II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique)
The Immediate Feedback Assessment Technique, juga dikenal sebagai IFAT, atau dalam Bahasa Indonesia teknik penilaian umpan balik langsung yang diciptakan oleh Dr. Michael Epstein seorang profersor psikologi di Universitas Rider Amerika Serikat. IF-AT adalah sistem pengujian yang menarik dan baru yang revolusioner yang mengubah soal pilihan ganda konvensional menjadi kesempatan pembelajaran yang interaktif bagi siswa dan juga memberi kesempatan penilaian yang lebih informatif bagi para guru. (http://www.epsteineducation.com/home/about/default.aspx)
Penggunaan sistem pengujian IF-AT memungkinkan siswa untuk mendapatkan umpan balik langsung tentang akurasi jawaban mereka. Sistem IF-AT menyediakan umpan balik afirmatif langsung (jika pilihan jawaban siswa benar) dan memberikan umpan balik korektif (jika pilihan jawaban siswa tidak benar). Menggunakan IF-AT memungkinkan siswa untuk terus menjawab pertanyaan sampai mereka menemukan jawaban yang benar. Hal ini memastikan bahwa respon siswa terakhir adalah yang
7 benar. IF-AT mengajarkan sekaligus menilai, memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan retensi siswa dari informasi yang sedang diuji. Selain semua manfaat ini, mungkin yang paling penting, siswa senang menggunakan IF-AT itu membuat penilaian yang menyenangkan bagi mereka. Karena guru dapat menentukan berapa banyak upaya jawaban yang dibutuhkan bagi siswa untuk menemukan jawaban yang benar, guru yang menggunakan IF-AT mampu memberikan kredit parsial (skor) untuk siswanya.
IF-AT dikembangkan oleh seorang profesor psikologi yang spesialisasinya adalah belajar manusia dan memori. IF-AT didasarkan pada prinsipprinsip psikologis yang solid: a) Umpan balik langsung bermanfaat untuk belajar (dan lebih unggul daripada umpan balik yang tertunda) b) Tugas test / kuis / pekerjaan terbaik, dll tidak hanya menilai, tetapi juga mengajarkan c) Tanggapan terakhir yang diberikan oleh siswa pada item tes adalah orang-orang yang mereka pelajari (yaitu siswa meninggalkan soal tes percaya mereka telah memilih jawaban yang benar)
IF-AT menggunakan bentuk jawaban pilihan ganda dengan film buram tipis yang menutupi pilihan jawaban. Seakan menggunakan pensil untuk mengisi lingkaran, setiap siswa menggores jawabannya seolah menggores tiket lotere. Goresan siswa dari lapisan dari persegi panjang yang sesuai dengan pilihan pertama jawabannya. Jika jawabannya benar, simbol
8 bintang atau lainnya muncul di suatu tempat di dalam persegi panjang menunjukkan bahwa dia menemukan jawaban yang benar. Belajar siswa segera diperkuat, siswa menerima nilai penuh untuk jawabannya, dan pindah ke pertanyaan berikutnya. Jika tidak benar, siswa harus membaca kembali pertanyaan dan pilihan jawaban yang tersisa dan menggores pilihan kedua atau bahkan ketiga sampai jawaban yang benar diidentifikasi. Siswa akan mendapatkan kredit parsial untuk beberapa upaya dan mempelajari respon yang benar untuk setiap pertanyaan saat melaksanakan ujian. Salah satu kunci untuk IF-AT adalah bahwa siswa tidak pernah meninggalkan pertanyaan tanpa mengetahui jawaban yang benar.
IF-AT memungkinkan siswa untuk menerima langsung umpan balik yang menilai pengetahuan mereka. Siswa mempertimbangkan jawaban pertanyaan pilihan ganda dan kemudian menggosok penutup buram tipis untuk mengungkapkan jawaban yang diinginkan mereka pilihan (A, B, C, D, atau E). Pada pilihan jawaban yang benar terdapat sebuah bintang di bawah pilihan yang tergores sedangkan jawaban yang salah yang kosong (tidak terdapat bintang). Lihat Gambar 2.1.
9
Gambar 2.1 Letak bintang pada pilihan jawaban yang benar di dalam lembar IF-AT Siswa menerima kredit parsial atau skor untuk jawaban yang benar, yang mendorong mereka untuk membaca kembali mempertanyakan dan pilih jawaban yang benar. Umpan balik secara langsung ini memotivasi siswa untuk terus menerapkan pengetahuan dan pemecahan masalah sampai mereka mengidentifikasi jawaban yang benar. Guru dapat menentukan sendiri skor pada tiap soal, pada tabel 2.1 adalah beberapa contoh jumlah skor pada tiap soal. Tabel 2.1 Jumlah skor tiap butir soal 10 poin - pilihan pertama 5 poin - mencoba kedua 2 poin - mencoba ketiga 1 poin - mencoba keempat 0 poin - lima cobalah
5 poin - pilihan pertama 3 poin - mencoba kedua 2 poin - mencoba ketiga 1 poin - mencoba keempat 0 poin - mencoba kelima
Sebelum memulai menggunakan IF-AT, kita harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
10 1. Beritahu siswa bahwa mereka akan menerima skor untuk jawaban yang salah. Terlepas dari berapa banyak skor yang diberikan, penelitian menunjukkan bahwa jumlah berapapun memotivasi siswa. 2. Jika Anda khawatir tentang inflasi kelas, Anda mungkin memilih untuk mengubah skala penilaian atau mencakup lebih pertanyaan menantang.
Gambar 2.2 Lembar Jawaban IF-AT
4. Kumpulkan semua lembar IF-AT dari siswa di akhir kelas. 5. Bintang dapat muncul di mana saja dalam kotak, sehingga siswa tidak pernah bisa tahu persis di mana bintang berada. Beritahu siswa bahwa bahkan jumlah goresan kecilpun dapat dipilih sebagai jawaban. 6. Siswa dapat menggunakan kolom skor untuk mencatat poin yang mereka peroleh berdasarkan skala penilaian yang Anda tentukan (Gambar 2.2). Anda dapat dengan mudah memeriksa akurasi nilai mereka, karena sekali kotak adalah tergores, tidak bisa "dibatalkan."
11 7. Alat penggosok dapat mencakup tusuk gigi (sebaiknya tidak terpakai), koin, kartu tanda mahasiswa, ujung pena, kuku, kunci, maxed-out kartu kredit, dll
2. Efektivitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Hasan, 2007) “efek” adalah akibat; pengaruh; pesan yang timbul pada pikiran penonton, pendengar, pembaca, dan sebagainya (sesudah mendengar atau melihat sesuatu). Sedangkan pengertian “efektif” adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); manjur atau mujarab (tentang obat); dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan); hal mulai berlakunya (tentang undang-undang, peraturan). Oleh karena itu, definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuantujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
12 Efektivitas juga dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh.
Berdasarkan pendapat di atas, efektivitas berarti pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, dalam penelitian ini tujuan yang akan dicapai adalah hasil belajar siswa yang lebih besar. Penelitin ini, memakai dua kelas dimana yang satu diberi perlakuan dan yang satunya lagi tidak atau sebagai kelas kontrol. Jika nantinya ternyata kelas yang diberi perlakuan ternyata hasil belajarnya lebih bagus daripada kelas kontrol, maka bisa dikatakan efektivitas penelitian dikatakan efektif.
3. Hasil Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagne dalam Dimyati (2002: 10) belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.
Menurut Hamalik (2002: 19) Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-
13 kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati (2002: 26), ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu: 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.. 2. Ranah Afektif Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu menerima, merespon, menghargai, mengorganisasikan dan karakterisasi menurut nilai. 3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu meniru, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif. Jadi, yang akan penulis teliti pada hasil belajar yakni pada ranah kognitif saja.
4. Penilaian (Assesment) a.
Pengertian Penilaian Penilaian dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “Assessment” yang berarti menilai sesuatu. Menilai itu sendiri bararti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu pada ukuran tertentu
14 seperti menilai baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, tinggi atau rendah, dan sebagainya (Muljono, 2007). Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “ The process of Collecting data which shows the development of learning”.
Poerwanti, (2008: 3) menyatakan bahwa secara umum asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa. Pendapat serupa disampaikan oleh Sudrajat (2008) yaitu penilaian atau asesmen adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif. Selain beberapa penjelasan tentang penilaian hasil belajar, Masidjo, (1995: 18) menjelaskan tentang penilaian sifat suatu objek, yaitu suatu kegiatan membandingkan hasil pengukuran sifat suatu objek dengan suatu acuan yang relevan sedemikian rupa sehingga diperoleh kuantitas suatu objek yang bersifat kualitatif.
15 Penilaian menurut Depdiknas (2008: 5) adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka atau deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. BSNP (2007: 9), juga menjelaskan bahwa penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Jadi penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh informasi untuk dijadikan sebagai pengambil keputusan tentang hasil belajar peserta didik.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan membandingkan atau menerapkan hasil pengukuran untuk memberikan nilai terhadap objek penilaian.
b. Fungsi Penilaian Fungsi dari penilaian menurut Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai berikut: 1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional. Dengan demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan intruksional. 2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
16 Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain. 3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tua.
Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
Penilaian dalam hal ini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa berhasilnya proses belajar mengajar yang terjadi. Selain itu, juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa, dan juga sebagai laporan kemajuan belajar siswa yang diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam bentuk raport yang biasanya diberikan pada akhir semester.
Fungsi penilaian bagi guru dan siswa secara lebih spesifik disampaikan oleh Cronbach dalam Hamalik, (2002: 204) yang menyatakan bahwa: 1) Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan perilakunya. 2) Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.
17 3) Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya telah memadai. 4) Penilaian membantu guru membuat pertimbangan administrasi.
c.
Kegunaan Penilaian Kegunaan penilaian berdasarkan Depdiknas (2008) antara lain sebagai berikut: 1) Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya dalam proses pencapaian kompetensi. 2) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial. 3) Untuk umpan balik bagi pendidik/guru dalam memperbaiki metode,pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan. 4) Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan. 5) Memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan dalam meningkatkan kualitas penilaian yang digunakan.
5. Ongoing Assessment IF-AT merupakan ongoing assessment atau penilaian yang berkelanjutan, yakni suatu proses penilaian yang memfasilitasi siswa dengan cara memberikan respon atau umpan balik yang jelas kepada siswa terhadap hasil kinerja mereka yang akan membantu mereka untuk meningkatkan
18 kinerja berikutnya. Ada dua komponen prinsip pada proses ongoing assessment, yakni menetapkan kriteria dan memberikan umpan balik. a) Kriteria untuk setiap kinerja pemaham harus: 1) Jelas (diartikulasikan secara eksplisit pada awal setiap pemahaman kinerja, meskipun mereka mungkin berkembang selama kinerja, terutama jika ini merupakan hal yang baru bagi guru serta siswanya) 2) Relevan (erat kaitannya dengan tujuan untuk memahami materi) 3) Publik (semua orang di kelas tahu dan mereka harus memahaminya). b) Umpan balik harus: 1) Sering terjadi, dari awal materi hingga tuntas. Beberapa kesempatan untuk umpan balik mungkin formal dan terencana (seperti yang terkait dengan presentasi), beberapa mungkin lebih santai dan informal (seperti menanggapi untuk komentar siswa dalam diskusi kelas). 2) Memberikan informasi kepada siswa tidak hanya tentang seberapa baik mereka memiliki melakukan kinerja, tetapi juga bagaimana mereka bisa memperbaikinya sehingga lebih bagus lagi 3) Menginformasikan rencana guru tentang kgiatran berikutnya. 4) Berasal dari berbagai perspektif: dari refleksi siswa pada pekerjaan mereka sendiri, dari teman sekelas merefleksikan pekerjaan satu sama lain, dan dari guru.
Perencanaan ongoing assessment dalam kegiatan pembelajaran di kelas bisa dilakukan dengan mudah, yaitu dengan menentukan prosedur khusus ongoing assessment dalam konteks pemahaman kinerja atau kegiatan yang
19 akan direncanakan. Kemudian membuat tujuan untuk menghasilkan kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja siswa. Misalnya, jika siswa diminta untuk menulis makalah dengan tujuan membangun pemahaman mereka dari konsep tertentu, maka makalah harus dinilai berdasarkan seberapa baik mereka menunjukkan pemahaman mereka (tidak berdasarkan pada apakah mereka telah menggunakan kalimat lengkap dan paragraf yang tepat).
Ongoing Assessment dapat memberikan penilaian di awal dan di seluruh materi untuk menilai perkembangan pemahaman siswa. Jika penilaian terjadi hanya pada akhir materi, itu bukan "yang sedang berlangsung," itu tidak dapat membantu siswa untuk mengembangkan dan memperbaiki pemahaman mereka dalam kemajuan pekerjaan mereka. Ongoing Assessment juga dapat menilai dalam pemahaman kinerja bagi siswa untuk memberikan umpan balik kepada yang lain atau mendapatkan umpan balik dari guru saat siswa bekerja. Pada saat kegiatan pembelajaran, dalam menerapkan ongoing assessment sebaiknya guru menyeimbangkan antara umpan balik formal dan informal juga memberi kesempatan kepada siswa untuk berbagai pandangannya tentang penilaian selama materi dengan cara: menilai diri sendiri, menilai teman sejawat, dan penilaian guru tentang pekerjaan siswa.
Menerapkan ongoing assessment membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk memberikannya kepada siswa yang lain dengan umpan balik. Melakukan refleksi terhadap diri sendiri
20 dan penilaian oleh teman tidak bisa dilakukan dengan mudah bagi kebanyakan siswa, tapi keduanya itu dapat dipelajari.
B. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah, baik itu di dalam kelas ataupun di luar kelas merupakan suatu proses bagi siswa untuk mendapatkan ilmu. Kemudian untuk menentukan apakah siswa dapat memahami materi tersebut perlu diadakan sebuah tes atau pengambilan nilai kepada siswa sebagai parameter yang dapat dilihat untuk menentukan apakah siswa tersebut dapat memahami materi dengan baik atau tidak. Pengambilan nilai yang dilakukan oleh guru biasanya menggunakan tes pilihan jamak biasa atau konvensional, dengan menggunakan cara ini siswa memilih jawaban yang dia pilih dan dituliskan pada lembar jawaban, kemudian jika siswa ragu dan ingin mengganti siswa bisa menghapusnya. Ini membuat siswa tidak sungguhsungguh dalam memilih jawabannya dan dapat memberi kesempatan pada siswa berbuat curang misalnya mencontek. Kemudian setelah siswa selesai melaksanakan tes dan selesai mengisi jawaban soal pada lembar jawaban, lalu guru harus melakukan pengkoreksian jawaban siswa untuk mengetahui nilai siswa tersebut. Karena itu diperlukan suatu teknik penilaian yang dapat membuat siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal dan dapat mengefisiensikan waktu terhadap guru untuk mengetahui nilai siswa.
IF-AT adalah sistem pengujian yang menarik dan baru yang revolusioner yang mengubah soal pilihan ganda konvensional menjadi kesempatan pembelajaran yang interaktif bagi siswa dan juga memberi kesempatan
21 penilaian yang lebih informatif bagi para guru. IF-AT memungkinkan siswa untuk berfikir serius dan tidak akan main-main dalam memilih jawaban yang dia pilih, karena di dalam penilaian ini siswa hanya diberi kesempatan satu kali dan tidak bisa menganti jawabannya lagi. Penilaian IF-AT mempunyai perbedaan dengan pilihan jamak konvensional, yakni kalau dalam pilihan jamak konvensional jika jawabannya salah maka salah, akan tetapi kalau di dalam IF-AT ini jika pilihan pertama siswa salah, maka dia bisa memilih lagi jawaban yang dia anggap benar dan jika pilihan selanjutnya benar maka dia tetap mendapatkan skor namun skornya lebih kecil dari skor apabila dia menjawab pertanyaan benar pada pilihan yang pertama. IF-AT membuat siswa sudah mengetahui jawaban soal yang dia baca dan siswa mengumpulkan lembar IF-AT ke guru dengan hasil yang dia kerjakan. Bagi siswa, di saat mengerjakan soal dengan penilaian IF-AT membuat mereka serius dalam mengerjakan soal dan menentukan pilihan jawaban, karena siswa tidak bisa merubahnya jika dia sudah memilih. Siswa akan terpacu untuk belajar dan menyelesaikan semua soal dengan benar. Kemudian, bagi guru juga tentu saja sangat membantu, karena disaat siswa mengumpulkan lembar jawaban siswa sudah menilai sendiri jawaban mereka dan guru bisa langsung mengetahui hasil dari tes yang telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas di SMA N 1 Kalirejo, kelas yang pertama adalah kelas eksperimen yakni kelas XI IPA2 dimana pada kelas ini diterapkan teknik penilaian IF-AT dalam pengambilan nilai, sedangkan kelas yang kedua adalah kelas kontrol yakni kelas XI IPA3 dimana kelas ini tidak dilakukan perlakuan apapun dan penilaiannya menggunakan pilihan jamak
22 biasa yakni menggunakan penilaian Non IF-AT, atau dengan pilihan jamak konvensional, namun kelas ini dipakai sebagai kelas kontrol. Gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.3 Diagram kerangka pikir.
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
IF-AT
Non IF-AT
Hasil Belajar (Post-test)
Gambar 2.3 Diagram kerangka pikir C.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Hipotesis nol (H0) Tidak terdapat perbedaan signifikan yang menunjukan bahwa penerapan rubrik asesmen IF-AT lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan penerapan pengambilan nilai menggunakan teknik penilaian konvensional (Non IF-AT).
2.
Hipotesis satu (H1) Terdapat perbedaan signifikan yang menunjukan bahwa penerapan rubrik asesmen IF-AT lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar
23 siswa dibandingkan dengan penerapan pengambilan nilai menggunakan teknik penilaian konvensional (Non IF-AT).