II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BELIMBING MANIS (Averrohoa carambola Linn.) Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halamanhalaman rumah. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan nama “star fruits”. Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatphyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Oxalidales Famili : Oxalidaceae Genus : Averrhoa Spesies : Averrhoa carambola Linn.
Gambar 1. Buah belimbing manis (Taman Buah Mekarsari, 2008)
Belimbing merupakan salah satu dari beberapa tanaman yang menjadi tanaman unggul pada Mekarsari. Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir, Demak jingga, Pasar minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur. Sentra/pusat penanaman tanaman belimbing sebagai usahatani secara intensif dan komersial adalah Malaysia. Pada tahun 1993 Indonesia mampu mengekspor buah belimbing segar sebanyak 10.220 mt (metrik ton) senilai dua miliar rupiah yang dipasok ke Hongkong, Singapora, Taiwan, Timur Tengah, dan Eropa Barat (Anonimuous, 1992). Syarat untuk tumbuh dengan baik dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah. Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah. Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung). Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 6– 12 bulan basah dan 0–6 bulan keing, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan
3
basah dan 4,5 bulan kering. Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, dengan derajat keasaman tanah berkisar antara pH 5,5–7,5. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl (Anonimuous, 1992). Periode panen buah belimbing, umumnya penen perdana pada umur 3 sampai dengan 4 tahun setelah tanam. Pembungaan dan pembuahan belimbing dapat terus menerus sepanjang tahun, masa panen paling lebat (banyak) biasanya terjadi tiga kali dalam setahun. Potensi hasil/produksi buah belimbing varietas unggul yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif dapat mencapai antara 150–300 buah/pohon/tahun. Bila jarak tanam 5 x 5 m dengan populasi per hektar antara 250–400 pohon dengan produktivitas 150–300 buah/pohon dan berat per buah ratarata 160 gram, maka tingkat produksi per hektar mencapai 6–19 ton (Anonimuous, 1992).
2.1.1 Hama dan penyakit a. Lalat buah (Dacus pedestris) Lalat ini berwarna coklat kekuning-kuningan dengan dua garis membujur, pinggangnya ramping, bersayap seperti baju tidur yang strukturnya tipis dan transparan. Lalat betina meletakkan telur pada kulit buah, kemudian menetas menjadi larva. Larva inilah yang kemudian merusak daging buah belimbing hingga menyebabkan bususk dan berguguran. Pengendalian: dilakukan dengan cara pembungkusan buah pada stadium pentil (umur 1 bulan dari bunga mekar), mengumpulkan dan membakar sisa-sisa tanaman yang berserakan di bawah pohon, memasang sex pheromone seperti Methyl eugenol dalam botol aqua bekas (Apriadji 1992). b. Hama Untuk hama selain lalat buah seperti kutu daun, semut ngangrang (Oecophylla smaragdina) dan kelelawar.Pengendalian: kutu daun dan semut dapat disemprot dengan insektisida yang mangkus seperti Matador 25 EC, sedangkan kelelawar harus dengan cara dihalau (Apriadji 1992). c. Bercak daun Disebabkan oleh cendawan Cercospora averrhoae Fres. Gejala: terjadi bercakbecak klorotik berbentuk bulat dan kecil-kecil pada anak daun. Daun yang terserang berat menjadi kuning dan rontok, bahkan sampai gundul pada tanaman muda atau stadium bibit. Pengendalian: dengan cara memotong (amputasi) bagian tanaman yang sakit dan disemprot fungisida yang berbahan aktif Kaptafol, seperti Difolatan (Apriadji 1992). d. Penyakit kapang jelaga Penyakit kapang jelaga hidup sebagai saprofit pada madu yang dihasilkan oleh kutukutu putih. Gejala: permukaan daun tertutup oleh warna hitam, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis. Pengendalian: disemprot dengan fungisida yang mangkus, misalnya Dithane M45 pada konsentrasi yang dianjurkan (Apriadji 1992).
2.1.2 Pemeliharaan Tanaman a. Penjarangan dan Penyulaman Penjarangan dan penyulaman dimaksudkan agar buah lebih leluasa berkembang dan distribusi makanan hanya untuk buah yang dipelihara. Dalam penjarangan ini diusahakan tidak ada buah yang bergerombol atau berdempetan. Satu pohon diperkirakan hanya ada 100 buah belimbing yang dipelihara sampai besar. Penjarangan dilakukan saat buah sebesar 2,5–5 cm, atau 5–10 hari setelah bunga bermekaran (Apriadji 1992).
4
b. Penyiangan, Pembubunan dan Perempalan Penyiangan, pembubunan dan perempalan dilakukan agar tanaman belimbing menghasilkan buah secara produktif, dan mendapatkan hasil yang maksimal. Penyiangan dilakukan dengan melakukan pemangkasan untuk membentuk tajuk tanaman agar tanaman tidak saling berhimpitan. Hal ini untuk mendorong produksi buah dan memudahkan pemanenan (Apriadji 1992). c. Pemupukan Pemupukan untuk 3 bulan setelah tanam adalah 25 kg pupuk kandang ayam dengan 50 gram NPK/pohon. Umur setahun 25 kg pupuk kandang dengan 150 gram NPK/pohon. Umur 2 tahun diberikan 50 kg pupuk kandang dan 500 gram NPK/pohon, dan umur 3 tahun keatas diberikan 75 kg pupuk kandang dengan 1 kg NPK/pohon. Untuk media tanam berupa pot atau tanaman buah dalam pot (tabulampot) pemupukan diberikan pada waktu umur tanaman 1 bulan diberi. Pupuk dasar berupa campuran urea, TSP atau SP dan KCL (2:1:1) sebanyak 20 gram atau 2 sendok makan per pohon (pot). Pupuk tersebut dibenamkan dalam pot. Setiap sebulan sekali dipupuk dengan pupuk nitrogen ZA sebanyak 10 gram. Dilarutkan dalam 10 liter air, larutan ini disiramkan pada tanaman belimbing dalam pot hingga tampak cukup basah. Pada tanaman belimbing yang sudah mulai berbunga dan berbuah diberi pupuk NPK sebanyak 25–50 gram/pohon (pot)/tahun. Waktu pemberian pupuk sebaiknya sebelum tanaman berbunga, setelah berbuah, dan seusai panen, sehingga tiap tahun minimal dilakukan pemupukan 3 kali masing-masing 1/3 dosis (Apriadji 1992). d. Pengairan dan Penyiraman Tanaman belimbing banyak membutuhkan air sepanjang hidupnya. Di daerah yang sepanjang tahun mendapatkan air tentu tidak masalah, namun di daerah yang kering tanaman perlu diberi pengairan dan disiram. Sebagai indikasi bila tanaman perlu disiram yaitu bila rumput-rumput yang tumbuh dibawah pohon sudah mulai layu. Penyiraman dapat dilakukan dengan cara penggenangan (dileb) atau disiram sampai daerah sekitar tajuk tanaman basah. Meskipun selalu butuh air, tanaman ini kurang menyukai air tergenang, perlu diberi sarana drainase dan air segera dialirkan ke luar kebun agar tidak menggenang (Apriadji 1992). e. Waktu Penyemprotan Pestisida Sebagai pencegahan terhadap hama dan penyakit tanaman belimbing maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida. Waktu penyemprotan pestisida dilakukan 2 minggu sekali, misalnya dengan ‘Thamaron Super’ yang takarannya disesuaikan dengan dosis yang tertera pada kemasan.
2.2 SISTEM INFORMASI Sistem informasi adalah sistem yang menerima data-data sebagai masukan (input) dan memprosesnya sehingga menghasilkan produk informasi sebagai keluaran (output). Sistem informasi tergantung pada sumber daya manusia (pengguna akhir dan pelaksana sistem informasi), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data, dan jaringan yang melakukan proses pemasukan, pemrosesan, pengeluaran, penyimpanan, dan aktifitas pengendalian yang mengubah data-data mentah menjadi suatu hasil menjadi informasi (O’Brien, 1999). Sistem informasi berbasis komputer merupakan sebuah sistem yang terintegrasi, sistem manusia-mesin yang memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur dan basis data yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang mendukung operasi, manajemen dan
5
fungsi pengambilan keputusan dalam suatu organisasi (Wahyono, 2004). Pengolahan data untuk informasi melibatkan banyak komponen yang dapat dilihat sebagai sistem yaitu sistem informasi. Menurut O’brein (1999) komponen sistem informasi terdiri dari : 1. Sumber daya manusia (people resources) Sumber daya manusia terdiri dari pengguna dan pengelola. Pengguna (end user) adalah pemakai sistem yang dibuat, sedangkan pengelolah informasi antara lain : system analyst yang melakukan analisis terhadap sistem, programer yang melakukan coding atau pemrograman, operator komputer yang melakukan pemasukan coding. 2. Sumber daya perangkat keras (hardware resources) Perangkat keras terdiri dari perangkat yang digunakan untuk melakukan aktivitas sistem informasi seperti CPU (central processing unit), unit masukan atau pengeluaran, unit penyimpanan 3. Sumber daya perangkat lunak (software resources). Perangkat lunak yang terdiri dari perangkat lunak sistem (Operational system, communication system dan utility system), perangkat lunak bahasa pemrograman (programing language) dan perangkat lunak yang bersifat umun (pengolah data). 4. Sumber daya data (data resources) Sumber daya data yang dapat diolah dan di proses menjadi informasi yang bermamfaat bagi pengguna. 5. Sumber daya jaringan (network resources) Sumber daya jaringan meliputi media komunikasi dan dukungan jaringan. Media komunikasi antara lain twisted pair wire, coaxial cable, fiber optic cable, microwave sistem, dan komunikasi sistem satelit, sedangkan dukungan jaringan meliputi modem, internet work processor dan comunication control. Hubungan antara komponen sistem informasi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Komponen sistem informasi (sumber: O’brein, 1999).
6
Karakteristik sistem (elemen sistem) antara lain adalah: 1. Memiliki komponen Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem sekecil apapun, selalu mengandung komponenkomponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya. 2. Batas sistem (boundary) Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut. 3. Lingkungan luar sistem (environment) Adalah segala sesuatu di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. 4. Penghubung sistem (interface) Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. 5. Masukan sistem (input) Merupakan sesuatu yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah sesuatu yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah sesuatu yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintanance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi. 6. Keluaran sistem (Output) Merupakan hasil dari sesuatu yang diolah oleh sistem 7. Pengolah sistem (Process) Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan. 8. Sasaran sistem Tujuan atau hasil akhir dari seluruh proses dalam sistem Hubungan antara setiap elemen sistem dapat dipresentasikan seperti yang terdapat pada Gambar 3.
7
Gambar 3. Karakteristik suatu sistem informasi .
Peran sistem informasi dalam suatu organisasi berkembang sesuai kebutuhan pengguna akhir (end user). Oleh sebab itu, berkembang tipe-tipe sistem informasi baru yang secara konseptual dapat diklasifikasikan sistem pendukung operasi atau manajemen. Menurut O’Brein (1999), secara garis besar sistem informasi dibagi menjadi dua yaitu sistem pendukun operasi bisnis dan sistem informasi pendukung keputusan manajerial. Sistem informasi untuk Pendukung Pengambilan Keputusan adalah model dari sistem dengan mana keputusan diambil, dapat tertutup atau terbuka. Sebuah sistem keputusan tertutup menganggap bahwa keputusan dipisah dari masukkan yang tidak diketahui dari lingkungan. Dalam sistem ini pengambil keputusan dianggap: 1. Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya masing-masing 2. Memiliki metode (aturan dan hubungan) yang memungkinkan membuat urutan kepentingan semua alternatif. 3. Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya laba, volume penjualan, atau kegunaan. Konsep sebuah sistem keputusan tertutup jelas menganggap orang rasional yang secara logis menguji semua alternatif, mengurutkan berdasarkan kepentingan hasilnya, dan memilih alternatif yang membawa kepada hasil yang terbaik atau maksimal. Model kuantitatif pengambilan keputusan biasanya adalah model sistem keputusan tertutup. Sebuah sistem keputusan terbuka memandang keputusan sebagai berada dalam suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak diketahui. Keputusan dipengaruhi oleh lingkungan dan pada gilirannya proses keputusan kemudian mempengaruhi lingkungan. Pengambilan keputusan dianggap tidak harus logis dan sepenuhnya rasional, tetapi lebih banyak memperlihatkan rasionalitas hanya dalam batas yang dikemukakan oleh latar belakang, pandangan atas alternatif, kemampuan menangani suatu model keputusan, dan sebagainya.
8
2.3 BASIS DATA Secara umum basis data dapat dikelompokkan dalam 3 model, yaitu : (1) Hirarchycal model (model hirarki), (2) Network model (model jaringan), dan (3) Relational model (mode relational) (Yoevestian 1997). 1. Model Hirarki Basis data hirarki diorganisasikan dalam model hirarki yang menyerupai pohon yang memberikan identifikasi elemen data didalam basis data dan mendefenisikan hubungan antar elemen data tersebut. Ciri utama model data hirarki adalah proses pengaksesan data hanya dapat berlangsung secara berurutan mulai dari data tingkat atas sampai pada data tingkat bawah dengan syarat data tersebut sejalur, jika pengaksesan dilakukan sebaliknya dari data tingkat bawah ke tingkat atas tidak dapat dilakukan dan jika data tidak sejalur maka pengaksesan data juga tidak dapat dilakukan. Pemodelan data dengan model hirarki mudah dirancang dan efesien, tetapi pada pengaksesannya sangat lambat, sehingga model data hirarki tidak baik digunakan untuk mengakses data dalam jumlah banyak dan kompleks. 2. Model Jaringan Pada model jaringan setiap elemen data adalah unik. Elemen data pada model jaringan lebih sedikit jika dibandingkan dengan model hirarki, tetapi hubungan antar elemen pada model jaringan lebih rumit. Model jaringan adalah suatu struktur data yang memiliki susunan seperti jaringan. Proses pengaksesan pada model jaringan ini berlangsung secara acak, dengan kata lain pengaksesan data dapat dimulai dari tingkat atas untuk mengakses data yang dibawah dan sebaliknya tanpa memperhatikan struktur data tersebut sejalur atau tidak. Keuntungan dari model data jaringan ini adalah cepatnya proses pengaksesan, tetapi runit dalam perancangannya. 3. Model Relasional Basis data relasional terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian yang mendefenisikan struktur record data dan bagian yang berfungsi sebagai tempat data itu sendiri. Dalam model ini struktur data atau hubungan antar data didefenisikan secara logika dan bukan secara fisik, sehingga sangat efektif pada proses pengaksesan data. Pengaksesan data model relational ini dilakukan melalui relasi antar record yang telah didefenisikan sebelumnya. Relasi antara record ini dibangun berdasarkan filed kunci, bukan berdasarkan alamat atau pointer. Basis data relasional mengenal beberapa tipe relasi antara entity dan antara elemen data, relasi tersebut adalah: a. Relasi satu-ke-satu (one-to-one) = 1 : 1 b. Relasi satu-ke-banyak (one-to-many) = 1 : N c. Relasi banyak-ke-banyak (many-to-many) = M : N Untuk tipe relasi M : N harus dilakukan proses normalisasi.
2.4 SYSTEM DEVELOMPMENT LIFE CYCLE (SDLC) Secara umum sistem informasi berbasis komputer didesain dan diimplementasikan menggunakan beberapa bentuk sistematik proses pengembangan. Dalam proses ini, pengguna dan para ahli spesialis informasi mendesain sistem informasi dengan berbasis pada hasil analisis informasi yang dibutuhkan. Sebagian proses ini dikenal sebagai sistem analisis dan desain (O’Brein, 1999). Pendekatan sistem dalam mengembangkan solusi sistem informasi mengaitkan beberapa tahapan proses yang sering disebut sebagai information system development life cycle, atau sering disebuat sebagai dengan system development life cycle (SDLC). Seluruh aktivitas pembangunan
9
sistem pada SDLC saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga beberapa aktivitas tersebut dapat terjadi secara bersamaan. Bagian-bagian dari proses pembangunan sistem yang berbeda dapat berapa pada tahapan siklus pembangunan yang berbeda. Seorang analisis dapat mendaur siklus kembali kapanpun untuk mengulang beberapa aktivitas sebelumnya guna memodifikasi dan memperbaiki sistem yang dibangun. SDLC merupakan suatu metode pengembangan dalam pengembangan sistem perangkat lunak, mencakup beberapa tahapan logik proses pengembangan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain : (1) investigasi, (2) analisis, (3) desain, (4) implementasi, dan (5) perawatan sistem, seperti terlihat pada Gambar 4.
Investigasi sistem Produk : studi kelayakan
Analisis sistem Produk : kebutuhan fungsional
Desain sistem Produk : spesifikasi sistem
Implementasi sistem Produk : sistem operasional
Perawatan sistem Produk : perawatan sistem Gambar 4. Tahapan-tahapan dalam SDLC (O’Brein, 1999).
2.4.1 Tahapan Invesitgasi Sistem Tahapan investigasi merupakan tahapan dimana menetukan suatu permasalahan dan penyebab dari permasalahan serta apakah sistem yang dibangun maupun yang akan diperbaiki dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Kemudian dilakukan studi kelayakan (feaslibity study) yang berfungsi untuk melihat kebutuhan dari pengguna, kebutuhan sumber daya, manfaat dan kelayakan dari suatu sistem. Studi kelayakan merupakan suatu faktor utama yang mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai objek yang dikehendaki. Tujuan dari studi kelayakan adalah mengevaluasi alternatife sistem yang ada dan untuk mengusulkan sistem yang paling nyata, menguntungkan, dan layak untuk pembangunan serta pengembangan sistem. Kelayakan dari sistem dapat dievaluasi kedalam empat kategori utama, yaitu:
10
a. Kelayakan organisasional Kelayakan ini berfokus pada bagaimana sistem yang diusulkan dapat dengan baik mendukung tujuan dari organisasi dan rencana strategis untuk sistem tersebut. b. Kelayakan ekonomi Kelayakan ini menjawab apakah penghematan biaya, peningkatan penghasilan dan keuntungan, pengurangan kebutuhan investasi, dan manfaat-manfaat lain yang diharapkan akan lebih besar dibandingkan biaya pembangunan dan pengoperasian dari sistem yang diusulkan. c. Kelayakan teknikal Kelayakan ini dapat didemonstrasikan jika hardware dan software yang dapat menghubungkan kebutuhan-kebutuhan sistem yang diusulkan mampu dikembangkan oleh suatu organisasi dalam batas waktu tertentu. d. Kelayakan operasional Kelayakan ini berupa keinginan dan kemampuan dari pengguna untuk mengoperasikan, menggunakan dan mendukung sistem yang diusulkan.
2.4.2 Tahapan Analisis Sistem Tahap analisis adalah menganalisis bagaimana sistem tersebut akan dikembangkan, dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan fungsional dari pengguna yang akan digunakan sebagai basis desain dari sistem yang akan dikembangkan. Aktivitas dasar dari analisis sistem diperlukan pada saat akan membangun suatu aplikasi baru dengan cepat. Umumnya, aktivitas-aktivitas pada tahapan ini merupakan pengembangan dari pelaksanaan studi kelayakan. Analisis sistem merupakan studi mendalam mengenai kebutuhan-kebutuhan informasi end user yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan fungsional yang nanti akan digunakan sebagai basis dalam perancangan sistem yang baru. Mempelajari sistem yang akan diperbaiki atau digantikan penting dilakukan sebelum mendesain suatu sistem baru. Analisis-analisis terhadap suatu sistem yang harus dilakukan antara lain tentang bagaimana suatu sistem menggunakan perangkat keras, perangkat lunak, jaringan dan SDM (sumber daya manusia) untuk mengkonversi sumber-sumber data dan informasi. Berikutnya dilakukan pembuatan dokumentasi tentang bagaimana aktivitas input, proses, output, penyimpanan dan control sistem disempurnakan. Sehingga dalam tahap desain sistem, dapat dilakukan spesifikasi terhadap sumber, hasil dan aktivitas apa yang harusnya ada untuk mendukung user interface dalam suatu sistem yang akan didesain. Analisis-analisis tersebut disebut analisis organisasional yang merupakan langkah awal dari pelaksanaan tahap analisis sistem ini. Selain itu, dilakukan pula pembangunan terhadap kebutuhan fungsional (functional requirement) yang merupakan kebutuhan informasi end user yang tidak terkait pada perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, data dan SDM yang saat ini digunakan oleh end user atau yang mungkin digunakan dalam sistem baru.
2.4.3Tahapan Desain Sistem Tahap desain adalah untuk menjelaskan sistem yang akan memenuhi kebutuhan informasi bagi pengguna. Tahap ini akan menjelaskan bagaimana dan kenapa sistem mampu memberikan informasi kepada pengguna. Desain sistem menetapkan bagaimana sistem akan menyempurnakan tujuan. Desain sistem terdiri atas aktivitas desain yang menghasilkan
11
spesifikasi sistem yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan fungsional yang telah dikembangkan dalam tahap analisis sistem. Tahap desain mencakup tiga kegiatan, yaitu : (1) desain user interface, (2) desain data, dan (3) desain proses. Ketiga proses desain tersebut menghasilkan beberapa spesifikasi yang digunakan dalam pelaksanaan metode user interface, struktur basis data, serta prosedur pada pemprosesan dan pengendalian sistem. Desain user interface berkonsentrasi pada metode input dan output serta konversi data dan informasi yang menghasilkan beberapa produk informasi, seperti layer display, dialog interkatif antara pengguna dengan komputer, perespon suara (audio), form-form, dokumen-dokumen, dan laporan-laporan. Aktivitas desain data berfokus pada perancangan basis data yang akan digunakan oleh sistem yang akan akan dibangun.
2.4.4 Tahapan Implementasi Sistem Pada tahap ini sistem akan diuji baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya yang mendukung jalannya sistem ini. Dari hasil uji tersebut, sistem akan dikembangkan lebih lanjut. Sistem baru yang telah didesain harus diimplementasikan. Pada tahap implementasi dilakukan penerimaan, penambahan dari sumber-sumber yang konseptual dan fisikal yang menjadikan sistem tersebut bekerja. Tahap implementasi sistem melibatkan akusisi perangkat keras dan perangkat lunak, pengembangan perangkat lunak, pengujian program dan prosedur, pembangunan dokumentasi, dan berbagai aktivitas instalasi. Selain itu tahap ini juga melibatkan pendidikan dan pelatihan kepada end user dan spesialis yang akan mengoperasikan sistem baru. Implemetasi sistem merupakan tahapan yang sulit dan merupakan proses yang banyak menghabiskan waktu dalam pembangunan suatu sistem informasi. Selain itu, tahapan ini juga merupakan tahap yang vital dalam penentuan kesuksesan dari pembangunan sistem baru, walaupun sistem didesain dengan baik sistem akan gagal jika tidak diimplementasikan dengan benar.
2.4.5 Tahapan Perawatan Sistem Tahapan terakhir adalah tahap perawatan. Pada tahap ini meliputi kegiatan pengawasan, evaluasi, dan modifikasi sistem. Selama sistem digunakan, modifikasi dibuat sehingga sistem dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengguna secara kontinyu. Modifikasi yang dibuat sesuai dengan perubahan internal atau perubahan eksternal dari lingkungan organisasi dari pengguna yang disebut sebagai perawatan sistem. Tahap ini meliputi kegiatan pengawasan, evaluasi dan modifikasi sistem untuk membuat perbaikan yang penting atau sesuai dengan yang dikehendaki. Alasan diadakannya perawatan sistem antara lain untuk memperbaiki kesalahan (error), untuk menjaga agar sistem dapat berjalan, dan untuk memperbaiki sistem yang telah dibangun.
12