III. KAJIAN PUSTAKA
3.1 Landasan Teori 3.1.1
Pengertian saham Saham atau stock adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal
pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham sering disebut shares merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Saham tersebut dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau atas unjuk. Menurut Anoraga (2001: 58) saham dapat dibedakan antara saham biasa (common stocks) dan saham preferen (preferred stocks). Perbedaan kedua jenis saham ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Saham biasa (common stocks) a) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. b) Memiliki hak suara (one shares one vote) c) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 2.
Saham Preferen ( preferered stocks) a) Memiliki hak paling dahulu memperoleh dividen. b) Tidak memiliki hak suara. c) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus.
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Nilai suatu saham dapat dipandang dalam empat konsep yang memberikan makna berbeda-beda antara lain : 1. Suatu saham memiliki nilai nominal, yaitu nilai perlembar saham yang berkaitan dengan kepentingan akuntansi dan hokum. Nilai ini tidak mengukur riil suatu saham, tetapi hanya digunakan untuk menentukan besarnya modal disetor penuh dalam neraca. Nilai nominal ini sering disebut stated value, face value, par value (nilai pari). 2. Nilai buku perlembar saham (book value pershare) yaitu total ekuitas dibagi jumlah beredar. Nilai ini menunjukkan nilai aktiva bersih perlembar saham yang dimiliki pemegangnya. 3. Nilai pasar (market value) adalah nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham di bursa saham. Harga saham inilah yang menentukan indeks harga saham gabungan (IHSG). Fluktuasi harga saham di bursa menetukan risiko sistematis suatu saham. 4. Nilai fundamental (nilai intrinsik), tujuannya adalah menghitung harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya (riil value) sehingga tidak terlalu mahal (overpriced). Perhitungan nilai ini adalah mencari nilai sekarang (present value) dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain/loss. Terkait dengan harga saham, Darmaji dan Fakhruddin (2001) menjelaskan beberapa istilah yang berhubungan dengan pergerakan harga yang terjadi dalam proses perdagangan. Istilah tersebut antara lain :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
a) Prev atau previous adalah harga penutupan saham pada hari bursa sebelumnya. b) Open adalah harga pembukaan saham pada saat transaksi dalam suatu periode transaksi. c) High menunjukkan harga tertinggi yang pernah terjadi dalam suatu periode perdagangan. d) Low menunjukkan harga terendah yang pernah terjadi dalam suatu periode perdagangan. e) Last menunjukkan harga terakhir yang terjadi. f) Change menunjukkan selisih antara Last dengan Prev. g) Close menunjukkan harga penutupan suatu saham. Harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar-belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan. Untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual ataupun membeli saham. Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham (Tandelilin, 2010). Wujud saham yaitu selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas itu adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Saham merupakan salah satu sekuritas yang cukup popular diperjualbelikan di pasar modal. Harga pasar (market price) merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar tersebut adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham (Anoraga, 2006). Harga saham didalam perdagangan dan investasi adalah harga yang mengacu pada harga saham terkini dalam perdagangan saham. Indikator harga saham menggambarkan banyak hal tentang apa yang sebenarnya pada saat ini sedang terjadi diantara pembeli dan penjual. Indikator harga saham bukan hanya menggambarkan harga pasar, tetapi juga menggambarkan siapa yang saat ini sedang memegang kendali di pasar modal. Informasi terbaru yang masuk ke pasar modal akan menyebabkan investor membeli atau menjual saham. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pergerakan harga. Dengan membandingkan harga saham saat ini dengan harga saham masa lalu, dapat disimpulkan bahwa informasi tersebut memberi dampak positif atau negatif terhadap harga saham di pasar modal. Sedangkan menurut Anoraga (2001: 58) berdasarkan fungsinya, nilai suatu saham dibagi menjadi tiga jenis yaitu : a) Pair Value (Nilai Nominal) Nilai yang tertera pada surat saham yang akan dicantumkan pada setiap saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Harga saham yang akan ditawarkan bisa berbeda dengan nilai nominal saham. Harga saham yang ditawarkan disebut harga penawaran. b) Base Price (Harga Dasar) Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar ini berubah sesuai aksi emiten yang dilakukan seperti right issue,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
stock split, warrant dan lain-lain, sehingga harga saham dasar yang baru harus dihitung sesuai dengan perubahan harga teoritis hasil perhitungan antara harga dasar dengan jumlah saham yang diterbitkan. c) Market Price (Nilai Pasar). Harga pasar merupakan harga saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price). Jadi harga pasar ini yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga pasar dikalikan jumlah saham yang diterbitkan, maka didapat market value. Menurut Arifin (2005) faktor–faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut : kondisi fundamental emiten, hukum permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga, valuta asing, dana asing dibursa, indeks harga saham, dan news and rumors. a) Kondisi fundamental emiten Faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. b) Hukum permintaan dan penawaran Setelah faktor fundamental faktor permintaan dan penawaran menjadi faktor kedua yang mempengaruhi harga saham. Dengan asumsi bahwa begitu investor mengetahui kondisi fundamental perusahaan mereka akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
melakukan transaksi jual beli. Tranasaksi–transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. c) Tingkat suku bunga Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. d) Valuta asing Mata uang Amerika (Dolar) merupakan mata uang terkuat diantara mata uang yang lain. Apabila Dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya dan ditempatkan di bank dalam bentuk Dolar sehingga menyebabkan harga saham akan naik. e) Dana asing dibursa Dana investasi asing merupakan hal yang penting karena besarnya dana yang ditanamkan. Hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. f) Indeks harga saham Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
g) News and rumors Dengan adanya berita, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat di laksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa. 3.1.2 Corporate action Menurut Sulistyastuti (2002), corporate action merupakan tindakan emiten yang direncanakan dan mengandung aspek material. Karena tindakan emiten mengandung aspek material dan direncanakan. Selain itu, tindakan emiten mengandung aspek material, maka corporate action dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investor, juga dilusi. Pengertian corporate action umumnya mengacu kepada right issue, stock split, saham bonus, stock dividend, dan cash dividend. Selain itu, ada beberapa jenis corporate action antara lain : initial public offering dan additional listing seperti private placement, konversi saham baik dari warrant, rights maupun obligasi. Keputusan untuk melakukan corporate action dilakukan emiten dalam rangka memenuhi tujuan-tujuan tertentu, seperti bertujuan untuk meningkatkan modal perusahaan, meningkatkan likuiditas perdagangan saham, maupun tujuan lainnya. Corporate action memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepentingan pemegang saham karena akan berpengaruh terhadap jumlah saham yang akan dipegang pemegang saham, serta pengaruhnya terhadap pergerakan saham. Dengan demikian pemegang saham harus mencermati dampak atau akibat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
corporate action tersebut sehingga pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dengan melakukan keputusan atau antisipasi yang tepat. Salah satu bagian integral corporate action adalah penggunaan stock split. Stock split melibatkan penerbitan lembar saham baru secara pro-rata terhadap pemegang saham yang ada sekarang, sementara aktiva, pendapatan, dan resiko perusahaan yang ditanggung serta presentase kepemilikan investor dalam perusahaan tetap. Hasil definitif dari stock split adalah kenaikan jumlah lembar saham yang ada (Keown Arthur J et al, 2010). Menurut emery dan Finnerty (1997), stock split mengubah nilai nominal saham akan tetapi tidak melibatkan transfer keseimbangan antara komponen-komponen dari ekuitas pemegang saham biasa. Stock split adalah suatu metode yang biasa digunakan untuk menurunkan harga pasar saham perusahaan dengan meningkatkan jumlah lembar saham yang dimiliki masing-masing share holder. Sebagai contoh, pada stock split 2:1, dua lembar saham baru akan menggantikan setiap lembar saham lama, dengan masing-masing lembar memiliki nominal setengah dari nilai saham lama. Banyak perusahaan percaya bila harga saham mereka tinggi, maka dengan menurunkan harga pasar akan meningkatkan aktivitas perdagangan. Stock split sering dilakukan sebelum mengeluarkan saham tambahan untuk meningkatkan penjualan saham dan merangsang aktivitas pasar. Hal ini tidak aneh karena stock split menyebabkan sedikit peningkatan pada nilai pasar saham, yang berdasarkan konten informasi dan fakta bahwa total dividen yang dibayarkan umumnya mengalami sedikit peningkatan setelah split (Gitman, 2009).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
3.1.3 Pemecahan saham Pemecahan saham (stock split) merupakan hal yang biasanya dilakukan perusahaan untuk mengoptimalkan kembali harga saham yang sudah terlalu tinggi (Pilotte, 1997). Menurut Jogiyanto (2013) stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Misalnya jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar dengan nilai Rp. 1.000,- per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp. 1.000,- = Rp. 1.000.000.000,-. Perusahaan memecah dari satu lembar saham untuk dijadikan sebanyak 2 lembar saham, sehingga per lembar saham baru adalah menjadi Rp. 500,- dan jumlah saham yang beredar menjadi sebanyak 2 juta lembar. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta x Rp. 500,- = Rp. 1.000.000.000,-. Tujuan suatu perusahaan melakukan stock split (Fahmi, dkk, 2009) yaitu: 1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk membeli / memiliki saham tersebut. 2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham. 3. Menarik investor yang berpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut. 4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
5. Menambah jumlah saham yang beredar. 6. Memperkecil resiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah tersebut telah terjadi diversifikasi investasi. 7. Menerapkan diversifikasi materi Dampak stock split bagi pemegang saham, yaitu jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi bertambah banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil, tapi bersamaan dengan itu pula harga saham tersebut secara proporsional akan turun. Menurut Kohsaka (2014), stock split membagi saham baru untuk pemegang saham yang ada dalam proporsi kepemilikan mereka saat ini yang nantinya akan meningkatkan jumlah saham yang beredar. Pengumuman stock split tidak mempengaruhi fundamental perusahaan. Dengan demikian, secara keseluruhan nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan. Dengan adanya stock split, maka pemegang saham harus menukarkan sahamnya terlebih dahulu dengan saham baru hasil stock split agar dapat diperdagangkan di bursa. Secara matematis apabila kita mengetahu beberapa rasio pemecahannya kita dapat mengukur berapa koreksi harga yang akan terjadi secara teoritis. Harga tersebut dapat dikalkulasikan sebagai berikut : …………………………………….(1) Harga Teoritis = Faktor Koreksi x Harga Saham Terakhir………....(2) Sumber : Darmadji dan Fakhrudin (2006)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Split adalah tindakan memperkecil atau memperbesar nilai nominal saham. Split (pemecahan) saham dilakukan beberapa alasan, tergantung pada tujuan split apakah untuk memperbanyak jumlah saham (split-up) atau memperkecil jumlah saham (split-down). Jika harga saham di pasar dianggap terlalu tinggi dibandingkan dengan harga saham lainnya, maka dapat dilakukan split-up. Akan tetapi, split-up juga dapat membuat likuiditas perdagangan meningkat dan pada gilirannya dapat meningkatkan image saham perusahaan sebagai saham yang likuid diperdagangkan. Pada dasarnya ada dua macam stock split yaitu split-up dan split down. Split-up
merupakan
penurunan
nilai
nominal
perlembar
saham
yang
mengakibatkan jumlah lembar saham yang beredar bertambah. Misal stock split dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1. Sedangkan split down adalah peningkatan nilai nominal perlembar saham dengan faktor pemecah 1:2, 1:3, 1:4. Menurut Mc. Cough (1993) dalam Marwata (2001) menyatakan bahwa stock split Amerika yang diwakili oleh New York Stock Exchange (NYSE) juga mengatur kebijakan mengenai stock split NYSE membedakan stock split menjadi dua yaitu stock split sebagian (partial stock split) dan stock split penuh ( full stock split). Stock split sebagian adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau lebih tapi kurang dari 100% dari jumlah saham yang beredar. Pada umumnya perusahaan melakukan stock split untuk menambah jumlah saham yang beredar dengan menjadikan harga saham lebih murah sehingga dapat menarik minat investor dan saham perusahaan menjadi likuid diperdagangkan di bursa saham. Tujuan utama yang diperoleh dari stock split yaitu penurunan harga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
saham yang selanjutnya menambah daya tarik untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham lebih likuid diperdagangkan dan mengubah para investor add lot menjadi round lot. Harapannya adalah untuk mendorong tingkat transaksi yang terjadi sehingga penjualan saham meningkat. Stock split dipercaya dapat membangunkan “saham tidur”. Kemungkinan penyebab “saham tidur” adalah (Basir dan Hendy , 2005: 136) : a) Saham tersebut cukup prospektif dalam memberikan dividen yang teratur sehingga diminati investor jangka panjang. Pemegang saham jadi tidak tertarik melepas sahamnya. b) Saham tidak menarik dan tidak berprospek. Menurut Keown et.al 1996 dalam Rohana et.al (2003) beberapa alasan manajer perusahaan melakukan stock split antara lain : a) Supaya harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas saham. b) Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan. c) Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas. Salah satu alasan perseroan melakukan stock split adalah untuk menurunkan harga pasar sahamnya. Hal ini terjadi apabila perseroan tidak menghendaki harga pasar yang terlalu tinggi, sebab hal ini dapat mengurangi minat para investor terhadap saham yang dikeluarkan oleh perseroan yang bersangkutan. Selain itu, tujuan dilakukan stock split adalah untuk menyampaikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
sinyal positif mengenai kemungkinan adanya prospek perusahaan di masa depan. Peningkatan earning dan cash dividend merupakan salah satu gambaran prospek perusahaan yang positif. Adanya peningkatan harga saham setelah stock split merupakan hasil dari pengharapan akan prospek perusahaan di masa depan bukan dari hasil stock split itu sendiri. Menurut Kurniawati (2003: 266), beberapa pelaku pasar khususnya para emiten mempunyai pendapat bahwa stock split memiliki berbagai macam manfaat diantaranya adalah: a) Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga dapat mengubah investor odd lot menjadi investor round lot. b) Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi. c) Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid. d) Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang baik.
3.1.4 Teori persinyalan (signaling theory) Signaling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mempengaruhi keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analis untuk mengambil keputusan investasi. Signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan yang substansial (Marwata, 2001). Hal ini didukung oleh Li et.al (2013) yang menyatakan bahwa hipotesis signaling didasarkan pada gagasan bahwa manajer tahu lebih banyak tentang nilai perusahaan mereka daripada investor dan menggunakan stock split untuk menyampaikan informasi yang tidak menguntungkan dan menguntungkan tentang laba mendatang perusahaan. Dengan memandang bahwa perusahaan akan memberikan return (tingkat pengembalian) yang tinggi, akan memberikan daya tarik investor untuk berinvestasi dan akan mendorong perusahaan untuk melakukan stock split. Stock split menjadi mahal karena meningkatkan biaya administrasi penerbitan saham dan biaya transaksi investor (Kalay dan Kronlund, 2012). Dengan demikian, berdasarkan teori sinyal bahwa stock split merupakan upaya untuk memberikan sinyal yang dimilikinya adalah berita baik oleh emiten tentang kondisi perusahaan, salah satu caranya adalah dengan menunjukkan kinerja keuangan yang bagus sehingga perusahaan yang melakukan tindakan stock split dianggap memiliki kinerja yang lebih baik dari pada perusahaan yang tidak melakukan stock split. Dengan demikian, investor akan menanggapi sinyal positif tersebut kemudian bersedia membeli saham perusahaan yang melakukan stock split yang pada akhirnya akan meningkatkan volume perdagangan dan harga saham perusahaan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Diperkenalkan oleh Ross (1977) teori ini menyatakan bahwa penggunaan dividen sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan pada masa mendatang merupakan cara yang tepat, walaupun mahal tetapi berarti. Hanya perusahaan yang prospeknya baik yang dapat melakukan ini. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang tidak sukses sulit untuk meniru cara ini, karena mereka tidak mempunyai arus kas yang cukup untuk melakukannya. Dengan demikian pasar akan bereaksi terhadap perubahan dividen yang dibayarkan, karena pasar yakin bahwa pemberi isyarat adalah perusahaan yang sukses. Menurut Copeland (1979) dalam Marwata (2001), stock split memerlukan biaya oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus saja yang mampu melakukannya. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi yang tidak berkaitan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi resiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi yang diinginkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
3.1.5 Trading range theory Trading range theory memberikan penjelasan bahwa stock split meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Dalam teori ini, perusahaan menilai harga saham terlalu tinggi sehingga kurang menarik diperdagangkan (Marwata, 2001). Perusahaan berupaya menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Hal ini diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Stock split digunakan sebagai alat untuk mengatur kembali harga saham pada kisaran yang diinginkan sehingga semakin memungkinkan bagi investor untuk membeli dalam jumlah yang banyak. Jika harga pada pre-split tinggi, maka stock split semakin menguatkan kebenaran motif tersebut (Leung, et.al, 2005) Menurut trading range theory, stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham yang dipecah ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjualbelikannya yang natinya akan meningkatkan likuiditas. Jadi trading range theory adalah salah satu teori yang menjelaskan hubungan antara likuiditas perdagangan saham dengan motivasi perusahaan melakukan stock split (Grifin, 2010). Menurut teori ini, jika harga saham sudah terlalu tinggi, perusahaan perlu melakukan stock split agar harga sahamnya dapat dipertahankan pada kisaran tertentu yang dianggap optimal (Anshuman dan Avner, 2012).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
3.1.6 Hipotesis pasar efisien Secara formal menurut Fama (1969) pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Pasar modal menjadi efisien karena persaingan antara para analis investasi akan membuat pasar sekuritas setiap saat menunjukkan harga yang sebenarnya. Foster (1986) dalam Husnan dan Pudjiastuti (2012) menjelaskan bahwa adanya jumlah analis keuangan yang banyak dan persaingan antar mereka, akan membuat harga sekuritas wajar dan mencerminkan informasi yang relevan. Pada artikel Fama (1970) dalam Arifin (2005) mengemukakan bahwa efisien pada pasar modal didefinisikan sebagai kecepatan dan kelengkapan suatu harga sekuritas dalam merespon informasi yang relevan. Dalam pasar modal yang efisien, harga suatu saham pasti telah mencerminkan seluruh informasi yang berkaitan dengan aktivitas manajemen dan prospek perusahaan di masa yang akan datang, dan ketika muncul informasi baru tentang perusahaan tersebut maka harga saham akan spontan berubah mencerminkan adanya informasi baru tersebut. Efisiensi pasar modal menurut Westfall (2010) didefinisikan dalam tiga tingkatan. Pertama, pasar efisien bentuk lemah (weak form), dimana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh data historis yang relevan. Dengan kata lain, investor tidak akan memperoleh return di atas rata-rata dengan melakukan analisis terhadap data historis harga saham. Tingkatan kedua, pasar efisien dalam bentuk setengah kuat (semi-strong form) dimana harga sekuritas telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
mencerminkan seluruh informasi relevan yang dipublikasikan. Pada tingkatan ini, harga saham di pasar modal tidak hanya telah mencerminkan seluruh data historis tetapi juga akan merespon dengan cepat dan lengkap setiap ada informasi relevan yang baru dipublikasikan. Pada tingkatan ini, harga saham di pasar modal tidak hanya telah mencerminkan seluruh data historis tetapi juga merespon dengan cepat dan lengkap setiap ada informasi relevan yang baru dipublikasikan. Tingkatan tertinggi dari efisiensi adalah efisiensi dalam bentuk kuat (strong form) dimana harga sekuritas telah mencerminkan seluruh informasi penting baik yang sudah dipublikasikan maupun yang belum/tidak dipublikasikan. Jika pasar modal efisien dalam bentuk kuat maka penurunan laba yang tidak terduga pada suatu kuartal, akan langsung direspon oleh harga sahamnya dan perubahan harga kuartal, akan langsung direspon oleh harga sahamnya serta perubahan harga tersebut tidak harus menunggu diumumkannya penurunan laba. Hipotesis mengenai pasar yang efisien merupakan suatu kerangka yang ideal dan diharapkan dapat terjadi di pasar modal, meskipun pada kenyataannya pasar tidak dapat efisien secara penuh. Kondisi ini dapat terjadi dikarenakan adanya biaya atas analisa dan pengumpulan informasi, biaya investasi, dan terbatasnya modal yang dimiliki oleh para investor (Singal, 2003). Faktor-faktor diatas selanjutnya akan berakibat pada munculnya berbagai keganjilan atau anomali pasar. Anomali ini akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam penetapan harga-harga sekuritas. Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari adanya kesalahan-kesalahan dan asumsi-asumsi yang digunakan oleh pasar. Dengan demikian anomali pasar tidak sepenuhnya dapat hilang, dikarenakan faktor-faktor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
yang mempengaruhinya tetap ditambah dengan faktor keperilakuan dari pihak investor dalam menyikapi informasi yang diberikan pasar. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2001) keberadaan pasar modal memiliki berbagai manfaat : 1. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi. 3. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi Negara. 4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme menciptakan iklim berusaha yang sehat. 6. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik. 7. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek. 8. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bias diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 9. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan akses kontrol sosial. 10. Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen professional. 11. Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
3.1.7 Kinerja saham a. Volume perdagangan saham Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu (Ambarwati, 2008). Jumlah saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat perusahaan tersebut melakukan emisi saham. Perkembangan volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran dan permintaan yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor (Ang, 1997).Semakin besar volume perdagangan dibandingkan dengan jumlah seluruh saham yang diterbitkan maka semakin likuid saham tersebut. Semakin likuid suatu saham berarti jumlah atau frekuensi transaksi semakin tinggi, hal tersebut menunjukkan minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Minat yang tinggi dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi memberikan kemungkinan lebih tinggi untuk mendapatkan return dibandingkan saham yang likuiditasnya rendah, sehingga tingkat likuiditas saham biasanya akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan. Dalam Bursa Efek, likuiditas menunjukkan tingkat mobilitas suatu saham. Menurut Wira (2012) unsur-unsur yang mendorong tingkat likuiditas saham adalah : 1.
Frekuensi transaksi perdagangan saham. Semakin tinggi frekuensi perdagangan saham, semakin tinggi tingkat likuiditas saham tersebut. Menurut JSX Statistic dalam Wira (2012), suatu saham dikatakan likuid jika frekuensi transaksi per hari besar dari 97 kali.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
2.
Fluktuasi harga saham, fluktuasi harga saham dapat berupa kenaikan harga saham (apresiasi) atau penurunan harga saham (depresiasi). Apresiasi menyebabkan
peningkatan
likuiditas
saham
sedangkan
depresiasi
berdampak pada penurunan likuiditas saham. 3.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeksekusi transaksi. Semakin singkat waktu yang diperlukan untuk mengeksekusi transaksi maka semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Bursa Efek Jakarta telah menerapkan komputerisasi transaksi perdagangan saham dengan JATS (Jakarta Automated Trading System) sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengeksekusi transaksi perdagangan saham menjadi lebih singkat. Akhirnya dapat meningkatkan likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia. Seorang investor yang rasional dalam mengambil keputusan untuk
berinvestasi tentu akan membuat pertimbangan-pertimbangan akan resiko dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari investasi tersebut. Semakin tinggi resiko yang akan dihadapi maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu investor seharusnya melakukan analisis sebelum menentukan saham mana yang akan mereka beli. Dalam melakukan analisis, investor membutuhkan informasi. Adanya informasi yang diperoleh investor baik melalui publikasi atau dari pihak insider tentu akan merubah pandangan investor terhadap saham tersebut. Informasi inilah yang akan diolah seorang investor sehingga dapat memberikan gambaran tentang masa depan perusahaan tersebut. Dari hasil analisa tersebut akan dapat memberikan gambaran berapa persen tingkat resiko dan keuntungan yang akan diperoleh. Apabila tingkat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
keuntungan yang akan diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan resikonya, maka investor akan menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut. Hal inilah yang menjadikan adanya reaksi pasar sehingga mempengaruhi volume perdagangan saham.
Sumber : Munawarah (2009) dalam Foster (1986)
b. Pengembalian saham (return stock) Pengembalian (return) investasi merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi (Herlianto, 2010). Return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspetasi (expected return). Menurut Herlianto (2010), return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko dimasa mendatang. Beberapa pengukuran return realisasian yang banyak digunakan adalah return total, return cumulative dan adjusted return. Sedangkan rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika (arithmetic mean) dan ratarata return beberapa periode, misalnya untuk menghitung return mingguan atau return bulanan yang dihitung berdasarkan rata-rata geometrik dari return harian (Jogiyanto, 2013). Return yang terjadi / return realisasi merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang, jadi sifatnya belum terjadi (Tandelilin, 2010)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Return ekspetasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risko yang akan dihadapi. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspetasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasa dikolerasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high retun, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Return yang diterima investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) contohnya deviden dan capital gain /capital loss (keuntungan selisih harga). Dalam konteks manjemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Perhitungan yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan return realisasian sehingga harga saham yang telah terjadi dilakukan perhitungan dan diteliti. Sedangkan pengukuran yang dilakukan dalam mengukur return adalah return total. Menurut Jogiyanto (2013) secara matematis dapat digambarkan :
dimana: Rit
= Return saham atau actual return saham perusahaan ke-I pada waktu t.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Pit
= Harga saham perusahaan i pada waktu t
Pit-1
= Harga saham perusahaan i pada waktu t-1
c. Harga saham Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Harga saham terbentuk dari interaksi penjual dan pembeli saham di pasar modal atau bursa efek yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan (Ewijaya dan Indriantoro, 1999). Dalam pasar modal yang efisien, semua sekuritas diperjualbelikan pada harga pasarnya dan jika pasar sudah tutup maka harga pasar adalah harga penutupanya (closing price). Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Menurut Utami (2012) semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut sebaliknya bila harga sahamnya semakin rendah maka nilai perusahaan tersebut juga akan semakin kecil. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Sebaliknya bila harga saham terlalu tinggi dapat diartikan kinerja perusahaan tersebut baik namun akan menyulitkan calon investor untuk berinvestasi pada saham tersebut. Pada saat calon investor mengalami kesulitan untuk melakukan investasi pada saham tersebut maka likuiditas saham tersebut akan turun. Para investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham dan informasi tentang perubahan harga saham tersebut. Aktivitas frekuensi perdagangan saham merupakan salah satu elemen yang menjadi salah satu bahan untuk melihat reaksi pasar terhadap sebuah informasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
yang masuk pada pasar modal. Perkembangan harga saham dan aktivitas frekuensi perdagangan saham merupakan indikator penting untuk mempelajari tingkah laku pasar sebagai acuan pasar modal dalam menentukan transaksi di pasar modal (Utami, 2012). Kurs saham cenderung memiliki korelasi positif dengan kinerja perusahaan. Jika kinerja perusahaan menunjukkan peningkatan maka kurs saham juga akan meningkat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan ketika kinerja perusahaan semakin baik tetapi kurs sahamnya tidak menunjukkan peningkatan atau bahkan turun. Hal ini dimungkinkan adanya faktor teknis yang mempengaruhi, diantaranya adalah keadaan pasar, rumor atau isu-isu yang beredar
dan
kebijakan
pemerintah
yang
berpengaruh
negatif
terhadap
kelangsungan perusahaan. Jika bursa efek sudah tutup, maka yang menjadi harga pasarnya adalah harga penutupan (closing price). Harga inilah yang menyatakan naik turunnya harga suatu saham, sehingga jika harga pasar tersebut dikalikan dengan jumlah lembar saham yang diterbitkan (outstanding shares) maka akan diperoleh market value. Harga saham di pasar modal setiap saat bisa mengalami perubahan, sehingga para investor atau calon investor harus jeli dalam pemilihan saham. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham : 1. Kondisi makro dan mikro ekonomi 2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi 3. Pergantian direksi secara tiba-tiba
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan 5. Kinerja perusahaan yang terus menurun 6. Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat 7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham Melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham, jelas terlihat bahwa informasi adalah sesuatu yang vital bagi investor untuk memilih saham mana saja yang akan dijadikan sebagai alat investasinya. Hal ini sangat berkaitan dengan sinyal yang diterima oleh investor dan bisa saja diterima berbeda beda oleh para investor.
3.2
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi referensi Tesis ini antara lain : 1. Marwata (2001) Melakukan penelitian yang berjudul “Kinerja Keuangan, Harga Saham, dan Pemecahan Saham”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split diukur dengan laba bersih maupun perlembar saham, tidak lebih tinggi dari pada perusahaan yang tisak melakukan stock split. Hal ini menunjukkan bahwa adanya stock split tidak berpengaruh terhadap laba, sehingga investor tidak merespon secara positif terhadap peristiwa stock split, yang pada akhirnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
tidak berpengaruh kepada likuiditas saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan antara volume perdagangan perdagangan saham perusahaan sebelum stock split, saat stock split dan sesudah stock split. (2) Terdapat perbedaan antara return saham perusahaan sebelum stock split, saat stock split dan sesudah stock split. 2. Savitri et. al(2006) Melakukan penelitian dengan judul “The Analysis Impact of Stok Split and Reverse Stock Split on Stock Return and Volume the Case of Jakarta Stock Exchange”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)Terdapat perbedaan signifikan volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split, dimana semakin hari volume perdagangan semakin turun. 3. Muharam dan Sakti (2009) Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Kinerja Keuangan, dan Return
Saham di Sekitar Pengumuman Stock
Split”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tidak ada perbedaan antara volume perdagangan saham perusahaan sebelum stock split, saat stock split dan sesudah stock split. (2) Tidak ada perbedaan antara laba bersih rata-rata per bulan perusahaan sebelum stock split, saat stock split dan sesudah stock split. (3) Ada perbedaan antara return saham sebelum stock split, saat stock split dan sesudah stock split. 4. Rokhman (2009) Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Return, Abnormal Return, Aktivitas Volume Perdagangan dan Bid-Ask Spread Saham di Seputar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Pengumuman Stock Split”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)Terdapat perbedaan signifikan antara return dan abnormal return baik sesudah dan sebelum pengumuman stock split. (2) Tidak terdapat perbedaan volume perdagangan signifikan antara return dan abnormal return baik sesudah dan sebelum pengumuman stock split. 5. Sibagariang (2014) Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Harga, Return dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Pengumuman Pemecahan Saham (Studi pada Perusahaan Go Public yang Melakukan Pemecahan Saham Periode 2008-2013 di BEI Jakarta)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)Terdapat perbedaan signifikan antara harga saham baik sesudah dan sebelum pengumuman stock split. (2) Tidak terdapat perbedaan antara return saham dan volume perdagangan baik sesudah dan sebelum pengumuman stock split.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
3.3 Kerangka Penelitian Judul/Topik : ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS SAHAM, HARGA SAHAM, DAN RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT (Studi pada perusahaan Go Public yang melakukan stock split periode 2011-2014) Fenomena / Latar Belakang :
1.
Terdapat penelitian yang konsisten dan inkonsisten terhadap trading range theory dan signaling theory.
Landasan teori : 1. 2.
Signaling theory Trading range theory
Studi Pustaka / Daftar Pustaka 1. Arifin, Z. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta :Ekonosia 2. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 3. Eduardus Tandelilin. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 4. Hartono, Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedelapan. BPFE. Yogyakarta. 5. Sulistyastuti, DR. 2002. Saham dan Obligasi. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Hipotesis Penelitian :
Variabel : 1. 2. 3.
Harga Saham Likuiditas Saham (Volume perdagangan saham) Return saham
Indikator/Parameter : 1. 2. 3.
Signaling Theory Trading Volume Activity Return saham
1. 2. 3.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ho = Tidak ada perbedaan harga saham, likuiditas saham dan return saham sebelum dan sesudah stock split. Ha = Ada perbedaan harga saham, likuiditas saham dan return saham sebelum dan sesudah stock split.
Metode Penelitian : Mencari rata-rata harga saham, return saham dan volume perdagangan saham pada event window (sebelum dan sesudah stock split). Menetapkan uji (test period) yakni dalam ini periode uji adalah tahun 2005- 2009. Uji Normalitas, Uji F, dan pengujian hipotesis
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian : Tahap Persiapan : Tahap Seminar Proposal : Tahap Pengumpulan Data/Kegiatan Lapangan : Tahap Pengolahan Data : Tahap Penulisan Karya Akhir : Tahap Ujian Sidang Karya Akhir : Tahap Perbaikan Karya Akhir, Penggandaan, Pengesahan, Penyerahan Karya Akhir
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
3.4
Hipotesis Berdasarkan kerangka penelitian di atas, penelitian ini akan membuktikan
apakah terdapat perbedaan harga saham, likuiditas saham dan return saham sebelum dan sesudah stock split yang dikaitkan dengan signaling theory dan trading range theory maka dirumuskan bahwa hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : H0
: Tidak ada perbedaan harga saham, likuiditas saham dan return saham sebelum dan sesudah stock split.
H1
: Ada perbedaan harga saham, likuiditas saham dan return saham sebelum dan sesudah stock split.
http://digilib.mercubuana.ac.id/