28
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Pengertian Bank Syariah Menurut Antonio (2001) terdapat perbedaan mendasar antara bank konvensional dengan bank syariah. (1) dari segi akad dan aspek legalitas: akad yang dilakukan bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Jika terjadi perselisihan antara nasabah dengan bank, maka bank syariah dapat merujuk kepada UU No.3 tahun 2006 yang memberikan kewenangan kepada Pengadilan Agama untuk menangani perkara perbankan syariah yang penyelesaiannya berdasarkan hukum Islam. (2) Struktur Organisasi: Bank Syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional. Tapi unsur yang membedakan adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. 3) Bisnis dan usaha yang dibiayai: Bisnis dan usaha yang dilakukan tidak terlepas dari saringan syariah. (4) Lingkungan kerja dan corporate culture: dalam hal etika sifat amanah dan shiddiq melandasi setiap karyawan sehingga tercipta profesionalisme yang berdasarkan Islam.
2.1.1 Prinsip Perbankan Syariah Prinsip perbankan syariah merupakan aturan dasar yang berdasarkan hukum Islam, khususnya aturan muamalat yang mengatur hubungan antara bank dengan pihak lain dalam rangka penghimpunan dan penyaluran dana serta kegiatan perbankan syariah lainnya. Adapun prinsip operasional lain yang lazim
29
dilakukan oleh bank syariah dalam kegiatan usaha dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mendapat persetujuan Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional (PKES, 2008).
2.2 Jenis-jenis Transaksi Bank Syariah 2.2.1 Al-Mudharabah 2.2.1.1 Pengertian Al-Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharba-yadhribu-dharban, berarti memukul atau berjalan.Menurut istilah syara’, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100 persen) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, apabila rugi ditanggungkan oleh pihak pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola, pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan (Adiwarman, 2004). Dalam literatur fiqih Islam, istilah Mudharabah digunakan oleh mazhab Hanafiyah, Hanabilah, dan Zohiri, sedangkan dalam mazhab Syafi’iyah dan Malikiyah, mudharabah dikenal dengan istilah lain yaitu Qiradh. Mudharabah adalah salah satu bentuk kerja sama dalam lapangan ekonomi, yang berasal dari Qardh yang berarti Qath (potongan).
30
2.2.1.2 Landasan Syariah Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha (Antonio, 2001). Hal ini dapat diperjelas dalam beberapa arti dari ayat-ayat dan hadist berikut: a. Al-Qur’an 1. Surat Al-Muzzamil: 20 “... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT...” 2. Surat Al-Jumu’ah: 10 “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT..” 3. Surat Al-Baqarah: 198 ”Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhan Mu...” Dari beberapa arti ayat diatas menjelaskan tentang melakukan suatu perjalanan usaha, dimana kata-kata teersebut sama artinya dengan kata bahasa arab yang berarti yadhribun. b. Hadist Diriwayatkan Dari Shalih bin Shuahib r.a. bahwa Rasullah Saw. bersabda, ”Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqharadah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual” (HR Ibnu Majah).
31
2.2.1.3 Jenis-jenis Al-Mudharabah Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah (Antonio, 2001). 1. Mudharabah Mutlaqah Mudharabah mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara shohibul maal dan mudharib yang cakupannya luas dan tidak dibtasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. 2. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah disebut juga dengan istilah restricted mudharabah, dimana mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
2.2.1.4 Aplikasi dalam Perbankan Syariah Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan (Antonio, 2001). Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada: 1. tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya. 2. deposito spesial, dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah atau ijarah saja.
32
2.2.1.5 Manfaat Al-Mudharabah Al- Mudharabah memberi banyak manfaat kepada bank syariah dan nasabah. Salah satu diantaranya adalah adanya keuntungan sistem bagi hasil yang diperoleh bank dan nasabah (Antonio, 2001). Adapun manfaat al-Mudharabah antara lain: 1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/ hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benarbenar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5. Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/ al-musyarakah berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekali pun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.2.1.6 Tabungan Mudharabah Tabungan Mudharabah adalah simpanan pihak ketiga di bank Islam yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian. Dalam Hal ini bank Islam sebagai mudharib dan nasabah sebagai
33
shahib al maal. Bank sebagai mudharib akan membagi keuntungan kepada shahib al maal dengan nisbah yang telah disetujui bersama. Bank Syariah yang kapasitasnya sebagai mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam mengembangkan uang nasabah. Namun, disisi lain bank syariah juga memiliki sifat sebagai wali amanah, yang berarti bank harus hati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya (Adiwarman, 2001). Dari hasil pembagian dana mudharabah, Bank Syariah akan membagikan hasil kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama dan ditulis dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya, misalnya dalam menjalankan management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut (Adiwarman, 2001). Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Disamping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan yang bersangkutan. Perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata harian yang dihitung ditiap akhir bulan dan dibuka awal bulan berikutnya. Adapun
rumus
perhitungan
bagi
hasil
tabungan
mudharabah
(Adiwarman, 2001) adalah sebagai berikut: Tabungan Mudharabah
hari bagi hasil saldo rata - rata tingkat bagi hasil hari kelender yang bersangkutan
34
Dalam perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa mengurangi hak nasabah; a. Pembulatan keatas untuk nasabah b. Pembulatan kebawah untuk bank 2. Hasil perhitungan pajak di bulatkan keatas sampai puluhan terdekat. Dalam hal pembayaran bagi hasil, Bank Syariah menggunakan metode akhir bulan, yaitu: a. Pembayaran bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan. b. Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukaan tabungan. c. Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional efektif. Tingkat yang dibayarkan adalah tingkat bagi bagi hasil yang di bayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir. d. Jumlah hari sebualn adalah jumlah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, dan 31 hari). e. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai permintaan nasabah. Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syari’ah Nasional mengeluarkan fatwa dari hasil Rapat Pleno DSN pada hari Sabtu, tanggal 1 April 2004 menetapkan bahwa ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah adalah:
35
1. Dalam transaksi, nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. 4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak di perkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
2.2.2 Al-Murabahah 2.2.2.1 Pengertian Al-Murabahah Al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. dalam murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Al-murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pesanan dan biasa disebut murabahah kepada pemesan pembelian (KKP) (Antonio, 2001)
36
2.2.2.2 Landasan Syariah a. Al-Qur’an Sebagaimana surat Al-Baqarah: 275, yang artinya: “ ....Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...” b. Al-Hadist Dari Suhaib ar-Rumi r.a. Rasulullah Saw. Saw. bersabda; “ Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqharadah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).
2.2.2.3 Syarat Al-Murabahah Ada beberapa syarat terjadinya murabahah, yakni: a. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
2.2.2.4 Manfaat Al-Murabahah Al-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satu diantaranya adalah keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
37
kepada nasabah. Sehingga dapat memudahkan penanganan administrasi di bank syariah (antonio, 2001).
2.2.2.5 Murabahah dalam Perbankan Islam Bank-bank Islam umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun nasabah tidak memiliki uang untuk
membayar. Murabahah
sebagaimana yang digunakan dalam perbankan Islam, prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok: harga beli serta biaya yang terkait, dan kesepakatan atas markup (laba). Ciri dasar kontrak murabahah yakni: (1) si pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan tentang harga asli barang, dan batas laba (mark-up) harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total harga plus biaya-biayanya, (2) apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang, (3) apa yang diperjual belikan harus ada dan dimiliki oleh si penjual dan si penjual harus mampu menyerahkan barang itu kepada si pembeli, (4) Pembayarannya ditangguhkan (Antonio, 2001) Bank-bank Islam pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai metode pembiayaan utama, yang meliputi tujuh lima persen dari total total kekayaan yang dimiliki bank.
Angka persentase tersebut, sebanding dengan
banyaknya bank-bank Islam yang dimiliki oleh sistem perbankan Islam seperti di Pakistan dan Iran. Sejak awal tahun 1984, di Pakistan, pembiayaan jenis murabahah mencapai sekitar delapan puluh tujuh persen dari total pembiayaan dalam investasi deposito PLS. Dalam kasus Dubai Islamic Bank, bank Islam berawal disektor swasta, pembiayaan murabahah mencapai delapan dua persen
38
dari total pembiayaan selama tahun 1989. Dan bagi Islamic Development Bank (IDB), selama dari sepuluh tahun periode pembiayaan, tujuh puluh tiga persen dari seluruh pembiayaan adalah murabahah, yaitu dalam pembiayaan dagang luar negeri. Dalam konsepnya, murabahah memiliki makna yang banyak dalam perbankan Islam, antara lain; (1) murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan dibandingkan dalam Profit and Loss Sharing (PLS) cukup memudahkan. (2) mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam. (3) murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS. (4) murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan antara bank dan nasabah dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur (Antonio, 2001).
2.2.3 Al-Musyarakah 2.2.3.1 Pengertian Al-Musyarakah Al-Musyarakah adalah akad kerjasama dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio, 2001).
39
2.2.3.2 Landasan Syariah a. Al-Qur’an “ Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (Shaad: 24) b. Al-Hadist Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘ Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya ‘” (HR. Abu Daud).
2.2.3.3 Manfaat Al-Musyarakah Terdapat banyak manfaat dari pembiayaan secara musyarakah ini, diantaranya: a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usa nasabah meningkat. b. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan /hasil usaha bank. c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati. mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan
40
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2.3 Sistem Operasional Perbankan Syariah 2.3.1 Penghimpun Dana Penghimpun dana di bank umum syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito, sedangkan BPRS hanya dapat melayani tabungan dan deposito. Prinsip
operasional syariah
yang
telah
diterapkan
secara
luas
dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah (Antonio, 2001) a. Prinsip Wadiah Dalam kegiatan penghimpunan dana masyarakat di bank syariah
prinsip
wadi’ah
yad
dhamanah,
bank
dapat
memanfaatkan dan menyalurkan dana yang dimpan serta menjamin dana tersebut dapat ditarik setiap saat oleh pemilik dana. b. Prinsip Mudharabah Dalam kegiatan penghimpunan dana masyarakat di bank syariah dengan prinsip mudharabah bank sebagai pengelola dana memberikan keuntungan kepada nasabah (pemilik dana) dalam bentuk sistem bagi hasil.
41
2.3.2 Penyaluran Dana Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman kepada prinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan hal itu bank diwajibkan untuk meneliti secara seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan azas pembiayaan yang sehat. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan prinsip syariah. Dengan menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar terdapat 4 (empat) kelompok prinsip opersaional syariah, yaitu prinsip jual beli (bai’), sewa beli (ijarah wa itiqna), bagi hasil (syirkah) dan pembiayaan lainnya (Antonio, 2001) 1. Prinsip Jual Beli (Bai’) Prinsip Jual Beli meliputi murabahah, salam, dan istishna: a. Murabahah Prinsip Murabahah umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan barang investasi. Al-murabahah sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan barang secara mendesak tetapi kekurangan dana. b. Salam Kontrak dimana penjual produk pertanian (petani) dapat menjual produk pertaniannya pada awal musim tanam, kemudian mengirimkan hasil produknya kepada pembeli dimasa yang akan datang, dimana pembeli melakukan pembayaran dimuka. c. Istishna Merupakan transaksi penjualan sebuah produk manufaktur dimana pengusaha manufaktur diminta untuk memproduksinya sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh pembeli.
42
2. Prinsip Sewa Beli (Ijarah Wa itiqna/Ijarah Muntahiyyah Bittamlik) Ijarah Wa itiqna (Ijarah Muntahiyyah Bittamlik) adalah akad sewa menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah dimana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad yang dalam dunia usaha dikenal dengan financial lease, harga dan sewa beli ditetapkan bersama diawal perjanjian. 3. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah) Prinsip Bagi hasil meliputi musyarakah, mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. a. Musyarakah Musyarakah
dalam
perbankan
diaplikasikan
untuk
pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Semua modal dicampur untuk dijadikan model proyek musyarakah dan dikelola bersama-bersama. b. Mudharabah Mutlaqah Dalam prinsip ini jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus berupa uang tani dan apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama. c. Mudharabah Muqayyah Mudharabah Muqayyah adalah penyediaan modal hanya untuk kegiatan tertentu dan dengan syarat yang sepenuhnya ditetapkan oleh bank.
43
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Menurut pandangan Way (1973), tabungan dipengaruhi oleh tingkat kemampuan, kemauan, serta besarnya kesempatan yang ada pada setiap individu. Untuk melihat faktor yang mempengaruhi nasabah dalam menabung di perbankan, maka variabel ekonomi dan non ekonomi yang terlihat jelas sangat berpengaruh. Hal ini dapat dijelaskan secara sistematis, sebagai berikut: S = f (A,W,O) Keterangan: Saving (S)
: Tabungan
Abilty (A)
: Tingkat Kemampuan
Willingness
: Tingkat Kemauan
Oppurtunity : Tingkat Kesempatan Tingkat kemampuan untuk menabung tergantung pada faktor pendapatan, struktur populasi, dan kekayaan. Kemauan untuk menabung dipengaruhi oleh pembagian hasil yang diterapkan oleh suatu perbankan, dan faktor sosial. Dan kesempatan menabung dipengaruhi oleh ketersediaan
lembaga intermediasi
keuangan dan perbankan. Setiadi
(2003)
juga
mempengaruhi keputusan
mengungkapkan
bahwa
faktor-faktor
konsumen dalam menabung di
bank
yang adalah
kebudayaan, sosial, kepribadian, dan kejiwaan. Faktor kejiwaan dalam hal ini adalah variabel motivasi, persepsi, belajar, dan kepercayaan. Motivasi merupakan pendorong yang utama bagi manusia dalam mengambil keputusan. Sedangkan persepsi adalah proses yang timbul akibat adanya aktivitas manusia yang terlihat oleh indera mata kita, yang akan mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan.
44
Dian dan El-Bdor (1989) mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan jasa perbankan Islam adalah kualitas pelayanan terhadap nasabah, pelayanan pembiayaan atau tabungan, adanya fasilitas pelayanan dan media informasi. Dalam hal ini, Erol dan El-Bdor membagi faktor-faktor tersebut kedalam indikator-indikator letak lokasi bank, efisiensi dan kecepatan layanan, pengaruh teman/saudara dalam penggunaan jasa bank, keramahan pegawai bank, bangunan bank, manajemen bank, jaminan kerahasiaan bank, jumlah cabang bank, dan penyediaan layanan konsultasi. Dalam penelitian tersebut, faktor dominan yang mempengaruhi nasabah dalam penggunaan produk bank adalah hubungan interpersonal dan dorongan individual. Penelitian TIM IPB yang bekerjasama dengan Bank Indonesia meneliti tentang Potensi, Preferensi, dan Perilaku Nasabah terhadap Bank Syariah di beberapa Provinsi Indonesia, menunjukkan bahwa terdapat banyak variabel yang mempengaruhi minat nasabah dalam menggunakan produk Bank Syariah, diantaranya: 1. Variabel Motivasi, 2. Variabel Pengetahuan, 3. Variabel Sikap, 4. Variabel Demografi. Variabel demografi terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan. Sedangkan variabel ekonomi mempengaruhi penghasilan nasabah, jenis pekerjaan.
45
2. 5 Penelitian Terdahulu Ilyda Sudardjat (2006) mengamati faktor yang mempengaruhi simpanan mudharabah pada Bank Syariah di Sumatera Utara yang menjelaskan tentang seberapa besar pengaruh mikro (psikologis) dan makro terhadap besar kecilnya total tabungan pada bank syariah di Sumatera Utara. Pada segi mikro, penelitian tersebut mengamati pengaruh persepsi dan motivasi terhadap pengambilan keputusan nasabah yang menjadi anggota bank syariah. Dari segi makro, Ilyda mengamati besarnya pengaruh tingkat bagi hasil deposito dan tabungan serta suku bunga bank deposito dan tabungan terhadap simpanan bagi hasil yang ada di Bank Syariah Sumatera Utara. Hasil pengolahan data primer dengan menggunakan analisis regresi memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan positif antara variabel motivasi dan persepsi dengan pengambilan keputusan responden untuk menjadi nasabah bank syariah. Dan hasil pengolahan data sekunder, dengan pendekatan model Partial Adjusment Model (PAM), bahwa variabel tingkat suku bunga tabungan yang bernilai negatif dan signifikan terhadap simpanan bagi hasil, sedangkan variable tingkat bagi hasil deposito, dan tingkat bagi hasil tabungan, dan suku bunga deposito tidak berpengaruh signifikan. Hal ini juga dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rivai (2006) “Identifikasi Penentu Keputusan Nasabah dalam Memilih Jasa Perbankan: Bank Syariah versus Bank Konvensional”. Dalam penelitian tersebut menemukan perbedaan persepsi terhadap keberadaan bank syariah dibanding dengan bank konvensional. Jumlah responden bank konvensional yang memahami tentang prinsip bank syariah relatif kecil kira-kira sekitar 34,7 persen.
46
Hasil penelitian tersebut menjelaskan adanya pertimbangan responden di dalam memilih jasa bank syariah, seperti; (1) keyakinan bahwa bunga bank bertentangan dengan agama, (2) keramahan petugas bank syariah serta persepsi bahwa berurusan dengan bank syariah lebih cepat dan mudah, (3) persyaratan yang lebih ringan dibanding bank konvensional, (4) letak bank syariah yang strategis. Penelitian Tim IPB dan Bank Indonesia (2000) tentang
“ Potensi,
Preferensi, dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Jawa Barat” bekerjasama dengan Bank Indonesia yang dilakukan pada 10 wilayah kabupaten dan kota dengan total responden 1022 yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan perilaku dari kelompok masyarakat yang digolongkan (a) hanya mau berhubungan dengan lembaga keuangan syariah saja, (b) yang mau berhubungan dengan bank syariah, (c) yang tidak berkeinginan untuk berhubungan dengan bank syariah, dan juga bertujuan untuk melihat pengembangan perbankan syariah. Hasil analisis model logit menunjukkan bahwa bank syariah ternyata lebih diminati oleh kalangan yang berpenghasilan menengah kebawah. Variabel dominan yang dihasilkan dari proses pengolahan data primer dengan analisa logit memperlihatkan bahwa motif agama, lokasi bank syariah (dekat dengan pesantren) dan tokoh masyarakat sangat mempengaruhi
masyarakat menjadi
nasabah di bank syariah, bukan karena motif keuntungan. Dari hasil penelitian juga menunjukkan model logit yang menunjukkkan bahwa variabel keagamaan yang terkait erat dengan aktivitas ekonomi, memperlihatkan 11 kabupaten/ kotamadya, seperti Kodya Bandung, Kabupaten
47
Bogor, dan Kabupaten Tangerang merupakan daerah yang pengembangan potensinya baik.
2.6 Kerangka Pemikiran Dengan sejumlah permasalahan dan tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini, secara garis besar tahapan-tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2. Untuk menjawab permasalahan dan tujuan yang dirumuskan, maka sebagai langkah awal dilakukan studi literatur melalui berbagai sumber mengenai teori-teori ekonomi yang membahas tentang syariah dan hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan kecenderungan nasabah menabung di Bank BNI Syariah. Kemudian dilakukan hipotesis berdasarkan studi literatur tersebut.
48
Tabungan Syariah Plus
Produk Syariah
Respon Nasabah
Non Syariah
Mudharabah
Sistem Bagi Hasil Hipotesis Penelitian: 1. Variabel Ekonomi 2. Variabel Motivasi 3. Variabel Pelayanana
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
2.6 Hipotesis 1. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara variabel ekonomi, pelayanan, dan motivasi, terhadap jumlah tabungan syariah plus. 2. Variabel ekonomi, pelayanan dan motivasi, akan berpengaruh positif terhadap keputusan menabung nasabah pada bank BNI Syariah di Jakarta. 3. Tingkat tabungan syariah plus berpengaruh positif terhadap total jumlah Tabungan mudharabah.