4
II. TNJAUAN PUSTAKA
A. Mahoni Tanaman mahoni (Swietenia mahagoni Jack) merupakan salah satu tanaman yang dianjurkan untuk pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Mahoni dalam klasifikasinya termasuk famili Meliaceae. Ada dua spesies yang cukup dikenal yaitu: S. macrophyla (mahoni daun lebar) dan S. mahagoni (mahoni daun sempit) (Khaeruddin, 1999). Menurut Khaeruddin (1999), tanaman mahoni tersusun dalam sistematika sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotiledone Ordo : Rotales Genus : Swietenia Spesies : Swietenia mahagoni Swietenia mahagoni yang berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan sudah beradaptasi dengan iklim tropis di Indonesia. Nama asing dari tanaman ini adalah West Indian Mahogany. Tanaman mahoni banyak ditanam di pinggir jalan atau di lingkungan rumah dan halaman perkantoran sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini tumbuh secara liar di hutanhutan atau di antara semak-semak belukar, dan banyak digunakan sebagai bahan pestisida alami.
4
5
B. Tanjung Tanaman tanjung (Mimusops elengi) diperkirakan terdiri dari 40 marga dan 600 jenis. Terutama sekali merupakan pohon tropika, umumnya di Asia dan Amerika Serikat Tumbuhan ini diduga berasal dari India kemudian menyebar ke Burma (Myanmar), Srilangka dan daerah tropika lainnya . Tanjung berukuran sedang dan dapat juga kecil. Dapat tumbuh pada tanah berpasir, di dataran rendah yang terbuka. tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 800 meter di atas permukaan laut (Suryowinoto 1997). Menurut Martawijaya, dkk (1989) bahwa sistematika dari tanaman tanjung adalah sebagai berikut: Divisio
: Spermatophyta
Sub division
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Ebenales
Family
: Sapotaceae
Genus
: Mimusops
Species
: Mimusops elengi
C. Glodokan Polyalthia merupakan salah satu genus dari family Annonaceae, terdiri dari semak dan pohon yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, terdiri dari 17 spesies (Sampath et al., 2013). Polyalthia longifolia (Annonaceae), dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan nama glodokan tiang india, merupakan tumbuhan yang tinggi, memiliki cabang pendek, dan termasuk tumbuhan hias
6
Menurut Phadnis, dkk (1988)., tanaman glodokan tersusun dalam sistematika sebagai berikut: Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Sub Kelas: Magnoliidae Ordo: Magnoliales Famili: Annonaceae Genus: Polyalthia Spesies: Polyalthia longifolia Sonn.
D. Mikoriza
Mikoriza adalah asosiasi antara tumbuhan dan jamur yang hidup dalam tanah (Brundrett et al., 1996). Mikoriza yang terbentuk pada tumbuhan dapat dibedakan berdasar struktur tumbuh dan cara infeksinya pada sistem perakaran inang (host) yang dikelompokkan ke dalam tiga golongan besar yaitu ektomikoriza (ECM), endomikoriza (VMA atau FMA) dan ektendomikoriza (Setiadi, 2001). Jika dibandingkan dengan tumbuhan yang tidak memiliki mikoriza, akar tumbuhan yang memiliki mikoriza ternyata lebih efisien karena penyerapan air dan hara dibantu jamur. Benang-benang hifa jamur memiliki akses dan jangkauan lebih luas dalam mengeksploitasi nutrisi pada suatu area (Smith and Read, 1997). Fungi mikoriza arbuskula adalah salah satu tipe yang tergolong kedalam endomikoriza. Fungi mikoriza arbuskula termasuk dalam kelas Zygomycetes, dengan
7
ordo Glomales yang mempunyai 2 sub ordo, yaitu Gigasporineae dan Glominae. Gigasporineae dengan famili Giagasporaceae mempunyai 2 genus, yaitu Gigaspora dan Scutellospora. Giomaceae mempunyai 4 famili, yaitu famili Glomaceae dengan genus
Glomus,
famili
Acaulosporaceae
dengan
genus
Acaulospora
dan
Entrophospora, Paraglomaceae dengan genus Paraglomus dan Archaeosporaceae dengan genus Archaeospora (INVAM, 2004). FMA (Fungi Mikoriza Arbuskular) adalah salah satu jasad renik tanah dari kelompok jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Jamur ini mempunyai sejumlah pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman yang bersimbiosis dengannya. FMA mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman karena status hara tanaman tersebut dapat ditingkatkan dan diperbaiki. Kemampuannya yang tinggi dalam meningkatkan penyerapan air dan hara terutama unsur hara P (Hapsoh, 2008). Aplikasi mikoriza pada tanaman merupakan salah satu upaya untuk mengatasi terhambatnya pertumbuhan karena cekaman kekeringan. Mikoriza merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara jamur dan sistem akar tanaman tingkat tinggi. Prinsip kerja mikoriza adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan hara (Rungkat, 2009). Aplikasi FMA dalam upaya perbaikan kualitas dan pertumbuhan tanaman tersebut perlu dilakukan. Efektivitas FMA dalam meningkatkan pertumbuhan dan ketergantungan tanaman inang terhadap asosiasi FMA sangat dipengaruhi oleh kompatibilitas antara isolat FMA dengan tanaman inangnya
8
(Van der Heijden et al., 2006). Kompatibilitas kedua simbion ini ditentukan oleh eksudat akar yang mempengaruhi perkecambahan spora, dan dalam beberapa kasus mempengaruhi percabangan hifa dan kecepatan memasuki akar sebagai respon untuk mendekati akar inang yang kompatibel, tetapi tidak pada tanaman non-inang (Harrison 1999). Banyak penelitian melaporkan bahwa tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza. Menurut Musfal (2008), hubungan FMA dengaan tanaman inangnya adalah saling menguntungkan baik bagi tanaman pangan, pertanian, kehutanan maupun tanaman penghijauan. Mekanisme translokai dan penyerapan langsung air melalui jaringan hifasama dengan cara penyearapan nutrisi. Kemungkinan pengaruh kolinisasi mikoriza pada tanaman tahan kekeringan, terkait dengan penyerapan nutrisi. Pada tanah kering ketersediaan nutrisi menjadi berkurang karena adanya peningkatan proses difusi (Smith dan Read,1997). Fungi mikoriza perannya sangat penting bagi ketersediaan unsur hara P, Mg, K, Fe dan Mn untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini terjadi melalui pembentukan hifa pada permukaan akar yang berfungsi sebagai pemanjangan akar tanaman terutama di daerah
yang miskin unsur hara, pH rendah dan kurang air. Akar tanaman
bermikoriza ternyata meningkatkan penyerapan seng dan sulfur dari dalam tanah lebih cepat dari tanaman yang tidak bermikoriza (Abbot dan Robson, 1991). Manfaat fungi mikoriza ini terlihat secara nyata jika kondisi tanahnya miskin unsur hara atau kondisi kering, sedangkan pada kondisi tanah yang subur peran fungi ini tidak begitu nyata (Setiadi, 2001).
9
Menurut hasil penelitian Avy (2012) yang menyatakan bahwa tanaman bermikoriza menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman dan luas daun yang lebihtinggi karena penyerapan akan hara yang dibutuhkan oleh tanaman berjalan lebih efektif sehingga metabolisme pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik terutama pada fase vegetatif menuju fase generatif, serta potensi nira sorgum manis pada tanaman bermikoriza lebih besar 29,88 % dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza. Tanaman yang bermikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara dalam bentuk terikat dimana sebelumnya tidak diserap oleh tanaman. Dikarenakan efisiensi penyerapan hara pada akar yang bermikoriza meningkat lebih baik dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza. Sejumlah percobaan telah membuktikan hubungan saling menguntungkan, yaitu adanya cendawan mikoriza sangat meningkatkan efisiensi penyerapan mineral dari tanah. Mikoriza juga bisa memberikan kekebalan bagi tumbuhan inang. Mikoriza ini menjadi pelindung fisik yang kuat, sehingga perakaran sulit ditembus penyakit (patogen), sebab jamur ini mampu membuat bahan antibotik untuk melawan penyakit. Cendawan mikoriza bisa membentuk hormon seperti auxin, citokinin, dan giberalin yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman (Hardiatmi, 2008). Kelebihan yang dimiliki oleh FMA adalah kemampuannya dalam meningkatkan penyerapan unsur hara makro termasuk fosfat dan beberapa unsur mikro seperti Cu, Zn, dan Bo. Oleh sebab itu, maka penggunaan FMA ini dapat dijadikan sebagai alat biologis untuk mengefisieansikan penggunaan pupuk buatan terutama fosfat. Untuk membantu pertumbuhan tanaman reboisasi pada lahan – lahan yang rusak, penggunaan tipe fungi ini dianggap merupakan suatu cara yang paling
10
efisien
karena
kemampuannya
meningkatkan
resistensi
tanaman
terhadap
kekeringan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa fungi ini juga mampu mengurangi serangan patogen tular tanah dan dapat membantu pertumbuhan tanaman pada tanah – tanah yang tercemar logam berat, sehingga penggunaannya dapat berfungsi sebagai bio-proteksi (Riyanto, 2009). Mikoriza menyebabkan terjadinya peningkatan ketahanan tumbuhan terhadap infeksi patogen dan parasit akar. Hal ini dikarenakan terdapatnya penghalang mekanis berupa mantel jamur yang dapat menghambat penetrasi patogen dan adanya kemampuan beberapa jamur mikoriza untuk memproduksi antibiotik. Mikoriza juga dapat merangsang inang untuk membentuk senyawa senyawa penghambat dan meningkatkan persaingan kebutuhan hidup di rizosfer (Chakravarty dan Chatapaul, 1988). Menurut hasil penelitian Rianty (2013), menyatakan inokulasi mikoriza berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter, pertambahan daun, persentase kolonisasi akar, dan berat kering total, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar tanaman. Pemberian dosis juga memberikan pengaruh yang berbeda-beda dan dosis yang paling baik terdapat pada dosis paling banyak yaitu 30 gram dibandingkan dengan dosis yang lainnya
0 gram, 10 gram, 20
gram. Dikarenakan jumlah spora di dosis 30 gram lebih banyak dari dosis yang lain. Menurut Abbot dan Robson (1991) dalam Irwanto (2006) peran FMA sebetulnya secara tidak langsung meningkatkan ketahanan terhadap kadar air yang ekstrim. Fungi mikoriza dapat mempengaruhi kadar air tanaman inang. Ada beberapa dugaan tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan, antara lain :
11
1. Adanya mikoriza menybabkan resistensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga tranpor air ke akar meningkat. 2. Peningkatan status P tanaman sehingga daya tahan tanaman terhadap kekeringan meningkat. Tanaman yang mengalami kahat P cenderung peka terhadapt kekeringan. 3. Pertumbuhan yang lebih baik serta ditunjang adanya hifa eksternal fungi yang dapat menjangkau air jauh ke dalam tanah sehingga tanaman dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. 4. Pengaruh tidak langsung karena adanya hifa eksternal yang menyebabkan FMA efektif dalam mengagregasi butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air meningkat. Menurut hasil penelitian Marison (2014) menyatakan bahwa inokulasi mikoriza berpengaruh nyata terhadap serapan P tanaman. Dosis mikoriza 15 gr/bibit memberikan rataan serapan P tertinggi dan yang terendah berada pada dosis 0 gr/bibit atau kontrol, akan tetapi dari hasil uji sidik ragam yang dilakukan dosis 15 gr/bibit tidak berbeda nyata dengan pemberian dosis 10 dan 5 gr/ bibit. Dikarenakan dengan adanya mikoriza yang diberikan ke dalam tanah pelarut fosfor tanah dapat meningkat, sebab mikoriza mampu melepaskan asam – asam organik dan enzim fosfatase.