IDENTIFIKASI KEBERADAAN Salmonella sp. PADA JAJANAN KUE LAPIS DI KOTA MANADO TAHUN 2014 Thanos Pamela*, Nancy S.H. Malonda*, Woodford B.S. Joseph* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRACT Snack is food which is sold by the seller, whether by the street vendors, the road edge traders, stations, markets and in the residential areas. Layer cake is a moist cake which is sold in the public places. Food which has contaminated by microorganism like salmonella sp. bacteria can cause foodborne and deseases that can interfere and endanger human’s health. This is a descriptive observational study with the cross sectional study design. The study located in Manado with the number of sample is 15 layer cakes taken from 3 different places, start from the production place that is a domestic industrial production house, distribution place, untill the cake’s sale places which is divided in two parts supermarkets and traditional markets. It’s taken one sample for each place, then it’s conducted a laboratory test on the cake samples. The result is described in a table. Based on the observation result and laboratory test, shows that there isn’t any Salmonella sp. bacteria in the 15 samples of layer cakes in Manado city, which are taken from 5 production places, 5 distribution places, and 5 sale palces. All is examined negative or doesn’t have Salmonella sp. bacteria content. Tere is no Salmonella sp. in the layer cakes snacks in Manado City.The food handlers can maintain and improve the practice of personal hygiene and sanitation place , always use clean equipment and improve the use of personal protective equipment . Keywords: Snacks, Layer Cakes, Salmonella sp. bacteria.
ABSTRAK Makanan jajanan adalah makanan yang dijual oleh pedagang, baik itu pedagang kaki lima, pedagang di pinggiran jalan, stasiun, pasar, dan tempat pemukiman. Kue lapis adalah makanan jajanan kue basah yang di jual ditempat-tempat umum.Makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme dalam hal bakteri Salmonella sp, dapat menyebabkan terjadinya keracunan makan dan penyakit-penyakit bawaan makanan yang dapat mengganggu dan menbahayakan kesehatan manusia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Manado dengan jumlah sampel 15 sampel kue lapis yang diambil di 3 tempat, mulai dari tempat produksi kue lapis yang merupakan rumah produksi industry rumah tangga, tempat pendistribusian sampai pada tempat penjualan kue lapis yang terbagi atas 1 pasar swalayan dan 4 pasar tradisional. Masingmasing tempat diambil 1 sampel kue lapis, kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium pada jajanan kue lapis.Hasilnya dideskripsikan dalam bentuk tabel dan dijelaskan. Berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa tidak terdapat bakteri Salmonella.sp pada 15 sampel jajanan kue lapis di Kota Manado, yang diambil dari 5 tempat produksi, 5 tempat saat didistribusi dan 5 di tempat penjualan. Semua dinyatakan negatif atau tidak terdapat kandungan bakteri Salmonella.sp. Kesimpulan dari penelitian ini yaitutidak terdapat bakteri Salmonella sp. pada jajanan kue lapis yang ada di Kota Manado. Para Penjamah makanan dapat mempertahankan dan meningkatkan praktik hygiene sanitasi pribadi maupun tempat, selalu menggunakan peralatan yang bersih dan meningkatkan penggunaan alat pelindung diri. Kata Kunci: Makanan Jajanan, Kue Lapis, Bakteri Salmonella sp.
PENDAHULUAN
meningkat menjadi 347/1000 penduduk, tahun
Makanan merupakan kebutuhan dasar bagi
2006 meningkat menjadi 423/1000 penduduk,
kehidupan manusia. Makanan yang dikonsumsi
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk
sangat beragam jenis dan berbagai cara
(Kemenkes RI, 2011). Di Kota Manado kasus
pengolahannya.
mungkin
penyakit diare dilaporkan pada tahun 2010
menjadi penyebab terjadinya gangguan dalam
berjumlah 1.939 dengan angka kesakitan
tubuh kita. Salah satu cara untuk memelihara
4/1000 penduduk, tahun 2011 berjumlah 3.117
kesehatan
mengkonsumsi
dengan angka kesakitan 7/1000 penduduk,
makanan yang aman, yaitu dengan memastikan
tahun 2012 berjumlah 3.781 dengan angka
bahwa makanan tersebut dalam keadaan bersih
kesakitan
dan terhindar dari penyakit (Agustina et al,
peningkatan dibandingkan tahun 2011. Kasus
2009). Makanan jajanan (street food) menurut
diare masih menjadi 10 penyakit tertinggi di
FAO adalah makanan dan minuman yang
puskesmas-puskesmas
dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki
Manado (Dinkes, 2012).
Makanansangat
adalah
dengan
lima di jalanan dan di tempat-tempat umum lainnya
yang
langsung
dimakan
atau
9/1000
ada
di
kota
saat dikonsumsi, makanan tidak mengandung kontaminan
lebih lanjut (Listyorini, 2006).
membahayakan
dalam
kadar
kesehatan
yang
dapat
(WHO,
2006).
makanan
Bedasarkan UU Makanan No.7 tahun 1996,
terutama diare, merupakan penyebab utama
keamanan makanan adalah kondisi dan upaya
morbiditas dan mortalitas (WHO, 2006).Kasus
yang diperlukan untuk mencegah makanan dari
infeksi salmonella sp di Indonesia juga cukup
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan
banyak
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan
dan
bawaan
yang
terjadi
Keamanan makanan berarti bahwa pada
dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan
Penyakit-penyakit
penduduk,
mengkhawatirkan.Indonesia
dikategorikan sebagai salah satu Negara dengan
kejadian
endemik
dan membahaya kesehatan manusia.
salmonellosis
Kue Lapis merupakan makanan jajanan
tertinggi di Asia setelah Cina, India, Pakistan
kue basah yang beresiko terhadap kesehatan,
dan Vietnam (Ochiai, 2008).
penanganannya yang sering tidak higienis,
Di Indonesia, diare merupakan masalah
memungkinkan kue ini dapat terkontaminasi
kesehatan masyarakat karena morbiditas dan
(Tombokan,
mortalitasnya
sebelumnya,
yang
masih tinggi.
Survei
2010).
Hasil
penelitian
membuktikan bahwa dari 4
dilakukan oleh Departement Kesehatan dari
sampel kue lapis yang dijual di pasar-pasar
tahun
kecenderungan
swalayan yang ada di kota Manado, semuanya
insidens meningkat. Pada tahun 2000 penyakit
positif mengandung bakteri Salmonella sp
Diare
(Tombokan, 2010).
2000-2010
301/1000
terlihat
penduduk,
tahun
2003
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan
penelitian
kue
lapis,
bahan-bahan
identifikasi
yangdigunakan berbeda. Keragaman bahan
keberadaan Salmonella sp pada makanan
baku yang akan digunakan dalam pembuatan
jajanan kue lapis yang dijual di Kota Manado.
kue lapis, dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
METODE PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi
Penelitian
ini
tentang
pembuatan
merupakan
penelitian
Frekuensi
Keragaman
Bahan Baku Yang di Gunakan Dalam Pembuatan Kue Lapis.
observasional deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Salmonellasp pada jajanan kue lapis di Kota Manado melalui uji laboratorium. Penelitian
ini
dilakukan
di
Kota
Pakai
Keragaman Bahan Baku
n
1
Santan
2
Tepung Terigu
No.
Tidak Pakai
JUMLAH
%
n
%
n
%
4
80%
1
20%
5
100%
5
100%
0
0
5
100%
3
Tepung Beras
1
20%
4
80%
5
100%
Manado.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
4
Gula
5
100%
0
0
5
100%
Mei tahun 2014 sampai bulan November tahun
5
Garam
5
100%
0
0
5
100%
6
Pewarna Makanan
1
20%
4
80%
5
100%
7
Susu
5
100%
0
0
5
100%
8
Cokelat Bubuk
5
100%
0
0
5
100%
9
Vanili
3
60%
2
40%
5
100%
2014. HASIL PENELITIAN
Dari tabel 1 diatas, dapat diketahui
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini di lakukan di Kota Manado, dengan titik pengambilan sampel yaitu 5 rumah produksi
yang
tersebar
di
beberapa
lokasi.Kelima rumah produksi ini merupakan industry rumah tangga yang setiap hari memproduksi kue lapis untuk di distribusikan dan
dijual.
Lokasi
pendistribusian
dan
penjualan kue lapis terbagi atas 1 Pasar Swalayan dan 4 Pasar Tradisional yang masih berada di pusat kota manado, yang setiap hari menjual beraneka jenis kue termasuk kue lapis.Pengambilan sampel hanya di ambil 1 sampel kue lapis disetiap titik lokasi penelitian.
keragaman bahan berbeda-beda.
dasar
Rumah
yang
digunakan
produksi
yang
menggunakan bahan utama santan berjumlah 4 tempat (80%) sedangkan 1 tempat (20%) tidak menggunakan bahan utama santan. Bahan utama tepung terigu merupakan bahan utama yang digunakan oleh kelima tempat produksi kue lapis (100%), bahan utama tepung beras hanya digunakan oleh 1 tempat produksi kue lapis (20%), gula dan garam digunakan oleh kelima tempat produksi kue lapis (100%). Pewarna makanan yang digunakan merupakan pewarna
makanan
buatan
yang
aman
dikonsumsi oleh para konsumen. Pewarna Produk Kue Lapis
makanan buatan hanya digunakan oleh 1
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi
tempat produksi kue lapis (20%), bahan utama
yang dilakukan oleh peneliti di 5 rumah
susu, cokelat bubuk dan vanili merupakan
produksi, ditemukan bahwa dalam proses
bahan yang digunakan oleh kelima tempat
maupun lingkungan tempat penjualan kue.Kue
produksi kue lapis (100%).
lapis yang sudah dikemas, di simpan di dalam
Proses pembuatan kue lapis dimulai
lemari kaca yang selalu ditutup rapatagar
dengan mencampurkan bahan baku yang sudah
terhindar dari berbagai kontaminasi yang dapat
disiapkan, setelah semua bahan baku disatukan
membuat kandungan nutrisi dari kue tersebut
maka adonan kue lapis siap untuk dikukus.
hilang, dan dapat merugikan pihak konsumen.
Proses pengukusan kue lapis dilakukan setelah air yang dipanaskan sudah mendidih atau pada suhu 100°C, dan satu per satu lapisan kue lapis dikukus hingga matang.Kue lapis yang sudah matang diangkat dan didinginkan terlebih dahulu
kemudian
pengemasan.Pengemasan modern
yaitu
dilakukan dilakukan
dengan
secara
menggunakan
plastik.Kue lapis yang sudah dikemas dan dimasukkan ke dalam wadah siap untuk didistribusikan.Pendistribusian
dilakukan
dengan menggunakan kendaraan beroda dua yaitu sepeda motor, mengingat kue lapis merupakan kue basah yang tidak bisa bertahan lama, untuk itu kendaraan yang digunakan harus bisa menempuh waktu yang tidak cukup lama ke tempat penjualan agar tidak berkurang kandungan gizi kue tersebut.
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Pada Produk Kue Lapis. Berdasarkan skema Hazard Critical Control Point pada produk kue lapis, diketahui bahwa, sebelum kue lapis di distribusikan, kue lapis yang
sudah
matang
dipotong
terlebih
dahulu.Tahap ini bisa saja terkontaminasi oleh bakteri Salmonella sp. dimana peralatan yang digunakan seperti pisau yang seringkali kurang bersih dapat menjadi sumber kontaminasi bakteri seperti Salmonella sp. Pembungkusan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan plastik transparan. Proses pembungkusan ini pada umumnya menggunakan tangan, para penjamah
yang
melakukan
proses
pembungkusan kue lapis harus benar-benar dalam keadaan bersih dan tidak terdapat luka terbuka ditangannya, dikarenakan jika para
Penjualan Kue Lapis
penjamah dalam keadaan kotor dan terdapat
Lokasi penjualan yang menjadi titik penelitian
luka terbuka ditangannya yang tidak ditutupi,
sebagian besar merupakan pasar tradisional
bisa saja pada proses pembukusan ini dapat
yang berada di pusat kota manado. Setiap hari
terkontaminasi dengan bakteri Salmonella sp.
para pemilik warung atau kios kue menerima
Penanganan kue lapis yang tidak baik seperti
dan membeli hasil produksi kue lapis untuk
peralatan yang digunakan masih kotor dan
dijual kembali kepada konsumen.
tidak bersih, para penjamah yang secara
Untuk menjaga keamanan makanan dan kandungan gizi kue lapis tersebut para pemilik warung kue selalu menjaga kebersihan kue
langsung
manangani
kue tersebut
dalam
keadaan tidak bersih dan terdapat luka terbuka
ditangannya
bisa
menjadi
sumber
terkontaminasinya bakteri Salmonella sp.
pada suhu ini sudah diyakini dapat membunuh dan
mematikan
bakteri-bakteri
pathogen
seperti E.coli, Salmonella.spp,Clostridium, dan Pemeriksaan Laboratorium Ada Tidaknya Bakteri Salmonella.sp Pada Kue Lapis. Berdasarkan pemeriksaan yang di lakukan di laboratorium terhadap makanan jajanan Kue Lapis yang ada di Kota Manado, dapat di lihat pada tabel berikut ini : Tabel
2.Hasil
Bacillus.
Bakteri
salmonella.spp
dapat
bertumbuh dan berkembang biak pada pada suhu 15-14°C dan suhu pertumbuhan optimum adalah 37,5°C.Penelitian yang dilakukan oleh Widajanti, 2004 mengatakan bahwa pemanasan yang dilakukan pada suhu 100°C diyakini
Pemeriksaan
Laboratorium
Terhadap Bakteri Salmonella.sp Pada Kue Lapis
sudah dapat membutuh atau membuat bakteribakteri
patogen
seperti
E.coli,
Salmonella.spp,Clostridium dan Bacillus mati. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tempat Pengambilan Sampel
n 0 0 0
Produksi Distribusi Penjualan
Negatif Bakteri Salmonella sp n % 5 100% 5 100% 5 100%
Positif Bakteri Salmonella sp % 0 0 0
Zulfana, 2008 cara yang efektif membunuh mikroorganisme
pemeriksaan
yang
di
lakukan
di
laboratorium terhadap makanan jajanan Kue Lapis yang berada di Kota Manado, dari 15 sampel, yaitu 5 sampel dari tempat produksi, 5 sampel pada saat didistribusi dan 5 sampel dari tempat penjualan, semuanya dinyatakan negatif atau ke 15 sampel tidak terdapat kandungan
makanan
adalah
dengan melakukan pemanasan hingga suhu maksimum atau 100°C. Penggunaan akan bahan baku dalam
Dari tabel 2, dapat diketahui bawa hasil
dalam
proses pembuatan kue lapis berada dalam kemasan,
dan
memperhatikan
tanggal
kadaluwarsa bahan baku tersebut. Penelitian terdahulu
oleh
Yuspasari,
2011
dengan
melakukan observasi langsung diperoleh untuk pemilihan akan bahan makanan, responden sudah mampu memilih bahan makanan dengan baik, mulai dari batas tanggal kadaluwarsa,
bakteri Salmonella sp.
diizinkan penggunaannya, dan aman untuk di
PEMBAHASAN
konsumsi.
Gambaran Produksi Kue Lapis Berdasarkan hasil observasi langsung pada
Dalam proses memproduksi kue lapis,
tempat-tempat yang dijadikan tempat atau
semua penjamah harus dalam keadaan sehat,
lokasi penelitian, dilihat bahwa dalam proses
dan tidak sedang sakit. Para penjamah harus
produksi
adonan
memperhatikan kebersihkan tangan mereka
dilakukan pada saat air sudah mendidih atau
yaitu dengan selalu mencuci tangan selama
dalam suhu 100°C, pengukusan yang dilakukan
proses
kue
lapis
pengukusan
produksi.
Hasil
penelitian
Cahyaningsih, 2009 manyatakan bahwa tangan
Pengunaan akan Alat Pelindung Diri
penjamah yang bersih dan selalu mencuci
(APD) masih sangat dibutuhkan. Berdasarkan
tangan sebelum bekerja dan sesudah keluar
hasil
dari toilet
penjamah dalam hal ini yang memproduksi kue
merupakan upaya pencegahan
terkontaminasinya
bakteri
observasi
yang
dilakukan,
semua
oleh
lapis, masih belum menggunakan APD dalam
penjamah.Penjamah makanan adalah orang
proses pembuatan, dikarenakan para penjamah
yang secara langsung berhubungan dengan
merasa terganggu dan tidak nyaman. Hasil
makanan dan peralatan.
penelitian yang dilakukan oleh Budiyono, 2008
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiyono,
2008dimana
proses
diterapkan seperti penggunaan penutup kepala,
pengolahan makanan penjamah harus dalam
celemek, sarung tangan, masker, dan alas kaki,
keadaan bersih dan tidak sakit maupun
dikarenakan para penjamah merasa tidak
memiliki luka ditangannya.Syarat bagi seorang
nyaman dan terganggu. Meikawati, 2008.
penjamah makanan menurut Permenkes No.
Dimana penjamah melakukan upaya praktik
942/MENKES/SK/VII/2003
hygiene sanitasi yang baik, akan tetapi dalam
menyatakandalam
dalam
penggunaan akan APD yang masih kurang
Pasal
kegiatan
penggunaan APD masih kurang,
jajanan,
merasa tidak nyaman dan merasa terganggu
penjamah harus tidak menderita penyakit
dalam penggunaanya, oleh karena itu mereka
mudah menular seperti batuk, pilek, diare, dan
memilih untuk tidak menggunakannya.
pelayanan
melakukan
2,
penanganan
makanan
menutup luka pada luka terbuka, menjaga kebersihan
tangan,
makanan yang aman untuk dikonsumsi oleh
menggunakan APD. Menurut hasil penelitian
para konsumen.Hasil penelitian yang dilakukan
Agustina, 2009 higiene perorangan yang baik
oleh Yasmin, 2010 menyimpulkan bahwa
sangat berpengaruh pada makanan jajanan
praktik
yang diproduksi.Penelitian yang dilakukan oleh
berpengaruh terhadap makanan jajanan. Praktik
Isnawati,
keamanan
berhubungan
higiene
dengan
kuku,
Makanan jajanan yang baik, adalah
dan
2012
rambut,
mereka
sanitasi
keberadaan
sangat bakteri.
Praktik akan hygiene sanitasi yang baik
akan
keamanan
makanan
makanan
yang
baik
sangat
dapat
meningkatkan mutu akan makanan jajanan yang di jajakan.
tentunya akan menghasilkan kualitas makanan jajanan yang baik juga. Hasil penelitian Ariyani, 2006 juga menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara praktik hygiene sanitasi dengan jumlah atau total mikroba pada makanan jajanan.
Identifikasi Bakteri Salmonella.sp
Pada
Jajanan Kue Lapis. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang di lakukan di laboratorium terhadap makanan jajanan Kue Lapis yang berada di Kota Manado, dari 15 sampel yang diambil, yaitu 5 sampel dari
tempat
produksi,
saat
3. Tidak terdapat bakteri Salmonella sp. pada
tempat
makanan jajanan kue lapis yang ada di
penjualan, semuanya dinyatakan negatif atau
tempat-tempat penjualan kue lapis di Kota
tidak terdapat kandungan bakteri Salmonella
Manado
didistribusi
dan
5 5
sampel sampel
pada dari
sp.Hal ini bisa saja terjadi karena proses pembuatan kue lapis yang dikukus pada suhu 100°C, dimana pada suhu ini diyakini dapat membunuh dan mematikan bakteri-bakteri pathogen
seperti
E.coli,
Salmonella.spp,
Clostridium, dan Bacillus.Selain itu juga keberadaan akan bakteri salmonella lebih banyak terdapat pada telur, daging olahan,
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gobel, 2013 menyatakan bahwa tidak terbapat bakteri pada kue lapis yang dijual di pasar sentral Kota Gorontalo, kue lapis yang dijual masih dalam batas aman untuk dikonsumsi oleh para konsumen. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Handayani, 2010 dimana kue lapis layak dan aman untuk dikonsumsi karena masih memenuhi syarat dan batas aman. KESIMPULAN Berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan laboratoriun terhadap makanan jajanan kue lapis. Maka dapat disimpulkan : 1. Tidak terdapat bakteri Salmonella sp. pada makanan jajanan kue lapis yang ada di tempat-tempat produksi kue lapis di Kota Manado. 2. Tidak terdapat bakteri Salmonella sp. pada jajanan
kue
lapis,
saat
didistribusikan di tempat-tempat penjualan kue lapis di Kota Manado.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disarankan agar : 1. Para Penjamah makanan, yang berada di tempat
produksi,
penjualan, meningkatkan pribadi
daging sapi, dan daging ayam.
makanan
SARAN
distribusi,
tempat
memperhatikan
dan
praktik
maupun
hygiene
tempat,
dan
sanitasi tidak
mencemari peralatan yang akan digunakan maupun makanan jajanan yang sedang diproduksi. 2. Memperhatikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam proses produksi. DAFTAR PUSTAKA Ariyani D., Anwar F. Mutu Mikrobiologis Minuman Jajanan Di Sekolah Dasar Wilayah Bogor Tengah.Jurnal Gizi dan Pangan. Juli, Vol.1, No.1 ; 44-50 ; 2006. (online). Agustina F., Pambayun R., Febry F, 2009. Higiene dan Sanitasi Pada Pedagang Makanan Jajanan Tradisional Di Lingkungan Sekolah Dasar Di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang. Palembang. (online). (http://eprints.unsri.ac.id) Budiyono., Junaedi H., Isnawati., Wahyuningsih T. Tingkat Pengetahuan dan Praktik Penjamah Makanan Hygiene dan Sanitasi Makanan Pada Warung Makan Di Tembalang Kota Semarang Tahun 2008. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Januari, Vol.4 , No.1 ; 50-60 ; 2009. (online). (http://ejournal.undip.ac.id)
Cahyaningsih C., Kushadiwijaya H., Tholib A. Hubungan Higiene Sanitasi dan Perilaku Penjamah Makanan Dengan Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Di Warung Makan. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. Desember, Vol.25 , No.4 ; 180-188 ; 2009. (online). (http://jurnal.ugm.ac.id) Dinas
Kesehatan. 2012. Profil Kesehatan Manado. Manado
Meikawati W., Astuti R., Susilowati. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Higiene Sanitasi Petugas Penjamah Makanan Dengan Praktek Higiene Sanitasi Di Unit Instalasi Gizi RSJ DR Animo Gondohutomo Semarang 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.6 , No.1 ; 50-68 ; 2010. (online). (http://jurnal.unimus.ac.id)
Dinas
Gobel G. Uji Kandungan Rhodamine B dan Keberadaan Bakteri Pada Jajanan Kue Berwarna Yang Ada Di Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2013. KIM. Agustus, Vol.1 , No.1 : 2013. (online). (http://kim.ung.ac.id) Handayani B., Werdiningsih W. Kondisi Sanitasi dan Keracunan Makanan Tradisional. Jurnal Agroteksos. Desember, Vol.20 , No.2-3 ; 131-138 ; 2010. (online). (http://fp.unram.ac.id) Isnawati.Hubungan Higiene Sanitasi Keberadaan Bakteri Coliform Dalam Es Jeruk Di Warung Makan Kelurahan Tembalang Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1 , No.2 ; 1005-1017 ; 2012. (online). (http://portalgaruda.org) Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003.Tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajajnan. Kementerian Kesehatan RI. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Situasi Diare di Indonesia. 2011. (online) Available from : (http://www.depkes.go.id) Listyorini S. 2006. Perilaku Penjaja Jajanan Siswa Sekolah Dasar di Kota Semarang. Semarang (online). (http://eprints.undip.ac.id)
Ochiai, R.A Study of Typhoid Fever in Five Asian Countries:Disease Burden and Implications for Controls. Bulletin WHO 86(4).2008 (online). (http://www.ncbi.nlm.nih.gov) Tombokan Y.I. 2010.Uji Pertumbuhan Mikroba Pada Makanan Jajanan Dengan Metode Sweb di Pasar Swalayan di Kota Manado. World
Health Organization, 2006. Penyakit Bawaan Makanan Fokus Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Kedokteran EGC.
Widajanti L. Hazard Analysis Critical Cotrol Points (HACCP) Pada Jamu Kunyit Asam. The Indonesian Journal Of Public Health, Maret, Vol.1 , No.3 ; 96-99 ; 2005. (online). (http://www.journal.unair.ac.id) Yuspasari A. Higiene Dan Sanitasi Makanan Jajanan Di Tlogosari Kelurahan Mukti Harjo Kidul Kecamatan Pedurungan Semarang. Jurnal Kesehatan Mayarakat. Vol.1 , No.2 ; 871-880 ; 2012. (online). (http://portalgaruda.org) Zulfana I,.Sudarmaji.Hazard Analysis And Critical Control Point (HACCP) Pada Pengelolaan Makanan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Islam Lumajang. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Januari, Vol.4 , No.2 ; 57-68 ; 2008. (online). (http://journal.lib.unair.ac.id)