IDENTIFIKASI KOMPETENSI SARJANA TEKNIK SIPIL BERDASARKAN PERSEPSI SUPERVISOR PADA BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI Albani Musyafa1 1
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia, Jl Kaliurang Km 14,4 Yogyakarta 55584 Email:
[email protected] atau
[email protected]
ABSTRAK Peningkatan mutu pendidikan teknik sipil seharusnya mengacu pada kebutuhan-kebutuhan industri, khususnya jasa konstruksi dimana lulusannya bekerja. Dengan demikian, pendidikan ini akan lebih memberi kontribusi positif pada masyarakat luas. Dalam kenyataannya, kurikulum pendidikan teknik sipil dibuat dengan relatif sedikit melibatkan praktisi atau asosiasi profesi dalam bidang jasa konstruksi. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kondisi umum asosiasi profesi yang masih dalam tahap awal perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifiaksi ketrampilan yang harus diprioritaskan oleh sarjana teknik sipil berdasarkan persepsi supervisor-supervisor dalam jasa konstruksi. Identifikasi ini dilakukan dengan membandingkan prioritas dan kinerja kemampuan teknis sarjana teknik sipil. Metodologi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah mengidentifikasi variabel kemampuan teknis sarjana tersebut. Variabel tersebut dikembangkan menjadi kuesioner untuk mengumpulkan data primer tentang prioritas dan kinerja kemampuan teknis tersebut. Data diperoleh dari supervisor yang bekerja pada badan usaha jasa konstruksi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisa data primer menggunakan metode rangking yang divalidasi dengan Kendall-W. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kemampuan teknis dalam penyusunan dokumen penawaran dan kemampuan teknis dalam teknologi material dikalangan sarjana teknik sipil perlu ditingkatkan. Hasil ini dapat digunakan untuk membantu penyelenggara pendidikan teknik sipil dalam menentukan strategi dalam peningkatan mutu lulusannya. Kata kunci: Mutu lulusan, Teknik sipil, Kemampuan teknis, Jasa konstruksi
1.
LATAR BELAKANG
Peningkatan mutu lulusan pendidikan teknik seharusnya didasarkan pada kebutuhan industri-industri dimana lulusannya banyak berkerja. Industri jasa konstruksi dimana banyak lulusan Teknik Sipil bekerja seharusnya menjadi acuan bagi peningkatan mutu lulusan pendidikan Teknik Sipil tersebut. Peningkatan mutu lulusan suatu pendidikan tinggi dapat dilakukan dengan penyusunan kurikulum dan metode pembelajaran yang sesuai kebutuhan. Personil yang bekerja pada jasa konstruksi seharusnya terlibat aktif dalam penyusunan kurikulum dan petode pembelajaran dalam pendidikan teknik tersebut. Secara struktural, keterlibatan ini dapat diwujudkan melalui asosiasi-asosiasi profesi terkait dalam industi tersebut. Namun dalam kenyataannya, secara umum, asosiasi-asosiasi profesi dalam industri jasa konstruksi di Indonesia belum terlibat secara aktif dalam penyusunan kurikulum dan metode pembelajan pada pendidikan Teknik sipil. Selain itu jasa konstruksi di Indonesia juga mempunyai permasalahan internal, yaitu: rendahnya kualifikasi perusahaan jasa konstruksi; belum terbangunnya kemitraan yang sinergis antar penyedia jasa, lemahnya sumber daya manusia yang diindikasikan oleh keterbatasan tenaga ahli dan tenaga trampil dan belum efektifnya asosiasi profesi (Kartasasmita, 2006). Minimnya keterlibatan jasa konstruksi dalam pendidikan tersebut bisa menyebabkan kesenjangan antara kemampuan sarjana dan kebutuhan pasar kerja di industri jasa konstruksi. Sitorus (2010) yang mengungkapkan tentang masalah pengangguran sarjana di Indonesia. Salah satu penyebab tingginya angka pengangguran disebabkan oleh mutu lulusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Artinya lulusan pendidikan tinggi (PT) tidak mendapat kesempatan kerja karena ilmu yang didapat di kampus tidak sesuai dengan realitas di dunia kerja sehingga memicu pengangguran terdidik. Oleh karena itu kurikulum harus didesain berdasarkan kebutuhan industri. Bagi pendidikan teknik sipil, kurikulum harus didesain bersama dengan praktisi jasa konstruksi. Bagaimanapun usaha penyesuaian kemampuan sarjana teknik sipil dan kebutuhan dalam jasa konstruksi harus dilakukan. Dengan penelitian yang didesain secara khusus, kebutuhan-kebutuhan industri jasa konstruksi akan kemampuan lulusan teknik sipil dapat diidentifikasi. Penelitian seperti ini akan turut membantu peningkatan mutu lulusan pendidikan Teknik Sipil dengan memberikan informasi untuk penyesuaian kurikulum berdasar sumber yang
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-99
Manajemen Konstruksi
benar. Penyesuaian tersebut juga mempengaruhi tingkat kesiapan kerja dan tingkat pengangguran di kalangan sarjana teknik sipil (Kartasasmita, 2006)
2.
TUJUAN, MANFAAT DAN BATASAN PENELITIAN
Sesuai dengan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi: 1. 2. 3.
Kinerja kemampuan teknis yang dimiliki oleh sarjana teknik sipil; dan Kebutuhan industri jasa konstruksi akan kemampuan teknis sarjana teknik sipil; Prioritas kemampuan teknis yang seharusnya dikuasai oleh sarjana teknik sipil dengan membandingkan kebutuhan dan kinerja kemampuan sarjana teknik sipil. Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh institusi pendidikan teknik sipil sebagai bahan dalam membuat strategi peningkatan mutu lulusannya. Adapun, batasan penelitian ini adalah: 1. 2.
3.
Responden adalah supervisor atau atasan sarjana teknik sipil yang bekerja pada perusahaan jasa konstruksi bidang sipil, yang mempunyai kualifikasi grade 4 sampai 7 yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta; Sarjana teknik sipil yang diteliti adalah lulusan teknik sipil Pendidikan Tinggi di Yogyakarta yang bekerja pada usaha jasa konstruksi dengan pengalaman kurang dari 2 tahun;
TINJAUAN PUSTAKA
Mutu pendidikan teknik sudah mendapat perhatian khusus oleh peneliti pada tahun 1990 an (Paladini, 2006, Pomales-Garcia et al., 2006). Di Indonesia, perhatian dalam pendidikan teknik pada umumnya dan teknik sipil pada khususnya semakin bertambah karena adanya perkembangan yang berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam jasa konstruksi akhir-akhir ini. Secara umum, studi dalam mutu pendidikan ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu kajian tentang: metode pembelajaran, kurikulum dan mutu lulusan. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, variabel penelitian yaitu kompetensi teknis sarjana teknik sipil ditentukan berdasarkan studi pustaka dan informasi dari pihak-pihak yang kompeten. Beberapa laporan yang mengandung variabel kompetensi sarjana teknik sipil antara lain (Musyafa, 2009 & 2010) dan (Kurikulum Teknik Sipil, 2002). Musyafa (2009) melaporkan penelitian tentang kepuasan industri konstruksi terhadap kemampuan sarjana teknik sipil yang bekerja pada industri konstruksi di Australia. Dalam laporan itu, kemampuan sarjana teknik sipil dikelompokkan menjadi tiga bidang yaitu: pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Masing masing bidang memiliki sembilan variabel. Lebih lanjut Musyafa (2010) juga melaporkan penelitian di Australia tentang harapan dan penilaian industri konstruksi terhadap ketrampilan sarjana teknik sipil. Dalam penelitian terebut, sembilan variabel digunakan untuk mengidentifikasi ketrampilan sarjana teknik sipil. Kesembilan variable itu adalah kemampuan dalam: a. b. c. d.
Menerapkan secara mendalam satu ketrampilan teknis terkait dengan perkerjaannya, Menggunakan teknologi secara tepat untuk pekerjaannya, Mengakses, Mengevaluasi dan menyimpulkan informasi terkait dengan pekerjaannya, Berkomunikasi secara efektif dengan sesama insinyur tetapi juga dengan masyarakat luas sesuai dengan pekerjaannya, e. Berfungsi secara efektif secara individu dalam penyelesaian pekerjaan, f. Berfungsi secara efektif dalam suatu tim multidisipliner atau multikultur untuk penyelesaian pekerjaan, g. Befungsi secara efektif dalam suatu team dengan kapasitas sebagai seorang anggota, h. Berfungsi secara efektif dalam suatu team dengan kapasitas sebagai seorang manajer, i. Berfungsi secara efektif dalam suatu team dengan kapasitas sebagai seorang pimpinan. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa ada tiga variable yaitu: menerapkan secara mendalam satu ketrampilan teknis; menggunakan teknologi untuk penyelesaian pekerjaan; dan berkomunikasi dengan insinyur lain dan masyarakat luas sesuai pekerjaannya harus ditingkatkan. Namun hasil terbatas karena responden hanya berasal dari negara tersebut.
Kemampuan teknis sarjana Teknik Sipil Dalam penelitian ini kemampuan teknis diartikan sebagai kombinasi kemampuan kognitif dan psikomotorik sarjana teknik sipil yang bias diamati oleh responden. Berdasarkan studi pustaka tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan teknis sarjana teknik sipil, tediri dari sembilan variable. Variable tersebut ditunjukkan dalam table 1.
MK-100
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Manajemen Konstruksi
Tabel 1. Variabel kemampuan teknis Kode K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9
Variabel: Kemampuan dalam mengantisipasi permasalahan umum pekerjaan Kemampuan dalam hukum, peraturan dan standardisasi Kemampuan dalam pemahaman uji laboratorium Kemampuan dalam teknologi bahan konstruksi Kemampuan dalam metode konstruksi Kemampuan estimasi dan pengendalian biaya Kemampuan dalam perancangan Kemampuan dalam penjadualan pekerjaan Kemampuan dalam IT atau pengoperasian software komputer
Kinerja kemampuan teknis Kinerja kemampuan teknis dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan yang ditunjukkan oleh lulusan-lulusan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Penilaian dilakukan oleh supervisor atau atasan dari lulusan-lulusan tersebut. Penilaian tersebut didasarkan pada persepsi responden yang diukur dalam lima tingkat seperti tampak dalam Tabel 2. Penilaian ini dilakukan untuk setiap variabel yang telah ditentukan sebagaimana dicantumkan dalam Tabel 2. Penilaian kinerja lulusan Tingkat ketrampilan Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Nilai 1 2 3 4 5
Kebutuhan jasa konstruksi Kebutuhan dari jasa konstruksi akan kemampuan teknis di dalam penelitian ini dinyatakan sebagai tingkat penting dari kemampuan-kemampuan yang seharusnya dikuasai oleh lulusan-lulusan teknik sipil. Data kebutuhan ini diambil dari respondent yang juga memberikan penilaian kinerja lulusan. Oleh karena itu, agar tidak menimbulkan kerancauan dalam pemberian data, prioritas kemampuan teknis dinyatakan dalam bentuk ranking. Ranking ini dibuat dengan mengurutkan variabel kemampuan teknis dari yang paling penting ke paling tidak penting. Variabel kemampuan teknis ini sama dengan yang telah ditampilkan dalam. Nilai dari tingkat penting tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penilaian prioritas kemampuan teknis supervisor Tingkat penting suatu ketrampilan dikuasai oleh sarjana Amat sangat tidak penting Sangat tidak penting Tidak penting Agak tidak penting Ragu-ragu Agak penting Penting Sangat penting Amat sangat penting
4.
Nilai 9 8 7 6 5 4 3 2 1
LANDASAN TEORI
Tinggi rendahnya mutu lulusan pendidikan dapat ditentukan dari tingkat kesesuaian antara kemampuan yang dimiliki oleh lulusan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh pasar kerja (Musyafa, 2009). Semakin tinggi tingkat kecocokan tersebut maka semakin tinggi mutu pendidikannya. Dengan mengetahui kebutuhan dan realita kemampuan lulusan tersebut, kesenjangan-kesenjangan antar keduanya dapat diidentifikasi. Berdasarkan identifikasi tersebut pengingkatan mutu pendidikan dapat dilakukan secara bertahap.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-101
Manajemen Konstruksi
Dalam bidang teknik sipil, peningkatan pendidikan ini akan berdampak positif terhadap industri konstruksi dan masyarakat luas. Hal ini dikarenakan peningkatan mutu tersebut dapat meningkatkan kinerja industri jasa konstruksi. Peningkatan kinerja industri konstruksi ini akan dirasakan oleh masyarakat luas karena masyarakat moderen tidak bisa terlepas dari industri ini. Peningkatan kinerja usaha jasa konstruksi akan meningkatkan produk jasa konstruksi sehingga produk-produk jasa konstruksi seperti perumahan, jalan, jembatan, pengairan, jalan rel dan fasilitas umum lainnya akan semakin banyak dinikmati oleh masyarakat. Peningkatan produk tersebut memberi andil dalam peningkatan kemakmuran masyarakat.
5.
METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam beberapa langkah yaitu: pengumpulan data dan analisis data.
Pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan survey menyebarkan kuisioner. Kuisioner dibuat dengan mengacu pada variabel-variabel yang ada pada studi pustaka. Setelah kuisioner berhasil disusun maka diadakan pengecekan untuk mengetahui validitas kuisioner tersebut. Setelah dianggap layak, kuisioner disebarkan calon responden. Calon responden dilacak dengan bantuan situs internet www.lpjk.org. Calon responden pilih yang berlokasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki kualifikasi yang dianggap bisa memberi informasi dalam kuisioner. Setelah calon responden terdata, maka langkah selanjutnya adalah menyebarkan kuisioner kepada calon responden secara langsung satu persatu. Dengan demikian jika dalam kuisioner tersebut ada hal yang kurang difahami responden, maka surveyor dapat menjelaskannya.
Analisis data Analisis data di sini adalah proses penyederhanaan data sehingga bisa menghasilkan informasi sesuai tujuan penelitian. Metode yang digunakan untuk analisis data tersebut adalah metode rangking dari nilai rata-rata variabel. Perhitungan nilai rata-rata dilakukan dengan menggunakan persamaan 1. N
x
x i 1
i
N
(1)
Keterangan: _
x xi
= nilai rata-rata tiap variabel = jumlah total nilai dari seluruh responden N = jumlah responden Agar ranking tersebut diketahui validitasnya, maka ranking tersebut diuji dengan metode statistik Kendall-W rumusnya disajikan dalam persamaan 2 (Santoso, 2001). Kemudian dihitung nilai Chi square sesuai persamaan 3. Hasil validasi ranking tersebut ditampilkan dalam Tabel 5 dan Tabel 7.
W
12 Ri 2 3n 2 k (k 1) 2 n 2 k (k 2 1)
2 n(k 1)W Keterangan:
(2)
(3)
W =Kendall W k = jumlah variabel n = jumlah responden Ri =jumlah nilai masing-masing variabel Χ2 =Chi Square
Metode yang digunakan untuk mengolah data hingga mendapatkan hasil dapat dilihat pada Gambar 1. Dari gambar tersebut tampak bahwa perbandingan antara prioritas dan kinerja kemampuan teknis sarjana teknik sipil akan menunjukkan kesenjangan antara harapan dan realita kemampuan sarjana teknik sipil. Kesenjangan ini seharusnya menajadi perhatian utama dalam peningkatan mutu sarjana teknik sipil.
MK-102
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Manajemen Konstruksi
Start Data kebutuhan
Data kinerja
Ranking kebutuhan
Ranking kinerja
Validasi ranking kebutuhan
Validasi ranking kinerja
Tidak prioritas
Tidak
Ya
Kebutuhan > Kinerja
prioritas
Selesai
Gambar 1. Diagram metode analisa data
6.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Jumlah responden adalah 31 sarjana teknik sipil. Angka partisipasi ini dapat dikatakan wajar berdasarkan pengalaman survai sebelumnya (Musyafa, 2009), karena ajakan ini bersifat sukarela. Data yang terkumpul untuk analisa ini dipandang sebagai sampel yang bersifat random (Musyafa, 2009).
Kinerja kemampuan teknis Deskripsi tentang kinerja kemampuan sarjana teknik sipil dapat dilihat pada Tabel 4. Ranking ini dihitung berdasarkan nilai rata-rata nya. Tabel 4. Deskripsi kinerja kemampuan teknis sarjana teknik sipil (Kode) Variabel Kemampuan dalam hal: (K1) mengantisipasi permasalahan umum pekerjaan (K2) hukum, peraturan dan standardisasi (K3) pemahaman uji laboratorium (K4) teknologi bahan konstruksi (K5) metode konstruksi (K6) estimasi dan pengendalian biaya (K7) perancangan (K8) penjadualan pekerjaan (K9) IT atau pengoperasian software komputer Sumber: Deskripsi data
Jumlah Sample
Std. Dev.
Min
Max
Mean
Median
Ranking (Angka)
Ranking (Sebutan)
31
.67042
3.00
5.00
3.8710
4.0000
2
Tinggi
31 31 31 31 31 31 31
.83344 .67202 .63075 .70635 .74776 .77321 .77321
3.00 2.00 3.00 3.00 2.00 2.00 2.00
7.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00
3.8065 3.4194 3.7419 3.9677 3.6774 3.7419 3.7419
4.0000 3.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000 4.0000
3 9 4 1 8 4 4
Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Sedang
31
.69251
3.00
5.00
3.7097
4.0000
7
Rendah
Dari table tersebut tampak bahwa kemampuan sarjana teknik sipil dalam: mengantisipasi permasalahan umum pekerjaan (K1); hukum, peraturan dan standardisasi (K2); dan metode konstruksi (K5) sudah dipandang cukup baik oleh responden. Sementara itu, kemampuan dalam bidang: pemahaman uji laboratorium (K3); estimasi dan pengendalian biaya (K6); Information Technology atau pengoperasian software komputer (K9) masih dipandang rendah oleh responden.
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-103
Manajemen Konstruksi
Kondisi tersebu seharusnya menjadi perhatian penyelenggara pendidikan teknik sipil, karena kemampuan yang dipandang rendah oleh responden merupakan kemampuan utama untuk terselengaranya jasa konstruksi yang bermutu. Kemampuan dalam uji laboratorium merupakan kunci dalam control mutu matrial dan bahan. Kemampuan dalam estimasi harga suatu konstruksi modal bagi penyedia jasa untuk melakukan penawaran pekerjaan. Penguasaan IT dan pengopersian software murapakan kemampuan utama untuk efisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan. Lebih lanjut, kemampuan-kemampuan tersebut mempengaruhi kepuasan stakeholder dalam usaha jasa konstruksi (Musyafa, 2009). Ranking ini telah diuji dengan Kendall’s W yang membandingkan nilai Chi-square dari data dengan nilai standard. Hasil test ditampilkan dalam Tabel 5 yang menunjukkan bahwa respoden mempunyai kecenderungan pada setiap ranking tersebut. Oleh karena itu ranking ini dapat digunakan untuk mewakili penilalian supervisor terhadap kemampuan sarjana teknik sipil. Tabel 5. Uji Keandalan ranking ketrampilan sarjana teknik sipil Item Jumlah Sampel (N) Kendall's W (Coefficient of Concordance) Chi-Square Jumlah Rangking Derajat Kebebasan Signifikansi Kesimpulan Sumber: Analisis Kendall's W
Keterangan 31 .064 15.901 9 8 0.00 Ranking valid
Kebutuhan akan kemampuan teknis Deskripsi tentang kebutuhan akan kemampuan sarjana teknik sipil dapat dilihat pada Tabel 6. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kebutuhan ini dinyatakan dalam ranking urutan penting dari masing-masing variabel. Ranking ini dihitung berdasarkan nilai rata-ratanya. Tabel 6. Deskripsi data kebutuhan (Kode) Variabel Kemampuan dalam hal: (K1) mengantisipasi permasalahan umum pekerjaan (K2) hukum, peraturan dan standardisasi (K3) pemahaman uji laboratorium (K4) teknologi bahan konstruksi (K5) metode konstruksi (K6) estimasi dan pengendalian biaya (K7) perancangan (K8) penjadualan pekerjaan (K9) IT atau pengoperasian software komputer Sumber: Description of data
Number of Samples
Std. Dev.
Min
Max
Mean Rank
Ranking (Angka)
Ranking (Sebutan)
31
2.05725
1.00
9.00
3.9677
1
Tinggi
31
2.36006
1.00
9.00
5.3548
6
sedang
31 31 31
2.61221 1.98651 2.50848
1.00 1.00 1.00
9.00 9.00 9.00
6.0968 5.7097 4.3226
8 7 3
rendah Rendah Tinggi
31
2.85152
1.00
9.00
4.2581
2
Tinggi
31 31
2.89642 2.08786
1.00 1.00
9.00 9.00
4.4516 4.6774
4 5
Sedang Sedang
31
2.73724
1.00
9.00
6.3226
9
Rendah
Ranking ini telah diuji dengan Kendall’s W yang membandingkan nilai Chi-square dari data dengan nilai standard. Hasil test ditampilkan dalam Tabel 7 yang mengindikasikan bahwa respoden mempunyai kecenderungan pada setiap ranking tersebut. Oleh kaena itu, ranking ini dapat digunakan untuk mewakili kebutuhan akan kemampuan dari luusan teknik sipil. Tabel 7. Uji Keandalan ranking prioritas industri konstruksi Item Jumlah Sampel (N) Kendall's W (Coefficient of Concordance)
MK-104
Keterngan 31 0.104
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Manajemen Konstruksi
Chi-Square Jumlah Rangking Derajat Kebebasan Signifikansi Kesimpulan Sumber: Analisis Kendall's W
25.864 9 8 0.00 Rankings valid
Ranking kinerja dan ranking prioritas kemampuan teknis tersebut dapat dikombinasian untuk mengidentifikasi kesenjangan sehingga diketahui kemampuan dalam bidang apa saja yang harus segera ditingkatkan oleh sarjana teknik sipil.
Kesenjangan antara kebutuhan dan kinerja Kesenjangan antara prioritas dan kinerja kemampuan teknis sarjana teknik sipil didapat dengan membuat kombinasi ranking antar keduanya. Kombiasi tersebut disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Perbandingan kinerja dan kebutuhan (Kode) Variabel Kemampuan dalam hal: (K1) Kemampuan dalam mengantisipasi permasalahan umum pekerjaan (K2) Kemampuan dalam hukum, peraturan dan standardisasi (K3) Kemampuan dalam pemahaman uji laboratorium (K4) Kemampuan dalam teknologi bahan konstruksi (K5) Kemampuan dalam metode konstruksi (K6) Kemampuan estimasi dan pengendalian biaya (K7) Kemampuan dalam perancangan (K8) Kemampuan dalam penjadualan pekerjaan (K9) Kemampuan dalam IT atau pengoperasian software komputer Sumber: Deskripsi data
kebutuhan
Kinerja
Prioritas
Tinggi Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Rendah
Tinggi Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Sedang Rendah
Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak
Tabel tersebut menunjukkan bahwa kinerja dua bidang kemampuan teknis sarjana teknik sipil harus segera ditingkatkan. Bidang tersebut adalah: kemampuan dalam uji laboratorium (K3) dan kemampuan untuk membuat estimasi dan pengendalian biaya (K6). Dari dua bidang tersebut, kemampuan dalam membuat anggaran biaya lebih mendesak untuk segera ditingkatkan karena kesenjangannya lebih besar.
7.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa dua bidang kemampuan teknis sarjana teknik sipil harus segera ditingkatkan. Kedua bidang tersebut adalah: 1. kemampuan dalam uji laboratorium, dan 2. kemampuan dalam estimasi dan pengendalian biaya Dengan anggapan bahwa jasa konstruksi adalah industri di mana sarjana teknik sipil akan bekerja, maka penyelenggara pendidikan teknik sipil disarankan untuk segera membenahi kurikulum, metode pembelajaran, dan menyiapkan sarananya untuk meningkatkan kemampuan dalam dua bidang tersebut.
8.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terlaksananya penelitian ini, khususnya kepada sdr. Danang Setyawan Moslana Putra, mahasiswa Teknik Sipil UII, yang telah membantu dalam pengumpulan data.
DAFTAR PUSTAKA Panduan Kurikulum Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia., Universitas Islam Indonesia., Received on 2 Oktober, From http://unisys.uii.ac.id/index.asp?u=511&b=l&v=1&id=4 Kartasasmita, G. A. (2006). "Pengadaan Barang dan Jasa Menurut Pelaku Usaha dalam Upaya Perbaikan Sistim Penyelenggaraan Barang / Jasa Pemerintah, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).Jakarta Musyafa, A. (2009). Stakeholders’ Satisfaction with Civil Engineering Graduates, Civil Engineering, Curtin University of Technology, Perth
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-105
Manajemen Konstruksi
Musyafa, A. (2010). "Harapan dan Penilaian Industri Konstruksi Terhadap Ketrampilan Sarjana Teknik Sipil", Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4): Peluang dan Tantangan dalam Rekayasa Sipil dan Lingkungan, Universitas Atma Jaya, Universitas Udayana, Universitas Pelita Harapan Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 Paladini, E. P. (2006). "A quality management approach of engineering education". WSEAS Transactions on Advances in Engineering Education, Vol. 3, No. 8, pp. 746-751. Pomales-Garcia, C., Liu, Y. & Soto, V. (2006). "Excellence in engineering education and educational technology: Views of undergraduate engineering students", Annual Conference and Exposition, American Society for Engineering Education, Chicago, IL, USA Santoso, S. (2001). "Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, Elex Media Komputindo.Jakarta Sitorus, T. M. (2010). Penganggur Sarjana dan Kesempatan Kerja. Harian Sinar Baru Indonesia.
MK-106
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011