7
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Struktur-Perilaku-Kinerja Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang perlunya pengorganisasian pasar dan bagaimana pengorganisasian pasar ini dapat memengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan kepada studi empiris dari faktor-faktor yang memengaruhi struktur, perilaku dan kinerja. Organisasi industri berkaitan erat dengan kebijaksanaan pemerintah dalam usaha mencapai tujuan, yaitu tercapainya efisiensi di tingkat perusahaan, industri dan efisiensi ekonomi nasional secara keseluruhan (Jaya, 2001). Menurut Hasibuan (1993) pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro dan mikro. Secara mikro, sebagaimana dijelaskan dalam teori ekonomi mikro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaanperusahaan yang menghasilkan barang yang homogeny, atau barang yang mempunyai sifat saling menggantikan secara erat. Namun, dari segi pembentukan pendapatan, yang bersifat makro, industi adalan kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Menurut teori organisasi industri, terdapat sebuah konsep SCP atau Structure-Conduct-Performance. Teori tersebut menjelaskan bahwa kinerja suatu industri pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh struktur pasar. Struktur pasar menunjukan atribut pasar yang memengaruhi sifat proses persaingan. Unsur-unsur strktur pasar meliputi: konsentrasi, diferensiasi produk, hambatan masuk ke dalam pasar, struktur biaya dan tingkat pengaturan pemerintah. Struktur pasar penting, karena akan menentukan perilaku dan strategi perusahaan dalam suatu industri dan kemudian perilaku akan memengaruhi kinerja (Jaya, 2001). Hubungan paling sederhana dari ketiga variabel tersebut yaitu StructureConduct-Performance adalah hubungan linier dimana struktur memengaruhi perilaku kemudian perilaku memengaruhi kinerja. Dalam SCP hubungan ketiga komponen tersebut saling memengaruhi termasuk adanya faktor-faktor lain seperti
8
teknologi, progresivitas, strategi dan usaha-usaha untuk mendorong penjualan (Martin, 2002). Struktur (structure) suatu industri akan menentukan bagaimana perilaku para pelaku industri (conduct) yang pada akhirnya menentukan kinerja (performance) industri tersebut. Gambar 2.1 menunjukkan hubungan linier Struktur-Perilaku-Kinerja (SCP) suatu perusahaan. Struktur
Perilaku
Kinerja
Sumber: Martin (2002)
Gambar 2.1. Kerangka Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep konvensional dalam bidang ekonomi industri. Setiap perusahaan memiliki suatu struktur pada masing-masing keadaan tertentu (Jaya, 2001). Gambar 2.2. terlihat pendekatan antara struktur, perilaku dan kinerja industri.
Struktur (structure) • Jumlah penjual dan • Diferensiasi produk pembeli • Struktur biaya • Hambatan masuk • Integrasi vertikal • Skala ekonomi
Perilaku (Conduct) • Iklan • Strategi harga • Stategi produk • Riset dan inovasi • Kerjasama
Kinerja (Performance)
• Efisiensi • Pertumbuhan
• Kemajuan teknologi
• Full Employment
• Pemerataan
Sumber: Hasibuan (1993)
Gambar 2.2. Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja
9
Terdapat tiga pemikiran dalam paradigma StructureConduct Performance (SCP) untuk menjelaskan hubungan antara struktur pasar dengan kinerja perusahaan, terutama menjelaskan tentang konsentrasi dan pangsa pasar sebagai variabel dari struktur pasar, yaitu: a.
Traditional hipothesis yang menganggap bahwa konsentrasi merupakan proksi dari kekuasaan pasar (market power) dimana konsentrasi pasar yang semakin besar menyebabkan biaya untuk melakukan kolusi menjadi rendah sehingga perusahaan dalam industri tersebut akan mendapatkan laba supernormal. Oleh karena itu, konsentrasi pasar akan berpengaruh secara positif dengan profitabilitas sebagai proksi kinerja.
b.
Differentiation
hipothesis
yang
menganggap
bahwa
pangsa
pasar
merupakan hasil dari diferensiasi produk dimana perusahaan yang melakukan diferensiasi produk dapat meningkatkan pangsa pasarnya dan kemudian perusahaan dapat menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi yang berarti akan mendapatkan profit yang tinggi juga. Sehingga akan terjadi hubungan positif antara profitabilitas sebagai proksi kinerja dengan pangsa pasar sebagai proksi dari struktur pasar. c.
Effisiensi structure hipothesis yang menganggap bahwa pangsa pasar dan konsentrasi bukan merupakan proksi dari kekuasaan pasar tetapi merupakan proksi dari efisiensi perusahaan sehingga konsentrasi tinggi tidak identik dengan kousi. Perusahaan yang efisien akan bisa mendapatkan pangsa pasar yang
besar,
sehingga
industri
tersebut
juga
akan
cenderung
lebihterkonsentrasi. Berdasarkan pemikiran ini maka hubungan konsentrasi dengan profitabilitas merupakan hubungan yang tidak benar-benar terjadi, mengingat konsentrasi hanya merupakan agregat pangsa pasar yang dihasilkan dari perilaku efisiensi, dan perusahaan yang lebih efisien akan dapat memperoleh profit yang besar.
2.1.1. Struktur Pasar Pasar didefinisikan sebagai satu kelompok penjual dan pembeli yang mempertukarkan barang yang dapat disubstitusikan. Struktur pasar menunjukkan lingkungan persaingan antara penjual dan pembeli melalui proses terbentuknya
10
harga dan jumlah produk yang ditawarkan dalam pasar. Struktur pasar memiliki beberapa elemen-elemen penting yaitu pangsa pasar, konsentrasi dan hambatan masuk
pasar.
Elemen-elemen
tersebut
menggambarkan
ukuran-ukuran
perusahaan-perusahaaan yang bersaing di dalam suatu pasar (Jaya, 2011). a.
Konsentrasi (Concentration) Konsentrasi atau pemusatan merupakan kombinasi pangsa pasar dari
perusahaan-perusahaan oligopolis dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Kelompok perusahaan ini terdiri dari 2 sampai 8 perusahaan. Kombinasi pangsa pasar membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar (Jaya, 2001). Konsentrasi atau pemusatan merupakan tingkat oligopoli. Oligopoli merupakan suatu yang kompleks, maka derajat pengurangan tergantung pada banyak hal. Ada tiga sebab utama yang terdapat kompleksitas tersebut. Pertama, adanya gradien-gradien tak terbatas dalam derajat oligopoli. Kedua, derajat dan efek saling ketergantungan tidak terkait erat. Ketiga, struktur internal kelompok dapar berpengaruh pada hasil (Jaya, 2001). Batasan jumlah perusahaan yang menguasai sebagian atau seluruh penjualan barang di suatu pasar membagi dua kelompok oligopoli. Pertama, kelompok oligopoli, dimana delapan perusahaan terbesar setidak-tidaknya menguasai pasar suatu jenis industri. Akan tetapi, bisa juga digunakan ukuran alternatif, yakni 20 perusahaan menguasai pasar sekitar 75 persen. Kelompok kedua, adalah oligopoli, dimana delapan perusahaan dapat menguasai sekurangkurangnya 33 persen suatu pasar industri atau sejumlah perusahaan terbesar memegang andil setidak-tidaknya 75 persen dari pasaran suatu industri tertentu. Selanjutnya, untuk delapan terbesar yang menguasai pasar kurang dari 33 persen disebut industri tidak terkonsentrasi (Carl Keysan dan Donal F. Turner, 1959 dalam Hasibuan, 1993). b.
Pangsa Pasar (Market Share) Pangsa pasar suatu perusahaan diukur melalui penjualannya, dalam bentuk
persentase dari seluruh penjualan pasar yang berkisar antara 0 persen hingga 100 persen (Jaya, 2011). Semakin tinggi pangsa pasar, maka semakin tinggi kekuatan
11
pasar yang dimiliki perusahaan tersebut atau perusahaan tersebut dikatakan monopoli penuh. Bila pangsa pasar yang dimiliki oleh perusahaan kecil, maka perusahaan tersebut mempunyai kekuatan monopoli pasar yang kecil. Penguasaan pangsa pasar yang besar akan dimanfaatkan oleh perusahaanperusahaan untuk semakin menguasai pasar. Penguasaan pasar yang semakin besar pada akhirnya akan mencapai keuntungan maksimal sebagai tujuan perusahaan. Tabel 2.1 menunjukan beberapa tipe pasar yang tercipta mulai dari monopoli murni sampai persaingan murni. Tabel 2.1. Tipe Pasar Tipe Pasar Monopoli murni
Kondisi utama Suatu perusahaan memiliki pangsa pasar 100 persen Perusahaan dominan Suatu perusahaan yamg memiliki 50-100 persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat Oligopoli ketat Penggabungan empat perusahaan yang memiliki pangsa pasar 60-100 persen Oligopoli longgar Penggabungan empat perusahaan yang memiliki pangsa pasar 40 persen atau kurang. Persainagan monopolistik Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun yang memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar. Persaingan murni Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak satupun yang memiliki pangsa pasar berarti.
Contoh PLN, Telkom, PAM
Surat kabar, film kodak,
Perbankan loakl, siaran tv, bola lampu, sabun, toko buku, rokok kredit dan semen. Kayu, perkakas, mesinmesin kecil, majalah, batu baterai, obat-obatan Pedagang eceran, pakaian
Sapi dan unggas
Sumber: Jaya (2001)
c.
Hambatan untuk Masuk (Barrier To Entry) Menurut Jaya (2001) dinyatakan bahwa pasaing potensial adalah
perusahaan-perusahaan di luar pasar yang mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya. Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan, kesempatan atau kecepatan masuknya pasaing baru
12
merupakan hambatan untuk masuk. Hambatan-hambatan ini mencakup seluruh cara dengan menggunakan perangkat tertentu yang sah (seperti paten, hak meneral dan franchise), seperti hambatan-hambatan ekonomi yang umum lainnya. Menurut Hasibuan (1993) dinyatakan bahwa alasan pemerintah melakukan rintangan masuk, untuk melindungi suatu industri dengan alasan: a.
Kapasitas sudah cukup dan tidak perlu ada perusahaan baru yang masuk;
b.
Dengan menunjuk hanya perusahaan tertentu saja yang boleh berproduksi;
c.
Memberikan fasilitas tertentu kepada perusahaan tertentu, misalnya keringanan biaya masuk (impor), subsidi bunga, memberikan pasar tertentu yang tidak boleh dimasuki oleh perusahaan lain. Dengan hak-hak mendapatkan fasilitas itu, sementara perusahaan lain tidak mendapatkannya, maka terjadi penyingkiran perusahaan lan (terjadi exit, bukan free-exit), karena kalah dalam persaingan tanpa fasilitas; dan
d.
Karena
menyangkut
kebutuhan
rakyat
banyak,
sehingga
terjadi
perlindungan alamiah, pantas untuk dilindungi, oleh karena produksinya bersifat public-goods, seperti air minum, listrik, angkutan, dan telepon.
2.1.2. Perilaku Pasar Banyak hal yang dapat dipengaruhi dengan kebijakan yang akan diambil oleh suatu perusahaan. Pada kondisi pasar oligopoli perilaku setiap perusahaan yang sulit diperkirakan. Kondisi pasar oligopoli yang dipimpin oleh beberapa perusahaan dominan, pada umumnya perusahaan yang mendominasi pasar akan berlaku seperti hanya perusahaan monopoli akan menaikan harga untuk memperoleh keuntungan. Berbeda dengan kondisi pasar persaingan sempurna dimana perusahaan hanya bersifat sebagai penerima harga, pada pasar oligopoli tindakan yang mereka lakukan terkait oleh strategi dimana pilihan tindakannya seringkali tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pesaing terdekat (Jaya, 2001). Menurut Hasibuan (1993) menyatakan bahwa perilaku oligopoli sangat sulit, karena ada suatu ciri yang disebut indeterminate. Tidak ada kepastian dalam keseimbangan. Dalam menilai derajat persaingan suatu pasar perlu diperhatikan perilaku dari perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri yang
13
bersangkutan. Perilaku dalam hal ini adalah pola tanggapan dan penyesuaian suatu industri di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Perilaku ini terlihat pada penentuan harga promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga kebijaksanaan produk. Menurut Jaya (2001) menyatakan bahwa strategi produk selalu mengikuti perkembangan produk itu sendiri. Karena posisi produk dalam siklus selalu berubah, maka strategi yang diambil harus selalu disesuaikan. Sangat jarang terjadi di mana suatu strategi selalu cocok diterapkan pada semua fase pada siklus produk. Strategi harus selalu disesuaikan dengan fase-fase yang ada pada siklus produk. a.
Fase Perkenalan (introduction) Produk pada fase perkenalan masih mencari jati dirinya dipasar, maka hal
ini menuntut pengeluaran yang lebih untuk melakukan penelitian dan riset. Selain itu membangun jaringan pengecer juga layak untuk dipertimbangkan seandainya sarana distribusi yang ada kurang memadai seperti yang diharapkan. b.
Fase Pertumbuhan (growth) Desain produk sudah dapat dikatakan mulai stabil dan penentuan kapasitas
produksi dimasa yang akan datang sangat diperlukan. Penambahan kapasitas produksi harus selalu siap dilakukan guna mengantisipasi kenaikan permintaan barang yang dihasilkan. c.
Fase Kedewasaan (maturity) Fase ini sangat mungkin akan datangnya produk-produk para perusahaan
pesaing yang siap untuk menggeser kedudukan perusahaan. Perusahaan harus dapat mempertahankan kapasitas produksi yang ada dengan dilakukannya inovasiinovasi produksi agar tidak kehilangan pangsa pasar. d.
Fase Penurunan (decline) Para pengambil keputusan di perusahaan perlu untuk mengambil tindakan
tegas terhadap produk-produk yang sudah mencapai titik akhir dari suatu siklus. Produk-produk tersebut biasanya dijauhi oleh para investor maupun konsumen. Kecuali produk-produk tersebut mempunyai kontribusi yang unik pada reputasi perusahaan, sebaiknya proses produksi produk-produk tersebut dihentikan.
14
2.1.3. Kinerja pasar Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun ekonom biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi. a.
Efisiensi dalam Pengalokasian Sumber Daya Efisiensi internal perusahaan yang dikelola denagn baik, menggambarkan
usaha yang maksimum dari para pekerja dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan. Sedangkan alokasi yang efisien merupakan sumber daya ekonomi dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai dari output. Semua perusahaan, harga ditentukan sama dengan biaya marginal dan biaya rata-rata jangka panjang. b.
Keadilan Istilah ekonomi, keadilan (equity) disebut juga keseimbangan dalam
distribusi. Terdapat distribusi yang wajar (yang berkaitan dengan standar masyarakat) terhadap kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. c.
Kemajuan Teknologi Penemuan dan pembaharuan teknologi, dapat membuat suatu karya yang
baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang telah ada. Adanya kemajuan teknologi maka dapat meningkatkan produksi, biaya menurun, dan harga yang turun akan memengaruhi tingkat keuntungan yang lebih baik. Sehingga kemajuan teknologi dan penggunaannya dalam praktik adalah secepat mungkin(Jaya, 2001). Menurut Alfarisi (2009) kinerja pasar menunjukkan bagaimana kepuasan ekonomi terhadap tujuan-tujuan tertentu yang akan dicapai oleh suatu perusahaan. Tujuan-tujuan tersebut, selain tingkat efisiensi dan tingkat progresitifitas (kemajuan teknologi, ada juga tingkat keuntungan (Profitabilitas). Keutungan ekonomi diatas tingkat pengembalian yang normal merupakan alasan mengapa perusahaan-perusahaan berusaha untuk memperoleh dan mempertahankan kekuatan pasarnya. Secara umum kondisi pasar berdasarkan struktur-perilakukinerja dapat digambarkan sebagai berikut:
15
Tabel 2.2. Kondisi pasar berdasarkan Struktur-Perilaku-Kinerja Ciri-ciri Kondisi utama
Jumlah produsen Entry/exit barrier Differensiasi produk Kekuatan menentukan Persaingan selain harga Informasi Profit Efisiensi
Monopoli Perusahaan Oligopoli Persaingan Dominan Monopolistik Memiliki Menguasai Gabungan Banyak 100 pangsa perusahaan pesaing persen pasar 50- terkemuka efektif dan pangsa 100 persen pangsa tidak satupun pasar tanpa pasar 60memiliki pesaing 100 persen pangsa pasar kuat >10 persen
Persaingan Murni Lebih dari 50 pesaing yang tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti Sangat Banyak Rendah
Satu
Banyak
Sedikit
Banyak
Sangat Tinggi Relatif
Relatif Rendah Relatif
Tinggi Relatif
Relatif Rendah Relatif
Sangat Besar Tidak ada Sangat terbatas Berlebih
Relatif
Relatif
Sedikit
Tidak Ada
Besar
Besar
Besar
Tidak Ada
Cukup Terbuka Berlebih
terbatas
Cukup Terbuka Normal
Terbuka
Kurang Baik
Kurang Baik
Cukup baik
Baik
Agak berlebih Kurang Baik
Tidak Ada
Normal
Sumber: Hasibuan (1993)
2.2. Hubungan Struktur dan Faktor-faktor lain yang Memengaruhi Kinerja Keterkaitan antar struktur, perilaku dan kinerja yang saling berinteraksi memengaruhi proses alokasi hasil produksi kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Hubungan struktur, perilaku dan kinerja ini bukan hanya sekedar bersifat searah, tetapi juga dapat berhubungan timbal balik. Pertama, struktur memengaruhi perilaku, semakin tinggi kosentrasi maka semakin rendah tingkat persaingan di pasar. Kedua,
perilaku memengaruhi kinerja, semakin rendah
tingkat persaingan maka akan semakin tinggi market power atau semakin tinggi keuntungan perusahaan. Ketiga, struktur memengaruhi kinerja, semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar maka akan semakin rendah tingkat persaingan dan market power semakin tinggi.
16
2.3. Tinjauan Penelitian Sebelumnya Hasil penelitian Sumarno dan Kuncoro (2002) dalam jurnal yang berjudul “Struktur, Kinerja dan Kluster industri rokok Kretek: Indonesia, 1996-1999” menyimpulkan bahwa industri kretek di Indonesia mempunyai struktur oligopoli. Struktur industri rokok kretek yang diamati dari indikator konsentrasi industri dengan menggunakan metode CR4, CR8, maupun Indeks Herfindahl. Pada tahun 1998 ada pertambahan jumlah perusahaan rokok kretek. Sehingga nilai konsentrasi industri baik itu CR4 dan CR8 mengalami penurunan yang tajam. Penurunan konsentrasi industri pada tahun 1998 dapat disebabkan oleh dua hal: (1) karena bertambahnya perusahaan sehingga mengurangi pangsa pasar dari 4 perusahaan terbesar (CR4) yang berarti hambatan masuk (barrier of entry) menjadi berkurang; (2) karena pada tahun 1998 merupakan puncak krisis ekonomi sehingga roda perekonomian menjadi tersendat. Bila dibandingkan kondisi tahun 1999 dengan tahun 1996 yaitu perbandingan konsentrasi industri sesudah krisis (masa recovery) dengan sebelum krisis ternyata konsentrasi industri sesudah krisis mengalami penurunan sehingga puncak krisis yang terjadi pada 1998 memengaruhi pangsa pasar industri rokok kretek di Indonesia yang pada akhirnya memengaruhi konsentrasi industri rokok kretek di Indonesia. Menurut Talattov (2010) yang meneliti mengenai “Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Perbankan di Indonesia Tahun 2003-2008” dengan menggunakan Fixed Effect Model (FEM) menyatakan bahwa profit yang mencerminkan kinerja (performance) dalam industri perbankan di Indonesia dipengaruhi oleh struktur pasar yang di proxy dengan rasio aset (RA) serta dipengaruhi oleh efisiensi yang di proxy dengan market Share (MS) serta ada tiga variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 0,05 (signifikan) terhadap variabel dependen (profit) yaitu Rasio Aset, Market Share, dan Net Interest Margin. Menurut Naylah (2010) yang meneliti mengenai ”Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan Indonesia” dengan menggunakan panel data menyatakan bahwa dari 16 sampel bank umum terbesar selama periode 2004 hingga 2008 konsentrasi pasar memengaruhi profitabilitas perbankan Indonesia. Menurut Sunengcih (2009) yang meneliti mengenai struktur, perilaku dan kinerja industri minuman ringan di Indonesia menyatakan bahwa struktur pasar
17
yang dimiliki industri minuman ringan di Indonesia adalah struktur pasar oligopoli sedang. Penetapan harga suatu perusahaan dalam industri minuman ringan dipengaruhi oleh penetapan harga pesaingnya. Variabel yang mempunyai pengaruh terbesar pada peningkatan kinerja adalah efisiensi-x. Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar dan growth tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan data time series tahunan dari tahun 1995 sampai 2009. Dalam mengukur kinerja digunakan PCM, X-Eff, dan growth. Selain itu, variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kinerja (PCM) industri minuman ringan di Indonesia selain rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), pertumbuhan produk (Growth), dan efisiensi internal (X-Eff). Ditambahkan pula variabel lain yaitu variabel produktivitas tenaga kerja. Menurut Putra (2009) yang meneliti mengenai struktur, perilaku dan kinerja industri pulp dan kertas di Indonesia dengan menggunakan model regresi yang diduga dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) menyatakan bahwa struktur pasar yang dimiliki industri pulp dan kertas di Indonesia adalah struktur pasar oligopoli ketat. Kinerja industri pulp dan kertas dapat dilihat dari tingkat keuntungan (PCM) dan nilai efisiensi-X (X-Eff). Perilaku pasar dalam industri pulp dan kertas dapat dilihat dari strategi harga, strategi produk dan strategi distribusi. Berdasarkan hasil analisis OLS yang digunakan untuk mengestimasi Price Cost Margin (PCM) atau tingkat keuntungan, diperoleh bahwa variabel tingkat pertumbuhan produksi, efisiensi internal, hambatan masuk pasar, dan ekspor berpengaruh terhadap tingkat keuntungan. Sedangkan variabel rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar dan krisis ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan.
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis Industri minuman ringan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor pola konsumsi minuman ringan dimana masyarakat modern mulai mementingkan kepraktisan dalam mengkonsumsi minuman sehingga permintaan akan minuman ringan yang merupakan produk siap saji semakin bertambah. Kedua, faktor
18
globalisasi dan juga kemajuan teknologi. Adanya pengembangan teknologi maka dapat mempermudah proses produksi. Hal tersebut tentunya akan mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru dalam industri minuman. Perkembangan industri minuman ringan tersebut selanjutnya akan dianalisis menggunakan teori struktur, perilaku dan kinerja. Tingkat konsentrasi merupakan indikator dari struktur pasar. Kinerja perusahaan dapat diukur dari efisiensi internal dan PCM. Struktur akan berdampak pada perilaku dan perilaku akan turut memengaruhi kinerja. Oleh karena itu kinerja akan dianalisis secara lebih mendalam dengan melihat hubungan dari struktur serta faktor-faktor lainnya yang dapat memengaruhi kinerja. PCM yang mencerminkan keuntungan dari suatu industri dipilih sebagai variabel yang mewakili kinerja. Variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) dipilih untuk mewakili struktur, sementara faktor-faktor lainnya yang diduga dapat memengaruhi adalah efisiensi internal (XEff), pertumbuhan output (Growth), dan produktivitas tenaga kerja. Globalisasi dan Kemajuan Teknologi Pola konsumsi masyarakat Industri minuman ringan
Struktur: Pangsa Pasar Konsentrasi Hambatan Masuk Pasar
Perilaku: Harga Produk Promosi
Kinerja: PCM Efisiensi Growth
Analisis Regresi dengan OLS
PCM = f (CR4, X-eff, Growth, Produktivitas tenaga kerja) Gambar 2.3. Kerangka Pikir Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesi
19
2.4. Hipotesis Penelitian Penelitian mengenai pengaruh struktur terhadap kinerja industri telah banyak dilakukan oleh para peneliti ekonomi, terutama oleh pengamat industri. Hubungan variabel-variabel struktur dan kinerja dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya penggunaan proksi yang berbeda oleh para peneliti. Berdasarkan pengamatan teori dan penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Struktur pasar pada industri minuman ringan Indonesia diduga berbentuk oligopoli.
2.
Pangsa pasar sebagai proksi struktur pasar berpengaruh terhadap profitabilitas sebagai proksi kinerja. Semakin tinggi konsentrasi suatu perusahaan maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.
3.
Efisiensi internal (X-Eff) memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin efisien suatu perusahaan maka tingkat produksi suatu perusahaan lebih sedikit untuk memproduksi komoditi karena efisiensi merupakan pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jangka panjang lebih murah. Adanya efisien maka tingkat keuntungan perusahaan akan meningkat.
4.
Pertumbuhan output (Growth) mempunyai pengaruh yang positif terhadap PCM. Pertumbuhan output merupakan perbandingan antara pengurangan nilai output tahun sekarang dan tahun sebelumnya dengan setengah antara nilai output tahun sebelumnya ditambah nilai output tahun sekarang. Jika pertumbuhan meningkat maka tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan meningkat.
5.
Produktivitas tenaga kerja memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Produktivitas meningkat menunjukan kinerja yang meningkat pula maka menambah penghasilan dan keuntungan bagi perusahaan.