6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sebab Terjadinya Pergerakan Sebab terjadinya pergerakan dapat dikelompokkan berdasarkan maksud perjalanan (lihat Tabel 2.1). Biasanya maksud perjalanan dikelompokkan sesuai dengan ciri dasarnya, yaitu yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan agama. Jika ditinjau lebih jauh lagi akan dijumpai kenyataan bahwa lebih dari 90% perjalanan berbasis tempat tinggal. Artinya, mereka memulai perjalanannya dari tempat tinggal (rumah) dan mengakhiri perjalanannya kembali ke rumah. Pada kenyataan ini biasanya ditambahkan kategori keenam tujuan perjalanan, yaitu maksud perjalanan pulang ke rumah.
Tabel 2.1. pergerakan.
Klasifikasi pergerakan orang di perkotaan berdasarkan maksud
Aktivitas I. EKONOMI a. Mencari nafkah b. Mendapatkan barang dan pelayanan
Klasifikasi perjalanan
Keterangan
1. Ke dan dari tempat kerja 2. Yang berkaitan dengan bekerja 3. Ke dan dari toko dan keluar untuk keperluan pribadi
Jumlah orang yang bekerja tidak tinggi, sekitar 40−50% penduduk. Perjalanan yang berkaitan dengan pekerja termasuk: a. pulang ke rumah b. mengangkut barang c. ke dan dari rapat Pelayanan hiburan dan rekreasi diklasifikasikan secara terpisah, tetapi pelayanan medis, hukum,dan kesejahteraan termasuk di sini.
Yang berkaitan dengan belanja atau bisnis pribadi
7
1. Ke dan dari rumah teman 2. Ke dan dari tempat pertemuan bukan di rumah
Kebanyakan fasilitas terdapat di lingkungan keluarga dan tidak menghasilkan banyak perjalanan. Butir 2 juga terkombinasi dengan perjalanan dengan maksudhiburan.
III. PENDIDIKAN
1. Ke dan dari sekolah, kampus dan lain-lain
Hal ini terjadi pada sebagian besar penduduk yang berusia 5−22 tahun. Di negara sedang berkembang jumlahnya sekitar 85% penduduk.
IV. REKREASI DAN HIBURAN
1. Ke dan dari tempat rekreasi 2. Yang berkaitan dengan perjalanan dan berkendaraan untuk rekreasi
Mengunjungi restoran, kunjungan sosial, termasuk perjalanan pada hari libur.
V. KEBUDAYAAN
1. Ke dan dari tempat ibadah 2. Perjalanan bukan hiburan ke dan dari daerah budaya serta pertemuan politik
Perjalanan kebudayaan dan hiburan sangat sulit dibedakan.
II. SOSIAL Menciptakan, menjaga hubungan pribadi
Sumber: LPM-ITB (1996, 1997ac) dalam Tamin, 2000.
2.2 Waktu Terjadinya Pergerakan Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang melakukan aktivitasnya sehari-harinya. Dengan demikian, waktu perjalanan sangat tergantung pada maksud perjalanan. Perjalanan ke tempat kerja atau perjalanan dengan maksud bekerja biasanya merupakan perjalanan yang dominan. Karena pola kerja biasanya dimulai jam 08.00 dan berakhir pada jam 16.00, maka waktu perjalanan untuk maksud perjalanan kerja biasanya mengikuti pola kerjanya. Dalam hal ini didapati bahwa pada pagi hari, sekitar pukul 06.00 sampai pukul 08.00, dijumpai begitu banyak perjalanan untuk tujuan bekerja, dan pada sore hari sekitar pukul 16.00 sampai pukul 18.00 dijumpai banyak perjalanan dari tempat kerja ke rumah masing-masing.
Karena jumlah
perjalanan dengan maksud bekerja ini merupakan jumlah yang dominan,
8
maka kita dapatkan bahwa kedua waktu terjadinya perjalanan dengan tujuan bekerja ini menghasilkan waktu puncak pergerakan. Di samping kedua puncak tersebut, dijumpai pula waktu puncak lainnya, yaitu sekitar pukul 12.00 sampai 14.00. Pada saat itu para pekerja pergi untuk makan siang dan kembali lagi ke kantornya masing-masing. Tentu saja jumlah perjalanan yang dilakukan pada siang hari ini tidak sebanyak pada pagi atau sore hari mengingat makan siang terkadang dapat dilakukan di kantor atau kantin di sekitar kantor. Selanjutnya, perjalanan dengan maksud sekolah ataupun pendidikan cukup banyak jumlahnya dibandingkan dengan tujuan lainnya sehingga pola perjalanan sekolah ini pun turut mewarnai pola waktu puncak perjalanan. Mengingat sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat menengah pada umumnya terdiri dari dua giliran, yaitu sekolah pagi dan sekolah sore, maka pola perjalanan sekolah pun dipengaruhi oleh keadaan ini. Dalam hal ini dijumpai tiga puncak perjalanan sekolah, yaitu pada pagi hari pukul 06.00 sampai 07.00, siang hari pada pukul 13.00−14.00, dan pada sore hari pada pukul 17.00−18.00. Jadi, jika ditinjau secara keseluruhan, pola perjalanan setiap hari di suatu kota pada dasarnya merupakan gabungan dari pola perjalanan untuk maksud bekerja, pendidikan, berbelanja, dan kegiatan sosial lainnya. Pola perjalanan yang diperoleh dari penggabungan ketiga pola perjalanan di atas terkadang disebut juga pola variasi harian, yang menunjukkan tiga waktu puncak, yaitu waktu puncak pagi, waktu puncak siang, dan waktu puncak sore.
9
2.3
Pola Perjalanan Orang dan Teori Lokasi Perjalanan terbentuk karena adanya aktivitas yang dilakukan bukan di tempat tinggal sehingga pola sebaran tata guna lahan suatu kota akan sangat mempengaruhi pola perjalanan orang. Jika ditinjau lebih jauh terlihat bahwa makin jauh dari pusat kota, kesempatan kerja makin rendah, dan sebaliknya kepadatan perumahan makin tinggi. Tingkat perjalanan yang muncul dari setiap daerah ke arah pusat kota (umumnya pusat kota merupakan CBD / Central Business District) sebenarnya menunjukkan hubungan antara kepadatan penduduk dengan kesempatan kerja, yang kondisinya sangat tergantung pada jarak lokasi daerah yang bersangkutan ke pusat kota. Pada lokasi yang kepadatan penduduknya lebih tinggi daripada kesempatan kerja yang tersedia, terjadi surplus penduduk, dan mereka harus melakukan perjalanan ke pusat kota atau CBD untuk bekerja. Di sini terlihat bahwa makin jauh jarak dari CBD, makin banyak daerah perumahan dan makin sedikit kesempatan kerja yang berakibat makin banyak perjalanan yang terjadi antara daerah tersebut yang menuju CBD. Kenyataan sederhana ini menentukan dasar ciri pola perjalanan orang di kota. Pada jam sibuk pagi hari akan terjadi arus lalulintas perjalanan orang menuju ke pusat kota dari sekitar daerah perumahan, sedangkan jam sibuk sore hari dicirikan oleh arus lalulintas perjalanan orang dari pusat kota ke sekitar daerah perumahan.
Arus lalu lintas ini persentasenya sekitar
50−70% dari total jumlah perjalanan harian yang dibangkitkan di dalam
10
daerah perkotaan, dan karena itu merupakan faktor terpenting yang membentuk pola perjalanan orang di kota. Beberapa data kota besar di dunia menyatakan bahwa semakin tinggi intensitas industri di daerah tersebut, semakin tinggi pula tingkat urbanisasinya.
Hal ini dimungkinkan karena berdasarkan Teori Lokasi,
lokasi industri yang sangat efektif dan efisien berada di dekat pasar, yaitu daerah perkotaan. Industri tersebut memberikan lapangan pekerjaan yang cukup tinggi dan dengan sistem penggajian yang jauh lebih baik dibandingkan dengan daerah pedalaman. Hal ini yang menyebabkan tingkat urbanisasi yang cukup tinggi. Laju urbanisasi yang semakin pesat ini tentu menimbulkan sejumlah permasalahan, salah satu di antaranya masalah transportasi. Teori lokasi yang terkenal antara lain Theory of Industrial Location dari Alfred Weber, Theory of Optimal Industrial Location dari Losch, Theory of Weight Loss and Transport Cost, Model of Gravitation and Interaction dari Issac Newton dan Ullman, dan Theory of Central Place dari Walter Christaller.
Beberapa di antaranya digunakan dalam bidang industri.
Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi (asal dan tujuan) ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Pada prinsipnya beberapa teori lokasi tersebut untuk memberikan masukan bagi penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi1. __________ 1
Disadur dari http://geografi-geografi.blogspot.com
11
Seseorang yang memilih tempat tinggal atau tempat bekerja akan mempertimbangkan hal-hal seperti jarak yang harus ditempuh, waktu yang dihabiskan, dan moda transportasi yang dapat digunakan untuk mencapai lokasi kerjanya dari tempat tinggal, atau untuk mencapai lokasi vital yang lain.
Salah satu faktor lain yang turut mempengaruhi adalah besarnya
pendapatan.
Ada dua contoh kondisi yang menunjukkan pengaruh
pendapatan terhadap pemilihan lokasi.
Kondisi pertama adalah dengan
besar pendapatan tertentu, maka seseorang akan mencari lokasi tempat tinggal yang ongkos dan biaya operasionalnya masih dapat ditanggung dengan besar pendapatan tersebut, misalnya memilih tempat tinggal yang tidak jauh dari tempat kerja, atau memilih tempat tinggal dengan harga murah walaupun sedikit jauh. Kondisi kedua adalah, dengan lokasi tinggal yang sudah ada, maka seseorang akan mencari pekerjaan yang menawarkan pendapatan yang diinginkan, misalnya akan bekerja di tempat yang jauh apabila pendapatannya akan lebih besar, atau di tempat yang dekat agar biaya transportasi murah. Beberapa kecenderungan lain yang mempengaruhi transportasi perkotaan adalah sebagai berikut: Semakin jauh rata-rata pergerakan manusia setiap hari; menyebabkan semakin mahalnya harga tanah di pusat perkotaan menyebabkan lahan permukiman semakin bergeser ke pinggiran kota, sedangkan tempat pekerjaan cenderung semakin terpusat di pusat perkotaan. Hal ini menyebabkan seseorang akan bergerak lebih jauh dan lebih lama untuk mencapai tempat kerja. Semakin jauh dan semakin lama
12
seseorang
membebani
jaringan
jalan,
semakin
tinggi
pula
kontribusinya terhadap kemacetan. Semakin banyak wanita yang bekerja; disebabkan kebutuhan keluarga pada masa sekarang tidak hanya bisa ditunjang oleh penghasilan suami saja. Perlu ada tambahan lain, dan ini menyebabkan istri juga harus bekerja, sehingga menyebabkan semakin banyaknya pergerakan yang dilakukan oleh keluarga. Semakin banyak pelajar dan mahasiswa; disebabkan kecenderungan persaingan yang semakin ketat di masa mendatang menyebabkan pendidikan berkelanjutan seperti kursus, pelatihan, pendidikan bergelar paruh waktu menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang telah bekerja. Kecenderungan ini menyebabkan terjadi pergerakan tambahan ke pusat kota, tempat biasanya pusat pendidikan tersebut berlokasi. Semakin banyak wisatawan; tingginya tekanan yang dirasakan oleh setiap orang yang tinggal di daerah perkotaan menyebabkan rekreasi menjadi suatu kebutuhan utama. Sudah tentu hal ini pun menyebabkan semakin banyaknya pergerakan.
2.4
Konsep Bangkitan Pergerakan Model bangkitan pergerakan digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan/atau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah (Tamin, 2000). Sedangkan model tarikan pergerakan digunakan untuk suatu
13
pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan/atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah. bangkitan
Rumah
bangkitan
bangkitan
Tempat Kerja
tarikan
tarikan tarikan
Tempat Kerja
tarikan bangkitan
Tempat Belanja
Gambar 2.1. Bangkitan dan tarikan pergerakan Faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan pergerakan manusia adalah:
2.5
Pendapatan
Pemilikan kendaraan
Struktur rumah tangga
Ukuran rumah tangga
Nilai lahan
Kepadatan daerah pemukiman
Aksesibilitas
Nilai Waktu (Value of Time) Memperkirakan nilai waktu dari perjalanan adalah mencoba menempatkan nilai uang pada penghematan waktu perjalanan kendaraan pribadi. Selanjutnya, bentuk penghematan waktu perjalanan harus digambarkan
14
sebagai pengurangan pada waktu perjalanan, dimana waktu adalah komoditas yang tidak dapat dihemat, misalnya disimpan, dalam pengertian umum.
Oleh karena itu, pengadaan fasilitas dari investasi transportasi
memberikan pengendara kesempatan mendapatkan penghematan waktu sehingga pengendara dapat menggunakan waktu yang dihemat untuk melakukan beberapa aktivitas lainnya. Pemanfaatan waktu perjalanan bisa didefinisikan sebagai jumlah maksimum yang mau dibayarkan oleh seseorang pada situasi tertentu agar menghemat waktu pada perjalanan. Definisi kemauan untuk membayar ini meliputi biaya kesempatan yaitu biaya yang dikeluarkan oleh seseorang yang mempunyai kesempatan melakukan aktivitas lainnya karena memperoleh penghematan waktu.
Penghematan waktu akan menjadi bernilai bila
penghematan waktu tersebut dapat digunakan untuk aktivitas lainnya. Jadi, ada ukuran minimum dalam satu satuan penghematan waktu.
Sebagai
contoh, 1 menit yang dihemat dalam 10 menit perjalanan bisa mempunyai suatu nilai yang sangat kecil karena penggunaan yang terbatas untuk waktu ekstra yang dapat diambil. Sedangkan 6 menit yang dihemat pada 1 jam perjalanan (mempunyai perbandingan yang sama dengan sebelumnya) bisa mempunyai nilai yang lebih besar per menit untuk 6 menit yang dihemat, karena kelebihan 6 menit berlaku suatu jangka waktu yang lama dalam penggunaan penghematan waktu untuk alternatif aktivitas yang lain. Nilai waktu perjalanan adalah suatu faktor konversi dalam mengevaluasi penghematan waktu dalam bentuk uang.
15
Nilai waktu dihitung dari perbandingan antara selisih biaya perjalanan terhadap penghematan waktu antara perjalanan dari asal ke tujuan dengan menggunakan moda yang berbeda (Fowkes, 1991). Menurut IHCM (1995) terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk menghitung nilai waktu yaitu berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) dan berdasarkan tingkat kesejahteraan (welfare maximation). Perbedaannya adalah metode tingkat kesejahteraan mengikutsertakan nilai waktu santai ke dalam analisisnya, sedangkan metode PDB tidak mengikutsertakan nilai waktu santai. Nilai waktu setiap jenis kendaraan berdasarkan hasil studi IHCM terlihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Nilai waktu per jenis kendaraan Jenis kendaraan Sepeda motor Mobil Bus kecil Bus besar Truk kecil Truk sedang Truk besar
Nilai waktu per kendaraan/jam (Rp) PDB Welfare maximation 315,00 736,00 1.925,00 3.281,00 7.385,00 12.572,00 9.800,00 18.212,00 4.970,00 5.605,00 4.970,00 5.605,00 4.970,00 736,00
Sumber: IHCM, 1995 dalam Tamin, 2000. Namun demikian, nilai waktu yang ditinjau dalam penelitian ini lebih ditekankan pada besaran dalam rupiah biaya yang dikeluarkan seseorang setiap satuan waktu dengan menggunakan kendaraan pribadi pada jalan Z.A. Pagar Alam. Nilai tersebut didapat dari hubungan antara variabel-variabel seperti pendapatan seseorang, biaya, dan waktu perjalanannya.. Nilai waktu di sini tidak hanya mencakup Willingness to Pay, namun juga meninjau Ability to Pay yang sebenarnya terjadi di lapangan.
16
Tabel 2.3. Nilai waktu setiap golongan kendaraan Nilai waktu (Rp/jam/kendaraan) Rujukan
Golongan I
Golongan IIA
Golongan IIB
PT Jasa Marga (1990-1996)
12.280
18.534
13.768
Padalarang-Cileunyi (1996)
3.385-5.425
3.827-38.344
5.716
Semarang (1996)
3.411-6.221
14.541
1.506
IHCM (1995)
3.281
18.212
4.971
PCI (1979)
1.341
3.827
3.152
JIUTR Northern Extension (PCI,
7.067
14.670
3.659
8.880
7.960
7.980
1989) Surabaya-Mojokerto (JICA, 1991)
Sumber: LAPI-ITB (1997) dalam Tamin, 2000. 2.5.1 Beberapa Penelitian Terdahulu Tentang Nilai Waktu Perjalanan Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang nilai waktu perjalanan di beberapa kota di Indonesia, antara lain: a) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Sungai, Danau dan Penyeberangan (1992), seperti yang dikutip oleh Dwianto Eko Winaryo dalam tesisnya yang berjudul Penaksiran Nilai Waktu Untuk Penumpang Kendaraan Pribadi Di Kota Semarang Tahun 2002, pada Urban Transport Improvement Project dengan mengambil lokasi Jabotabek dan bertujuan untuk menentukan nilai waktu untuk pengguna kendaraan pribadi dan kendaraan umum, metode yang digunakan adalah metode Mode Choice
17
Approach dengan Stated Preference dan Analisa Logit Model, dari analisa data diperoleh hasil nilai waktu untuk kendaraan pribadi adalah Rp. 5.300,-/jam/orang dan untuk kendaraan umum adalah Rp. 3.400,-/jam/orang. b) Herman (1995), seperti yang dikutip oleh Dwianto Eko Winaryo dalam tesisnya yang berjudul Penaksiran Nilai Waktu Untuk Penumpang Kendaraan Pribadi Di Kota Semarang Tahun 2002, dengan mengambil lokasi penelitian di jalan tol JakartaCikampek, bertujuan untuk menyelidiki beberapa metode pehitungan nilai waktu dan mencari metode yang cocok untuk Indonesia serta menentukan nilai waktu perjalanan untuk kendaraan penumpang dengan metode Logit Model, Mode Choice Approach dan Income Approach. Dari analisa data yang diperoleh hasil nilai waktu dengan metode Model Logit adalah Rp. 2.400,-/jam/orang, nilai waktu dengan metode Mode Choice Approach adalah Rp. 8.600,-/jam/orang, dan nilai waktu dengan metode Income Approach adalah Rp. 1.700,/jam/orang. c) Bina Marga (1995), seperti yang dikutip oleh Dwianto Eko Winaryo dalam tesisnya yang berjudul Penaksiran Nilai Waktu Untuk Penumpang Kendaraan Pribadi Di Kota Semarang Tahun 2002, pada
Bandung Metropolitan Urban Development
Programme dengan lokasi penelitian kota Bandung dan metode yang digunakan adalah Income Approach. Dari hasil analisis
18
data, untuk pengguna kendaraan pribadi diperoleh nilai waktu sebesar Rp. 2000,-/ jam/orang, sedangkan untuk pengguna kendaraan umum adalah sebesar Rp. 651,-/jam/orang. d) JMDPR (Jakarta Metropolitan Development Programme Report, 1996), seperti yang dikutip oleh Abdul Mursyid dalam tesisnya yang berjudul Penaksiran Nilai Waktu Untuk Kendaraan Pribadi di Bandung Tahun 1999. Dengan lokasi di Jakarta dan metode Income Approach, didapat nilai waktu perjalanan sebesar Rp. 3860,-/jam/orang dengan asumsi pendapatan keluarga Rp. 1.640.000,- per bulan dan jam kerja adalah 170 jam per bulan. 2.5.2 Konsep Biaya Waktu Perjalanan Biaya waktu perjalanan atau Travel Time Cost (TTC) merupakan nilai uang per satuan waktu yang rela dikeluarkan oleh seseorang, dalam hal ini adalah pengguna angkutan pribadi jenis mobil penumpang yang melalui ruas jalan Z.A. Pagar Alam untuk menghemat atau memperoleh suatu unit waktu dari hasil keputusannya untuk melakukan perjalanan. Biaya waktu perjalanan diperoleh dari perkalian nilai waktu setiap jenis kendaraan dengan waktu perjalanan moda m dari i ke j (
).
Biaya waktu perjalanan dirumuskan sebagai berikut: = VOT (
)
..............................………………........ (2.1)
dimana : = biaya waktu perjalanan dengan moda m dari i ke j
19
VOT = nilai waktu = total waktu perjalanan dengan moda m dari i ke j Penghitungan biaya waktu perjalanan sangat dipengaruhi oleh waktu perjalanan kendaraan pada masing-masing ruas jalan baik dalam kondisi macet dan kondisi tanpa terjadinya kemacetan. Penentuan biaya waktu perjalanan identik dengan besaran nilai waktu pada masing-masing pengguna kendaraan selama melakukan perjalanan.
2.6
Analisis Statistika Perhitungan statistik diperlukan dalam penelitian ini, mencakup tahapan penyajian data yang informatif hingga analisis regresi linier yang dimaksudkan dalam tujuan penelitian.
Sebelumnya akan disebutkan
beberapa istilah dasar statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
Populasi; adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda, dan bukan sekedar jumlah, namun meliputi karakteristik atau sifat.
Sampel; adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, di mana apa yang dipelajari pada sampel diberlakukan untuk populasi.
20
Kuesioner; merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Statistik
deskriptif;
menganalisis
data
adalah dengan
statistik cara
yang
digunakan
untuk
mendeskripsikan
atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum.
Statistik inferensial/induktif; adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Kemampuan hasil untuk digeneralisasikan dengan skala tertentu disebut signifikansi.
2.6.1 Jenis Data Berikut ini beberapa kategori data dalam penelitian (Ritonga, 1997): 1) Berdasarkan sumbernya, data penelitian dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari sumbernya, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari penelitian sebelumnya atau sumber-sumber yang sudah ada. 2) Berdasarkan bentuknya, data dikelompokkan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau kalimat, sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. 3) Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif dikelompokkan menjadi:
21
a. Data nominal atau data kategori Walaupun dinyatakan dalam angka, namun tidak memiliki urutan atau makna matematis.
Contohnya angka 1 untuk
menunjukkan
laki-laki
jenis
kelamin
dan
angka
2
menunjukkan jenis kelamin perempuan. b. Data ordinal Berasal dari obyek atau kategori yang telah disusun berjenjang menurut besarnya, namun rentang antarjenjang tidak harus sama.
Contohnya angka 1 mewakili tingkat pendidikan
Sekolah Dasar (SD), angka 2 untuk SMP, angka 3 untuk SMA. c. Data interval Merupakan hasil pengukuran yang dapat diurutkan dengan kriteria tertentu serta menunjukkan semua sifat yang dimiliki data ordinal, dan rentang antarajenjang sama sehingga dapat dilakukan operasi matematika.
Contohnya data hasil
wawancara atau kuesioner yang menunjukkan skala pilihan, misalnya skor 1 untuk sangat tidak setuju, skor 2 untuk tidak setuju, skor 3 untuk tidak berpendapat, skor 4 untuk setuju, dan seterusnya. d. Data rasio Merupakan data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki ketiga jenis data a, b, dan c. Contohnya data hasil pengukuran berat benda. Benda seberat 1 kg berbeda secara nyata dengan benda seberat 2 kg, ukuran dapat diurutkan dari yang paling
22
berat hingga paling ringan. Perbedaan berat antara benda 2 kg dengan benda 1 kg memiliki interval sama dengan perbedaan antara benda 3 kg dengan 2 kg. Jenis-jenis data tersebut digunakan dalam input data pada software hitung statistik baik SPSS maupun Microsoft Excel, untuk mewakili variabel-variabel seperti jenis kelamin, pendapatan, status, dan usia. 2.6.2 Dasar-dasar Statistik Deskriptif 2.6.2.1 Teknik Dasar Pengelompokan Data Apabila jumlah sampel relatif banyak, maka diperlukan pengelompokan sampel ke dalam interval-interval kelas. Untuk melakukan hal tersebut, perlu identifikasi nilai sampel terkecil (Xmin), nilai sampel terbesar (Xmaks), dan jumlah data (n).
Ketiga nilai tersebut digunakan untuk
menentukan jangkauan (range), banyak kelas, dan panjang interval kelas. j = Xmaks - Xmin ..............................................................(2.2) k = 1 + 3,3 log n (rumus Sturges) ...............................(2.3) i =
............................................................................(2.4)
dengan: j = jangkauan k = banyaknya kelas i = panjang interval kelas (bernilai ganjil lebih baik) n = banyaknya data
23
2.6.2.2 Rataan atau Rata-rata (Mean) Rataan suatu data adalah jumlah seluruh data dibagi dengan banyaknya data. Rumusnya adalah: ∑
....................................................................... (2.5)
dengan: = rataan (rata-rata) ΣX = jumlah keseluruhan data N = banyaknya data 2.6.2.3 Median dan Modus Median dari suatu data adalah nilai tengah, yaitu yang membagi data yang telah terurut menjadi dua bagian yang sama (titik batas 50%). Sedangkan modus (mode) adalah nilai data yang paling sering muncul. Rumus median untuk data berjumlah genap adalah:
(
) ...........................................(2.6)
Sedangkan median untuk data berjumlah ganjil adalah: (
)
............................................................(2.7)
2.6.2.4 Standar Deviasi Standar deviasi atau simpangan baku digunakan untuk melihat penyebaran data atau menilai dispersi rata-rata dari sampel. Pangkat dua dari standar deviasi disebut Varians.
24
√
( (
) )
...............................................(2.8)
Keterangan: S = standar deviasi Xi = sampel n = jumlah data 2.6.2.5 Skewness dan Kurtosis Skewness merupakan alat ukur dalam menelusuri distribusi data yang diperbandingkan dengan distribusi normal, atau ukuran ketidaksimetrisan (kemencengan) distribusi data. Distribusi normal merupakan distribusi yang simetris dan nilai skewness adalah 0.
Skewness bernilai positif
menunjukkan pada kurva distribusi, ekor kurva sebelah kanan lebih panjang, dan sebaliknya, skewness bernilai negatif menunjukkan ekor kurva sebelah kiri lebih panjang. Sementara
itu
kurtosis
adalah
alat
ukur
untuk
menggambarkan keruncingan atau kerataan suatu distribusi data dibandingkan dengan distribusi normal.
Pada
distribusi normal, nilai kurtosis adalah 0. Nilai kurtosis positif menunjukkan distribusi yang ada relatif runcing, sedangkan nilai negatif menunjukkan distribusi yang relatif rata.
25
2.6.3 Analisis Statistik Inferial / Induktif Tahapan analisis yang menggunakan statistik inferial pada penelitian ini antara lain uji korelasi dan uji regresi linier. 2.6.3.1 Korelasi Korelasi (correlation) adalah salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif.
Dua variabel dikatakan
berkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu akan diikuti perubahan pada variabel yang lain secara teratur, dengan arah yang sama atau dapat pula dengan arah yang berlawanan. Bila dua variabel dinyatakan sebagai variabel X dan Y, maka apabila variabel X berubah, maka variabel Y pun berubah, dan juga sebaliknya. Nilai koefisien korelasi berada pada rentang -1 sampai dengan 1.
Jika nilai korelasinya menunjukkan angka
negatif ini menunjukkan hubungan variabel X dan Y mempunyai hubungan negatif atau berlawanan arah, yaitu dengan adanya kenaikan variabel X maka akan diikuti dengan penurunan variabel Y begitu pula sebaliknya, serta jika angka korelasinya menunjukkan angka positif ini menunjukkan hubungan variabel X dan Y mempunyai hubungan positif atau searah, yaitu dengan adanya kenaikan
26
variabel X maka akan diikuti pula dengan kenaikan variabel Y dan begitu pula sebaliknya. Jika nilai korelasi mendekati angka nol berarti hubungan dua variabel tersebut semakin lemah. Tetapi jika angka korelasinya semakin menjauh dari angka nol yaitu mendekati angka 1 atau -1 berarti hubungan dua variabel tersebut semakin kuat. Koefisien korelasi dikenal dengan simbol “r” atau “R”. 2.6.3.2 Regresi Jika korelasi yang ada bermakna secara statistik, dapat dilakukan analisis lebih lanjut untuk memprediksi atau memperkirakan berapa nilai Y jika nilai X diketahui. Prediksi tersebut dapat dilakukan jika ada persamaan garis lurus yang biasanya disebut dengan istilah “regresi linier” dengan persamaan matematis “Y = a + bX”. Besaran nilai “b” menggambarkan besarnya perubahan pada nilai Y untuk setiap kenaikan nilai X sebesar satu satuan. Persamaan regresi linier sederhana dapat dituliskan sebagai berikut: Y = a + bX + e .............................................................. (2.9) dimana: Y = variabel terikat X = variabel bebas
27
a = kontanta regresi b = slope atau kemiringan garis regresi e = error Jika terdapat lebih dari satu variabel bebas, maka digunakan persamaan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + ... + bnXn + e ........................(2.10) dimana: b1,2,n = koefisien untuk variabel X1, X2, dan seterusnya X1,2,n = variabel bebas pertama, kedua, dan seterusnya Beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis regresi adalah :
Variabel random diasumsikan independen terhadap X.
Variasi
random
diasumsikan
terdistribusi
secara
normal. Artinya bahwa untuk masing-masing variabel independen
kesalahan
dari
prediksi
diasumsikan
terdistribusi normal.
Rata-rata variabel random sama dengan nol.
Kesalahan prediksi terhadap X tidak bergantung dari masing-masing variabel X.
Variabel-variabel independen tidak saling berkorelasi.