh Malaysia, yang sebenarnya masih belum lama dalam hal membudidayakan karet (Tim Penebar Swadaya,2004). .Terdapat faktor yang menyebabkan betapa Indonesia masih memerlukan usaha ke arah peningkatan produksi. Salah satu faktor teknis yang perlu dipertimbangkan adalah rendahnya mutu penyadapan. Kenyataan ini tidak hanya terjadi pada areal pertananaman kdret rukyat, tetapi jgga di perkebunan-perkebunan besar milik pemerintah. Padahal sifat perlakuan teknis
penyadapan karet berkaitan erat dengan tingkat produksi yang diharapkan, bahkan sangat menentukan umur ekonomi pohon (Siregar, 1994). Usaha menerapkan penyadapan karet yang
benar.di .Indonesia masih memeilukan waktu
singkat. Dengan kata lain, penyadapan tanaman karet indonesia merupakan prioritas
Melihat permasalahan yang ada pemerintah sepertinya harus turun tangan unhrk mengatasi agar produksi karet terus berkesinambungan. Melalui Program Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat pemerintah bekerja sama dengan Balai
Penelitin Sembawa berusaha memberikan bantuan informasi tentang teknik budidaya karet
yang baik khususnya tentang teknik penyadapan karet, agar meningkatkan pengetahuan petani. Materi dari program tersebut disampaikan langsung oleh PPL dan sekal igus melakukan binaan intensif pada petani.
Desa Sukamenang merupakan salah saru
desa
di Kecamatan Gelumbang yang
penduduknya sebagian besar berpencaharian sebagai petani karet. Kebiasaan petani dalam
lagi, karena kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa penyadapan karet kita
penyadapan yang tidak sesuai dengan pedoman yang dianjurkan, harus segera diantisipasi. Desa Sukamenang juga sebagai
belum sepenuhnya mengikuti pedoman baku.
desa yang menjadi sasaran dari Program Sapta
53
:
.
.
..
Bina Usahatani Karet Rakyat, diharapkan dapat
merubah perilaku petani dalam teknik penyadapan karet yang baik dan benar. Bagaimana respon petani terhadap teknik penyadapan karet menjadi fokus kajian ini. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
L 2.
Mengukur repon petani terhadap materi pelaksanaan penyadapan karet unggul Klon GT-1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa yang mempeng[ruhi respon petani terhadap materi pelaksanaan penyadapan karet unggul Klon GT-1.
."-)..."
.. .- .-.. -:.-,".' .''-.
Menurut Nasution &barizi (1998), rumus yang digunakan untuk membuat interval kelas adalah sebagai berikut
NR PI
=NR:JIK
Dimana:
NR : NilaiRange NST = Nilai SkorTertinggi NSR = Nilai Skor Terendah JIK = Jumlah Interval Kelas PI = Panjang Interval Kelas Diketahui:
NST =27 NS\ =9 JIK = 3 (tinggi, sedang dan rendah) Maka perhitungan
METODOI]OGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Sukamenang
Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim. Penentuan lokasi dilakukan seDara sengajd dengan pertimbangan bahwa desa tersebut sebagian besar penduduknya berusaha tani karet sebagai mata pencaharian utamanya. Pengumpulan data pada bulan Juni
2M Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survei, dengan populasi
= 18: 3
-6
Nilai rata-rata per indikator antara t- 3, dengan rumus sama ditentukan interval kelas per indikator. Berdasarkan perhitungan tersebut nilai interval kelas dapat dilihat pada Tabel l.
Tabel
kuisioner. Data tersebut berupa identitas petani contoh, respon petani terhadap pelaksanaan
penyadapan karet dan faktor-faktor yang mempengaruhi respon petani. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, meliputi data monografi desa, laporan dan catatan-catatan dari PPL maupun instansi yang berhubungan (Kabupaten dan Kecamatan). Data dan informasi diolah secara tabulasi dan
disajikan secara deskriptif. Untuk tujuan pertama. tentang respon petani terhadap pelaksanaan penyadapan karet Klon GT-l dilakukan dengan penilaian menggunakan skor. Berdasarkan data tersebut maka responden dengan kiteriatinggi diberi skor3, skor2 kriteria sedang dan kriteria rendah diberi skor l. Hasil skor dalam penilaian ditampilkan dalam bentuk rata-rata dan digolongkan dalam interval kelas.
54
Interval Kelas
l. Di
pada petani contoh dengan menggunakan
kelas tingkat respon petani terhadap materi petaksanaan Nilai
mempunyai kebun karet dengan tahun tanam
Data primer diperoleh dari wawancara langsung
l. Nilai interval
penyadapan karet Klon GT-
purposive sampling kepada petani yang Desa Sukamenang terdapat 20 petani yang memenuhi kriteria tersebut, dan seluruhnya dijadikan objek penelitian ini. Data terdiri dari data primer dan sekunder.
:
NR =NST.NSR ' :27 -9 =18 PI =NR:JIK
petani karet yang mengadopsi karet Klon GT:l. Penarikan Contoh dilakukan dengan metode
1992 dan bibit karetnya adalah klon GT
:
= NST. NSR
I 2
J
9<x<15 21 2l <x<27 15 < x <
l.
Nilai Interval Kelas
per
Kriteria
indikator
1,00-1,66
-2,33 2,34 - 3,00 1,67
Rendah Sedang
Tinggi
Untuk menjawab tujuan kedua yaitu faktorfaktor yang mempengaruhi respon petani terhadap pelaksanaan penyadapan karet klon GT-1, diolah secara tabulasi dan ddelaskan secara deskriptif.
HASILDAI\IPEMBAHASAN
A. Identitas Petani Contoh Petani contoh adalah petani yang tinggal Dusun II Desa Sukamenang, kebanyakan di berasal dari luar Desa Sukamenang yaitu dari pulau Jawa sebanyak 12 petani dan hanya 3 orang yang merupakan penduduk asli sisanya berasal dari Lampung, Lahat, PagarAlam dan Medan. Umur petani contoh berkisar 23 - 55
tahun, pendidikan yang ditempuh cukup beragarn yaitu SD, SLTP dan SLTA, dan yang
paling banyak petani contoh pada tingkat SLTP yaitu sebanyak 8 orang.
Respon Petani terhadap Peloksanaan penyadapan...,..
Jumlah tanggungan petani contoh rata-rata
5 orang, dengan luas lahan yang dimiliki berkisar I - 4 hektar. Petani rata-rata memiliki pengalaman cukup lama dalam berusahaiani karet yaitu berkisar l - 14 tahun.
B. Respon Petani Terhadap Pelaksanaan Penyadapan Karet Unggul KIon GT
1
Respon petani terhadap teknik
penyadapan karet unggul klon GT I pada Program Sapta sedang, dengan jumlah skor 20,7. Petani yang merespon sedang ada l3 orang (65 %o) Mnyangmerespon tinggi 7 orang (35 %). Skor rata-rata respon petani terhadap materi teknik penyadapan karet dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel
10. Skorrata-rataresponpeiani
terhadap materi penyadapan karel unggul klon GT I di Desa Sukamenang.
No
Skor
Pengukuran
K
Penggambaran B. sadap Kedalaman irisan sadap Ketebalan irisan sadap Frekuensi Penyadapan
I 1,75
Waktu Penyadapan
)1<
Jumlah
2,00
S
2,t5
s
2,0s
S
T
20,7
petani pada perkebunan mereka, dengan alasan
penentuan kedalaman, ketebalan irisan dan frekwensi penyadapan yang dianjurkan tidak sesuai dengan kondisi kebun karet petani yang
perawatannya kurang diperhatikan dan pertumbuhan tanaman karet yang tidak seragam. Materi I dan 5 termasuk kriteria tinggi berjumlah 40Yo. Penggambaran bidang sadap
dan waktu penyadapan yang dianjurkan dirasakan petani lebih mudah untuk diterapkan, karena mereka memang sudah
melakukan penyadapan sesuai dengan ketentuan yang dianjurkan. 1. Penggambaran
ll.
Skor rata-rata tingkat respon petani terhadap penggambaran bidang sadap
I 2 3 4 5
kemiringan sadap anjuran 30" - 40o, tetapi petani melakukannya kadang lebih atau kurang dari 30" - 40". Hal ini dikarenakan petani tidak bisa menggunakan alat bantu untuk menentu-kan derajat kemiringan (busur derajat) secara tepat.
Skor rata-rata petani contoh
Pengukuran
bukaan kemiringan sadap Jumlah Tinggi
Arah irisan sadap Sudut Panjang irisan sadap Letak bidang
Skor rzla-ral
2,35 2,55 2,20 .2,4 2,25 11,7 5
K A
T T S
terhadap
penentuan letak bidang sadap yaitu 2,25. petani contoh tidali mererapkan letali bidang sadap sesuai anjuran karena petani dalam penelitian ini kurang memperhatikan arah mata angin, dan biasanya mereka melakukannya sesuai dengan keinginan mereka, yang menurut mereka tepat.
Kedalaman Irisan Sadap
Kedalaman irisan sadap anjuran I - l,5mm. Tabel 10, menunjukkan bahwa rata-rata dalam pengukuran kedalaman sadap bemilai skor 2,00
yatermasuk kriteria sedang, bahwa petani melakukan kurang sesuai dengan anjuran penyuluh. Alasan mereka adalah , karena: l. Petani tidak memiliki alat pengukur kedalaman irisan sadap seperti anjuran.
2.
Petani merasa kssulitan untuk melakukan
pengukuran sesuai anjuran, asal tidak terkena kayu dan lateks bisa keluar bagi petani sudah melakukan penyadapan
3. 4.
dengan baik.
Petani merasa semakin kedalam jumlah lateks keluar semakin banyak, sehingga tidak perlu melakukan pengukuran.
Ukuran batang dan ketebalan kulit tanaman karet yang tidak sama, jadi tidak
mungkin bisa digupakan dengan ukuran yang mutlak.
3. Bidang Sadap
Respon petani terhadap penggambaran bidang sadap dapat dilihat pada Tabel ll.
No
sadap dan letak bidang sadap memperoleh respon sedang dari petani. penentuan sudut
2.
T
Tabel l0 menunjukkan materi 2,3 dan 4 termasuk kategori sedang dengan jumlah 60 o%. Ini berarti materi belum bisa diterapkan
Tabel
Tabel I I menunjukkan bahwa respon petani terhadap materi penggambaran bidang sadap diperoleh skor I1,75 dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa petani dalanr melaksanakan penyadapan karet sesuai dengan anjuran. Materi penentuan sudut kemiringan irisan
rata-rata
I 2 3 4 5
Nukmal Hakim. dkk
Ketebalan lrisan Sadap
Lateks akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama alirannya semakin lambat, hingga akhimya berhenti sama sekali.
Terhentinya aliran lateks disebabkan oleh tersumbatnya ujung pembuluh lateks dengan gumpalan lateks. Sumbatan itu berupa lapisan yang sangat tipis. Lateks mengalir bila sumbatan dibuang dengan cara mengiris kulit pada hari sadap berikutnya. Irisan yang tipis pun telah cukup untuk membuang sumbatan itu,
T
Ketebaian irisan yang dianjurkan adalah
S
antara 1,5 - 2mm setiap penyadapan, agar
T
pohon dapat disadap selama 25
-
30 tahun,
))
J.KPIA Vol.3 No.1
April 2007: 51-57
Respon petani terhadap penentuan ukuran nilai rata-rata petani 2,15
ketebalan irisan,
berarti petani hanya mengetahui materi penentuan penentuan ketebalan irisan yang dianjurkan, tetapi petani tidak bisa mempraktekkannya di kebun mereka. Ketebalan irisan biasanya dipengaruhi oleh lekukan pisau sadap yang digunakan petani. Dalam penelitian
ini rata-rata petani melakgkan ketebalan irisan antara 2 - 2,5 mm karena pisau sadap yang digunakan terlalu lengkung. Ketebalan irisan dilakukan dengan membukapori-pori kulit, dan
ketika pori-p6ri tutit sudah terbuka maka lateks akan keluar dengan sempurna. Jadi penentuan ketebalan irisan tidak bisa distandarisasikan, tergantung ketebalan kulit pohon. Karena pertumbuhan pohon karet ini tumbuhnya tidak seragam, maka susah untuk melakuan ketebalan irisan sesuai anjuran PPL. 4.
Frekwensi Penyadapan
Frekwensi atau kekerapan penayadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Penentuan frekwensi penyadapan sangat erat kaitannya
dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjnag irisan % spiral S), freku,ensi penl'adapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam tiga hari (d/3) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam dua hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat respon
(l/2
petani terhadap frekwensi penyadapan sedang. Petani tidak bisa memaksakan diri untuk melakukan penyadapan satu kali dalam dua hari. Mengingat cuaca atau iklim yang ada di Desa Sukamenang ini banyak hujan, jadi cuaca tidak bisa di kontrol. Petani takut ketika
pohon tidak disadap satu hari, dan ketika besoknya harus dilakukan penyadapan ternyata turun hujan. petani tidak bisa
ISSN
5.
: 1829-5053
Waktu Peny'adapan
Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat rnenjelang fajar, dan kemudian akan menurun
bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas, yaitu jam 05.00
-
07.30.
Berdasarkan Tabel 10, diketahui respon petani terhadap penentuan waktu penyadapan berada dalam kriteria tinggi yaitu dengan nilai
skor rata-rata 2,75, petani melakukan penyadapan sesuai dengan yang dianjurkan. Biasanya petani mulai melakukan penyadapan sekitar pukul 05.30. Petani di Dusun II Desa Sukamenang ini cukup memahami bahwa melakukan penyadapan dengan waktu yang ditentukan itu, lateks yang keluar banyak.
Walaupun ada juga petani melakukan itu karena
penyadapan jam 8 ke atas, hal
dipengaruhi oleh hujan. pohon karet yang basah karena hujan otomatis tidak bisa untuk
disadap, jadi petani harus menunggu siang hari sampai pohon karet kering dan bisa untuk disadap.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Petani Terhadap Pelaksanaan Penyadapan Karet Unggul Klon GT 1 Faktor-faktor yang memepengaruhi respon petani dalam pelaksanaan penyadapan karet Unngul Klon GT I adalah Tingkatpendidikan,
pengalaman, pelatihan dan luas lahan. Penjelasan lebih rici diuraikan dibawah ini. 6. Tingkat Pendidikan
Pendidikan sangat mempengaruhi petani
dalam merespon materi
pelaksanaan
penyadap-an karet yang disampaikan oleh PPL.
menambah produksi mereka. Kebutuhan rumah
Hasil penelitian didapat bahwa pendidikan petani beragam, dari SD sampai SLTA.
tangga yang mendesak juga menjadi alasan petani melakukan penyadapan setiap hari.
Pengaruh faktor pendidikan petani dapat dilihat pada Tabel 12,
Keinginan untuk mengejar produksi yang lebih
banyak menuntut petani harus melakukan penyadapan tidak sesuai yang dianjurkan.
Tabel 12. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap respon petani terhadap pelaksanaan penyadapan karet.
Tabel 12 menunjukkan bahwa petani yang memberikan respon tinggi yang paling banyak adalah petani yang berpendidikan SUIA yaitu sebanyak 3 orang atau l5 0/0, sedangkan petani
SD
yang memberikan respon sedang dominan berpendidikan SLTP yaitu sebanyak 6 orang atau 30 % dari 13 petani.
56
J%
2t0
J
%
J
J
)
SLTP
210
l)
6
30
8
SLTA
J
4
20
Jumlah
l)
,7
7 35 13 65 20
% 40
J) 100
L Respon Petani terhadap Pelaksanaan Penyadapan.,....
Tingkat respon petani bila dikaitkan dengan:pendidikan petani, tidak terlatu
Nukmal Hakim, dkk
Tabel
14. Pengaruh pelatihan terhadap respon petani contoh
bertpengaruh. Hal ini dapatdilihat dari tabel12,
ter.dapat 4 orang petani yang berpendidikan
SLTA tetapi responnya tinggi, begitupun sebaliknya petani yang memberikan respon tinggi tetapi berpendidikan SLTP dan SD, hal ini dikarenakan petani lebih banyak belajar dari
pengalaman mereka dalam melakukan penyadapan, sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan,langsung dari lapangan dapat membantu mereka dalam menilai apakah mqteri yang dianjurkan"bisa atau tidak diterapkan pada perkebuanan karet yang mereka miliki.
.
7. Pengalaman
Karet merup-qkan sumber mata pencaharian
pokok penduduk Desa Sukamenang ini. Pengalaman petani dalam pelaksanaan penyadapanpun berbeda antara petani satu dengan yang lainnya. Ada yang mempunyai pengalaman yang cukup lama, tetapi adajuga petani yang rnemiliki pengalaman baru dalam melaksanakan penyadapan karet. Pengaruh
pengalaman terhadap tingkat respon petani dapat dilihat pada Tabel 13.
Pernah2l0l5315 Tidak 5 25 12 60 l7
13 65 20 t00
/J)
Jumlah
65
yang rnerespon sedang hanya I orang yang pemah ikut pelatihan, dan 12 orang (60 %) yang tidak pernah mengikuti pelatihan. Sedikitnya petani yang pemah mengikuti pelatihan, dikarenakan petani sudah memiliki keahlian dalam hal menyadap tanpa harus ada pelatihan. Kebanyakan mereka bisa menyadap
didapat dari orang tua mereka. Untuk bisa menyadap yang baik tergantung kepada petani sendiri tanpa harus ada pelatihan. Kurangrya pelatihan yang diberikan PPL terhadap petani, danjuga kecendrungan petani yang sudah melakukan penya{apan dengan
baik tanpa harus mengikuti aturan yang dianjurkan, makanya faktor pelatihan mempengaruhi respon petani terhadap matEri pelaksanaan penyadapan karet unggul Klon
GT
l.
Tabel 13. Pengaruh pengalaman terhadap respon petani contoh
7
9.
Luas Lrhan
Petani contoh memiliki luas lahan yang beragam dalam penelitian ini. Pctani yang memiliki lahan seluas I 1,5 ha ada 3 petani (15 %),luas 2 - 3 ha dimiliki 15 orang (75 %, dan luas lahan 4 ha dimilki 2 orang petani (10 Yo\. Pada Tabel 15, disajikan pengaruh luas lahan terhadap tingkat respon petani contoh
-
-14(L)
7 35 13
6i5
100
Tabel 13 menunjukkan pengalaman petani dalam melakukan penyadapan mempengaruhi tespon petdni. Petani yang memiliki pengalaman lama rata-rata memberi r€spon sedang, yaitu ada l2 petani. Hal inidikarenakan pengalaman yang cukup lama dalam penyadapan membuat petani lebih mengerti dan memahami apayang tgrjali di perkebunan karet mereka. :
di Desa Sukamenang. Tabel
15. Pengaruh luas lahan terhadap tingkat- respon p€tapi contoh
J% l-1,5 2-3 4
' Hasil penelitian menunjukkan 3 orang petani(15 %) pernah mengikutipelatihan dan pgta[i yang lidak pernah ikut pelatihan 17 orang (65 %). Pengaru! pelatihan terhadap respon petani pada materi pelaksanaan penyadapan karet diperlihatkan pada Tabel 14.
',. DariTabel 14,petaniyangmerespontinggi yang irdmah mengikuti pelatihan hanya 2 orang (10 %), dan 5 orang (25 %) yang tidak pemah mengikuti pelatihan, sedangkan petani contoh
Jumlah
5 2
I t0,,,
o/e
3
2s l0 {0',.ls 5 | 5"2
75
t0
7 35' 13 65'. 20 t0 0
Berdasalkart Tabel 15 dapal diketahui tingkat respon petani tinggi yangrnpmiliki luas lahan I tia hanya I orani (5:.7d, yang memiliki lahan 2 - 3 ha 5 o..ang (25 o/o\ dan petani yang memiliki lahan 4 ha I orang (5 %). Sedangkan petani dengan respoR sedang memilki lahan I - 1,5 ada 2 orang (10 %), luas lahan 2 - 3 hektar ada l0 orang (50 %) dan
-i
57
J.KPIA Vor: 3 No.'l
fpril
2007
:
58-64
ISSN
I orang (5 %). Hal ini dapat disimpulkan bahwa petani rata-rata
Berdasarkan Tabel
luas lahan 4 ha dimiliki
memiliki lahan seluas 2 -3 hektar.
l5
: 1829-5053
diketahui petani
contoh yang memiliki kiteria tinggi terdapat
2
orang (10 %) yang mengatakan materi
menerapkan apa yang disampaikan PPL. Keinginan untuk mempertahankan produktivi-
penyadapan karet mudah untuk diterapkan dan 5 orang (25 %) mengatakan bahwa materi ini suiit untuk diterapkan. Petani pada kriteria sedang hanya orang yang mengatakan
tas perkebunan karet agar bisa disadap selama
mudah dan 12 orang (60 %) mengatakan materi
Respon tinggi yang
dimiliki petani terhadap
materi yang disampaikan, berarti petani sudah
20
-
25 tahun, membuat petani harus benar-
I
ini sulit untuk diterapkan.
benar memperhatikan perawatan tanaman karet. Sehingga semakin luas lahan yang
dimiliki petani maka dalam memberikan suatu respon akan Tebih berani karena adanya keinginan untuk memperoleh hasil produksi
KESIMPULAI\IDANSARAN
A. Kesimpulan
l.
yang lebih banyak dari sebelumnya. Sementara bagi petani yang memiliki respon sedang terhadap materi ini merasa adanya keraguan,
takut nantinya dengan menerapkan materi yang dianjurkan tidak bisa mencapai produksi seperti yang di harapkan.
Respon petani terhadap materi
pelaksanaan penyadapan karet unggul klon GT I adalah berada dalam kireteria
2.
sedang, yaitu sebanyak 13 orang atau 65 persen darijumlah populasi 20 orang. Faktor - faktor yang mempengaruhi respon
petani terhadap materi pelaksanaan
penyadapan karet unggul Klon
GT
I
10. Kompleksitas Penerapan materi penyadapan karet yang
adalah pendidikan, pengalaman, pelatihan,
dianjurkan dianggap sulit dilakukan oleh petani karena tanaman karet yang mereka miliki
paling dominan mempengaruhi respon
luas lahan dan kompleksitas. Faktor yang
petani yaitu pengalaman sebanyak l8 petani yang memiliki pengalaman lama
berbeda dengan kriteria yang dianjurkan dari materi tersebut . Sebenarnya rata-rata petani
mengetahui materi penyadapan karet yang baik, namun untuk menerapkannya di lapangan sangat sulit untuk dilakukan. Menurut petani materi penyadapan karet
yang dianjurkan dari Program Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat ini, hanya bisa
dalam berusahatani karet atau 90 % dari jumlah populasi 20 petani.
B. Saran
l.
diterapkan untuk perkebunan karet pemerintah
bukan untuk perkebunan karet rakyat yang
dimiliki petani. Alasannya katena perkebunan karet pemerintah memang sangat diperhatikan
tingkat keseragaman pohon dan juga perawatannya. Sementara perkebunan karet yang dimiliki petani, perawatan yang dilakukan seadanya dan pertumbuhannya pun tidak sebagus dengan perkebunan karet milik
pemerintah. Hal inilah yang menyebabkan kompleksitas menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi respon petani terhadap materi pelaksanaan penyadapan karet unggul Klon
l.
Kompleksitas menurut petani contoh dapat dilihat pada Tabel 16.
GT
Tabel I 6. Kompleksitas menurut petani contoh tahun 2006. di Desa Su
%J Mudah
Sulit Jumlah
58
%
Yo
2,10 I 5 3 525t2 60 t7 d5 7 35 13 65 20 100 15
2.
Agar mutu karet berkualitas tinggi, hendaknya petani melakukan penyadapan melalui tahaptahap yang telah dianjurkan, serta perlu mengintensi&an lagi materi I dan 5 yang sudah diterapkan petani.
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melihat respon petani, hendaknya yang perlu dikaji yaitu frekwensi penyuluh dalam memberikan materi.
DAFTARPUSTAKA
Rusidi. 1982. Sosiologi Pedesaan
Suatu Pengantar Kepada Kegiatan Penyuluh
Dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.
S. 1994. Teknik Penyadapan Karet. Kanisus. Jakarta.
Siregar, T. H
Tim Penulis penebar Swadaya. 2004, Budidaya dan Pengolahan serta Strategi Pemasaran Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.