3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Ragam (Anara)
Untuk menguji kesamaan dari beberapa nilai tengah secara sekaligus diperlukan sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode untuk menguraikan keragaman total data menjadi komponen-komponen yang mengukur berbagai komponen keragaman. Asumsi-asumsi yang mendasari Anara adalah: 1) Pengaruh perlakuan dan pengaruh lingkungan yang bersifat aditif Yang dimaksud dengan bersifat aditif artinya dapat dijumlahkan sesuai dengan model. Adanya ketidakaditifan dalam model akan mengakibatkan keheterogenan ragam galat. Model aditif linier adalah sebuah model yang umumnya digunakan untuk menjelaskan komponen sebuah pengamatan yang tersusun atas nilai tengah dan galat. Komponen nilai tengah terdiri dari satu atau lebih parameter (Β΅). Model yang paling umum adalah sebagai berikut: π¦π = π + ππ
(1)
Bila asumsi tidak terpenuhi maka perlu dilakukan transformasi data. Apabila tidak dilakukan transformasi data, ragam galat gabungan yang
4
diperoleh sedikit tidak efisien untuk selang kepercayaan pengaruh perlakuan dan dapat memberikan tingkat nyata yang palsu untuk perbandingan nilai tengah perlakuan tertentu. 2) Galat percobaan memiliki ragam yang homogen Dalam racangan percobaan, komponen galat yang berasal dari perlakuan harus menduga ragam populasi yang sama. Keheterogenan ragam galat dapat mengakibatkan respon yang tidak stabil dari beberapa perlakuan tertentu. Bila nilai tengah satu atau dua perlakuan lebih tinggi dari yang lainnya dan keragamannya juga lebih tinggi dari yang lainnya, maka akan mengakibatkan keragaman galat yang tidak homogen. 3) Galat percobaan yang saling bebas Asumsi mengenai faktor ππ untuk Anara adalah ππ ~π(0, ππ2 ). Peluang bahwa galat dari salah satu pengamatan yang mempunyai nilai tertentu haruslah tidak bergantung dari nilai-nilai galat untuk pengamatan yang lain. Atau dapat dikatakan bahwa tidak ada korelasi antar galat. Jika galat percobaan tidak saling bebas maka dapat mengakibatkan hasil dari pengujian tidak valid. Salah satu cara untuk mencapai sifat saling bebas adalah dengan melakukan pengacakan terhadap objek pengamatan. 4) Galat percobaan menyebar normal Asumsi ini berlaku terutama untuk pengujian hipotesis, dan tidak diperlukan pada pendugaan komponen ragam. Jika hasil dari kurva yang menggambarkan galat percobaan ternyata menjulur ke kanan atau ke kiri, komponen galat dari perlakuan cenderung merupakan fungsi nilai tengah perlakuan. Ini akan mengakibatkan ragam tidak homogen. Jika hubungan
5
fungsional diketahui, maka transformasi dapat ditentukan sehingga akan membuat galat tersebut menyebar mendekati sebaran normal. Dengan demikian analisis ragam dapat dilakukan pada data tranformasi (Mattjik dan Sumertajaya, 2000).
2.1.1
Analisis Ragam Klasifikasi Satu Arah
Analisis ragam dengan klasifikasi satu arah tanpa interaksi adalah analisis yang klasifikasi pengamatannya didasarkan pada satu kriteria. Model nilai tengah π¦ππ = ππ + πππ dengan ππ = π + ππ sehingga diperoleh model pengaruhnya: π¦ππ = π + ππ + πππ dimana : π¦ππ = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j π = 1,2, β¦ , π π = 1,2, β¦ , π π= rata-rata keseluruhan (overall mean) ππ = pengaruh perlakuan ke-i (treatment effect) πππ ~i.i.d N(0,π 2 ) ππ = nilai tengah dari populasi yang dipengaruhi oleh perlakuan ke-i (Moser, 1994).
6
Analisis ragam dengan klasifikasi satu arah dapat ditulis dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis ragam klasifikasi satu arah
Sumber keragaman Perlakuan
Derajat bebas t-1
Jumlah kuadrat JKP
Kuadrat tengah KTP
Galat
t(r-1)
JKG
KTG
Total
rt-1
JKT
F hitung KTP/KTG
Untuk mencari jumlah kuadratnya maka hitung nilai dari faktor koreksi (C) yaitu πΆ=
π..2β ππ‘
(2)
Jumlah kuadrat yang berasal dari peubah klasifikasi yaitu jumlah kuadrat 1
perlakuan dan diperoleh π½πΎ πππππππ’ππ = π β πππ2 β πΆ
(3)
Jumlah kuadrat antar individu yang diperlakukan sama disebut jumlah kuadrat galat dan diperoleh melalui pengurangan jumlah kuadrat perlakuan dari jumlah kuadrar total atau π½πΎ πΊππππ‘ = βπ(βπ πππ2 β π½πΎ πππ‘ππ = β β πππ2 β πΆ
ππ.2 π
)
(4) (5)
Kuadrat Tengah didapat dengan membagi jumlah kuadrat dengan derajat bebas masing-masing. πΎππ =
π½πΎπβ π‘β1
π½πΎπΊ βπ‘(π β 1) (Steel dan Torrie, 1995) 2.2 Homogenitas Ragam πΎππΊ =
(6) (7)
7
Dalam analisis ragam, komponen galat yang berasal dari perlakuan harus menduga ragam populasi yang sama. Keheterogenan ragam galat dapat mengakibatkan respons yang tidak stabil dari beberapa perlakuan tertentu. Kadang-kadang bila nilai tengah satu atau dua perlakuan lebih tinggi dari yang lainnya dan keragamannya juga lebih tinggi dari yang lainnya. Akan mengakibatkan keragaman galat yang tidak homogen.
Menurut Montgomery (1976), asumsi kehomogenan ragam mengharuskan bahwa perbedaan perlakuan yang diaplikasikan setiap unit tidak merubah keragaman hasil, tetapi merubah rataannya. Oleh karena itu asumsi tersebut merupakan suatu hal
yang perlu diuji
hipotesisnya. Asumsi
tersebut
diperlukan
untuk
mengasumsikan bahwa ragam dari semua kelompok percobaan adalah sama yaitu π»0 : π12 = π22 = β― = ππ2
(8)
π»1 : Paling sedikit satu ragam yang tidak sama
2.3 Beberapa Uji Umum untuk Homogenitas Ragam 1. Uji Bartlettβs Prosedur pada uji Bartlettβs diperoleh dengan menggunakan pendekatan sebaran khi kuadrat dengan (k-1) derajat bebas. Untuk menguji hipotesis: π»0 : π12 = π22 = β― = ππ2
(9)
π»1 : Paling sedikit satu ragam yang tidak sama Uji Bartlettβs diperoleh dengan memisalkan π π‘2 sebagai penduga bagi π 2 yang diperoleh dari m pengulangan dengan ππ‘ β 1 derajat bebas.
8
π΅=
π¦
y
[βπ=1(ππ β1)]ln(s2 )ββi=1(ri β1) ln(s2i ) πΆ
πΆ = 1+
(10)
β1
βπ£π=1(ππ β1)β1 β(βπ£π=1(ππ β1)) 3(π£β1)
(11)
dengan, si2 = ragam dari tiap perlakuan ππ = banyaknya ulangan tiap perlakuan π¦ππ‘ = nilai sampel dari perlakuan tiap ulangan π¦Μ
π = rata-rata perlakuan tiap ulangan i
= 0, 1, 2,...........n
π 2 = jumlah ragam tiap perlakuan v = banyaknya perlakuan Hal tersebut dapat ditunjukan bahwa π΅~π 2 dengan derajat bebas v-1, jika ragam dari ΞΌ kelompok adalah sama dan normal (Steel dan Torrie, 1995).
2. Uji Leveneβs
Nilai F hitung dari uji Leveneβs diperoleh dari hasil transformasi selisih kuadrat dari masing-masing sampel data dengan nilai rata-rata setiap perlakuan. Bila kita ingin menguji hipotesis: π»0 : π12 = π22 = β― = ππ2
(12)
π»1 : Paling sedikit satu ragam yang tidak sama Untuk tiap pengamatan dari ππ‘β ulangan menggunakan transformasi berikut ini: πππ‘ = |π¦ππ‘ β π¦Μ
π | dengan,
(13)
9
π¦ππ‘ = nilai sampel tiap perlakuan π¦Μ
= π rata-rat sampel tiap perlakuan pada analisis ragam : JKT= JKK+JKG sama dengan π£
ππ
π£
π£
ππ
2 β β(π§ππ‘ β π§Μ
)2 = ππ β(π§Μ
π β π§Μ
)2 + β β(π§ππ‘ β π§Μ
) π π=1 π‘=1
π=1
π=1 π‘=1
ππ 2 dengan βπ£π=1(π§Μ
π β π§Μ
)2 dan βπ£π=1 βπ‘=1 (π§ππ‘ β π§Μ
) adalah saling bebas, π
dengan membagi kedua ruas dengan π 2 maka diperoleh : π π 2 βπ£π=1 βππ‘=1 βπ£π=1 βππ‘=1 (π§ππ‘ β π§Μ
) (π§ππ‘ β π§Μ
)2 βπ£π=1(π§Μ
π β π§Μ
)2 π = + π2 π2 π2
π 2 (π β 1) = π 2 (π£ β 1) + π 2 (π β π£) Dari persamaan di atas statistik F didefinisikan sebagai berikut: 2
βπ£π=1 ππ(π§Μ
π βπ§Μ
) β (π£ β 1) πΉ= π£ ππ 2 βπ=1 βπ=1(π§ππ‘ β π§Μ
) π β (π β π£) dengan, π§Μ
= π rata-rata data tiap perlakuan yang ditransformasi π§Μ
= rata-rata dari semua rata-rata tiap perlakuan Dengan (π£ β 1) dan (π β π£) derajat bebas (Phill,1999)
2.4 Analisa Rata-rata untuk Ragam (ANOMV)
10
Metode ini dilakukan dengan mengubah ANOM menjadi uji skala dengan mentransformasi pengamatan πππ kedalam persamaan dibawah : Μ π )π πππ = (πΏππ β πΏ
(15)
Dimana πππ berdistribusi π (ππ , ππ2 ) misal ππ2 = π 2 + πΌπ
(16)
dengan βππ=1 πΌπ = 0 ΜΏ dan ππ = πΜπ β πΜΏ . πΜπ adalah penduga maksimum likelihood dari ππ2 , π, ΜΏ Misal πΜπ , π, adalah penduga dari π 2 dan ππ adalah penduga dari πΌπ sehingga : πΜ
π =
πβ1
Μ
= π π
πβ1
ππ =
πβ1
π
π
π
ππ2 Μ
Μ
Μ
π2 (ππ2 β Μ
Μ
Μ
π 2)
Μ
Μ
Μ
2 adalah rata-rata k ragam Dengan ππ2 adalah penduga takbias dari ππ2 dan π sampel. Karena tidak ada kesesuaian ukuran antara ragam sampel dengan rata-rata k ragam yang sangat besar maka kita membutuhkan penduga dari πππ , standar deviasi dari ππ . Untuk populasi normal : 2π4
π£ππ(π12 ) = πβ1
(17)
Maka, πβ1
π£ππ(ππ) = π£ππ [( =(
π
) (ππ2 β Μ
Μ
Μ
π 2 )]
πβ1 2 π
= (
) π£ππ(ππ2 β Μ
Μ
Μ
π 2)
πβ1 2 π
πβ1
πβ1 2
) [(
= ( π2 ) (
π
πβ1 π
) +
) 2π 4
πβ1 π2
] π£ππ(ππ2 ) (18)
11
Sehingga diperoleh, πππ =
π2 π
2(πβ1)(πβ1)
β
(19)
π
Karena πΜ2 penduga tak bias dari π 2 maka: πΜππ =
πΜ2 π
2(πβ1)(πβ1)
β
π
πΜππ adalah penduga tak bias bagi πππ . Kita anggap: π
πΊπ = πΜ π
ππ
πβ1
= Μ
Μ
Μ
Μ
2 π
Μ
Μ
Μ
Μ
2) (ππ2 βπ
π β2(πβ1)(πβ1) π π
=
Μ
Μ
Μ
Μ
2 ππ2 βπ Μ
Μ
Μ
Μ
2 π πΆ
(20)
2(πβ1)
dimana πΆ = βπ(πβ1) Μ
Μ
Μ
π 2 πΆ adalah penduga tak bias dari standar deviasi dari persamaan (19). πΊπ ,diasumsikan dari model (14), πΈ(ππ2 ) = ππ2 = π 2 + πΌπ , π
π
π=1
π=1
1 1 πΈ(π Μ
Μ
Μ
2 ) = ( ) β πΈ(ππ2 ) = ( ) β(π 2 + πΌπ ) = π 2 π π karena ππ2 β Μ
Μ
Μ
π 2 merupakan penduga tak bias dari πΌπ , didapat persamaan: πΊπ =
Μ
Μ
Μ
Μ
2 ππ2 βπ Μ
Μ
Μ
Μ
2πΆ π π2
1
= π2ππΆ β πΆ =
πππ2
1
2 πΆ βπ π=1 ππ
βπΆ
π
1
= πΆ (ππ β π) ππ2
dimana ππ = βπ
2 π=1 ππ
(21)
12
πΊπ (terjadi jika ragam sampel relatif besar dibandingkan rata-rata k ragam) setara dengan proposi ragam total yang disumbangkan dari i ragam sampel lebih besar 1/k, proporsi yang diduga ketika hipotesis homogenitas ragam adalah benar. Pengamatan serupa dapat membuat nilai πΊπ kecil. Karena πΊπ adalah fungsi linier dari ππ , maka untuk setiap batas keputusan πΊπ setara dengan batas keputusan dari ππ . Kita sebut dengan analisis rata-rata untuk ragam (ANOMV). Nilai kritisnya disimbolkan dengan Ξ±, k, dan v (derajat bebas) yang membangun garis keputusan. Μ
Μ
Μ
2 ππ·πΏ = ππΌ,π,π£ ππ πΆπΏ = Μ
Μ
Μ
π2 Μ
Μ
Μ
2 ππ·πΏ = πΏπΌ,π,π£ ππ
(22)
terhadap garis dari ragam sampel ππ2 . Hipotesis homogenitas ragam di tolak jika ada ragam sampel ππ2 berada di luar garis keputusan.(Wludyka and Nelson,1997).
2.5 Menentukan Titik Kritis untuk ANOMV
1. Tepat Titik Kritis
Dari hipotesis sebelumnya di dapat: ππ2
ππ = βπ
2 π=1 ππ
(πβ1)ππ2 /π2
= βπ
2 2 π=1(πβ1)ππ /π
(23)
Adalah perbandingan antara peubah acak khi kuadrat n-1 df dengan penjumlahan k peubah acak khi- kuadrat yang saling bebas yang berderajat bebas n-1. Misal π = (π β 1)/2 maka benar jika:
13
a. ππ
1
berdistribusi beta [π, (π β 1)π] sehingga πΈ(ππ ) = π dan πβ1
π£ππ(ππ ) = π 2 (ππ+1)
(24)
b. Ada himpunan dari π(2 β€ π β€ π β 1) ππ adalah distribusi bersama bagi r distribusi dimensi Dirichelt [π, β¦ , π: (π β π)π] dengan fungsi densitasnya: π€(ππ)
π(π₯1 , β¦ , π₯π ) = [π€(π)]π π€[(πβπ)π] Γ π₯1πβ1 β¦ π₯ππβ1 (1 β βππ=1 π₯π )(πβπ)πβ1 (25) Untuk bilangan tak negatif π₯π maka βππ=1 π₯π β€ 1.
c. Untuk (π β 1) dimensi Dirichlet (π, β¦ , π; π) β1
πππ£(ππ , ππ ) = π 2 (ππ+1)
(26) 1
Dari persamaa sebelumnya (a dan b) dengan π = β πβ1 ada (L,U) sedemikian sehingga : 1 β πΌ = π(πΏ β€ ππ β€ π π’ππ‘π’π π = 1, β¦ , π) π β« β¦ β«π΄ π¦1πβ1 β¦ π¦ππβ1 ππ¦1 β¦ ππ¦πβ1
(27) = (28)
Dimana π΄ = {(π¦1 , β¦ , π¦π ): πΏ β€ π¦π β€ π π’ππ‘π’π π = 1, . . , π} π¦π = 1 β βπβ1 π=1 π¦π π€(ππ)
dan πΎ = [π€(π)]π
(29)
Dari persamaan diatas dengan menggunakan kaidah keputusan menyebabkan uji HOV untuk πΌ : menolak π»0 jika ππ tidak pada interval (L,U) untuk beberapa π. Hal ini unik bagi L dan U, untuk beberapa kriteria misalnya:
14
π(max ππ > π) = π(πππππ < πΏ)
(30)
atau π(ππ > π) = π(ππ < πΏ)π’ππ‘π’π π = 1, β¦ , π
(31)
(Wludyka and Nelson,1997).
2. Pendekatan Titik Kritis Untuk nilai k> 3 kita menggunakan pendekatan titik kritis. Misal π΄π = {πΏ β€ ππ β€ π} dan π΄ππ merupakan komplemen dari A. Maka, π
π(β π΄ππ ) π=1
Adalah peluang untuk menolak hipotesis HOV dengan batas atas dan batas bawahnya: βππ=1 π(π΄ππ ) β βπ<π π(π΄ππ β© π΄ππ ) β€ π(βππ=1 π΄ππ ) β€ βππ=1 π(π΄ππ ) ππ(π΄1π ) β
π(πβ1) 2
π(π΄1π β© π΄π2 ) β€ π(βππ=1 π΄ππ )
π(βππ=1 π΄ππ ) β€ ππ(π΄1π ) β (π β 1)π(π΄1π β© π΄π2 ) Karena π(π΄1π ) adalah peluang dengan rasio ππ =
(32) (33) ππ2 ββπ 2 merupakan π=1 ππ
interval luar (L,U) yang relevan dengan peluang gabungan dari distribusi πππ‘π[π: (π β 1)π]. Karena π(π΄1π β© π΄π2 ) adalah peluang dari 2 rasio tertentu merupakan interval luar (L,U), ini relevan dengan peluang gabungan dari distribusi π·ππππβπππ‘[π. π βΆ (π β 2)π] (Wludyka and Nelson,1997).