III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
yang
dimaksudkan
untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005). Tujuan dari penelitian ini untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi, 1994:18). Jadi, tujuan penelitian ini untuk melakukan pencandraan terhadap penggunaan konjungsi dalam karangan narasi siswa kelas X SMA YP Unila Bandarlampung tahun pelajaran 2010/2011. B. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah karangan siswa dan datanya ialah kalimat dalam karangan tersebut. Penelitian ini difokuskan pada penggunaan konjungsi dalam kalimat. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik
dokumentasi yang berupa hasil karangan siswa (deskripsi, narasi, persuasi, eksposisi,
D. Teknik Analisis Data
Tahap analisis data merupakan tahapan yang sangat menentukan karena pada tahapan ini kaidah-kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh (Mahsun, 2005:117). Proses analisis data meliputi pengklasifikasian, pengategorian, dan elaborasi data yang telah terkumpul dapat diberikan makna untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam hal ini, objek analisis data yang penulis lakukan ialah hasil karangan siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi (1) taknik lesap (delisi), (2) teknik sisip (interupsi), (3) teknik ganti (subtitusi), (4) teknik perluas (ekspansi). Berikut ini penjabaran teknik-teknik tersebut. 1. Teknik Lesap (Delisi) Teknik lesap (delisi), ialah suatu unsur atau suatu satuan lingual yang menjadi unsur dari sebuah konstruksi (morfologis atau frasalogi) dilesapkan atau dihilangkan serta akibat-akibat struktur apa yang terjadi dari pelesapan itu. Teknik ini pada hakikatnya adalah pengurangan unsur dari sebuah konstruksi. Kegunaan teknik lesap untuk mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Jika hasil dari pelesapan itu tidak gramatikal,
unsur yang bersangkutan memiliki kadar keintian yang tinggi atau
bersifat inti, maksudnya sebagai unsur pembentuk satuan lingual, unsur yang bersangkutan mutlak diperlukan. Akan tetapi, jika pelesapan menghasilkan kalimat yang gramatikal, unsur yang dilesapkan memiliki kadar keintian yang tidak tinggi atau inti (Sudaryanto, 1993:42)
Contoh: a) Dan bahkan timbunan sampah bukan hanya akan menimbulkan bajir, tetapi juga menimbulkan bibit-bibit penyakit.
b) Tidak hanya hujan dan sampah penyebab dari banjir, tetapi juga penggundulan hutan. (sumber: karangan siswa kelas XI SMA YP Unila) Berdasarkan contoh dua kalimat di atas, terdapat konjungsi dan. Konjunsi itu merupakan bentuk dari jenis konjungsi koordinatif yang menandai hubungan penembahan berfungsi untuk menghubungkan antarkata atau antarklausa. Jika konjungsi dan pada kedua kalimat tersebut dilesapkan, akan dihasilkan kalimatkalimat sebagai berikut. (a1) Bahkan, timbunan sampah bukan hanya akan menimbulkan bajir, tetapi juga menimbulkan bibit-bibit penyakit. (b1) Tidak hanya hujan sampah penyebab dari banjir, tetapi juga penggundulan hutan. (sumber: karangan siswa kelas XI SMA YP Unila) Pada (a1) tampak bahwa hasil dari pelesapan konjungsi dan tetap menghasilkan kalimat yang gramatikal. Unsur yang dilesap itu berarti tidak bersifat inti karena dapat dihilangkan tanpa merusak perilaku sintaksisnya dalam kalimat yang diinginkan. Sementara itu, pada data (b1) pelesapan konjungsi dan mengakibatkan kalimat tersebut tidak komunikatif. Penggunaan dan pada data (b1) sangat diperlukan untuk menandai hubungan penambahan. Dengan demikian, keberadaan konjungsi dan pada data (b1) memiliki kadar keintian yang tinggi atau bersifat inti sehingga konjungsi tersebut mutlak diperlukan.
2. Teknik Sisip (Interupsi) Teknik sisip yaitu unsur tertentu yang disisipkan di antara unsur-unsur lingual yang ada (Sudaryanto, 1993:37). Teknik sisip memilki kegunaan yang khusus, yaitu
terutama untuk mengetahui kadar keeratan kedua unsur yang dipisahkan oleh penyisip itu. Apabila adanya penyisip itu dimungkinkan berarti kadar keeratan unsur yang dipisahkan itu rendah dan apabila tidak dimungkinkan berarti tinggi. Contoh: Wanita yang berbaju hijau itu adalah ibuku. Kalimat di atas berasal dari kalimat Wanita yang berbaju hijau itu adalah ibuku. yang disisipi konjungsi yang. Penyisipan konjungsu yang ke dalam satuan lingual di atas menunjukkan bahwa kata wanita dan frasa berbaju hijau memiliki kadar keeratan yang kurang kuat. Akan tetapi, lain halnya antara satuan lingual berbaju dan hijau itu memilki kadar keeratan yang kuat sebab tidak bisa disisipi konjungsi yang. Selain itu, dengan penyisipan konjungsi yang menjadikan kalimat itu padu serta menandai hubungan penjelasan mengenai subjek, yakni wanita. 3. Teknik Ganti (Subtitusi) Teknik ganti (subtitusi) yaitu teknik menyelidiki adanya keparalelan atau kesejajaran distribusi antara satuan lingual atau antara bentuk linguistik yang satu dengan satuan lingual lainnya. Contoh: Minggu ini kami sekeluarga akan berlibur ke Pulau Komodo. Dan mampir ke rumah paman di Surabaya. Hubungan kedua kalimat di atas dihubungkan oleh konjungsi dan. Akan tetapi, penggunaan konjungsi di atas tidak sesuai dengan perilaku sintaksisnya dalam kalimatnya yang menyatakan hubungan peristiwa berkelanjutan dari pernyataan sebelumnya. Oleh sebab itu, konjungsi dan diganti konjungsi kemudian. Penggantian dengan konjungsi tersebut telah menempati distribusi yang tepat untuk menghubungkan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain.
4. Teknik Perluas (Ekspansi) Teknik perluas (ekspansi) adalah teknik memperluas satuan lingual tertentu (yang dikaji atau yang dibahas) dengan unsur satuan lingual tertentu baik perluasan ke kiri atau ke kanan. Contoh: Pak windra merupakan kepala desa yang sangat kaya. Ia seorang yang kikir. Contoh di atas terdiri dari dua kalimat. Kalimat kedua merupakan pernyataan yang bertentangan dengan kalimat sebelumnya. Di antara dua kalimat tersebut tidak memunyai konjungsi untuk menghubungkannya. Dengan demikian, diperluas ke kiri dengan memberikan konjungsi akan tetapi yang menandai hubungan pertentangan dengan kalimat sebelumya. Adapun langkah-langkah teknik analisis data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut. 1. Memberi nomor urut setiap sumber data yang diperoleh dari karangan siswa kelas XI SMA YP Unila Bandarlampung tahun pelajaran 2010/2011. 2. Membaca satu per satu karangan siswa tersebut lalu mengidentifikasikan konjungsi yang terdapat di dalamnya. 3. Mengklasifikasi masing-masing konjungsi sesuai dengan jenisnya. 4. Mengiterpretasi hasil analisis data secara menyeluruh. Dalam hal ini, peneliti juga menciptakan sebuah wacana yang komunikatif berdasarkan teknik yang digunakan peneliti.