6
II. LANDASAN TEORI A. Bank Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberdayakan usaha mikro terutama pemberdayaan dalam bidang pembiayaan. Bank berfungsi sebagai penghubung antara masyarakat yang kelebihan uang dengan masyarakat yang membutuhkannya. Hal ini sesuai dengan UU perbankan No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU Perbankan No. 7 Tahun 1992 : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Menurut Abdulkadir (1999), peranan bank adalah sebagai lembaga keuangan yang : 1. Menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan effisien 2. Menjadi penitipan serta penyimpanan dana dan kekayaan bergerak lainnya 3. Memperdagangkan valuta asing dan surat-surat berharga 4. Menjadi penghubung yang melakukan pembayaran dalam transaksi perdagangan antar penjual/eksportir dan pembeli/importir. Tanpa lembaga penghubung seperti lembaga perbankan akan sangat sulit terjadi alokasi dana dari masyarakat yang kelebihan uang kepada yang membutuhkannya. Fungsi bank sebagai lembaga penghubung dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.
Unit Surplus - Rumah Tangga - Bisnis - Pemerintah
Lembaga Keuangan sebagai lembaga penghubung - Perbankan - Koperasi
Unit Defisit - Rumah Tangga - Bisnis - Pemerintah
Sumber : Tim Proyek Pengelolaan Microbanking PT. Bank Jabar Banten, 2006.
Gambar 1. Fungsi perbankan sebagai lembaga penghubung
7
Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pengertian tersebut memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 31.1), Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990, Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan (Febryani dan Zulfadin, 2003). Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar. Beberapa penelitian tentang perbandingan kinerja bank pada industri perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan perbankan pernah dilakukan sebelumnya. Antara lain adalah penelitian mengenai perbandingan tingkat efisiensi pada industri perbankan yang dilakukan dengan melakukan pengujian empiris terhadap tingkat efisiensi antara bank pemerintah, bank swasta nasional dan swasta asing serta bank publik.
Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari
Return on Assets, Profit Margin dan Return on Equity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank publik mempunyai tingkat efisiensi di atas rata-rata seluruh bank, sedangkan tingkat efisiensi bank pemerintah dan bank swasta nasional secara keseluruhan berada di bawah rata-rata seluruh bank (Ventje, 1993 dalam Febryani dan Zulfadin, 2003).
8
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut transaksinya bank dapat dibedakan menjadi Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank Devisa adalah bank yang dapat mengadakan transaksi internasional seperti ekspor dan impor, serta jual beli valuta asing. Bank Non Devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi internasional atau dengan kata lain hanya dapat melakukan transaksi dalam negeri saja (Irmayanto, 2001).
B. Kredit Menurut Kasmir (1998), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah : 1. Kepercayaan Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu atau di masa mendatang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya telah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah, baik secara internal maupun dari eksternal. Penelitian dan penyidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit. 2. Kesepakatan Kesepakatan antara pemberi dan penerima kredit, dituangkan dalam suatu perjanjian, dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka waktu Jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
9
4. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagih/macetnya pemberian kredit tersebut. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin besar risikonya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah/debitur yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya bencana alam atau bangkrutnya usaha tanpa disengaja. 5. Balas jasa Balas jasa merupakan keuntungan atas suatu pemberian kredit atau jasa tersebut yang lebih dikenal dengan bunga kredit. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bagi bank. Kredit yang disalurkan kepada sektor usaha mikro dalam menunjang permodalan untuk digunakan sebagai modal kerja dan modal investasi. 1. Kredit Modal Kerja Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk dipergunakan sebagai tambahan modal kerja. Modal kerja berupa modal usaha dalam bentuk uang kas, piutang dagang, persediaan barang dagangan. Menurut Asikin (1995) dalam Lubis (2004), kredit modal kerja adalah kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan. Oleh sebab itu, karakter yang melekat pada kredit jenis ini adalah (1) Umumnya berjangka pendek atau musiman; (2) Kredit pada umumnya disediakan dalam bentuk rekening koran; (3) Kebutuhan modal dihitung atas dasar perputaran usaha (siklus produksi); (4) Agunan lebih ditekankan pada barang yang lebih mudah dicairkan dalam waktu singkat; (5) Persyaratan kredit dan penentuan jatuh tempo dinegosiasikan sedemikian rupa dengan memperhatikan perkembangan usaha. Menurut Kasmir (1998), kredit modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
10
2. Kredit Investasi Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan investasi seperti pembelian tanah dan pembangunan gedung tempat usaha, serta pembelian barang-barang modal. Kredit ini bersifat produktif, karena pembelian barang modal dan pembangunan gedung tempat usaha tersebut bertujuan meningkatkan produktivitas. Menurut Kasmir (1998), kredit investasi digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Menurut Asikin (1995) dalam Lubis (2004), kredit investasi adalah kredit jangka menengah dan jangka panjang dalam rangka membiayai pengadaan aktiva tetap suatu perusahaan, dengan ciri-ciri : (1) Umumnya berjangka waktu menengah atau panjang; (2) Kebutuhan kredit investasi dihitung dari barang modal yang diperlukan, rehabilitasi dan modernisasi; (3) Kebutuhan kredit juga diperhitungkan kemampuan debitur menyediakan biaya sendiri; (4) Penetapan jangka waktu umumnya disesuaikan dengan jadwal mulai menghasilkan dengan diberikan tenggang waktu untuk mulai mengangsur pokok atau bunga. Menurut Riyanto (1982) dalam Febryani dan Zulfadin (2003), pemberian kredit oleh bank didasarkan hasil penilaian bank tersebut terhadap perusahaan pemohon kredit mengenai berbagai aspek, yaitu segi pribadi, keahlian dan kemampuan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya, rencana penggunaan kredit yang diminta beserta rencana pembayaran kembali kredit tersebut, posisi dan perkembangan keuangan dari perusahaan pemohon kredit di waktu-waktu yang lalu, prospek dari perusahaan yang bersangkutan beserta prospek industri dimana perusahaan tersebut tergolong di dalamnya pada waktu yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kredit mikro menurut Tim proyek mikro banking Bank Jabar Banten (2003) adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada pengusaha mikro baik perorangan, kelompok dan pegawai untuk membiayai kebutuhan yang bersifat produktif dan non produktif, yang pemberiannya dilakukan secara langsung oleh Bank maupun oleh Lembaga Chanelling.
11
Pengusaha mikro pada dasarnya adalah termasuk dalam kelompok usaha kecil yang menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah (1) usaha perseorangan, berbadan hukum maupun tidak, termasuk koperasi, (2) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah dan besar, (3) milik WNI, (4) mzet maksimal Rp. 1 milyar setahun dan (5) memiliki kekayaan bersih maksimal senilai Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan. Dalam inpres No. 10 tahun 1999, usaha menengah sebagai perusahaan dengan kekayaan bersih antara Rp. 200 juta – 10 milyar di luar tanah dan bangunan. Kriteria yang diatur untuk menetapkan definisi UKM meliputi nilai investasi atau aset, omzet, tenaga kerja, kepemilikan, lagalitas dan independensi (Susilowati, 2005). Walaupun Menegkop dan UKM sesuai fungsi utamanya, yakni sebagai satu-satunya lembaga pemerintah yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perumusan kebijaksanaan UKM dan koordinasi dari programprogram pembinaan UKM yang dilakukan oleh semua departemen dan lembaga pemerintah, juga memiliki data mengenai jumlah unit usaha dan tenaga kerja UKM di semua sektor ekonomi; tetapi data UKM di jenis usaha manufaktor (sebut IKM) yang cukup lengkap dan terperinci menurut subsektor berasal dari Depperindag dan BPS. Tetapi kedua instansi pemerintah tersebut menerapkan definisi IKM yang berbeda. Depperindag mengukur IKM berdasarkan nilai investasi awal (aset), sedangkan BPS berdasarkan jumlah pekerja. Berdasarkan data tahun 2003 Kantor Kementrian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dalam Hubeis (2004), jumlah UK menduduki peringkat terbanyak, yaitu 41,3 juta unit atau sekitar 99,12% dari seluruh skala usaha yang ada di Indonesia.
Usaha Menengah dan Besar
(UMB) masing-masing sebanyak 361.052 unit (0,87%) dan 2.158 unit (0,01%). Namun demikian, kontribusinya terhadap ekonomi nasional masih di bawah Usaha Besar (UB), yaitu hanya 43,42% sedangkan UB 44,9%. Akan tetapi UMK ini memiliki angka kesempatan kerja paling besar (88,92%),
12
berarti skala usaha ini dapat menyerap 88,92% dari seluruh angkatan kerja nasional yang telah bekerja pada 9 sektor kegiatan ekonomi. Menurut Hubeis (2004) dalam Yusuf, dkk (2006), UKM mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari UKM adalah : 1. Organisasi internal sederhana. 2. Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya, berorientasi ekspor dan substitusi impor. 3. Aman bagi perbankan dalam memberi kredit. 4. Bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. 5. Mampu memperpendek rantai distribusi. 6. Fleksibilitas dalam pengembangan usaha. Dilain pihak kekurangan dari UKM adalah : 1. Lemah dalam kewirausahaan dan manajerial. 2. Keterbatasan keuangan. 3. Ketidakmampuan aspek pasar. 4. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi. 5. Ketidakmampuan informasi. 6. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai. 7. Tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama. 8. Sering tidak memenuhi standar. Bila dilihat dari tantangannya secara umum UMK mempunyai tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal UMK melekat pada dirinya, yaitu kelemahan manajerial dan skala ekonomi yang terbatas. Tantangan eksternal yang ada sebagian berasal dari kemitraan yang dibangun dengan UMB. Karakter UMB adalah standarisasi kegiatan. Dengan demikian bila UMK ingin berkembang dan menjadi mitra UMB, maka harus meningkatkan kemampuannya dalam menjamin mutu barang atau jasa. Untuk itu dikeluarkan kebijaksanaan pemerintah melalui SKI Meneg BUMN Nomor 236/MBU/ 2003, tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan UMK dan
Program
Bina
Lingkungan.
Program
ini
dilaksanakan
melalui
pemanfaatan dana dari Bagian Laba BUMN, dimana tiap BUMN diwajibkan
13
menyisihkan 1 – 3% dari laba bersihnya untuk program kemitraan, yaitu meningkatkan kemampuan UMK menjadi tangguh dan mandiri (Kementerian BUMN, 2003). Tiap kredit yang disalurkan memiliki potensi resiko tidak terbayar oleh para nasabah.
Untuk itu, sebelum perusahaan memutuskan
untuk menyetujui pemberian atau penambahan kredit oleh nasabah, terlebih dahulu dilakukan evaluasi resiko atas para nasabah. Dalam menilai resiko kredit paling tidak terdapat lima faktor penilaian atas usulan kredit, yaitu character, capacity, capital, condition of economic dan collateral, atau disingkat dengan sebutan 5C atau 5K (Afiff, 1994 dalam Yusuf dkk, 2006). Keberhasilan usaha kecil dan menengah dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang ekonomi dan sudut pandang sosial. Dari segi ekonomi, keberhasilan perusahaan ditinjau dari adanya peningkatan kekayaan perusahaan diluar pinjaman, misalnya kenaikan laba, tambahan modal dan rasio-rasio yang lain. Sedangkan segi sosial, keberhasilan perusahaan ditinjau dari adanya kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dengan kaitannya keberadaan karyawan perusahaan.
C. Analisa Kredit Mikro Proses rekruitmen calon debitur mikro tidak dapat dipisahkan dari halhal yang sifatnya tangible dan intangible. Saat dilakukan observasi (intangible)
memegang
peranan
sangat
penting.
Dengan
melakukan
pengamatan ini para pejabat bank harus dapat mengambil keputusan bahwa calon debitur yang dihadapi benar-benar mempunyai 2 C (carakter dan capacity). Karakternya bisa diandalkan dan kemampuan berusaha tidak diragukan. Resiko kredit, idealnya sudah bisa dikurangi pada tahap ini. Secara umum dan objektif, calon nasabah yang ideal memiliki karakteristik sebagai berikut (PT. Bank Jabar Banten, 2006) : 1. Excellent Credit Historis (riwayat kredit yang baik), artinya calon debitur yang
akan
direkrut
telah
menunjukkan
kemampuannya
untuk
menyelesaikan kredit di masa lalu. Bila calon debitur belum pernah mendapat kredit dari suatu lembaga keuangan formal, tetapi mungkin
14
pernah mendapatkan dari koperasi, rentenir, saudara, pemasok dan lainlain. 2. Story of success (cerita keberhasilan), artinya calon debitur telah mengalami sukses di bidang tertentu, termasuk usaha, pendidikan, menjadi tokoh masyarakat dan lain-lain, yang mencirikan sebagai pekerja keras dan mempunyai karakter atau perilaku yang baik. 3. Mampu bertahan di atas 3 tahun, artinya usaha yang ditekuni sudah mampu mengatasi perubahan musim (business cycle) yang kadang kala akan mempengaruhi kondisi perekonomian secara keseluruhan. 4. Enterpreneurship (kewirausahaan), artinya calon debitur mempunyai jiwa wirausaha murni (bukan karena fasilitas atau warisan dari orang tua), yang tercermin dari keberaniannya menghadapi risiko dan mencari terobosanterobosan. Pengusaha golongan ini mempunyai daya inovasi dan kreativitas tinggi. 5. Well educated (terdidik), artinya meski berpendidikan formal rendah, namun dengan pengalaman yang dimiliki, mampu mengembangkan daya intelektualnya, sehingga mampu berpikir dengan logika umum yang setaraf dengan orang yang berpendidikan formal, sehingga mudah dibina dan mempunyai karakter baik. Menurut Santoso (1996), analisis kredit dimaksudkan sebagai review atas pengajuan plafond kredit dari nasabah, terutama dibidang keuangan, yaitu bank maupun Finance Company. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses analisa kredit oleh bank pemberi kredit adalah sebagai berikut : 1.
Melaksanakan Wawancara Melaksanakan wawancara langsung dengan calon debitur sehingga diperoleh informasi langsung dari calon debitur. Melaksanakan wawancara ini adalah merupakan salah satu cara cara dalam pengumpulan data mengenai calon debitur. Menurut Reed dan Gill (1995), dalam wawancara dengan pemohon kredit, bank mempelajari alasan permintaan pinjaman dan apakah
15
permohonan pinjaman memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan menurut kebijakan pinjaman bank. 2.
Kunjungan Lapangan Dalam melaksanakan kunjungan lapangan diharapkan semua kegiatan yang meliputi langkah-langkah pengumpulan data dan informasi calon debitur serta kegiatan usahanya dapat diteliti/diperiksa kenenarannya. Menurut Santoso ( 1997), langkah-langkah dalam penyidikan data adalah meliputi : (a) memeriksa kelengkapan dan kebenaran data yang disampaikan pemohon; (b) Setelah data lengkap, maka pemohon diwawancarai, setelah itu baru diadakan analisa kredit.
3.
Pembahasan Kredit Dari hasil wawancara dan kunjungan lapangan diperoleh informasi yang berkaitan dengan watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha calon debitur. Menurut Usman (2001), prinsip-prinsip pemberian kredit adalah watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha calon debitur yang dikenal dengan the five C of Credit analysis atau prinsip C’s, yaitu : a.
Penilaian Watak (character) Penilaian watak atau keperibadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik dari calon debitur untuk mengembalikan pinjamannya sehingga tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari.
b.
Penilaian Kemampuan (capacity) Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debitur dalam waktu tertentu mampu mengembalikan pinjamannya.
c.
Penilaian terhadap modal (capital) Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan usahanya.
16
d.
Penilaian terhadap agunan (collateral) Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan dengan maksud apabila calon debitur tidak dapat melunasi utangnya maka agunan tersebut dapat dicairkan.
e.
Penilaian terhadap prospek usaha (condotion of economy) Bank harus menganalisis keadan pasar baik masa lalu maupun masa yang akan datang dari sektor usaha yang diajukan permohonan kreditnya oleh calon debitur.
Menurut Kasmir (1998), biasanya kriteria penilaian yang dilakukan bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan, dengan analisis 7 P kredit, yaitu : a. Personality Menilai nasabah dari segi keperibadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya, sehingga dapat diketahui bagaimana keperibadian yang sebenarnya. b. Party Mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. Bank memberikan fasilitas berdasarkan klasifikasi tersebut. c. Purpose Mengetahui tujuan penggunaan kredit dari permohonan yang diajukan calon debitur. d. Prospect Menilai usaha calon nasabah dimasa yang akan datang, apakah menguntungan atau sebaliknya. e. Payment Mengukur bagaimana calon nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana dana untuk pengembalian kredit. f. Profitability Menganalisis
bagai
memperoleh laba.
kemampuan
usaha
calon
debitur
dalam
17
g. Protection Menjaga agar bagaimana supaya kredit yang diberikan kepada debitur mendapat perlindungan.
D. Kinerja Keuangan Usaha Mikro Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1999), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penelitian yang pernah dilakukan mengenai perbandingan kinerja industri perbankan pada bank devisa dan non devisa didasarkan pada (1) Return on Equity (ROE), yaitu indikator kemampuan perbankan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih, dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas (Net Income dibagi Total Equity). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik produktifitas modal sendiri dalam memperoleh laba; (2) Return on Assets (ROA), yaitu indikator kemampuan perbankan untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh bank, dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (Net Income dibagi Total Assets). Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktifitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih; dan (3) Loan to Deposit Ratio
18
(LDR), yaitu indikator kemampuan perbankan dalam membayar semua dana masyarakat dan modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. LDR dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara total loan dengan total deposit (Total Loan dibagi Total Deposit). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi likuiditas penyaluran kredit dari bank, dengan resiko kredit macet yang juga semakin besar. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa dan non devisa sebelum krisis ekonomi. Dengan kata lain, bank devisa memiliki kinerja yang lebih baik daripada bank non devisa (Wijaya, 1998), dengan pendekatan pengukuran kinerja yang digunakan adalah ROA, ROE dan LDR. Skala usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang dipekerjaan dan berapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi (Holmes dan Nicholls, 1988). Jumlah pendapatan atau penjualan yang dihasilkan perusahaan dapat menunjukkan perputaran asset atau modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga semakin besar pendapatan atau penjualan yang diperoleh perusahaan semakin besar pula tingkat kompleksitas perusahaan dalam menggunakan informasi akuntansi. Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan. Skala usaha berpengaruh positif terhadap tingkat penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi (Holmes dan Nicholls, 1988). Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa tingkat informasi akuntansi yang disediakan tergantung pada skala usaha, yang diukur dengan jumlah pendapatan atau hasil penjualan dan jumlah karyawan. Apabila skala usaha meningkat, maka proporsi perusahaan dalam penyediaan dan penggunaan informasi akuntansi statutori, anggaran dan informasi tambahan juga meningkat. Salah satu kelemahan dari
sektor usaha mikro adalah permodalan,
karenanya bank sebagai salah satu lembaga intermediasi diharapkan dapat
19
dijadikan sebagai mitra bisnis dalam mengembangkan sektor usaha mikro yang saling menguntungkan. Menurut Rahardjo (1997), tujuan diadakannya penilaian kredit adalah agar kredit yang diberikan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal berikut : (1) Keamanan kredit (safety), artinya pemberian kredit harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali; (2) Terarahnya tujuan penggunaan (suitability), yaitu kredit yang diberikan akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan masyarakat atau sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku; (3) Menguntungkan (profitable), baik bagi bank yang memberikan kredit untuk memperoleh keuntungan berupa penghasilan dari bunga, maupun bagi nasabah/debitur yang menerima kredit, yakni berupa keuntungan dan makin besarnya usaha. Modal merupakan salah satu faktor produksi bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya sedangkan kredit bank adalah merupakan salah satu
alternatif
permodalan
bagi
pengusaha.
Berkembangnya
sebuah
perusahaan merupakan indikator dari semakin membaiknya kinerja usaha, yang salah satunya direfleksikan dari meningkatnya keuntungan perusahaan. Pencairan kredit mikro yang disetujui didisposisi sekaligus karena untuk sektor mikro tidak dianjurkan untuk bertransaksi melalui cek sehingga praktis semua transaksi akan dilewatkan melalui rekening tabungan. Pembayaran angsuran dari debitur didesain melalui penagihan dengan tidak harus menunggu setelah angsuran kredit jatuh tempo melainkan sebelumnya dan sementara ditampung dalam rekening tabungan yang bersifat sementara sebelum angsuran kredit jatuh tempo, dengan demikian disamping bank mendapatkan keuntungan berupa bunga kredit mikro, bank juga mempunyai keuntungan dari penghimpunan dana nasabah.
E. Tinjauan Proses Pemberian Kredit Mikro Di Bank Jabar Banten Cabang Cianjur Dilihat dari sektor perkreditan bank, secara umum profil pengusaha dan kredit mikro mempunyai ciri-ciri : (1) Nilai kredit sangat kecil; (2) Biayanya akan menjadi mahal; (3) Pengusaha mikro rata-rata tidak mempunyai
20
administrasi atau catatan usaha yang baik; (4) Pengusaha mikro tidak memisahkan harta usaha dengan rumah tangganya; (5) Pengusaha mikro ratarata tidak memiliki formalitas perijinan usaha; (6) Pengusaha mikro rata-rata tidak mempunyai agunan yang memenuhi syarat untuk pengikatan secara legal dan kalaupun ada menjadi tidak ekonomis. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka prosedur serta syarat dan ketentuan untuk kredit mikro di Bank Jabar Banten diperlakukan berbeda dengan sektor usaha lainnya : a. Ketentuan 1. Plafond Kredit Sebesar Rp. 5.000.000,- sampai dengan sebesar Rp. 100.000.000,2. Jangka Waktu Kredit modal kerja selama satu tahun sampai dengan dua tahun, sedang untuk kredit investasi satu tahun sampai dengan lima tahun. 3. Biaya Propisi Sebesar 0,50% dari plafond kredit yang disepakati. 4. Agunan Kredit Jenis barang yang dapat diterima sebagai agunan dalam kredit mikro adalah sebagai berikut : - Sertifikat hak milik (SHM), SHGB dan Leter C. - Tempat usaha, kios/los dengan bukti kepemilikan dari dinas intansi terkait. - Bukti hak pakai atas barang tidak bergerak lainnya - Mesin atau barang lainnya yang dibiayai dengan kredit - Kendaraan yang dibuktikan dengan BPKB b. Persyaratan 1. Permohonan kredit yang telah diisi secara lengkap dalam formulir aplikasi yang disediakan bank. 2. Menyerahkan pas photo pemohon beserta istri/suami bagi telah menikah, masing-masing dua lembar ukuran 3 x 4. 3. Menyerahkan photo copy identitas diri pemohon beserta istri/suami bagi yang telah menikah masing-masing dua lembar.
21
4. Menyerahkan photo copy kartu keluarga sebanyak dua lembar. 5. Menyerahkan photo copy surat nikah bagi pemohon yang telah menikah. 6. Menyerahkan legalitas usaha serendah-rendahnya dari Desa setempat dimana lokasi usaha berada atau dari dinas intansi terkait dengan usaha pemohon. 7. Menyerahkan bukti pembayaran terakhir, rekening listrik dan atau PDAM dan atau rekening telpon. c. Pembahasan kredit Atas dasar permohonan kredit mikro yang diterima, maka bank memproses permohonan tersebut sebagai berikut : 1. Melakukan pengumpulan data dan verifikasi Pengumpulan dan verifikasi adalah semua kegiatan dan informasi mengenai calon debitur, serta meneliti kebenaran dari data dan informasi tersebut dari sumbernya, untuk pengajuan kredit meliputi : a. Wawancara dengan pemohon kredit untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai jenis dan kegiatan usaha dari calon debitur. b. Mengumpulkan semua data/informasi secara lengkap, benar dan up to date yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan, baik data internal maupun data eksternal. c. Meneliti dan melakukan verifikasi untuk memastikan kebenaran dara data dan informasi yang disampaikan oleh calon debitur. d. Memo laporan berdasarkan hasil verifikasi yang dilaksanakan kepada pemimpin cabang untuk bahan pertimbangan dalam mengambil langkah selanjutnya. 2. Analisa Kredit Berdasarkan memo ijin proses dari pemimpin cabang, petugas analis melakukan analisis kredit terhadap calon debitur dan usahanya yang meliputi pembahasan : a) Aspek Umum Mengkaji data pokok, seperti :
22
-
Nama dan alamat pemohon
-
Bidang usaha
-
Hubungan dengan Bank Jabar Banten, apakah sebelumnya sudah menjadi nasabah atau belum.
-
Hubungan dengan Bank Lain, apakah merupakan nasabah bank lain atau bukan, hal ini dilakukan dengan cara meminta informasi melalui system informasi debitur (SID) yang disediakan oleh Bank Indonesia.
-
Status kepemilikan tempat tinggal, apakah milik sendiri, kontrak, dan sebagainya.
b) Aspek Manajemen Mengkaji apakah calon debitur mikro dinilai akan mampu mengelola dalam mengembangkan usahanya. Hal ini menyangkut dua hal pokok antara lain : -
Riwayat hidup dari calon debitur, apakah calon debitur telah mengalami sukses dibidang tertentu, termasuk mengelola usaha, pendidikan, ketokohan dan sebagainya.
-
Riwayat mengalami
perusahaan fluktuasi
pemohon, usaha,
apakah
relatit
riwayat
tidak
usaha
berkembang,
berkembang atau sebaliknya. c) Aspek Pemasaran Penilaian dalam aspek pemasaran dilakukan untuk meyakinkan bahwa produk yang dijual oleh calon debitur merupakan produk yang laku dijual di pasar, karena kemampuan memproduksi suatu barang atau jasa tidak akan ada artinya jika tidak ada kemampuan menjual. Faktor-faktor yang dinilai dalam aspek pemasaran meliputi hal-hal berikut : -
Siklus hidup produk
-
Produk pengganti
-
Harga, cara penjualan, dan pengelolaan pelanggan
-
Persaingan usaha dan perusahaan pesaing
23
-
Daya beli masyarakat
-
Kegiatan promosi oleh calon debitur
-
Daerah pemasaran produk
-
Faktor musim
-
Manajemen pemasaran
-
Cara penjualan
c) Aspek Tekhnis Beberapa hal yang dinilai dalam aspek tekhnis antara lain : -
Lokasi Usaha
-
Fasilitas bangunan tempat usaha
-
Sarana lain sebagai penunjang usaha
d) Aspek Keuangan Kajian aspek keuangan untuk kredit mikro dibuat sederhana dengan menekankan pada daya tabung atau tingkat surplus dari usaha debitur : -
Menghitung jumlah laba usaha pada tahun berjalan
-
Menghitung jumlah pendapatan keluarga diluar usaha pada tahun berjalan
-
Menghitung jumlah seluruh biaya hidup selama satu tahun berjalan
-
Menghitung kemampuan menabung dari surplus pendapatan
-
Maksimum kredit yang diberikan bank adalah 70% dari kemampuan menabung kali jangka waktu kredit.
e) Aspek Jaminan Sasaran yang ingin dicapai dari aspek jamina ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomis serta nilai yuridis dari jaminan yang diberikan. i. Syarat ekonomis -
Memiliki nilai ekonomis yang konstan
-
Mudah untuk diperjual belikan
-
Memiliki usia ekonomis yang lebih panjang dari masa kredit
24
ii. Syarat yuridis -
Jaminan milik syah dari calon nasabah atau yang dikuasainya
-
Tidak sedang dalam kasus persengketaan
-
Memenuhi persyaratan untuk dilakukan pengikatan
-
Barang tersebut tidak dalam masa penjaminan dengan kreditur lain
3. Pencairan kredit Atas persetujuan kredit yang dikeluarkan oleh bank serta disepakati oleh calon debitur mikro maka dibuatkan perjanjian kredit beserta lampiran-lampirannya untuk : a. Melakukan penandatangan akad kredit dan pengikatan agunan b. Melakukan pencairan kredit c. Administrasi dan pelaporan
4. Pembinaan nasabah dan penyelamatan kredit a) Pembinaan nasabah -
Melayani nasabah dengan pendekatan yang hangat
-
Menciptakan dan memlihara hubungan pribadi dan persahatan
-
Melakukan kunjungan secara berkala
-
Melakukan asuransi kredit debitur mikro
b) Penyelamatan kredit bermasalah Untuk
melakukan
penyelamatan
kredit
bermasalah
maka
ditentukan strategi penyelamatan kredit dengan pemilihan sasaran strategi sebagai berikut : i. Toleransi sementara Strategi yang diterapkan terhadap nasabah menunggak dengan kriteria sebagai berikut : -
Debitur menungak sementara atau hanya sebagian saja
-
Prospek usaha masih baik
-
Kemampuan membayar kembali masih ada
-
Loyalitas pemilik perusahaan terhadap masih tinggi
25
-
Kelangsungsungan
hubungan
dengan
nasabah
masih
diperlukan ii. Penyelesaian Internal Strategi ini diterapkan terhadap debitur dengan kriteria sebagai berikut : -
Debitur menunggak lebih dari 3 bulan
-
Prospek usaha sudah tidak baik
-
Kemampuan membayar sudah tidak ada lagi
-
Loyalitas pemilik perusahaan terhadap bank rendah
-
Kelangsungan hubungan dengan nasabah masih diperlukan
iii. Penyelesaian eksternal Strategi yang diterapkan terhadap debitur dengan criteria sebagai berikut : -
Debitur menunggak lebih dari 3 bulan
-
Prospek usaha sudah tidak baik
-
Kemampuan membayar sudah tidak ada
-
Loyalitas pemilik perusahaan terhadap bank rendah
-
Kelangsungan hubungan dengan nasabah sudah tidak diperlukan
Strategi penyerahan penyelamatan kepada pihak ketiga dilakukan dalam bentuk : -
Kerjasama dengan pihak ke tiga
-
Penjualan agunan dibawah tangan atau dengan bantuan pihak ketiga
-
Penyerahan penyelesaian kepada Pengadilan Negeri
Bila strategi yang dilakukan masih tidak membuahkan hasil walaupun upaya penagihan sudah optimal maka dilakukan usulan penghapusan piutang dari catatan piutang bank dan dicatat hanya dalam buku extra comtable