:l
** K&"t"&11_*_**
;''i
I.jt,
"'''
OdldKl' r::tiil.
i.:,:..:lj{:,.1i.
.'
,lntermE2o
# a:::;:
'.
'&.,
,'...'.*.'l!-
Peserta Festival Seni Rupa Panji di pelataran Candi Penataran, Blitar, Relief cerita Panji di Candi Penatatan yang menggambarkan Panji sedang berkesenian dan kisah Gagak Aking (kanan). Relief Cerita Kunjarakatna di Candi Jago, Desa Tumpang,
Kecamatan Tumpang, Malang (bawah).
I bawah siraman sinar
ma-
tahari yang beranjak siang. gambar sosok pria yang terpahat pada relief itu terlihat cukup ielas. Sosok itu tamPak gagah. Ia mengenakan topi tekes, tutup
kepala mirip blangkon tapi tanpa tonjolan di belakang kepala, bertelanjang dada, serta mengenakan kain berlipat dari pinggang hingga di bawah lutut. Sosok pria itu duduk di atas kereta tanpa kuda dengan salah satu kakinya menyilang. Ia diiringi lima orang. Empat orang di depan dan satu oranglagi duduk bersimpuh di bawah kaki sosok itu. Relief sosok bertopi tekes yang ter-
pahat pada situs Gambyok di sebuah
makam keramat di Desa Gambyok, Ke-
camatan Grogol, Kediri, Jawa Timur, itu paling diyakini para arkeolog kita sebagai sosok Raden Panji dalam kisah Panji. Sosok serupa tidak ditemui pada
relief candi-candi di Jawa Tengah. Ia hanya ada di candi-candi di Jawa Timur. Sosok seperti itu di rel.ief-relief candi di Jawa Timur selalu didampingi para pengiring, baik di depan maupun dibelakang.
Seperti diketahui, cerita Panji merupakan kisah sangat populer Yang
berkembang di zaman Majapahrt (1300 72 I TEMPO
4
JULI 2010
1500 Masehi). Dari Majapahit, cerita itu menyebar ke seluruh Asia Tenggara dengan berbagai variasinya. Cerita tersebut mengisahkan Raden Panji dari Kerajaan Jenggala dan Putrl Candra Kj.rana dari Kerajaan Kediri Yang mau menikah. Tapi mereka terPisah dan lama harus saling mencari sebelum akhirnya bisa ketemu dan menyatu.
Publik selama ini menerima kisah Panji sebagai cerita percintaan yang menuturkan pahit dan getirnya "per-
jalanan kehilangan" sepasang kekasih. Tapi Lydia Kieven, 54 tahun, arkeolog Jerman yang datang ke Festival Seni Rupa Panji di pelataran Candi Penataran, Blitar, Jawa Timur, Pada Ahad pertengahan Juni lalu, membawa Penaf siran Iain. Bertahun-tahun ia naik-turun gunung di Jawa Timur, meneliti sejumlah situs dan candi yang memuat cerita Panji. Iaberpendapat: kisahPanii sesungguhnya memitiki arti simbolis yang lebih dalam daripada sekadar cerita asmara biasa. Kisah Panji adalah perlambang sebuah sikap religiositas tertentu' Pendapat itu ia tuangkan dalam disertasi gelar doktor berjudul "Meaning and F\rnction of the Figures with a Cap in Reliefs at East Javanese Temples of the
Majapahit Period" di Universitas SydAustralia, tahun lalu. Yang kontroversial, ia melihat kisah
ney,
Panji tersebut sesungguhnya adalah simbol religi sekte tantrisme yang hi-
dup di Jawa Timur saat itu. Selain situs Gambyok, ada enam candi Yang menjadi obyek penelitiannya, yakni Candi Penataran, Surowono, Mirigambar,
Yudha, Kendalisodo, dan Selokelir.
"Penataran adalah candi yang terbesar dan paling banyak memilikl rel.ief tentang cerita Panji," kata Lydia kepada Tempo.
Kompleks Candi Penataran memiliki panjang sekitar 180 meter dan lebar
60 meter, punya halaman yang berde-
ret dari barat ke timur. Teras pendapa halaman pertama dihj.asi relief nara-
tif cerita Panji. Dalam relief itu tampak seorang laki-laki bertopi tekes dan seorang perempuan berambut panjang.
Menurut Lydia, dua-duanya acap muncul dalam adegan kasih asmara Yang romantis, tapi sering juga dalam situasi duduk dan saling merindukan. Dalam relief di beberapa candi lain, seperti Candi Kendalisodo, lebih jauh Lydia melihat banyak adegan Yang menggambarkan Panji tengah bercengkerama dengan kekasihnya, Can-
r* I
T/
OdIA3I
OIOZ
IINI
'
nreg'rdas Sueyqrp qaloq rtue6 3ue1ua1 uee"rearqruad'e1erel1eq.raod rIeIa]aS
'nleg eueJry eureuJoq rJnsreur"rad re,(u
-ndrueur Sued rlpey eteg 'e.re.,u.saruey rrg rrep Sueqruel qelepe 'erp e1e4'rlue4 uapeg 'lrlpa14 ueelerey rrep elnurJaq n11 1[ue4 'erp 1n:rnuetr41 'ln{edeleJN Ierae eseur eped elnurraq ue>le+e{rp Sued r[ -ued Insn-Iese Suelual wmun ledepuad !qoJuaur e1e"re[1eq;rao4 >11r"r>13ueru
'(egOt) SunFyFunung uelrqral'uoburpuoq"tad u,LDlDp ?[pund
o,ta1t.tat7'e.{unrlnq welep 3uen1"ra1 rl"radas 'eduelr"rec rnle uep ueqo>1ouad r"rep r[ue6 T]rlouaur eI 'erlses uep (sr1n1 -ral s>iol uep qe>lseu r8as) r3o1o1g r3as uep r[ue4 rlrlauoru'edulesrru' (runq.rern -1e) e4e;elleqraod rosaJo"r4 'ure1 1ad -se IJep uerlrleuad ue{n>Ielau qeu.rad
e8n[ tlqe qelurnfas 'r8r1a.r ladse 1rep ]f -ued rlTlauaur ualory erpdl urnlaqag ',,ue>lSua8uoprp Sued qe.re [es,,
Sueqrurlal,,ue4qe"relasrp 8ue,{
SuaF
-uop,, edn"raq qlqa1 Sued itue4 rn1n1 ed -epnq ueseua>i rrep sedel >1e1 nlr eJlrC 'Sua8uop urelep epe edueq Sued;1149 qel!pe r[ue4 e.lrqeq uedeSSue.raq
>Iosos
8ue.{ ledueq qTs!ur euare>T rpehal n1r 1eg'eue["res qeluntas ue>ln>Telrp snrol Sueruaru r [ue4 3ue1ua1 1qyIJIT SN Sd
ooa
'r33ur1 le8ues atusrloqiurs
uep rlJe r>ITlrurau ue{uTelaur 'ue.rnqrq
repe{os ue>inq n11 1[ue4 Jarlar e.Aaqeq leledas 8un>lnpuaru Sued undepy 'ue -qlqalraq eduue"rrs;e1 ue>lele8ueru Sued
epe ue{qeg '}enq-lenqip erpdl ue -rrsJel deSSueFuaru uep Sueluauaru
Sued ersauopul rp ueFuele>1 >ledueq.rep -es erpdl 'e.r1uo4-o.rd renuaru r[ue4 e1r"r -oc ulel!p alusrJlu!l "rnsun e.,(uepe ue4
-eleduaur Sued erpdl nreq rrsJe; erel 'e.la.ap
ue8uap uenleduad >Inlun
-ue.rad re8eqas aursrJluel ue"rete Sunp -ue8uaru Sued rtue4 elr"rac 'srloqu"rrs
ereras'rpe1 'e.ra.ap Suelual elrrac ue>1ed -nJaur erpul E"rlses urelep 3ue.{-eusr"ry uep eue.{eureg Suelual elr.rac 1eqed.ra1 uereleuad rpueJ >lnpur Jarlar eped 'Ier ->les Sued rpuec Inpur ueweleq 1p len+ -rrue>In)ielaur {nlun qeJerzed e"redrBeq >lnseur nlurd rpetuaur edepuad se"ra1 rp JarIar eped 1eqed"ra1 Sued rtue4 e1r"r -ac 'e.{ulesnu 'ue.re1eua4 1pueJ IC 'rpueJ Ier>Ies uer3eq eped IenlrJ ue>leues>lelaur ndureru >lnlun r{eJ e"red uelderduaru uerlpns>l!turp
-evad
nlr Jarlar-JarIau 'alusrrluel Ienlrr
rluT
ue>{n>leIatu eF>I npqep qe.rerzed e"red ue>Tqepnuau {nlun 'eTp ln"rnuaru 'n11
'rnrrrrJ e.4aef rp rpuec Jarlar rp ue>Ileq -edrp rtue4 Jarlar r!qrue8 4e,{ueq uer>1
-rruap ede8uaur srsrleue8ueur erpdl
'ue1se1e[uaru edu.re [n,,'133ur1
leq8url lenlr"rrds nlnuaur ueuele[.red ioqLurs rpeluaru esTq
rre
r8ueteqadu
-4tr41,, 'rF8url qrqal 8ue.{ uele>18ur1 a1 ue -eueslefrqa>1 uenqela8uad 1e13ur1 nles r.rep nleru {nlun Ioqurs uerledn"raru "rre r8ue"raqaduaru teqppng uep npurg rF
-ololrLu ureleg .rre r8ue"raqeduaru qe8u -a1 e,{uqrselal uep rtue4 uel"reqwe8
-Fuaur Sued ue8epe 1e.{ueq ledep;a1 1er1
-ar urelep 'eTp,(.I lnJnuoru 'n1r urelag
'edue1e1 ,,'rsa.r uep r[ue4 e.relue uemu
-a1.rad;ar1a.r ledueq epe uereleuod Ip -ueJ lO,, r[ue4 lenlr"rrds n"rnF reFeq -as rsal ue>1r1.re8uaur erpdl 'rsa.r Fue.ro -as euresJaq rtue4 uel.requre88uau Fued ;ar1a"r tuelep ue8ape eduledueq Sunlnprp 'elpdT lnrnuaur 'n1r eursr"rl -ue1 ue"ie[e eduepe 3ue1ua1 IIETTSJ!J ' erueSSues.raq nele ereurse ue8unqnq -.raq ue8uap LIeIepe n1r uenle,4uad e"rec
erelue Ip nles 'dnp1q Llrseur ersnueur
lees el\ap ue8uap uenledued redecueru >lnlun eureln uelel nles qeles ue>1edn.r
-aur erlueJ 'eqppng uep npulH ueedec --rada>1
tuelep ue11a11erdrp lrqede[ery
eseru eped Sued 'e"r1ue1 ue;ele eped 1n[
-un1ad rpeluaur n1.r srloJa Sued e.reurse ue8unqnq ue8epe ueryrsyeuaru erpdl 'srlo;o uep eJsaur ue8uop 'eue"rry e"rp
w q q
i t I
fi. ltr
f
1L\trPO
ermezo
Tantra: Tafsir Baru Panji
sekitar 1978, arkeolog Setyawati Sulaeman mengungkapkan hasil penelitiannya. Menurut arkeolog perempuan per-
tama Indonesia ini, cerita Panji yang terpahat pada relief di sejumlah candi di Jawa Timur merupakan bukti
tampilnva kembali kekuasaan Kerajaan Kediri setelah Majapahit surut.
Arkeolog Universitas Indonesia, Agus
Aris Munandar, meneliti Panji dari as-
pek sejarah. Dalam lembar sastra berjudul "Citra Panji pada Masa Majapahit"yang diterbitkan sekitar 1988, Agus menyatakan bahwa cerita Panji itu jelas mengandung sisi religi. Menurut Agus,
tidak mungkin relief yang tidak ber-
napaskan agama akan dipahatkan di bangunan suci seperti candi. "Kalau cerita Panji itu hanya cerita asmara biasa," katanya, "tidak mungkin dipahatkan di
o 3
t
=
4 e
tempat suci seperti candi."
Selain bertopi tekes, ditemani para pengiring, dan berhadapan dengan perempuan, menurut Agus, Panji mahir berperang, bermain gamelan, dan bercinta serta bersikap santun. Nah, dalam relief-relief itu Panji digambarkan sebagai sosok yang santun terhadap kekasihnya. "Kalau Lydia Kieven menafsirkannya sebagai tantra, itu bisa jadi ada benarnya," katanya. "Lewat tantra, Panji dan kekasihnya tengah melakukan ritual kebajikan." Jalan tantra itu, Agus menambahkan, tidak hanya bersetubuh. Tantra itu ada dua, tantra kiri dan tantra kanan. Tantra kiri ditempuh dengan jalan mengerikan
(w
amamarg a), dengan me-
lakukan hal-ha1 yang dilarang, seperti matsya (makan lkan gembung sampai mabuk) dan madat (mabuk). Adapun tantra kanan dilaksanakan melalui jayang baik (baktimarga), seperti meditasi. Tapi kedua tantra itu tujuannya sama: untuk bersatu dengan dewa saat manusia masihhidup.
1an
Kalaupun Lydia menafsirkan Panjiyang digatnbarkan belsikap santun terhadap kekasihnva-sebagai ritual tantra, itu masuk ke dalam tantla kanan. "Tapi. harus diingat, tak ada satu
pun cerita Panji yang menyatakan secara konkret perihal ritual agama,"kata Agus. "Inilah kelemahan tesis Lydia." Agus menvatakan ia mencoba mencari soal litual tantra cialam naskah cerita-cerita Panji, ternyata tidak ada.
Memang, daiam sejumlah cerita Pandisebutkan bahwa Panji melakukan
ji
upacara dengan persembahan, seperti kerbau, selta ada gamelan dan tari-tarian. "Tapi tidak ada ritual
rrtr-ra1 atau
tantra," ujarnya. Lydia menangkap cerita Panji dali 74 I TEMPO
4
JUl-l 201tr
Candi Jago di Desa Tumpang, Malang.
relief-relief kemudian membandingkannya dengan naskah cerita Panji. Menurut Agus, seharusnya Lydia lebih dulu meiihat naskah cerita Panji, apa saja uraiannya, baru kemudian
meneliti reliefnya. Sebab, secara logika, kisahnya dulu ada, baru kemudian dipahatkan pada dinding candi.
Sayangnya, kata Agus, Lydia lebih bermain di reliefnya. Menurut Agus, sebetulnya dalam waktu yang hampir bersamaan dengan Lydia, ia sendiri juga melakukan penelitian tentang Panji. Agus malah mendapatkan
temuan 1ain. Ia melihat kisah Panji itu
merupakan penggalan peristiwa sejarah pada masa Majapahit.
Menurut Agus, kisah Panji itu sesung-
guhnya memuat atau memetaforakan perlstiwa kegagalan Raja Majapahit
menikah dengan putri Sunda. Ini meta{ora kisah Hayam Wuluk yang gagal menikah dengan Dyah Pitaloka, seperli dimuat dalam kitab Pararaton, Kidung Sunda, clan Carita I'arahgangan. Dalar.n kitab Pttraraton, Kidung Sunda, dan Carita Parahgangarz, misalnya,
terclapat penggaian pelistiwa demi-
kian: ... Putri R,ttjtt Sunda mentbunuh diri di Bubat setelah terjadinga pertempuran berdarah akibat ambisi politik Patilt. Majapahit. HayamWuruk sangot sedih, dan mengolami kedukaan qang mendalam karena putri Sunda
mer up ak an cinta per tamanA a....
Penggalan perlstiwa itu mempunyai kerniripan dengan uraian daiam cerita Panii: ... Terbunuhngu kekasih Panji
yang pertama (Martalanqu/Angreni), padahal kekasih itu merupaken tumpuan cinta Panji dan pili,han pribadianji s ang at mer as crkan kes edi,han Aang mendalam, bahkan sering pingng a. P s
an dan
k
ehil ang an in g at an....
Menurut Agus, masih banyak peristiwa sejarah masa Majapahit lalnnya yang mirip uraian dalam cerita Panji. Misalnya, pembangunan pedukuhan di Wilwatika (Majapahit) yang dilakukan Raden Wijaya dan kawan-kawan dengan pembangunan pesanggrahan yang dilakukan oleh Raden Panji dan kawan-kawan. Berangkat dari kemiripan-kemiripan itu, Agus berpendapat, candi-candi atau punden-punden di Jawa Timur yang dihiasi relief cerita Panji sesungguhnya dimaksudkan untuk memper-
ingati Hayam Wuruk. "Candi-candi itu dibuat sebagai tempat suci untuk memuliakan Hayam Wuruk." Menurut dia, masyarakat saat ltu percaya bahwa Hayam Wuruk adalah mediator yang baik untuk menuju dewa. Bersembahyang di candi-candi yang diperuntukkan bagi Hayam Wuruk adalah jalan mendekati dewa. Namun Agus tak sejauh Lvdia, yang menaf sirkan bahwa relief Panji di can-
di-candi Jawa sebetulnya adalah sebuah petunjuk untuk mengikuti tata cara ritual tantrisme. "Saya tidak berani sepertl Lydia Kieven, yang belanggapan bahwa relief Panji sesungguhnya pintu masuk peribadatan tantrisme," katanl'a. Nurdin Kalim, lsmi Wahid, Bibin Bintariadi (Blitarl, Hari Tri Wasono {Xediril
:
"Pada candi di Jawa Timur, saya merasa menemukan tempat suci. Ini tak saya dapat di Prambanan dan Borobudur karena sudah banyak permainan wisata.tt ,- LYDIA KIEVEN
penelitian candi-candi di Jawa Timur karena belum banyak diteliti. "Pada candi di Jawa Timur, saya merasa menemukan tempat suci. Ini tak saya dapat di Prambanan dan Borobudur karena sudah banyak permainan wisata," kata mantan jurnalis radio Deutsche Wel l e bagian Indonesia j.nj. Tesis berjudul "The Asceticism of
Ariuna" mengantarnya meraih gelar master pada 1995. Sesuai dengan anjuran Kiai Patmo, setahun kemudian Lydia mempelajari cerita Panji dl Candi Kendalisodo. Tapi pengumpulan ba-
hannya terhenti karena ia mengidap kanker. Kembali ke Jerman. ia meng-
ambil program doktoral di Cologne. Kesibukan bekeria membuat Lydia tak bisa meneruskan penelitiannya tentang Panji. Pada 2002, akibat peristiwa bom Bali, turis Jerman ke Indone-
sia berkurang. Lydia kehilangan pekerjaannya. Atas anjuran Profesor Adrian Vickers, peneliti Panji di Bali, Lydia mencari beasiswa di Uni.versitas Southeast, Australia. Pada 2006, ia menetap di Australia. Penelitian soal Panji. ia ianjutkan kembali. Agus Bimo Prayitno, jebolan sastra Jawa Universitas Sebelas Maret yang menemani perjalanan Lydi.a ke semua
Sariana Matematika Pencinta Jawa ERINGAT menetes
di
wajah
perempuan bule itu. Kaus hitam yang berbalut kemeja putih basah olehpeluh.Tapi ia sepertitak peduli pada teriknya matahari di Candi Penataran, Blitar, JawaTimur, Ahad dua pekan lalu. Ia juga tak peduli akan keriuhan 300-an pelajar dan pelukis profesional vang menggambar relief candi. Perempuan itu terus mengelilingi seluruh candi. Dia asyik memotret re1lef dan membuat catatan di bukunya. Lydia C. Kieven, si bule itu, seakan tak puas atas gelar doktor tentang Panji yang telah diraihnya akhir tahun 1a1u. Lydia tetap mengumpulkan data yang mungkin akan diperlukannya. "Mungkin akan ada penelitian lebih 1anjut," katanva dalam bahasa Indonesia yang cukup lancar. Perempuan kelahiran Jerman, 54 tahun 1alu, itu telah lama tertarik pada kekayaan Nusantara. Awal kecintaannya terhadap Indonesia dimulai 25 tahun lalu, saat berkunjung ke Bali. Teman-temannya bercerita soal kebudayaan Jawa. Setahun kemudian, ia me76 I TEMPO
4
JULr 2o1o
ngunjungi Borobudur dan Prambanan. Sarjana matematika dari Universitas Koeln ini langsung berminat mempeIajari bahasa Indonesia. Niat itu dilakoninya pada 1990 dengan mengambil master bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Cologne, Jerman.
Keluarganya menilai Lydia aneh karena berminat pada kebudayaan Jawa. Tapi ia cuek. Bahkan ia membeli gamelan Jawa bersama teman-temannya. Nama grupnya Laras Kulon, mirip-mirip kota tempat Lydia tingga1, Koeln. Sembari kuliah, ia bekerja sebagai pemandu wisata ke Indonesia.
Setelah mengantarkan para turis,
Lydia tinggal beberapa minggu untuk mempelajari budaya negeri ini. "Saya mencintai Jawa," katanya. Saat semester pendek, ia menyempatkan diri belajar arkeologi serta bahasa Jawa dan Jawa Kuno di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lydla bahkan sampai kursus privat kepada Ki Patmopuspito. Tujuannya mempelaiari cerita Ariunawiwaha, yang meniadi materi tesisnya. Ia memilih obyek
candi, menilai semangat Lydia mempelajari kebudayaan Jawa begitu be-
sar. Lydia juga tak mengenal lelah me-
ngunjungi candi berkali-kali. Bahkan
Lydia sampai menyewa sepeda motor untuk berkeliling Jawa Timur. "Dia seperti Srikandi. Kaiau sudah punya keinginan, harus dicapai," kata Bimo, yang mengenal Lydia sejak 1993.
Adapun Suprapto Suryodarmo, pemimpin Padepokan Seni Lemah Putih, Surakarta, yang ikut membantu riset
Lydia, mengatakan Lydia, yang cukup
bisa berbahasa krama inggil, tak menjadikan Indonesia sebagai obyek disertasi semata. Tapi Lydia juga memiliki
kepedulian terhadap kebudayaan Indonesia. Saat festival Panji di Malang tiga tahun lalu, Lydia giat membantu Prapto tanpa mendapat bayaran sedikit pun. Lydia bahkan membiayai
sendiri perjalanan dan penginapannya. "Kecintaannya kepada Indonesia bisa lebih tinggi ketimbang orang kita sendiri," katanya. Pramono, Bibin Bintariadi lBlitarl
{
fiffirmHZo
I
ira".i']lfi]
,*;:jl:t:'.;:;
Antara Panii dan Mbah Gedhong Relief Panji di berbagai candi di Jawa Timur tak terawat. Tidak semua yang bertopi tekes menggambarkan Panji. ANIL batu andesit setinggi satu meter itu dibiarkan teronggok di atas undakan kerarnik. I'ungsinya tak 1ebih sebagai atribut sebuah
makam sesepuh Desa Gambyok, Ke-
ca-matan Grogol, Kediri, Jawa'Iimur. Itulah kondisi relief Panji vang ada di situs Gambyok kini..
Sosok Panji terpatri jelas di batu itu. Ia bertopi tekes atau blangkon tanpa tonjolan. Ia bertelanjang dada dengan penutup paha kain berlipat. Ia menge-
nakan gelang dan kalung. Sosok Panji pada batu di Desa Gambyok itu sesuai dengan salah satu episode kisah Panji Semirang,
yaitu saat
Panji bertemu dengan kekasihnya yang
78
TEMPO 4 JULr 2010
pertama, Martalangu, di dalam hutan. Di situ juga terlihat Panji ditemani Iirna orang pengikut. 'lokoh yang bersimpuh di tanah adalah Prasanta. 'l'clkoh yang berdiri paling derpan adalah Pangeran Anom. sedangkan di belakangnya Brajanata, saudara Panji ber-
lainan ibu. Dua sosok lainnya adalah pat:a lcudeyan (teman yang se1a1u men-
jadi pengiring Panji), yaitu Punta dan Kertala. Meski cukup dekat dengan perlnukiman, panil relief itutak banyakmengundang perhatian penduduk. Mereka justru tertarik pada kuburan keramat
Mbah GedhongJ sesepuh desa, yang membujur tidak jauh dari batu bersejalah itu. "Batu itu sudah ada sebe-
lum Mbah Geclhong meninggal," kata Mbah Supainah, B5 tahun, juru kunci makam.
Panil Panji itu bahkan sempat hilang dicuri orang. Reruntung aparat kepoli-
sian dan perangkat desa berhasil menclapatkan kenibali batu andesit terse-
but dali tangan pencuri untuk dikembalikan ke ternpat semula. "Padahal relief Panii di Desa Gambvok lebili jelas petunjuknya dibanding reiief Pan* ji di Candi Penataran," kata Achmad ZainaI Irachris, budayawan kclmunitas Eling Handarbeni Hangrungkepi Upa-
ya Madya (Eclhum) Kediri.
Memang, bila kita liliat re-Lief Panji di Candi Penataran, I)esa Penataran, Ke-
camatan Nglegok, Kabupaten Blitar, pahatannya tidak begitu jeias. Can-
di Penataran didirikan pada abad ke12 san'rpai abad ke-15 oleh Raja Kediri, lalu clilanjutkan oleh Raja Singosali dan Raja Majapahit. Mirip panit lelief
6l i odl
llr
0I0z
Ilnl
'
ouosPi lll lrPH '!pslreUlg ulqlg'rle,(sqrfl N,(nrnN
'8uepq qe1e1
n11 1[ue6 eleda>1 ;ar1a; 'Suedes >lrsnur lele e.laeqruaru Suepas Sued ue.r,re>1eu -nd enp ue>peqrue8ip e8n[;ar1a"r rg 'erp
-uI
>{rsnur }ele
nele eur,4 {rsmu l!Ie
ue>{ureruaur e.{ur"r1sr uep rtue4 ue8u
-ap rrrq>Ieip ue8apy 're8ed e8eia;, rdal Ip Irlp ue4cnduaru Suepas Sued tlue4 ue4sdr;r4sapuaur nlr ;ar1a"r'ouodqe3
r.\\C lnrnuary 'Ilued r{esr>I }arlar Iru -ed ledura 1edep.ia1 nlr rpuer uapund nles qeies Iq1 'lnel rre uee>lnlurad sele
rp ra+aru 699'1 'ue8un33ueua6 Sunu -nc 'lla{ag }r{na Tp oposrl!puax rpueJ rp selal qrqal 1eqed"ra1 rtue6 qesry 'ouny eaef
er1ses urelep eFIl Jourou
Jesaq ur.^ae>{!{ qelepe !ueq+>ieurreqo eu"re>lerelunx elrraC'ersauopul renl ip qeretes raquns tuelep ue{nuala>Irp urnlaq eure4eretun){ etrrac ue4ele8u
-aw 'o8e1 rpue3 r8o1oa1"ry releg se8 -n1ad'rpe.{"rn g' oduaT epeda>1 eduele>1
'rtue4 eluaa ,,'eu.re>1e.re[un) e]rJoc nlI,, r"rep uer8eq ue>Inq nlTs rp sa>{a} rdol"iaq .>Iosos '3ue1etr41 r"ra8a1q se+rsralrull ue.!\ -e.retes 'ouofqeJ I.AaC lnrnualrrtr 'uei8 -.rada1 uesedalad tnsun Sunpue8uaru
Sued elr.rac ueurleI ruel!p ueserq ue8 -!J !>lau! rsrJal enuros euar!>I '8uoso>1 Sueprq 1edep"ra1 1epi1 "nduie11 'seleral ue8uen.r Surpurp a4 tedures l>ie{ relnur
rde.r leqed;al Sued ;ar1a-r lued rqnu -adrp o8e; rpue3 '3ue1etr41 uolednqey 'Fuedrun;, ue+ewetaX'Euediun;, esaq rp o8el Ipu!J Jarlar rp leqrlral e8nt r[ -ued ue>Inq rdel sa4a1 rdol"iaq 3uer9 'ln1nl sele rP Suelduaru lrl>l 1)ie{ ue8uap '1n"rad qea,req 1p ledll -Jaq ur!)i ue8uap epep 8ue[ue1a1;aq elras sa>Ial ue4eua8uaru n1r eu4 8un[ -ueJ rJS eures-eruesJaq pued nles ruel -ep reque8ral 8ue,{'esledeprg nlre-('tt -ue4 redn.raduaur Sued >losos epe n1r gI
-a>l peqe rrlpraq ue>1e"ri>padrp Sued tp -uer JaIIar nles qeles ro 'r>lnps!JN ele>l 'Sunlue;, ,,'IuIs Tp r[ue4 elr.roa epe >leJ{, rJS uep {q!s>lnqng 'eqerru.lrreunlrv Tu ->1ed 'lnqasral. JaIIaJ welep ep;raa e8rl
1edep.ra1 ue>lJnlnuarll '{n1l
rrrpay eloy
lesnd r"rep ralaruolr>{ 6g >1e1a1.ra1 Sued rpuec elola8uad'unqe1 77'r4npse141 'rPu!r relr{as
eFJe.^a
)irI
-nu rue.{e Suepue>i letueS8uad eFFutq 'prlseur (>1cueq) r1e>1 ue>1e[rd '>leseur -aur ledural tpetuaur rs8un; qrle"raq e,{u -n1eq uer8eqas 'qnln >lel ruT{ rul lpueJ 'rlue6 ue>1nq rdel 'sa>1e1 ue>leua8uaru 8ub,(1osos
1ar1a"r
epe e8nInlrs Ip
(rrrpoX
ualednqey'rede4 ueleru!toy'n33ue3
esaO rp ouo,4aorns rpue3 r8unlun8uaru eltl egg 'e.{u8u r"r tFuad "reqrueF Epe Jar I -ar rp elrq rtue4 ue>l1sedrp esrq nreq nF {osos 'rtue6 losos rlodouoru edueq >leprl sa>la1 rdolraq >Iosos Sueuraru ':tep
-ueuntrAl sr.ry snFy 3o1oa>1.re +nrnuatrN 'uEpuog e1e1 ..'n1t JJr lrr ere]
-ue rp rtue4 qesl>l eueur e8np-e8npuatu uerpnuia>I IuIS a>I 8ue1ep Sued 3o1oa>i;e
ederaqag,, 'ue.laedles Sueg qoqol eped 1edep.ra1 eFnt'eqed eped ure>1 dnlnuad u!p sa>la1 rdol rl.iadas 'snsnq>1 rJrJ-rJrc 'qeqas 'lrlns dn>Inc nlr Jar{ar Ip urel qo}i -ol ue8uap r[ued l{o>1o} ueepeqruad 'uep
-uog lnrnua6 '(8ue1eutq elt.rac) 1aqel elras '3ur1y Sue8ep Sueg 'ue.r,re"{1eg
Sueg 'Suntue;, IrS qesr>i edue-relue lO 'qesr>1 qedueq ue{reqru!33uaru eduqnF
-Sunsas uereleuad TpueC relle Ip ]all -a; ';nurt;, !.lrt'!f ele{eqln4 ueleF8uru -ad uerr!lsalad rel!g >1ntun1rp Fuef uereleuad rpueJ ueereqrlauad nrnf 'o1ue,u.srg u!puog J.nJnuaur'unurelq
'u!lm{ ruelep rp
ueuelelrad ue>le]IJaJuau nlr u!Je]!u
-ad rpueC rp rtue4 qesr>1 resaq uer8eqas '3ur1rra>1 lnqwer ue8uap 4nur -aB uelerue.radtaq 3ue,{ eleuete"rg eFnI
rrdurell
'ruouy ue.ra8ue4 re8eqas lse>lglltlapr -1p Sued .resaq r33u11 4osos eduelelue IO 'Tlued q!sr>I urelep qolol-qo>lol ue>l -leqrl.radruaur e8n[ ;er1a"r qeiurnlag
'ueue>leLtt
uelqn8nduaur Sued SurlSuad 8ue;o -es ue8uap uedepeq.raq qe8ual eqed
rdnlnuaru Sued 1edr1-raq ure>l uep sa>Ia1 e1eda1 dnlnuad ue8uap losos .reqrue8
-ral uereleua4 rp '>1o{qrue) esag
rp
'!puec rclues eFren llllul ue,te FuepuPI tplueFFued eFFulq
rpl[seu (llcueq) uElefid lIeI rleseuaut
leduel
lpefueu FFUnJ qllereq e,{unleq uElFeqos'qnln
Iel lupl !u! lpuPc
'lnull el ef ';r1pey';oFotg ueleuecaY '1ofqueg eseg qndeses
ueleu
lp ;[ue6 ;e;1et 1;ue6
'(ltf)
Utpey ualednqeY
leded ueleruecey'nFFue3 esec lp ouoiv\orns lpuec
, i'iiP a,*ir. :lri*l]iiL, ... .,
;,....:.::,r':r:$:..:rqqr.. -r
.- 'ti:i.*. :l
lntermH2o
Ta
ntr a : Tafsi r
Ba
ii:' Pa nji *.!,
Pertunjukan tari Eynao dari Kamboja. Tari ini terinspirasi kisah Panji
Yan$ menarik, menurut
Poetbatjatakal bahkan dongengdongeng dan kisah anak anak di Jawa dan Nusantara adalah turunan kisah Panji.
Sampai Kamboia dan Vietnam Majapahit mengekspor cerita Panji ke seluruh Asia Tenggara. AMANYA Eynao. Ia pangeran dari Kerajaan Kurepan. Ia seorang panglima yang tangguh,
memiliki tunangan bernama
Putri Bossaba dari Kerajaan Daha. Namun, belum sempat ia menikah dengan tunangannya itu, atas anjuran penasihatnya, ia mengawini putri lain. Ia menyesal, karena ternyata Bossa-
ba demikian cantik. Ia tergila-gila. Maka, ketika ia mendengar Bossaba
hendak kawin dengan pangeran dari Kerajaan Charika, ia langsung merana. Ia lalu memiliki rencana melarikan
Putri Bossaba.
Ituiah cerita Panji versi Kamboja.
Nama Panji, yang di Jawa sering disebut Raden Panji Inu Kertapati, di Kamboja menjadi Eynao. Menurut Poerbatjaraka, kisah Panji dari Jawa bukan hanya menyebar ke Bali, Sumatera, Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi, melainkan juga ke seluruh Asia Teng80 I TEMPO
I
tur_r 2010
gara-Kamboja, Thailand, Laos, Burma, dan Vietnam. Sementara Jawa menglmpor kisah Mahabharata dari India, sebaliknya Jawa mengekspor kisah Panji ke seluruh Asia Tenggara. Itu tak terlepas dari peran Majapahit. Saat kerajaan itu melebarkan kekuasaannya ke seluruh Nusantara dan beberapa negara Asia Tenggara, cerita Panji turut dikenalkan. Masyarakat Asia Tenggara rata-rata menyukai keromantisan cerita ini. Menurut peneliti Panji, Adrian Vickers, sesungguhnya kisah Panji menjadi semacam kisah perekat yang menjadikan Asia Tenggara sebuah unikum dengan identltas kebudayaan
tersendiri. "Itu membuktikan kedig-
dayaan Maj apahit zamal1 dahulu," kata arkeolog Agus Aris Munandar.
Inti cerita Panji di mana-mana rela* tif sama, yaitu kisah seorang pangeran
yang mencari kekasihnya yang terpisah. Panji dan kekasihnya mulanya bertemu, tapi kemudlan dewa berke-
hendak lain sehingga memisahkan mereka kembali. Proses pencarian itulah yang menjadikan kisah Panji sebagai kisah asmara yang mengharukan. Yang membedakan klsah Panji di berbagai bagian Asia Tenggara hanya sebutan tokohnya. Sementara cerita Panji Kamboja, misalnya, bernama Eynao, sosok Panji di Palembang terkenal dengan Panji Angreni. Di Sumalera sedikilnya ada enam dongeng ya ng berkaitan dengan Panji, yaitu Hikayat Raja Kuripan, Hikayat Raja Tambak Baya, Hikayat Rangga Rari, Hikayat
Misa Taman, Hikayat Carang Kulina, dan Panji WiIa Kesuma.
Yang menarik, menurut Poerbatja-
raka, bahkan dongeng-dongeng dan kisah anak-anak di Jawa dan Nusantara adalah turunan kisah Panjl. Dongeng seperti Ande-ande Lumut, Cinde Laras, Kethek Ogleng, Lutung Kasarung, bahkan Timun Mas yang kita
akrabi semenjak anak-anak, tak lain
bersumber dari kisah Panjl.
Seperti kita ketahui, dalam mencari kekasihnya. Panji sering me-
nyamar menjadi penyair, penari, atau apa saja. Demikian juga Candra Klra-
na, la sering menyamar menjadi penari
jalanan dan sebagainva. IJnsur samarmenyamar ini yang menjadi kekhasan cerita anak-anak kita. Bila kita perhatikan, banyak dongeng di Jawa yang basis ceritanya adalah penyamaran. Tokoh Ande-ande Lumut, misalnya. Ia dikisahkan sebagai anak seorang janda mlskin di Desa Dadapan. Padahal dia adalah pangeran kaya yang menyaru. Sementara itu, dari semua perempuan
yang jatuh clnta kepadanya, ada yang ber-wajah paling buruk dan sangat bau tubuhnya bernama Kleting Kuning. Padahal Kleting Kuning adalah kekasih rupawann)/a yang tengah menyamar. Bahkan di Jawa, Panji sering didongengkan menyaru dalam wujud hewan. Kisah Kethek Ogleng di antara-
nya.
Di situ. untuk mencari kekasih-
nya. Panji bersalin rupa menjadi seekor
kera.
lsmi Wahid, Bibin Bintariadi