DAFTAR ISI PENJELASAN SYARAT-SYARAT TEKNIS ( SPESIFIKASI TEKNIS )
Halaman Pasal 1. Spesifikasi Teknis ............................................................................................................. 1 Pasal 2. Lingkup Pekerjaan ............................................................................................................ 1 Pasal 3. Penjelasan Gambar-gambar ............................................................................................ 1 Pasal 4. Situasi Bangunan dan Pembongkaran ............................................................................. 2 Pasal 5. Mobilisasi .......................................................................................................................... 2 Pasal 6. Papan Nama Proyek ....................................................................................................... 3 Pasal 7. Material dan Penyimpanan ............................................................................................... 3 Pasal 8. Pengujian Laboratorium ................................................................................................... 4 Pasal 9. Pekerjaan Galian Tanah ................................................................................................... 5 Pasal 10. Urugan / Timbunan Tanah ................................................................................................ 7 Pasal 11. Pekerjaan Beton ............................................................................................................... 8 Pasal 12. Baja Tulangan Untuk Beton ............................................................................................ 18 Pasal 13. Adukan Semen ............................................................................................................... 20 Pasal 14. Pasangan Batu Dengan Adukan .................................................................................... 21 Pasal 15. Pekerjaan Pondasi ......................................................................................................... 23 Pasal 16. Pekerjaan Pasangan Bata .............................................................................................. 23 Pasal 17. Pekerjaan Plesteran ....................................................................................................... 24 Pasal 18. Pekerjaan Lantai ............................................................................................................. 24 Pasal 19. Pekerjaan Kusen Pintu / Jendela dan Daun Pintu / Jendela .......................................... 24 Pasal 20. Pekerjaan Kuda-Kuda, Rangka Atap dan Plafond ......................................................... 26 Pasal 21. Pekerjaan Penutup Atap................................................................................................. 27 Pasal 22. Pekerjaan Kaca .............................................................................................................. 27 Pasal 23. Pekerjaan Alat penggantung dan Kunci ......................................................................... 27 Pasal 24. Pekerjaan Interior, Eksterior, Cat dan Laburan .............................................................. 27 Pasal 25. Pekerjaan Instalasi Listrik dan Armatur .......................................................................... 28 Pasal 26. Pekerjaan Plumbing ....................................................................................................... 29 Pasal 27. Penyerahan Pekerjaan ................................................................................................... 30
LPMP DKI Jakarta
PENJELASAN SYARAT-SYARAT TEKNIS ( SPESIFIKASI TEKNIS )
Pasal 1 SPESIFIKASI TEKNIS
1.1
Selain
ketentuan-ketentuan
dalam
BAB
I
tentang
persyaratan
umum
dalam
pembangunan, juga harus mengacu pada persyaratan teknis dari Standart Nasional Indonesia (SNI) pada Remodeling Aula Mitra Nusantara Gedung Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Secara umum persyaratan teknis pada Remodeling Aula Mitra Nusantara Gedung Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi DKI Jakarta mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri PU Nomor. 441/KPTS/1998 tentang persyaratan teknis bangunan gedung, Keputusan Menteri PU nomor 468/KPTS/1998 tentang persyaratan teknis aksesibilitas pada bangunan umum dan lingkungan dan Keputusan Menteri PU. Nomor 10/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran bangunan gedung dan lingkungan.
Pasal 2 LINGKUP PEKERJAAN
2.1
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
Remodeling Aula Mitra Nusantara LPMP DKI Jakarta
Lokasi : Jl. Nangka No.80 Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan
2.2
Maksud dan tujuan
2.2.1
Pada dasarnya maksud dari remodeling ini adalah:
Sebagai
sarana
penunjang
untuk
kelancaran
pelaksanaan
kegiatan
dilingkungan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi DKI Jakarta 2.2.2
Adapun tujuan yang diharapkan dari Remodeling ini adalah:
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya pendidik dan lainnya dalam hal pelaksanaan belajar mengajar dan kinerja lainya.
Pasal 3 PENJELASAN GAMBAR-GAMBAR
3.1
Untuk dapat memahami serta menghayati secara sempurna seluruh pekerjaan ini, kontraktor diwajibkan untuk mempelajari secara teliti, baik gambar maupun syarat-syarat pada Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ini untuk meyakinkan diri bahwa benar-benar tidak terdapat lagi ketidakjelasan perbedaan ukuran-ukuran, perbedaan antar gambargambar serta kejanggalan atau kekeliruan lainnya.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
1
LPMP DKI Jakarta
Apabila terdapat ketidakcocokan, perbedaan atau kejanggalan antar gambar-gambar yang satu dengan lainnya, maupun antar gambar-gambar dengan Dokumen Pengadaan (Pelelangan), maka kontraktor diwajibkan melaporkan hal-hal tersebut secepatnya kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaiannya.
3.2
Mengingat setiap kesalahan maupun kelalaian dan ketidaktelitian dalam melaksanakan satu bagian pekerjaan akan mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka ketelitian pelaksanaan mutlak serta mendapat perhatian pertama. Kelalaian terhadap ketentuan ini dapat mengakibatkan dibongkarnya suatu hasil pekerjaan oleh Konsultan Pengawas, yang mengakibatkan suatu kerugian bagi kontraktor.
3.3
Yang dimaksud dengan pekerjaan dalam uraian ini adalah segala hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan dan mengikuti gambar-gambar perencanaan serta penjelasan dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ini termasuk didalamnya pengadaan bahan-bahan, pengerahan tenaga kerja, peralatan yang diperlukan serta sarana lainnya, sehingga maksud dan tujuan terwujud sesuai dengan rencana.
Pasal 4 SITUASI BANGUNAN DAN PEMBONGKARAN
4.1
Kontraktor harus mengadakan penelitian yang seksama, sehingga dalam estimasi perhitungan jenis pekerjaan tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan harga penawaran menjadi rendah.
4.2
Kelalaian dan ketidaktelitian kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim.
4.3
Pelaksanaan pembongkaran dilaksanakan dengan hati hati dan rapi, supaya tidak mengotori dan menimbulkan kebisingan kelokasi sekitarnya.
4.4
Material bongkaran milik LPMP DKI, Material bongkaran disimpan/dikumpulkan di suatu tempat sesuai petunjuk pihak LPMP DKI/Pengawasa Lapangan.
4.5
Puing bekas bongkaran harus secepatnya dibersihkan dari lingkungan kerja.
Pasal 5 MOBILISASI 5.1
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan untuk Kontrak ini akan tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana ditentukan dibagianbagian lain dari Dokumen Kontrak, dan secara umum akan sesuai dengan hal-hal sebagai berikut:
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
2
LPMP DKI Jakarta
5.1.1
Persyaratan Mobilisasi
Mobilisasi dari semua pekerja yang diperlukan untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan kontrak.
Mobilisasi dan pemasangan peralatan konstruksi dari suatu lokasi asalnya ketempat yang digunakan sesuai ketentuan Kontrak.
Penyediaan dan pemeliharaan Base Camp Kontraktor, termasuk bila perlu kantor-kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel- bengkel, gudang-gudang dsb.
Penempatan Direksi Keet dan Gudang harus ijin pihak LPMP DKI melalui Pengawas Lapangan.
Pemakaian alat angkut harus disesuaikan dengan kondisi jalan, sehingga tidak merusak jalan existing.
5.1.2
Persyaratan Demobilisasi
Pekerjaan demobilisasi dari daerah kerja (site) yang dilaksanakan oleh Pihak Kontraktor pada akhir Kontrak, termasuk membongkar kembali seluruh instalasi-instalasi, peralatan konstruksi, dan Pihak Kontraktor diharuskan untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan pada daerah kerja (site), sehingga kondisinya sama dengan keadaan sebelum Pekerjaan dimulai.
Pasal 6 PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor harus membuat dan memasang papan nama proyek dengan ukuran 1.20x0.75 m dengan konstruksi tiang dari kayu ukuran 8/12 cm dan papan tebal 2 cm atau multiplek 12 mm, yang isinya sesuai dengan petunjuk direksi dilapangan.
Pasal 7 MATERIAL DAN PENYIMPANAN 7.1
Bahan yang dipergunakan di dalam Pekerjaan harus : 7.1.1
Memenuhi Spesifikasi dan standar yang berlaku.
7.1.2
Sesuai dengan ukuran, kebutuhan, tipe dan mutu yang dipersyaratkan dalam gambar atau dokumen kontrak.
7.2
Penyimpanan Material 7.2.1
Umum Material harus disimpan sedemikian rupa sehingga mutunya terjamin dan terpelihara serta siap untuk dipergunakan dalam pekerjaan sewaktu-waktu.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
3
LPMP DKI Jakarta
Penyimpanan bahan penempatannya harus sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu dan mudah untuk diperiksa oleh Konsultan Pengawas. 7.2.2
Tempat Penyimpanan Tempat penyimpanan bahan di lapangan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan sampah, bebas dari genangan dan bila perlu permukaannya ditinggikan. Bahan yang ditempatkan di atas tanah tidak diperkenankan untuk dipakai, kecuali hanya kalau permukaan tanah tersebut telah disiapkan sebelumnya dan diberi lapis permukaan.
Pasal 8 PENGUJIAN LABORATORIUM 8.1.
Didalam pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana lingkungan gedung, serta perawatan gedung kesehatan / pendidikan di lokasi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
maka pengujian bahan harus dilaksanakan.
Pengujian ini diperlukan guna mendapatkan bahan yang sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan. 8.1.1.
Fasilitas Laboratorium Kontraktor harus memberikan informasi kepada pengguna jasa / konsultan pengawas
mengenai
tempat
pengujian
untuk
memenuhi
ketentuan
pengendalian mutu dari spesifikasi bahan yang digunakan. 8.1.2.
Pelaksanaan Pengujian 8.1.2.1. Personil Personil yang bertugas pada pengujian bahan-bahan, harus tenaga yang telah mempunyai pengalaman cukup dan telah biasa menghadapi pengujian bahan sesuai kebutuhan. 8.1.2.2. Pemberitahuan Pihak Kontraktor harus memberitahu pihak Konsultan Pengawas mengenai rencana waktu pelaksanaan pengujian sejam sebelum pengujian dilaksanakan, sehingga dengan demikian memberi waktu Konsultan Pengawas menyaksikan setiap pengujian rutin bahan yang diinginkan. 8.1.2.3. Distribusi Hasil pengujian harus segera diolah dan diinformasikan, sehingga kemungkinan untuk pelaksanaan pengujian ulang atau penggantian bahan dari bahan-bahan dapat dilaksanakan secepatnya dengan demikian mengurangi keterlambatan penanganan pekerjaan.
8.1.3.
Pengukuran dan Pembayaran 8.1.3.1. Contoh-contoh Seluruh
contoh-contoh
harus
disediakan
oleh
Kontraktor
tanpa
perhitungan biaya tambahan terhadap Kontrak.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
4
LPMP DKI Jakarta
8.1.3.2. Pengujian Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan semua pengujian yang diperlukan agar pekerjaan terselesaikan dengan baik, yang sesuai dengan berbagai persyaratan atau pelaksanaan pengujian seperti ditentukan dalam dokumen-dokumen kontrak harus ditanggung oleh Kontraktor dan seluruh kebutuhan atas biaya tersebut sudah harus dimasukkan dalam perhitungan harga-harga satuan material penawaran,
Pasal 9 PEKERJAAN GALIAN TANAH 9.1
Umum 9.1.1
Uraian 9.1.1.1 Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan. pembuangan. atau pembuatan stock dari tanah atau padas atau Material lain yang perlu untuk penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam Kontrak ini. 9.1.1.2 Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan selokan, saluran air, pondasi atau struktur lainnya.
9.1.2
Jadwal kerja Luas suatu galian yang terbuka pada suatu operasi harus dibatasi sepadan dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang baik, dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan, penggenangan akibat hujan dan gangguan dari luar.
9.1.3
Kondisi tempat kerja 9.1.3.1 Seluruh
galian harus dijaga agar bebas dari air dan
Kontraktor
harus menyediakan seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan (pompa), 9.1.3.2 Bila pekerjaan sedang dilakukan pada saluran yang ada atau tempat lain dimana aliran bawah tanah atau tanah mungkin tercemari, Kontraktor harus setiap saat menyediakan pada tempat kerja sejumlah air minum yang cukup untuk digunakan oleh pekerja untuk mencuci, bersama dengan sejumlah sabun dan desinfektan. 9.1.4
Perbaikan pari pekerjaan galian yang tidak memuaskan Pekerjaan galian yang tidak memenuhi harus diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut : 9.1.4.1 Material yang berlebih harus dibuang dengan penggalian lebih lanjut. 9.1.4.2 Daerah dimana telah tergali lebih, atau daerah retak atau lepas, harus diurug kembali dengan timbunan pilihan seperti yang diperintahkan Konsultan Pengawas
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
5
LPMP DKI Jakarta
9.1.5
Utilitas di Bawah Tanah 9.1.5.1 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi yang ada tentang adanya serta lokasi dari utilitas bawah tanah 9.1.5.2 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menjaga setiap saluran yang masih berfungsi dari pipa, kabel atau jalur lainnya atau struktur yang dijumpai dan memperbaiki setiap kerusakan yang timbul oleh operasinya.
9.1.6
Penggunaan dan Pembuangan Material Galian 9.1.6.1 Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan cakupan proyek dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau urugan kembali. 9.1.6.2 Matenal galian yang mengandung tanah organis tinggi, peat, sejumlah besar akar atau benda tetumbuhan lain dan tanah yang kompresif yang menurut pendapat Konsultan Pengawas akan menyulitkan pemadatan dari material pelapisan atau yang mengakibatkan terjadi kerusakan atau penurunan
yang
tidak
dikehendaki,
memenuhi
untuk
digunakan
sebagai
harus
diklasifikasikan
timbunan
dalam
tidak
pekerjaan
permanen.
9.2
Prosedur Penggalian 9.2.1
Prosedur Umum 9.2.1.1 Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, pondasi, batu bata, batu beton, tembok. 9.2.1.2 Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap material di bawah dan di luar batas galian. 9.2.1.3 Dimana material yang terbuka dalam keadaan lepas atau tanah gambut atau material lainnya yang tak memenuhi dalam pendapat Konsultan Pengawas, maka material tersebut harus dipadatkan dengan benar atau seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana diperintahkan Konsultan Pengawas.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
6
LPMP DKI Jakarta
Pasal 10 URUGAN / TIMBUNAN TANAH 10.1.
Umum 10.1.1. Uraian 10.1.1.1.
Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk konstruksi urugan.
10.1.2. Kondisi Tempat Kerja 10.1.2.1.
Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan tetap kering sebelum dan selama pekerjaan pemasangan dan pemadatan berlangsung.
10.1.2.2.
Kontraktor harus menjamin di tempat kerja tersedia air yang cukup untuk
pengendalian
kelembaban
timbunan
selama
operasi
pemasangan dan pemadatan. 10.1.3. Perbaikan dari urugan yang tidak memuaskan atau tidak stabil 10.1.3.1.
Urugan akhir yang tidak memenuhi atau disetujui harus diperbaiki
10.1.3.2.
Urugan yang menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain setelah dipadatkan biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asal sifat material masih memenuhi syarat.
10.1.3.3.
Perbaikan dari urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau persyaratan sifat material dari Spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan Konsultan Pengawas
10.2.
Material 10.2.1. Urugan Biasa 10.2.1.1.
Urugan yang diklasifikasikan sebagai urugan biasa harus terdiri dari galian tanah atau padas yang disetujui oleh Konsultan Pengawas
10.2.1.2.
Bahan urugan lantai diambil dari puing bongkaran dinding yang sudah dihancurkan kemudian dihampar dan dipadatkan dengan mesin stemper..
10.3.
Pemasangan dan Pemadatan Urugan 10.3.1. Penyiapan tempat kerja 10.3.1.1.
Sebelum pemasangan urugan pada suatu tempat. seluruh bahan yang tidak memenuhi harus telah dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
10.3.2. Pemasangan Urugan 10.3.2.1.
Urugan harus dibawa ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar merata. Bila lebih dari satu lapis akan dipasang, maka lapis tersebut sedapat mungkin harus dibuat sama tebalnya.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
7
LPMP DKI Jakarta
10.3.2.2.
Urugan tanah umumnya harus diangkut langsung dari lokasi sumber material ketempat permukaan yang telah dipersiapkan sewaktu cuaca kering dan disebar. Penimbunan stok tanah urug biasanya tidak diperbolehkan, terutama selama musim hujan.
10.3.3. Pemadatan dari urugan 10.3.3.1.
Langsung setelah pemasangan dan penghamparan urugan masingmasing lapis harus dipadatkan benar-benar dengan peralatan pemadat yang memadai yang disetujui Konsultan pengawas
10.3.3.2.
Pemadatan dari urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari material berada dalam rentang kurang dari 3% sampai lebih dari 1% dari kadar air optimum.
Pasal 11 PEKERJAAN BETON 11.1
Umum 11.1.1 Uraian 11.1.1.1
Pekerjaan yang disyaratkan dalam seksi ini harus mencakup pembuatan seluruh struktur beton, termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan persyaratan dan sesuai dengan garis elevasi, ketinggian, dan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar, dan sebagaimana diperlukan oleh Konsultan Pengawas.
11.1.1.2
Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana pekerjaan beton akan di tempatkan, termasuk pembongkaran dari tiap struktur yang harus dibongkar, galian pondasi, penyiapan dan pemeliharaan dari pondasi, pengadaan penutup beton, pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering, dan urugan kembali disekeliling struktur dengan urugan tanah yang dipadatkan.
11.1.1.3
Kelas dari beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak haruslah menggunakan mutu beton K175 untuk kolom praktis, mutu beton K-225 untuk struktur kolom, balok dan plat dak selasar.
11.1.1.4
Syarat dari PBI tahun 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini,
11.1.2 Jaminan mutu Mutu dari material yang dikirim dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil akhir harus dimonitor dan dikendalikan seperti yang disyaratkan
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
8
LPMP DKI Jakarta
11.1.3 Toleransi 11.1.3.1
Toleransi dimensi :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m ± 5 mm
Panjang keseluruhan lebih dari 6 m ± 15 mm
Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara tembok kepala - 0 dan ± 10 mm
11.1.3.2
Toleransi bentuk :
Siku (selisih dalam panjang diagonal) ±10 mm
Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud) untuk panjang s/d 3m ±12 mm
11.1.3.3
11.1.3.4
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m ±15 mm
Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m
Toleransi kedudukan (dari titik patokan):
Kedudukan permukaan horizontal dari rencana
± 10 mm
Kedudukan permukaan vertikal dari rencana
± 20 mm
Toleransi kedudukan tegak :
11.1.3.5
Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding ± 10 mm
Toleransi ketinggian (elevasi)
11.1.3.6
±20 mm
Puncak beton penutup di bawah pondasi ± 10 mm
Toleransi kedudukan mendatar : ±10 mm dalam 4 m panjang mendatar.
11.1.3.7
Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan :
selimut beton sampai 3 cm
0 dan ± 5 mm
selimut beton 3 cm - 5 cm
0 dan ± l0 mm
selimut beton 5 cm - 10 cm
±10 mm
11.1.4 Nara sumber standar PBI 1971 AASHTO AASHTO AASHTO AASHTO AASHTO AASHTO AASHTO AASHTO AASHTO AASHTO AASHTO AASHTO
M85-75 M2 13-74 Tll-78 M2 13-74 T ll-78 T 21-78 T 26-72 T 96 -77 T 104-77 T 112-78 T 126-76 T141-74
Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 Semen Portland Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan beton dan konstruksi struktur. Jumlah material yang lebih halus dari ayakan 0.075 mm dalam agregat. Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan beton dan konstruksi struktur. Jumlah material yang lebih halus dari ayakan 0.075 mm dalam agregat. Ketidak murnian organis dalam pasir untuk beton. Mutu air yang akan digunakan dalam beton Abrasi dari agregat kasar dengan menggunakan mesin Los Angeles. Penentuan mutu agregat dengan menggunakan sodium sulfat. Gumpalan lempung dan partikel yang dapat pecah dalam agregat. Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian beton di laboratorium. Pengambilan contoh beton segar
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
9
LPMP DKI Jakarta
11.1.5 Penyimpanan dan perlindungan Material Untuk penyimpanan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca yang kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang dinaikkan yang ditutup dengan lapis selubung plastik. 11.1.6 Kondisi tempat kerja Kontraktor harus menjaga temperatur dari seluruh material, khususnya agregat kasar, pada tingkat yang serendah mungkin dan harus menjaga temperatur dari beton di bawah 30 °C sepanjang waktu pengecoran. Sebagai tambahan, kontraktor tidak boleh melakukan pengecoran bila :
Tingkat penguapan melampaui 1.0 kg/m2/jam
Diperintahkan untuk tidak melakukannya oleh Konsultan Pengawas, selama periode hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
11.1.7 Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak memuaskan 11.1.8 Perbaikan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan atau yang memiliki hasil akhir permukaan yang tidak memuaskan, atau yang tidak memenuhi kebutuhan syarat campuran yang dipersyaratkan, meliputi :
Perubahan dalam proporsi campuran untuk sisa pekerjaan;
Tambahan perawatan pada bagian dari struktur yang dari hasil pengujian ternyata gagal;
Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan yang dipandang tidak memuaskan;
Penambalan dari cacat-cacat kecil.
11.1.9 Dalam hal adanya perselisihan dalam kualitas pekerjaan beton atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Konsultan Pengawas dapat meminta kontraktor melakukan pengujian tambahan yang diperlukannya untuk menjamin penilaian yang wajar pada mata pekerjaan yang telah dilaksanakan. Pengujian tambahan tersebut haruslah atas biaya Kontraktor.
11.2
Bahan - bahan 11.2.1 Semen 11.2.1.1 Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah tipe semen portland yang memenuhi AASHTO M 85, campuran yang mengandung gelembung udara tidak boleh digunakan. 11.2.1.2 Terkecuali diijinkan oleli Konsultan Pengawas, hanya satu produk merk yang dapat digunakan di dalam proyek. 11.2.2 Air Air yang digunakan dalam campuran dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari benda yang mengganggu seperti minyak, garam,
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
10
LPMP DKI Jakarta
asam, basa, gula atau organis. Air akan diuji sesuai dengan dan harus memenuhi kriteria dari AASHTO T 26. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. 11.2.3 Syarat-syarat gradasi agregat 11.2.3.1 Gradasi kasar dan halus harus memenuhi syarat-syarat yang diberikan dalam Tabel tetapi material yang tidak memenuhi syarat-syarat gradasi tersebut tidak perlu ditolak bila kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton tersebut memenuhi sifat campuran yang dibutuhkan .
Tabel Syarat-syarat gradasi agregat Ukuran Ayakan Standard ( mm ) 50 37 25 19 13 10 4.75 2.36 1.18 0.3 0.15
Persentase berat yang lolos Agregat Halus Agregat Kasar
Inch (in) 2 1 ½ 1 ¾ ½ 3/8 #4 #8 # 16 #50 #100
100 95 – 100 45 – 80 10-30 2-10
100 95 - 100 35 - 70 10-30 0-5 -
100 95 -100 25-60 0-10 0-5 -
100 90-100 20 - 55 0-10 0-5 -
100 90-100 40 - 70 0-15 0-5 -
11.2.3.2 Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari 3/4 dari jarak minimum antara tulangan baja atau antara tulangan baja dengan acuan, atau antara perbatasan lainnya. 11.2.4 Sifat agregat Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan padas atau batu, atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai. 11.3
Pencampuran dan Penakaran 11.3.1 Rancangan campuran Proporsi material dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metoda yang disyaratkan dalam PBl 11.3.2 Campuran percobaan Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Konsultan
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
11
LPMP DKI Jakarta
11.3.3 Persyaratan sifat campuran 11.3.3.1
Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan Slump yang dibutuhkan
11.3.3.2
Beton yang tidak memenuhi persyaratan "slump" umumnya tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Konsultan Pengawas dalam beberapa hal menyetujui penggunannya secara terbatas dari sedikit jumlah beton tersebut pada bagian tertentu yang sedikit dibebani. Sifat mudah dikerjakan serta tekstur dari campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau menahan udara atau buih air dan sedemikian rupa sehingga pada pembongkaran akan menghasilkan permukaan yang merata, halus dan padat.
11.3.3.3
Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah nilai yang disyaratkan, kontraktor tidak diperbolehkan mencor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat dipastikan dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang akan menjamin produksi beton memenuhi persyaratan secara memuaskan. Beton yang tidak memenuhi kuat tekan 28 hari yang disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan dan pekerjaan harus diperbaiki
11.3.3.4
Konsultan Pengawas dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran berdasarkan hasil test kuat tekan 3 hari, dalam keadaan demikian, kontraktor harus segera menghentikan pengecoran
beton
yang
dipertanyakan
tetapi
dapat
memilih
menunggu sampai hasil pengujian 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan Pengawas akan menelaah kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari, dan segera memerintahkan penerapan dari tindakan perbaikan apapun yang dipandang perlu. 11.3.3.5
Perbaikan
dari
pekerjaan
beton
yang
tak
memuaskan
yang
melibatkan pembongkaran menyeluruh dan penggantian beton tidak boleh didasarkan pada hasil pengujian kuat tekan 3 hari saja, terkecuali kontraktor dan Konsultan Pengawas keduanya sepakat pada perbaikan tersebut. 11.3.4 Penyesuaian Campuran 11.3.4.1
Penyesuaian sifat mudah dikerjakan Bila dijumpai tak mungkin memperoleh beton dengan sifat mudah dikerjakan dan dicor pada proporsi yang semula direncanakan oleh Konsultan, maka akan dibuat perubahan-perubahan pada berat
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
12
LPMP DKI Jakarta
agregat sebagaimana diperlukan, asal dalam hal apapun kadar semen
yang semula direncanakan tidak
diubah, juga tidak
menambah besarnya air/semen yang telah ditetapkan berdasarkan pengujian kuat tekan yang telah menghasilkan kuat tekan yang memadai. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambahkan air atau oleh cara lain tidak akan diperkenankan. Zat tambahan untuk meningkatkan sifat mudah dikerjakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. 11.3.4.2
Penyesuaian kekuatan Bila beton tidak mencapai kekuatan yang dipersyaratkan atau disetujui,
kadar
semen
harus
ditingkatkan
sebagaimana
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
11.3.4.3
Penyesuaian untuk material baru Tidak boleh ada perubahan dalam sumber atau sifat dari material yang disyaratkan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Pengawas dan tidak boleh ada material baru yang boleh digunakan sampai Konsultan Pengawas menerima material tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru yang didasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
11.3.5 Pengukuran Agregat 11.3.5.1
Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen kantongan, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah sama dengan satu atau kebulatan dari jumlah kantung semen.
11.3.5.2
Agregat harus diukur secara terpisah beratnya. Ukuran masingmasing takaran tidak boleh melebihi seluruh penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan dalam kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh kering permukaan, dengan secara berkala menyiram timbunan agregat dengan air.
11.3.6 Pencampuran 11.3.6.1
Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanikal dari tipe dan ukuran yang disetujui dan yang akan menjamin distribusi yang rnerata dari material.
11.3.6.2
Pencampur harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup dan peralatan untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan secara teliti dalam masing-masing penakaran.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
13
LPMP DKI Jakarta
11.3.6.3
Alat pencampur pertama-tama harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan selanjutnya pencampuran dimulai sebelum air ditambahkan.
11.3.6.4
Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran material kering. Seluruh air pencampur harus dimasukkan sebelum seperernpat waktu pencampuran telah berlalu. Waktu pencampuran untuk mesin dengan kapasitas 3/4 m
3
atau
kurang haruslah 1.5 menit, untuk mesin yang lebih besar waktu harus 3
ditingkatkan 15 detik untuk tiap tambahan 0.5 m dalam ukuran. 11.3.6.5
Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Konsultan Pengawas dapat menyetujui pencampuran beton dengan tenaga manusia, sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran dengan tenaga manusia harus dibatasi pada beton non struktural.
11.4
Pengecoran 11.4.1 Penyiapan tempat kerja 11.4.1.1 Kontraktor harus membongkar, struktur yang ada yang akan diganti dengan pekerjaan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru 11.4.1.2 Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk pekerjaan beton hingga garis yang ditunjukkan dalam Gambar, dan harus membersihkan dan menggaru tempat yang cukup disekeliling dari pekerjaan beton tersebut untuk menjamin dapat dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan juga perlu untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diamati dengan mudah dan aman. 11.4.1.3 Seluruh landasan pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dipertahankan kering dan beton tidak boleh di cor di atas tanah yang berlumpur atau bersampah atau dalam air. 11.4.1.4 Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau saluran) harus sudah di tempatkan dan diikat kuat sehingga tidak bergeser sewaktu pengecoran.
11.4.2 Pelaksanaan pengecoran 11.4.2.1 Kontraktor harus memberitahukan Konsultan Pengawas secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bila operasi telah ditunda untuk lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi dari pekerjaan,
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
14
LPMP DKI Jakarta
macam pekerjaan, kelas dari beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Teknik akan memberi tanda terima dari pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa cetakan dan tulangan dan dapat mengeluarkan atau tidak mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk pelaksanaan pekerjaan
seperti
yang
direncanakan.
Kontraktor
tidak
boieh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas untuk memulai. 11.4.2.2 Tidak bertentangan dengan pengeluaran atau persetujuan untuk memulai, tidak ada beton yang boleh dicor bila Konsultan Pengawas atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan. 11.4.2.3 Sesaat sebelum beton dicor, cetakan harus dibasahi dengan air atau disebelah dalamnya dilapisi dengan minyak mineral yang tak akan membekas. 11.4.2.4 Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor dalam posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu sesuai petunjuk Konsultan Pengawas berdasarkan atas pengamatan sifat-sifat mengerasnya semen yang digunakan. 11.4.2.5 Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai. 11.4.2.6 Beton harus dicor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi (pemisahan) partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin ke tempat pengecoran 11.4.2.7 Bila dicor ke dalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan yang rapat, beton harus dicor dalam lapis-lapis horizontal yang tak lebih dari 15 cm tebalnya. 11.4.2.8 Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga beton yang telah berada di tempat masih plastis sehingga dapat menyatu dengan beton segar. 11.4.2.9 Air tidak diperbolehkan dialirkan ke atas atau dinaikkan kepermukaan pekerjaan beton dalam waktu kurang dari 24 jam setelah pengecoran. 11.4.3 Sambungan Konstruksi 11.4.3.1 Jadwal pembetonan harus disiapkan untuk tiap-tiap struktur secara lengkap dan Konsultan Pengawas harus menyetujui lokasi dari sambungan konstruksi pada jadwal tersebut, atau harus diletakkan seperti yang ditunjukkan pada gambar.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
15
LPMP DKI Jakarta
11.4.3.2 Bila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati sambungan sedemikian sehingga membuat struktur tetap monolit. 11.4.3.3 Kontraktor
harus
menyediakan
tambahan
buruh
dan
material
sebagaimana diperlukan untuk membuat tambahan sambungan konstruksi dalam hal penghentian pekerjaan yang tidak direncanakan dari pekerjaan yang disebabkan oleh hujan atau macetnya pengadaan beton atau penghentian oleh Konsultan Pengawas 11.4.4 Konsolidasi (balas edil) 11.4.4.1 Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam atau dari luar yang telah disetujui. Bila diperlukan, dan apabila disetujui oleh Konsultan Pengawas, penggetaran harus ditambah dengan penusukan batang penusuk dengan tangan dengan alat yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar tak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain dalam cetakan. 11.4.4.2 Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan bahwa semua sudut dan diantara dan disekitar besi tulangan benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan gelembung udara terisi. 11.4.4.3 Penggetar
harus
dibatasi
menghasilkan pemadatan
lama
penggunaannya,
sehingga
yang diperlukan tanpa menyebabkan
segregasi (pemisahan) dari agregat. 11.4.4.4 Setiap alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dimasukkan tegak ke dalam beton basah supaya tembus kedasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh ke dalaman seksi itu. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar harus tidak berada lebih dari 30 detik pada satu lokasi, tidak boleh digunakan untuk menggeser campuran beton kelokasi lain dan tidak boleh menyentuh tulangan beton. 11.5
Pekerjaan Akhir 11.5.1 Pembongkaran kerangka cetakan 11.5.1.1 Cetakan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang langsung dan struktur yang serupa lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, atau lengkung, tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 60% dari kekuatan rancangan dari beton telah dicapai.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
16
LPMP DKI Jakarta
11.5.2 Permukaan pengerjaan akhir biasa 11.5.2.1 Terkecuali diperintahkan lain, permukaan dari beton harus dikerjakan segera setelah pembongkaran cetakan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang digunakan untuk memegang cetakan di tempat, dan cetakan yang melewati struktur beton, harus dibuang atau dipotong ke sebelah dalam paling sedikit 2.5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan dan ketidak rataan beton lainnya yang disebabkan oleh cetakan harus dibuang. 11.5.2.2 Direksi Teknik harus memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran cetakan dan dapat memerintahkan penambalan ketidak sempurnaan kecil yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lainnya dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan aduk. 11.5.3 Permukaan (Pekerjaan akhir khusus) Permukaan yang tampak harus diberikan pekerjaan akhir selanjutnya atau seperti yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas 11.5.3.1 Permukaan yang tidak horizontal yang tampak telah ditambal atau yang kasar harus digosok dengan batu gurinda kasar, dengan menempatkan sedikit adukan pada permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus dalam takaran yang digunakan untuk beton tersebut. Penggosokan harus dilanjutkan hingga seluruh tanda bekas cetakan, ketidak rataan, tonjolan menjadi hilang, serta seluruh rongga terisi dan permukaan yang merata telah diperoleh. 11.5.4 Perawatan 11.5.4.1 Sejak permulaan segera setelah pengecoran. Beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dipertahankan dengan kehilangan kelembaban yang minimal dan dengan temperatur yang relatif tetap untuk suatu perioda waktu yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik dari semen dan pengerasan betonnya. 11.5.4.2 Beton
harus
dirawat,
setelah
mengeras
secukupnya,
dengan
menyelimuti memakai lembaran yang menyerap air yang harus selalu basah untuk perioda paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut untuk merawat beton harus cukup diberati atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan terbuka terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu digunakan, cetakan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan dan pengeringan beton.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
17
LPMP DKI Jakarta
Pasal 12 BAJA TULANGAN UNTUK BETON 12.1
Umum 12.1.1 Uraian Pekerjaan itu harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifikasi dan Gambar , serta Buku Pegangan Standart praktis untuk detail struktur beton bertulang, Institut Beton Amerika Baja tulangan beton yang polos dan yang berulir, dan juga kawat baja yang dibentuk dalam keadaan dingin (cold drawn steel wire) untuk tulangan beton. 12.1.2 Standar rujukan A.C.I 315
Buku pegangan standar praktis untuk detail struktur beton bertulang, Institut Beton Amerika
AASHTO M31-77
Baja tulangan beton yang polos dan yang berulir
12.1.3 Toleransi 12.1.3.1 Toleransi untuk pembuatan (fabrikasi) harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315. 12.1.3.2 Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian luar dari baja tulangan sesuai dengan gambar 12.1.4 Penyimpanan dan Penanganan 12.1.4.1 Kontraktor harus mengangkut tulangan ketempat kerja dalam ikatan, diberi label, dan ditandai dengan label metal yang menunjukkan ukuran, panjang batang dan informasi lainnya 12.1.4.2 Kontraktor harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan sedemikian untuk mencegah pengotoran, korosi, atau kerusakan. 12.1.5 Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari pekerjaan yang tak memuaskan 12.1.5.1 Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak boleh digunakan dalam pekerjaan :
Panjang
batang,
ketebalan
dan
bengkokan yang
melebihi
toleransi pembuatan yang disyaratkan dalam ACI 315
Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukan pada gambar atau gambar kerja akhir
Batang dengan penampang yang mengecil karena karat
yang
berlebih atau oleh sebab lain. 12.1.5.2 Dalam hal kekeliruan dalam pembuatan bentuk tulangan. Barang yg telah dibengkokan tidak boleh dibengkokan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Konsultan Pengawas. Pembengkokan kembali dari batang harus dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Konsultan Pengawas. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokan kembali lebih dari satu kali pada tempat yang sama
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
18
LPMP DKI Jakarta
tidak diijinkan digunakan pada pekerjaan. Kekeliruan yang tidak dapat diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau bila pembengkokan kembali tidak disetujui oleh
Konsultan Pengawas, harus diperbaiki
dengan mengganti menggunakan batang yang baru yang dibengkokan dengan benar dan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang disyaratkan. 12.1.5.3 Kontraktor harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan dan pambengkokan tulangan, dan harus menyediakan stok yang cukup dari batang lurus di tempat, untuk pembengkokan yang dibutuhkan dan untuk memperbaiki kekeliruan atau penggantian. 12.1.6 Penggantian ukuran tulang Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara jelas disahkan oleh Konsultan Pengawas. 12.2
Material 12.2.1 Baja tulangan Baja tulangan harus baja polos atau berulir mutu U-24. 12.2.2 Pengikat untuk tulangan Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja
12.3
Pembuatan dan penempatan 12.3.1 Pembengkokan 12.3.1.1 Terkecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, seluruh tulangan harus dibengkokan dalam keadaan dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315 menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari tekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila penggunaan panas untuk pembengkokan di lapangan disetujui oleh Konsultan Pengawas, tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat dari baja tidak terlalu banyak berubah. 12.3.1.2 Batang dari diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok. 12.3.2 Penempatan dan pengikatan 12.3.2.1 Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan aduk atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton. 12.3.2.2 Tulangan harus secara tepat ditempatkan sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan selimut penutup minimum yang disyaratkan 12.3.2.3 Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser sewaktu operasi pengecoran. Pengelasan dari batang melintang atau pengikat terhadap baja tarik utama tidak diperkenankan.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
19
LPMP DKI Jakarta
12.3.2.4 Seluruh
tulangan
harus
disediakan
sesuai
dengan
panjang
keseluruhan yang ditunjukkan pada gambar. Penyambungan (splicing) dari batang, terkecuali ditunjukkan pada gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. 12.3.2.5 Bila sambungan (splice) yang menumpang disetujui maka panjang yang menumpang haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya. 12.3.2.6 Pengelasan dari baja tulangan tidak akan diijinkan terkecuali diperinci dalam gambar atau secara khusus diijinkan oleh Konsultan Pengawas secara tertulis. Bila Direksi menyetujui pengelasan dan penyambung, maka sambungan dalam hal ini adalah las tumpu ujung yang menembus penuh. Pendinginan benda las dengan air tidak diijinkan. 12.3.2.7 Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan meninggalkan permukaan beton sehingga tidak akan tampak dari luar.
Pasal 13 ADUKAN SEMEN 13.1
Umum 13.1.1 Uraian Pekerjaan ini harus mencakup pembuatan dan pemasangan adukan untuk penggunaan dalam beberapa pekerjaan dan sebagai pekerjaan akhir permukaan pada pasangan batu atau struktur lain sesuai dengan spesifikasi ini. 13.1.2 Standar rujukan AASHTO M 45 – 70
Agregat untuk adukan pasangan
AASHTO M 85 – 75
Semen portland
ASTM C476
Adukan
dan
Bahan
pengisi
untuk
penguatan
pasangan 13.2
Material Campuran 13.2.1 Material 13.2.1.1 Semen harus memenuhi persyaratan dalam AASHTO M 45 13.2.1.2 Agregat halus harus memenuhi persyaratan dalam AASHTO M 45 13.2.2 Campuran 13.2.2.1 Adukan yang digunakan untuk pekerjaan ini, harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur dalam proporsi yang telah ditentugan dalam Gambar kerja. Adukan yang disiapkan harus memiliki kuat tekan yang memenuhi persyaratan yang diperlukan. 13.2.2.2 Adukan harus mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
20
LPMP DKI Jakarta
13.3
Pencampuran dan pemasangan 13.3.1 Pencampuran 13.3.1.1 Seluruh material kecuali air harus dicampur, baik dalam kolak yang rapat atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, hingga campuran telah berwarna merata, baru setelah itu air dimasukan dan pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan aduk dengan konsistensi (kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70% dari berat semen yang digunakan 13.3.1.2 Adukan dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika perlu adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kembali setelah waktu tersebut, tidak diperbolehkan. 13.3.1.3 Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus dibuang. 13.3.2 Pemasangan 13.3.2.1 Permukaan yang akan menerima adukan harus dibersihkan dari oli atau lempung dan kotoran lainnya dan secara menyeluruh telah dibasahi sebelum adukan dipasang. Air yang menggenang pada permukaan harus dikeringkan sebelum penempatan adukan. 13.3.2.2 Bila digunakan sebagai lapis permukaan, adukan harus dipasang pada permukaan bersih yang lembab dengan jumlah yang cukup untuk menghasilkan tebal minimum 1.5 cm dan harus dibentuk menjadi permukaan yang halus dan rata.
Pasal 14 PASANGAN BATU DENGAN ADUKAN 14.1
Umum 14.1.1 Pekerjaan ini harus mencakup pembangunan dari struktur yang ditunjukkan pada gambar. Pekerjaan harus meliputi pengadaan seluruh material, galian, penyiapan pondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan pada gambar. 14.1.2 Pasangan batu ini digunakan untuk konstruksi pondasi batu kali.
14.2
Material 14.2.1 Batu 14.2.1.1 Batu harus bersih, keras, tanpa alur atau retak dan harus dari macam yang
diketahui
awet.
Bila
perlu,
batu
harus
dibentuk
untuk
menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
21
LPMP DKI Jakarta
14.2.1.2 Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat di tempatkan saling megunci bila dipasang bersama.
14.2.2 Adukan Adukan harus merupakan campuran antara semen dengan pasir 14.3
Pembuatan pasangan batu 14.3.1 Urugan Pasir Bawah Pondasi Sebelum pasangan Pondasi Balu dibuakan lanai kerja aiu dengan urugan pasir seebal 5 cm di aas permukaan anah ang akan dipasang pondasi bau kali.
14.3.2 Pemasangan Batu 14.3.2.1 Landasan dari adukan segar yang paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada pondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut-sudut. Perhatian harus diambil
untuk
menghindarkan
pengelompokan
dan
batu
yang
berukuran sama. 14.3.2.2 Batu harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka dari tembok, dari batu yang terpasang. 14.3.2.3 Batu harus ditangani sehingga tidak menggunakan atau menggeser batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari yang dapat ditangani oleh dua
orang.
Menggelindingkan
atau
menggulingkan
batu
pada
pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan. 14.3.3 Penempatan adukan 14.3.3.1 Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan secara menyeluruh dibasahi, cukup waktu untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima masing-masing batu juga harus dibasahkan dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi dari batu ke batu yang sedang dipasang. 14.3.3.2 Tebal dari adukan, landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm 5 cm dan harus minimum diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara batu yang dipasang.
Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan semen yang makin mengeras. Bila batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka harus dibongkar, dan adukan dibersihkan dan batu dipasang lagi dengan adukan segar.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
22
LPMP DKI Jakarta
Pasal 15 PEKERJAAN PONDASI
Pekerjaan pondasi batu kali. 15.1
15.2
Pekerjaan pondasi batu kali yang dimaksud adalah meliputi :
Pasangan aanstamping batu kali
Adukan 1 pc : 3 ps untuk kepala pondasi setinggi 20 cm.
Adukan 1 pc : 4 ps untuk bagian bawah pondasi.
Pada muka pondasi dan kolom-kolom beton bertulang harus dipasang stek-stek tulang yang besarnya sama dengan diameter tulangan kolom tersebut, stek-stek tersebut harus ditanam dalam pondasi minimal 30 cm.
15.3
Khusus pondasi untuk yang berada diatas tanah urugan, kontraktor harus menyesuaikan kedalamannya sesuai dengan gambar kerja.
15.4
Pelaksanaan pemasangan pondasi telapak dan pondasi batu kali harus dibuat sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar dan dipasang profile melintang dari kaso antara sudut-sudutnya agar dapat menghasilkan jalur-jalur yang betul-betul lurus dan siku.
Pasal 16 PEKERJAAN PASANGAN BATA
16.1
Semua dinding bangunan dipasang ½ (setengah bata) yang diperkuat dengan kolom struktur dan kolom praktis 12/12 cm beton bertulang, yang jarak peletakannya sesuai dengan gambar kerja. Bata merah yang dipakai adalah jenis bata banting yang berkualitas baik, dan sebelum dipakai harus dibersihkan dan direndam terlebih dahulu hingga buihnya habis.
16.2
Untuk pasangan dinding bata biasa dipakai adukan 1 pc : 4 ps, sedangkan untuk pasangan bata mulai dari sloof beton bertulang sampai setinggi minimal 30 cm diatas rencana lantai dipasang dinding trasraam dengan adukan 1 pc : 3 ps.
16.3
Pasangan dinding bata trasraam dengan adukan 1 pc : 3 ps, juga dipakai untuk memperkuat pasangan saluran air hujan dan pasangan pondasi rollag batu kali.
16.4
Pada pasangan bala unluk bagian anlara kusen bawah dan alas dipasang balok linlel dengan ukuran 10/12 sile mix K.175. sehingga kusen bawah lidak menahan beban alas.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
23
LPMP DKI Jakarta
Pasal 17 PEKERJAAN PLESTERAN
17.1
Sebelum diplester bidang dinding harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh, agar adukan dapat melekat dengan baik.
17.2
Untuk pekerjaan plesteran dinding bata biasa dipergunakan adukan 1 pc : 5 ps, sedangkan untuk plesteran dinding trasraam 1pc : 3 ps.
17.3
Untuk plesteran beton dipergunakan 1 pc : 3 ps, setelah dipermukaan beton yang akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
17.4
Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan teknik sempurna, bidang-bidangnya rata, tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya kemudian diaci atau dihaluskan permukaannya dengan digosok sampai licin. Agar didapat bidang plesteran yang rata permukaannya maka dalam pelaksanaanya pemborong harus menginstruksikan kepada tukang batu agar membuat kepala-kepala plesteran setiap bidangnya.
Pasal 18 PEKERJAAN LANTAI 18.1
Bahan-bahan Untuk ruangan lantai Gedung Serbaguna dipergunakan jenis lantai keramik putih motif ukuran 40x40 KW 1 cm . Untuk KM/WC dipergunakan jenis lantai keramik anti slip ukuran 20x20 cm KW 1 dan untuk dinding KM/WC dipergunakan jenis keramik ukuran 20x25 cm KW 1.
18.2
Cara pelaksanaan Sebelum pemasangan lantai keramik dimulai, kontraktor harus membongkar keramik yang ada. Untuk semua pasangan lantai menggunakan adukan 1 pc : 4 ps kecuali untuk ruang dan dinding KM/WC menggunakan adukan 1 pc : 3 ps. Pada sekeliling ruangan yang dipasang lantai keramik harus dipasang plint keramik ukuran 10x40 cm.
18.3
Pada saat penyerahan pertama pekerjaan semua permukaan lantai dalam keadaan bersih dari kotoran yang menempel pada muka lantai.
Pasal 19 PEKERJAAN KUSEN PINTU / JENDELA DAN DAUN PINTU / JENDELA 19.1
Kusen pintu/jendela alumunium digunakan jenis alumunium warna ukuran 4x10 cm.
19.2
Untuk pekerjaan rangka daun pintu digunakan bahan alumunium.
19.3
Sambungan antara Kusen Aluminium dengan tembok harus disealant
19.4
Jenis daun pintu menggunakan kaca 5 mm.
19.5
Untuk daun jendela menggunakan alumunium warna.
19.6
Untuk daun pintu KM/WC terbuat dari PVC
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
24
LPMP DKI Jakarta
Pasal 20 PEKERJAAN KUDA-KUDA, RANGKA ATAP DAN PLAFOND
1. RANGKA ATAP PIPA STAINLESS STEEL 1.1 Pipa Stenliss Steel dengan kwalitas medium class dengan ketebalan 0,8 mm. 1.2. Alat Sambung pipa dengan las argon. 1.3. Alat sambung policarbonat dengan rangka menggunakan skrup dengan kepala berbentuk payung ditambah karet.
B. PEKERJAAN PLAFOND 1. Untuk pekerjaan rangka plafond digunakan besi hollow :
Rangka menempel di dinding
Rangka pembagi
Gantungan plafond sebagai penguat menggunakan besi beton 4 mm
Plafond gypsum untuk semua ruangan dan teras (dapat dilihat digambar kerja)
Plafond asbes untuk plafond luar.
Untuk gypsum ukuran 120x240 cm tebal 9 mm dan asbes/GRC tebal 4 mm berkualitas baik dengan ukuran 100x100 cm. Rangka plafond harus dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk bidang bagian bawah yang rata.
Untuk bagian sisi plafond gypsum dipasang list gypsum.
Untuk bagian sisi teras dan sisi listplank dipasang list profil kecil.
Pasal 21 PEKERJAAN PENUTUP ATAP 21.1
Pekerjaan penutup yang dimaksud adalah pemasangan Policarbonat. Ketebalan Policarbonat = 10 mm. Kwalitas Policarbonat setara Plastilux. Kontraktor harus memberikan contoh terlebih dahulu sebelum mendatangkan material tersebut untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas. Dalam pemasangannya harus diperhatikan benar-benar dan dipasang sedemikian rupa agar jangan sampai terlihat bergelombang dan alurnya tidak lurus, yang mengakibatkan kelihatan tidak estetika.
21.2
Pekerjaan pemasangan bubungan Policarbonat dari merk yang sama. Sebelumnya bagian yang akan dipasang bubungan agar dibersihkan terlebih dahulu dan dimal dengan ditarik benang antara ujung dengan ujungnya agar permukaan menjadi lurus.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
25
LPMP DKI Jakarta
Pasal 22 PEKERJAAN KACA 22.1
Semua jenis kaca yang dipergunakan adalah jenis kaca rayband dengan tebal 5 mm yang semutu dengan merk Asahi dipasang untuk daun jendela, sedangkan untuk daun pintu kaca menggunakan jenis kaca rayband dengan tebal 6 mm yang semutu merk Asahi.
22.2
Semua kaca dipasang dengan kuat dan kokoh, sebelum kaca dipasang diiner jendela maupun pintu harus dipasang bantalan karet kemudian kaca tersebut dijepit dengan karet. Pasal 23 PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN KUNCI
23.1
Untuk pintu dipakai engsel pintu dan engsel jendela aluminium menggunakan engsel top hung yang berkualitas baik
23.2
Seluruh pintu-pintu dipasang kunci tanam yang berkualitas baik semutu produksi DN 2 kali putar,
23.3
Setiap daun jendela aluminium dipasang handle jendela yang berfungsi sebagai tarikan dan pengunci jendela.
23.4
Untuk angkur kusen pintu/jendela dipasang paku fisher.
Pasal 24 PEKERJAAN INTERIOR, EKSTERIOR, CAT DAN LABURAN
24.1
Bahan-bahan 24.1.1 Kolom selasar eksterior menggunakan bahan batu alam warna hilam 24.1.2 Cat dinding dan plafond yang digunakan adalah semutu Vinilex. 24.1.3 Cat kayu listplank yang digunakan adalah semutu Glotex.
24.2
Cara Pelaksanaan 24.2.1 Pemasangan eksterior disini adalah pemasangan batu
yang dipasang pada
kolom selasar, dan penempatannya disesuaikan dengan gambar. Adapun pelaksanaannya pada dinding yang masih diplester kemudian diberi acian untuk merekatkan batu susun sirih tersebut di dinding, dan usahakan permukaannya dibuat rata serta sambungannya dibuat rapi. 24.2.2 Mengecat dinding (tembok, kolom, plafond, dsb). Permukaan yang akan dicat terlebih dahulu harus dibersihkan dan digosok dengan ampelas dinding atau kain yang basah kemudian dinding diplamur dengan menggunakan plamur tembok yang berkualitas baik dan setelah kering baru digosok dan diampelas halus sehingga permukaan menjadi licin dan rata,
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
26
LPMP DKI Jakarta
kemudian baru dilabur dengan cat dinding, paling sedikit 2 kali dengan rool yang lebarnya minimal 25 cm. Begitupun untuk mengecat kolom-kolom beton dan plafond, digunakan dengan cara tersebut diatas. 24.2.3 Mengecat kayu listplank. Permukaan kayu yang akan dicat terlebih dahulu harus dibersihkan dari kotorankotoran yang melekat pada kayu listplank. Pada bagian kayu yang berlubang harus diberi dempul kayu dan setelah kering baru diampelas hingga rata dan halus, selanjutnya dicat dasar dan dicat dengan cat kayu paling sedikit 3 kali. 24.2.4 Warna cat untuk dinding, plafond, maupun papan listplank harus dikonsultasikan dengan pemilik / pengguna bangunan (bouwheer).
Pasal 25 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK DAN ARMATUR 25.1
Lingkup Pekerjaan 25.1.1 Pemasangan kabel toevoer 25.1.2 Pemasangan 1 (satu) buah box panel dengan sistem MCB 25.1.3 Pemasangan instalasi titik cahaya serta stop kontak. 25.1.4 Pemasangan armatur lampu-lampu yang besar watt dan jenisnya sesuai dengan gambar.
25.2
Syarat-syarat pemakaian bahan 25.2.1 Kabel toevoer yang digunakan adalah 4x10 mm 25.2.2 Komponen panel induk dan pembagi terbuat dari besi plat tebal 2 mm dengan finishing dicat anti bakar, dan komponen yang dipakai adalah type Motor Circuit Bracker (MCB) dipasang didepan yang mana menghubungkan arus dari Panel kesemua box pemisah arus. Kabel dari panel ke tiap-tiap box pemisah arus menggunakan 3x6 mm. 25.2.3 Kabel-kabel instalasi didalam ruangan dipakai jenis kabel NYM 2,5x3 mm untuk stop kontak, saklar dan AC, sedangkan NYM 1,5x2 untuk titik lampu. Kabel yang digunakan kualitas semutu Eterna. 25.2.4 Jenis lampu yang dipakai :
Lampu Downlight + PLC 18 watt
Lampu Baret 40 watt
Lampu RM 2x37 watt
25.2.5 Pipa untuk instalasi digunakan pipa Conduit atau PVC. 25.2.6 Pemasangan titik lampu, saklar dan stop kontak
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
27
LPMP DKI Jakarta
25.2.7 Tinggi saklar ditentukan 1,50 m dari permukaan lantai setempat. Stop kontak ditentukan 50 cm dari lantai. Tiap-tiap stop kontak harus diberi penghantar tanah. 25.2.8 Pemasangan titik lampu/armatur dari jenis lampu yang telah ditentukan dan dipasang sesuai dengan jumlah yang tertera dalam gambar.
25.3
Sistem pentanahan (grounding) 25.3.1 Stop kontak dan panel induk/pembagi harus dihubungkan dengan tanah atau sistem pentanahan (grounding). 2
25.3.2 Sistem pentanahan atau grounding terdiri dari kawat BC 16 mm , kawat tersebut dimasukkan kedalam pipa besi galvanis diameter 1” atau sesuai dengan petunjuk PLN setempat dengan kedalaman 3 m atau sampai tercapai sistem pentanahan. 25.4
Gambar Kerja dan Pengujian 25.4.1 Kontraktor harus menyiapkan gambar kerja instalasi listrik yang sebenarnya yang dibuat oleh instalatur yang mempunyai sertifikat / PAS PLN. 25.4.2 Sebelum seluruh pekerjaan listrik diserahkan harus diadakan uji coba terlebih dahulu dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas atas uji coba tersebut.
Pasal 26 PEKERJAAN PLUMBING 26.1
Pekerjaan Saluran Air Hujan 27.1.1 Lingkup pekerjaan ini adalah pemasangan talang pipa air hujan yang ditanam di dalam kolom selasar dari bahan pipa PVC mutu AW dia. 2 ½ inch. 27.1.2 Untuk saluran air hujan digunakan pasangan buis beton U.20 dan pasangan bata trasaam adukan 1 pc : 3 ps. Pada bagian atas dan dinding saluran diplester dengan adukan 1 pc : 3 ps.
26.2
Pengujian dan 27.2.1 Pengujian distribusi air. Pipa-pipa instalasi air bersih harus sudah dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan pada kran masing-masing. Untuk itu dilakukan uji coba yang disaksikan oleh Konsultan Pengawas dan Bouheer.
26.3
Pembersihan dan Perapihan 27.3.1 Semua pekerjaan seelah selesai di cek kembali dan dirapihkan pengecekan harus dikoordinasikan dengan Direksi. Dan selanjuna sisa maerial ex pekerjaan supaa dibersihkan sehingga bangunan ersebu siap unuk digunakan oleh owner.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
28
LPMP DKI Jakarta
Pasal 28 PENYERAHAN PEKERJAAN
28.1
Kontraktor harus menyelesaikan semua bagian pekerjaan yang tertera dalam kontrak, Gambar-gambar dan Syarat-syarat pada Dokumen Pengadaan (Pelelangan) ataupun perubahan yang terdapat dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing), sehingga pekerjaan dapat diterima dengan baik oleh Konsultan Pengawas dan Pihak Pemimpin Proyek.
28.1
Pada saat pekerjaan akan diserah terimakan untuk
pertama
kalinya (Provisional
Hand Over - PHO), Kontraktor harus menyerahkan :
28.2
Gambar-gambar yang sebenarnya (As Built Drawings) yang telah disetujui.
Gambar instalasi listrik yang sebenarnya.
Foto-foto pelaksanaan pekerjaan.
Bersama-sama dengan Konsultan Pengawas, kontraktor harus meneliti, mencatat dan menyetujui, bagian-bagian pekerjaan yang belum sempurna, untuk dibuatkan daftar (Check List) pekerjaan-pekerjaan yang akan diperbaiki dalam masa pemeliharaan.
RKS-Remodeling Aula Mitra Nusantara
29