35
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
2.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah Kelompok Pamegatan wilayah Cikajang, Kabupaten Garut yang masih aktif sebagai anggota KPGS. 2.2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei, dimana informasi dikumpulkan dari sempel atas populasi untuk mewakili populasi. Informasi yang diperlukan didapatkan dari responden dengan menggunkan kuisoner yang telah disiapkan sebelumnya. 2.2.1. Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelompok peternak sapi perah Pamegatan yang berada di wilayah KPGS Cikajang, Kabupaten Garut. Pemilihan kelompok tersebut dipilih secara sengaja ( purposive ) dengan pertimbangan bahwa Kelompok Pamegatan merupakan salah satu daerah usaha peternakan rakyat sapi perah dengan jumlah anggota kelompok terbanyak yaitu 180 orang di Desa Mekarjaya dan sudah berjalan kegiatan penyuluhan. 2.2.2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dikelompokan atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari peternak di wilayah KPGS Cikajang, Kabupaten Garut. Data primer diambil melalui teknik wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisoner) yang telah disiapkan dan melalui teknik observasi
36
(pengamatan) langsung terhadap objek yang diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti. Data sekunder sebagai penunjang diperoleh dari literatur, referensi dan data dari KPSG Cikajang, Kabupaten Garut. 2.2.3. Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan dengan cara random sampling yaitu teknik pegambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendirisendiri atau bersama-sama diberikan kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel (Sugiyono,2003). Di Kelompok Pamegatan dari 180 orang anggota peternak akan disampling secara acak menggunakan metode random sampling yaitu dari seluruh anggota peternak pamegatan diberikan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Sampel yang diambil 15% dari 180 adalah 27 responden, namun untuk mengurangi kesalahan dan dapat disesuaikan dengan uji korelasi maka diambil sebanyak 30 responden. Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Apabila subyek lebih dari 100 dapat diambil sampelnya antara 10%-15% atau 20%-25% (Arikunto,2006). 2.3. Operasional Variabel Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi variabel bebas dan variabel terikat. 2.3..1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah peran penyuluh peternak sapi perah, yaitu peran yang dilakukan oleh penyuluh sebagai agen pembaharu atau pengubah, terutama didalam
37
mendorong pendidik, fasilitator dan katalisator dalam tingkat penerapan penyajian rumput oleh peternak, sedangkan untuk indikatornya adalah : 1. Peran sebagai pendidik yaitu peran penyuluh dalam memberikan pengetahuan, keterampilan dan cara-cara penyajian rumput yang lebih baik pada peternak. Indikator yang diukur : a. Penguasaan materi. Penyuluh menguasai materi yang diberikan kepada peternak atau wawasan penyuluh terhadap materi penyuluhan. Apabila responden menjawab iya menguasai materi diberi skor 3, apabila menjawab kurang menguasai materi diberi skor 2, apabila menjawab tidak menguasai materi diberi skor 1. b. Cara penyampaian materi. Penyuluh berbicara dengan jelas dan dapat dimengerti oleh peternak. Apabila responden menjawab iya berbicara dengan jelas dan mudah dimengerti diberi skor 3, apabila menjawab berbicara kurang jelas dan kurang dapat dimengerti diberi skor 2, apabila menjawab berbicara tidak dengan jelas dan tidak dapat dimengerti diberi skor 1. c. Cara penerapan inovasi. Penyuluh memperagakan atau mendemonstrasikan penyajian rumput. Apabila responden menjawab ya dapat memperagakan diberi skor 3, apabila menjawab kurang dapat memperagakan diberi skor 2, apabila menjawab tidak dapat memperagakan diberi skor 1.
38
d. Pemberian kesempatan bertanya. Penyuluh memberikan kesempatan bertanya peternak tentang menerapkan penyajian rumput. Apabila responden menjawab ya memberikan kesempatan bertanya diberi skor 3, apabila menjawab kurang memberikan kesempatan bertanya diberi skor 2, apabila menjawab tidak memberikan kesempatan bertanya diberi skor 1. e. Pemberian motivasi. Penyuluh dalam mendorong peternak pentingnya menerapkan penyajian rumput untuk meningkatkan produksi susu dan mengembangkan usahanya. Apabila responden menjawab ya selalu memberikan motivasi diberi skor 3, apabila menjawab kurang memberikan motivasi diberi skor 2, apabila menjawab tidak memberikan motivasi diberi skor 1. 2. Peran sebagai fasilitator yaitu peran penyuluh dalam
memberikan
kemudahan komunikasi dengen sumber informasi, penyediaan sarana kelompok dan pemilihan metode penyuluhan. Indikator yang diukur : a. Komunikasi dengan sumber informasi. Penyuluh membantu medekatkan peternak kepada balai penyuluhan dan memberikan kemudahan berhubungan dengan sumber informasi lainnya. Apabila responden menjawab ya membantu mendekatkan diberi skor 3, apabila menjawab kurang membantu mendekatkan diberi skor 2, apabila menjawab tidak membantu mendekatkan diberi skor 1.
39
b. Penyediaan sarana. Penyuluh membantu memberikan kemudahan peternak untuk memiliki sarana belajar dan sarana menyampaikan aspirasi yang difasilitasi penyuluh. Apabila responden menjawab ya membantu memberikan kemudahan dan memfasilitasi diberi skor 3, apabila menjawab kurang membantu memberikan kemudahan dan memfasilitasi diberi skor 2, apabila menjawab tidak membantu memberikan kemudahan dan memfasilitasi diberi skor 1. c. Penyedian alat bantu. Penyuluh menggunakan alat bantu penyuluhan dalam menjelaskan dan mecontohkan penyajian rumput. Apabila responden menjawab ya menggunakan alat bantu diberi skor 3, apabila menjawab kurang menggunakan alat bantu diberi skor 2, apabila menjawab tidak menggunakan alat bantu diberi skor 1. 3. Peran sebagai katalisator peran penyuluh memberikan kesempatan berkomunikasi antara anggota, penyelengara pelatihan dan
kerjasama
dengan pihak luar. a. Penyuluh menjalin komunikasi dengan anggota. Penyuluh bersedia ditemui dan menemui peternak apabila dibutuhkan oleh peternak. Apabila responden menjawab ya bersedia ditemui dan menemui diberi skor 3, apabila menjawab kurang bersedia ditemui dan menemui diberi skor 2, apabila menjawab tidak bersedia ditemui dan menemui diberi skor 1.
40
b. Penyuluh mendorong pertemuan berkala dan berkelanjutan. Penyuluh memberikan dorongan peternak untuk bertemu secara berkala dan berkelanjutan. Apabila responden menjawab ya memberikan diberi skor 3, apabila menjawab kurang memberikan diberi skor 2, apabila menjawab tidak memberikan diberi skor 1 c. Penyuluh memberikan kesempatan kerjasama peternak dengan pihak luar. Penyuluh memberikan kesempatan peternak
untuk dapat
melakukan kerjasama dengan pihak swasta dan pemerintah dalam menerapkan
teknologi.
Apabila
responden
menjawab
ya
memberikan kesempatan diberi skor 3, apabila menjawab kurang memberikan kesempatan diberi skor 2, apabila menjawab tidak memberikan kesempatan diberi skor 1. 2.3.2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat penerapan penyajian rumput yang dilihat dari tingkat proses adopsi sedangkan untuk indikatornya adalah : 1. Pengetahuan Pengetahuan yaitu segala hasil tahu seseorang melalui pengindaraan dan diungkapkan kembali apa yang diketahui dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan. Bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan. Apabila responden menjawab 3 point diberi nilai 3 dan dikatagorikan mengetahui, apabila responden menjawab 2
41
point diberi nilai 2 dan dikatagorikan cukup mengetahui, dan apabila responden menjawab 1 point diberi nilai 1 dan dikatagorikan kurang mengetahui. 2. Sikap Sikap yaitu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek dan merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Apabila responden menjawab ya setuju diberi skor 3, apabila menjawab kurang setuju diberi skor 2, apabila menjawab tidak setuju diberi skor 1. 3. Tindakan Tindakan merupakan hasil reaksi sikap yang didapatkan setelah beradaptasi dengan inovasi dan faktor pendukung lainnya. Apabila responden menjawab iya selalu diberi skor 3, apabila menjawab iya kadang – kadang diberi skor 2, apabila menjawab tidak diberi skor 1. Cara pengukuran dari variabel bebas dan variabel terikat menggunakan skala ordinal. Kedua variabel diukur dengan menjumlakan skor dari seluruh komponen yang tergabung pada variabel-variabel tersebut. Pengukuran dalam bentuk pertanyaan yang berkaitan dengan variabel-variabel tersebut mengacu pada skala likert, dengan memerikan alternatif tiga jawaban. Ukuran skala ordinal tersebut adalah : Tinggi
=3
Sedang
=2
Rendah
=1
42
Pengkelasan kategori peran penyuluh dan tingkat penerapan penyajian rumput pada peternakan sapi perah rakyat dilakukan dengan menjumlahkan nilai dari setiap jawaban responden. Penentuan kelas interval perlu menentukan batas atas dan batas bawah terlebih dahulu guna mendapatkan panjang interval. Rumus menentukan panjang interval:
Panjang Interval =
Jumlah jangkauan banyaknya interval
Batas atas kelas
: Jumlah pertanyaan x Nilai jawaban tertinggi
Batas bawah kelas
: Jumlah pertanyaan x Nilai jawaban terendah
Jumlah jangkauan
: Batas atas kelas – batas bawah kelas
Jumlah jangkauan diperoleh dari hasil pengurangan nilai batas atas kelas dan nilai batas kelas bawah. Banyaknya katagori kelas interval terdiri dari 3 kelas interval. Guna menambah ketelitian data yang diperoleh maka skor tertinggi ditambahkan 0,5 dan terendah dikurangai 0,5 ( Sudjana, 1992 ). Berdasarakan hal tersebut, kelas kategori untuk variabel bebas (peran penyuluh ) pada peternakan sapi perah rakyat dengan jumlah pertanyaan yang digunakan sebanyak 12 pertanyaan adalah: a. 12,00 -20,33
= Peran penyuluh dalam memberikan penyuluhan
pada ternak peternakan sapi perah rakyat termasuk kategori rendah. b. 20,34 - 28,67
= Peran penyuluh dalam memberikan penyuluhan
pada ternak peternakan sapi perah rakyat kategori sedang. c. 28,68 - 37,01
= Peran penyuluh dalam memberikan penyuluhan
pada ternak peternakan sapi perah rakyat kategori tinggi.
43
Kelas kategori untuk variabel terikat (tingkat penerapan penyajian rumput ) pada peternakan sapi perah rakyat dengan jumlah pertanyaan sebanyak 13 pertanyaan adalah: a. 13,00 - 22,00
= Tingkat penerapan penyajian rumput pada
peternakan sapi perah rakyat termasuk kategori rendah. b. 22,01 – 31,01
= Tingkat penerapan penyajian rumput pada
peternakan sapi perah rakyat termasuk kategori sedang. c. 31,02 - 40,00
= Tingkat penerapan penyajian rumput pada
peternakan sapi perah rakyat termasuk kategori tinggi. Model analisis yang digunakan adalah analisis korelasi Rank Spearman. Analisis digunakan untuk mencari korelasi keeratan atau menguji hipotesis asosoatif antara dua variabel yaitu peran penyuluh dan tingkat penerapan penyajian rumput dengan data berskala ordinal atau ranking. Untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat maka perlu dilakukan pengujian hipotesis. 2.4. Metode Analisis 2.4.1. Analisis Deskriptif Peneliti menggunakan metode deskriptif dalam menganalisis data. Metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono,2011).
44
2.4.2. Analisis Korelasi Spearman Metode analisis korelasi Rank Spearman adalah suatu metode digunakan untuk mencari hubungan keeratan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal atau ranking. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung jumlah skor dari peran penyuluh dan tingkat penerapan teknologi pakan. Perhitungan korelasi dua variabel tersebut menggunakan aplikasi SPSS. Perhitungan korelasi keeratan antara dua variabel tersebut menggunakan perhitungan analisis statistik non parametrik korelasi Rank Spearman. Apabila banyak data variabel yang diranking sama (memiliki nilai yang sama), maka dapat digunakan rumus koefisien korelasi Rank Spearman yang telah dimodifikasi dengan tujuan untuk mengurangi dampak jumlah data variabel yang sama dari hasil peritungan koefisien korelasi Rank Spearman. Berdasarkan Siegal (1985) rumus korelasi Rank Spearman ditulis sebagai berikut : rs= ∑X² + ∑Y² - ∑di² 2 √( ∑X² ∑Y² ) Dimana : ∑X² = (n³ - n) - ∑Tx 12 ∑Y² = (n³ - n) - ∑Ty 12
45
Dengan faktor koreksi : ∑Tx = (t³ - t) 12 ∑Ty = (t³ - t) 12 Keterangan : rs = koefisien korelasi di = ranking Variabel X – Variabel Y x = variabel X ( variabel bebas ) y =variabel Y ( variabel terikat) t
= data yang nilainya sama
n = jumlah sample Tx = faktor korelasi X Ty = faktor korelasi Y Fungsi analisis ini untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dan variebel terikat yang berskala ordinal dari Pengujian dengan metode analisi ini dapat didasarkan pada sampel kecil ataupun sampel besar (apabila n ≥ 10) korelasi Rank Spearman bisa juga disebut korelasi berjenjang, korelasi berpangkat, dan ditulis dengan notasi (rs).
46
Selanjutnya untuk menguji hipotesis dilakukan dengan uji t, dengan rumus sebagai berikut : Uji Signifikasi t 𝑛−2 𝑡 = 𝑟𝑠 √ 1 − 𝑟𝑠2
Kaidah Keputusan : Jika t hitung < t tabel maka terima H0 Berarti tidak terdapat hubungan positif antara peran penyuluh dengan tingkat penerapan penyajian rumput peternak sapi perah. Jika t hitung > t tabel maka tolak H0 Berarti terdapat hubungan positif antara peran penyuluh dengan tingkat penerapan penyajian rumput peternak sapi perah. Pada pengujian hipotesis dan hasilnya signifikan, (H0 ditolak), maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956) yaitu sebagai berikut : rs < 0,20
: Hubungan yang sangat kecil / lemah dan bisa diabaikan
0,20 ≤ rs < 0,40
: Hubungan yang kecil / tidak erat
0,40 ≤ rs < 0,70
: Hubungan yang cukup erat
0,70 ≤ rs < 0,90
: Hubungan yang erat
0,90 ≤ rs ≤1,00
: Hubungan sangat erat