I. PENDAHULUAN Dalam dunia botani, tumbuhan
lainnya.
Tumbuhan
mudah
tumbuhan
lainnya,
rotan termasuk dalam famili palmae.
dibedakan
Famili atau suku palmae ini adalah
selain karena ciri-ciri yang dijelaskan di
salah
atas, ciri lain yang sangat signifikan
satu
kelompok
tumbuhan
dari
rotan
berbunga dari sekitar ratusan famili
ialah
tumbuhan berbunga lainnya yang ada
bersisik mirip dengan buah tumbuhan
di muka bumi. Nama yang sering
sagu. Tumbuhan sagu ini juga masih
digunakan untuk famili ini ialah suku
termasuk dalam famili palmae dan
pinang-pinangan,
sangat
Arecaceae.
Palmae,
Tumbuhan
atau
rotan
ini
permukaan
berkerabat
buahnya
dekat
selalu
dengan
tumbuhan rotan.
sebagian besar merambat, batangnya
Rotan merupakan hasil hutan
memiliki ruas yang jelas seperti halnya
yang memiliki nilai ekonomi kedua
bambu, namun bedanya pada rotan
setelah
ruas
internasional,
dalamnya
berisi
jaringan
kayu.
Dalam
perdagangan
Indonesia
pembuluh sedangkan pada bambu ruas
penghasil
dalamnya
ukuran,
memasok sekitar 80% konsumsi dunia
rotan
(Hartono, 1998). Selain itu, Indonesia
jenisnya.
adalah pusat pertumbuhan rotan dunia
Diameter batang yang terkecil hanya 3
karena 8 dari 13 genera dan hampir 40
mm (Calamus ciliaris Bl. sensu Ridley),
% jenis rotan yang tumbuh di muka
sedangkan
bumi terdapat di Indonesia. Kekayaan
kualitas
kosong. batang
bervariasi
Bentuk, serta
ruas
tergantung
yang
terbesar
dapat
rotan
merupakan
terbesar
dengan
mencapai 10 cm (Plectocomia elongata
sumberdaya
Bl.). Daun tumbuhan rotan mulai dari
dikembangkan baik dari sisi teknis
pelepah, tangkai, tulang daun, dan
praktis untuk komersial maupun sisi
sulur
teknis
umumnya
berduri.
Sebagian
alam
ilmiah
besar tumbuhan rotan juga memiliki
kebutuhan
cemeti yang berduri. Terutama melalui
berkelanjutan.
ini
harus
untuk komersial
terus
mendukung secara
duri-duri di cemeti, sulur, dan tulang
Dari sisi teknis ilmiah penelitian
inilah tumbuhan rotan ini merambat
mengenai rotan telah dilakukan oleh
pada batang atau cabang pohon kayu
banyak lembaga penelitian, perguruan 1
tinggi
dan
beberapa
industri
di
pencar dan belum dapat digunakan
Indonesia
maupun
manca
negara.
sebagai acuan pengelolaan rotan. Oleh
Penelitian
tersebut
meliputi
botani,
sebab itu disusunlah atlas rotan yang
silvikultur, struktur anatomi, kekuatan,
berisi
sifat
tentang
kimia,
sifat
keawetan
dan
informasi
yang komprehensif
jenis
rotan,
sifat
pengolahan, bahkan aspek ekonomi
penggunaannya
perdagangan.
demikian,
digunakan oleh pemerintah, investor,
tersebut
industri, dan masyarakat sebagai dasar
informasi
Namun
hasil
penelitian
masih belum seimbang, letaknya ter-
sehingga
dan dapat
ilmiah pengelolaan rotan.
II. PENJELASAN ISI RISALAH Pemilihan dimuat
jenis
dalam
rotan
Buku
Atlas
yang Rotan
elongata Bl. – Bubuai; tumidus
Furtado. -
9. Calamus Rotan manau
Indonesia ini didasarkan pada jenis
tikus; dan 10. Daemonorop robusta
rotan yang batangnya telah digunakan
Warb. - Rotan susu.
di
Indonesia,
diperjualbelikan
baik
dalam
yang
skala
besar
Risalah dalam
rotan
BAB
yang
disajikan
III
memuat
uraian
botani
dan
kualitas
untuk keperluan industri maupun yang
mengenai
digunakan
para
rotannya, sejauh pengetahuan yang
pengrajin di rumah. Kesepuluh jenis
telah diperoleh oleh tim penyusun.
tersebut berikut nama dagang atau
Penjelasan
tersebut
meliputi
data
nama lokalnya adalah: 1. Calamus
mengenai
nama
botani
serta
manan
sinonimnya
jika
secara
Miq.
-
lokal
Rotan
oleh
manau;
2.
ada,
nama
lokal
Calamus inops Becc. - Rotan tohiti; 3.
terseleksi dan nama dagangnya jika
Calamus zollingeri
ada,
Becc. -
batang;
4.
Calamus
Loureiro.
-
Rotan
Rotan
scipionum
semambu;
5.
sifat
tumbuh
dan
dan
perbanyakan
ciri-cirinya,
tempat
daerah
persebaran,
dan
penanaman,
Calamus ornatus BL. - Rotan seuti; 6.
pemanfaatan,
Calamus burckianus Becc. - Howe
yang
balubuk; 7. Korthalsia jughunii
pemanfaatan lain. Pertelaan ringkas
Howe
sampang;
8.
Bl. -
Plectocomia
dalam
dan
catatan-catatan
berhubungan botani
terutama
dengan memuat 2
karakter
morfologi
dapat
Perguruan Tinggi. Data berasal dari
mencirikan identitas jenis. Karena itu,
material yang telah diterbitkan dalam
dalam pertelaan tersebut istilah teknis
berbagai media publikasi dan yang
yang
digunakan
yang
dalam
morfologi
masih
dapat
dihindari,
pustaka yang dipakai sebagai bahan
namun akan diusahakan seminimal
acuan dapat dilihat pada bagian akhir
mungkin. Untuk dapat memahami arti
buku ini.
tumbuhan
tidak
istilah-istilah buku
ini
tersebut, disediakan
maka
dalam
glosari
yang
batasan-batasan
mengenai
bentuk
arsip.
Daftar
Nama rotan
terdapat dalam bagian akhir buku ini dimana
dalam
Nama yang ditampilkan meliputi nama
botani,
sinonim,
nama
istilah yang digunakan akan dijelaskan.
perdagangan, nama daerah dan nama
Untuk dapat lebih memahami jenis-
lain yang mungkin berlaku di daerah
jenis rotan yang ditulis dalam buku ini,
atau negara lain. Penetapan nama
pada setiap jenis dilengkapi dengan
botani,
foto batang, foto anatomis batang, dan
lokal/perdagangan
gambar bagian dari tumbuhan rotan
Dransfield (1974, 1979, dan 1984);
tersebut.
Dransfield
sinonimnya,
dan
dan
nama
mengacu Manokaran
pada (1994);
Sebagian besar risalah dalam
Mogea (1996) dalam Dransfield dan
buku ini informasinya diperoleh dari
Manokaran (1996); dan Hadikusumo
buku PROSEA Plant Resources of South
(1994).
East Asia 6: Rattans, dan sebagian besar lagi dari tulisan-tulisan yang dimuat dalam Pustaka Acuan, dan laporan-laporan
terkini
yang
tidak
dipublikasikan. Data
yang
hasil
Jenis rotan yang terdiri atas satu jenis botanis dalam risalah ini langsung dituliskan
digunakan
untuk
menyusun risalah ini terutama berasal dari
A. Nama botani
penelitian
yang
Hutan dan Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, LIPI, serta beberapa
botanisnya
berikut
nama authornya. Misalkan untuk rotan manau ditulis sebagai berikut :
telah
dilakukan oleh Pusat Litbang Hasil
nama
Calamus manan Miq. Nama famili tidak dicantumkan karena semua jenis rotan yang tumbuh termasuk
dalam
satu
famili
yaitu 3
Palmae
yang
berasal
dari
Ordo
nama jenis rotan yang yang berlaku di
Palmales, kelas Monocotyledons, sub
luar Indonesia, baik negara produsen
divisi Angiospermae. Nama sinonim
yang
bila ada juga disertakan.
tersebut, maupun di negara konsumen
menghasilkan
jenis
rotan
yang tidak menghasilkan jenis rotan B. Nama perdagangan/nama
tersebut, tetapi sudah memakainya
daerah
atau
Nama perdagangan merupakan
setidak-tidaknya
sudah
mengenalnya dalam perdagangan.
nama yang sudah lazim dipakai dalam perdagangan.
Dalam
hal
ini
perlu
D. Daerah penyebaran
dibedakan antara nama perdagangan dan
nama
botani,
karena
Daerah penyebaran rotan dalam
nama
risalah ini disusun menurut nama pulau
perdagangan yang sama dari beberapa
dimana jenis tersebut tumbuh. Daerah
jenis rotan bisa jadi memiliki nama
penyebaran di luar Indonesia tidak
botani yang berbeda.
dicantumkan
Karena di Indonesia terdapat banyak
bahasa
daerah
dengan
meskipun
diketahui
banyak jenis rotan yang secara alami terdapat di negara tersebut. Informasi
berbagai dialek, dapat dimengerti jika
mengenai
daerah
penyebaran
ini
suatu jenis rotan seringkali mempunyai
mengacu pada Dransfield (1974, 1979,
berbagai nama daerah yang kadang-
dan 1984); Dransfield dan Manokaran
kadang mencapai lebih dari sepuluh
(1994); dan Hadikusumo (1994).
nama. Untuk itu, jika memungkinkan seluruh
nama
daerah
akan
E. Silvikultur
dicantumkan, namun jika tidak, maka
Uraian risalah
mengenai ini
silvikultur
sedapat mungkin dari tiap pulau atau
dalam
kepulauan utama sekurang-kurangnya
tumbuh, perbanyakan dan penanaman.
dicantumkan satu nama yang banyak
Faktor yang mempengaruhi tempat
digunakan di daerah tersebut.
tumbuh
diuraikan
meliputi
secara
tempat
singkat,
terutama ketinggian dari permukaan C. Nama di negara lain Yang dimaksud dengan nama di
laut.
Uraian
mengenai
permudaan
meliputi permudaan alam dan
negara lain dalam risalah ini adalah 4
permudaan buatan. Pada beberapa
pengamatan dan pengukuran secara
jenis
mengenai
mikroskopis
mengenai
ikatan
diuraikan
persemaiannya. Informasi
serabut,
Dransfield
protoxylem
dan
1984)
serta
Dransfield dan Manokaran (1994).
meliputi
dimensi
ikatan
serabut,
pembuluh,
silvikutur ini terutama didapat dari (1979
yang
pembuluh
metaxylem
serta
phloem.
dan Cara
penyajian mengenai ciri anatomi dapat berbeda
F. Botani
tergantung
data
yang
didapatkan. Informasi mengenai ciri
Rotan yang masih hidup perlu
anatomi ini banyak mengacu pada
juga diketahui ciri-cirinya untuk dapat
Siripatanadilok
digunakan
dan
Liese (1990 dan 1993); Bhat and
untuk membedakannya dengan jenis
Thulasidas (1993); Rachman (1996);
rotan
dan RSNI3 mengenai Jenis, sifat dan
dalam
lain.
pengenalan
Ciri-ciri
penting
yang
dicantumkan dalam risalah ini meliputi perawakan,
batang,
daun,
kegunaan rotan.
organ
panjat, perbungaan dan bunga, buah
H. Kimia
dan semai. Informasi mengenai botani ini
terutama
mengacu
(1974); Weiner and
kepada
Komponen kimia yang disajikan dalam
buku
ini
meliputi
Dransfield (1974, 1979 dan 1984);
holoselulosa,
Alrasyid
kadar pati. Diduga, semakin tinggi
(1989);
Dransfield
dan
Manokaran (1994); dan Kalima (1996).
kadar
α-selulosa,
kadar
holoselulosa
lignin
yang
dan
terdapat
dalam rotan maka keteguhan lenturnya G. Anatomi
juga makin tinggi. α-selulosa terdapat
Ciri anatomi dipisahkan dalam
dalam
holoselulosa,
dan
memiliki
dua ciri, yaitu ciri umum dan ciri
fungsi yang sama dengan selulosa.
anatomi. Ciri umum adalah risalah
Penentuan
rotan secara umum dan ditetapkan
mengikuti
berdasarkan hasil pengamatan secara
sedangkan penetapan kadar α-selulosa
makroskopis
mengikuti prosedur SII. 0443-81.
yang
meliputi
warna,
diameter tanpa pelepah, panjang ruas
kadar prosedur
Lignin
holoselulosa SII.
1657-85,
merupakan
dan tinggi buku. Kemudian ciri anatomi
organik
ditetapkan
berfungsi sebagai bahan perekat serat.
berdasarkan
hasil
berbentuk
amorf
polimer yang
5
Penetapannya
dilakukan
dengan
I. Fisis Mekanis
metode Standar ASTM D 1106-56 dan
Sifat
fisis
rotan
yang
dalam
risalah
adalah
SII. 0528-81. Informasi kandungan
dicantumkan
lignin
kadar air dan berat jenis.
diduga
dapat
menentukan
kekuatan pada batang dimana semakin
Sifat mekanis rotan merupakan
tinggi kadar lignin dalam rotan maka
salah satu sifat penting yang dapat
rotan makin kuat karena ikatan antara
dipakai
serat juga makin kuat.
suatu jenis rotan. Dalam risalah ini
Kadar pati merupakan cadangan karbohidrat
utama
pada
tumbuhan
untuk
disajikan
nilai
menduga
kegunaan
rata-rata
keteguhan
rotan dalam kondisi kering udara. Nilai
tingkat tingg. Pati merupakan makanan
keteguhan
utama serangga bubuk rotan perusak
pengujian contoh uji ukuran kecil yang
rotan kering. Makin tinggi kandungan
bebas cacat. Nilai sifat mekanis yang
pati dalam rotan maka makin rentan
disajikan meliputi Modulus of Rupture
serangan bubuk rotan kering, informasi
(MOR)
ini
(MOE). Informasi mengenai sifat fisis
penting
ketahanan
untuk
atau
mengetahui
keawetan
rotan.
diperoleh
dan
Modulus
dari
of
hasil
Elasticity
mekanis ini banyak mengacu pada
Penetapannya kadar pati dilakukan
Nasa
dengan metode Standar SII. 070-1979.
Rachman (1996); dan RSNI3 (2003)
Pada
beberapa
jenis
dicantumkan juga kandungan silika
(1989);
Hadikusumo
(1994);
mengenai Jenis, sifat dan kegunaan rotan.
dalam batang rotan. Penentuan kadar silika ini mengikuti prosedur SII. 129285.
Sifat pelengkungan rotan sangat Informasi mengenai kandungan
kimia
J. Pelengkungan
ini
banyak
mengacu
dibutuhkan untuk membuat bentuk
pada
lengkung. Pada dasarnya rotan dapat
Hadikusumo (1994); Rachman (1996);
dilengkungkan dengan mudah, namun
dan Jasni (1996).
untuk menghindari pecah dan rusak akibat pelengkungan, maka rotan perlu mendapatkan perlakuan pendahuluan. Perlakuan pendahuluan yang berlaku saat ini berupa pengukusan. Informasi 6
yang disajikan dalam buku ini meliputi
bubuk
radius
sebagai
pelengkungan
dan
waktu
pengukusan
yang dianjurkan.
mengenai
pelengkungan
mengacu pada
setelah
5
ukuran
untuk
menetapkan
daya tahan rotan terhadap bubuk
banyak
tersebut. Disamping itu diamati juga
Hadikusumo (1994)
secara okuler derajat serangan bubuk pada masing-masing contoh uji. Klasifikasi
K. Keawetan
terhadap
keawetan
rotan
yang
daya
bubuk
tahan
adalah
Kelas I
: < 42 mg
laboratorium.
Kelas II
: 43 – 62 mg
bubuk
Kelas III
: 63 – 82 mg
minutus
Kelas IV
: 83 – 102 mg
Kelas V
: > 102 mg
Pengujian
dilakukan
perusak
rotan
keawetan
terhadap (Dinoderus
Farb.). Daya
tahan
rotan
terhadap
rotan sebagai
berikut:
disajikan merupakan hasil pengujian di rotan
dipakai
Data
dan Rachman, dkk. (2006).
Data
minggu
Informasi
mengenai
sifat
bubuk diuji secara laboratoris dengan
keawetan banyak mengacu pada Jasni
menggunakan contoh uji kering udara
dan Supriana (1999).
yang berukuran panjang 2,5 cm untuk rotan berdiameter besar dan 5 cm
L. Pemanfaatan
untuk rotan berdiameter kecil. Untuk
Data
mengenai
pemanfaatan
pengujian rotan besar, salah satu sisi
rotan banyak mengacu dari Dransfield
terlebar dipasang semprong kaca dan
dan Manokaran (1994 dan 1996);
ke dalamnya dimasukkan 10 ekor
Rachman
bubuk dewasa. Untuk masing-masing
RSNI3 (2003) mengenai Jenis, sifat
jenis rotan disediakan 10 buah contoh
dan kegunaan rotan, di samping data
uji.
yang langsung diperoleh dari penelitian Jumlah bubuk yang masih hidup
dan
Jasni
(2006);
serta
di lapangan.
dan pengurangan berat contoh uji rotan setelah uji (mg) akibat serangan
7
III. RISALAH ROTAN
Calamus manan Miq. Sinonim: Calamus giganteus Becc.
berdaging dibersihkan dan dijaga agar
(1893)
tetap
lengas
Nama perdagangan/nama daerah:
kering
akan
Rotan
mati. Biji ditanam dalam bedeng yang
manau
(umum
di
seluruh
karena
kondisi
menyebabkan
dan
dipindahkan
yang embrio
kawasan dan dalam perdagangan)
dinaungi
Nama di negara lain: Rotan manau
kantung politena ketika daun pertama
telur (Semenanjung Malaysa)
muncul. Semai ditempatkan di bawah
Daerah persebaran: Sumatra dan
naungan
Kalimantan
kelengasan, namun tetap dijaga agar
dan
diberi
dalam
banyak
tidak ada genangan air. Semai siap Silvikultur
ditanam setelah kurang lebih berusia
Tempat tumbuh
9-12 bulan. Saat penanaman, semai
Calamus manan merupakan spesies
membutuhkan
hutan dipterokarpa dataran rendah
dengan intensitas pencahayaan kurang
terutama dekat lereng yang curam
lebih 50 %. Pada skala komersil, jenis
dengan kisaran ketinggian antara 500-
rotan ini telah ditanam oleh penduduk
1000 m di atas permukaan laut, paling
atau
melimpah pada ketinggian 50-600 m di
Kalimantan.
atas
permukaan
menghendaki
laut.
lahan
Rotan
kering
pohon
masyarakat
penopang
pedesaan
di
ini
tanah
Botani
bersolum dalam, lembab dan tanah
Jenis
berstruktur liat dan iklim basah. Semai
(Soliter), memanjat, panjang mencapai
ditemukan
100
melimpah
di
hutan
rotan m.
ini
tumbuh
Diameter
tunggal
batang
perbukitan.
pelepah daun
Perbanyakan dan penanaman
daun hijau tua, dilengkapi dengan duri
Perbanyakan dilakukan menggunakan
yang sangat rapat. Duri pipih segitiga
biji,
dan
dengan
prosedur
perbanyakan
sebagai berikut: dinding buah yang
tersusun
kelompok
yang
66-80 mm.
dengan
dalam tersebar
Pelepah
kelompokacak.
Di 8
antara duri terdapat lapisan lilin tipis
kelabu-biru berlilin pada permukaan
yang berlimpah. Lutut sangat jelas
hijau kusam yang pucat.
berduri tunggal tersebar, panjang lutut sampai 8 cm, okrea tidak jelas. Daun
Anatomi
bersirus
m
Calamus manan dengan ciri umum:
m
Diameter tanpa pelepah 30 – 80 mm
sampai
sekitar
panjangnya
termasuk
ditumbuhi
duri-duri
jangkar.
Tangkai
8,54
sirus
daun
3
menyerupai
Panjang ruas rata-rata 18-35 cm
panjangnya
Tinggi buku rata-rata 2,12 mm
sampai sekitar 12 cm dan lebarnya 5
Warna kekuningan.
cm pada tumbuhan dewasa. Rakis dilengkapi duri segitiga pendek, lebat,
Ciri anatomi:
baik permukaan atas maupun bawah,
Ø ikatan pembuluh
404,8 μm
dengan
indumentum
kelabu
yang
Ø metaxylem
228,2 μm
tersebar di antaranya. Anak
daun
Ø protoxylem
37,5 μm
berjumlah 47 di kanan dan kiri rakis,
Ø phloem
40,2 μm
berbentuk
Panjang sel serabut
1586,7 μm
lanset,
tersusun
secara
teratur. Ukuran anak daun 43-53 cm x
Tebal dinding sel serabut 5,4 μm
1-7,4 cm. Perbungaan masif, bunga
KIP (Kerapatan iikatan pembuluh) 3,1
jantan
buah/mm2
bercabang lebih halus
dari
bunga betina, panjang sampai 2,5 m dengan perbungaan parsial sampai 9
Kimia
pasang yang panjangnya mencapai 70
Holoselulosa
71,45%
cm. Buah masak bulat sampai bulat
α-selulosa
39,05%
telur, berukuran 28 x 20 mm, berparuh
Lignin
22,22%
pendek,
dan
Pati
18,50%
barisan
vertikal
ditutupi
dengan
sisik
15
kekuningan
dengan pinggiran coklat kehitaman. Biji
Fisis Mekanis
bulat telur, sampai 18 x 12 mm,
Kadar Air
13,77%
dengan
Berat Jenis
0,55
halus; endosperma rapat dan dalam.
MOE
19.827 kg/cm2
Daun semai dengan 2 anak daun yang
MOR
734 kg/cm2
permukaan
berbintik-bintik
menudung divergen dengan kuncup 9
Pelengkungan Rotan
manau
dilengkungkan.
Pemanfaatan sangat Dengan
mudah
pengukusan
Batang
Calamus manan
memiliki
selama kurang lebih 10 menit, jenis
diameter besar dan berkualitas sangat
rotan
baik, sehingga banyak dicari. Jenis
ini
mampu
dengan radius < 10 cm.
dilengkungkan
rotan ini merupakan bahan baku yang baik untuk membuat kerangka mebel
Kelas awet
baik dalam bentuk alami (tanpa poles)
Kelas I
maupun dipoles.
10
Bentuk batang rotan manau Foto oleh Jasni, Rachman dan Damayanti (2007)
d f ` e
Struktur anatomi batang Calamus manan Miq. - a. Metaxylem; b. Phloem; c. Protoxylem; d. Parenkim aksial; e. Jaringan parenkim dasar; f. Berkas serabut Sumber : Indrawati (1992)
11
Specimen Calamus manan Miq. Keterangan : 1. Bagian pangkal daun; 2. Bagian atas daun dengan kucir; 3. Bagian kucir; 4. Dua anak daun; 5. Pelepah daun; 6. Bagian perbuahan; 7. Buah Sumber : Aminudin bin Muhammad dalam Dransfield dan Manokaran (1996)
12
Calamus inops Becc.
Nama perdagangan/nama daerah:
tua, dilengkapi dengan duri segitiga
Rotan
pipih yang panjangnya mencapai 5-15
tohiti,
sambutan
(Sulawesi,
Maluku)
mm, sangat rapat. Warna duri hitam,
Nama di negara lain: -
tersusun seperti sisir melingkar, mulut
Daerah
persebaran:
Sulawesi
(merupakan spesies yang endemik)
pelepah daun berduri. Lutut sangat jelas, kadang berduri, kadang tidak. Panjang tangkai daun antara 50-300
Silvikultur
mm, dengan duri-duri yang bervariasi
Tempat tumbuh
di
Calamus inops dijumpai di dataran
berduri tunggal berwarna kekuningan;
rendah,
panjang sirus 122-180 cm dilengkapi
lahan
kering
dan
lereng
seluruh
permukaannya.
gunung pada hutan Agathis, pada
dengan
ketinggian
atas
melengkung. Anak daun berjumlah 54
permukaan laut. Tumbuh di tanah
pasang, tersusun teratur, bentuk anak
yang
daun pita, berukuran 14-42 cm x 0,8-
10-1500
berstruktur
m
liat
di
dan
beriklim
kelompok
duri
Rakis
1-6
dan
basah.
2,2 cm; permukaan anak daun bagian
Perbanyakan dan penanaman
atas dan bawah hijau, tulang daun
Perbanyakan dilakukan dengan biji;
pertama
prosedur
berambut.
perbanyakan,
persemaian
pada
bagian
bawahnya
dan teknik penanaman di lapangan serupa dengan jenis Calamus manan.
Anatomi
Calamus inops dengan ciri umum: Botani
Diameter tanpa pelepah 10 – 40 mm
Jenis rotan ini tumbuh berumpun,
Panjang ruas 30 – 60 cm
memanjat, panjang dapat mencapai
Tinggi buku rata-rata 1,06 mm
200
Warna kekuningan kebiruan, kuning
m.
Diameter
batang
dengan
pelepah daun antara 66-80 mm. Daun
gading.
termasuk sirus dan tangkai panjangnya mencapai 423 cm. Pelepah daun hijau 13
Ciri anatomi:
MOE
54.000 kg/cm2
MOR
456 kg/cm2
Ikatan pembuluh
31%
Sklerenkim
34%
Parenkim
34%
Pelengkungan
Panjang sel serabut
1210 μ
Radius terkecil pelengkungan tanpa
Tebal dinding sel serabut 5,7 μm
pengukusan mencapai 17,5-28,4 cm,
KIP (Kerapatan ikatan pembuluh) 5,7
dengan pengukusan 5,3-12,0 cm.
buah/mm2. Keawetan Kimia
Kelas awet I
Holoselulosa
74,42%
α-selulosa
43,28%
Pemanfaatan
Lignin
21,34%
Batang
Pati
18,57%
digunakan dalam bentuk bulat poles atau
Fisis Mekanis
Calamus inops
tanpa
poles
umumnya
sebagai
rangka
mebel. Selainnya diolah menjadi kulit,
Kadar Air
12,55%
hati (cor) dan filtrit untuk bahan
Berat Jenis
0,56
anyaman.
14
Bentuk batang rotan tohiti Foto oleh Jasni, Rachman, dan Damayanti (2007)
c d
a
f
b
e
Struktur anatomi batang Calamus inops Becc. - a. Metaxylem; b. Phloem; c. Protoxylem; d. Parenkim aksial; e. Jaringan parenkim dasar; f. berkas serabut Sumber : Jasni (1996)
15
Specimen Calamus inops Miq. Sumber : Jasni, dkk (2006) 16
Calamus zollingeri Becc. Nama perdagangan/nama daerah:
kusam, ditumbuhi duri yang lebat
Rotan batang, batang putih, umul
beragam bentuk segitiga yang liat,
(sulawesi), rotan air, halawaku malibat
coklat kusam sampai hitam, panjang
(Maluku)
5,5 cm, pangkal 8-12 duri. Yang
Nama di negara lain: -
berdampingan
Daerah persebaran: Sulawesi dan
membentuk kerah yang panjangnya
Maluku
2,5 cm.
sering
menyatu
Buah masak membulat.
Diameter 5 mm, coklat tua, buah muda Silvikultur
hijau, berubah menjadi putih dalam
Tempat tumbuh
specimen herbarium yang kering.
Calamus zollingeri terdapat di hutan primer
dataran
rendah
sampai
Anatomi
ketinggian 800 m, biasanya dekat
Calamus zollingeri dengan ciri umum:
sungai kecil. Tumbuh pada tanah yang
Diameter tanpa pelepah 20 - 40 mm
berstruktur liat dan iklim basah.
Panjang ruas 35-50 cm
Perbanyakan dan penanaman
Tinggi buku rata-rata 2,74 mm
Perbanyakan dengan biji dan mungkin
Warna abu-abu mengkilap.
juga
dengan
menggunakan
taruk
tunas. Batang dipotong pada bagian
Ciri anatomi:
pangkalnya dan ditarik keluar, setelah
Ø ikatan pembuluh
346,6 μm
pelepah daun tua dibersihkan, rotan
Ø metaxylem
206,3 μm
dipotong berukuran 4 m. Penanganan
Ø protoxylem
33,6 μm
selanjutnya serupa dengan Calamus
Ø phloem
39,3 μm
manan.
Panjang sel serabut
1555 μm
Tebal dinding sel serabut 5,83 μm Botani
KIP (Kerapatan iikatan pembuluh) 4,7
Jenis rotan ini berumpun, panjang
buah/mm2
batang sampai 40 m.
Daun berkucir
panjang sampai 7 m. Pelepah daun dengan panjang 40 cm, warna hijau 17
Pelengkungan Radius terkecil pelengkungan tanpa
Pemanfaatan
pengukusan 12,5-26,9 cm; dengan
Calamus zollingeri menghasilkan rotan
pengukusan 7,2-21,7 cm.
batang yang sangat bagus. Batang rotan ini digunakan dalam bentuk bulat
Keawetan
umumnya dipoles sebagai kerangka
Kelas awet II
mebel atau discraped (kikis buku).
18
Bentuk batang rotan batang Foto oleh Jasni, Rachman, dan Damayanti (2007)
f
Struktur anatomi batang Calamus zollingerii Becc. Keterangan : a. Metaxylem; b. Phloem; c. Protoxylem; d. Parenkim aksial; e. Berkas serabut; f. Jaringan parenkim dasar Sumber : Indrawati (1992)
19
Specimen Calamus zollingeri Becc. Keterangan : 1. Batang berpelepah dan daun; 2. Pelepah-daun; 3. Bagian pangkal daun; 3. Bagian pangkal daun; 4. Bagian atas daun; 5. Kucir; 6. Rincian kucir; 7. Bagian perbuahan; 8. Rincian perbuahan; 9. Buah Sumber : Mogea dalam Dransfield dan Manokaran (1996)
20
Calamus scipionum Loureiro
Nama perdagangan/nama daerah:
Botani
Rotah semambu (Jawa, Sumatera);
Spesies rotan ini tumbuh berumpun,
(Kalimantan)
memanjat sampai mencapai panjang
Nama di negara lain: Semambu
100 m bahkan lebih. Diameter batang
(Malaya
dengan pelepah daun 50 mm. Pelepah
Peninsula),
Waai
maithao
(Thailand)
daun
Daerah
persebaran:
Sumatra,
Kalimantan, dan Jawa.
hijau
berbentuk
dengan segi
tiga
duri pipih,
besar duri
kekuningan dengan bagian pangkal hitam,
berukuran
5x1,5
cm.
Silvikultur
Indumentum berwarna kelabu ketika
Tempat tumbuh
masih
Calamus scipionum hidup berumpun,
pendek. Panjang flagela 7 m dilengkapi
merupakan spesies dataran rendah
dengan duri hitam. Panjang daun
sampai pegunungan, yang tersebar
sampai 2 m. Tangkai daun berukuran
luas sampai pada ketinggian lebih dari
sekitar 25-30 cm. Anak daun berjumlah
200
laut.
25 di kiri dan kanan rakis, tersusun
Umumnya dijumpai dalam belukar atau
menyirip teratur. Ukuran anak daun
hutan basah. Jenis ini menyukai tanah
bagian bawah sekitar 40x3 cm, bagian
aluvial dan sering terdapat di hutan
tengah sekitar 55x6 cm, bagian atas
sekunder (Dransfield, 1979).
sekitar 20x3 cm; hanya bagian ujung
Perbanyakan dan Penanaman
anak
Penanaman menggunakan tunas akar,
Perbungaan jantan dan betina hampir
namun budidaya yang lebih efisien
sama, panjangnya mencapai 6 m atau
menggunakan
m
di
atas
permukaan
muda.
daun
Lutut
jelas,
okrea
yang berambut hitam.
semai
yang
lebih. Buah masak berbentuk bulat
biji.
Prosedur
telur, berukuran 14x9 mm dan ditutupi
persemaian dan teknik penanaman di
dengan 14-15 sisik vertikal ke bawah.
Calamus
Warna sisik hijau. Biji bulat telur
ditumbuhkan lapangan
manan.
dari
serupa
dengan
berukuran 9x5 mm. Semai dengan 4 anak daun seperti kipas.
21
Anatomi
611,0 kg/cm2
MOR
Calamus scipionum dengan ciri umum: Diameter tanpa pelepah 25 - 35 mm
Pelengkungan
Panjang ruas 30 - 80 cm
Radius
Tinggi buku rata-rata 2,06 mm
pengukusan
Warna coklat muda atau coklat muda
4,52 cm.
pelengkungan selama
sepuluh
dengan menit
sampai coklat tua kehitaman. Keawetan Ciri anatomi:
Kelas awet III
Panjang sel serabut
1476 μm
Tebal dinding sel serabut 3,75 μm
Pemanfaatan Batang Calamus scipionum umumnya
Kimia
dalam bentuk poles digunakan untuk
Holoselulosa
70,07 %
membuat
perabot
dengan
kualitas
α-selulosa
37,36%
sedang. Batang dengan jarak antar
Lignin
22,19%
buku-buku yang panjang baik untuk
Pati
21,35%
membuat tongkat, tangkai payung, tas, serta tangkai saringan minyak goreng.
Fisis Mekanis
Umbutnya dapat dimakan dan untuk
Kadar Air
13,54%
Berat Jenis
0,44
MOE
20.500 kg/cm2
obat demam.
22
Bentuk batang rotan semambu Foto oleh Jasni, Rachman, dan Damayanti (2007)
d c a b
e f
Struktur anatomi batang Calamus scipionum Loureiro Keterangan : a. Metaxylem; b. Phloem; c. Protoxylem; d. Parenkim aksial; e. Berkas serabut; f. Jaringan parenkim dasar Sumber : Rachman (1996)
23
Specimen Calamus scipionum Loureiro Keterangan : 1. Bagian batang dengan pelepah-daun; 2. Bagian atas tangkai daun; 3. Bagian atas daun; 4. Bagian perbungaan betina; 5. Buah Sumber : Manokaran (1996) dalam Dransfield dan Manokaran (1996)
24
Calamus ornatus BL. Nama perdagangan/nama daerah:
50 m bahkan lebih. Diameter batang
Rotan seuti (Jawa), rotan kesur (Jawa
dengan
Barat), rotan kesup (Bengkulu), rotan
Pelepah daun hijau dengan duri besar
lambang
berbentuk
(Sulawesi
Tengah),
rotan
pelepah
mencapai
segitiga
pipih.
7
cm. Duri
buku dalam (Sulawesi Utara), Minong
berwarna hitam dan bagian pangkal
atau munau (Kalimantan).
duri berwarna kekuningan, berukuran
Nama di negara lain: Rotan dok, sek
4x1 cm. Pelepah daun yang muda
batang,
kadang tidak berduri atau berduri
we
maliang
(Malaysa);
limuran, rimoran, borongan (Filipina);
sangat
waai chaang (Thailand)
pendek. Panjang flagela sekitar 8-10
Daerah
persebaran:
Sumatera,
Jawa, Kalimantan
jarang.
Lutut
jelas,
okrea
m, hijau tua dengan duri pendek hitam dan pangkal kekuningan. Panjang daun sekitar 3,2-4
m, 7-10
m dengan
Silvikultur
tangkai daun. Anak daun berjumlah
Tempat tumbuh
20-30 di kanan kiri rakis, berwarna
Calamus ornatus merupakan spesies
hijau muda tersusun menyirip teratur.
dataran rendah, lereng bukit, yang
Bentuk anak daun jorong berukuran
tersebar luas sampai pada ketinggian
68-80 cm x 8-9 cm, di ujung 4x0,5 cm.
50-1150 m di atas permukaan laut.
Perbungaan termasuk flagela mencapai
Hidup pada tanah berstruktur liat dan
8 m, terdiri atas 4-6 bagian bunga.
iklim basah.
Buah masak berukuran 30x20 mm
Perbanyakan dan penanaman
berbentuk bulat panjang, ditutupi 15
Perbanyakan dilakukan dengan biji.
sisik vertikal ke bawah berwarna coklat
Jika
sampai hitam. Buah masak berbiji satu,
semai
diperlukan
telah sedikit
mapan
hanya
perawatan
di
samping penyiangan kadang-kadang.
bulat telur berukuran
15 x10 cm
ditutupi sisik hijau tua berkeluk balik, rapi, kecil, di tengah bersaluran yang
Botani Spesies
dalam dengan pinggiran yang bewarna ini
tumbuh
berumpun,
samar-samar coklat jingga, berubah
memanjat hingga mencapai panjang
menjadi hijau kuning pucat bila masak. 25
Biji berukuran sekitar 11,5 cm x 7,5
Pati
21,82%
cm. Fisis Mekanis Anatomi
Kadar Air
13,76%
Calamus ornathus dengan ciri umum:
Berat Jenis
0,51
Diameter tanpa pelepah 30 - 40 mm
MOE
17.090 kg/cm2
Panjang ruas 20 - 30 cm
MOR
441,96 kg/cm2 ;
Tinggi buku rata-rata 2,42 mm Warna putih kekuningan.
Pelengkungan Radius terkecil pelengkungan tanpa
Ciri anatomi:
pengukusan
Ø ikatan pembuluh
815,28 μm
Ø metaxylem
362,8 μm
Ø protoxylem
57,64 μm
Keawetan
Ø phloem
44,20 μ
Kelas awet
Panjang sel serabut
1298 μm
23,0
cm;
dengan
pengukusan 6,5 cm.
III
Tebal dinding sel serabut 3,91μm
Pemanfaatan
KIP (Kerapatan ikatan pembuluh) 2,9
Batan
buah/mm2
dalam bentuk poles untuk mebel dan
rotan
umumnya
digunakan
tangkai payung. Selain itu digunakan Kimia
juga dalam bentuk alami untuk tangkai
Holoselulosa
72,69 %
sapu, tangkai parang dan tangkai
α-selulosa
34,14%
kampak.
Lignin
13,35%
26
Bentuk batang rotan seuti Foto oleh Jasni, Rachman, dan Damayanti (2007)
4 2 1
5
6
Struktur anatomi batang Calamus ornatus Blume Keterangan : 1. Metaxylem; 2. Protoxylem; 3. Phloem; 4. Parenkim aksial; 5. Berkas serabut; 6. Jaringan parenkim dasar Sumber : Jasni (1996)
27
Specimen Calamus ornatus Bl. tumbuhan tua Keterangan : 1. Daun; 2. Bagian pucuk daun; 3. Pelepah daun; 4. Bagian perbuahan dengan flagela rembang (pucuk); 5. Bagian perbuahan; 6. Buah Sumber : Mogea (1996) dalam Dransfield dan Manokaran (1996)
28
Calamus burckianus Becc. Nama
daerah:
Howe
balubuk
(Sunda), rotan sepet, penjalin bakul
jantan dan betina hampir sama, terdiri atas 5-10 bagian bunga.
(Jawa). Nama di negara lain: -
Anatomi
Daerah persebaran:
Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur
Calamus burckianus dengan ciri umum: Diameter tanpa pelepah berkisar 25 mm
Silvikultur
Panjang ruas 20 - 22 cm
Tempat tumbuh
Tinggi buku rata-rata 2,64 mm
Calamus spesies
burckianus dataran
pegunungan,
merupakan
rendah
dekat
Warna putih kecoklatan.
sampai
sungai,
yang
Ciri anatomi:
tersebar luas sampai pada ketinggian
Ø metaxylem
397 μm
2-1500 m di atas permukaan laut.
Ø protoxylem
50 μm
Perbanyakan dan penanaman
Ø phloem
29 μm
-
Prosentase pori
18,93 %
Panjang sel serabut
1186 μm
Botani Spesies
Tebal dinding sel serabut 4,41 μm ini
tumbuh
berumpun,
memanjat hingga mencapai panjang
KIP (Kerapatan ikatan pembuluh) 3,3 buah/mm2
20 - 40 m bahkan lebih. Diameter dengan pelepah daun mencapai 3 cm.
Kimia
Pelepah
Holoselulosa
73,34 %
tersusun rapat berwarna hitam. Lutut
α-selulosa
42,35%
jelas. Okrea jelas. Panjang daun sekitar
Lignin
24,03%
3-6 m termasuk sirus 1 m dan tangkai
Pati
20,85%
daun
hijau
dengan
duri
daun 19-22 cm. Anak daun berjumlah 60-75 di kanan kiri rakis, berwarna
Fisis Mekanis
hijau muda tersusun menyirip teratur
Kadar Air
13,87%
berukuran
Berat Jenis
0,50
40x2,5
cm.
Perbungaan
29
MOE
18.270 kg/cm2
MOR
510,0 kg/cm2
Pemanfaatan Batang umumnya digunakan dalam
Pelengkungan Radius
pelengkungan
bentuk poles untuk mebel. Selain itu dengan
diolah
menjadi
rotan
belah
yang
pengukusan selama 10 menit adalah
dihasilkan kulit, hati dan filtrit sebagai
4,68 cm.
bahan
anyaman.
Sedangkan
yang
alami digunakan untuk tangkai sapu Keawetan Kelas awet
dan parut kelapa tradisional. II
30
Bentuk batang rotan balubuk Foto oleh Jasni, Rachman, dan Damayanti (2007)
Struktur anatomi batang Calamus burckianus Becc. Keterangan : M. Metaxylem; Ph. Phloem; Pr. Protoxylem; Is. Berkas serabut; Pd. Jaringan parenkim dasar Sumber : Jasni (1996) 31
Specimen Calamus burckianus Becc. Keterangan : A. Bagian tumbuhan memuat pelepah; B. Helaian daun; C. Ujung daun dengan sirus; D. Perbuahan. Sumber : Dransfield, J (1994) dalam Kalima (1996)
32
Korthalsia jughunii Blume Nama daerah: Howe sampang, owe
kekuningan.
Pelepah
menceng
dengan
tersebar warna hijau
Nama di negara lain: -
kekuningan, panjangnya sampai 1 cm.
Daerah persebaran :
Jawa
dan
Sumatera
duri
daun
hijau
Pelepah daun tidak berlutut dan selalu berakhir dalam suatu okrea. Pelepah daun dan okrea ditumbuhi duri yang
Silvikultur
beragam, jarang sampai lebat. Okrea
Tempat tumbuh
menyerupai jala. Anak daun berjumlah
Khortalsia jughunii dijumpai tumbuh di
13
dataran
berukuran 20-26 x 5-12 cm. Spesimen
rendah,
lereng
bukit,
pegunungan, mulai pada ketinggian
pasang,
berbentuk
rhomboid,
steril.
400-1100 m di atas permukaan laut. Perbanyakan dan penanaman
Anatomi
Selama ini budidayanya belum pernah
Khortalsia jughunii dengan ciri umum:
dilakukan.
Diameter tanpa pelepah berkisar 16 mm
Botani
Panjang ruas rata-rata 32-40 cm
Spesies ini tumbuh berumpun dengan
Tinggi buku rata-rata 4,9 mm
lebat dan sering bercabang tinggi
Warna coklat kusam.
dalam
tajuk
hutan
sehingga
mengakibatkan belitan besar. Batang
Ciri anatomi:
mencapai panjang 8 m. Batangnya
ikatan pembuluh
808,40 μm
ramping, memanjat tinggi, hapasantik,
metaxylem
382,48 μm
dan hermaprodit. Diameter dengan
protoxylem
44,28 μm
pelepah mencapai diameter 2,1 cm.
phloem
41,68 μm
Daun bersirus panjangnya sampai 140
Panjang sel serabut
1940 μm
cm,
Tebal dinding sel serabut 4,89 μm
termasuk
tangkai
dan
sirus;
panjang sirus sampai 70 cm; panjang tangkai daun sampai 13 cm dilengkapi duri tunggal tersebar, warna duri hijau 33
Kimia Holoselulosa
71,49%
Pelengkungan
α-selulosa
42,89%
Radius
Lignin
24, 41%
pengukusan selama 10 menit adalah
Pati
19,62 %
4,7 cm.
Fisis mekanis
pelengkungan
dengan
Pemanfaatan
Kadar Air
18,19 %
Batang Khortalsia junghunii umumnya
Berat Jenis
0,58
digunakan dalam bentuk poles untuk
MOE
22.000 kg/cm2
rangka mebel. Selain diolah menjadi
MOR
834 kg/cm2 ;
kulit, cor dan filtrit digunakan pula sebagai bahan anyaman, tali-temali
Keawetan Kelas awet
serta untuk cambuk. III
34
Bentuk batang rotan sampang Foto oleh Jasni, Rachman, dan Damayanti (2007)
1 5 3 1 2 4
Struktur anatomi Korthalsia junghuhnii Miquel. Keterangan : 1. Metaxylem; 2. Protoxylem; 3. Phloem; 4. Parenkim aksial; 5. Berkas serabut; 6. Jaringan parenkim dasar Sumber : Jasni (1996)
35
Specimen Korthalsia jughunii Miquel. Keterangan : A. Bagian tumbuhan memuat pelepah; B. Helaian daun. Sumber : Kalima (1996)
36
Plectocomia elongata Bl. Nama daerah: bubuai, howe bubuai,
sampai
menjalin warak (Sunda)
Diameter dengan pelepah mencapai
Nama
di
negara
lain
:
Rotan
mencapai
25-100 mm.
tinggi
30-50
m.
Pelepah daun hijau,
mantang (Malay Peninsula)
ditutupi
oleh
Daerah persebaran : Jawa, Sumatra
berbentuk sisir miring (roset). Warna
dan Kalimantan
duri
coklat
duri
horizontal
keemasan
atau
atau coklat
kemerahan, panjang 3-4 cm dengan Silvikultur
indumentum
Tempat tumbuh
kuning tua. Lutut tidak ada. Daun
Plectocomia elongata Bl.
berwarna
putih
atau
merupakan
sangat besar, panjang 6-7 m termasuk
spesies dataran rendah yang tersebar
sirus 3 m dan tangkai daun 20-30 cm.
luas sampai pada ketinggian 1120 m di
Anak daun 50-60 di kanan kiri rakis,
atas permukaan laut.
berbentuk pita jorong, tersusun tidak
Perbanyakan dan penanaman
teratur
Perbanyakan
dapat
Permukaan atas anak daun hijau dan
tunas
tumbuh
yang
menggunakan
berkelompok
2-3.
ruas
bagian bawah keputihan. Perbungaan
batangnya, jumlah tunas pada ruas
muncul dari ujung berjumlah sekitar 7-
batang
Nampaknya
10 bongkol yang panjangnya mencapai
budidaya melalui tunas yang tumbuh
80 cm. Buah masak sekitar 8 tanpa
pada
braktea,
sekitar ruas
4-10.
batang
dibandingkan
dengan
pada
atau
lebih
cepat
sangat
banyak.
Diameter
pembiakan
buah 1,5 cm ditutupi oleh 50 sisik
melalui biji. Cara perbanyakan seperti
vertikal ke bawah berwarna coklat
ini sangat menarik untuk diketahui dan
kemerahan. Biji berdiameter sekitar 1
dilakukan
cm. Semai berdaun lanset.
penelitian
agar
dapat
diterapkan pada spesies-spesies rotan lainnya.
Anatomi
Plectocomia
elongata
dengan
ciri
Botani
umum:
Spesies ini tumbuh berumpun dan ada
Diameter tanpa pelepah berkisar 20 -
juga tunggal atau soliter, memanjat
90 mm 37
Panjang ruas 30-40 cm
Keteguhan belah 69.3 kg/cm2
Tinggi buku rata-rata 3,5 mm
Kekerasan 305 kg/cm2
Warna coklat dan coklat kemerahan. Pelengkungan Ciri anatomi:
Radius
pelengkungan
dengan
ikatan pembuluh
982,24 μm
pengukusan selama 10 menit adalah
metaxylem
365,76 μm
4,68 cm.
protoxylem
73,70 μm
phloem
38,92 μm
Keawetan
Panjang sel serabut
2259,0 μm
Kelas awet
Tebal dinding sel serabut
V
3,49 μm. Pemanfaatan
Plectocomia
Kimia
elongata
sudah
mulai
Holoselulosa
73,84%
digunakan dalam bentuk poles untuk
α-selulosa
40,60%
kerangka mebel. Selain itu hati dan
Lignin
16,85%
filtrit
Pati
23,57 %
anyaman,
belum
digunakan
karena
terlalu
sebagai lunak.
Sedangkan kulit kemungkinan dapat Fisis mekanis
digunakan untuk anyaman.
MOE 38,.098 kg/cm2
38
Bentuk batang rotan bubuay Foto oleh Jasni, Rachman, dan Damayanti (2007)
5
1 3
6
2 4
Struktur anatomi Plectocomia elongata Mart. ex Blume Keterangan : 1. Metaxylem; 2. Protoxylem; 3. Phloem; 4. Parenkim aksial; 5. Berkas serabut; 6. Jaringan parenkim dasar Sumber : Jasni (1996)
39
Specimen Plectocomia elongata Mart. ex Blume Keterangan : A. Bagian tumbuhan memuat pelepah; B. Daun; C. Ujung daun dengan sirus. Sumber : Kalima (1996)
40
Calamus tumidus Furtado.
Nama daerah: Rotan manau tikus
Diameter tanpa pelepah berkisar 12 -
Nama di negara lain : Rotan manau
25 mm
buku
Panjang ruas –
hitam
(Semenanjung
Malaya
bagian Utara)
Tinggi buku rata-rata –
Daerah persebaran : Sumatra
Warna putih kekuningan.
Silvikultur
Ciri anatomi:
Tempat tumbuh
ikatan pembuluh
316,7 μm
-
metaxylem
194,1 μm
Perbanyakan dan penanaman
protoxylem
32,2 μm
-
phloem
33,2 μm
Panjang sel serabut
1233,30 μm
Botani Batang
Tebal dinding sel serabut 3,50 μm mencapai
panjang
60
m.
Panjang daun sampai 4 m termasuk
Kimia
pelepah; pelepah daun ditumbuhi duri
Holoselulosa
-
besar
Selulosa
56,62%
Tangkai daun panjangnya sekitar 30
Lignin
21,79%
cm berwarna coklat kemerahan sampai
Silika
2,25 %
dan
indumentum
berlutut.
merah padam. Buah masak ellipsoid, sekitar 22 x 18 mm, berparuh pendek,
Fisis mekanis
tertutup
Kadar Air
-
Berat Jenis
0,45
kekuningan
dengan cembung
sisik
coklat
dalam
15
barisan.
Keteguhan tarik sejajar bagian luar 538 kg/cm2
Anatomi
Plectocomia
Keteguhan tarik sejajar bagian dalam
elongata
dengan
ciri
631 kg/cm2
umum:
41
Keawetan -
Pemanfaatan Sama dengan rotan manau yaitu untuk
Pelengkungan
pembuatan kerangka mebel.
-
f
Struktur anatomi Calamus tumidus Furtado Keterangan : a. Metaxylem; b. Phloem; c. Protoxylem; d. Parenkim aksial; e. Berkas serabut; f. Jaringan parenkim dasar Sumber : Indrawati (1992)
42
Specimen Calamus tumidus Furtado Keterangan : 1. Daun; 2. Bagian batang dengan pelepah daun; 3. Bagian perbungaan betina; 4. Buah muda Sumber : Aminudin bin Muhammad dalam Dransfield dan Manokaran (1996)
43
Daemonorop robusta Warb. Nama daerah: Rotan susu (Sulawesi
dan berwarna coklat cemerlang bila
Utara),
batang
dikeringkan.
Tengah)
rotan
merah bulu
rusa
(Sulawesi (Seram
Anatomi
Ambon), noko (Sulawesi Tenggara)
Daemonorop
Nama di negara lain : -
umum:
Daerah
persebaran
:
Sulawesi,
Maluku
robusta
dengan
ciri
Diameter tanpa pelepah 23 mm Panjang ruas rata-rata 20-25 cm Tinggi buku rata-rata 3,7 mm
Silvikultur
Warna hijau keabu–abuan dan kuning
Tempat tumbuh
kehitaman.
Daemonorop
robusta
Warb.
merupakan spesies hidup berumpun,
Ciri anatomi:
tumbuh luas 10 - 900 m diatas
ikatan pembuluh
316,3 μm
permukaan laut dan tanah sarang
metaxylem
198,0 μm
sampai berbatu-batu dan berpasir.
protoxylem
33 μm
Perbanyakan dan penanaman
phloem
34,9 μm
-
Panjang sel serabut
1180 μm
Tebal dinding sel serabut 3,10 μm. Botani Batang
mencapai
panjang
20
m.
Kimia
Diameter batang dengan pelepah 40
Holoselulosa
-
mm. Panjang daun sampai 5,5 m,
Selulosa
50,86%
pelepah daun bewarna kuning sampai
Lignin
22,39%
pucat, lebat ditumbuhi indumentum
Silika
1,59 %
hitam. Duri biasanya lunak, ramping, coklat keputih-putihan sampai hitam,
Fisis mekanis
panjang duri sampai 7 cm. Buah masak
Kadar Air
-
agak membulat, panjang 17 mm dan
Berat Jenis
0,42
diameter 20 mm, dengan sisik putih,
MOR
647 kg/cm2
MOE
33.774 kg/cm2 44
Keawetan -
Pemanfaatan Pembuatan kerangka mebel
Pelengkungan
dengan
kualitas sedang.
Radius terkecil pelengkungan tanpa pengukusan
18,5
cm;
dengan
pengukusan 6,5 cm.
45
Bentuk batang rotan batang susu Foto oleh Jasni, Rachman, dan Damayanti (2007)
f
Struktur anatomi Daemonorops robusta Warb. Keterangan : a. Metaxylem; b. Phloem; c. Protoxylem; d. Parenkim aksial; e. Berkas serabut; f. Jaringan parenkim dasar Sumber : Indrawati (1992)
46
Specimen Daemonorops robusta Warb. Keterangan : 1. Batang berlepepah dan bagian pangkal daun; 2. Bagian atas daun bersama kucir; 3. Pelepah daun; 4. Tiga pinak daun; 5. Rincian rakis bersama pinak daun; 6. Bagian perbuahan; 7. Rincian perbuahan; 8. Buah. Sumber : Mogea (1996) dalam Dransfield dan Manokaran (1996)
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Standar Industri Indonesia. Mutu dan cara uji tepung gaplek. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. SII-70-1979. ______. 1981. Standar Industri Indonesia. Cara uji kadar selulosa alpha, betha dan gamma dalam pulp. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. SII-0443-1981. ______. 1981. Standar Industri Indonesia. Cara uji kadar lignin kayu dan pulp. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. SII-0528-1981. ______. 2005. RSNI3. Jenis, Sifat dan Kegunaan Rotan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Belum diterbitkan. Al Rasyid, H. 1989. Teknik penanaman rotan. Pusat Penelitian dan Pengembagan Hutan dan Konservasi Alama. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Tidak diterbitkan. Dransfield, J. 1974. A Short guide to rattan Biotrop/TF/74/128 Bogor, Indonesia 69 pp. ______. 1979. A manual of the rattan of Malay Peninsula. Malayan Forest Record No. 29. FRIM, Malaysa. ______. 1984. The Rattan of Sabah. Sabah Forest Record. No 13. Forest Departement Sabah. Dransfield, J. and N. Manokaran. 1994. PROSEA Plant Resources of South East
Asia 6: Rattans . ______. 1996. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 6: Rotan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta dan PROSEA Bogor. Hadikusumo, S. A. 1994. Exploration of physical and mechanical properties of precently unused Rattan. Buletin Fakultas Kehutanan No.25:1-19. Fahutan UGM. Yokyakarta.
48
Hartono. 1998. Prospek industri rotan dan saran yang diperlukan. Makalh pada workshop tentang deregulasi rotan. Asmindo. Jakarta. Indrawati, L. 1992. Struktur Anatomi Beberapa Jenis Rotan. Skripsi S1. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak diterbitkan. Jasni. 1996. Struktur Anatomi Batang dan Kandungan Kimia Rotan Serta Pencegahan Serangan Bubuk Dinoderus Minutus Fabr. pada Beberapa Jenis Rotan. Tesis S2. Program Studi Biologi. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. Depok. _____, dan N. Supriana, 1999. The resisten of eight rattan species against the powder post beetle Dinoderus minutus Farb. Proceeding of the Fourth Internasional Conference of Wood Science, Wood Technology and Forestry. Missenden Abbey. 14th-16th Juli. Forest Products Research Centre. Bungkinghamshire Chilters University College High Wycome, England. pp : 157 –162. _______, O. Rachman, Krisdianto, T. Kalima, N. Hadjib, Suhariyanto, J. Mogea. 2006. Kosep Atlas Rotan. Pusiltbang Hasil Hutan. Laporan Proyek. Tidak diterbitkan. Kalima, T., 1996. Flora rotan di Pulau Jawa serta kerapatan dan persebaran populasi rotan di tiga wilayah kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Thesis S2 Program Studi Biologi Program Pasca Sarjana. Universitas Indonesia. Depok. Tidak diterbitkan. Nasa. I. M. 1989. Studi Perbandingan Beberapa Sifat Fisik, Mekanik dan Kimia antara Rotan Bubuay (Plectpcomia eongata BL.) dengan Rotan Manau (Calamus manan Miq.). Skripsi S1. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Rachman, O. 1996. Peranan sifat anatomi, kimia dan fisis terhadap mutu rekayasa rotan. Disertasi Doktor. Program Pasca sarjana IPB. Bogor. ______, dan Jasni. 2006. Rotan Sumberdaya, Sifat dan Pemanfaatannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 132 hal. 49
______, Jasni, dan Krisdianto. 2006. Teknologi Pelengkungan dan Peningkatan Kemampuan Radius Lengkung untuk Efisiensi Industri Pengolahan Rotan. Sub judul : Peningkatan kemampuan radius lengkung rotan sebagai bahan baku mebel. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Tidak diterbitkan. Siripatanadilok, S. 1974. Anatomical investigation of Javanese Rattan cane as a quide to their identification. Biotrop Tropical Forest Research. Bogor. Wiener, G. and W. Liese. 1990. Rattan stem anatomy and taxonomic implications. IAWA Bulletin : 11 (1):61-70. _____, 1993. Generic Identification Key to Rattan Palms Based and Stain Anatomical Characters. IAWA. Journal. 14(1): 55-61.
50
GLOSARI
Anyaman rotan: hasil anyaman dengan bahan baku kulit atau hati rotan yang dapat dibentuk lebih lanjut untuk meningkatkan manfaat dan nilai tambah. Bahan baku mebel rotan: bahan baku mebel yang terdiri dari rotan WS, rotan bulat pendek, rotan kikis buku, rotan bulat kupasan, rotan belahan hati, kulit rotan dan anyaman rotan. Biji: unit pembiakan yang dibentuk dari bakal biji yang telah dibuahi, tersusun atas embrio dan kulit, dan dalam beberapa hal juga memiliki endosperma. Buah: bakal buah yang masak dengan bagian-bagian yang menggala. Buku: suatu titik di batang atau cabang tempat munculnya daun atau cabang. Duri: struktur keras berujung runcing-lurus kaku pendek. Flagelum: organ panjat pada rotan yang dikembangkan dari suatu perbungaan yang termodifikasi, tumbuh pada suatu pelepah daun, hanya terdapat pada marga Calamus. Holoselulosa merupakan selulosa yang mempunyai molekul gula linear berantai panjang dan berfungsi memberikan kekuatan tarik pada batang yang disebabkan karena adanya ikatan kovalen yang kuat dalam cincin piranosa dan antar unit gula penyusun selulosa. Ikatan pembuluh: sel-sel metaxylem, phloem, protoxylem dan sel-sel serabut yang membentuk suatu ikatan yang terletak menyebar diantara jaringan parenkim dasar. Kadar air (%) merupakan hasil pengukuran kadar air rotan dalam kondisi kering udara. Berat jenis merupakan perbandingan berat dan volume kayu dalam keadaan kering udara dengan kadar air rotan rata-rata sekitar 15%. Keranjang: hasil anyaman jalinan bahan baku rotan bulat WS, rotan bulat pendek, rotan kikis buku, rotan bulat kupas, kulit rotan atau hati rotan yang ditandai dengan aneka bentuk kerajinan bermotif kembang.
51
Kucir: organ panjat dari rotan yang dikembangkan dari perpanjangan ujung daun. Lignin: Polimer kompleks dari unit fenilpropana dengan berat molekul tinggi yang berfungsi memberikan kekakuan pada batang rotan. Lutut: suatu pembengkakan pelepah daun pada pangkal tangkai. Mebel: hasil pengerjaan dari beberapa bentuk bahan baku yang sudah dirakit menjadi suatu produk barang jadi. Metaxylem: xylem yang berdiameter besar sebagai elemen anatomi yang berfungsi sebagai saluran air dan zat hara dari akar ke daun. Modulus elastisitas/Modulus of Elasticity/MOE: perbandingan antara tegangan dan regangan yang berlaku sepanjang garis elastis. Modulus
patah/Keteguhan
lentur
statis
maksimum/Modulus
of
Rupture/MOR: tegangan pada batas maksimum. Okrea: perpanjangan pelepah daun yang melampaui pangkal tangkai. Pinak daun (leaflet) : lembar daun majemuk. Phloem: elemen anatomi yang berfungsi sebagai saluran hasil fotosintesis dari tajuk ke bagian-bagian lain dari tanaman. Protoxylem: xylem berdiameter kecil yang berbentuk spiral sebagai saluran air dan zat hara dari akar ke daun. Sel serabut : sel-sel jaringan dalam komponen struktural yang memberikan kekuatan pada rotan, dimana tebal dinding sel serabut merupakan parameter anatomi yang paling penting dalam menentukan kekuatan rotan dan dinding yang lebih tebal membuat rotan menjadi lebih keras dan lebih berat. Selulosa: molekul gula linier berantai panjang dalam golongan holoselulosa yang berfungsi untuk memberikan kekuatan tarik dan lentur batang. Kemurnian selulosa alami ditunjukkan oleh prosentase α-selulosa.
52
Sifat anatomi: sifat yang terdapat pada suatu jenis rotan yang diidentifikasi secara anatomi. Sifat fisis mekanis: sifat suatu jenis rotan yang ditentukan berdasarkan penampakan fisik dan keteguhannya. Sifat kimia: sifat yang didasarkan atas kandungan kimia yang terdapat pada suatu jenis rotan yang dianalisa secara kimia. Silika: zat kaca yang sangat keras yang dapat menumpulkan pisau pengolahan dan diperoleh setelah rotan diabukan. Rakis: dalam selembar daun, sumbu tempat pinak-pinak daun tumbuh; dalam suatu perbungaan, sumbu yang ditumbuhi cabang-cabang tingkat pertama. Rotan: palem memanjat yang termasuk anak suku Calamoideae. Ruas: antar buku-bagian dari batang antara dua buku. Tumbuh berumpun (cluster): rotan tumbuh lebih dari satu batang pada satu rumpun. Tumbuh tunggal (soliter): rotan tumbuh tunggal, tidak mempunyai tunastunas pada batang. Tunas: cabang atau ranting tumbuh yang muda.
53
INDEKS NAMA ROTAN
Batang merah – 44 Batang putih – 17 Borongan - 25 Bubuai - 37
Calamus burckianus Becc. - 29 Calamus giganteus Becc. (1893) - 8 Calamus inops Becc. - 13 Calamus manan Miq. - 8 Calamus ornatus BL. - 25 Calamus scipionum Loureiro - 21 Calamus tumidus Furtado. - 41 Calamus zolingeri Becc. - 17 Daemonorop robusta Warb. - 44 Halawaku malibat – 17 Howe balubuk - 29 Howe bubuai - 37 Howe sampang - 33 Korthalsia jughunii Bl. - 33 Limuran – 25 Menjalin warak - 37 Minong – 25 Munou – 25 Noko – 44 Owe menceng - 33 Penjalin bakul - 29 Plectocomia elongata Bl. – 37
Rimoran - 25 Rotan air – 17 Rotan batang - 17 Rotan buku dalam - 25 Rotan bulu rusa - 44 Rotan dok – 25 Rotan kesup – 25 Rotan kesur – 25 Rotan lambang - 25 Rotan manau - 8 Rotan manau tikus - 41 Rotan manau telur - 8 Rotan manau buku hitam - 41 Rotan mantang – 37 Rotan semambu - 21 Rotan sepet – 29 Rotan seuti - 25 Rotan susu - 44 Rotan tohiti – 13 Sambutan – 13 Sek batang – 25 Tu’u - 21 Umul - 17 Waai chang – 25 Waai maithao – 21 We maliang - 25
54