e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
IDENTIFIKASI KEMAMPUAN GURU KELAS IV SD DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 Kadek Ashadi Putra1, I Nym. Jampel2, I Km. Sudarma3 1
Jurusan PGSD, 2,3Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru kelas IV dalam menerapkan pembelajaran Kurikulum 2013 semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SD No. 4 Banyuasri ditinjau dari penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian pembelajaran. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas IV SD No. 4 Banyuasri, RPP, dan Lembar penilaian. Objek penelitian adalah kemampuan guru kelas IV SD No. 4 Banyuasri dalam menerapkan pembelajaran Kurikulum 2013 yang meiputi penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian pembelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh berupa data kualitatif (transkip wawancara dan dokumentasi) serta nilai variabel RPP, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian pembelajaran dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh guru kelas IV SD No. 4 Banyuasri berkualifikasi sangat baik dengan nilai rata-rata 24 (dari total nilai maksimal 24). Pelaksanaan pembelajaran berkualifikasi baik dengan nilai rata-rata 50,7 (dari total nilai maksimal 68). Pelaksanaan penilaian pembelajaran berkualifikasi baik dengan nilai ratarata 12 (dari total nilai maksimal 16). Kata-kata kunci: kurikulum 2013, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran. Abstract This study was conducted to identify the ability of IV grade teacher of implementation of Curriculum 2013 in SD No. 4 Banyuasri in the academic year of 2013/2014 viewed from lesson planning, learning implementation, and learning assessment implementation. This study included as a qualitative descriptive study. The subjects of this study were thematic teachers at SD No. 4 Banyuasri, lesson planning, and assessment paper. The objects of this study were teacher’s ability of implementation of Curriculum 2013 in SD No. 4 Banyuasri viewed from lesson planning, learning implementation, and learning assessment implementation. The data collecting method of this study were observation, interview, and documentation. The obtained data were in the form of qualitative data (interview transcript and documentation) also of value variables of lesson planning, learning implementation, and learning assessment implementation. The data were analyzed by statistic descriptively. The result of analysis showed that the lesson planning who designing by IV grade Thematic teachers at SD No. 4 Banyuasri was qualified very good with a average value of 24 (of maximal total value 24). Learning implementation was qualified good with a average value of 51 (of maximal total value 68). The learning assessment implementation was qualified good with a average value of 11 (of maximal total value 16). Keywords:
Curriculum 2013, learning assesment implementation, lesson planning.
implementation,
learning
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENDAHULUAN Terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi tidak akan lepas dari kualitas pendidikan yang diperolehnya. Hal ini disebabkan oleh pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran sehingga pendidikan sangat menentukan perkembangan individu dan perkembangan masyarakat (Sanjaya, 2005: 17). Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia tentunya harus diiringi dengan peningkatan mutu pendidikan. Ketercapaian tujuan pendidikan yang bermutu sangat dipengaruhi oleh kurikulum. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum menurut Nasution (2006: 5) adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Hal ini senada dengan pengertian kurikulum yang terdapat dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana, dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (dalam Kurinasih, 2014). Kualitas kurikulum yang baik akan mempengaruhi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi persaingan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta memiliki keterampilan-keterampilan dalam hidupnya. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, kurikulum telah beberapa kali mengalami penyempurnaan. Penyempurnaan kurikulum tersebut dikelompokkan berdasarkan tiga kelompok kurikulum yakni rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum berorientasi kompetensi. Kurniasih (2014) menyebutkan kurikulum rencana pelajaran berlaku dari tahun 1947 sampai 1968 yang terdiri dari kurikulum tahun 1947 (Rentjana Pelajaran 1947), kurikulum 1952 Rentjana Peladjaran
Terurai 1952, Rentjana Peladjaran 1964, dan kurikulum 1968. Kurikulum berorientasi pencapaian tujuan berlaku dari tahun 1975 sampai 1994 yang terdiri dari kurikulum 1975, kurikulum 1984, dan kurikulum 1994. Kurikulum yang diberlakukan setelah kurikulum 1994 yaitu kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004 dan dilanjutkan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dan saat ini pemerintah telah mengembangkan kurikulum kembali menjadi kurikulum 2013. Penyempurnaan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah dengan niatan untuk perbaikan sistem pendidikan (Kurniasih, 2014). Meskipun pada kenyataanya setiap kurikulum pastilah memiliki kekurangan dan perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah melakukan penyempurnaan kurikulum sebagai revisi atas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diberi nama Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini diberlakukan mulai Tahun Pelajaran 2013/2014 yang dilaksanakan secara bertahap sampai tahun 2015. Pemerintah mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 ini bukanlah kurikulum baru, tapi merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa prinsip pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu. Kurikulum 2013 mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar dan mencoba (observation based learning) untuk meningkatkan kreativitas peserta didik, serta perlunya mengarahkan pembelajaran yang mengutamakan aspek Attitude, Skill, Knowledge (ASK). Lebih jauh lagi, Kurniasih (2014) menyatakan penyempurnaan terjadi pula pada pola pikir pembelajaran. Pola pikir pembelajaran yang dimaksud yaitu dari pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik, pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari, pola
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif, dan pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok. Meskipun pada awal pelaksanaannya menuai berbagai pro dan kontra, pemerintah bersikeras untuk tetap melaksanakan Kurikulum 2013 dengan alasan perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia ke depan seiring perubahan zaman yang semakin maju. Pada giliran pelaksanaanya di lapangan yang masih seumur jagung, kurikulum 2013 harus diberhentikan karena berbagai masalah. Keputusan penghentian Kurikulum 2013 diambil oleh Anies Baswedan selaku Mendikbud adalah berdasarkan rekomendasi tim evaluasi yang diketuai guru besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Suyanto. Akan tetapi penghentian kuriklum 2013 tidak melibatkan seluruh sekolah. Bagi sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 selama tiga semester atau sekolah yang sebelumnya sudah merasakan kurikulum 2013 sebelum kurikulum ini serentak dilaksanakan akan diberikan kesempatan untuk menerapkan kembali kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan harus ada tester guna memperlancar perbaikan kurikulum 2013 yang sekarang masih dikerjakan oleh Kemendikbud. Salah satu indikator diberhentikannya Kurikulum 2013 adalah belum siapnya guru dan sulitnya mengubah pola pikir terhadap perubahan kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013 (Kurniasih, 2014). Bagi beberapa pihak, terutama bagi satuan pendidikan sebagai lembaga yang menyelenggarakan proses pembelajaran dan guru sebagai pleton terdepan dalam implementasi kurikulum yang langsung berhadapan dengan peserta didik dan kunci penyelengaraan pembelajaran di kelas. Keberhasilan implementasi suatu kurikulum baru sangat ditentukan oleh guru. Menurut Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru memegang peranan yang
sangat penting di dalam pengembangan kurikulum karena guru harus selalu mencari gagasan-gagasan baru dalam melaksanakan pembelajaran di setiap kurikulum yang digunakan. Senada dengan yang diungkapkan oleh Faridah Alawiyah (2013) dalam artikelnya yang berjudul “Dampak Implementasi Kurikulum 2013 Terhadap Guru” menyatakan bahwa, guru belum siap dan sulit mengubah pola pikirnya dengan adanya perubahan kurikulum ke kurikulum 2013, hal ini dikarenakan kurang optimalnya pelatihan yang diberikan pemerintah yang hanya berlangsung searah dan mengedepankan pemberian ceramah. Dengan cara yang seperti itu, akan sangat sulit mengubah pola pikir guru, yang lebih berbahaya akan berpengaruh buruk terhadap proses pembelajaran di kelas. Dengan kemampuan guru yang dilatih secara tidak sungguh-sungguh akan berdampak pada kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan seorang guru kelas IV di SD No. 4 Banyuasri yaitu Ni Wayan Eka Rippanawati, S.Pd. SD pada tanggal 26 Januari, ditemukan bahwa pengelolaan pembelajaran di kelas masih banyak mengalami kendala. Hal ini disebabkan oleh implikasi diberlakukannya kurikulum 2013 yang kesannya mendadak. Guru mengakui mengalami hambatan-hambatan dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan tuntunan kurikulum 2013 karena harus mengintegrasikan berbagai mata pelajaran ke dalam satu pembelajaran, rendahnya pemahaman pendekatan scientific, serta guru menganggap penilaian autentik ini rumit dan sulit untuk dilakukan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Jumal Ahmad (2013) dalam artikelnya yang berjudul “Kelemahan dan Keunguulan Kurikulum 2013” menyatakan bahwa, yang mendasari kurang optimalnya pelaksanaan kurikulum 2013 secara umum adalah (1) kurangnya keterampilan guru merancang RPP, (2) kurangnya pemahaman guru dengan konsep mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan serta memahami pendekatan saintifik, (3) Guru
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
tidak banyak menguasai penilaian autentik, dan (4) kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang. Untuk itu pengimplementasian kurikulum 2013 perlu diperhatikan dalam usaha memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan kendalakendala yang dialami guru dapat diketahui dan dicari solusinya. Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian terkait kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kurikulum 2013 ditinjau dari penyusunan rencana pekasanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian dengan judul “ Identifikasi Kemampuan Guru Kelas IV dalam Menerapkan Pembelajaran Tematik Berdasarkan Kurikulum 2013 Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 di SD No. 4 Banyuasri”. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan guru kelas IV dalam menerapkan pembelajaran tematik berdasarkan kurikulum 2013 di SD No. 4 Banyuasri semester genap tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari penyususnan RPP, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian pembelajaran. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif tentang kemampuan guru kelas IV dalam menerapkan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013. Penelitian deskripitif tidak memberikan perlakuan, manipulasi, atau perubahan pada variabel-variabel bebas tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.Tempat penelitian ini di SD No. 4 Banyuasri. Subjek penelitian adalah guru kelas IV pengampu mata pelajaran tematik di SD No. 4 Banyuasri, RPP, dan lembar penilaian, Subjek penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, metode dokumentasi, dan metode wawancara. Metode Observasi yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu observasi partisipatif pasif. Menurut Sugiyono (2014: 311), “Observasi partisipatif dapat digolongkan menjadi
empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap”. Metode wawancara yang digunakan pada penelitian ini yaitu wawancara bertahap/bebas terpimpin yaitu wawancara mendalam tetapi dipandu oleh pertanyaanpertanyaan pokok (dalam Satori, 2011) yang diberikan kepada narasumber yang dapat memberikan informasi yaitu guru kelas IV pengampu mata pelajaran tematik di SD No. 4 Banyuasri mengenai kemampuan dalam menerapkan pembelajaran Kurikulum 2013 ditinjau dari penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian pembelajaran. Metode studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Menurut McMillan dan Schumacher (dalam Satori, 2011) dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anekdotal, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, catatan dokumen, dan pedoman wawancara. Lembar observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan melaksanakan penilaian pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 pada saat pembelajaran berlangsung berdasarkan indikator yang disiapkan pada lembar observasi. Dokumen yang dimaksud yaitu arsip rencana pelaksanaan pembelajaran yang dimiliki oleh guru kelas IV dan lembar penilaian. Pedoman wawancara dalam penelitian ini berisi tentang uraian penelitian yang dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik. Data penelitian yang telah terkumpul berupa transkip wawancara mengenai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 ditinjau dari penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian pembelajaran, dokumentasi RPP yang dimiliki guru kelas IV, dan nilai variabel penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian pembelajaran yang dianalisis secara deskriptif.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Data hasil penilaian kemampuan guru kelas IV pengampu mata pelajaran tematik
di SD No. 4 Banyuasri dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara umum dijabarkan pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran No
Indikator Kinerja Guru
1. 2.
Komponen RPP Kejelasan pengembangan indikator KD-3 dan KD-4 dari KI-3 dan KI-4 3. Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar 4. Kejelasan langkah-langkah pembelajaran Penilaian, pembelajaran remedial, dan 5. pengayaan 6. Pemilihan sumber dan media pembelajaran Total Nilai Kinerja Guru Konversi Total Nilai Kinerja Guru ke Skala 100 (Permenneg PAN dan RB No 16 Tahun 2009, Pasal 15 Kategori Nilai Kinerja Guru Berdasarkan hasil perhitungan, rata-tata total nilai indikator kinerja guru dalam merancang RPP adalah 24 (dari total nilai maksimal 24). Setelah dikonversikan ke dalam skala 100 sesuai dengan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 berada pada rentangan 75 sampai dengan 100. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru
Nilai Kinerja Guru 1 2 3 4 4 4
Ratarata 4
4
4
4
4
4 4
4 4
4 4
4 4
4
4
4
4
4 24
4 24
4 24
4 24
100
100
100
100
SB
SB
SB
SB
dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013 berkategori SANGAT BAIK. Data hasil penilaian kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 secara umum dijabarkan pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai Pelaksanaan Pembelajaran No
Indikator Kinerja Guru
A. 1 2
Kegiatan Pendahuluan Mengkondisikan kelas sebelum memulai pembelajaran Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kompetensi yang sudah dipelajari dan terkait dengan kompetensi yang akan dipelajari Menyampaiakan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari Menyampaiakan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan Kegiatan Inti Menguasai materi pembelajaran Menerapkan pendektan saintifik secara efektif
3 4 5 B. 6 7
Nilai Kinerja Guru 1 2 3
Ratarata
4
4
3
3,7
4
4
4
4
1
4
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
4 4
4 4
4 4
4 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
No
Indikator Kinerja Guru
8 9
Menggunakan sumber belajar secara efektif dan efesien Menggunakan media pembelajaran secara efektif dan efesien dan melibatkan siswa 10 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 11 Melaksanakan pembelajaran dengan menumbuhkan kebiasaan positif dalam diri siswa 12 Menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran 13 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan C. Kegiatan Penutup 14 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa siswa 15 Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 16 Melakukan tindak lanjut dengan memberikan arahan, membenahi konsep materi yang keliru atau memberikan tugas individual maupun kelompok 17 Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya Total Nilai Kinerja Guru Konversi Total Nilai Kinerja Guru ke Skala 100 (Permenneg PAN dan RB No 16 Tahun 2009, Pasal 15 Kategori Nilai Kinerja Guru Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata total nilai indikator kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah 50,7 (dari total nilai maksimal 68). Setelah dikonversikan ke dalam skala 100 sesuai dengan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 berada pada rentangan 51 sampai dengan 76. Hal ini menunjukkan
Nilai Kinerja Guru 1 2 3 4 4 4
Ratarata 4
4
4
4
4
4
1
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
1
1
1
1
4
4
4
4
4
4
4
4
1
1
4
2
1
1
1
1
50
50
52
50,7
73,52 73,52 76,47 B
B
B
74,55 B
bahwa kemampuan guru kelas IV SD No. 4 Banyuasri dalam melaksanakan pembelajaran Kurikulum 2013 berkategori BAIK. Data hasil penilaian kinerja guru dalam melaksanakan penilaian pembelajaran Kurikulum 2013 secara umum dijabarkan pada tabel 3.
Tabel 3. Nilai Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran No 1.
Indikator Kinerja Guru Penilaian Pembelajaran 1) Melaksanakan penilaian sikap spiritual dengan metode non tes 2) Melaksanakan penilaian sikap sosial dengan metode non tes 3) Melaksanakan penilaian pengetahuan dengan metode tes 4) Melaksanakan penilaian keterampilan siswa dengan
Nilai Kinerja Guru 1 2 3
Ratarata
4
1
1
1
4
1
1
2
4
4
4
4
4
4
4
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
metode non tes Total Nilai Kinerja Guru Konversi Total Nilai Kinerja Guru ke Skala 100 (Permenneg PAN dan RB No 16 Tahun 2009, Pasal 15 Kategori Total Nilai Kinerja Guru Berdasarkan hasil perhitungan, total nilai indikator kinerja guru dalam melaksanakan penilaian pembelajaran adalah 12 (dari total nilai maksimal 16). Setelah dikonversikan ke dalam skala 100 sesuai dengan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 berada pada rentangan 51 sampai dengan 76. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru kelas IV SD No. 4 Banyuasri dalam melaksanakan penilaian pembelajaran Kurikulum 2013 berkategori BAIK. PEMBAHASAN Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekaktnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang dilakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan guru dalam merancang RPP berada pada kategori sangat baik. Temuan tersebut diperoleh dari rata-tata total nilai kinerja guru dalam merancang RPP adalah 24 (dari total nilai maksimal 24), setelah dikonversikan ke dalam skala 100 sesuai dengan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 didapatkan hasil 100 yang berada pada rentangan 76 sampai dengan 100 sesuai pada Tabel 3.8. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru kelas IV SD No. 4 Banyuasri dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013 berada pada kategori sangat baik. Pada penelitian ini, aspek yang dinilai dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi kelengkapan komponen RPP, kejelasan pengembangan indikator KD-3 dan KD-4 dari KI-3 dan KI-4,
16
10
10
12
100
62,5
62,5
75
B
B
B
B
pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, kejelasan langkah-langkah pembelajaran, penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan, dan pemilihan sumber dan media pembelajaran. Semua aspek telah disusun sesuai standar dalam penyusunan RPP sesuai dengan Permendikbud No. 103 tahun 2014. Berdasarkan 6 aspek yang telah dinilai pada tiga rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru, seluruh aspek telah memenuhi syarat dalam penyususnan RPP sesuai dengan Permendikbud No. 103 Tahun 2014. Bertolak dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Ni Wayan Eka Rippanawati, S.Pd. SD selaku guru kelas IV SD No. 4 Banyuasri, guru mengungkapkan tidak mengalami kendala yang serius dalam menuyusun RPP sesuai dengan Permendikbud No. 103 Tahun 2014. Hal tersebut diakui guru disebabkan oleh banyaknya pelatihan yang telah diikuti guru mengenai penyususnan RPP berbasis Kurikulum 2013. Guru telah mengikuti tiga kali pelatihan mengenai tata cara penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 yang diakomodasi oleh Disdikpora dan LPMP melalui Dinas Pendidikan yang dilakukan di Hotel Bali Beach pada bulan Juni 2013 dan di Nusa Dua pada bulan Juni 2014. Dari pelatihan tersebut, guru mengungkapkan banyak mendapatkan bimbingan dari sesama teman pelatihan selain dari bimbingan para tutor/ahli. Sebagai guru yang dulunya masih awam tentang rencana pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013, guru mengakui banyak mendapatkan pengalaman dan wawasan yang lebih mengenai Kurikulum 2013 setelah mengikuti banyak pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Bali. Pelatihan yang diselingi dengan kegiatan praktek penyusunan rencana pelaksanaaan pembelajaran (RPP) memberikan banyak informasi lebih detail
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 mengenai penyusunan RPP berbasis Kurikulum 2013. Dalam pelatihan tersebut guru juga diharapkan terus mengikuti setiap perkembangan mengenai Kurikulum 2013 seperti penyempurnaan Permendikbud tentang Implementasi Kurikulum 2013. Selain itu, guru juga mengungkapkan bahwa RPP yang disusun telah disupervisi oleh pengawas dari Dinas Pendidikan Provinsi Bali dan telah dilegalisir oleh kepala sekolah, sehingga keabsahan kualitas RPP yang disusun oleh guru dapat diinformasikan telah memenuhi satandar penyusunan RPP sesuai dengan Permendikbud No. 103 Tahun 2014. Hal tersebut juga didukung dari hasil angket yang diberikan oleh pengawas dari Klungkung sebagai perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Bali, guru mengakui mendapatkan skor sangat baik mengenai pengetahuan tentang penyususnan rencana pelaksanaan pembeljaran (RPP) Kurikulum 2013 dengan berpedoman Permendikbud No. 103 Tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis dan wawancara di atas, terlihat jelas bahwa guru telah memahami rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis Kurikulum 2013 dengan baik setelah mengikuti berbagai pelatihan. Hal ini berarti pemahaman guru yang diperoleh dari pengalaman pelatihan terkait penyususnan RPP Kurikulum 2013 berbanding lurus dengan kualitas RPP yang telah disusun oleh guru. Sehingga dapat diiformasikan bahwa berbagai pelatihan yang diakomodasi oleh Dinas Pendidikan Bali dapat mengoptimalakan pemahaman guru terkait penyusunan rencana pelaksanaan pembelaaran (RPP) kurikulum 2013. Banyak hal yang mempengaruhi kemampuan guru dalam merancang RPP seperti pengalaman mengajar, keuletan dan usaha belajar seorang guru (pengembangan diri), pendidikan seorang guru, dan lain-lain. Terkait pendidikan guru, sebagaimana hasil observasi dan studi dokumentasi ditemukan bahwa kualifikasi pendidikan guru yang menjadi subjek penelitian adalah sarjanan di perguruan tinggi negeri (PTN). Walaupun tingkat pendidikan tidak 100% mempengaruhi tingkat profesionalitas seorang guru, namun terdapat pengaruh juga terkait pengalaman
studi ketika melaksanakan perkuliahan sebelumnya dan usaha pengembangan dirinya. Oleh sebab itu, guru seharusnya tetap melakukan pengembangan diri sehingga bisa menyiapkan pembelajaran yakni RPP dengan baik secara konsisten. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 2 minggu dengan menilai secara spesifik pada tiga pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, secara umum guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegitan penutup dengan baik sesuai dengan standar Permendikbud No. 103 Tahun 2014. Temuan tersebut diperoleh dari hasil observasi yang telah dilakukan bahwa guru memperoleh ratarata total nilai kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah 51 (dari total nilai maksimal 68). Setelah dikonversikan ke dalam skala 100 sesuai dengan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 didapatkan hasil 74, 99 berada pada rentangan 51 sampai dengan 76 sesuai pada Tabel 3.8. Secara lebih rinci pada kegiatan pendahuluan guru memperoleh rata-rata nilai 11,7 dari total nilai 20, pada kegiatan inti guru memperoleh rata-rata nilai 28 dari total nilai 32, dan pada kegiatan penutup guru memperoleh rata-rata nilai 11 dari total nilai 16. Permasalahan yang terjadi terkait pelaksanaan pembelajaran di kelas bahwa ditemukan guru masih melaksanakan pembelajaran tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dirancang di RPP. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ni Wayan Eka Ripnawati, S.Pd., SD selaku guru kelas IV SD No. 4 Banyuasri, adapun beberapa alasan yang diungkapkan oleh guru terkait tidak dilaksanakanya pembelajaran sesuai dengan RPP antara lain disebabkan oleh pengetahuan awal siswa relatif rendah, materi pelajaran padat karena harus memadukan berbagai mata pelajaran, alokasi waktu, dan pendekatan saintifik yang memerlukan waktu ekstra dalam membelajarkannya. Setelah dilakukan penelitian lebih mendalam, permasalahan utamanya juga berada pada minimnya pemahaman guru terhadap tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Permendikbud No. 103
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Tahun 2014 serta menyesuaiakan kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu yang direncanakan pada RPP. Masalah terbesar yang dialami guru bahkan diulangi guru pada setiap pembelajaran adalah mengenai pengelolaan alokasi waktu agar sesuai dengan yang telah direncanakan. Permasalahan yang dialami guru dalam mengelola waktu kegiatan pembelajaran bukan saja akibat ketidakmampuan guru dalam memanjemen waktu, akan tetapi ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil wawancara, guru mengungkapkan bahwa ketidaksesuaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan alokasi waktu yang telah direncanakan disebabkan oleh beberapa hal antara lain keterlambatan memulai kegiatan pembelajaran akibat guru harus menyeuruh siswa kembali untuk membersihkan kelas serta terdapat beberapa pengumuman penting yang harus diberitahukan kepada siswa berindikasi pada ketidaksesuain kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan pada RPP. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dilihat pada kegiatan observasi, dari ketiga pembelajaran guru memang harus menyuruh siswa kembali melakukan pembersihan kelas yang mengurangi waktu kegiatan pembelajaran sekitar 15 sampai 20 menit. Guru merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan formal yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru. Guru harus dapat mengorganisasi waktu sebaikbaiknya. kemampuan seperti itu sudah barang tentu hanya dapat dilakukan oleh guru yang professional di bidangnya. Lebih lanjut Satori (dalam Riandi, 2012) menegaskan bahwa kegitan yang harus dilakukan guru tersebut telah menempatkan peran guru sebagai “manager of learning” yang berarti guru sangat menentukan dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian prosuktivitas proses belajar mengajar. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa peran guru sebagai manager of learning tidak berjalan, hal ini
terlihat dari ketidaksesuaian antara RPP yang dirancang dengan pelaksanaannya di kelas serta ketidaksesuaian alokasi pelaksanaan pembelajaran dengan alokasi waktu yang telah direncanakan. Hasil observasi menyatakan bahwa hambatan-hambatan yang ditemukan oleh guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas yaitu pada kegiatan pendahuluan guru tidak melaksankan tahapan kegiatan apersepsi, kegiatan menyampaiakan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, dan menyampaiakan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan, pada kegiatan initi guru mengalami kendala dalam menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan, dan pada kegiatan penutup guru mengalami kendala dalam melakukan tindak lanjut serta kegiatan menyampaiakan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Sebagaimana disampaikan dalam PP nomor 74 tahun 2008 tentang guru bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lebih lanjut guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi professional, kompetensi pedagofik, kompetensi keperibadian, dan kompetensi sosial. Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara bahwa guru tidak memahami fungsi keempat kompetensi tersebut secara mendalam, hal ini berdampak terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pembelajaran di kelas sering tidak sesuai dengan pelaksanaan dan perencanaan yang telah disusun pada RPP. Berdasarkan pandangan tersebut, jika guru mengalami masalah-masalah dalam melaksanakan pembelajaran berbasis kurikulum 2013 maka kewajiban guru sebagai pembimbing dan pelaksana utama pembelajaran di kelas untuk mencarikan solusi-solusi pemecahan masalah yang terjadi. Empat kompetensi guru merupakan modal dalam menguasai setiap tahapan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 pada pelaksanaan pembelajaran, jadi guru harus memilki optimisme dan kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan muridnya. Hasil penelitian menunjukkan guru telah melaksanakan penilaian dengan baik. Temuan tersebut didasari dari perolehan nilai total indikator kinerja guru dalam melaksanakan penilaian pembelajaran adalah 11 (dari total nilai maksimal 16), setelah dikonversikan ke dalam skala 100 sesuai dengan Permenneg PAN dan RB Tahun 2009 seperti pada Tabel 4.3 berkategori baik. Kategori baik menunjukan guru masih mengalami kendala dalam melaksanakan penilaian berbasis Kurikulum 2013. Meninjau salah satu alasan diberlakukannya Kurikulum 2013 adalah memperbaiki sikap pada peserta didik. Tentunya sebagai guru profesional harus memaknai bahwa pengembangan sikap pada peserta didik harus terus dikontrol secara berkesinambungan dengan melaksanakan penilaian terhadap sikap siswa pada setiap pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa guru cenderung mengabaikan pelaksanaan penilaian sikap. Selama peneliti melakukan observasi pada pembelajaran 2 dan 3, penilaian sikap tidak dilaksanakan secara berkesinambungan oleh guru. Terkait dengan hal tersebut, guru mengakui disebabkan oleh banyaknya siswa yang perlu dinilai. Guru juga menambahkan bahwa sering mengalami kesulitan dalam mengamati sikap siswa, sehingga lembar penilaian diisi pada saat setelah jam pelajaran selesai dengan menggunakan ingatan guru saat mengajar serta sikap siswa saat di luar kelas. Menurut guru, penilaian sikap tidak hanya dapat dilakukan dalam satu hari, akan tetapi dapat dilakukan setiap hari. Kurniasih dan Berlin (2014) menyatakan observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan mengguanakan instrumen yang berisi sejumlah indikator. Berdasarkan pandangan tersebut, guru seharusnya melaksanakan penilaian sikap secara berkesinambungan, namun hasil di lapangan menunjukkan guru tidak
melaksanakan penilaian sikap secara holistik, hal ini terlihat dari ketidaksesuaian perencanaan penilaian dengan pelaksanaan di kelas. Sebagai guru profesional, guru berkewajiban untuk melakukan usaha perbaikan, pengemabangan diri, menambah wawasan kembali terkait pelaksanaan penilaian sikap sehingga tuntutan diberlakukannya Kurikulum 2013 dapat dicapai secara optimal. Berdasarkan hasil wawancara dan temuan dari hasil observasi mengenai usaha dan kerja keras guru dalam melaksanakan penilaian pembelajaran telah menunjukkan adanya komitmen guru untuk terus mengembangkan kemampuan diri dalam melaksanakan pembelajaran Kurikulum 2013 dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh siswa agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara optimal sesuai dengan standar Permendikbud No. 103 Tahun 2014. Hal ini tentu sesuai dengan Rusman (2012) yang menyatakan seorang guru dikatakan profesional dengan salah satunya memiliki kompetensi pedagogik untuk dapat mengelola pembelajaran dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Khusunya pada aspek pengembangan sikap siswa. SIMPULAN Berdasarkan uraian tersebut simpulan penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru kelas IV pengampu mata pelajaran tematik SD No. 4 Banyuasri berkualifikasi sangat baik dengan nilai rata-rata total indikator kinerja guru 24 (dari total nilai maksimal 24) yang berada pada rentangan 76 sampai dengan 100 setelah dikonversikan ke dalam skala 100 sesuai dengan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Pelaksanaan pembelajaran tematik yang dilaksanakan oleh guru kelas IV pengampu mata pelajaran tematik SD No. 4 Banyuasri berkualifikasi baik dengan nilai rata-rata total indikator kinerja guru 50,7 (dari total nilai maksimal 68) yang berada pada rentangan 76 sampai dengan 100 setelah dikonversikan ke dalam skala 100 sesuai dengan Permenneg PAN dan RB No. 16
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Tahun 2009. Pelaksanaan penilaian pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang dilaksanakan oleh guru kelas IV pengampu mata pelajaran tematik SD No. 4 Banyuasri berkualifikasi baik dengan nilai rata-rata total indikator kinerja guru 12 (dari total nilai maksimal 16) yang berada pada rentangan 76 sampai dengan 100 setelah dikonversikan ke dalam skala 100 sesuai dengan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu pertama, Guru sebagai agen pembelajaran dituntut kesiapannya secara professional untuk mengimplementasikan pembelajaran kurikulum 2013. Pada tahap perencanaan khususnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) harus jelas sesuai tahap-tahap pada Permendikbud No. 103 Tahun 2014. Kedua, guru diharapkan selalu berinovasi dan berkreasi di dalam pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan sesuai perencanaan, dan melakukan tindak lanjut untuk mengetahui apakah pelaksanaan pembelajaran sudah diterima dengan optimal oleh siswa sehingga terjadi proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Ketiga, guru sebagai elevator diharapkan untuk meningkatkan kemampuan merencanakan penilaian seperti kisi-kisi dan teknik penilaian yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta melaksanakannya dengan teliti sesuai dengan standar Permendikbud No. 103 Tahun 2014 sehingga pelaksanaan penilaian pembelajaran memenuhi syarat pada implementasi kurikulum 2013. Keempat, bagi sekolah sebagai satuan pendidikan harus melakukan pengawasan pembelajaran secara intensif dan melakukan tindak lanjut yang tepat terhadap hasil pengawasan pada guru/pendidik, memberikan kesempaan bagi guru-guru yang belum memenuhi standar yang ditetapkan dalam kurikulum
2013 untuk mengikuti pelatihan atau mengadakan pelatihan/workshop di antara waktu libur semester dengan menghadirkan pakar untuk mempersiapkan awal tahun pelajaran. Kelima, bagi peneliti lain, penelitian hanya berlaku untuk pengelolaan pembelajaran tematik berdasarkan Kurikulum 2013 di SD No. 4 Banyuasri sehingga tidak dapat mengeneralisasi seluruh sekolah di Bali, maka dianjurkan untuk melakukan penelitian sejenis di sekolah-sekolah lain yang belum diteliti, memilih populasi sampel yang lebih banyak lagi, serta melakukan penelitian dengan variabel lebih dalam mengenai perencanaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran guna memperoleh gambaran umum tentang pengelolaan pembelajaran di seluruh sekolah di Bali pada umumnya. . DAFTAR RUJUKAN Ahmad, Jumal. 2013. Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum 2013. Tersedia pada http://ahmadbinhanbal.wordpress.com /perihalkeunggulandankelemahankuri kulum2013 (diakses tanggal 5 Januari 2015). Asyhar, Beni. 2013. Peran dan Fungsi Kurikulum. Terdapat pada https://asyharbeni.files.wordpress.co m/2013/09/peran-dan-fungsikurikulum.pdf. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. 2012. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Pusat Pengembangan Profesi Pendidik.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 2009. Jakarta: Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformai Birokrasi Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Pemerintah. 2008. PP No. 74 tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta: Mendiknas. Riandi.
2012. Sistem Pembinaan Profesionalisme Guru IPA. Tersedia pada http://file.upi.edu (diakses tanggal 28 April 2015).
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2011. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: alfabeta. -------. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: alfabeta. -------. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.