IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KOTA PULAU DI INDONESIA (Studi Kasus Kota Batam, Kota Tarakan Dan Kota Ternate)
HUDI WIDYARTA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN HUDI WIDYARTA. Identifikasi Karakteristik Ruang Terbuka Hijau Pada Kota Pulau Di Indonesia (Studi Kasus Kota Batam, Kota Tarakan Dan Kota Ternate). Di bawah Bimbingan ALINDA F.M. ZAIN. Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang perencanaan tata ruang, pasal 29 menyatakan bahwa proporsi ruang terbuka hijau di daerah perkotaan sekurang-kurangnya 30% dari wilayah kota. Meskipun memiliki kualitas visual yang tinggi nilai, tetapi kota pulau juga rentan terhadap ancaman gempa bumi, tsunami, dan degradasi lingkungan karena kebutuhan pembangunan besar ruang di lahan terbatas. Karena karakter tidak stabil, maka diperlukan pengetahuan tentang karakter lanskap pada kota pulau. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan dan penutupan lahan pada masing-masing kota dengan analisis spasial, menganalisis distribusi, pola dan luasan RTH pada kota pulau serta mengidentifikasi distribusi ruang terbuka hijau ideal pada kota pulau. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi empat tahapan yaitu persiapan, pengambilan data sekunder, analisis dan penyajian hasil. Tempat yang dipilih dalam melakukan penelitian ini adalah Kota Batam (Provinsi Kepulauan Riau), Kota Tarakan (Provinsi Kalimantan Timur) dan Kota Ternate (Provinsi Maluku Utara). Masing –masing kota dipilih berdasarkan pembagian wilayah, yaitu Kota Batam untuk wilayah Indonesia barat, Kota Tarakan untuk wilayah Indonesia tengah, dan Kota Ternate untuk wilayah Indonesia timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengolahan data spasial menggunakan teknik penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Data yang digunakan dalam menganalisis penutupan lahan masing-masing wilayah studi adalah Landsat 7 ETM+ tahun 2009, peta administrasi masing-masing wilayah dan peta rencana tata ruang wilayah masing-masing kota. Keseluruhan data tersebut diolah menggunakan perangkat lunak pengolah data citra satelit digital dan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis. Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian ini adalah informasi spasial dan atributnya dalam bentuk peta penggunaan dan penutupan lahan serta peta sebaran ruang terbuka hijau. Bentuk penyajian hasil akhir dari proses penelitian ini tidak hanya dalam bentuk informasi spasial tetapi juga dalam bentuk deskripsi mengenai distribusi, pola penyebaran dan luasan ruang terbuka hijau serta tabulasi. Kota Batam berkedudukan sebagai National Single Window dalam perannya sebagai kota industri dan dagang internasional dan menjadi simpul penting di kawasan segitiga emas internasional Batam-Singapura-Johor. Kota Batam sendiri yang semula merupakan kota kecamatan, kini setelah ada pemekaran Propinsi Riau menjadi dua Propinsi dengan terbentuknya Propinsi Kepulauan Riau di tahun 1999, telah berstatus penuh sebagai sebuah Kotamadya dan akan dikembangkan terpadu menjadi kawasan Metropolitan Batam-RempangGalang (Barelang) sesuai RTRW Barelang 2004-2014 yang disusun oleh Pemerintah Kota.
Kota Batam terletak pada path/row: 125/059 Landsat 7 ETM+. Dari hasil pengolahan citra landsat tahun 2009 Pulau Batam, meunjukkan bahwa kelas penutupan lahan didominasi oleh kawasan terbangun dengan luas 25.312,9 ha (48,7%). Kemudian untuk ruang terbuka hijau dan badan air memiliki luasan lebih kecil dari kawasan terbangun dengan masing-masing luas 22.870,4 ha (44%) dan 3.774,6 ha (7,3%). Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Batam tahun 2004 - 2014, yang termasuk kawasan RTH adalah kawasan hutan lindung, kawasan taman wisata alam, kawasan pertanian, kawasan ekowisata, kawasan cagar budaya dan kawasan perlindungan mangrove. Sedangkan kawasan terbangun antara lain kawasan pusat pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, kawasan pemukiman, kawasan bandara, lingkungan kerja pelabuhan, dan lingkungan pelayanan industri kelautan. Sedangkan badan air mencakup sungai dan waduk. Hasil pengolahan rencana tata ruang wilayah Kota Batam, menunjukkan bahwa kelas penutupan lahan didominasi oleh kawasan terbangun dengan luas 33.766 ha (65%). Kemudian untuk ruang terbuka hijau dan badan air memiliki luasan lebih kecil dari kawasan terbangun dengan masingmasing luas 17.054,7 ha (32,8%) dan 1.137,2 ha (2,2%). Letak dan posisi yang strategis telah mampu menjadikan Kecamatan Tarakan sebagai salah satu sentra industri di wilayah Kalimantan Timur bagian utara sehingga pemerintah perlu untuk meningkatkan statusnya menjadi Kota Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 1981. Status Kota Administratif kembali ditingkatkan menjadi Kotamadya berdasarkan UndangUndang RI No.29 Tahun 1997 yang peresmiannya dilakukan langsung oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 15 Desember 1997, sekaligus menandai tanggal tersebut sebagai hari jadi Kota Tarakan. Kota Tarakan terletak pada path/row: 117/058 Landsat 7 ETM+. Dari hasil pengolahan citra landsat tahun 2009 Pulau Tarakan, meunjukkan bahwa kelas penutupan lahan didominasi oleh kawasan ruang terbuka hijau dengan luas 12.358 ha (49%). Kemudian untuk kawasan terbangun memiliki luas 11.079,9 ha (43,8%) dan badan air memiliki luasan terkecil 1.821,06 ha (7,2%). Badan air pada Pulau Tarakan terletak di pantai, yang kemungkinan besar adalah rawa. Kemungkinan ini didapatkan setelah mengamati komposisi warna pada citra landsat yang berwarna biru kehijau-hijauan. Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Tarakan tahun 2006-2013, yang termasuk kawasan RTH adalah lapangan tembak, kawasan hutan lindung, konservasi mangrove, hutan kota. Sedangkan untuk kawasan terbangun antara lain pemukiman, dermaga, terminal, industri kecil, kawasan komersial, industri besar, industri terpadu, kawasan pendidikan, pertambangan dan kawasan perdagangan dan jasa. Dari hasil pengolahan rencana tata ruang wilayah Kota Tarakan, meunjukkan bahwa kelas penutupan lahan didominasi oleh kawasan terbangun dengan luas 14.046,4 ha (55,6%). Kemudian untuk ruang terbuka hijau memiliki luasan lebih kecil dari kawasan terbangun dengan luas 11.212,4 ha (44,4%). Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tarakan, badan air tidak diikutsertakan dalam dokumen. Kota Ternate diubah statusnya mejadi sebuah Kota Otonom (Kotamadya) tanggal 27 April 1999 berdasarkan Undang Undang Nomor 11 Tahun 1999 membawahi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kota Ternate Utara, Kecamatan Kota Ternate Selatan, Kecamatan Pulau Ternate yang kemudian di tahun 2000 dimekarkan menjadi 4 kecamatan yakni ditambah dengan Kecamatan Moti.
Kota Ternate terletak pada path/row: 110/059 Landsat 7 ETM+. Dari hasil pengolahan citra landsat tahun 2009 Pulau Ternate, menunjukkan bahwa kelas penutupan lahan didominasi oleh kawasan ruang terbuka hijau dengan luas 9.181,4 ha (83%). Kemudian untuk kawasan terbangun dan badan air memiliki luasan lebih kecil dari kawasan ruang terbuka hijau dengan masing-masing luas 1.703,8 ha (15,3%) dan 184,6 ha (1,7%). Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Ternate tahun 2006-2016, yang termasuk kawasan RTH adalah kawasan lindung, kawasan pertanian, kawasan peternakan. Sedangkan yang termasuk kawasan terbangun antara lain kawasan industri, kawasan bandara, kawasan pemukiman, kawasan perkotaan, kawasan pendidikan. Dari hasil pengolahan rencana tata ruang wilayah Kota Ternate, menunjukkan bahwa kelas penutupan lahan didominasi oleh kawasan ruang terbuka hijau dengan luas 6.452 ha (58,3%). Kemudian untuk kawasan terbangun memiliki luasan lebih kecil dari kawasan ruang terbuka hiaju yakni sebesar 4.617,9 ha (41,7%). Pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ternate, badan air tidak diikutsertakan dalam dokumen. Hasil analisis spasial citra Landsat 7 ETM+ tahun 2009 dari Pulau Batam, Tarakan dan Ternate diperoleh karakteristik yang berbeda dari pola, distribusi dan luas ruang terbuka hijau di tiap kota. Pulau Batam didominasi oleh wilayah terbangun dengan penyebaran yang luas 48,7% dengan ruang terbuka hijau tersebar. Pulau Tarakan memiliki ruang terbuka hijau seluas 49%, namun luasan ini tidak berbeda jauh dengan luasan ruang terbuka hijau. Pada Pulau Tarakan juga ditemukan hutan di tengah pulau yang merupakan kawasan lindung sehingga dapat mempertahankan ekosistem pulau ini. Sementara pulau Ternate memiliki luas ruang terbuka hijau yang terbesar kedua pulau sebelumnya adalah 83%. Hal ini karena Kota Ternate adalah daerah pengembangan baru sehingga pembangunan masih berlangsung.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KOTA PULAU DI INDONESIA (Studi Kasus Kota Batam, Kota Tarakan Dan Kota Ternate)
HUDI WIDYARTA A44051696
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi : Identifikasi Karakteristik Ruang Terbuka Hijau pada Kota Pulau di Indonesia (Studi Kasus Kota Batam, Kota Tarakan Dan Kota Ternate) Nama
: Hudi Widyarta
NIM
: A44051696
Mayor
: Arsitektur Lanskap
Disetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Alinda F.M. Zain, Msi NIP: 19660126 199103 2 002
Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. NIP: 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 16 Oktober 1987. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Drs. Nurhadi dan Ibu Endang Sri Atuti Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SDN Ronggomulyo 1 Tuban, kemudian dilanjutkan di SLTPN 1 Tuban selesai pada tahun 2002. Pada tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SMA N 1 Tuban. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) melalui Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Pada semester ketiga, penulis diterima pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiwa, penulis aktif di beberapa organisasi, diantaranya Anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) Divisi
Keprofesian (2006-2008), Anggota Komisi Literatur Unit Kegiatan
Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB, serta turut aktif dalam berbagai kepanitiaan. Penulis juga pernah mengikuti beberapa seminar, yaitu: “Stability of Tropical Rainforest Margins”,tahun 2007 dan “Remote Sensing and Geographical Information System Based for Landscape Resources Management” tahun 2008 di Departemen Arsitektur Lanskap. Selain seminar, penulis berkesempatan melakukan Job Training di Klub Golf Bogor Raya, Bogor Lakeside bagian Maintenance Golf Course tahun 2007. Penulis juga berkesempatan menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Komputer Grafik untuk Arsitektur Lanskap dan Mata Kuliah Analisis Tapak.
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan, segala puji dan hormat bagi Allah Bapa atas kasih, berkat, dan karunia yang di berikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian yang berjudul “Identifikasi Karakteristik Ruang Terbuka Hijau pada Kota Pulau di Indonesia (Studi Kasus Kota Batam, Kota Tarakan dan Kota Ternate)” merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Skripsi yang penulis hasilkan ini tidak terlepas dari bantuan, kritikan, masukan dan saran dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Papa & ibuku, Mas Awin dan Ipung atas segala doa, dorongan dan kasih sayang yang tulus. 2. Ibu Dr.Ir. Alinda F.M. Zain, Msi selaku dosen pembimbing untuk perhatian, waktu dan kesabaran. 3. Mas Miki dan Mas Agus atas ilmunya tentang RS-GIS, Mas Yudi untuk ilmu yang diberikan, segala bantuan dan bimbingan dan waktu luang yang diberikan. 4. Dr.Ir Setia Hadi, MS selaku dosen pembimbing akademik atas perhatian dan arahan selama penulis menjadi mahasiswa di departemen arsitektur lanskap. 5. Dr.Ir. Nizar Nazrullah,MAgr dan Dr. Syartinilia, SP,MSi selaku dosen penguji atas segala masukan dan saran. 6. Dhofir, Ian dan Une (“The 4 Team”), untuk kebersamaan selama menjadi anak bimbing ibu. 7. Eympul dan Bapao atas bantuan yang diberikan. 8. Teman-teman seperjuangan di Lanskap 42 atas segala persahabatan dan kebersamaan yang diberikan selama kuliah serta dukungan dalam penyelesaian tugas akhir. 9. Teman Lanskap lainnya dari angkatan 39, 40, 41, 43, 44 10. Keluarga besar Wisma Galih dan eks penghuni Wisma Sony atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
11. Terima kasih juga kepada anggota UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB, khususnya kepada Komisi Literatur, atas dukungan moral, semangat, dan motivasi yang diberikan. 12.Teman-teman seperatauan OMDA IPMRT (Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Ronggolawe Tuban) atas segala kebersamaan dan bantuan selama kuliah di IPB.
Bogor, Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2. Tujuan .............................................................................................. 3 1.3. Manfaat ............................................................................................ 3 1.4 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 2.1. Kota Pulau dan Ekosistemnya.......................................................... 2.1.1. Kota ........................................................................................ 2.1.2. Tata Ruang Kota .................................................................... 2.1.3. Pulau....................................................................................... 2.1.4. Pulau Kecil ............................................................................. 2.1.5. Ekosistem Kota Pulau ............................................................ 2.2. Ruang Terbuka Hijau ....................................................................... 2.2.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau ............................................ 2.2.2. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau .............................
4 4 4 4 5 5 6 8 8 9
2.3. Penggunaan dan Penutupan Lahan................................................... 11 2.4. Sistem Informasi Geografi (SIG) ..................................................... 12 2.4.1. Pengertian SIG ........................................................................ 12 2.4.2. Komponen SIG ....................................................................... 13 2.5. Penginderaan Jauh (Remote Sensing)............................................... 14 2.4.1. Definisi Penginderaan Jauh ..................................................... 14 2.5.2. Elemen Dasar .......................................................................... 14 2.5.3. Citra Landsat ........................................................................... 15 2.6 Aplikasi Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh............ 15 III. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI .................................................... 3.1. Kota Batam ...................................................................................... 3.1.1. Sejarah Terbentuknya Kota ..................................................... 3.1.2. Letak Geografis dan Administratif.......................................... 3.1.3. Iklim ........................................................................................ 3.1.4. Topografi dan Kemiringan Lereng.......................................... 3.1.5. Geologi .................................................................................... 3.1.6. Penduduk ................................................................................. 3.1.7. RTRW ..................................................................................... 3.2. Kota Tarakan .................................................................................... 3.2.1. Sejarah Terbentuknya Kota ..................................................... 3.2.2. Letak Geografis dan Administratif..........................................
17 17 17 18 19 19 20 20 21 22 22 22