ISSN 2089-1482
VOLUME 3 NOMOR 1
April 2013
Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas Di Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi
Rafael Purtomo Somaji
Kajian Manajemen Transportasi Pada Daerah Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus Di Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Probolinggo)
Noor Salim
Identifikasi Faktor Penyebab dan Upaya Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jember (Studi Kasus Kemiskinan Di Wilayah Utara Kabupaten Jember)
Andri Purnomo
Analisis Strtategi Fungsi Produksi Pada UKM Daun Agel Handicraft Di Bangkalan
Wenny Istigfarini dan H.Setiyo Budiadi
Pengaruh Ketahanan Sektor Basis Terhadap Inflasi Di Jawa Timur
Sarwedi dan Nugroho
Pengembangan Potensi Kawasan Wisata Bahari Watu Ulo Sebagai Model Pengembangan Ekowisata Berbasis Community Based Tourism
Kusuma Wulandari
Pengaruh Etika Confucius, Kewirausahaan, Kemampuan Usaha Customer Satisfaction Dan Perceived Image Terhadap Kinerja Usaha
R. Andi Sularso
Alternatif Penentuan Kecamatan Pusat Pertumbuhan Di Sub Satuan Wilayah Pembangunan Di Kabupaten Sidoarjo
Dhiah Fitrayati dan Sasongko
Pembentukan Portfolio Optimal Reksadana Saham Blue Chip (LQ 45) Dengan Pendekatan Goal Programing Pada Kondisi Pasar Saham Berbeda
Kamarul Imam
Analisis Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kota Jember
Nanik Istiyani
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karyawan Unit Penjualan Motor Di Kecamatan Rogojampi Kabuapten Banyuwangi
Moch. Syaharudin
Analisis Tingkat Kemandirian Daerah Kabupaten Jember Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah
Fivien Muslihatinningsih
IKATAN SARJANA EKONOMI INDONESIA CABANG JEMBER
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia
Cabang Jember ISSN 2089-1482 Volume 3 Nomor 1, April 2013
Ketua Redaksi/Pedanggung Jawab Prof. Dr. H. Moh. Saleh, M.Sc Sekretaris Drs. H. Sonny Sumarsono, MM Editor Ahli Dr. Siti Komariyah, SE, M.Si Dr. Zainuri, SE, MSi Dr. Sumani, SE. Msi Drs. Hendrawan Santoso P, SE, MSi, Ak
Alamat Redaksi Sekretariat/Redaksi: Fakultas Ekonomi Universitas Jember Jl Kalimantan Kampus No.37 Tegalboto Jember 68121 Telp. (0331) 337990- Fax (0331) 332150 E-mail :
[email protected]
Jurnal Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Jember (ISEI-Jember) diterbitkan oleh Alumni Fakultas Ekonomi yang berdomisili di Kabupaten Jember dan sekitarnya, sebagai media profesi ilmiah, penyebaran informasi dan forum pembahasan masalah-masalah Pembangunan Ekonomi. Terbit 2 (dua) kali setahun setiap bulan Oktober dan April. Penyunting ISEI Jember menerima tulisan yang belum pernah dimuat media lain berupa hasil penelitian, ulasan atas suatu permasalahan Ekonomi atau gagasan orisinil dengan substansi pokok terkait dengan upaya untuk memajukan pembangunan ekonomi serta kesehjateraan masyarakat.
DAFTAR ISI Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas Di Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi Rafael Purtomo Somaji
1 - 20
Kajian Manajemen Transportasi Pada Daerah Pelabuhan Perikanan (Studi Kasus Di Pelabuhan Perikanan Pantai Kota Probolinggo) Noor Salim
21 - 40
Identifikasi Faktor Penyebab Dan Upaya Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Jember (Studi Kasus Kemiskinan Di Wilayah Utara Kabupaten Jember) Andri Purnomo
41 - 52
Analisis Strtategi Fungsi Produksi Pada Ukm Daun Agel Handicraft Di Bangkalan Wenny Istigfarini Dan Setiyo Budiadi
53 - 69
Pengaruh Ketahanan Sektor Basis Terhadap Inflasi Di Jawa Timur Sarwedi dan Nugroho
70 - 86
Pengembangan Potensi Kawasan Wisata Bahari Watu Ulo Sebagai Model Pengembangan Ekowisata Berbasis Community Based Tourism Kusuma Wulandari
87 - 100
Pengaruh Etika Confucius, Kewirausahaan, Kemampuan Usaha Customer Satisfaction Dan Perceived Image Terhadap Kinerja Usaha R. Andi Sularso
101 – 109
Alternatif Penentuan Kecamatan Pusat Pertumbuhan Di Sub Satuan Wilayah Pembangunan Iii Kabupaten Sidoarjo Dhiah Fitrayati dan Sasongko
111 - 126
Pembentukan Portfolio Optimal Reksadana Saham Blue Chip (Lq45) Dengan Pendekatan Goal Programing Pada Kondisi Pasar Saham Berbeda Kamarul Imam, I Ktut Mawi Dwipayana dan Priyo Hutomo
127 - 144
Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kota Jember Nanik Istiyani
145 - 158
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karyawan Unit Penjualan Motor Di Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi Moch. Syaharuddin
159 - 176
Analisis Tingkat Kemandirian Daerah Kabupaten Jember Sebelum Dan Sesudah Otonomi Daerah Fivien Muslihatinningsih
177 - 190
Jurnal ISEI
Jember
Volume 3 Nomor 1, April 2013
ANALISIS RESOLUSI KONFLIK EKSPLORASI TAMBANG EMAS DI KECAMATAN PESANGGARAN KABUPATEN BANYUWANGI (ANALYSIS OF CONFLICT RESOLUTION GOLD MINING EXPLORATION IN THE DISTRICT DISTRICT PESANGGARAN BANYUWANGI) Rafael Purtomo Somaji Staf Pengajar Program Studi IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Jember Telp. 0331-337990/HP.081336451616
Abstract Potential conflicts based on geographical and socio economic aspects there are four types namely: First, the people in the gold mine Location Plot area 56; Second, Pancer Village Sumberagung particular region; Third, rural areas and Sarongan Kandangan the two three years will be the expansion of mining exploration area PT IMN which is starting to existing local mining efforts. If no attempt to anticipate such conflicts would be a time bomb. Fourth, is a rural area that includes the area outside the three Pesanggaran but in the region. For example Sumbermulyo village. Pattern of patron-klein (Stake-Holders) in the new economy Houses tend to be social is concerned. Based on the perception of public opinion in the district Pesanggaran about PT IMN during this activity are generally divided into two major groups and Pancer Sumberagung first region tend to reject the existence of PT IMN, being outside of the region is relatively functional nature. Aternative scenario "a partnership between the stakeholders involved" in the sustainable management of the gold mines there are several alternative scenarios: (1) Reduce the characteristics of an open access area of a region Quasi public goods, both for coastal (littoral) and gold mining areas by the people. One of the policy is to make the exclusion limit or fencing so that each one can minimize the negative externalities in particular, (2) In managing conflicts should be pursued with the point of view of conflict is positive, and pursued a win-win solution Keywords: stakeholders, gold mining exploration and patron-klein 1. Pendahuluan
Paling tidak ada dua macam potensi pada masyarakat dengan struktur sosial majemuk, yakni potensi kemajuan dan sekaligus konflik. Potensi tersebut semakin nyata jika ada pengaruh berupa temuan baru maupun pengaruh luar baik bersifat ekonomi, sosial maupun budaya. Kedua potensi tersebut jika dikelola akan menghasilkan dinamika perubahan sosial yang signifikan. Perubahan dalam sistem sosial umumnya bersifat gradual melalui mekanisme penyesuaian bukan bersifat revolusioner. Dalam konteks ini perubahan tersebut terjadi melalui tiga macam kemungkinan : (1) perubahan sistem sosial dari luar (extra systemic change); (2) pertumbuhan melalui proses deferensiasi struktural dan fungsional; dan (3) penemuan baru oleh anggota masyarakat. 1
Rafael Purtomo Somaji, Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas
Aktivitas eksplorasi Oleh PT IMN dan penambangan emas oleh rakyat di Pegunungan Tumpangpitu Kecamatan Pesanggaran yang sudah dimulai tiga tahun lalu, merupakan contoh sumber perubahan yang disebutkan di atas. Aktivitas tambang emas dengan infrastruktur yang besar dan cenderung bersentuhan alam diduga berpotensi menimbulkan kerusakan alam tinggi. Hal inilah secara konseptual akan menimbulkan konflik kepentingan secara sosial, ekonomi, budaya hingga lingkungan. Secara konseptual “paretto optimal” hal ini menciptakan keseimbangan baru dalam kesejahteraan (ada sekelompok orang berkurang kesejahteraannya dan yang lain mungkin bertambah). Konsep ini juga dipandang sebagai “eksternalitas” bagi masyarakat di sekitar kawasan penambangan khususnya di Kecamatan Pesanggaran. Permasalahan mendasar adalah : Bagaimana bentuk eksternalitas dilihat dari persepsi stake holders dan bagaimana resolusi konflik yang mampu menghasilkan win-win solotion diantara berbagai pihak yang berkonflik ? Kajian ini merupakan suatu bentuk studi tentang “konflik” dan resolusinya, antara masyarakat yang dipandang sebagai penerima eksternalitas terhadap PT IMN dan pelaku tambang rakyat, serta studi persepsi komunitas masyarakat terhadap kegiatan eksplorasi tambang emas yang dikelola PT IMN maupun rakyat di Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi.
2. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengkaji struktur produksi dan kesejahteraan pelaku industri minyak goreng Indonesia. Secara spesifik tujuan studi ini adalah :Melakukan analisis peta (potensi) konflik di kawasan Pesanggaran berkaitan dengan keberadaan eksplorasi tambang emas oleh PT IMN dan tambang emas rakyat di Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi. a) Melakukan analisis hubungan diantara kelompok pemangku kepentingan (stakeholders) di lima desa di kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi sehubungan dengan keberadaan PT IMN. b) Menganalisis persepsi masyarakat lima desa di kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi tentang kegiatan PT IMN selama ini. c) Merumuskan alternative skenario “pola kemitraan antara stake-holders yang terlibat” dalam pengelolaan tambang emas yang berkelanjutan di kecamatan Pesanggaran.
3. Metodologi Penelitian
Studi ini merupakan penelitian evaluasi kualitatif yang bersifat preskriptif, dimana peneliti berusaha memahami makna kejadian dan interaksi yang terjadi pada nasyarakat khususnya stake-holders dengan pelaku eksplorasi tambang emas baik PT IMN maupun tambang emas rakyat yang diduga mempunyai implikasi terjadinya konflik social, ekonomi, bahkan budaya. Dalam konteks kajian preskriptif tujuannya adalah menghasilkan output berupa resolusi konflik. Kajian ini secara operasional menggali persepsi stake-holders terhadap aktivitas eksplorasi tambang emas baik oleh PT IMN maupun oleh rakyat. Perspektif yang digunakan adalah perspektif verstehen, yakni pemahaman menurut tafsiran atas interaksi orang-orang. 2
Jurnal ISEI
Jember
Volume 3 Nomor 1, April 2013
Unit analisis dalam kajian ini adalah persepsi stake-holders pada masyarakat di sekitar lokasi operasi tambang emas. Berdasarkan unit analisis tersebut yang menjadi populasi adalah seluruh seluruh stake-holders di lima desa kecamatan tersebut. Pengambilan sampel yakni Stake-Holders dilakukan secara ”snow bolling” atau metode bola salju. Analisis data yang digunakan deskripsi dan analisis CLIP. CLIP adalah teknik untuk mengidentifikasi profile para pihak yang terlibat dalam suatu persoalan. Profile yang dibedah oleh teknik ini didasarkan pada faktor-faktor: Kekuasaan (power); Kepentingan; Legitimasi; Konflik atau kolaborasi yang sedang berjalan. Kegunaan CLIP adalah : (1) Mengidentifikasi stakeholder yang terlibat dalam suatu isu; (2 Menidentifikasi unsur power, kepentingan, dan legitimasi dari masing-masing stakeholder. Memetakan pola relasi dan kolaborasi antar stakeholder Merumuskan gagasan atau tindakan yang ada. Misalnya dengan memberdayakan kelompok yang rentan dan marginal, atau membangun kepercayaan di antara stakeholder. Identifikasi legitimasi masing-masing stakeholder. Simpulkan apakah legitimasi mereka tinggi, sedang, atau rendah.
4. Hasil Analisis dan Pembahasan
4.1 Peta Konflik Konflik pada dasarnya merupakan bagian dari kehidupan sosial, karena itu tidak ada masyarakat yang steril dari realitas konflik. Coser (1956) menyatakan: konflik dan konsensus, integrasi dan perpecahan adalah proses fundamental yang walau dalam porsi dan campuran yang berbeda merupakan bagian dari setiap sistem sosial yang dapat dimengerti (Poloma, 1994). Karena konflik merupakan bagian kehidupan sosial, maka dapat dikatakan konflik sosial merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar. Dahrendorf (1986), membuat 4 postulat yang menunjukkan keniscayaan itu, yaitu: (1) setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan, perubahan sosial terdapat di manamana; (2) setiap masyarakat memperlihatkan konflik dan pertentangan, konflik terdapat di mana-mana; (3) setiap unsur dalam masyarakat memeberikan kontribusi terhadap desintegrasi dan perubahan; (4) setiap masyarakat dicirikan oleh adanya penguasaan sejumlah kecil orang terhadap sejumlah besar lainnya. Perubahan di kecamatan Pesanggaran secara umum terjadi karena perubahan sistem demokrasi, ekonomi hingga social budaya. Secara alamiah Pesanggaran. Sistem politik walaupun masih procedural, jelas semakin demokratis, implikasi system ini bukan tampa konflik. Dalam perekonomian, kemajuan ekonomi dan struktur ekonomi jelas akan mempunyai potensi konflik baru. Perubahan struktur ekonomi terjadi baik secara makro maupun mikro. Pergeseran dari struktur pertanian ke non pertanian, demikian juga dari pendapatan utama rumah tangga petani atau nelayan ke non petani atau nelayan juga mempunyai potensi pergeseran pola hidup dan juga bisa mepunyai potensi konflik kepentingan. Hal ini penting karena sumber ekonomi yang terbatas. Konflik yang menyentuh nilai-nilai inti akan dapat mengubah struktur sosial sedangkan konflik yang mempertentangkan nilai-nilai yang berada di daerah pinggiran tidak akan sampai menimbulkan perpecahan yang dapat membahayakan struktur sosial. Dalam konteks Pesanggaran, yang cenderung mempunyai sifat terbuka bahkan relative berstruktur longgar ada nilai-nilai inti yang dianggap dilanggar, yakni keberadaan PT IMN walaaupun mereka mempunyai legalitas formal baik internasional maupun nasional, tetapi tidak di tingkat kearifan lokal. Hal ini bisa diperjelas dengan sumber konflik seperti yang tertera dalam table 1 berikut.
3
Rafael Purtomo Somaji, Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas
Tabel 1. Tiga Kategori Sumber Konflik Antara PT IMN dengan Masyarakat di Pesanggaran, Pada eksplorasi Tambang Emas di Pegunungan Tumpangpitu Kecamatan Pesanggaran, Tahun 2011
No
Sumber Konflik
Perbedaan Kebutuhan I Perbedaan Nilai Perbedaan Tujuan II
Langkanya Sumberdaya
III
Persaingan
Pihak Berkonflik Masyarakat Kesejahteraan, Keuntungan, terjadi Kenyamanan, assimetric informasi Keseimbangan Ekosistem dan Nilai Privat Sosial Privat Sosial Hutan jadi Quasi Hutan adalah public Public Goods goods Skala kecil dan bersifat Skala ekonomi besar Sosial PT IMN
Sumber : Data Primer, 2011 Berdasarkan table 1 dapat digambarkan bahwa adanya tiga dimensi penting dalam konflik politik: (1) luas konflik; (2) intensitas konflik; dan (3) ketampakan konflik. Luas konflik, menunjuk pada jumlah perorangan atau kelompok yang terlibat dalam konflik, dan menunjuk pula pada skala konflik yang terjadi (misalnya: konflik lokal, konflik etnis, konflik nasional, konflik internasional, konflik agama dan sebagainya). Dalam hal ini konflik antara PT IMN dan masyarakat local dipandang mempunyai luasan konflik yang dalam skope regional yakni bukan semata-mata Pesanggaran tetapi hingga kabupaten Banyuwangi. Dimensi Konflik Antara PT IMN dengan Masyarakat di Pesanggaran ditunjukkan table 2. Tabel 2. Tiga Dimensi Konflik Antara PT IMN dengan Masyarakat di Pesanggaran, Pada eksplorasi Tambang Emas di Pegunungan Tumpangpitu Kecamatan Pesanggaran, Tahun 2011 No
Dimensi Konflik
Indikator/Ketrangan
1
Luas koflik
Bisa meluas bisa menyempit tergantung bagaimana dikelola
2
Intensitas Konflik
Tinggi, karena bisa membangun komitmen social yang luas, bisa sewaktu-waktu meledak atau berkembang seperti layaknya bom waktu. Salah satu factor penyulut adalah opini atau isyu
Ketampakan Konflik
Terselubung dan rendah ketampakannya, kerena masyarakat tidak mengetahui secara detil pengetahuan dan informasinya sangat terbatas. Sehingga isyu atau opini kecil bisa mebuat konflik menampak secara luas
3
Sumber : Data Primer, 2011 Berdasarkan table dapat digambarkan bahwa secara umum konflik terjadi antara pengelola eksplorasi tambang emas yakni PT IMN dengan masyarakat secara keseluruhan. Konflik terjadi antara dua pihak yang berbeda karena bisa karena kepentingan dan perspesi yang berbeda,Pihak pengelola tambang emas merasa benar secara hukum karena mengantongi legalitas formal, baik regulasi internasional maupun nasional. Berdasarkan karekateristik tersebut peta konflik jika dikaitkan dengan
4
Jurnal ISEI
Jember
Volume 3 Nomor 1, April 2013
keberadaan penambangan emas baik oleh PT IMN maupun tambang emas rakyat diklasifikasikan menjadi empat peta konflik maupun potensi konflik berdasarkan karakteristik sosio geografis dan ekonominya. Pertama, Lokasi tambang emas rakyat di kawasan Petak 56, menjadi kawasan konflik dan potensi konflik yang paling tinggi. Ada beberapa alasan antara lain : (1) Kawasan ini merupakan kawasan penambangan emas yang secara empirik dilakukan oleh rakyat yakni sekitar 1600 lubang tambang, dan berpeluang untuk memperoleh pendapatan besar atau kawasan sumberdaya ekonomi tinggi; (2) kawasan ini berlaku fenomena pasar gelap aturan main atau black market of rule. Dimana masing-masing pelaku penambang bisa melakukan penambangan rakyat yang secara normative dilarang sepanjang mematuhi aturan “penguasa” setempat. Dalam konteks ini berdasarkan pengamatan lapang ada empat kelompok penguasa yaitu : Institusi Polri, Institusi Perhutani, Institusi Angkatan Laut (Mariner) dan tokoh informal, dalam hal ini pak Paino menjadi tokoh sentralnya dengan pemilikan sekitar 100 lebih lubang tambang. (3) kedekatan lokasi dengan lokasi eksplorasi tambang emas milik PT IMN, dua lokasi yang berbeda, kawasan penguasaan PT IMN jelas bersifat setengah swasta (quasy public goods) sedang lokasi tambang rakyat merupakan kawasan berdasarkan persepsi masyarakat adalah “milik Negara” atau bersifat barang public yang mempunyai karakteristik open akses dengan fenomena pasar gelap aturan main yang kental. Kedua, Desa Sumberagung khususnya kawasan Pancer menjadi kawasan konflik dan potensi konflik kedua karena alasan : (1) struktur sosialnya resisten, berlapis-lapis, loyalitas pada komitmen yang sulit diprediksi adalah ciiri khas masyarakat pesisir atau nelayan; (2) Lokasinya berdekatan dengan kawasan eksplorasi PT IMN dan tambang rakyat; (3) isyu lingkungan berkaitan dengan sumber pendapatan utama yakni nelayan terutama pencemaran air laut; (3) Simpang siurnya informasi eksplorasi atau produksi sangat kuat dan ketidakjelasan Amdal menjadi persepsi kuat bagi masyarakat Pancer khususnya nelayannya; (4) Fenomena mulai langkanya sumberdaya ikan, di Pancer sekitar 2 tahun, ikan langka; Jumlah perahu berkurang drastic dari sekitar 200 perahu tinggal 60 an perahu beroperasi, sebagian dijual murah diambil kayu untuk pembuatan perabotan hingga seharga Rp 3,5 juta dari harga biasanya sekitar Rp 40 – Rp 50 jutaan. Hal yangs ama terjadi di Lampon masih sekitar 40 an perahu, di Muncar fenomena serupa terjadi, sehingga semakin langkanya sumberdaya membuats emakin resistennya masyarakat nelayan. Ketiga, Potensi konflik yang ketiga adalah kawasan desa Kandangan dan Sarongan yang dua tiga tahun lagi akan menjadi perluasan kawasan eksplorasi tambang PT IMN dimana saat ini sudah melai ada upaya penambangan rakyat. Jika tanpa ada upaya antisipasi konflik akan menjadi bom waktu. Keempat, adalah wilayah pedalaman yang termasuk kawasan Pesanggaran tetapi di luar tiga kawasan tersebut. Sebagai contoh desa Sumbermulyo. Hal ini terjadi karena pemilikan pegunungan Tumpangpitu secara persepsi historis juga menjadi milik bersama. Di lian pihak lokasi tersebut memang bukan termasuk kawasan administrative mereka, tetapi persepsi mereka cenderung merasan dianaktirikan. 4.3 Patronase Berdasarkan peta dan potensi konflik di atas, dipetakan empat peta patronase guna keperluan analisis, hal ini penting karena peran patron sangat kuat dalam pengelolaan konflik tersebut. Pola hubungan patron-klien merupakan aliansi dari dua kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status, kekuasaan, maupun penghasilan, sehingga menempatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah (inferior), dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi (superior). Atau, dapat pula diartikan bahwa patron adalah orang yang berada dalam posisi untuk membantu klien-kliennya. Karakteristik hubungan patronase cenderung bersifat personal dan umumnya antara patron dan kliennya terjadi transaksi personal yang cenderung saling menguntungkan. Di desa Pesanggaran tampak dalam gambar 5, nampak bahwa tokoh sentralnya adalah Paino dengan struktur patronase yang kuat baik secara ekonomi, sosial maupun politik, walaupun tidak
5
Rafael Purtomo Somaji, Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas
mempunyai legitimasi formal. Keberadaan bisnis baik lobster maupun tambang emas rakyat milik pak Paino di tingkat Lokal hingga Banyuwangi cukup aman karena pola relasinya yang kuat baik dengan isntitusi polisi maupun mariner. Tokoh patron kedua adalah Jono nelayan kaya di Lampon lebih bersifat lokal sebagai patron dari nelayan setempat. Di lain pihak tokoh kepala desa Suliono mempunyai legitimasi formal kuat tetapi dibawah pengaruh pak Paino. Kecuali dengan Proboseno, maupun dengan Kepala Dusun (Kasun) lain seperti Jarno, Jari dan Miskinai mempunyai relasi patron birokrasi prolitik yang cukup kuat. Sedang Tokoh Kasun Proboseno walau tidak beralifiasi dengan Paino tetapi cukup pengaruhnya ke bawah yakni dengan ketua GAPOKTAN Solehudin, Rubianto, Sukianto, Sasonggo sebagai mantan kades cenderung oposan dengan birokrasi setempat dan hanya mempunyai kepentingan kuat tetapi tidak mempunyai kekuasan dan relasi yang kuat. Sebaliknya tokoh Ngadeni merupakan tokoh informal petak 56 yang kuat tetapi berseberangan dengan Paino.(lihat gambar 1)
Sosial
Ek
Ek
SULIONO (KADES PESANGGARA Sos N)
PROBOSENO (KASUN RINGIN AGUNG)
SOLEHUDDIN (KETUA GAPOKTAN PESANGGARAN)
Keamanan
Politik
SUSONGKO (MANTAN KADES) PESANGGARAN)
JARNO (KASUN RINGIN MULYO)
JARI (KASUN KRAJAN)
MISKANI (KASUN RINGIN MULYO)
Sosial
Sosial
Sosial
Hirar ki
Sosial
MARINIR (FENNY VAN HOUTEN)
JONO
PAINO
RUBIANTO (JOGO TIRTO)
SUKIYANTO (JOGO TIRTO)
Sosial
Sosial
Sosial
Gambar 1 Patron-Klein Desa Pesanggaran Keterangan : -----------------------
6
artinya berseberangan atau tidak sepaham artinya berhubungan artinya di bawah kendali/garis komando artinya hub partner
NGADENI (TOKOH PETAK 56
Sosial
Inform
Jurnal ISEI
Jember
Volume 3 Nomor 1, April 2013
Pola relasi seperti ini lazim disebut sebagai hubungan bapak-anak buah, di mana bapak mengumpulkan kekuasaan dan pengaruhnya dengan cara membangun sebuah keluarga besar atau extended family. Setelah itu, bapak harus siap menyebar luaskan tanggung jawabnya dan menjalin hubungan dengan anak buahnya tersebut secara personal, tidak ideologis dan pada dasarnya juga tidak politis. Pada tahap selanjutnya, klien membalas dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan kepada patron. Hubungan patron-klien itu sendiri telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Peta Tokoh Di Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran ditunjukkan table 3. Tabel 3. Peta Tokoh Di Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Nama Tokoh Kekuasaan Kepentingan Legitimasi Realasi (power) Sosial Paino Sangat Kuat Kuat ekonomi Informal Kuat. Besar ekonomi, dan dan Lemah formal tingkat sosial keberlanjutan & potensial Pesangg usaha melanggar aran & hokum Kab Jono Kuat Kuat ekonomi Kurang Cukup ekonomi, besar Sosial lokal Suliano Cukup Cukup Cukup Cukup Sasongko Lemah Kuat ekonomi Lemah Lemah Proboseno Lemah Cukup Cukup Cukup Jarno Lemah Cukup Cukup Kurang Jari Lemah Cukup Cukup Kurang Miskani Lemah Cukup Cukup Kurang Solehuddin Kuat social Cukup Kuat Kuat Rubianto Lemah Cukup Cukup Cukup Sukianto Lemah Cukup Cukup Cukup Ngadeni Cukup Tdk jelas Lemah Cukup Sumber : Data primer, diolah tahun 2011
Kategori Stakeholders Dominan
Forcefull
Influential Marginalis Vurnerabel Vurnerabel Vurnerabel Vurnerable Influential Vurnerable Vurnerable Dormant
Berdasarkan table 3 dapat direkomendasikan untuk memperbaiki kwalitas sumberdaya relasi antar stakeholder. pada umumnya, pola relasi diubah dengan mengubah konstelasi kekuasaan, kepentingan, dan legitimasi dari para stakeholder. Sebagai contoh untuk meningkatkan kekuasaan bias dilakukan dengan meningkatkan sumber daya stakeholder, memperkuat organisasi, mengupayakan proses menjadi lebih demokratis, memberi jalan bagi tumbuhnya leadership di kalangan stakeholder yang semula memiliki kekuasaan lemah. Jika tujuan utama bagi pengelolaan konflik adalah menyamakan kepentingan bagi bias dilakukan dengan menyamakan persepsi atas tujuan dan kepentingan bersama atau melakukan analisis biaya dan manfaat atas suatu tindakan. Disamping itu bisa dilakukan upaya meningkatkan legalitas tokoh dan aktivitasnya. Di desa Sumberagung, peran tokoh formal cukup kuat tetapi pola relasinya terhadap kawasan Pancer kurang mengakar. Hal ini disebabkan oleh budaya resisten dan struktur sosial yang berlapis sangat kuat. Dapat diilustrasikan pada gambar 6, pada halaman berikut. Dalam gambar tampak bahwa pengaruh Kades Murwanto karena kekuasaan formal sebagai Kepala Desa dimungkinkan untuk membuat aliansi secara lintas desa baik terhadap Ngadeni tokoh Petak 56 maupun Suryanto sebagai ketua Gapoktan kecamatan Pesanggaran. Berdasarkan analisis CLIP bisa dipetakan kekuatan masingmasing patron seperti tampak dalam diagram Ven di bawah ini (lihat gambar 2)
7
Rafael Purtomo Somaji, Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas
Gambar 5. Peta Stake-Holders Desa Pesanggaran
Aktor yg Mungkin Berpengaruh
I PI: 2
IL
PIL:1
P Aktor yg Berpengaruh
Keterangan :
PL 3,4
L Aktor yg Bertanggung Jawab
I : interst, P : Power, L : Legalitas 1: Paino, 2 : Jono, 3: Suliono; 4:Sasongko
Sedangkan gambaran Patron-Klein Desa Sumberagung ditunjukkan gambar 3.
8
Jurnal ISEI
MURWANTO (KADES)
Sos
Pol
SUKARI (MANTAN KADES)
Sos
Jember
Volume 3 Nomor 1, April 2013
NGADENI (TOKOH MASY PETAK 56 DESA PESANGGARAN) Pesanggaran
Pol SURYANTO (KETUA GAPOKTAN KEC. PESANGGARAN)
Sos
Pol
Eko nom
MUDAZAR (KASUN PANCER)
Sos
Pol
GALUH (TOKOH PENDIDIKAN)
Sos
Pol
SASMITO (KASUN) SUNGAI LEMBU
TUKIMAN (KASUN) REJO AGUNG
SUHARDIK (KASUN) SILIR BARU
Pol
Pol
Pol
BPPI/TPI
Sos
Pol
Gambar 3 Peta Patron-Klein Desa Sumberagung Keterangan : -----------------------
artinya berseberangan atau tidak sepaham artinya berhubungan artinya di bawah kendali/garis komando artinya hub partner
Gambaran Peta Tokoh Di Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran ditunjukkan gambar 4.
9
Rafael Purtomo Somaji, Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas
Tabel 4. Peta Tokoh Di Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran Nama Tokoh Kekuasaan Kepentingan Legitimasi Realasi (power) Sosial Murwanto Kuat formal Tidak jelas Lemah Besar Sukari Lemah Fungsional Cukup Cukup Ngadeni Lemah Tdk jelas Cukup Cukup Suryanto Cukup sosial Kuat Kuat Kuat Mudazar Lemah Tdk jelas Kuat social Cukup Galuh Lemah Tdk jelas Kuat social Kurang Sasmito Lemah Kurang Kuat social Kurang Tukiman Lemah Kurang Kuat social Kurang Suhardik Lemah Kurang Kuat social Kurang Sumber : Data primer, diolah tahun 2011
Kategori Stakeholders Influential Vurnerable Respected Vurnerable Respected Respected Respected Respected Respected
Berdasarkan analisis CLIP bisa dipetakan stake holder desa Sumberagung seperti tampak dalam diagram Ven di bawah ini (lihat gambar 4)
Gambar 7 : Peta Stake-Holders Desa Sumberagung
Aktor yg Mungkin Berpengaruh
I IL 4
PI PIL
P :1
PL
L :2,3,5
Aktor yg Berpengaruh
Keterangan :
10
I : interst, P : Power, L : Legalitas 1: Murwanto, 2 : Sukari, 3: Ngadeni; 4:Suryanto, 5 : Mudazar
Aktor yg Bertanggung Jawab
Jurnal ISEI
Eko
Pol
POLISI
Volume 3 Nomor 1, April 2013
SUGENG (PENGAMBEK, MANTAN KETUA KUD)
PAUSIN (PENGAMBEK)
KAMLA
Jember
Sos
Eko
MUDAZAR (KASUN PANCER)
SAMSUDIN (EX. PENGAMBEK KUAT)
Sos
AIRUT PANCER
Legal Sos
H. ZAENAB (TKH AGAMA, MERTUA P. GALUH)
Pol
Pol
UMUL KHOIR (TOKOH AGAMA) SUKARDI (PENGAMBEK
Sos Sos
H. SAMSUL (PENGAMBEK) Eko
Eko H. KHOIRUL UMAM (PENGAMBEK & TKH AGAMA) Eko
Sos GOZALI (TOKOH GAMA)
P. HUSNI
AGUS
Pol
Pol
RANGSANG (KETUA KELOMPOK NELAYAN) Sos
Pol
Sos
Gambar 8 : Peta Tokoh Dusun Pancer Keterangan : -----------------------
artinya berseberangan atau tidak sepaham artinya berhubungan artinya di bawah kendali/garis komando artinya hub partner
11
Rafael Purtomo Somaji, Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas
Tabel 5. Peta Tokoh Di Dusun Pancer Desa Pesanggaran Kecamatan Pesanggaran Nama Tokoh
Kekuasaan
Pausin
Kuat
Kepenti ngan Kuat
Legitimasi
Sugeng
Kuat
Kuat
Kuat
Samsudin Mudazar Umul Khoir H Zaenab H Khoirul Umam Ghozali Sukardi H Samsul P Husni Agus Rangsang
Lemah Lemah Cukup Lemah Cukup
Kuat tdk jelas Cukup Cukup Cukup
Lemah Kuat social Kuat sosial Lemah Cukup
Cukup besar Lemah Cukup Cukup Kurang Kurang
Cukup Cukup Cukup Lemah Lemah Kuat
Cukup Cukup Cukup Kuat Kuat Kuat
Lemah Cukup Cukup Lemah Lemah Kuat
Cukup Cukup Cukup Lemah Kurang kurang
Cukup
Realasi Sosial Cukup
Kategori Stakeholders Dominant local Dominan Lokal
Vurnerable Vurnerable Vurnerable Marginalis Marginalis Dominan Lokal
Marginalis Respected Respected Marginalis Vurnerable
Sumber : Data primer, diolah tahun 2011
Gambar 9 :Peta Stake-Holders Dusun Pancer
Aktor yg Mungkin Berpengaruh
I IL
PI
PIL:1,2,3
P
PL
L :4,5
Aktor yg Berpengaruh
Keterangan :
12
I : interst, P : Power, L : Legalitas 1: Pausin, 2 : Sugeng, 3: Rangsang; 4:Mudazar, 5 : Umul Kh
Aktor yg Bertanggung Jawab
Jurnal ISEI
MILITER (KORAMIL)
SUBALI (KADES)
Sos
Jember
Volume 3 Nomor 1, April 2013
SUGITO (KEPALA BPP)
Sos
Pol
SURYANTO (KETUA GAPOKTAN SUMBER AGUNG)
Pol
Pol
YUSUF MARTINI
HADI TRIMANTO (SUMBER MULYO)
NGADENI (PESANGGARAN)
Sos
Sos
MURWANTO (SUMBER AGUNG) Sos
PONIDI (SARONGAN) Sos
Pol
Gambar 10 : Peta Tokoh Desa Sumbermulyo Kecamatan Pesanggaran Keterangan : -----------------------
artinya berseberangan atau tidak sepaham artinya berhubungan artinya di bawah kendali/garis komando artinya hub partner
Tabel 6. Peta Tokoh Di Desa Sumbermulyo Kecamatan Pesanggaran Nama Tokoh Kekuasaan Kepentingan Legitimasi Realasi Sosial Subali Kuat social & Kuat Kuat Besar politik Sugito Kuat formal Fungsional Cukup Cukup besar Suryanto Kuat sosial Fungsional Kuat Cukup Yusuf Lemah Fungsional Lemah Lemah Martini Lemah Fungsional Lemah Cukup Hadi Cukup Cukup Lemah Kurang Trimanto Ngadeni Cukup Cukup Lemah Kurang Murwanto Kuat Tdk Jelas Kuat dusun Kurang Ponidi lemah Tdk Jelas Cukup Cukup Sumber : Data primer, diolah tahun 2011
Kategori Stakeholders Dominan Influential Influential
Forcefull Forcefull Influential Respected
13
Rafael Purtomo Somaji, Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas
Gambar 11 : Peta Stake-Holders Dusun Sumbermulyo
Aktor yg Mungkin Berpengaruh
I IL
PI PIL:1
P Aktor yg Berpengaruh
Keterangan :
PL: 2,3
L Aktor yg Bertanggung Jawab
I : interst, P : Power, L : Legalitas 1: Subali, 2 : Sugito, 3: Suryanto;
Berdasarkan pada analisis visual di atas, tepat kiranya jika ada yang mengatakan bahwa hubungan semacam ini seringkali disebut juga sebagai hubungan „induk semang-klien‟, di mana di dalamnya terjadi hubungan timbal balik. Hal ini karena pada umumnya, induk semang adalah orang atau pihak yang memiliki kekuasaan dalam suatu masyarakat atau komunitas dan harus memberi perlindungan atau pengayoman semaksimal mungkin kepada klien-kliennya. Sedangkan sebaliknya, para klien harus membalas budi baik yang telah diberikan induk semang dan melakukan pembelaan terhadap pihak lain sebagai saingannya (Koentjaraningrat, 1990: 160-161). Secara umum patronase di wilayah Pesanggaran bersifat ekonomi dan social. Kekuatan patronase ekonomi cenderung dominant, hal ini disebabkan kemampuan personifikasi hubungan lebih mudah dan pasti bahkan relative terukur, baik dilihat dari sifat dan wujud transaksinya. Masingmasing pihak memperoleh manfaat atau imbal baliknya secara jelas, baik ekonomi dengan ekonomi; ekonomi dengan status social, ekonomi dengan keamanan bahkan kenyamanan. 4.4
Persesi Masyarakat Pesanggaran Terhadap PT IMN Persepsi bukan masalah benar atau tidak benar, tetapi satu hal merupakan fakta sebuah penilaian yang didasarkan atas kwalitas sumberdaya yang dimiliki oleh yang bersangkutan. Kwalitas sumberdaya yang diduga mempengaruhi persepsi tersebut meliputi informasi dan wawasan yang dimiliki, mobilitas bahkan aksesibilitas. Secara konseptual semakin baik kwalitas sumberdaya dengan beragam indicator di atas maka kwalitas persepsinya semakin baik dan rasionalitas persepsinya juga semakin tinggi. Jika dua belah mempunyai keingan agar persepsinya sesuai yang dikehendaki maka perlu upaya menyamakan kwalitas informasi. Disamping itu persepsi juga dipengaruhi oleh kepentingan masing-masing yang berpersepsi, artinya untuk menyamakan persepsi juga perlu upaya menyamakan pola kepentingan diantara keduanya.
14
Jurnal ISEI
Jember
Volume 3 Nomor 1, April 2013
Tabel 7. Persepsi Masyarakat Desa Pesanggaran Terhadap PT IMN Tokoh Patron No Tokoh Posisi Persepsi 1 Paino Dominan Fungsional 2 Jono Forcefull Fungsional 3 Suliono Forcefull Mendukung 4 Proboseno Vurnerable Fungsional 5 Sasongko Vurnerable Fungsional 6 Jarno Vurnerable Fungsional 7 Jari Vurnerable Mendukung IMN 8 Miskani Vurnerable Mendukung IMN 9 Solehudin Influence Menolak 10 Rubianto Vurnerable Menolak 11 Sukianto Vurnerable Fungsional 12 Ngadeni Marginalis Menolak Sumber : Data primer, diolah, tahun 2011
Di desa Pesanggaran sebetulnya secara umum mereka mempunyai persepsi yang sifatnya fungsional. Untuk tokoh formal cenderung mendukung atau fungsional. Ada tiga tokoh yang cenderung menolak terhadap keberadaan dan aktivitas eksplorasi PT IMN yakni Solehudin, Rubianto dan Ngadeni. Dua tokoh pertama mempunyai karakter vurnurable, artinya mereka mempunyai kepentingan dan legitimasi yang cukup kuat dengan alasan maslah lingkungan dan ekonomi. Sedang tokoh Ngadeni merupakan tokoh marginalis karena hanya mempunyai legalitas social tetapi kurang mempunyai kekuasaan dan alas an penolakannya lebih bersifat lingkungan dengan kepentingan yang tidak jelas dalam peta konflik di atas. Tabel 8. Persepsi Masyarakat Desa Sumberagung Terhadap PT IMN Tokoh Patron No Tokoh Posisi Persepsi 1 Murwanto Influential Menolak 2 Sukari Vurnerable Tidak jelas 3 Ngadeni Respected Menolak 4 Suryanto Vurnerable Mendukung 5 Mudazar Respected Menolak 6 Galuh Respected Tidak jelas 7 Sasmito Respected Tidak jelas Tidak jelas 8 Tukiman Respected Tidak jelas 9 Suhardik Respected Sumber : Data primer, diolah tahun 2011 Di desa Sumberagung secara umum mereka beberapa tokoh patron cenderung menolak atau tidak jelas, kecuali Suryanto yang menerima kehadiran PT IMN.
15
Rafael Purtomo Somaji, Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas
Tabel 9. Persepsi Masyarakat Dusun Pancer Terhadap PT IMN Tokoh Patron No Tokoh Posisi 1 Pausin Dominant local Dominan Lokal 2 Sugeng 3 Rangsang Dominan Lokal Marginalis 4 Samsudin 5 Mudazar Respected Respected 6 Umul Khoir Marginalis 7 H Zaenab Vurnerable 8 H Khoirul Umam Vurnerable 9 Ghozalli 10 Sukardi Vurnerable Vurnerable 11 H Samsul Marginalis 12 P Husni Marginalis 13 Agus Sumber : Data primer, diolah tahun 2011
Persepsi Menolak Menolak Menolak Menolak Menolak Menolak Menolak Menolak Menolak Menolak Menolak Menolak Menolak
Hampir semua tokoh dusun Pancer menolak keberadaan eksplorasi tambang emas oleh PT IMN. Hal paling utama adalah kepentingan lingkungan di kaitkan dengan ekosistem sumber kehidupan mereka yakni laut. Umumnya mereka kurang percaya kepada legalitas Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dimiliki oleh PT IMN. Secara umum mereka menghendaki keterbukaan Amdal eksplorasi tersebut. Hal ini penting untuk pemastian keberlanjutan ekosestem sumberdaya laut yang menjadi tupangan sumber pendapatan mereka. Keterbukaan informasi dan upaya meyakinkan mereka bahwa eksplorasi tambang tersebut tidaka akan membuang limbah residu ke laut. Isu tentang kelangkaan ikan di laut yang sudah dua tahun terjadi di kawasan pantai Pancer sempat menjadikan sebagai akibat limbah eksplorasi. Walaupun hal tersebut juga terpatahkan karena kelangkaan ikan bukan hanya di Pancer, tetapi menyeluruh di pesisir kawasan Banyuwangi mulai dari Muncar. Lampon, hingga pesisir di kawasan Sarongan/Kandangan. Tetapi bagi masyarakat yang mempunayi resistensi tinggi, keberadaan opini sangat berpengaruh terhadap persepsi. Mereka bias saling tidak kompak ke dalam, tetapi jika menghadapi isu yang diduga menjadi musuh bersama mereka akqan kompak menyakan penolakan dan oposisinya. Tabel 10. Persepsi Masyarakat Desa Sumbermulyo Terhadap PT IMN Tokoh Patron No Tokoh Posisi Persepsi 1 Subali Dominan Mendukung Influential 2 Sugito Mendukung 3 Suryanto Influential Mendukung 4 Yusuf Tidak Menolak 5 Martini Mendukung 6 Hadi Forcefull Fungsional Forcefull Fungsional 7 Trimanto Influential Menolak 8 Ngadeni 9 Murwanto Respected Menolak Dominan Menolak 10 Ponidi Sumber : Data primer, diolah tahun 2011
16
Jurnal ISEI
Jember
Volume 3 Nomor 1, April 2013
Secara umum beberapa tokoh patron di desa Sumbermulyo cnderung mendukung atau tidak menolak keberadaan eksplorasi tambang emas oleh PT IMN, kecuali tokoh luar yakni Ngadeni, Murwanto dan Ponodi yang menolak. Beberapa alas an bisa menjadi alas an kuat, salah satunya alasan karena wilayah mereka tidak bersinggungan langsung dengan wilayah eksplorasi. Secara potensial persepsi bisa berubah karena alasan kecemburuan sosial seperti kurang memperoleh manfaat keberadaan aktivitas tambang emas. 4.5 Konklusi Kebutuhan masyarakat di kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi umumnya dibagi dalam empat kategori : (1) penguatan kelembagaan melalui upaya mempertinggi kapasitas building, baik penguatan kelembagaan patron klein untuk mengelola konflik, maupun kelembagaan ekonomi produktif termasuk kelembagaan usaha tambang rakyat; (2) penguatan kapasitas ekonomi wilayah baik di kawasan Pancer maupun Sarongan & Kandangan melalui pengembangan industry hulu-hilir; (3) Pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kelembagaan pertanian, dan Usaha skala Menengah dan Kecil di lima desa guna memperbanyak alternative usaha dan pendapatan; (4) Me kelembagaansehubungan dengan program pengembangan masyarakat melalui upaya mengurangi asimetris informasi baik berkaitan dengan aktivitas ekonomi,s osial maupun politik. Hal ini penting untuk memperkuat persepsi dan rasionalitas masyarakat. Aternative skenario “pola kemitraan antara stakeholders yang terlibat” dalam pengelolaan tambang emas yang berkelanjutan ada beberapa alternative scenario : (1) Mengurangi karakteristik openakses kawasan menjadi kawasan yang Quasi public goods, baik untuk kawasan pantai (pesisir) maupun kawasan penambangan emas oleh rakyat. Salah satu kebijakannya adalah membuat batas eklusi atau pemagaran supaya masing-masing bisa meminimalkan eksternalitas khususnya yang negative; (2) Dalam mengelola konflik diupayakan harus dengan sudut pandang konflik adalah positif, serta diupayakan win-win solutio.n
d) Melakukan analisis hubungan diantara kelompok pemangku kepentingan (stakeholders) di lima desa di kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi sehubungan dengan keberadaan PT IMN. e) Menganalisis persepsi masyarakat lima desa di kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi tentang kegiatan PT IMN selama ini. f) Merumuskan alternative skenario “pola kemitraan antara stake-holders yang terlibat” dalam pengelolaan tambang emas yang berkelanjutan di kecamatan Pesanggaran. 5. Kesimpulan
a) Potensi konflik berdasarkan aspek geografis dan sosio ekonominya terdapat empat jenis yakni : Pertama, Lokasi tambang emas rakyat di kawasan Petak 56; Kedua, Desa Sumberagung khususnya kawasan Pancer; Ketiga, kawasan desa Kandangan dan Sarongan yang dua tiga tahun lagi akan menjadi perluasan kawasan eksplorasi tambang PT IMN dimana saat ini sudah mulai ada upaya penambangan rakyat. Jika tanpa ada upaya antisipasi konflik akan menjadi bom waktu. Keempat, adalah wilayah pedalaman yang termasuk kawasan Pesanggaran tetapi di luar tiga kawasan tersebut. Sebagai contoh desa Sumbermulyo. Pola patron-klein (Stake-Holders) di kawasan Pesanggrahan cenderung bersifat ekonomi baru mempunyai kaitan social. Ukuran patron klein adalah transaksi personal yang saling menguntungkan untuk jangka waktu yang panjang. Sehingga karakteristik patron dan klein menumbuhkan loyalitas yang cukup teruji. Karakteristik patron klein di masing-masing desa relative bervariasi, 17
Rafael Purtomo Somaji, Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas
tetapi ada dua kasus yakni Pesanggaran dan Sumberagung serta dusun Pancer. Yang pertama cenderung utuh dan terpola, yang kedua relative tersegmentasi dan berlapislapis dengan jumlah patron yang banyak dan tidak homogen. Kondisi ini mempunyai implikasi yang berbeda terhadap persepsi. b) Berdasarkan persepsi pendapat masyarakat di kecamatan Pesanggaran tentang kegiatan PT IMN selama ini umumnya terbagi dua kelompok besar pertama kawasan Sumberagung dan Pancer cenderung menolak keberadaan PT IMN, sedang di luar kawasan tersebut relatif fungsional sifatnya. Kebutuhan masyarakat di kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi umumnya dibagi dalam empat kategori : (1) penguatan kelembagaan melalui upaya mempertinggi kapasitas building, baik penguatan kelembagaan patron klein untuk mengelola konflik, maupun kelembagaan ekonomi produktif termasuk kelembagaan usaha tambang rakyat; (2) penguatan kapasitas ekonomi wilayah baik di kawasan Pancer maupun Sarongan & Kandangan melalui pengembangan industry hulu-hilir; (3) Pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kelembagaan pertanian, dan Usaha skala Menengah dan Kecil di lima desa guna memperbanyak alternative usaha dan pendapatan; (4) kelembagaan sehubungan dengan program pengembangan masyarakat melalui upaya mengurangi asimetris informasi baik berkaitan dengan aktivitas ekonomi,s osial maupun politik. Hal ini penting untuk memperkuat persepsi dan rasionalitas masyarakat. c) Aternative skenario “pola kemitraan antara stakeholders yang terlibat” dalam pengelolaan tambang emas yang berkelanjutan ada beberapa alternative scenario : (1) Mengurangi karakteristik open akses kawasan menjadi kawasan yang Quasi public goods, baik untuk kawasan pantai (pesisir) maupun kawasan penambangan emas oleh rakyat. Salah satu kebijakannya adalah membuat batas eklusi atau pemagaran supaya masing-masing bisa meminimalkan eksternalitas khususnya yang negative; (2) Dalam mengelola konflik diupayakan harus dengan sudut pandang konflik adalah positif, serta diupayakan win-win solution Direkomendasikan untuk semaksimal mungkin kebijakan CSR diarhkan kepada: (1) penguatan kelembagaan melalui upaya meningkatkan kapasitas building, baik penguatan kelembagaan patron klein untuk mengelola konflik, maupun kelembagaan ekonomi produktif termasuk kelembagaan usaha tambang rakyat; (2) penguatan kapasitas ekonomi wilayah baik di kawasan Pancer maupun Sarongan & Kandangan melalui pengembangan industry huluhilir; (3) Pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kelembagaan pertanian, dan Usaha skala Menengah dan Kecil di lima desa guna memperbanyak alternative usaha dan pendapatan; (4) Me kelembagaansehubungan dengan program pengembangan masyarakat melalui upaya mengurangi asimetris informasi baik berkaitan dengan aktivitas ekonomi,s osial maupun politik. Hal ini penting untuk memperkuat persepsi dan rasionalitas masyarakat. Direkomendasikan agar : (1) Mengurangi karakteristik open akses kawasan menjadi kawasan yang Quasi public goods, baik untuk kawasan pantai (pesisir) maupun kawasan penambangan emas oleh rakyat. Salah satu kebijakannya adalah membuat batas eklusi atau pemagaran supaya masing-masing bisa meminimalkan eksternalitas khususnya yang negative. Dua jalan yang bias ditempuh adalah : Regulasi dan membuat area zona zero yang membatasi wilayah PT IMN dan Tambang emas rakyat. 18
Jurnal ISEI
Jember
Volume 3 Nomor 1, April 2013
DAFTAR PUSTAKA Allan A. Schmid, “Property, Power, and Public Choice, An Inquiry into Law and Economics”, 1987, Praeger, New York, p.142-145 ----------, “CAROK Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura”, LKIS Yogyajarta, 2002, h.55 --------- Memahami Perilaku Budaya Orang Madura, Kompas, 6 April 2002, Jakarta, h.6 Corners, R., dan Todd, S. 1993.The Theory of Externali-ties, Public Goods, and Club Goods, Cambridge Universitas Press. Edy Burhan,”Sejarah Perubahan Budaya Madura”, Kompas 24 Sept. 2004, Jakarta, h.6 Fisher, R.C. 1996.State and Local Public Finance. New York: Irwin. Hyman, D.N. 1999.Public Finance: A Contemporary Application of Theory to Policy, sixth edition. , New York: The Drisden Press. Klenow, and Peter, J. 2004. Ex ternalities and Growth, dalam Phillipe Aghion dan Steven Durlauf, Handbook of Economic Growth. Amsterdam: North Holland Press. Lucas, R.E. 1988.”On the Mechanics of Economic Development”,Journal of Monteray Economics 12:3–42 Meier, G.M. 1995. Leading Issues in Economic Development, Sixth. Oxfrod: Oxford University Press. Mishan,E.J. 1971.”The Post-War Literaure on Externalities:An Interpretive Essay”, Journal of Ecnomic Literature, 9:1–28. North, Douglass C. 1991. Institutions, Institusional Change and Economic Performance. Cambridge. Cambridge University Press. Rivera-Batiz, Luis A dan Paul M Romer, 1991.”Economic Integration and Endogeneos Growth”, Quartely Journal of Economics Vol.CVI, May:530555. Romer, P.M. 1986.”Increasing Return and Long Growth”, Journal of Political Economy,94, Oktober: 1002–1037. Todaro, M.P. 2000. Economics Development, Seventh Edition. New York:Pearson Education Limited Verhoef, E.T., dan P.Nijkamp. 2000. ”Spatial Dimensions of Environmental Policies for Transboundary Externalities; A Spatial Price Equilibrium Approach”, Environment and Planning, 32A:2033–2055
19
Rafael Purtomo Somaji, Analisis Resolusi Konflik Eksplorasi Tambang Emas
20