IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA Dhian Krisna Kusuma Umar Mansyur Ni Made Esti Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan ABSTRAKS Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan sektor informal yang mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Kota Bogor. Konflik ruang yang ditimbulkan oleh PKL biasanya terjadi ketika PKL sudah menempati ruang publik kota pada tingkatan tertentu sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi ruang publik tersebut.Tujuan penelitian adalah Identifikasi karakteristik pelaku usaha PKL di Koridor Suryakencana, kemudian Identifikasi keterkaitan antara tenaga kerja dengan skala usaha, Identifikasi keterkaitan antara tenaga kerja dengan lokasi PKL dan Luas Kebutuhan PKL. Metode analisis data menggunakan analisis tabulasi hasil angket dan analisis tabel silang (crosstab). Hasil yang diperoleh berdasarkan analisis deskriftif persentase mengenai keterkaitan tenaga kerjda dengan skala usaha dan penggunaan lahan dari seluruh faktor diketahui dari jumlah 345 responden, menghasilkan keterkaitan tenaga kerja dengan skala usaha menunjukan mayoritas PKL berjualan kuliner 48,44 % (167 PKL), dengan modal usaha PKL 39,3 % PKL modal membutuhkan Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000. Hasil keterkaitan tenaga kerja dengan penggunaan lahan menunjukan mayoritas PKL menggunakan sarana gelaran 40,8 % (141 PKL) dengan lokasi berjualan di trotoar dengan persentase 49,5% (171 PKL). Kata kunci : Tenaga kerja, Kebutuhan Ruang dan PKL 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Keberadaan sektor informal merupakan pendukung kegiatan dan mempunyai peran sebagai komunikator, agar dapat terciptanya dialog atau kualitas ruang kota yang sejalan antara fungsi kegiatan yang satu dengan fungsi kegiatan lainnya sekaligus dapat memberikan citra visual yang spesifik pada kawasan kota tertentu, karena dapat menghadirkan identitas lokal. Fenomena pertumbuhan Pedagang Kaki Lima (PKL) telah menjadi isu nasional karena menimbulkan potensi konflik ruang yang akan berdampak negatif bagi ketertiban dan kenyamanan kota. Konflik ruang yang
ditimbulkan oleh PKL biasanya terjadi ketika PKL sudah menempati ruang publik kota pada tingkatan tertentu sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi ruang publik tersebut.Ketika pemerintah maupun swasta tidak mampu menyediakan lapangan kerja formal dengan norma ketenagakerjaan standar, keberadaan sektor informal sungguh merupakan katup pengaman yang patut disyukuri dalam mengatasi pengangguran. Koridor Suryakencana yang memiliki jumlah PKL yang padat karena merupakan pusat perdagangan di Kota Bogor yang menjadikan banyaknya jumlah PKL yang berjualan di koridor tersebut setiap tahun meningkat. Dengan kondisi tersebut timbul keinginan untuk
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak
1
meneliti/mengidentifikasi tentang PKL di koridor Suryakencana di Kecamatan Bogor Tengah.
lingkungan yang informal (Akhirudin, 1982). 2.4.
1. 2. Tujuan Penelitian Berdasarkan Perumusan masalah yang telah dijelaskan di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Identifikasi karakteristik PKL di Koridor Suryakencana. 2. Identifikasi keterkaitan antara tenaga kerja dengan skala usaha yang dihasilkan. 3. Identifikasi keterkaitan antara tenaga kerja dengan lokasi usaha PKL. 4. Identifikasi luas kebutuhan ruang PKL di Koridor Suryakencana. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mobilitas Penduduk dan Kesempatan Kerja di Sektor Informal Menurut Mantra (1985) bahwa mobilitas penduduk adalah suatu gerakan penduduk yang mencakup semua bentuk yang meliputi perpindahan geografis yang terdiri atas tiga macam bentuk, yaitu : migrasi, sirkulasi, dan komutasi (ngelaju). 2.2.
Penyebab Timbulnya Sektor Informal Menurut Breman (1991) selama beberapa dasawarsa terakhir terlihat bahwa perluasan kesempatan kerja industri jauh tertinggal dibandingkan angka pertumbuhan angkatan kerja subsisten dari desa. Kondisi ini dianggap oleh beberapa ahli menimbulkan sektor tersier atau yang lebih dikenal dengan sektor informal di perkotaan. Definisi PKL Pedagang kaki lima adalah orang yang berusaha dengan modal yang relatif kecil dan bergerak dibidang produksi dan jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu dalam masyarakat. Aktivitasnya dilakukan pada tempattempat yang strategis dan dalam suasana
Masalah yang Ditimbulkan Pedagang Kaki Lima (PKL) Munculnya Pedagang Kaki Lima atau yang sering disebut PKL telah memberikan banyak dampak negatif bagi ruang perkotaan seperti dibawah ini : 1. Penurunan kualitas ruang kota ditunjukan oleh semakin tidak terkendalinya perkembangan PKL seolah – olah semua tempat strategis milik PKL. 2. Terganggunya aksesbilitas pejalan kaki karena PKL menggunakan ruang pedestrian sebagai lokasi berjualan. 3. Menimbulkan kemacetan bagi askesbilitas pengguna kendaraan karena tidak hanya pada jalur pedestrian PKL berjualan tetapi badan jalan juga digunakan oleh PKL. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data A. Data Primer Dalam pengumpulan data primer adalah mencari data dan informasi dengan melakukan wawancara, dokumentasi dan penyebaran quesioner kepada PKL di Koridor Suryakencana (studi kasus Koridor Suryakencana). B. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui studi literatur dan survey kebeberapa instansi yang terkait, antara lain Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor, Bapeda Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Dinas Kebersihan Lingkungan Hidup Kota Bogor, BPN Kota Bogor, BPS Kota Bogor, dan instansi terkait lainnya.
2.3.
3.2.
Metoda Analisis Guna mencapai tujuan dari kajian ini dilakukan pendekatan dengan menganalisis data yang diperoleh. Model yang dapat digunakan adalah melalui analisa deskriptif dengan menjelaskan dan menggambarkan kondisi pedagang kaki
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak
2
lima (PKL) agar dapat direlokasi sesuai dengan dengan tingkat kebutuhan ruang di Koridor Suryakencana, serta pendekatan model analisis deduktif, yaitu melalui pendekatan teoritis yang dilakukan melalui kajian terhadap literatur yang berkaitan dengan studi yang dilakukan. 1. Metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik pedagang kaki lima di Koridor Suryakencana yaitu Metode Deskriptif Kualitatif. 2. Metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara tenaga kerja dengan skala usaha yaitu Metode Deskriptif Kualitatif. 3. Metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara tenaga kerja dengan Lokasi Usaha yaitu Metode Deskriptif Kualitatif. 4. Metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi Luas kebutuhan ruang PKL yaitu metode asumsi standar kebutuhan ruang PKL. 4. HASIL DAN ANALISIS 4.1. Analisis Karakteristik PKL a. Analisis Waktu usaha Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas PKL beroperasi pada waktu Sore - malam (69,86 %), sedangkan waktu pagi – siang aktivitas berjualan PKL yaitu hanya 30,14%. b. Analisis Tingkat Pendidikan Berdasarkan tipologinya, dapat dilihat bahwa kecenderungan terhadap tingkat pendidikan dasar (SD atau sederajat) lebih mendominasi pada responden (43,29 %) sedangkan tingkat pendidikan tinggi hanya (1,21 %) 3 responden berpendidikan akademi atau sederajat yang kemungkinan disebabkan karena usaha kuliner membutuhkan skill khusus. c. Analisis Domisili PKL Hasil analisis menunjukan bahwa PKL di Koridor Suryakencana mayoritas berdomisili di Kecamatan Bogor Tengah yang merupaka lokasi dimana Koridor Suryakencana berada ini membuktikan
bahwa PKL merupakan penduduk daerah dmn PKL berjualan, sedangkan untuk urutan kedua terbanyak adalah berasal dari luar kota Kogor yaitu 7,83 yang berjualan ata menjadi pelaku usaha PKL. d. Analisis Asal Responden Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden berasal dari Kota Bogor (53,18 %) dan (11,00%) berasal dari Kabupaten Bogor, selebihnya (35,82%) berasal dari luar Kota Bogor. e. Analisis Usaha Sebelum Menjadi PKL Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden (40,57%) menyatakan tidak mempunyai usaha sebelum menjadi PKL. f. Analisis Motivasi Menjadi PKL Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih bekerja sebagai PKL karena mudah dan tidak membutuhkan prasyarat khusus (55,40%) dibandingkan usaha lain yang dapat mereka lakukan. g. Analisis Lama Menjadi PKL Berdasarkan lama menjadi PKL, mayoritas responden telah menggeluti usaha ini lebih dari 10 tahun (56,81 %). Sebanyak 117 responden (22,20 %) menyatakan bahwa mereka telah mulai membuka usaha kaki lima antara 1 – 5 tahun, sebanyak 86 responden (16,35 %) 5 – 10 tahun dan sebanyak 24 responden (4,64 %) responden menjalankan usahanya kurang dari setahun. h. Analisis Jenis Komoditas PKL Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas pedagang (48,44 %) memilih berdagang sayur-mayur, diikuti oleh kuliner (29,16 %), Tekstil/Sepatu/Pakaian (9,69 %), Elektronik (6,16 %), Kelontong (4,54 %), dan barang antik (1,41 %). i. Analisis Jenis Sarana Usaha Sebanyak (20,89%) pkl menggunakan tenda. Berdasarkan sarana usaha tersebut, PKL demikian dapat dikategorikan sebagai pedagang permanen yang umumnya untuk jenis dagangan makanan dan minuman. Sebagian PKL (40,8%) menggunakan gelaran, meja/jongkok
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak
3
(12,61%) dan PKL yang menggunakan shelter/kios (12,01%). Analisis Keterkaitan Antara Jumlah Tenaga Kerja Dengan Skala Usaha Yang Dihasilkan a. Analisis Keterkaitan Antara Jumlah Tenaga Kerja Dengan Modal Awal Usaha Hasil analisis menunjukan bahwa nilai tertinggi adalah dengan modal Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp. 3.000.000 dapat menyerap 1 tenaga kerja yaitu 91 tenaga kerja yang terserap dalam kegiatan sektor informal. Selanjutnya untuk modal dibawah atau sama dengan Rp. 500.000 dapat menyerap 45 orang tenaga kerja. Uji Chi Square Keterkaitan Antara Jumlah Tenaga Kerja Dengan Modal Awal Usaha Hasil pengujian keterkaitan antar kedua variabel ini melalui uji Chi-Square, dimana diperoleh nilai χ2hitung sebesar 15.682 dengan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-sided)) sebesar 0,016. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, terlihat bahwa nilai χ2hitung (15.682) > χ2tabel[(2-1)(3-1);0,05] (5,991) serta nilai signifikansi (0.016) < α (0,05) sehingga H0 ditolak. b. Analisis Keterkaitan Antara Jumlah Tenaga Kerja Dengan Pendapatan Usaha Hasil analisis responden menunjukkan bahwa mayoritas responden (68 %) mendapatkan Omzetdiatas Rp 500.000,-. Urutan berikutnya adalah mendapatkan keuntungan kotor antara kurang dari Rp 100.000,- (22 %), dan antara Rp. 100.000 sampai dengan Rp 500.000,(22 %). Uji Chi Square Keterkaitan Antara Jumlah Tenaga Kerja Dengan Pendapatan Usaha Hasil pengujian keterkaitan antar kedua variabel ini melalui uji Chi-Square, dimana diperoleh nilai χ2hitung sebesar 7.459 dengan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-sided)) sebesar 0,114. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, terlihat bahwa
nilai χ2hitung (7.459) > χ2tabel[(2-1)(3-1);0,05] serta nilai signifikansi (0.114) > α (0,05) sehingga H0 diterima.
4.2.
4.3.
a.
Analisis Keterkaitan Antara Jumlah Tenaga Kerja Dengan Lokasi Usaha PKL Keterkaitan Antara Jumlah Tenaga Kerja Dengan Lokasi Berjualan
Hasil analisis menunjukan trotoar dengan 49,5% mampu menyerap tenaga kerja dengan 125 orang tenaga kerja karena asumsi mengatakan bahwa lebar trotoar di Koridor Suryakencana tidak lebh dari 5 meter dan ini memungkinkan hanya mampu menampung lebih dari 1 orang tenaga kerja dalam pelaku usaha PKL. Uji Chi Square Keterkaitan Antara Jumlah Tenaga Kerja Dengan Lokasi Usaha Hasil pengujian keterkaitan antar kedua variabel ini melalui uji Chi-Square, dimana diperoleh nilai χ2hitung sebesar 1.279 dengan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-sided)) sebesar 0,865. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, terlihat bahwa nilai χ2hitung (1.279) > χ2tabel[(2-1)(3-1);0,05] serta nilai signifikansi (0.865) > α (0,05) sehingga H0 diterima. b.
Analisa Alasan Pemilihan Lokasi Berjualan Hasil analisis untuk ketiga tipologi menunjukkan bahwa mayoritas PKL memilih berada di pusat keramaian (66,50 %), terpisah dari jalur pedestrian (24,12 %), dan jalur pedestrian (9,83 %). 4.4.
Analisa Kebutuhan Ruang PKL Analisis kebutuhan ruang pengembangan PKL diperlukan guna menghitung kapasitas (daya tampung) lahan yang tersedia dengan jumlah kebutuhan relokasi ruang PKL. Berdasarkan kriteria ideal yang digunakan oleh Pemerintah Daerah Kota Bogor, kebutuhan rata-rata ruang setiap PKL
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak
4
sebesar 3 m² (1,5 m x 2 m)1. Sedangkan jumlah PKL di seluruh kawasan studi sebesar 345 unit.Kebutuhan ruang bagi PKL di kawasan studi adalah sebesar 1.035 m² dengan tingkat kebutuhan lahan tertinggi di ruas Jalan Suryakencana 495 m2 dan Jalan Pedati 345 m2. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik PKL Koridor Suryakencana a. PKL beroperasi pada waktu sore sampai dengan malam. b. PKL Suryakencana memiliki tingkat pendidikan SD. c. Mayoritas PKL berasal dari Kota Bogor. d. Banyak PKL tidak memiliki usaha sebelum menjadi PKL e. Para PKL beralasan tidak dibutuhkannya prasyaratan khusus untuk menjadi PKL. f. Mayoritas PKL Suryakencana telah menjadi pelaku usaha PKL selama lebih dari 10 tahun. g. Komoditas/jenis jualan PKL Suryakencana adalah sayur mayur dan buah. h. Jenis sarana yang digunakan PKL Suryakencana adalah gelaran. 2.
Keterkaitan antara jumlah tenaga kerja dengan skala usaha yang dihasilkan : Berdasarkan hasil dari uji statistik (,+) maka ada keterkaitan antara tenaga kerja dengan skala usaha yang dihasilkan. Dengan uji chi square ini maka skala usaha menjadi salah satu faktor penyerap tenaga kerja. 3.
Keterkaitan antara jumlah tenaga kerja dengan Lokasi Usaha: Berdasarkan hasil dari uji statistikH0 diterima maka tidak ada hubungan yang
1
signifikan antara tenaga kerja dengan lokasi usaha PKL. 4.
Kebutuhan Ruang PKL Kebutuhan ruang bagi PKL di kawasan studi adalah sebesar 1.035 m² dengan tingkat kebutuhan lahan tertinggi di ruas Jalan Suryakencana 495 m2 dan Jalan Pedati 345 m2. Saran 1. Dengan karakteristik yang telah teridentifikasi maka saran penelitian ini adalah: a. Dibutuhkan bantuan pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu demi menekan jumlah PKL. b. Dibutuhkan fasilitas penunjang bagi PKL yang ada di Kota Bogor sedangkan untuk non domisili Kota Bogor dapat disediakan tempat khusus atau di berikan sanksi dikembalikan ke daerahnya masing – masing. c. Pemerintah maupun swasta dapat memberikan pelatihan – pelatihan kepada masyarakat untuk dapat membuat lapangan pekerjaan sendiri tanpa berada di pekerjaan sektor infomal. d. Pemerintah maupun swasta dapat membuatkan lokasi dimana sudah memiliki klasifikasi berjualan, karena dengan komoditas yang banyak itu dapat menjadi keuntungan sendiri bagi Kota Bogor karena dapat membuat sebuah pusat Pedagang Kaki Lima yang tertata, nyaman dan bersih. 2. Keterkaitan antara jumlah tenaga kerja dengan skala usaha yang dihasilkan : Dengan modal yang sedikitpun PKL dapat menyerap banyak tenaga kerja, apabila diberikan modal maka PKL ini akan berubah menjadi peluang dan potensi bagi Kota Bogor. Sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih besar lagi untuk perekonomian Kota Bogor.
Hasil Laporan Penelitian Hadi Wibowo (2007).
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak
5
3.
Keterkaitan antara jumlah tenaga kerja dengan Lokasi Usahadan Kebutuhan lahan PKL: Banyaknya PKL yang berjualan di trotoar sehingga mengganggu aksesibilitas transportasi dan pejalan kaki mengharuskan adanya penataan ruang saran yang diusulkan oleh penulis adalah : a. Mengalokasikan PKL dengan cara membuat peraturan untuk tidak berjualan dikoridor Suryakencana b. Membuat lokasi yang baru menjadi mudah dijangkau oleh calon pembeli sehingga PKL mau berjualan di tempat yang diperuntukan untuk PKL, hal ini ditunjang bahwa PKL ingin berjualan di tempat yang ramai. c. Menggunakan lokasi yang baru lebih rapih dan nyaman.
[2]
[3]
Breman. 1991. Menjinakkan Sang Kuli. Politik Kolonial Pada Awal Abad Ke-20. Sumatera Utara : Grafiti. Mantra, Ida Bagus. 1985. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta : Nur Cahaya Press.
PENULIS 1. Dhian Krisna Kusuma, ST. Alumni (2014) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 2. Dr. Ir. Umar Mansyur, MT, Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FT-Unpak 3. Ir. Ni Made Esti Nurmani, M.Si. Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FTUnpak
DAFTAR PUSTAKA [1] Akhirudin, 1982. Asal Mula Pedagang Kaki Lima. Harian Suara Karya.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik-Unpak
6