i
IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA
MIKOLEHI FIRDAUS A24060441
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
i
RINGKASAN MIKOLEHI FIRDAUS. Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. (Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan ADE WACHJAR). Magang yang telah dilaksanakan bertujuan untuk mempelajari tahapan dalam memproduksi benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu serta mengidentifikasi karakter vegetatif dan generatif melalui pengamatan vegetatif dan analisis tandan. Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama empat bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010 sampai tanggal l5 Juli 2010. Penulis melakukan identifikasi karakter vegetatif dan generatif/analisis tandan kelapa sawit pada tanaman yang sama di kebun uji Sei Dadap. Penulis juga melakukan kegiatan penelusuran tetua kelapa sawit yang menurunkan sifat penyakit tajuk. Pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis, lebar dan tebal petiol, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi. Hasil pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap menunjukkan bahwa tanaman tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98, yaitu 534.110 cm. Persilangan dengan lingkar batang tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98, yaitu 3.293 m. Pelepah terbanyak terdapat pada persilangan 11MA1559/99. Panjang rachis tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98. Luas petiola tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Leaf area terluas terdapat pada persilangan 12MA1403/99, yaitu 9.553 m2. Total leaf area (TLA) terluas terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 437.99 m2. Leaf area index (LAI) di kebun uji Sei Dadap berkisar antara 4.757 - 6.260. LAI tertinggi terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 6.260. Di kebun uji Sei Dadap terdapat beragam persilangan yang dilakukan oleh pemulia PPKS. Persilangan terbaik dapat diketahui dari berbagai peubah tandan yaitu
bobot
tandan,
%
buah/tandan,
%
inti/buah,
%
daging/buah,
ii
% minyak/daging, dan % minyak/tandan. Peubah-peubah tersebut diperlukan untuk mengetahui potensi produksi minyak yang akan dihasilkan oleh kelapa sawit. Dari berbagai persilangan yang dilakukan di kebun uji Sei Dadap tersebut, persilangan terbaik dapat diketahui berdasarkan nilai rendemen minyak tertinggi. Penentuan persilangan terbaik dilakukan dengan menggunakan best regression pada setiap karakter yang mempengaruhi minyak/tandan (Y). Karakter tersebut yaitu buah/tandan (X1), daging/buah (X2), inti/buah (X3), minyak/daging (X4), dan bobot tandan (X5). Penggunaan best regression dilakukan untuk menentukan karakter yang paling berpengaruh/berkontribusi besar terhadap minyak/tandan. Hasil best regression menunjukkan bahwa dengan tiga peubah X1, X2, dan X4 sudah cukup mewakili dalam penentuan nilai Y. Melalui tiga peubah tersebut didapatkan persamaan yang digunakan untuk melihat nilai Y terbaik. Hasil yang diperoleh dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa persilangan 9BA3954/98 memiliki rendemen minyak yang paling baik yaitu sebesar 30.02 persen. Pada penelusuran tetua penyakit tajuk, dilakukan penelusuran berdasarkan tetua yang digunakan sebagai pohon betina (female) dan tetua yang digunakan sebagai pohon jantan (male). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai pohon induk didapatkan melalui persentase parent female (PF) dan grandparent female (GPF). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai pohon jantan didapatkan melalui persentase parent male (PM) dan grandparent male (GPM). Persentase PF dan PM didapatkan dari jumlah tanaman yang terkena penyakit tajuk dengan berbagai persilangan pada tetua induk atau tetua bapak tertentu. Persentase GPF dan GPM diperoleh dari jumlah seluruh pohon yang terkena penyakit tajuk pada setiap persilangan dan tetua betina keturunan dari orijin betina atau orijin jantan yang sama. Persentase GPF maupun GPM yang tinggi menunjukkan bahwa pohon tersebut banyak menurunkan penyakit tajuk pada keturunannya. Dari penelusuran yang dilakukan diperoleh orijin betina yang keturunan dan persilangannya banyak terserang penyakit tajuk, yaitu DS155D × DS155D, PA131D × PA131D, TI221D × GB30D, dan BJ169D × BJ169D. Orijin jantan yang keturunan dan persilangannya banyak terserang penyakit tajuk yaitu: DS155D × DS155D, dan TI221D × GB30D.
i
IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Mikolehi Firdaus A24060441
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii
Judul :
IDENTIFIKASI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF HASIL PERSILANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA
Nama :
MIKOLEHI FIRDAUS
NIM
A24060441
:
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Abdul Qadir, M.S.
Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S.
NIP: 19620927 198703 1 001
NIP: 19550109 198003 1 008
Mengetahui Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Tirto, Provinsi Lampung pada tanggal 9 Mei 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak H. Jimin dan Ibu Hj. Siti Maryami. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri Sidoasih, KetapangLampung Selatan pada tahun 2000, SLTP Negeri 1 Kota Metro pada tahun 2003 dan SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan studi ke pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB pada tahun 2007. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan di kampus. Penulis pernah sebagai staf Departemen Kebijakan Publik BEM KM IPB Kabinet IPB Bersatu (2006 - 2007). Penulis pernah menjabat ketua umum Keluarga Mahasiswa Lampung (KEMALA) periode 2008-2009. Selain itu, penulis juga dipercaya sebagai wakil ketua panitia Masa Pengenalan Departemen (MPD) pada tahun 2008. Penulis menyelesaikan studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dengan menyelesaikan skripsi berjudul: ”Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara” dibawah bimbingan Bapak Ir. Abdul Qadir, MS. dan Bapak
Dr. Ir. Ade Wachjar, MS.
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul : Identifikasi Karakter Vegetatif dan Generatif Hasil Persilangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. Skripsi ini ditulis berdasarkan kegiatan yang dilakukan penulis di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) PPKS Marihat selama empat bulan. Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Ir Abdul Qadir, MSi dan Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi. 2. Ibu Ir Megayani Sri Rahayu, MS, selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian studi selama perkuliahan. 3. Bapak Dr Muhammad Syukur, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan dalam ujian skripsi. 4. Ayahanda H. Jimin A.Ma dan ibunda Hj. Siti Maryami tercinta atas pemberian motivasi, dukungan dan doanya pada setiap waktu. 5. Bapak Dr Ir Iman Yani Harahap selaku Kepala Unit Usaha PPKS Marihat yang telah bersedia menerima penulis melakukan kegiatan magang dan riset di PPKS Marihat. 6. Bapak Edy Suprianto, SP, MSc selaku manajer Breeding and Research Development (BRD) yang telah membimbing penulis selama kegiatan magang dan riset di PPKS Marihat. 7. Bapak
Nanang Supena,
SP
selaku
pembimbing lapangan
yang
mengarahkan penulis dalam setiap kegiatan magang dan riset di PPKS Marihat.
v
8. Teman-teman Departemen Agronomi dan Hortikultura Angkatan 43, kalian mutiara sangat berharga bagi saya. 9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Bogor, Januari 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
ix
PENDAHULUAN ............................................................................................ Latar Belakang ......................................................................................... Tujuan ......................................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... Botani Kelapa Sawit ................................................................................ Syarat Tumbuh Kelapa Sawit .................................................................. Varietas Tanaman Kelapa Sawit .............................................................. Penyerbukan Kelapa Sawit ...................................................................... Pemuliaan Kelapa Sawit ..........................................................................
3 3 5 6 7 8
METODE MAGANG ....................................................................................... Tempat dan Waktu ................................................................................... Metode Pelaksanaan ................................................................................ Pengamatan dan Pengumpulan Data .......................................................
11 11 11 12
KEADAAN UMUM ......................................................................................... Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit .................................................... Lokasi dan Letak Geografis PPKS .......................................................... Keadaan Tanaman dan Lahan .................................................................. Struktur Organisasi ..................................................................................
13 13 14 15 16
PELAKSANAAN MAGANG .......................................................................... 18 Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit .................................................. 18 Kegiatan Vegetatif dan Analisis Tandan ................................................. 35 PEMBAHASAN ............................................................................................... Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap ...................................... Analisis Tandan ....................................................................................... Identifikasi Tetua Dura yang Mewariskan Sifat Crown Disease ............
44 44 48 53
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 59 Kesimpulan .............................................................................................. 59 Saran ........................................................................................................ 60 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 62 LAMPIRAN ...................................................................................................... 64
vii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Jumlah Pohon Induk dan Pohon Bapak Berdasarkan Lokasi di PPKS Marihat ........................................................................................................ 15
2.
Kebun Produksi Kelapa Sawit di PPKS Marihat ....................................... 16
3.
Karakter Pertumbuhan Tinggi Tanaman Berdasarkan Warna Label ......... 25
4.
Kelas Fruitset pada Tandan ....................................................................... 29
5.
Kriteria Pemilahan Benih Kelapa Sawit .................................................... 30
6.
Data Hasil Telling di Blok 2005 Afdeling II .............................................. 39
7.
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Sei Dadap ...................................................................................... 44
8.
Nilai Rataan Pangamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap .................................................................................................... 46
9.
Korelasi Antar Peubah Pertumbuhan Vegetatif ......................................... 48
10. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Analisis Tandan ................................ 49 11. Nilai Rataan Karakter Analisis Tandan Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap .......................................................................................................... 50 12. Korelasi pada Karakter Analisis Tandan ................................................... 51 13. Peubah Dominan yang Mempengaruhi Minyak/Tandan ........................... 52 14. Nilai Minyak/Tandan yang Didapatkan dari Persamaan Regresi .............. 53 15. Orijin dan Tetua sebagai Betina yang Mewariskan Penyakit Tajuk .......... 57 16. Orijin dan Tetua sebagai Jantan yang Mewariskan Penyakit Tajuk .......... 58
viii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Skema Resiprocal Recurrent Selection (RRS) .................................................9
2.
Proses Penerimaan Tandan hingga Penentuan Buah Contoh..........................22
3.
Posisi Bunga untuk Pengamatan .....................................................................23
4.
Stelkolar untuk Membungkus Bunga Jantan ..................................................26
5.
Kegiatan Penomoran Pohon: (a) Pembersihan, (b) Pelepah yang Telah Dibersihkan, (c) Penomoran ...........................................................................35
6.
Pengukuran Lingkar Batang............................................................................36
7.
Pengukuran Lebar Petiole (a), Tebal Petiole (b), dan Lebar Anak Daun (c)...........................................................................................................36
8.
Pengukuran Diameter Batang (a) dan Tinggi Tanaman (b) ............................37
9.
Penghitungan Pelepah Daun (a), Contoh Daun Membuka 70 % (b) ..............37
10. Buah Tenera Hasil Segregasi ..........................................................................38 11. Serangan Oryctes pada Daun Muda (a) dan pada Pangkal Pelepah (b) ..........39 12. Tanaman Kelapa Sawit yang Doyong.............................................................40 13. Gejala Fronds Berputar: (a) Pohon yang Sakit (b) Pohon yang Sudah Pulih ................................................................................................................40 14. Gejala Kekurangan Boron (a) dan Serangan Oryctes (b) ...............................41 15. Gejala Serangan Penyakit Tajuk .....................................................................41 16. Tanaman Abnormal.........................................................................................42 17. Pengukuran Duri Spikelet (a) Panjang, (b) Lebar, dan (c) Tebal ...................43 18. Pengukuran (a) Panjang Buah, (b) Lebar Buah, (c) Panjang Biji, dan (d) Lebar Biji ........................................................................................................43 19. Gejala Serangan Penyakit Tajuk pada Pembibitan .........................................54
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Daftar Varietas Kelapa Sawit di PPKS ...................................................... 65
2.
Struktur Organisasi PPKS .......................................................................... 66
3.
Sidik Ragam Karakter Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap .......................................................................................................... 67
4.
Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Generatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap .................................................................................. 68
5.
Hasil Best Regression dari Minitab 14 ....................................................... 69
6.
Hasil Pengamatan Penyakit Tajuk di Pembibitan ...................................... 73
7.
Hasil Pengamatan di Blok 2005 Afdeling II .............................................. 74
8.
Hasil Pengamatan pada Blok 2007 Afdeling I ........................................... 74
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat potensial di Indonesia. Kelapa sawit sangat berperan dalam pembangunan nasional yang saat ini terus digalakkan. Hasil olahan minyak sawit digunakan dalam industri rafinasi dan fraksionasi, industri oleokimia, dan industri energi alternatif. Perkebunan kelapa sawit dapat menambah cadangan devisa negara dan lapangan pekerjaan di Indonesia di samping mampu meningkatkan perekonomian. Peta penyebaran kelapa sawit di Indonesia mencakup 19 provinsi dengan luas areal tanaman pada tahun 2004 sebesar 5.45 juta hektar. Provinsi yang mempunyai luas areal terbesar yaitu Riau dengan luas 1.37 juta hektar atau 25.15 % dari total areal kelapa sawit nasional. Peringkat kedua dan ketiga yaitu Provinsi Sumatera Utara (17.53 %) dan Sumatera Selatan (9.46 %). Komposisi kepemilikan usaha kelapa sawit yang paling dominan yaitu perkebunan swasta nasional (PBSN), disusul kemudian oleh perkebunan rakyat dan perkebunan negara (Pahan, 2008). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2007), luas lahan kelapa sawit perkebunan besar meningkat sebesar 2.53 % yaitu dari 3 592 000 hektar pada tahun 2005 menjadi 3 682 900 hektar pada tahun 2006. Luas lahan kelapa sawit perkebunan rakyat mengalami peningkatan sebesar 11.86 % yaitu dari 2 356 900 hektar pada tahun 2005 menjadi 2 636 400 hektar pada tahun 2006. Salah satu faktor keberhasilan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah penggunaan bahan tanam yang unggul. Bahan tanam unggul dapat diperoleh melalui proses pemuliaan, sehingga dapat dihasilkan kelapa sawit dengan produksi dan produktivitas yang tinggi. Menurut Latif (2006), dari segi kultur teknis, produktivitas ditentukan oleh materi bahan tanam yang digunakan, kelas kesesuaian lahan, manajemen pengelolaan, dan usia tanaman. Secara umum, produktivitas rata-rata nasional perkebunan kelapa sawit Indonesia termasuk rendah, yaitu sekitar 3.4 ton CPO/ha/tahun pada tahun 2006. Produktivitas tersebut jauh berada di bawah potensi produksi bahan tanam kelapa sawit yang
2
dihasilkan oleh produsen benih yaitu 7 - 10 ton CPO/ha/tahun. Tidak tercapainya potensi produktivitas tersebut diduga karena banyaknya penggunaan benih palsu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (Latif, 2006). Benih palsu merupakan benih yang dihasilkan bukan dari perusahaan benih kelapa sawit yang telah resmi ditunjuk oleh pemerintah. Benih palsu tidak memiliki asal usul yang jelas sehingga tidak diketahui potensi produksi yang akan dihasilkan oleh benih tersebut. Benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu didapatkan dari persilangan berbagai tanaman yang unggul. Benih yang akan digunakan harus jelas asalusulnya, yaitu berasal dari pusat sumber benih. Perlu diketahui juga varietas yang dianjurkan, riwayat penemuan, potensi produksi, dan tindakan kultur teknis yang perlu dilakukan agar potensi tersebut dapat tercapai. Pemilihan tetua sangat penting karena akan menentukan karakter benih yang nanti akan dihasilkan. Tujuan Tujuan umum kegiatan magang adalah: 1. Meningkatkan wawasan pengetahuan dan kemampuan kerja, baik secara teknis di lapangan maupun manajerial. 2. Meningkatkan keterampilan dan pengalaman mahasiswa dalam memahami proses kegiatan kerja di perkebunan kelapa sawit serta dapat membandingkan teori dan praktik di lapangan. Tujuan secara khusus adalah: 1. Mempelajari tahapan proses dalam memproduksi benih kelapa sawit yang unggul dan bermutu serta mengidentifikasi karakter vegetatif dan generatif melalui pengamatan vegetatif dan analisis tandan. 2. Mengidentifikasi karakteristik vegetatif dan generatif pohon kelapa sawit dan menelusuri tetua yang menurunkan penyakit tajuk.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Secara umum, taksonomi tanaman kelapa sawit yang dikutip dari Lubis (2008) adalah: Divisi
: Tracheophyita
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Arecaceae/Palmae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Akar kelapa sawit merupakan bagian dari tanaman yang berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah serta dapat menjadi alat respirasi tanaman. Akar terdiri atas akar primer, sekunder, tersier dan kuartener. Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar sekunder merupakan akar yang terbentuk dari akar primer. Akar sekunder membentuk akar tersier, dan akar tersier membentuk akar kuartener. Akar tersier dan kuartener inilah yang paling aktif dalam menyerap air dan hara dari dalam tanah. Pada tanaman di lapangan, akar-akar tersebut terutama berada pada 2 - 2.5 m dari pangkal pokok atau di luar piringan yang merupakan daerah sebaran pupuk. Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu: a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak (midrib). b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.
4
c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang. d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberikan kekuatan pada batang. Menurut Lubis (1992) daun kelapa sawit yang pertama kali muncul pada stadia bibit berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate dan meyusul pinnate. Daun dihasilkan dalam urutan-urutan yang teratur dan memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar ke kiri atau ke kanan, tetapi kebanyakan berputar ke kanan. Pengenalan arah putaran penting dilakukan untuk mengetahui letak daun ke-17 yang dapat digunakan sebagai pengambilan contoh daun untuk analisis perhitungan dosis pemupukan. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Selama setahun, pelepah daun yang dihasilkan berkisar 20 - 30, kemudian semakin berkurang sesuai umur menjadi 18 - 25. Panjang pelepah bervariasi bergantung pada varietas dan kesuburan tanah. Jumlah anak daun yang dihasilkan oleh setiap pelepah dapat mencapai 150 – 200 helai. Luas permukaan daun tanaman kelapa sawit dapat mencapai 10 - 15 m2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Perbedaan umur akan mempengaruhi luas permukaan daun demikian pula varietas pohon induk yang dipakai dalam persilangan. Pada umumnya daun akan mencapai luas maksimum pada umur 10 - 13 tahun. Penanaman yang rapat akan lebih mempercepat tercapainya luas permukaan daun maksimum tersebut (Lubis, 1992). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian 15 - 20 m. Batang berbentuk silindris dengan diameter 0.5 m pada tanaman dewasa. Batang bagian bawah umumnya lebih besar daripada batang bagian atas yang disebut bongkol batang atau bowl. Kelapa sawit ada yang tumbuh secara cepat dan ada pula yang lambat. Sifat-sifat tersebut dapat digunakan dalam pemilihan pohon induk karena keterkaitannya dengan masalah panen (Lubis, 2008). Kelapa sawit merupakan tanaman monoceous (berumah satu), yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama (Pahan, 2008). Bunga jantan dan betina yang berada pada satu tandan terkadang masih dijumpai dan dinamakan bunga hermafrodit. Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan, tetapi baru ekonomis dipanen pada umur
5
2.5 tahun. Bunga tumbuh di setiap ketiak pelepah yang nantinya akan menghasilkan bunga jantan atau betina. Jenis bunga yang dihasilkan bergantung pada faktor genetis, lingkungan, kesuburan tanah, dan umur tanaman (Hakim, 2007). Bunga jantan tumbuh silindris, terdiri atas tangkai bunga (spikelet) yang berbentuk silinder dengan panjang sekitar 10 - 20 cm dengan diameter sekitar 1 - 1.5 cm. Satu rangkaian bunga memiliki 100 - 150 spikelet. Setiap spikelet berisi 500 - 1 500 bunga kecil yang nantinya akan menghasilkan tepung sari (Lubis, 1992). Menurut Pahan (2008) bunga jantan mekar mulai dari bagian dasar spikelet dan seluruh bunga sudah mekar dalam waktu dua hari, kecuali pada kondisi hujan yang mekar setelah empat hari. Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15 - 20 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga memiliki 100 - 200 spikelet dan setiap spikelet memiliki 15 - 20 bunga betina. Bunga betina yang kecil inilah yang akan diserbuki oleh tepung sari. Bunga betina yang terbentuk tidak semuanya akan membentuk buah sempurna yang matang, terutama bagian dalam tandan. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 - 2 000 buah bergantung pada besarnya tandan. Setiap pokok kelapa sawit dapat menghasilkan 15 - 25 tandan/pokok/tahun pada tanaman muda dan 8 - 12 tandan/pokok/tahun pada tanaman dewasa (Lubis, 2008).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 0 - 500 meter di atas permukaan laut (dpl.). Curah hujan yang baik berkisar antara 2 000 - 2 500 mm/tahun dengan penyebaran hujan merata sepanjang tahun sehingga tidak mengalami defisit air. Suhu harian optimal berkisar antara 24 - 28 oC, kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Data curah hujan bulanan dan jumlah hari hujan sangat penting karena berhubungan dengan sifat tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Fluktuasi curah hujan secara langsung berkorelasi erat dengan fluktuasi hasil dari bulan ke bulan. Kelapa sawit juga membutuhkan kondisi tanah yang datar hingga berombak dengan kemiringan lereng 0 - 15 % dan memiliki drainase yang baik (Lubis, 2008).
6
Menurut Setyamidjaja (2006), sifat fisik dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit yang baik adalah sebagai berikut: 1. Solum cukup dalam (> 80 cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu. 2. Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, dan liat 20 - 25 %. 3. Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. 4. Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang memiliki drainase buruk sebaiknya dibuat saluran drainase. 5. Reaksi tanah (pH) optimal yaitu pada 5 - 5.5. 6. Tanah memiliki kandungan unsur hara cukup tinggi.
Varietas Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit memiliki berbagai varietas berdasarkan tebal tipisnya cangkang (Setyamidjaja, 2006). Vaughan (1970) membagi jenis kelapa sawit tersebut dalam empat varietas, yaitu: (1) varietas Macrocarya dengan ketebalan cangkang 40 - 60 %, (2) varietas Dura dengan ketebalan cangkang 20 - 40 %, (3) varietas Tenera dengan ketebalan cangkang 5 - 20 %, dan (4) varietas Pisifera dengan cangkang tipis. Menurut Pahan (2008) varietas Tenera lebih disukai untuk penanaman komersial karena kandungan minyak di dalam mesocarp-nya lebih tinggi daripada Dura. Varietas Macrocarya akhir-akhir ini sudah tidak dipakai lagi karena tidak merupakan sifat genetik yang signifikan. Jenis tanaman kelapa sawit juga dapat dibedakan dari warna buah. Varietas yang dibedakan dari warna buah (Lubis, 2008) antara lain: 1. Nigrescens, yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) setelah matang. 2. Virescens, yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna merah kuning (orange). 3. Albescens, yaitu buah muda berwarna kuning pucat dan tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten.
7
Penyerbukan Kelapa Sawit Bunga betina pada tanaman kelapa sawit tidak serentak dalam anthesis. Pada satu tandan umumnya membutuhkan waktu 3 - 5 hari atau lebih. Bunga jantan dan bunga betina terletak terpisah sehingga waktu anthesis tidak bersamaan dan terjadi penyerbukan silang. Menurut Pamin dan Tailiez (1976), pada areal tanaman menghasilkan (TM) yang masih muda (young mature palms) sering terjadi masalah kekurangan tepung sari/polen. Kekurangan tepung sari tersebut akan mengakibatkan pembentukan tandan-tandan yang kurang sempurna dan kadang-kadang menjadi busuk. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan penyerbukan buatan (assisted pollination) dengan menaburkan serbuk sari dari pohon berbeda ke bunga-bunga betina yang sedang dalam masa subur. Perkembangan tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang menurut hasil pengamatan Lubis (2008) di Marihat menunjukkan hasil sebagai berikut: 1. Daging buah (mesocarpium). Warna buah hingga 3 bulan setelah anthesis masih putih-kehijauan. Hal tersebut menunjukkan bahwa buah masih terdiri atas air, serat, dan klorofil serta minyak belum terbentuk. Perubahan warna daging buah menjadi kuning kehijauan setelah 3 bulan menunjukkan bahwa minyak telah terbentuk dengan terbentuknya karoten. 2. Cangkang
atau
tempurung.
Cangkang
terbentuk
satu
bulan
setelah
penyerbukan, tetapi masih sangat tipis dan lembut. Pengerasan terus berlangsung dan pada umur 3 bulan cangkang sudah mengeras. Warna cangkang berubah dari putih menjadi cokelat muda. 3. Inti (endocarpium atau nucleus seminis). Pada umur 2 bulan terjadi perubahan bentuk dari cairan menjadi agar-agar dan pada umur 3 bulan inti sudah terbentuk padatan yang agak keras. 4. Lembaga atau embrio. Lembaga belum terlihat dengan mata sampai 3 bulan setelah penyerbukan. Selanjutnya akan tampak seperti titik putih sepanjang 1.5 mm yang dengan cepat bertambah besar. Pada umur 3 bulan telah mencapai 3 mm dan terbentuknya bagian berwarna kuning dan putih. Pada umur 3.5 bulan panjangnya mencapai 3.5 mm yaitu ukuran normal.
8
Pemuliaan Kelapa Sawit Pemuliaan kelapa sawit memiliki tujuan utama untuk memperoleh individuindividu terbaik dalam hal produktivitas dan kualitas minyak. Tujuan jangka panjang lainnya adalah mendapatkan pohon yang pertumbuhan meningginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan, tandan lebih berat, komposisi buah dan minyak lebih baik, tangkai buah lebih pendek, serta adaptasi tanaman baik (Lubis, 2008). Pelaksanaan program pemuliaan menggunakan
metode yang banyak digunakan, yaitu metode Resiprocal
Recurrent Selection (RRS) yang dikembangkan oleh Institute de Recherches pour les Hulles et Oleagineux (IRHO). Metode RRS merupakan skema yang sangat menarik baik bagi program pemuliaan maupun produksi benih dan klon kelapa sawit. Hal ini disebabkan: (1) pemilihan tetua untuk memproduksi benih hibrida komersil didasarkan atas pengujian keturunan (progeny test), sehingga hanya hibrida-hibrida teruji yang disalurkan kepada konsumen, (2) skema seleksi memungkinkan untuk mengeksploitasi sesegera mungkin persilangan-persilangan terbaik dan perbaikan dapat dilakukan melalui selfing, (3) hibrida komersil dapat direproduksi dengan menggunakan berbagai tipe persilangan dura diseleksi dura dan berbagai persilangan tenera/pisifera diseleksi tenera (Purba, Akiyat, dan Muluk, 1997). Pada prinsipnya metode pemuliaan RRS adalah memperbaiki secara serentak daya gabung (combining ability) dari dua grup individu yaitu grup A (dura) dan grup B (tenera, pisifera) yang dicirikan dengan: a. Grup A (dura) meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan jumlah tandan sedikit, tetapi ukuran tandan besar. b. Grup B (pisifera, tenera) adalah kelapa sawit yang menghasilkan jumlah tandan banyak tetapi berukuran relatif lebih kecil. Grup tersebut merupakan populasi dasar (base population) dalam pelaksanaan pemuliaan kelapa sawit. Populasi dasar yang telah diseleksi kemudian dilakukan suatu tahapan evaluasi untuk menganalisis dan menentukan persilangan terbaik yang dapat dilihat dari daya gabung umum dan daya gabung khusus dari tetua yang diuji. Berdasarkan informasi daya gabung tersebut dilakukan seleksi untuk menentukan tetua-tetua yang dapat dijadikan pohon induk untuk produksi benih. Pada tahapan seleksi ini juga dilakukan pemilihan tetua
9
yang akan direkombinasikan untuk mencari materi persilangan dengan potensi yang lebih baik yang akan digunakan pada program pemuliaan selanjutnya. Penggunaan rekombinasi diharapkan dapat menghasilkan suatu populasi dasar baru dengan sifat-sifat yang lebih baik dari populasi dasar sebelumnya (Purba et al., 1997). Skema program pemuliaan dengan metode RRS dapat dilihat pada Gambar 1. Populasi Tenera/Pisifera
Populasi Dura
D1, D2, D3, …..
Pengujian Progeny DxP, DxT
Dura terpilih Selfing/Crossing
P1, P2, P3,T1, T2 …
Pisifera/Tenera terpilih Selfing/Crossing
Produksi Kecambah DxP Introduksi
Introduksi
Populasi Pisifera/ Tenera Hasil Rekombinasi
Populasi Dura Hasil Rekombinasi
D1 x D2 D2 x D3
Pengujian Progeny DxP, DxT
P1 x P2 P3 x P4, T1 x T2
Gambar 1. Skema Resiprocal Recurrent Selection (RRS) (Purba et al., 1997)
10
Menurut Lubis (1993) benih varietas kelapa sawit yang baik dan unggul adalah (1) berasal dari hasil pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi, (2) tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan, (3) umur genjah, (4) memiliki produksi dan kualitas minyak yang tinggi, (5) respon terhadap perlakuan yang diberikan, (6) memiliki umur ekonomis yang cukup panjang (25 - 30 tahun), (7) tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap lingkungan, dan (8) benih tersebut dihasilkan oleh pusat sumber benih kelapa sawit yang resmi telah ditunjuk oleh pemerintah. Pengadaan benih unggul kelapa sawit yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang telah ditunjuk oleh pemerintah, di antaranya adalah (1) Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, (2) PT Socfindo, (3) PT PP London Sumatera, (4) PT Tunggal Yunus, (5) PT Dami Mas, (6) PT Bina Sawit Makmur, dan (7) PT Tania Selatan. Kapasitas produksi total yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut berkisar 124 - 135 juta benih pada tahun 2006 (Purba et al., 2006). PPKS Medan sebagai salah satu produsen benih kelapa sawit telah menghasilkan banyak varietas. Varietas yang dihasilkan PPKS saat ini berjumlah 11 varietas. Varietas tersebut yaitu: Yangambi, Lame, Langkat, PPKS 540, PPKS 718, Simangulun, Sungai Pancur 1 (Dumpy), AVROS, Sungai Pancur 2, Bah Jambi, dan Marihat. Varietas PPKS 540 dan 718 dilepas tahun 2007 (Kurnila, 2009). Daftar varietas kelapa sawit di PPKS terdapat pada Lampiran 1. Karakteristik tanaman induk yang menjadi kriteria seleksi untuk produksi benih adalah: 1. Produksi TBS ≥ 150 kg/pohon/tahun dan atau 6 ton palm product (CPO + PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha, rataan selama 3 tahun produksi. 2. Rendemen pabrik
≥ 23 % yang dihitung berdasarkan hasil rendemen
laboratorium × 0.855 (faktor koreksi). 3. Pertumbuhan meninggi ≤ 80 cm/tahun yang diukur setelah tanaman berumur 6 tahun setelah tanam (Purba et al., 2006).
11
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara, pada bulan Maret hingga Juli 2010. Metode Pelaksanaan Metode yang dilakukan selama pelaksanaan magang di PPKS Marihat yaitu metode umum dan metode khusus: Metode Umum a. Mengikuti kegiatan orientasi perusahaan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap divisi di PPKS Unit Marihat selama satu bulan. b. Mengikuti kegiatan yang dilakukan di Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) bagian pemuliaan tanaman selama tiga bulan. c. Pengumpulan data sekunder dari bank data, arsip dan laporan lainnya. d. Wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan magang seperti kelompok peneliti, mandor lapangan, supervisor, bank data, staf dan pegawai pusat penelitian (puslit) lainnya. Metode Khusus Metode khusus digunakan dalam kegiatan pencarian persilangan terbaik di kebun uji Sei Dadap berdasarkan nilai rendemen minyak/tandan tertinggi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan sofrware SAS 6.12 dan Minitab versi 14. Langkah-langkah penentuan hasil persilangan terbaik tersebut, yaitu: a. Penggunaan best regression untuk menentukan faktor yang paling berpengaruh terhadap minyak/tandan dari berbagai karakter yang teramati. b. Peubah yang dominan berpengaruh terhadap minyak/tandan kemudian dicari persamaan regresinya dari keseluruhan data. c. Persamaan regresi kemudian diuji pada setiap persilangan untuk mendapatkan persilangan dengan nilai minyak/tandan yang paling baik.
12
Penelusuran tetua yang terserang penyakit tajuk (crown disease) dilakukan dengan mengamati tanaman yang terkena serangan penyakit tajuk secara langsung di lapangan dan melalui data sekunder yang diperoleh dari bank data. Tanaman tersebut diidentifikasi tetua dan grandparents-nya berdasarkan buku crossing plan dan buku Daftar Persilangan Percobaan Pemuliaan 1992-1999 dan Rencana Penanaman Tahun 2000.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang dengan menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui pengamatan di lapangan. Data primer diperoleh dari setiap kegiatan yang dilakukan selama magang. Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajemen (bulanan, semesteran, tahunan) yang berkaitan dengan keadaan umum puslit, letak geografis, struktur organisasi dan ketenagakerjaan, sarana/prasarana pendukung, produksi benih, dan varietas. Data sekunder juga dapat diperoleh melalui studi pustaka, baik berupa buku teks, jurnal maupun sumber pustaka lainnya. Pengambilan data pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, panjang rachis, lebar dan tebal petiola, jumlah anak daun satu sisi, panjang dan lebar anak daun. Pengukuran daun dilakukan pada daun ke-17. Data pertumbuhan vegetatif diambil dari kebun uji Sei Dadap. Pengambilan data perkembangan generatif dari analisis tandan dilakukan di kebun uji Sedi Dadap. Data yang digunakan adalah berat tandan rata-rata (kg), % buah/tandan, % daging buah/buah, % inti/buah, % minyak/daging buah, dan % minyak/tandan. Penelusuran tetua yang terserang penyakit tajuk dilaksanakan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Penelusuran tetua dilakukan dengan melihat peta persilangan dan buku crossing plan. Pengamatan penyakit tajuk dilakukan di pembibitan, Afdeling II tahun tanam 2005, dan Adeling II tahun tanam 2007. Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan dengan melihat jumlah tanaman yang terserang penyakit pada persilangan tertentu dan jumlah tanaman yang ada. Pengamatan dilakukan berdasarkan kejadian penyakit.
13
KEADAAN UMUM
Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene Vereniging Van Rubber Planters ter Oostkust van Sumatera) dikemudian hari menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan. Hasil-hasil penelitian APA pada saat itu cukup banyak dan sangat berguna bagi pengembangan perkebunan di Sumatera. Setelah Perang Dunia II sebagian besar perkebunan di Sumatera terlantar, sehingga pada tahun 1952 diadakan penyatuan dengan “Deli Planters Vereniging”. Pemerintah Republik Indonesia melakukan nasionalisasi dan mengambil alih perkebunan-perkebunan milik Belanda karena alasan politik dan ekonomi. Pada tahun 1957 AVROS diambil alih dan diubah menjadi Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera (GAPPERSU). APA diganti dengan Balai Penelitian GAPPERSU yang dikenal dengan RISPA (Research Institute of the Sumatera Planters Association). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 247/UM/57 tanggal 11 Desember 1957 ditetapkan bahwa RISPA ditempatkan di bawah Kementerian Pertanian RI yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Perkumpulan dan Organisasi Perkebunan. Pada tahun 1968 RISPA berubah menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan (BPPM) dengan pembinaan dan pembiayaannya diserahkan kepada Direksi PN Perkebunan I - IX sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 353/Kpts/OP/12/1968 tanggal 20 Desember 1968. Pada tahun 1971 pembinaan Balai Penelitian Perkebunan Medan diserahkan kepada Dewan Pembina Balai Penelitian Perkebunan dan mendapat dana dari Cess sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 503/Kpts/OP/12/1971 tanggal 5 Desember 1971. Sejak April 1976 RISPA mendapat biaya dari APBN dan mulai 1978 pembinaan Balai Penelitian Perkebunan diserahkan kepada Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian RI berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian 133/Kpts/OP/12/1978.
14
Pada bulan November 1987 Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I) didirikan di Jakarta. Balai-Balai Penelitian Perkebunan ditempatkan di bawah koordinasi AP3I dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI. Dengan perubahan tersebut selanjutnya Balai Penelitian Perkebunan Medan disebut dengan Pusat Penelitian Perkebunan Medan atau disingkat Puslitbun Medan (Lubis, 2008) Sesuai dengan Surat Keputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian AP3I No. 084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24 Desember 1992 tentang penataan pengelolaan unit pelaksana penelitian di lingkungan AP3I, maka pada 4 Februari 1993 dibentuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berkedudukan di Medan, yang merupakan gabungan dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat, dan Puslitbun Bandar Kuala. Penggabungan ketiga Puslitbun tersebut dilakukan dalam upaya peningkatan efisiensi pengelolaan organisasi. Pada tahun 1993 itu juga, melalui rapat anggota, AP3I berubah nama menjadi Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI). Perbaikan organisasi PPKS selanjutnya dilakukan pada tahun 1996. Berdasarkan keputusan Rapat Anggota Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI) dalam suratnya No. 03/RA-APPI/II/1996, Pusat Penelitian Perkebunan lingkup Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia bertanggung jawab kepada Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, yang dalam melaksanakan tugasnya mendapatkan pembinaan dan pengaawasan dari Dewan Pembina Pusat Penelitian Perkebunan (Lubis, 2008). PPKS merupakan satu-satunya lembaga penelitian yang bergerak dalam penelitian semua aspek kelapa sawit. Penelitian yang dilakukan mulai dari pemuliaan tanaman, bioteknologi tanaman, proteksi tanaman, tanah dan agronomi, pengolahan hasil dan mutu, enjinering dan lingkungan hingga kajian sosial dan ekonomi.
Telah
begitu
banyak
hasil
yang
dicapai
dalam
menunjang
perkembangan industri kelapa sawit nasional.
Lokasi dan Letak Geografis PPKS PPKS terletak di Marihat, Pematang Siantar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Areal kompleks termasuk dalam konsesi PTPN IV.
15
PPKS Marihat mempunyai topografi lahan dengan ketinggian 369 meter di atas permukaan laut, curah hujan rata-rata 1 764 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 184 hari dan kisaran suhu minimum 20 ⁰C dan maksimum 29 ⁰C. Jenis tanah Podzolik dengan pH rata-rata 5.0 - 6.0. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan maka kebun PPKS Marihat termasuk ke dalam kelas lahan S1.
Keadaan Tanaman dan Lahan Kebun produksi yang dimiliki PPKS Marihat bekerja sama dengan PTPN IV. Luas kebun produksi benih yang dimiliki adalah 137.28 ha dengan rincian 110.27 ha untuk pohon induk dan 27.01 ha untuk pohon bapak. Jumlah pohon induk yang masih produktif hingga bulan November 2009 adalah 2 781 pohon dan pohon bapak 153 pohon. Jumlah pohon induk dan pohon bapak yang terdapat di PPKS Marihat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Pohon Induk dan Pohon Bapak Berdasarkan Lokasi di PPKS Marihat No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 1. 2. 3. 4.
Lokasi/Pos Bah Jambi IV Pos 1 Bah Jambi IV Pos 2 Bah Jambi IV Pos 3 Bah Jambi IV Pos 4 Bah Jambi IV Pos 5 Bah Jambi Afdeling III/93 Bah Jambi Afdeling II/266 Balimbingan Afd. I/95 Bah Jambi Afd. IV/92 Bah Jambi Afd. VII/96 Bah Jambi VIII/2000A Bah Jambi VIII/2000B Marihat Afd. III/44B Pos 1 Marihat Afd. III/44A Pos 2 Total Pohon Induk Benoa VII 83, 87 Benoa VIII 100 Bah Jambi VIII/2000 Bah Jambi II/92 Total Pohon Bapak
Tahun Tanam 1987 1987 1987 1987 1988 1993 1989 1995 1992 1996 2000 2000 1986 1986 1974/1977 1976 2000 1992
Sumber: Laporan Bulanan Pohon Induk PPKS Marihat
Jumlah Pohon (pohon) 147 140 200 359 213 169 57 140 136 74 416 348 215 167 2 781 118 23 8 4 153
Jumlah Pohon Non Aktif (pohon) 21 56 27 52 10 14 6 20 11 15 35 9 27 21 324 0
16
Pohon induk merupakan tanaman kelapa sawit yang digunakan sebagai tetua betina dalam persilangan kelapa sawit. Tetua betina yang digunakan merupakan varietas Dura terpilih hasil seleksi sebelumnya. Pohon bapak merupakan tanaman kelapa sawit yang digunakan sebagai tetua jantan dalam persilangan kelapa sawit. Tetua jantan yang digunakan merupakan varietas Pisifera terpilih hasil seleksi pemulia tanaman. PPKS Unit Marihat juga memiliki kebun produksi komersil. Lokasi kebun tersebut tersebar di beberapa daerah di Sumatera Utara dan Riau. Luas kebun komersil yang dimiliki adalah 881.46 ha, tetapi yang produktif hanya 548.57 ha. Lokasi kebun produksi dan luas areal yang dimiliki PPKS Marihat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kebun Produksi Kelapa Sawit di PPKS Marihat No
Sub station
7
Sijambujambu Teluk Dalam Pulau Maria Pargarutan Simirik Padang Madarsyah Kalianta
8
Dalu-Dalu
1 2 3 4 5 6
Total
Lokasi
Luas (ha)
Produktif (ha)
Keterangan
Sumatera Utara
21.00
21.00
D×P
Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara
40.00 4.75 45.86 4.58
35.00 4.75 45.00 4.58
DP DP DP DP
Riau
402.20
102.17
DP
Riau
93.10
83.40
Riau
269.97
252.00
Dura, DD,DP DP/DD, DT TT MK
881.46
548.57
Sumber : PPKS Marihat
Struktur Organisasi PPKS dipimpin oleh seorang direktur yang dibantu oleh kepala bidang penelitian, kepala biro umum/ SDM, kepala bidang usaha dan kepala satuan unit strategis (SUS). Kepala bidang penelitian membawahi tujuh kelompok penelitian, yaitu Kelompok Penelitian Pemuliaan Tanaman, Kelompok Penelitian Bioteknologi Tanaman, Kelompok Penelitian Proteksi Tanaman, Kelompok Penelitian Ilmu
17
Tanah dan Agronomi, Kelompok Penelitian Pengolahan Hasil dan Mutu, Kelompok Penelitian Engineering dan Lingkungan, serta Kelompok Penelitian Sosial Ekonomi, yang masing-masing diketuai oleh seorang ketua kelompok peneliti dan kepala urusan penelitian. Kepala biro umum/SDM membawahi tiga urusan yaitu urusan SDM dan hukum, urusan akuntansi dan keuangan, dan urusan rumah tangga. Kepala bidang usaha membawahi unit usaha Marihat, unit usaha Medan, urusan pengembangan usaha dan promosi, urusan pelayanan dan konsultasi, serta urusan laboratorium dan pelayanan. Kepala bidang SUS membawahi semua bagian yang memproduksi, memproses, memasarkan dan mengawasi kecambah kelapa sawit. Disamping itu, direktur dibantu oleh kepala urusan satuan pengawasan intern (SPI) yang dalam tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Direktur. Struktur organisasi PPKS dapat dilihat pada Lampiran 2.
18
PELAKSANAAN MAGANG
Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit Proses kegiatan di PPKS Marihat dimulai dari Divisi Breeding Research and Development (BRD), yaitu penentuan populasi dasar tanaman kelapa sawit. Populasi dasar tersebut kemudian dilakukan rekombinasi dan evaluasi. Seleksi dilakukan terhadap pohon kelapa sawit yang akan digunakan sebagai pohon induk dan pohon bapak. Terhadap pohon induk dan pohon bapak yang terpilih kemudian dilakukan penyerbukan oleh polinator. Tandan yang sudah matang fisiologis (umur 4.5-5 bulan) dipanen dan tandan diangkut ke bagian persiapan benih. Proses dari penyerbukan hingga pengangkutan tandan merupakan bagian kegiatan Divisi Pohon Induk. Tandan yang telah diangkut ke persiapan benih kemudian diproses hingga menjadi benih yang siap untuk dikecambahkan. Benih yang telah berkecambah sesuai dengan standar mutu kemudian siap disalurkan kepada konsumen. Proses dari persiapan benih hingga pengecambahan merupakan bagian dari kegiatan produksi benih, sedangkan penyaluran benih kepada konsumen merupakan kegiatan dari pemasaran. Perlu waktu sekitar 9 bulan untuk memperoleh benih mulai dari awal penyerbukan. Divisi Breeding Research Development (BRD) Divisi BRD merupakan salah satu bagian dari Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS BHT) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berada di Marihat. Divisi BRD memiliki peranan penting dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit, karena memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi dan rendemen minyak. Divisi BRD memiliki beberapa sub divisi, diantaranya Crossing Plan, Pembibitan, Vegetatif, Penimbangan Produksi, dan Analisis Tandan. Kegiatan dari setiap sub divisi tersebut diharapkan dapat mempertahankan Standard Nasional Indonesia (SNI) yang telah ditetapkan, yaitu mengenai kualitas genetik dan fisik benih, dan kebenaran cara pengujian.
19
Sub divisi crossing plan. Crossing Plan merupakan sub divisi yang kegiatannya menjadi tahapan awal sebelum melakukan kegiatan pemuliaan. Crossing Plan berperan dalam merealisasikan matting design yang telah dirancang oleh pemulia dari divisi BRD. Kegiatan yang dilakukan Crossing Plan yaitu penyeleksian tanaman yang akan digunakan sebagai tanaman betina dan tetua jantan. Crossing Plan juga melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan pohon-pohon rencana seleksi terpilih untuk disilangkan dengan pohon-pohon yang telah ditentukan dalam matting design yang memuat program-program seleksi. Kegiatan yang dilakukan di Crossing Plan meliputi inspeksi bunga jantan dan betina, pembungkusan bunga jantan dan betina, penyerbukan bunga betina, pemanenan bunga jantan dan pemanenan tandan. Jika terjadi kegagalan dalam program maka harus diulang kembali, kegagalan dapat disebabkan oleh pohon tersebut terserang penyakit atau mati. Hasil dari kegiatan sub divisi Crossing Plan kemudian ditanam pada pembibitan. Sub divisi pembibitan. Pembibitan merupakan bagian dari Divisi BRD yang digunakan untuk menampung hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Divisi Pemuliaan. Selain itu, pembibitan juga merupakan tempat untuk menanam benih yang dihasilkan dari Sub Divisi Crossing Plan. Pada pembibitan dilakukan dua kali seleksi bibit kelapa sawit, yaitu seleksi awal saat tanaman berumur 1.5 bulan untuk seleksi bibit yang mati, dan seleksi sebelum penanaman di main nursery (MN). Pada saat seleksi, tanaman yang abnormal di afkir. Seleksi yang kurang ketat akan menyebabkan beberapa bibit abnormal akan tertanam di lapangan. Sub divisi vegetatif. Kegiatan yang dilakukan pada Sub Divisi Vegetatif berupa telling, segregasi, sex ratio, dan pengamatan pertumbuhan vegetatif. Telling merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kondisi pohon yang ada di lapangan. Kegiatan telling dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pohon yang siap untuk dijadikan pohon induk atau tujuan kegiatan pemuliaan lainnya. Sex ratio dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui jumlah bunga betina dan jumlah bunga jantan/bunga banci. Setiap melakukan kegiatan sex ratio,
20
juga dilakukan pengamatan produksi daun. Pada saat pengamatan, daun tombak (daun ke-1) diberi tanda cat merah, pada pengamatan berikutnya dihitung pertambahan daun dan dicatat. Segregasi pohon merupakan salah satu kegiatan Sub Divisi Vegetatif untuk mempelajari keragaman pohon kelapa sawit. Hasil pengamatan digunakan untuk mengenal pohon jenis dura, pisifera, atau tenera. Segregasi dilakukan setiap satu tahun sekali. Pengamatan segregasi selesai dilakukan setelah 3 kali pengamatan. Segregasi dilakukan dengan membelah buah pada tandan dengan menggunakan alat tajam. Hasil pengamatan kemudian ditulis dalam buku pengamatan segregasi. Pengukuran pertumbuhan vegetatif memiliki tujuan untuk memperoleh data tentang perkembangan pertumbuhan tanaman kelapa sawit sejak pembibitan hingga tanaman dewasa untuk mempelajari hubungannya dengan produksi dan daya penurunan sifatnya. Pengamatan yang dilakukan di lapangan antara lain adalah baris, nomor pokok, tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds, panjang rachis, lebar dan tebal petiola, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi. Pengukuran pertumbuhan vegetatif di pembibitan dilakukan dengan mengambil sampel ± 30 % pada tiap persilangan dan dipilih secara acak. Pengukuran dilakukan setiap 3 bulan sampai saat akan dipindah ke lapangan. Pengamatan pertumbuhan vegetatif untuk Rencana Seleksi (RS) dilakukan secara acak. Kegiatan pengukuran pertumbuhan vegetatif dilakukan di kebun uji yang merupakan kebun percobaan PPKS. Kebun uji PPKS ada enam lokasi, yaitu Sei Silau, Sei Dadap, Tanah Raja, Bah Jambi, Marihat, dan Rambutan. Pengukuran pertumbuhan vegetatif tanaman di lapangan dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak ± 30 % dan pengukuran dilakukan setahun sekali sampai pertumbuhan tinggi pohon konstan. Pengukuran vegetatif pada pohon yang akan dijadikan pohon induk dilakukan pada seluruh pohon persilangan. Pengukuran pertumbuhan vegetatif juga dilakukan pada pohon yang akan dijadikan pohon bapak. Sub divisi penimbangan produksi. Sub divisi penimbangan produksi melakukan kegiatan penimbangan tandan di kebun-kebun seleksi/kebun uji yang menjadi penelitian pemulia PPKS. Penimbangan tandan bertujuan untuk
21
mempertinggi ketelitian dan keseragaman. Petugas yang menimbang terdiri atas seorang kerani yang mencatat pada buku pengamatan dan seorang penimbang. Penimbangan dilakukan dengan menimbang tandan dan semua berondolan yang berada di sekitar pokok dengan menggunakan timbangan. Jika pada satu pokok terdapat lebih dari dua tandan, maka tandan tersebut ditimbang sekaligus jika memungkinkan. Berat tandan adalah berat goni ditambah tandan dikurangi dengan berat goni kosong. Tandan yang telah dipanen harus diletakkan dan ditimbang pada piringan dari tiap-tiap pokok. Pada tiap stalk harus ditulis nomor pokok dan berat tandan menggunakan pensil kopi. Sub divisi analisis tandan. Kegiatan yang dilakukan di Sub Divisi Analisis Tandan adalah pengujian tandan dari berbagai jenis percobaan yang dilakukan oleh pemuliaan tanaman. Tandan yang diterima dari lapangan dilakukan analisis minyak dan bijinya. Adapun hasil analisis tandan adalah berupa informasi mengenai bobot tandan, persentase buah/tandan, persentase daging/buah, persentase inti/buah, persentase minyak/daging, dan persentase minyak/tandan. Proses penerimaan tandan sampai pemilihan buah untuk contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Divisi Pohon Induk Divisi Pohon Induk memiliki tujuan memproduksi tandan untuk bahan baku kelapa sawit unggul yang baik dan benar. Ruang lingkup dari Divisi Pohon Induk antara lain: 1) inspeksi pohon sampai pemanenan dan pengangkutan tandan benih, 2) inspeksi pohon sampai pemanenan bunga jantan serta pengelolaannya di laboratorium tepung sari. Pohon kelapa sawit yang berada di PPKS Marihat dibagi menjadi dua, yaitu pohon induk dan pohon bapak. Pohon induk merupakan pohon kelapa sawit yang dijadikan sebagai tetua betina dalam persilangan. Tetua betina merupakan kelapa sawit varietas Dura terpilih. Pohon bapak merupakan pohon kelapa sawit yang dijadikan sebagai sumber tepung sari yang akan digunakan untuk menyerbuki pohon induk. Tetua jantan merupakan varietas Pisifera terpilih. Pohon induk yang terdapat di dimiliki PPKS Marihat berjumlah 2 781 pohon yang terdapat pada kebun Bah Jambi, Balimbingan, dan Marihat. Kegiatan pada Divisi Pohon Induk meliputi: inspeksi bunga betina, pembungkusan bunga
22
betina, penyerbukan tandan, inspeksi bunga jantan, pembungkusan bunga jantan, pemanenan bunga jantan, dan laboratorium tepung sari.
Tandan dari Kebun Dura Diterminasi, Afkir
Pisifera Tenera
Ditimbang
< 15 Kg
≥ 15 Kg
Dibagi Dua
Dipreteli
Buah Ditimbang, Spikelet Dibuang
A
B
Ditimbang
Stalk Ditimbang Stalk Dibuang
Buah Luar Partitor
Contoh A = 30 Buah Contoh B = 30 Buah
Buah Tengah Buah Dalam
Contoh A dan B Ditimbang, Contoh B Kemudian di Buang
Gambar 2. Proses Penerimaan Tandan hingga Penentuan Buah Contoh
23
Inspeksi bunga betina. Pohon induk yang telah terpilih dilakukan inspeksi, yaitu pemeriksaan bunga yang ada dalam pohon tersebut. Pengamatan dilakukan untuk mengontrol bunga yang akan dibungkus dan bunga yang akan diserbuki. Jika pada pohon induk terdapat bunga jantan, maka bunga jantan tersebut harus segera dibuang. Pembuangan tersebut dimaksudkan agar tepung sari yang diserbukkan polinator ke pohon induk tidak tercampur dengan tepung sari dari pohon itu sendiri. Pembersihan tandan betina pada pohon induk dilakukan untuk menjaga kebersihan, menghindari serangga, dan agar penyerbukan merata sehingga memudahkan dalam penyerbukan. Pengamatan atau inspeksi bunga yang dilakukan diamati berdasarkan posisi bunga yang terdapat pada pohon tersebut. Pembedaan berbagai posisi tersebut memudahkan untuk melakukan pengamatan. Penentuan arah muka dan belakang berpatokan pada jalan pasar atau pos yang ada di blok tersebut. Posisi bunga pada pohon yang diamati dapat dilihat pada Gambar 3.
BKI BKN MKI MKN
Jalan Pasar
Gambar 3. Posisi Bunga untuk Pengamatan Keterangan: BKI : belakang kiri MKI : muka kiri
BKN MKN
: belakang kanan : muka kanan
Pembungkusan bunga betina. Pembungkusan dilakukan setelah seludang pecah sekitar 25 % atau sekitar 10 hari sebelum bunga anthesis. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembungkusan bunga antara lain: 1) arit, 2) kapas, 3) insektisida cair dan tepung, 4) pembungkus (bagging), 5) tali karet ban, 6) kawat kasa, dan 7) racun tikus/klerat. Pada pembungkusan tandan, pengikatan dilakukan pada pangkal tandan dengan tali. Pangkal tandan diikat dengan tali sebanyak 7 kali putaran menyesuaikan dengan kondisi tandan. Pengikatan diusahakan tidak
24
terlalu kuat agar scapel (tangkai tandan) tidak patah. Jika terjadi gangguan pada scapel maka suplai makanan akan terganggu sehingga bunga yang nanti akan diserbuki tidak akan menjadi biji atau hanya sebagian kecil yang menjadi buah. Pengikatan yang terlalu kendur akan menyebabkan serangga dapat masuk ke dalam bungkusan sehingga mengganggu kemurnian tandan. Pohon induk yang telah memproduksi tandan, tetapi terkena penyakit maka perlu diambil tindakan sebagai berikut: a. Apabila tandan baru dibungkus maka tandan tersebut diafkir di lapangan. b. Apabila tandan < 3 bulan maka tandan diafkir di lapangan. c. Apabila tandan 3-4.5 bulan tandan dipanen kemudian diafkir. d. Apabila tandan berumur 4.5 bulan maka tandan masih dapat dipanen. Tandan yang telah dibungkus disebar klerat untuk menekan serangan tikus yang akan menyerang tandan. Polinator, mandor dan kerani memasukkan semua kegiatan dan data di buku harian setelah selesai melakukan pembungkusan. Pengamatan dilakukan secara rutin terhadap tandan untuk mengetahui perkembangan bunga dan waktu penyerbukan yang tepat. Penyerbukan tandan. Penyerbukan dilakukan setelah anthesis yaitu ketika bunga sudah mekar dan berwarna keunguan. Penyerbukan biasanya dilakukan 10 15 hari setelah bunga dibungkus. Kondisi bunga yang perlu diperhatikan dalam penyerbukan adalah bunga sudah pecah minimal 75 persen. Alat dan bahan yang digunakan dalam penyerbukan yaitu: 1) satu botol pulper tepung sari, 2) plester plastik dan gunting, 3) kapas, 4) insektisida cair, 5) alkohol, 6) hand sprayer, dan 7) label. Penyerbukan yang dilakukan pada pohon induk kadang kala mengalami gangguan sehingga diperlukan penyerbukan ulang. Penyerbukan ulang dilakukan jika bunga betina yang mekar baru sebagian sehingga tidak dapat seluruhnya diserbuki. Penyerbukan dilakukan keesokan harinya dengan menggunakan polen yang sama. Penyerbukan tunda terjadi pada bunga betina yang siap diserbuk esok hari, tetapi ternyata belum siap sehingga tidak ada penyerbukan. Penyerbukan dilakukan sehari setelahnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi bunga untuk diserbuki adalah iklim dan kondisi bunga. Iklim yang kondusif penyerbukan dapat dilakukan dengan
25
baik, tetapi jika kondisi hujan maka penyerbukan tidak dapat dilakukan. Penyerbukan yang dilakukan dapat gagal karena bunga betina yang diserbuki tidak dapat menjadi tandan. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena faktor kondisi tandan yang belum reseptif, iklim/lingkungan, dan sumber daya manusia. Kesalahan dari sumber daya manusia dapat dikenakan denda oleh pihak perusahaan. Pembukaan bungkusan dan panen buah untuk benih. Pembukaan bunga dilakukan 15 hari setelah penyerbukan. Penempelan label dilakukan pada tandan yang telah dilakukan penyerbukan. Label yang digunakan dalam penyerbukan berisi beberapa informasi mengenai pohon yang akan dihasilkan. Pada label terdapat warna yang mencirikan karakter pohon tersebut. Karakter pertumbuhan tinggi tanaman tersebut disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Karakter Pertumbuhan Tinggi Tanaman Berdasarkan Warna Label Warna Label Hijau Kuning Merah Putih
Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm/tahun) > 80 70-80 60-70 < 60
Sumber: PPKS Marihat
Panen tandan buah dilakukan setelah masak fisiologis, yaitu 4-5 bulan. Berbeda dengan perusahaan komersil lainnya, yang memanen tandan buah setelah jatuh berondolan. Hal ini disebabkan oleh tujuan pemanenan yang berbeda. Perusahaan komersil buah tandan digunakan untuk diambil minyaknya, sedangkan di PPKS tandan diambil untuk benih. Inspeksi bunga jantan. Kegiatan rutin yang dilakukan pada pohon bapak hampir sama dengan yang dilakukan pada pohon induk. Pohon bapak yang terpilih juga dilakukan inspeksi bunga. Pemeriksaan bunga dilakukan untuk mengetahui bunga jantan yang telah siap untuk dipanen. Pada pohon bapak, bunga yang diharapkan muncul adalah bungan jantan yang akan digunakan untuk menyerbuki tandan betina pada pohon induk. Jika terdapat bunga betina pada pohon bapak, maka bunga betina tersebut harus segera dibuang.
26
Pembungkusan bunga jantan. Setelah dilakukan inspeksi bunga, maka kegiatan
selanjutnya
adalah
pengamatan.
Pengamatan
dilakukan
secara
menyeluruh untuk mengetahui kondisi bunga yang siap untuk dibungkus atau siap panen. Pembungkusan bunga dilakukan 10 hari sebelum bunga anthesis atau saat seludang telah membuka 25 persen. Bungkus yang digunakan untuk membungkus bunga betina berbeda dengan digunakan pada pohon induk. Bungkus yang digunakan pada bunga jantan memiliki struktur yang sedemikian rupa, sehingga polen yang telah masak tidak berhamburan keluar. Pembungkus bunga jantan (stelkolar) ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Stelkolar untuk Membungkus Bunga Jantan Pemanenan bunga jantan. Pemanenan bunga jantan dilakukan secara manual dengan memanjat pohon bapak. Bunga jantan dipotong dengan hati-hati agar tidak merusak bunga tersebut. Bunga jantan yang telah dipotong kemudian diturunkan dengan menggunakan tali yang dikerek dari atas. Pemanenan bunga jantan dilakukan 10 hari setelah pembungkusan. Pemanenan sebaiknya dilakukan di bawah jam 11.00 untuk efisiensi waktu. Hal ini dilakukan karena lokasi pohon bapak yang cukup jauh dari PPKS Marihat. Bunga jantan yang telah dipanen dimasukkan ke dalam ruang pendingin selama 3 jam dengan suhu < 24 0C. Tujuan dari pendinginan tersebut adalah untuk pengeringan dan pengurangan kadar air.
27
Laboratorium tepung sari. Bunga jantan yang telah dipanen langsung dibawa ke laboratorium tepung sari. Bunga jantan dimasukkan ke dalam ruang pendingin selama ± 3 - 4 jam pada suhu 22 - 23 0C. Polen dapat diambil dengan memukul-mukul bunga jantan tersebut sehingga polen masuk wadah khusus pada bungkus bunga jantan. Polen yang telah diambil kemudian disaring dengan ukuran 80 mess untuk memisahkan antara polen dengan kotoran-kotoran yang mungkin terbawa. Polen diayak di boks manipulasi, kemudian dimasukkan ke dalam talam. Talam ini terdiri atas tiga bagian, bagian atas sebagai tutup, bagian tengah sebagai tepung sari, dan bagian bawah sebagai tempat silica gel. Hasil ayakan pada talam bagian tengah kemudian diletakkan pada talam bawah yang berisi silica gel kemudian ditutup. Talam tersebut didiamkan selama ± 2 × 24 jam. Tujuannya adalah untuk mengurangi kadar air yang masih ada pada polen dan untuk menjaga agar polen tetap kering. Tahap selanjutnya polen dimasukkan ke dalam botol kecil (vial) sebanyak 0.25 gram melalui boks manipulasi setelah sebelumnya disterilkan dengan alkohol 96 % dan dipanaskan dengan suhu 105 0C. Vial kemudian dimasukkan ke dalam botol unit kemudian disimpan pada ruang pendingin dengan suhu -18 ⁰C. Satu botol unit dapat menampung 3 - 5 vial. Sebelum disimpan, vial dihampakan dengan alat vacuum hingga tekanan 76 cmHg, lalu disegel dengan tutup aluminium. Polen yang sudah disimpan dalam ruang pendingin memiliki viabilitas yang berbeda sebelum polen tersebut disimpan. Uji viabilitas polen perlu dilakukan sebelum dan sesudah simpan. Uji viabilitas dilakukan dengan menumbuhkan pada media menggunakan larutan borax. Alat dan bahan yang digunakan adalah mikroskop, gelas ukur, pipet, aquades, borax (Na2B4O7) dan sukrosa. Larutan borax + sukrosa diambila menggunakan pipet dan diletakkan ke permukaan preparat. Setelah itu polen diletakkan pada media tersebut. Polen diusahakan merata dan tidak bertumpuk-tumpuk untuk memudahkan pengamatan dibawah mikroskop. Preparat kemudian di oven selama 3 jam pada suhu 40 0C. setelan itu preparat diamati di bawah mikroskop dengan menghitung polen yang masih hidup dan yang mati.
28
Persentase viabilitas dihitung dengan rumus: %
100 %
Keterangan: H = Jumlah tepung sari yang hidup M = Jumlah tepung sari yang mati
Tepung sari yang masih hidup dicirikan dengan bentuk yang memanjang seperti ekor dan bagian kepalanya tidak berwarna hitam. Polen yang sudah mati tidak memiliki ekor dan bagian kepalanya berwarna hitam. Polen yang masih bisa digunakan untuk menyerbuki bunga betina memiliki viabilitas tinggi, yaitu ≥ 70 persen. Viabilitas polen yang < 70 % dilakukan uji viabilitas diulangi sebanyak 2 kali. Jika masih viabilitas masih dibawah 70 %, maka polen tersebut tidak digunakan lagi. Tepung sari yang akan digunakan dalam penyerbukan dilakukan pencampuran. Pencampuran dilakukan pada boks manipulasi. Satu botol penicillin dengan berat 0.25 gram dicampur dengan talcum sebanyak 4 gram pada botol pulper. Tepung sari yang telah dicampur kemudian diberi label laminating yang merupakan identitas dari tepung sari tersebut. Label juga memberikan informasi kepada pollinator pada tandan pohon mana tepung sari tersebut digunakan.
Divisi Produksi Persiapan benih. Persiapan benih pada Divisi Produksi Benih memiliki fungsi sebagai tempat pengolahan tandan kelapa sawit menjadi benih yang siap untuk diproses (dikecambahkan). Banyaknya jumlah varietas PPKS menyebabkan terbatasnya varietas tertentu karena pemesanan benih varietas tertentu. (1) Penerimaan tandan Pengambilan tandan yang akan diproses di persiapan benih dilakukan pada pohon induk yang telah memiliki tandan siap panen. Tandan siap panen merupakan tandan yang telah matang fisiologis, yaitu umur 4 - 5 bulan. Tandan selalu disertai dengan label dan selalu dibawa dari proses awal hingga akhir. Tandan yang diterima dari lapangan diperiksa kebenaran jumlahnya dan identitas label harus sesuai dengan advis panen, yaitu nomor penyerbukan, tanggal
29
pembungkusan, tanggal penyerbukan, kode pohon induk, nomor registrasi dan inisial polinator. Label harus menancap kokoh di antara spikelet dan tidak melukai buah. Tandan harus berkualitas baik/tidak busuk. Pada beberapa pohon dapat ditemui gagal tandan. Gagal tandan ini bisa disebabkan penyerbukan tidak tepat waktu, sehingga fruitset atau buah sempurna yang terbentuk sedikit. Fruitset < 20 % (± 300 berondolan) dimusnahkan dengan cara dibakar. Tandan afkir dihitung jumlahnya dan dimusnahkan dengan cara dibakar serta dilengkapi berita acara (BA) pemusnahan. (2) Pencincangan Tandan
dari
lapangan
ditimbang
dan
dilakukan
penyincangan.
Penyincangan dilakukan untuk memisahkan spikelet dari stalk/bonggol tandan. Label dari lapangan selalu dilampirkan pada tandan yang akan diproses. Tandan dengan kelas E harus diafkir. Kelas fruitset atau buah sempurna yang terbentuk pada tandan buah disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kelas Fruitset pada Tandan Kelas Fruitset Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas E
Persentase Buah (%) 80-90 60-79 40-59 20-39 < 20
Sumber: PPKS Marihat
(3) Fermentasi dan pemipilan Spikelet yang telah terpisah dari stalk dikumpulkan pada peti yang berukuran 60 cm × 60 cm × 40 cm untuk dilakukan fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 4 - 7 hari. Tujuan fermentasi adalah untuk mempermudah pemisahan buah dari spikelet dan mempercepat pelunakan daging buah (mesokarp). Proses fermentasi dilakukan per tandan dan sesuai identitas tandan tersebut. Setelah fermentasi, dilakukan pemipilan untuk memisahkan buah dari spikeletnya. Pemipilan dilakukan secara manual dengan alat bantu sekop besi. Seluruh buah berondolan dipastikan sudah terpisah dari spikelet. Buah berondolan hasil pipilan dimasukkan ke dalam karung goni disertai label identitas tandan.
30
(4) Pengupasan Berondolan/buah dimasukkan ke dalam mesin pengupas biji. Mesin yang digunakan ada dua macam, yaitu mesin depericarper berbentuk hexagonal horizontal dan mesin turbo vertikal berbentuk silinder vertikal. Mesin depericarper mampu mengupas 2 tandan dalam waktu 45 menit. Mesin turbo vertikal mampu mengupas satu tandan dalam waktu 5 - 10 menit. Biji hasil pengupasan direndam dalam larutan Dithane 0.01 - 0.02 % selama 24 jam kemudian ditimbang dan dituang ke kawat penirisan. (5) Pemilahan benih Pemilahan benih yang dilakukan memiliki kriteria tertentu. Benih baik dan biji afkir dihitung. Benih baik ditimbang dan dicatat jumlahnya. Biji afkir di hitung, di timbang serta dimusnahkan dengan cara dibakar dan dilengkapi Berita Acara (BA). Kriteria pemilahan benih yang digunakan untuk memilih benih baik dan benih afkir terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria Pemilahan Benih Kelapa Sawit Benih Baik 1. Biji tidak lolos dari kotak kawat seleksi atau bobot biji ≥ 0.8 gram.
Benih Afkir 1. Biji lolos dari kotak seleksi/berat biji < 0.8 gram.
2. Biji tidak cacat/terluka.
2. Biji cacat/terluka hingga melukai bagian inti.
3. Biji berwarna hitam.
3. Biji berwarna putih.
4. Biji - biji terseleksi atau benihbenih baik ditimbang dan dihitung jumlahnya.
4. Biji - biji afkir ditimbang dan dihitung jumlahnya, serta dimusnahkan dengan cara dibakar dan dilengkapi berita acara pemusnahan.
5. Pelabelan atau label kertas kuning persiapan benih pada setiap kantong benih sesuai dengan data label laminating dari lapangan. Sumber: Divisi Produksi PPKS Marihat
(6) Penyimpanan Benih yang telah diseleksi dipisahkan berdasarkan varietas dan dimasukkan ke dalam ruang stok. Benih yang masuk ruang stok dimasukkan dalam data stok. Benih dari ruang stok kemudian dikecambahkan sesuai dengan permintaan. Jika
31
ada permintaan maka benih dikeluarkan dari ruang stok untuk dilakukan pengecapan dan pengecambahan. Pematahan dormansi. Benih yang dipesan oleh konsumen sebelum dikecambahkan terlebih dahulu dilakukan pematahan dormansi. Pematahan dormansi dilakukan di ruang pemecahan dormansi. Benih diterima dari bagian persiapan benih, kemudian ditimbang. Benih direndam selama 7 hari dalam bak khusus yang menggunakan air mengalir. Gelembung oksigen digunakan untuk sirkulasi udara dan penyediaan oksigen bagi benih. Benih yang telah dilakukan perendaman selama 7 hari kemudian ditiriskan setelah sebelumnya dicelupkan dalam larutan Dithane M-45 0.2 persen. Benih kemudian ditiriskan selama 5 - 24 jam. Benih yang telah ditiriskan diambil sampel untuk diuji kadar airnya. Kadar air yang sesuai adalah 19 persen. Benih dimasukkan ke dalam ruang pemanas menggunakan tray (baki). Satu tray dapat menampung 750 - 1 000 benih. Ruang pemanas diatur suhunya antara 38 - 40 0C selama 60 hari. Setiap 7 hari tray dibuka selama 3 - 5 menit untuk mengganti oksigen. Benih yang telah dilakukan pemanasan kemudian direndam kembali selama 3 hari dalam bak mengalir untuk menghindari kontaminan. Benih kemudian dicelupkan dalam larutan Dithane M-45 0.2 % selama 2 - 3 menit dan dikeringanginkan selama ± 8 jam. Perkecambahan. Benih yang telah mengalami proses penganginan dari ruang penganginan dibawa ke ruang perkecambahan dengan suhu 28 - 30 0C. Kecambah disusun dengan menggunakan tray. Penggunaan tray memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan plastik, di antaranya adalah estetika, persentase tumbuh kecambah lebih tinggi sehingga kecambah siap salur tray lebih tinggi, dan lebih menguntungkan dari segi biaya. Benih berada di ruang perkecambahan selama 14 hari dan disemprot air setiap 3 hari sekali sesuai kondisi benih. Setelah itu dilakukan pemilihan benih yang pertama, yaitu pengambilan benih yang sudah tumbuh normal. Pemilihan benih yang pertama dilakukan setelah 2 minggu sejak masuk ruang perkecambahan. Jika masih ada benih yang belum tumbuh, maka dilakukan pemilihan benih yang kedua, yang dilakukan seminggu sekali dan seterusnya hingga pemilihan ke-6. Pemilihan benih > 7 kali maka benih tersebut diafkir.
32
Pemilihan benih harus memperhatikan mutu fisik dari benih tersebut. Adapun beberapa kriteria yang dilihat adalah: a. Keseragaman ukuran benih. Benih yang baik memiliki berat > 0.8 gram dan tidak lolos dari ayakan ukuran 1.3 cm. b. Plumula dan radikula. Plumula dan radikula dapat dibedakan dengan jelas, baik warna maupun bentuk, tumbuh berlawanan arah, memiliki warna putih kekuningan, tidak cacat, dan panjang radikula hingga plumula tidak melebihi 2 cm. c. Tidak tampak ada serangan cendawan pada biji. Pemasaran. Benih yang telah terpilih dikemas dan benih yang tidak sesuai dengan kriteria (abnormal) diafkir dan dimusnahkan. Benih dikemas dalam kantong plastik dengan jumlah 150 butir/kantong. Plastik yang digunakan berukuran 26 cm × 30 cm dengan tebal 0.05 cm. Kantong kemasan kecambah digembungkan agar tersedia oksigen yang cukup bagi kecambah. Kantong berisi kecambah tersebut disatukan berdasarkan kelompoknya. Kantong-kantong tersebut kemudian dimasukkan ke dalam boks plastik berisi strerofoam yang berfungsi untuk menahan guncangan dan mengurangi kerusakan pada saat kecambah dikirim ke Medan. Kultur Jaringan Kultur jaringan merupakan salah satu divisi di Satuan Usaha Strategis Bahan
Tanaman
(SUS-BHT).
Laboratorium
kultur
jaringan
berupaya
menghasilkan bibit unggul dari proses kultur jaringan. Kultur jaringan mengembangkan Tenera elit yang diuji keunggulannya dibandingkan dengan varietas yang lain. Kultur in vitro tersebut mengambil pucuk (pupus) untuk ditumbuhkan pada media kultur. Pucuk tersebut disebut dengan ortet. Pengambilan atau pemotongan ortet dilakukan di atas titik tumbuh, yaitu > 7 cm dari titik tumbuh. Ortet dipotong kecil-kecil untuk eksplan, kemudian ditumbuhkan menjadi kalus hingga menjadi embrio. Embrio kemudian tumbuh menjadi tanaman kelapa sawit baru. Bibit kecil tersebut kemudian diaklimatisasi dengan tujuan untuk adaptasi tanaman pada lingkungan yang sesungguhnya. Selama satu bulan bibit ditanam pada media pasir dan kompos, setelah itu
33
dipindahkan pada media tanah selama ½ bulan. Bibit yang tumbuh baik kemudian dipindahkan ke Pre Nursery (PN) selama 3 bulan dan seterusnya hingga siap ditanam di lapangan. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Quality Control (QC) merupakan salah satu divisi yang bertugas dalam melakukan verifikasi, yaitu kesesuaian proses dari divisi yang diawasi. Quality Assurance (QA) memberikan jaminan bahwa seluruh produk benih diproses sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. QC ada di semua divisi, kecuali BRD dan Kultur Jaringan. Hal tersebut disebabkan keterbatasan sumber daya manusia. QC pertama kali dibentuk pada tahun 2002 dengan jumlah anggota 28 orang. QC bertugas secara independent, confident, dan honest. Perekrutan tenaga kerja untuk QC/QA dilakukan secara khusus melalui tes tertulis, praktik, interview dan tes kesehatan. Training awal untuk menjadi pembantu teknisi setelah lulus semua tes.
Kelompok Peneliti Agronomi Agronomi merupakan salah satu bagian dari Kelompok Peneliti (Kelti) yang berada di PPKS Marihat. Kelti Agronomi banyak melakukan kegiatan penelitian di lapangan. Kelti Agronomi melakukan kegiatan penelitian dengan melakukan pengamatan dan pengukuran iklim, fisiologi tanaman, produksi kelapa sawit, Legume Cover Crop (LCC), aspek lingkungan, dan pelayanan agronomi.
Proteksi Tanaman Proteksi tanaman merupakan salah satu bagian dari Kelompok Peneliti (Kelti) yang berada di PPKS Marihat. Proteksi tanaman melakukan penelitian yang berhubungan dengan hama dan penyakit yang menyerang kelapa sawit. Selain itu, proteksi tanaman juga menyediakan berbagai solusi dalam mengatasi serangan hama dan penyakit tertentu.
34
Hama penting yang terdapat pada pembibitan di antaranya adalah kumbang Adoretus dan Apogonia (kumbang malam) serta belalang yang memakan daun kelapa sawit. Pada tanaman belum menghasilkan hama yang sering menyerang adalah kumbang Oryctes rhinoceros (kumbang tanduk). Kumbang tersebut hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah kuncup tanaman. Jika gerekan sampai ke titik tumbuh, maka tanaman akan mati atau tumbuh tunas baru satu dan dapat juga lebih (Harahap et al, 2003). Tikus paling sering muncul di banyak perkebunan kelapa sawit. Tikus menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM), bunga dan buah. TBM diserang tikus dengan mengerat pangkal pelepah dan memakan umbut sehingga dapat mematikan tanaman. Tikus juga memakan bunga dan buah sehingga dapat mengakibatkan penurunan produksi pada TM (Jamin, 1989). Pengendalian tikus tersebut dapat dilakukan menggunakan predator dari tikus tersebut. Burung hantu merupakan predator tikus yang mampu menanggulangi serangan tikus tersebut. Burung hantu ditempatkan pada kandang khusus yang disebut gupon. Satu ekor burung hantu dapat menangani 20 - 25 hektar. Penyakit yang sering menyerang tanaman saat pembibitan adalah bercak daun (Curvularia), dan Antraknose (jamur). Penyakit yang sering muncul pada TBM dan TM adalah busuk tandan buah yang disebabkan oleh cendawan Marasmius sp. dan biasanya timbul jika keadaan lembab. Cendawan tersebut menyerang pangkal pelepah atau buah yang tidak sempurna penyerbukannya. Pencegahan atau pemberantasannya dapat dilakukan dengan pelaksanaan penyerbukan bantuan buatan, kastrasi, dan penunasan. Buah yang telah terserang dapat diberantas dengan menggunakan fungisida Difolatan 0.2 % (2 ml/liter air) (Lubis, 2008). Serangan yang paling merugikan adalah serangan ganoderma atau busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur. Ganoderma dapat diatasi dengan penggunaan biofungisida Marfu yang diproduksi oleh PPKS. Biofungisida tidak dapat mematikan ganoderma, tatapi lebih bersifat mencegah serangan ganoderma. Aplikasi Marfu dilakukan sebelum penanaman di lapangan.
35
Kegiatan Vegetatif dan Analisis Tandan Penomoran Pohon Penomoran pohon merupakan salah satu sasaran kegiatan yang dilakukan di kebun uji Sei Dadap. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memastikan identitas tanaman kelapa sawit yang berada di kawasan kebun uji tersebut. Penomoran pohon diawali dengan kegiatan pembersihan pohon dan pangkal pelepah yang akan digunakan sebagai tempat penomoran, kemudian dilanjutkan dengan pengecatan. Pengecatan dilakukan setelah pangkal pelepah bersih dengan menggunakan cat dasar warna putih. Cat dasar yang telah mengering kemudian ditulis nomor yang telah disesuaikan peta persilangan varietas. Penomoran pada pohon kelapa sawit berisi informasi tentang nomor baris, nomor pohon, dan jenis persilangan. Penomoran tersebut penting dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit, karena akan menentukan kejelasan identitas dari kelapa sawit tersebut. Penomoran juga bermanfaat untuk kegiatan selanjutnya, jika dalam penomoran terjadi kesalahan, maka akan terjadi kesalahan berupa ketidaksesuaian identitas dan mempengaruhi hasil kegiatan selanjutnya seperti analisis tandan dan pengamatan vegetatif. Kegiatan penomoran ditunjukkan pada Gambar 5.
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. Kegiatan Penomoran Pohon: (a) Pembersihan, (b) Pelepah yang Telah Dibersihkan, (c) Penomoran Pengamatan Vegetatif di Sei Dadap Pengamatan vegetatif dilakukan pada pohon uji yang berada di Sei Dadap, Kabupaten Asahan. Pohon uji ini tersebut merupakan pohon yang digunakan untuk pengujian berbagai percobaan dan perlakuan. Pengamatan vegetatif yang dilakukan meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds, panjang
36
rachis, lebar dan tebal rachis, jumlah anak daun satu sisi, panjang dan lebar anak daun. Tinggi tanaman diukur dari duri rudimenter pada daun ke-17 hingga ke permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran atau alat lain yang sudah disesuaikan. Diameter batang diukur 0.5 meter dari tanah menggunakan meteran. Jumlah daun fronds dihitung dari banyaknya pelepah yang belum kering atau masih melakukan fotosintesis. Panjang rachis diukur dari duri rudimenter hingga ujung daun. Lebar dan tebal rachis diukur tepat pada duri rudimenter menggunakan jangka sorong. Jumlah anak daun satu sisi dihitung dari pangkal rachis hingga daun paling ujung. Panjang dan lebar anak daun diukur dengan menggunakan meteran. Lebar anak daun dihitung pada bagian tengah anak daun. Kegiatan pengukuran vegetatif di lapangan dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Gambar 6. Pengukuran Lingkar Batang
(a)
(b)
(c)
Gambar 7. Pengukuran Lebar Petiole (a), Tebal Petiole (b), dan Lebar Anak Daun (c)
37
Pengamatan Vegetatif di Pembibitan Pengukuran vegetatif di pembibitan dilakukan pada bibit kelapa sawit asal Kamerun. Pengukuran dilakukan satu bulan sekali sampai dengan tiga kali pengamatan. Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan mengukur dari pangkal akar hingga ujung daun termuda. Diameter batang diukur dari rata-rata pengukuran
pada
pangkal
batang
menggunakan
caliper/jangka
sorong.
Pengukuran dilakukan pada dua tempat dan dilakukan pada posisi tegak lurus (Gambar 8). Jumlah daun dihitung dari semua pelepah daun yang ada dan masih aktif berfotosintesis. Daun muda yang sudah bisa dihitung yaitu daun yang telah membuka > 70 % (Gambar 9).
(a)
(b)
Gambar 8. Pengukuran Diameter Batang (a) dan Tinggi Tanaman (b)
(a)
(b)
Gambar 9. Penghitungan Pelepah Daun (a), Contoh Daun Membuka 70 % (b)
38
Segregasi Pohon di Tanah Raja Segregasi merupakan salah satu kegiatan Sub Divisi Vegetatif untuk menentukan jenis pohon kelapa sawit. Segregasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari keragaman buah kelapa sawit dengan membelah buah pada tandan dengan menggunakan alat tajam. Hasil pengamatan digunakan untuk mengenal pohon jenis Dura, Pisifera, atau Tenera. Segregasi dilakukan satu tahun sekali. Pengamatan segregasi selesai setelah 3 kali pengamatan. Hasil pengamatan kemudian ditulis dalam buku pengamatan segregasi. Hasil segregasi buah jenis tenera diperlihatkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Buah Tenera Hasil Segregasi Telling di Afdeling II Blok 2005 Telling adalah kegiatan inspeksi pohon kelapa sawit untuk mendapatkan data keadaan tanaman di lapangan. Telling merupakan salah satu kegiatan pengamatan pertumbuhan vegetatif yang dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pengamatan telling pohon yang sering dilakukan adalah pengamatan gejala serangan berbagai hama dan penyakit pada pohon, seperti crown disease, tanaman mati, serangan Oryctes, ganoderma, gejala kekurangan Boron, tanaman doyong. Kegiatan telling dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pohon yang siap untuk dijadikan pohon induk atau tujuan kegiatan pemuliaan lainnya. Hasil kegiatan telling dari Blok 2005 Afdeling II ditunjukkan pada Tabel 6.
39
Tabel 6. Data Hasil Telling di Blok 2005 Afdeling II Lokasi
Serangan (pohon) O
Dy
PB
K
BR
CD
GD
M
AB
MA 18 S
4
5
32
0
0
0
0
1
0
MA 19 S
3
13
0
0
1
8
3
4
0
MA 20 S
0
3
1
0
1
0
0
2
1
Keterangan:
O = Oryctes Dy = Doyong PB = Fronds Berputar
Br = Boron CD = Crown Disease GD = Ganoderma
M = Mati AB = Abnormal K = Kerdil
Berdasarkan Tabel 6 tampak bahwa MA 18 S banyak terjadi gejala fronds berputar dan diikuti serangan pohon doyong dan Oryctes. Gejala pohon doyong banyak terjadi pada MA 19 S. Selain itu juga terdapat serangan penyakit tajuk (crown disease) dan ganoderma. Tanaman doyong juga terdapat pada MA 20 S tetapi dalam jumlah yang sedikit. Pada MA 20 S juga ditemukan gejala kekurangan Boron dan tanaman abnormal di lapangan. Serangan Oryctes terjadi pada daun yang masih muda. Kumbang tersebut hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah kuncup tanaman. Jika gerekan sampai ke titik tumbuh, maka tanaman akan mati atau tumbuh tunas baru satu dan dapat juga lebih (Harahap et al., 2003). Gejala serangan Oryctes dapat dilihat pada Gambar 11.
(a)
(b)
Gambar 11. Serangan Oryctes pada Daun Muda (a) dan pada Pangkal Pelepah (b) Tanaman doyong pada tanaman kelapa sawit di lapangan disebabkan oleh penanaman yang tidak tepat. Tanah pada sekitar tanaman tidak dipadatkan
40
sehingga masih terdapat rongga udara. Keadaan tersebut menyebabkan tanah turun pada saat hujan dan tanaman menjadi doyong. Gejala tanaman doyong diperlihatkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Tanaman Kelapa Sawit yang Doyong Fronds berputar merupakan gejala yang sering terjadi pada tanaman yang ditanam di lapangan. Fronds berputar dapat menyebabkan penurunan produksi tandan. Hal tersebut disebabkan tandan tidak dapat terbentuk secara sempurna karena terhimpit oleh pelepah daun yang rapat. Gejala tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Perbedaan antara pohon yang masih terkena fronds berputar dan yang sudah sembuh dapat dilihat pada Gambar 13. Gejala kekurangan Boron dapat dilihat pada Gambar 14.
(a)
(b)
Gambar 13. Gejala Fronds Berputar: (a) Pohon yang Sakit (b) Pohon yang Sudah Pulih
41
(a)
(b)
Gambar 14. Gejala Kekurangan Boron (a) dan Serangan Oryctes (b)
Crown disease merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik dari tetuanya. Panyakit tajuk tersebut sering dijumpai pada stadia bibit maupun pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dan kadang-kadang juga dijumpai pada saat tanaman telah menghasilkan (TM). Crown disease menyebabkan keragaan tanaman yang kurang baik serta kemungkinan turunnya produksi akibat abnormalitas pertumbuhan tanaman. Tanaman yang telah terkena crown disease tidak dapat digunakan sebagai pohon induk untuk benih. Gejala serangan crown disease dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Gejala Serangan Penyakit Tajuk
Definisi tanaman abnormal yang terjadi di lapangan adalah tanaman yang semula ditanam satu bibit kemudian tumbuh menjadi dua tanaman. Tanaman
42
abnormal dapat disebabkan oleh serangan Oryctes pada daerah di sekitar titik tumbuh. Serangan tersebut mengakibatkan titik tumbuh tidak dapat berkembang secara sempurna sehingga mengalami abnormal (tunas menjadi dua). Tanaman abnormal ditunjukkan pada Gambar 16.
Gambar 16. Tanaman Abnormal
Karakterisasi Tandan Pada karakterisasi tandan, kegiatan yang dilakukan adalah pengukuran panjang dan lebar tandan, penimbangan stalk, panjang dan lebar stalk, panjang duri, lebar duri, tebal duri, panjang dan lebar biji, panjang dan lebar buah. Karakterisasi tandan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai karakter fisik dari suatu tandan dari varietas atau persilangan tertentu. Karakterisasi tandan juga dilakukan dalam proses pelepasan varietas. Berbagai kegiatan pengukuran tandan dan buah dalam karakterisasi tandan dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18.
43
(a)
(b)
(c)
Gambar 17. Pengukuran Duri Spikelet (a) Panjang, (b) Lebar, dan (c) Tebal Pengukuran duri spikelet dilakukan dengan menggunakan jangka sorong agar memiliki ketelitian tinggi. Pengukuran buah dan biji juga menggunakan jangka sorong. Buah dan spikelet yang akan diukur berasal dari tandan yang telah dipilih.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 18. Pengukuran (a) Panjang Buah, (b) Lebar Buah, (c) Panjang Biji, dan (d) Lebar Biji
44
PEMBAHASAN
Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap Pengamatan pertumbuhan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis, lebar dan tebal petiol, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi. Pengamatan tersebut sebagian digunakan dalam menentukan leaf area index (LAI). Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ke duri rudimenter pelepah ke- 17. Jumlah daun dihitung dengan menjumlahkan seluruh daun pada setiap tanaman. Panjang rachis diukur dari ujung daun sampai duri rudimenter pada bagian pangkal pelepah. Luas petiola merupakan perkalian antara lebar dan tebal petiola, sedangkan leaf area dihitung dengan mengalikan jumlah anak daun satu sisi dengan luas anak daun dan faktor koreksi. Faktor koreksi yang digunakan adalah 0.529 karena tanaman berumur 4 - 7 tahun. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa persilangan dan ulangan (tahun pengamatan) mempengaruhi karakter vegetatif yang diamati. Koefisien keragaman pada setiap karakter pengamatan menunjukkan bahwa keragaman pada setiap persilangan sedikit. Rekapitulasi sidik ragam karakter vegetatif tanaman kelapa sawit di kebun uji Sei Dadap dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Sei Dadap Karakter Tinggi Lingkar Batang Jumlah Pelepah Panjang Rachis Luas Petiola Leaf Area Total Leaf Area Leaf Area Index
F-hitung P ** ** ** ** ** ** ** **
U ** ** ** ** ** ** ** **
Keterangan: P = Persilangan U = Ulangan (tahun) * = berpengaruh nyata pada taraf 5 % ** = berpengaruh nyata pada taraf 1 %
KK 1.818 1.049 3.803 1.116 5.472 2.163 4.742 4.740 KK = Koefisien Keragaman
45
Pertumbuhan dan pengamatan vegetatif di kebun uji Sei Dadap dapat dilihat pada Tabel 8. Tinggi tanaman pada berbagai persilangan berkisar antara 408.42 - 534.11 cm. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98, yaitu 534.11 cm, dan terendah terdapat pada persilangan 19BA82/99, yaitu 408.42 cm. Lingkar batang berkisar 2.77 - 3.29 m. Persilangan dengan lingkar batang tertinggi terdapat pada persilangan 17 BB5626/98, yaitu 3.29 m dan terendah pada persilangan 5 BB5462/98, yaitu 2.77 m. Jumlah daun fronds (pelepah) berkisar 39.33 - 48.29. Pelepah terbanyak terdapat pada persilangan 11MA1559/99 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit sangat terkait dengan jumlah bunga atau tandan yang dihasilkan (Ikhwan dan Asmono, 1998). Panjang rachis berkisar antara 5.07 - 5.96 m. Panjang rachis tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98 dan rachis terpendek terdapat pada persilangan 3BB5036/98. Panjang rachis pada tanaman kelapa sawit akan berhubungan dengan jarak tanam yang akan menentukan densitas tanaman. Rachis yang panjang akan mengakibatkan tanaman saling menaungi dan mengurangi produktivitas tanaman (Ikhwan dan Asmono, 1998). Luas petiola berkisar 26.86 - 39.06 cm2. Luas petiola tertinggi terdapat pada persilangan 13MA3326/98 dan terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa hubungan korelatif antara luas petiola dengan bobot kering tidak berubah oleh umur, perlakuan, dan keturunan, sehingga diduga luas petiola yang tinggi akan menghasilkan tandan sawit yang lebih berat (Ikhwan dan Asmono, 1998).
46
Tabel 8. Nilai Rataan Pangamatan Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Persilangan 1 BB1058/99 3 BB5036/98 4 BB1240/99 5 BB5462/98 6 BA95/99 7 BB1523/99 8 MA1853/99 9 BA3954/98 10 MA1613/99 11 MA1559/99 12 MA1403/99 13 MA3326/98 14 BB1420/99 15 BB1633/99 16 BB1374/99 17 BB5626/98 18 BA75/99 19 BA82/99 20 BJ5652/98
TG (cm) 479.88bcdef 495.97b 462.67def 429.36g 478.93bcdef 425.88g 467.67cdef 477.63bcdef 421.79g 487.08bcd 415.71g 534.11a 456.11f 424.03g 425.54g 460.02ef 483.31bcde 408.42g 491.19bc
LB (m) 3.06cde 2.85hij 2.92ghi 2.77j 2.98efg 2.93fgh 3.15bc 2.79j 2.93gh 3.17b 2.83ij 2.97efg 3.06cde 2.91ghi 2.98efg 3.29a 3.03def 3.04de 3.09bcd
JD 44.78abc 46.77ab 45.62abc 44.28abcd 43.88abcd 39.41d 44.14abcd 44.66abc 39.33d 48.29a 41.71bcd 44.71abc 42.33bcd 43.16abcd 41.39cd 44.36abcd 43.23abcd 43.39abcd 44.90abc
PR (m) 5.46cdefg 5.07i 5.11i 5.30gh 5.33fgh 5.63bc 5.68b 5.25hi 5.44cdefg 5.56bcd 5.53bcde 5.57bcd 5.54bcd 5.49cdef 5.24hi 5.96a 5.60bcd 5.44defg 5.35efgh
LP (cm2) 34.57abcde 32.61cde 31.87cdef 30.44def 33.44abcde 30.79def 35.22abcde 31.21def 26.86f 35.96abcd 31.87cdef 39.06a 33.33bcde 29.82ef 38.71ab 37.40abc 31.74cdef 36.94abc 37.29abc
LA (m2) 9.45ab 8.51ef 8.10f 8.97abcde 8.53def 9.54a 9.29ab 8.49ef 8.54def 9.11abcd 9.55a 9.19abc 9.05abcde 8.92bcde 8.53def 9.49ab 8.60cdef 8.96abcde 9.34ab
TLA (m2) 423.38ab 397.47abc 370.29bcd 396.60abc 372.61bcd 374.83bcd 407.62abc 375.30bcd 332.60d 437.99a 398.36abc 407.71abc 381.27abcd 383.79abcd 350.90cd 418.69ab 368.97bcd 385.28abcd 417.69ab
LAI 6.05ab 5.68abc 5.29bcd 5.67abc 5.33bcd 5.36bcd 5.83abc 5.37bcd 4.76d 6.26a 5.70abc 5.83abc 5.45abcd 5.49abcd 5.02cd 5.99ab 5.27bcd 5.51abcd 5.98ab
Keterangan: Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-tukey pada taraf 5 % TG = Tinggi LB = Lingkar Batang JD = Jumlah Daun (Pelepah) PR = Panjang Rachis LP = Luas Petiola LA = Leaf Area TLA = Total Leaf Area LAI = Leaf Area Index 46
47
Luas permukaan daun atau leaf area (LA) erat kaitannya dengan kapasitas asimilasi, dimana dengan kerapatan tertentu menyebabkan persaingan antar pohon. LA dihitung menggunakan rumus: LA = 2b (n × LW) Keterangan: LA = Leaf Area, yaitu luas permukaan satu cabang daun. b = faktor koreksi : umur 1-2 tahun = 0.512 umur 4-7 tahun = 0.529 umur 7-8 tahun 0.573 untuk 2b = 1.1 n = jumlah anak daun satu sisi L = panjang anak daun rata-rata W = lebar anak daun rata-rata
Luas permukaan daun pada setiap persilangan berkisar 8.09 - 9.55 m2. Leaf area terbesar terdapat pada persilangan 12MA1403/99, yaitu 9.55 m2. Selain itu terdapat pada persilangan 7BB1523/99 yang memiliki luas permukaan daun yang hampir sama dengan persilangan 12MA1403/99 yaitu sebesar 9.54 m2. Total luas permukaan daun (total leaf area) merupakan jumlah seluruh permukaan daun dalam satu pohon dan diperoleh dengan mengalikan luas permukaan daun satu cabang daun dengan jumlah seluruh daun yang ada. Total leaf area (TLA) di kebun uji Sei Dadap berkisar 332.60 - 437.99 m2. TLA terluas terdapat pada persilangan 11MA1559/99, yaitu 437.99 m2. TLA terendah terdapat pada persilangan 10MA1613/99, yaitu 332.60 m2. Index luas permukaan daun (leaf area index) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara total leaf area (TLA) dengan luas permukaan tanah yang digunakan setiap pokok. Angka LAI (leaf area index) dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah umur tanaman, jenis tanaman, jarak tanam, penunasan, dan luas permukaan daun masing-masing pokok. LAI mempunyai hubungan erat dengan produksi bahan kering maupun produksi tandan (Syukur et al., 1981). LAI tanaman kelapa sawit di kebun uji Sei Dadap berkisar antara 4.76 - 6.26. LAI tertinggi terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 6.26, dan terendah terdapat pada persilangan 10 MA1613/99 yaitu 4.76 (Tabel 8). Leaf area index (LAI) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara total LA dengan luas permukaan tanah yang digunakan setiap pokok. Angka LAI tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah umur tanaman,
48
jenis tanaman, jarak tanam, penunasan, dan luas permukaan daun masing-masing pokok. Angka LAI pada kelapa sawit mempunyai hubungan erat dengan produksi bahan kering maupun produksi tandan. Tabel 9 memperlihatkan korelasi antar peubah vegetatif pada setiap pengamatan. Tinggi tanaman memiliki korelasi positif terhadap jumlah daun, panjang rachis, luas petiola, dan leaf area. Korelasi tersebut menunjukkan bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh jumlah daun, panjang rachis, luas petiola, dan leaf area. Lingkar batang memiliki korelasi positif terhadap panjang rachis, luas petiola, leaf area, total leaf area, dan leaf area index. Jumlah daun fronds (pelepah) memiliki korelasi negatif terhadap panjang rachis, luas petiola, dan leaf area, namun memiliki korelasi positif terhadap total leaf area dan leaf area index. Panjang rachis memiliki korelasi positif terhadap luas petiola dan leaf area. Luas petiola berkorelasi positif terhadap leaf area. Total leaf area memiliki korelasi positif terhadap leaf area index.
Tabel 9. Korelasi Antar Peubah Pertumbuhan Vegetatif TG LB JD PR LP LA TLA
LB 0.226
JD PR 0.579** 0.447** -0.021 0.599** -0.525**
LP 0.708** 0.494** -0.419** 0.4514**
LA 0.573** 0.367** -0.580** 0.766** 0.603**
TLA -0.254 0.264* 0.763** -0.044 -0.043 0.079
LAI -0.254 0.264* 0.762** -0.044 -0.043 0.081 0.999**
Keterangan: * = berbeda nyata pada taraf 5 % Keterangan lain sama seperti Tabel 8. ** = berbeda nyata pada taraf 1 % TG = Tinggi LB = Lingkar Batang JD = Jumlah Daun (Pelepah) PR = Panjang Rachis LP = Luas Petiola LA = Leaf Area TLA = Total Leaf Area LAI = Leaf Area Index
Analisis Tandan Dari data sekunder yang didapatkan dari laboratorium analisis tandan diperoleh informasi mengenai berbagai peubah yang digunakan dalam analisis tandan suatu pohon. Peubah tersebut yaitu bobot tandan, % buah/tandan, % inti/buah, % daging/buah, % minyak/daging, dan % minyak/tandan. Data analisis
49
tandan berasal dari pengambilan tandan di kebun uji Sei Dadap. Hasil sidik ragam disajikan pada Tabel 10. Rekapitulasi sidik ragam karakter generatif tanaman kelapa sawit di kebun Uji Sei Dadap secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Analisis Tandan Karakter Bobot Tandan Buah/Tandan Daging/Buah Inti/Buah Minyak/Daging Minyak/Tandan
F-hitung P ** tn ** ** ** **
U ** ** ** ** ** **
Keterangan: P = Persilangan U = Ulangan (tahun) * = berpengaruh nyata pada taraf 5 % **= berpengaruh nyata pada taraf 1 %
KK (%) 8.72 2.19 1.99 7.44 2.71 4.43 KK = Koefisien Keragaman (%)
Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 10, persilangan yang diamati berpengaruh nyata terhadap nilai bobot tandan, begitu juga dengan daging/buah, inti/buah, minyak/daging, dan minyak/tandan. Persilangan tidak berpengaruh nyata terhadap buah./tandan yang dihasilkan. Ulangan (tahun pengamatan) memiliki pengaruh yang sangat nyata pada setiap karakter yang diamati. Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien keragaman (KK) menunjukkan
tingkat
ketepatan
perlakuan
dalam
suatu
percobaan
dan
menunjukkan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan. Berbagai karakter yang terdapat pada analisis tandan dibandingkan dengan persilangan yang ada. Nilai rataan karakter tandan pada berbagai persilangan disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi bobot tandan terdapat pada hasil persilangan 11MA1559/99 yaitu 15.04 kg. Buah/tandan tidak berpengaruh nyata pada setiap persilangan tetapi rataan tertinggi pada persilangan 11MA1559/99 sebesar 60.88 persen. Daging/buah rataan tertinggi pada persilangan 9BA3954/98 yaitu sebesar 85.65 persen. Nilai rataan inti/buah tertinggi terdapat pada persilangan 4BB1240/99 sebesar 11.30 %, sedangkan terendah terdapat pada persilangan 14BB1420/99. Persilangan yang
50
memiliki rataan tertinggi pada minyak/daging adalah persilangan 4BB1240/99 sebesar 62.00 persen. Rataan tertinggi minyak/tandan terdapat pada persilangan 9BA3954/98 sebesar 30.13 persen. Tabel 11. Nilai Rataan Karakter Analisis Tandan Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Persilangan
BT (%)
BPT (%)
DPB (%)
IPB (%)
MPD (%)
MPT (%)
1BB1058/99 3BB5036/98 4BB1240/99 5BB5462/98 6BA95/99 7BB1523/99 8MA1853/99 9BA3954/98 10MA1613/99 11MA1559/99 12MA1403/99 13MA3326/98 14BB1420/99 15BB1633/99 16BB1374/99 17BB5626/98 18BA75/99 19BA82/99 20BJ5652/98
12.33bcde 12.22cde 10.95defg 11.75cdef 12.66bcd 10.23efg 10.26efg 11.49defg 9.55g 15.04a 11.83cdef 11.78cdef 11.55defg 11.02defg 11.55defg 9.85fg 13.00abcd 14.45ab 13.72abc
60.14 59.99 59.28 59.98 60.22 59.56 58.84 60.75 59.66 60.88 59.36 59.59 58.65 60.07 59.73 58.90 60.11 60.61 60.10
75.86e 76.93cde 75.18e 79.75bc 84.82a 77.10cde 82.45ab 85.65a 77.61cde 79.42bcd 75.35e 83.44a 85.50a 84.10a 76.23de 82.60ab 83.32a 76.77cde 79.96bc
10.88a 10.18ab 11.30a 8.97bcd 6.36hijk 8.74cde 7.71defg 6.11jk 7.21fghij 9.09bc 8.56cde 6.62ghij 5.18k 6.23ijk 10.14ab 7.49efghi 7.64efgh 11.13a 8.29cdef
59.01abcd 59.83ab 62.00a 60.50ab 58.60bcde 55.30fg 59.28abcd 57.86bcdef 57.77bcdef 55.58efg 57.50bcdefg 56.21defg 51.36hi 55.31fg 48.96i 59.58abc 59.52abc 54.53gh 56.35cdefg
26.97bcd 27.72abcd 27.62abcd 28.94ab 29.95a 25.44d 28.80ab 30.13a 26.75bcd 26.87bcd 25.72cd 27.96abcd 25.82cd 27.98abc 22.34e 28.98ab 29.835a 25.46cd 27.10bcd
Keterangan: Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-tukey pada taraf 5 % BT = Bobot Tandan BPT = Buah/Tandan DPB = Daging/Buah IPB = Inti/Buah MPD = Minyak/Daging MPT = Minyak/Tandan Keterangan ini berlaku pula untuk tabel-tabel selanjutnya.
Karakter-karakter yang terdapat pada analisis tandan memungkinkan memiliki korelasi antar karakter. Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien korelasi (r) menunjukkan bagian keragaman dalam satu peubah yang dapat diperhitungkan sebagai fungsi linear peubah yang lainnya. Tanda negatif atau positif pada nilai r menunjukkan arah perubahan pada satu peubah secara nisbi terhadap peubah yang lainnya. Korelasi antar karakter yang diamati pada analisis tandan ditunjukkan pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 karakter bobot tandan, buah/tandan, daging/buah, inti/buah,
dan
minyak/daging
memiliki
korelasi
yang
baik
terhadap
51
minyak/tandan. Bobot tandan dan inti/buah memiliki korelasi negatif terhadap minyak/tandan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar bobot tandan dan inti/buah,
maka minyak/tandan
yang dihasilkan
akan
semakin
sedikit.
Buah/tandan, daging/buah, dan minyak/daging memiliki korelasi positif terhadap minyak/tandan. Korelasi tersebut menandakan bahwa semakin tinggi buah/tandan, daging/buah, dan minyak/daging, maka minyak/tandan yang dihasilkan akan semakin meningkat. Tabel 12. Korelasi pada Karakter Analisis Tandan BPT 0.52094**
BT BPT DPB IPB MPD MPT
DPB -0.18810* -0.07497
IPB 0.49221** 0.30038** -0.82456**
MPD -0.34847** -0.08203 0.05956 -0.05923
MPT -0.19996* 0.24338** 0.60714** -0.42529** 0.74720**
Keterangan: * = berkorelasi nyata pada taraf 5 % ** = berkorelasi nyata pada taraf 1 %
Dari berbagai persilangan di kebun uji Sei Dadap dapat diketahui persilangan terbaik berdasarkan nilai rendemen minyak tertinggi. Penentuan persilangan terbaik dilakukan dengan menggunakan best regression pada setiap karakter yang mempengaruhi minyak/tandan (Y). Karakter yang diuji yaitu buah/tandan (X1), daging/buah (X2), inti/buah (X3), minyak/daging (X4), dan bobot tandan (X5). Penggunaan best regression dilakukan untuk menentukan karakter
yang
paling
berpengaruh/berkontribusi
besar
terhadap
nilai
minyak/tandan. Hasil best regression dapat dilihat pada Lampiran 5. Karakter dominan yang memberikan kontribusi terhadap minyak/tandan dilakukan dengan mencari nilai R2 pada setiap persilangan. Karakter diurutkan berdasarkan besaran kontribusinya terhadap minyak/tandan. Karakter dominan yang mempengaruhi minyak/tandan setiap persilangan ditunjukkan pada Tabel 13. Hasil best regression menunjukkan bahwa dengan tiga faktor X1, X2, dan X4 sudah cukup mewakili dalam penentuan nilai Y. Hal ini disebabkan nilai R2 yang dimiliki ketiga faktor tersebut hampir sama dengan nilai R2 yang dihasilkan dari kelima faktor, yaitu X1, X2, X3, X4, dan X5. Ketiga faktor dominan yaitu X1, X2, dan X4 digunakan dalam penentuan persamaan regresi yang tepat dari
52
keseluruhan data yang ada menggunakan bantuan software Minitab 14. Persamaan regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut: Y = - 54.3 + 0.469 X1 + 0.337 X2 + 0.466 X4 Keterangan: Y = minyak/tandan setiap persilangan X1 = buah/tandan X2 = daging buah/buah
X4 = minyak/daging buah
Tabel 13. Peubah Dominan yang Mempengaruhi Minyak/Tandan Y Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19
1 X4 X4 X2 X4 X4 X4 X4 X1 X4 X4 X4 X4 X4 X4 X4 X4 X4 X4 X4
2 X1 X2 X4 X2 X2 X2 X2 X4 X1 X2 X2 X1 X1 X1 X2 X1 X2 X2 X2
Keterangan: Y(i) = minyak/tandan setiap persilangan X1 = buah/tandan X2 = daging buah/buah
3 X2 X1 X1 X1 X1 X1 X1 X2 X2 X1 X1 X2 X2 X2 X1 X2 X1 X1 X1
R2 99.7 99.7 99.7 99.5 99.8 99.5 99.3 99.8 99.3 99.1 99.7 99.7 99.3 99.6 99.5 99.6 99.8 98.3 99.6
X4 = minyak/daging buah
Melalui persamaan tersebut nilai persentase minyak dapat diketahui dengan memasukkan nilai rataan X1, X2, dan X4 untuk setiap persilangan. Nilai Y yang tinggi merupakan persilangan dengan rendemen minyak tinggi. Hasil yang diperoleh dari persamaan tersebut terdapat pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa persilangan 9BA3954/98 memiliki rendemen minyak yang paling baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai persentase yang tinggi dari rendemen minyak/tandan yaitu sebesar 30.02 persen. Persilangan lainnya dengan rendemen yang baik adalah persilangan 6BA95/99 yaitu sebesar 29.84 % dan persilangan 18BA75/99 yaitu sebesar 29.7 persen.
53
Tabel 14. Nilai Minyak/Tandan yang Didapatkan dari Persamaan Regresi Persilangan 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
X1 60.14 59.99 59.28 59.98 60.22 59.55 58.84 60.75 59.66 60.88 59.36 59.59 58.65 60.07 59.73 58.90 60.11 60.61 60.10
X2 75.86 76.93 75.18 79.75 84.82 77.10 82.45 85.65 77.61 79.42 75.35 83.44 85.50 84.10 76.23 82.60 83.32 76.77 79.96
X4 59.01 59.83 62.00 60.50 58.60 55.30 59.28 57.86 57.77 55.58 57.50 56.21 51.36 55.31 48.97 59.58 59.52 54.52 56.35
Keterangan: Y(i) = minyak/tandan setiap persilangan X1 = buah/tandan X2 = daging buah/buah
Y 26.97 27.64 27.73 28.90 29.84 25.38 28.71 30.02 26.75 26.92 25.73 27.96 25.95 27.99 22.22 28.93 29.70 25.41 27.09 X4 = minyak/daging buah
Identifikasi Tetua Dura yang Mewariskan Sifat Crown Disease Penyakit tajuk (crown disease) atau kroonziekte merupakan penyakit yang biasanya terjadi pada tanaman belum menghasilkan berumur 1 - 3 tahun, tapi kadang-kadang gejalanya sudah mulai terlihat di pembibitan utama. Penyakit tersebut hanya bersifat sementara dan tidak mematikan karena 2 - 3 tahun kemudian tanaman sakit pada umumnya pulih sendiri. Tanaman yang sakit menjadi terhambat periode generatifnya (Turner, 1981). Penyakit tersebut disebabkan oleh faktor genetis (bawaan) yang diturunkan dari sifat pohon ibu dan bapak yang digunakan untuk menghasilkan bahan tanam, dan dikontrol oleh gen resesif tunggal (Corley dan Tinker, 2003). Gejala penyakit tajuk umumnya dijumpai pada tanaman yang berumur kurang dari 2 tahun setelah tanam dan akan hilang dari populasi pertanaman setelah tanaman berumur 4 tahun bergantung pada berat ringannya insiden penyakit tajuk tersebut.
54
Kepekaan penyakit tajuk sangat ditentukan oleh orijin zuriat. Zuriat yang tetua bapaknya merupakan orijin La Me dan Yangambi mempunyai tingkat insiden panyakit tajuk yang rendah, sedangkan zuriat yang tetua bapaknya merupakan orijin Bah Jambi, Dolok Sinumbah, dan Marihat lebih peka terhadap penyakit tajuk (Yenni, Latif, dan Purba, 2001). Penyakit tajuk ditandai dengan munculnya pelepah muda yang bengkok kira-kira di pertengahan panjang pelepah, dan daun tidak membuka sempurna. Pada daun tombak yang belum membuka sempurna (pupus) terlihat pembusukan jaringan anak-anak daun, berwarna cokelat, menyebar dari bagian tengah yang menyebabkan anak-anak daun menjadi terputus-putus. Gejala serangan penyakit tajuk pada tanaman dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Gejala Serangan Penyakit Tajuk pada Pembibitan Pada daun yang tidak membuka seringkali terdapat pembusukan, bercakbercak dan ditumbuhi berbagai jamur saprofitik atau patogenik lemah yang memperberat kerusakan jaringan (Purba, 2009). Beberapa faktor pendorong terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan kondisi fisiologi khususnya beberapa aspek nutrisi (Purba, 2009): a. Tanaman-tanaman yang dipupuk N berat cenderung lebih rentan dan kerusakan lebih berat. b. Pada defisiensi hara Mg, kasusnya lebih berat. c. Serangan beberapa genera jamur seperti Aspergillus, Fusarium, Phytophthora, Colletotrichum, dan Pestalotiopsis ikut memperberat kerusakan pada pelepah sakit.
55
Insiden penyakit tajuk cukup berpengaruh terhadap capaian produksi tandan buah segar (TBS) terutama pada tanaman muda berumur 4 - 6 tahun. Penyakit tajuk kronis dapat menurunkan produksi TBS sampai 70 - 80 persen. Semakin kecil persentase tanaman yang terkena penyakit tajuk kronis tersebut akan semakin kecil kerugian (Yenni, Latif, dan Purba, 2001). Crossing plan produksi benih harus dilakukan seketat mungkin untuk pengurangan insiden insiden penyakit tajuk, dengan cara tidak memproduksi zuriat-zuriat yang banyak terkena penyakit tajuk meskipun dengan produksi yang tinggi. Gejala penyakit tajuk diamati pada tiga tempat berbeda, yaitu pembibitan, Blok 2005 Afdeling II, dan Blok 2007 Afdeling I. Pada pembibitan terdapat 4 227 tanaman yang diamati dengan 46 persilangan. Serangan penyakit tajuk pada pembibitan sangat tinggi. Serangan tertinggi terdapat pada persilangan 16BB15/06 (63.75 %), kemudian disusul dengan persilangan 3BA86/05 (44.47 %), 58MA05/05 (32.50 %), 31BA66/05 (31.25 %), 17BA87/05 (29.63 %), 57MA02/06 (27.59 %), 54BB26/06 (23.33 %), 35BA62/06 (21.33 %), 36BA30/06 (20.00 %), dan 66BB09/06 (20.00 %) (Lampiran 6). Di Blok 2005 Afdeling II pengamatan dilakukan pada MA 18 S, MA 19 S, dan MA 20 S. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangan penyakit tajuk hanya terdapat pada MA 18 S dengan serangan tertinggi pada persilangan 1BB05/03 (1.91 %). Pada MA 18 S dan MA 20 S tidak terdapat gejala serangan penyakit tajuk (Lampiran 7). Di Blok 2007 Afdeling I pengamatan dilakukan pada MA 21 S, MA 22 S, dan MA 23 S. Serangan penyakit tajuk hanya tampak pada MA 21 S dengan persentase serangan tertinggi terdapat pada persilangan 63BJ18/2004 (30.77 %) dan 68BB08/2005 (27.27 %). Pada MA 22 S dan MA 23 S tidak terdapat gejala serangan CD (Lampiran 8). Penyakit tajuk yang menyerang ketiga lokasi tersebut memiliki tetua yang berbeda sehingga penelusuran perlu dilakukan untuk mengetahui tetua yang paling dominan dalam mewariskan penyakit tersebut. Persilangan yang terserang penyakit tajuk dikelompokkan berdasarkan tetua dan grandparents (orijin) dari persilangan tersebut. Hasil pengelompokan dibagi menjadi dua bagian, yaitu penelusuran tetua sebagai tetua betina, dan penelusuran tetua sebagai jantan.
56
Pada penelusuran tetua yang digunakan sebagai betina didapatkan persentase parent female (PF) dan grandparent female (GPF). Penelusuran tetua yang digunakan sebagai jantan didapatkan melalui persentase parent male (PM) dan grandparent male (GPM). Persentase PF dan PM didapatkan dari jumlah tanaman yang terserang penyakit tajuk dengan berbagai persilangan pada tetua betina atau tetua jantan tertentu. Persentase GPF dan GPM diperoleh dari jumlah seluruh pohon yang terkena penyakit tajuk pada setiap persilangan dan tetua betina keturunan dari orijin betina atau orijin jantan yang sama. Persentase GPF maupun GPM yang tinggi menunjukkan bahwa pohon tersebut banyak mewariskan penyakit tajuk pada keturunannya. Jika dilihat dari perbandingan jumlah serangan penyakit tajuk dengan jumlah tanaman, maka BO6203D mewariskan sifat penyakit tajuk tertinggi (50 %), diikuti dengan BO2942D (32.14 %), BJ5696D (30.77 %), BO6391D (28.07 %), MA1314D (25.76 %), BO4685D (22.96 %). BO4685D mewariskan penyakit tajuk pada 8 persilangan sehingga lebih luas dampaknya, disusul dengan BO2490D (6 persilangan), BO5436D (5 persilangan), BO5449D (5 persilangan), dan BO5530D (4 persilangan). Jika dilihat dari banyaknya jumlah keturunan yang mewariskan penyakit tajuk dari orijin sebagai betina, maka DS155D × DS155D
paling banyak
mewariskan penyakit tajuk pada 6 keturunan dan 9 persilangan, PA131D × PA131D (5 keturunan dan 18 persilangan), TI221D × GB30D (4 keturunan dan 11 persilangan), BJ169D × BJ169D (2 keturunan dan 10 persilangan), BJ7D × BJ7D (2 keturunan dan 5 persilangan). Orijin yang mewariskan sifat penyakit tajuk tinggi yaitu DA115D × DA115D (50 %), DS29D × BJ129D (32.14 %), dan BJ169D × BJ169D (21.51 %). Orijin dan tetua sebagai betina yang mewariskan penyakit tajuk dapat dilihat pada Tabel 15. Jika dilihat dari perbandingan jumlah serangan penyakit tajuk dengan jumlah tanaman, maka BO2942D mewariskan sifat penyakit tajuk tertinggi (32.14 %), diikuti dengan BO4685D (31.42 %), BJ5696D (30.77 %), dan BO2600D (26.71 %). BO5462D banyak digunakan sebagai tetua, yaitu pada 7 persilangan, diikuti BO2235D (6 persilangan), BO5530D (6 persilangan), BO3505D (5 persilangan), BO2587D (5 persilangan).
57
Tabel 15. Orijin dan Tetua sebagai Betina yang Mewariskan Penyakit Tajuk Orijin Jantan
Betina
Keturunan
BJ 169 D
B J169 D
BJ 7 D
BJ7D
DA 115 D DS 139 D
DA 115 D DS 139 D
DS 155 D
DS 155 D
DS 25 D DS 27 D DS 29 D MA 284 D
DS 29 D GB 30 D BJ 129 D MA 284 D
PA 131 D
PA 131 D
TI 221 D
GB 30 D
Keterangan:
BO 4685 D BO 4687 D MA 1314 D BO 4298 D BO 6203 D BO 1176 D BO 2600 D BO 3505 D BO 3517 D BO 3528 D BO 3544 D BO 6391 D BO 1373 D BO 3858 D BO 2942 D BO 2235 D BO 2490 D BO 5436 D BO 5449 D BJ 5641 D BJ 5585 D BO 2587 D BO 5462 D BO 5530 D BJ 5696 D
∑ Persilangan 8 2 3 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 6 5 5 1 1 3 3 4 1
% PF
% GPF
22.96 11.81 25.76 17.15 50.00 1.25 6.35 3.75 1.25 2.35 16.16 28.07 9.09 13.46 32.14 5.00 10.48 8.75 4.39 13.72 5.13 3.31 11.34 12.28 30.77
21.51 20.30 50.00 1.25
7.60
9.09 13.46 32.14 5.00
7.98
10.78
PF = Parents Female GPF = Grandparents Female
Jika dilihat dari banyaknya jumlah keturunan yang mewariskan penyakit tajuk dari orijin sebagai jantan, maka DS155D × DS155D
paling banyak
mewariskan penyakit tajuk pada 8 keturunan dan 17 persilangan, TI221D × GB30D mewariskan penyakit tajuk pada 9 keturunan dan 27 persilangan, DS139D × DS139D mewariskan penyakit tajuk pada 2 keturunan dan 3 persilangan. Orijin yang mewariskan sifat penyakit tajuk tinggi yaitu BJ169D × BJ169D (31.42 %),
DS29D × BJ129D (32.14 %) dan TI221D × GB30D
(13.76 %). Orijin dan tetua sebagai jantan yang mewariskan penyakit tajuk disajikan pada Tabel 16.
58
Tabel 16. Orijin dan Tetua sebagai Jantan yang Mewariskan Penyakit Tajuk Betina BJ 169 D BJ 7 D DS 139 D
Orijin Jantan BJ 169 D BJ 7 D DS 139 D
DS 155 D
DS 155 D
DS 27 D DS 29 D MA 284 D
GB 30 D BJ 129 D MA 284 D
PA 131 D
PA 131 D
TI 221 D
GB 30 D
Keterangan:
Keturunan
∑ Persilangan
BO 4685 D BO 4298 D BO 1176 D BO 2587 D BO 3505 D BO 3510 D BO 3513 D BO 3517 D BO 3523 D BO 3528 D BO 6391 D BO 3544 D BO 3858 D BO 2942 D BO 2235 D BO 5449 D BJ 5696 D BO 2587 D BO 2600 D BO 3528 D BO 3544 D BO 3858 D BO 5462 D BO 5530 D BJ 5641 D BJ 5585 D
2 1 2 1 5 2 2 1 3 1 1 2 2 1 6 1 1 5 4 1 1 1 7 6 1 1
PM = Parents Male GPM = Grandparents Male
% PM 31.42 17.59 14.29 10.00 10.58 9.55 1.85 0.00 8.18 1.28 0.00 10.34 4.39 32.14 10.95 6.67 30.77 10.22 26.71 7.89 4.00 5.26 12.06 15.16 13.72 5.13
% GPM 31.42 17.59 13.67
6.82
4.39 32.14 10.95 11.64
13.76
59
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Pengujian tandan yang dilakukan pada berbagai tipe persilangan dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai kandungan dan kadar minyak dalam tandan setiap persilangan. Informasi tersebut berguna untuk menentukan calon pohon induk dan pohon bapak yang baik dan dapat digunakan untuk produksi benih selanjutnya. Hasil pengujian persilangan D×P yang terpilih dapat digunakan untuk mendapatkan informasi persilangan yang akan dilepas menjadi varietas baru. Hasil best regression menunjukkan bahwa dengan tiga peubah buah/tandan (X1), daging/buah (X2), dan minyak/daging (X4) sudah cukup mewakili dalam penentuan nilai Y. Hal tersebut disebabkan nilai R2 yang dimiliki ketiga peubah tersebut hampir sama dengan nilai R2 yang dihasilkan dari kelima peubah, yaitu X1, X2, X3, X4, dan X5. Ketiga faktor dominan yaitu X1, X2, dan X4 digunakan dalam penentuan persamaan regresi yang tepat dari keseluruhan data untuk penentuan persilangan terbaik. Persilangan terbaik yang didapatkan adalah persilangan 9BA3954/98 memiliki rendemen minyak yang paling tinggi yaitu sebesar 30.02 persen. Persilangan lainnya dengan rendemen yang baik adalah persilangan 6BA95/99 yaitu sebesar 29.84 % dan persilangan 18BA75/99 yaitu sebesar
29.7 persen. Peubah bobot tandan, buah/tandan, inti/buah, daging/buah,
dan minyak/daging merupakan komponen yang mempengaruhi rendemen minyak/tandan. Meskipun demikian komponen yang paling berkontribusi adalah buah/tandan, daging/buah, dan minyak/daging. Pengukuran pertumbuhan vegetatif diperlukan untuk memperoleh data tentang perkembangan pertumbuhan tanaman kelapa sawit sejak pembibitan hingga tanaman dewasa untuk mempelajari hubungannya dengan produksi dan daya penurunan sifatnya. Pengukuran yang dilakukan pada pembibitan dengan tanaman dewasa berbeda, bergantung pada kondisi dan pertumbuhan tanaman tersebut. Hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif di kebun uji Sei Dadap memperlihatkan bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada persilangan
60
13MA3326/98, yaitu 534.11 cm. Persilangan dengan lingkar batang tertinggi terdapat pada persilangan 17BB5626/98, yaitu 3.29 m. Pelepah terbanyak terdapat pada persilangan 11MA1559/99. Rachis terpanjang terdapat pada persilangan 17BB5626/98. Petiola terluas terdapat pada persilangan 13MA3326/98 dan tersempit terdapat pada persilangan 10MA1613/99. Leaf area terluas terdapat pada persilangan 12MA1403/99, yaitu 9.55 m2. Selain itu terdapat persilangan 7BB1523/99 yang memiliki luas permukaan daun sebesar 9.54 m2 dan tidak berbeda nyata dengan leaf area persilangan 12MA1403/99. Total leaf area (TLA) terluas terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 437.99 m2. LAI di kebun uji Sei Dadap berkisar 4.76 - 6.26. LAI tertinggi terdapat pada persilangan 11MA1559/99 yaitu 6.26. Serangan penyakit tajuk pada tanaman muda kelapa sawit merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik sehingga penyakit tajuk dapat ditekan dengan mengurangi tetua yang mewariskan sifat penyakit tajuk. Tetua maupun orijin dikurangi berdasarkan jumlah serangan, banyaknya keturunan dan persilangan yang terkena penyakit tajuk. Dari penelusuran yang dilakukan diperoleh orijin betina yang keturunan dan persilangannya banyak terserang penyakit tajuk, yaitu DS155D × DS155D, PA131D × PA131D, TI221D × GB30D, dan BJ169D × BJ169D. Orijin jantan yang keturunan dan persilangannya banyak terserang penyakit tajuk yaitu: DS155D × DS155D, dan TI221D × GB30D.
Saran Pengukuran pertumbuhan vegetatif merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pemuliaan. Pengukuran pertumbuhan vegetatif membutuhkan tenaga yang terampil dan teliti, sehingga perlu dilakukan pelatihan khusus untuk meningkatkan akurasi pengukuran sehingga dapat memperkecil kesalahan pengukuran. Data yang dihasilkan dari analisis tandan sangat diperlukan untuk mengetahui persentase minyak dari tandan, sehingga dalam pengambilan contoh buah perlu dilakukan secara teliti dan hati-hati agar dapat menghasilkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
61
Penelusuran tetua yang mewariskan penyakit tajuk membutuhkan standard ketahanan penyakit tajuk untuk menentukan tingkat keparahan penyakit tajuk, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjut tentang kriteria penyakit tajuk yang ringan, sedang, atau parah. Hasil penelusuran tetua yang mewariskan penyakit tajuk dapat dilakukan: (1) Pengurangan tetua betina yang menurunkan penyakit tajuk pada banyak persilangan, seperti BO4685 D, BO2490D, BO5436D, dan BO5449D. (2) Pengurangan tetua jantan yang menurunkan penyakit tajuk pada banyak persilangan, seperti BO5462D, BO2235D, BO5530D, BO2587D, BO3505D, dan BO2600D. (3) Pengurangan orijin betina yang keturunan maupun persilangannya banyak terserang penyakit tajuk, seperti DS155D × DS155D, PA131D × PA131D, TI221D × GB30D, dan BJ169D × BJ169D. (4) Pengurangan orijin jantan yang keturunan maupun persilangannya banyak terserang penyakit tajuk, seperti DS155D × DS155D, dan TI221D × GB30D.
62
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia 2007. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Corley, R.H.V. and P.B. Tinker. 2003. The Oil Palm Fourth edition. Blackwell Science Ltd. Malden, USA. 608 p. Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan dari: Statistical Prosedur for Agricultural Research. Penerjemah: E. Sjamsudin dan J.S. Baharsjah. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 689 hal. Hakim, M. 2007. Kelapa Sawit: Teknik Agronomis dan Manajemennya. Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. 296 hal. Harahap, I.Y., P. Purba, W. Darmosarkoro, dan E.S. Sutarta. 2003. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan, hal. 1-15. Dalam L. Buana, D. Siahaan, dan S. Adiputra (Eds.). Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Ikhwan, M., dan D. Asmono. 1998. Keragaan awal Dura Dumpy Lini Pabatu × Pisifera. Warta PPKS, 6 (2): 47-54. Jamin, A. 1989. Satwa mammalia pada perkebunan kelapa sawit dan masalahnya. Dalam A.U. Lubis, Arifin Djamin, Sri Wahyuni, I. Raya Harahap (Eds.). Budidaya Kelapa Sawit (E. Guineensis Jacq) PT Perkebunan Nusantara VI-VII Pusat Penelitian Marihat. Kurnila, R. 2009. Pengendalian Mutu Produksi Benih Kelapa Sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Dipublikasikan). Latif, S. 2006. Kunci keberhasilan investasi industri kelapa sawit, hal. 1 - 8. Dalam S. Latif (Ed.). Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Marihat – Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 hal. _________. 1993. Pengadaan Benih Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 65 hal. _________. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
63
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap, Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal. Pamin, K., dan B.J. Tailiez. 1976. Penyerbukan bantuan pada tanaman sawit. Prosiding Seminar Kelapa Sawit 1976. Balai Penelitian Perkebunan Medan. Medan. Hal 201 - 205. Purba, A.R., Akiyat, dan C. Muluk. 1997. Bahan tanaman kelapa sawit asal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 25 Februari 1997. Hal. 11 26. Purba, R.Y. 2009. Penyakit-penyakit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 83 hal. Purba, A.R., Y. Yenni, R.Y. Purba, Y. Pangaribuan, G. Ginting, dan Sujadi. 2006. Bahan tanaman unggul kelapa sawit, hal. 154 - 171. Dalam S. Latif (Ed.). Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Penerbit Kanisius. Jakarta. 127 hal. Syukur, S., R.A. Lubis, A. Ginting, A. Bachrum dan A.K. Kacaribu. 1981. Pedoman Dasar Kerja Pemuliaan dan Produksi Biji Kelapa Sawit 1981. PNP-Marihat Research Station, Marihat Ulu, Pematang Siantar. Turner, P.D. 1981. Oil Palm Diseases and Disorders. Kuala Lumpur. Oxford University Press. 280 p. Vaughan, J.G. 1970. The Structure and Utilization of Oil Seeds. Chapman and Hall Ltd. London. 432 p. Yenni, Y., S. Latif., dan A. R. Purba. 2001. Pengaruh penyakit tajuk terhadap produksi beberapa zuriat kelapa sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 9 (1): 37-46.
64
LAMPIRAN
65
Lampiran 1. Daftar Varietas Kelapa Sawit di PPKS No.
4.
Varietas Dy × P Sungai Pancur 1 Dy × P Sungai Pancur 2 D × P Dolok Sinumbah D × P Bah Jambi
5.
D × P Marihat
1. 2. 3.
6. 7. 8. 9.
10. 11. 12.
D × P AVROS
Persilangan Dura × Psifera Dura Dumpy × Psifera 450
Surat Keputusan Mentan No.584/Kpts/TP.240/8/1984
Dura Deli × Psifera 540
No.585/Kpts/TP.240/8/1984
Dura Deli × Psifera H5,EX5
No.312/Kpts/TP.240/4/1985
Dura Deli × Psifera H5,EX5
No.313/Kpts/TP.240/4/1985
Dura Deli × Psifera 424,968
No.314/Kpts/TP.240/4/1985
Dura Deli × Psifera SP 540 T_MA D × P Lame Dura Deli × Psifera L2T, L7T, L9T, L14T D × P Yangambi Dura Deli × Psifera L239T, L718T D × P Langkat Dura Deli (cycle 2) × Psifera derived LM 239 T, RS 3 T, LM 718 T, LM 432 T, RS 8 T D × P Simalungun Dura Deli (cycle 2) × Psifera derived RS 1 T, RS 3 T, RS 8 T self D × P PPKS – 540 PA 131 D self, (TI 221 D × GB 30 D) × RS 3 T self D × P PPKS – 718 DA 115 D × LM 718 T self
No.315/Kpts/TP.240/4/1985 No.316/Kpts/TP.240/4/1985 No.317/Kpts/TP.240/4/1985 No.138/Kpts/TP.240/2/2003
No.137/Kpts/TP.240/2/2003
No.371/Kpts/SR.120/7/2007 No.372/Kpts/SR.120/7/2007
66
Lampiran 2. Struktur Organisasi PPKS Direktur
Ka. Bidang Penelitian
• Pemuliaan Tanaman • Bioteknologi Tanaman • Tanah dan Agronomi • Engineering & Lingkungan • Proteksi Tanaman • Pengolahan Hasil Mutu • Sosial Ekonomi
Ka. Biro Umum atau SDM
Ka. Bidang Usaha
• Ka. Urusan SDM & Hukum • Ka. Urusan Akuntansi & Keuangan • Ka. Urusan Rumah Tangga
• Ka. Unit Usaha Marihat • Ka. Unit Usaha Medan • Urusan Pengembangan Usaha dan Promosi • Urusan Pelayanan dan Konsultasi • Urusan Laboratorium dan Pelayanan
Ka. SUS-BHT
Ka. Urusan Satuan Pengawasan Intern
• Ka. Urusan SDM & Hukum • Ka. Urusan Akuntansi & Keuangan • Ka. Urusan Rumah Tangga
66
67
Lampiran 3. Sidik Ragam Karakter Vegetatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Karakter
Tinggi Tanaman
Lingkar Batang
Jumlah Fronds/ Pelepah
Panjang Rachis
Luas Petiola
Karakter
Leaf Area
Total Area
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F-hit
Pr>F
KK
Perlakuan
18
62511.143
3472.841
49.83
0.0001 1.818
Ulangan
2
209521.806
104760.903 1503.11
Galat perc.
36
2509.053
69.696
Umum
56
274542.002
Perlakuan Ulangan
18 2
0.982 0.024
0.054 0.012
Galat perc.
36
0.035
0.001
Umum
56
1.041
Perlakuan
18
267.006
Ulangan
2
Galat perc.
0.0001
55.56 12.36
0.0001 1.049 0.0001
14.834
5.37
0.0001 3.803
855.140
427.570
154.77
0.0001
36
99.453
2.762
Umum
56
1221.599
Perlakuan
18 2
0.134 0.502
36.33
Ulangan
2.419 1.004
135.75
0.0001 1.116 0.0001
Galat perc.
36
0.133
0.004
Umum
56
3.557
Perlakuan
18
594.129
33.007
9.74
0.0001 5.472
Ulangan
2
681.238
340.619
100.53
0.0001
Galat perc.
36
121.980
3.388
Umum
56
1397.347
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F-hit
Pr>F
Perlakuan
18
10.229
0.568
15.14
0.0001 2.163
Ulangan Galat perc.
2
4.984 0.038
132.81
0.0001
36
9.969 1.351
Umum
56
21.549
Perlakuan
18
37009.614
2056.090
6.02
0.0001 4.742
2
16399.153
8199.577
24.02
0.0001
36
12286.690
341.297
56
65695.458
Leaf Ulangan Galat perc. Umum
KK
68
Lampiran 3. (Lanjutan) Karakter
Leaf Index
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F-hit
Pr>F
Perlakuan
18
7.572
0.421
6.03
0.0001 4.740
2
3.341
1.670
23.96
0.0001
36 56
2.510 13.423
0.070
Area Ulangan Galat perc. Umum
KK
Lampiran 4. Rekapitulasi Sidik Ragam Karakter Generatif Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Uji Sei Dadap Karakter
Sumber Keragaman
DB
JK
Bobot Tandan
Perlakuan Ulangan Galat perc. Umum
18 5
234.348 13.019 12.19 0.0001 1306.108 261.222 244.61 0.0001
Buah/Tandan
Perlakuan Ulangan Galat perc. Umum
18 5
Daging/Buah
Perlakuan Ulangan Galat perc. Umum
18 5 90 113 18 5 90 113
360.367
20.020
Inti/Buah
Perlakuan Ulangan Galat perc. Umum
132.149 34.422
26.430 0.382
Perlakuan Ulangan Galat perc. Umum
18 5 90 113
1096.553 60.920 183.317 36.663 215.724 2.397 1495.594
Minyak/Daging Buah
KT
F-hit
Pr>F
KK 8.718
1.068 90 96.113 113 1636.569 42.065 142.522 90 155.001 113 339.588
2.337 28.504 1.722
1489.368 82.743 129.122 25.824 229.285 2.548 1847.775
1.36
2.194
16.55
0.1735 0.0001
32.48 10.14
0.0001 0.0001
1.992
52.35 69.10
0.0001 0.0001
7.445
25.42 15.30
0.0001 0.0001
2.711
526.938
69
Lampiran 4. (Lanjutan) Karakter
Minyak/Tandan
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F-hit
Pr>F
KK
Perlakuan Ulangan Galat perc. Umum
18 5 90 113
402.513 68.090
22.362 13.618
15.18 9.24
0.0001 0.0001
4.432
132.606 603.209
1.4734
Lampiran 5. Hasil Best Regression dari Minitab 14 Minyak/ Tandan
Y1
Y2
Y3
Y4
Vars
R-Sq
R-Sq(adj)
Mallows C-p
S
1 1 2 2 3 3 4 4 5
49,5 34,2 77,8 75,5 99,7 86,5 99,7 99,7 99,7
49,2 33,7 77,5 75,1 99,6 86,2 99,6 99,6 99,6
18706,2 24433,6 8156,2 9024,0 4,5 4916,9 4,5 5,4 6,0
2,6613 3,0391 1,7716 1,8621 0,22320 1,3875 0,22232 0,22314 0,22278
1 1 2 2 3 3 4 4 5
71,4 43,0 86,5 82,2 99,7 95,9 99,7 99,7 99,7
71,2 42,5 86,3 81,9 99,7 95,8 99,7 99,7 99,7
13921,6 27903,1 6526,8 8636,5 36,7 1888,7 4,3 33,2 6,0
2,1920 3,0962 1,5142 1,7378 0,23557 0,83596 0,20945 0,23237 0,21004
1 1 2 2 3 3 4 4 5
43,5 36,7 75,1 67,5 99,7 89,3 99,7 99,7 99,7
43,1 36,3 74,8 67,0 99,7 89,0 99,7 99,7 99,7
28724,7 32218,1 12574,6 16477,8 10,1 5354,0 7,2 9,8 6,0
2,3183 2,4546 1,5440 1,7652 0,16608 1,0183 0,16386 0,16538 0,16261
1 1 2 2 3 3 4 4 5
42,2 31,9 83,3 63,5 99,5 92,4 99,5 99,5 99,5
41,9 31,5 83,1 63,1 99,5 92,2 99,5 99,5 99,5
21891,7 25820,1 6214,0 13747,7 3,3 2740,3 4,0 5,3 6,0
2,4539 2,6634 1,3240 1,9546 0,21996 0,89651 0,21976 0,22057 0,22039
x1 x2 x3 x4 x5
X X X X X X X X
X X X X X
X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X X X X
X X X X X
X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X X X X X
X X X X X
X X X
X X X X X X
X X
X X X X X X X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X
X X
70
Lampiran 5. (Lanjutan) Minyak/ Tandan
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
Vars
R-Sq
R-Sq(adj)
Mallows C-p
S
1 1 2 2 3 3 4 4 5
48,2 30,2 77,1 66,5 99,8 91,2 99,8 99,8 99,8
47,7 29,6 76,8 65,9 99,8 90,9 99,8 99,8 99,8
33999,3 45830,9 14935,2 21964,9 2,4 5699,5 4,0 4,3 6,0
2,5468 2,9557 1,6988 2,0577 0,14809 1,0602 0,14850 0,14869 0,14915
1 1 2 2 3 3 4 4 5
63,3 36,0 80,2 76,3 99,5 86,4 99,5 99,5 99,5
63,0 35,6 79,9 75,9 99,5 86,1 99,5 99,5 99,5
10387,8 18202,3 5541,5 6661,7 6,3 3776,7 4,7 8,3 6,0
1,8322 2,4184 1,3505 1,4777 0,21529 1,1250 0,21332 0,21605 0,21353
1 1 2 2 3 3 4 4 5
58,1 42,6 81,8 72,6 99,3 90,4 99,3 99,3 99,3
57,9 42,4 81,7 72,3 99,3 90,3 99,3 99,3 99,3
13316,1 18311,9 5646,2 8644,2 3,5 2882,8 4,0 5,2 6,0
2,5450 2,9777 1,6792 2,0640 0,32846 1,2237 0,32810 0,32894 0,32880
1 1 2 2 3 3 4 4 5
57,3 48,7 85,4 74,6 99,8 94,0 99,8 99,8 99,8
57,0 48,4 85,2 74,2 99,8 93,9 99,8 99,8 99,8
28080,5 33774,1 9525,8 16680,3 3,1 3841,9 4,3 5,0 6,0
2,0931 2,2946 1,2292 1,6216 0,14644 0,79131 0,14655 0,14693 0,14691
1 1 2 2 3 3 4 4 5
51,5 29,2 73,2 71,0 99,3 86,7 99,4 99,3 99,4
51,2 28,7 72,9 70,6 99,3 86,5 99,4 99,3 99,4
11755,0 17228,8 6418,8 6969,5 12,9 3106,2 6,2 14,8 6,0
2,1959 2,6531 1,6364 1,7036 0,25771 1,1556 0,25149 0,25847 0,25053
1 1 2 2 3 3 4 4 5
51,9 34,8 74,9 72,2 99,1 90,9 99,1 99,1 99,1
51,6 34,4 74,6 72,0 99,1 90,8 99,1 99,1 99,1
10266,0 13980,7 5263,6 5840,2 11,3 1792,5 4,2 11,5 6,0
2,6690 3,1072 1,9321 2,0317 0,36677 1,1667 0,35907 0,36605 0,35981
x1 x2 x3 x4 x5 X X X X X X X X X
X X X X X
X X
X X X X X X X
X X
X X X X X X X X X
X X X X
X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X X X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X
X X
X X X X X X X X
X X X X X X X X
X X
X X X X X
X X
X X X X X X X X
X X X X X
X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X X X X
X X X X X X
X X
X X X X X X X
X X
71
Lampiran 5. (Lanjutan) Minyak/ Tandan
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Vars
R-Sq
R-Sq(adj)
Mallows C-p
S
x1 x2 x3 x4 x5
1 1 2 2 3 3 4 4 5
43,2 36,7 73,6 71,0 99,7 82,0 99,7 99,7 99,7
42,9 36,2 73,3 70,6 99,7 81,7 99,7 99,7 99,7
26302,2 29360,3 12133,6 13381,6 3,8 8235,1 4,1 5,8 6,0
2,6416 2,7901 1,8059 1,8955 0,19811 1,4968 0,19766 0,19878 0,19827
X X X X X X
1 1 2 2 3 3 4 4 5
42,2 36,7 78,8 66,5 99,7 91,6 99,7 99,7 99,7
41,7 36,2 78,4 65,9 99,7 91,4 99,7 99,7 99,7
23682,1 25920,7 8626,6 13656,7 17,6 3333,0 6,3 19,6 6,0
2,2924 2,3978 1,3952 1,7513 0,16996 0,87962 0,16168 0,17070 0,16074
X X X X X X X X
1 1 2 2 3 3 4 4 5
55,9 28,0 88,7 79,3 99,3 95,8 99,4 99,3 99,4
55,5 27,3 88,5 78,9 99,3 95,7 99,4 99,3 99,4
7091,5 11657,6 1747,7 3277,3 15,7 589,1 6,9 17,0 6,0
2,6924 3,4429 1,3703 1,8536 0,33598 0,83835 0,32060 0,33656 0,31754
1 1 2 2 3 3 4 4 5
65,6 28,9 84,4 80,2 99,6 94,9 99,6 99,6 99,6
65,4 28,4 84,2 80,0 99,6 94,8 99,6 99,6 99,6
12814,4 26646,0 5734,6 7297,2 2,1 1763,0 4,1 4,1 6,0
2,3503 3,3783 1,5888 1,7871 0,26110 0,90952 0,26187 0,26187 0,26262
1 1 2 2 3 3 4 4 5
81,2 17,7 90,4 88,9 99,5 96,1 99,6 99,6 99,6
81,1 17,1 90,3 88,7 99,5 96,1 99,6 99,5 99,6
5921,4 26392,6 2957,6 3452,3 14,2 1106,4 5,7 9,8 6,0
1,8840 3,9418 1,3512 1,4551 0,29870 0,85902 0,28914 0,29333 0,28837
1 1 2 2 3 3 4 4 5
40,6 36,8 79,0 74,7 99,6 93,8 99,7 99,7 99,7
40,4 36,6 78,8 74,5 99,6 93,7 99,6 99,6 99,6
50323,4 53602,3 17642,8 21284,1 2,6 4989,6 4,1 4,3 6,0
2,2662 2,3384 1,3513 1,4821 0,17463 0,73470 0,17477 0,17482 0,17503
X X X X X X X X
X
X X X
X X X X X
X X
X X X X X X X
X X X
X X X X X
X X
X X X X X X X X
X X X X X
X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X X X X
X X X X X
X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X X X X
X X X X X
X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X X X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X
X X
72
Lampiran 5. (Lanjutan) Minyak/ Tandan
Y17
Y18
Y19
Vars
R-Sq
R-Sq(adj)
Mallows C-p
S
1 1 2 2 3 3 4 4 5
57,6 34,7 78,5 76,7 99,8 90,1 99,8 99,8 99,8
57,3 34,4 78,2 76,4 99,8 89,9 99,8 99,8 99,8
34512,8 53165,1 17431,3 18877,6 7,1 7923,3 4,0 8,6 6,0
2,3457 2,9087 1,6758 1,7433 0,17089 1,1396 0,16897 0,17114 0,16943
1 1 2 2 3 3 4 4 5
68,0 46,5 88,0 82,8 98,3 94,6 98,3 98,3 98,3
67,5 45,7 87,6 82,3 98,2 94,3 98,2 98,2 98,2
1 1 2 2 3 3 4 4 5
52,7 43,7 83,6 67,9 99,6 84,1 99,6 99,6 99,6
52,4 43,2 83,4 67,4 99,5 83,7 99,5 99,5 99,5
1171,2 2000,3 400,7 600,5 5,4 147,7 5,6 6,7 6,0
2,2331 2,8859 1,3787 1,6487 0,52908 0,93313 0,52602 0,53033 0,52354
13148,7 15695,4 4473,8 8878,4 4,1 4344,9 4,0 5,7 6,0
x1 x2 x3 x4 x5
X X X
X X X X X X X
X X
X X X X X
X X
X X X
X
X X
X X X
X X X X X X X
X X X X X X
2,6400 2,8821 1,5598 2,1826 0,25929 1,5435 0,25820 0,25999 0,25924
X X X X X
X X
X X X
X X X X X X X
X X X X X
X X
X X X X X X X
X X X
73
Lampiran 6. Hasil Pengamatan Penyakit Tajuk di Pembibitan Kode Silang 2 3 4 7 71 9 10 11 12 13 14 16 17 19 21 26 31 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 50 51 52 54 55 57 58 62 64
No. Serbuk BA 44/05 BA 86/05 BB 47/05 BB 46/05 BB 11/06 BB 39/05 BB 38/05 BB 37/05 BB 41/05 BA 28/05 BB 34/05 BB 15/06 BA 87/05 BB 45/05 BB 34/06 BA 45/05 BA 66/05 BA 62/06 BA 30/06 BA 42/05 BA 85/06 BA 22/06 BA 65/06 BA 79/05 MA 04/06 BA 84/05 BA 37/06 BB 49/05 BA 53/06 BB 01/06 BB 10/06 BA 60/06 BB 33/05 BB 30/05 BB 26/06 BA 80/05 MA 02/06 MA 05/05 BB 36/06 BB 23/06
Parents Masuk MN Female Male BO 4298 D BO 4298 D 324 BO 4685 D BO 4685 D 380 BO 5530 D BO 5530 D 320 BO 5462 D BO 2587 D 200 150 BO 5449 D BO 5449 D BO 2587 D BO 3858 D 34 BO 2587 D BO 2235 D 51 BO 5462 D BO 2235 D 80 BO 5530 D BO 2235 D 75 BO 3858 D BO 2600 D 52 BO 2235 D BO 2600 D 80 BO 6203 D BO 2600 D 80 54 BO 6203 D BO 2235 D BO 1176 D BO 2235 D 80 BO 3505 D BO 5462 D 80 BO 3517 D BO 5530 D 80 BO 3544 D BO 5462 D 48 BO 6391 D BO 5462 D 57 BO 4685 D BO 1176 D 80 BO 4685 D BO 3505 D 80 BO 4685 D BO 3513 D 57 80 BO 4685 D BO 3517 D BO 4685 D BO 3523 D 60 BO 4687 D BO 3505 D 64 MA 1314 D BO 3544 D 60 BO 1373 D BO 3505 D 55 BO 1373 D BO 3510 D 77 BO 2490 D BO 3505 D 80 BO 2490 D BO 3510 D 80 BO 2490 D BO 3523 D 80 BO 5436 D BO 3505 D 80 BO 5436 D BO 3523 D 80 BO 5449 D BO 6391 D 80 BO 5449 D BO 3544 D 56 BO 4685 D BO 5530 D 60 BO 4687 D BO 2235 D 80 MA 1314 D BO 5462 D 58 MA 1314 D BO 5530 D 80 80 BO 2490 D BO 2587 D BO 2490 D BO 5462 D 80
∑ CD
% CD
57 169 53 38 10 2 3 10 6 7 4 51 16 1 3 1 15 16 16 14 1 0 5 7 9 7 5 4 10 9 6 4 0 3 14 10 16 26 13 9
17.59 44.47 16.56 19.00 6.67 5.88 5.88 12.50 8.00 13.46 5.00 63.75 29.63 1.25 3.75 1.25 31.25 21.33 20.00 17.50 1.75 0.00 8.33 10.94 15.00 12.73 6.49 5.00 12.50 11.25 7.50 5.00 0.00 5.36 23.33 12.50 27.59 32.50 16.25 11.25
74
Lampiran 6. (Lanjutan) Kode Silang 65 66 67 68 69 72
No. Serbuk BB 11/05 BB 09/06 BB 32/06 BB 14/05 BB 31/05 BA 91/06
Parents Female Male BO 5436 D BO 2587 D BO 5436 D BO 2600 D BO 5436 D BO 5462 D BO 5449 D BO 5530 D BO 5449 D BO 3858 D BO 3544 D BO 3513 D
Masuk MN
∑ CD
% CD
2 16 7 2 3 1
2.50 20.00 8.75 4.54 3.75 1.96
80 80 80 44 80 51
Lampiran 7. Hasil Pengamatan di Blok 2005 Afdeling II Lokasi MA 18 S MA 19 S
MA 20 S
No 1 2 3 6 -
Persilangan BB 05/03 BA 02/04 BA 01/03 BB 03/03 -
Parents Female
Male
BO 2587 D BO 3528 D BO 4685 D BO 5462 D -
BO 2587 D BO 3528 D BO 4685 D BO 5462 D -
∑ CD
∑ Pohon (%)
3 2 1 2 -
157 156 161 161 -
∑ CD
∑ Pohon
(%)
3 1 3 1 2 4 4 7 12 18 1 -
38 25 57 39 20 70 78 51 39 56 56 -
7.89 4.00 5.26 2.56 10.00 5.71 5.13 13.73 30.77 27.27 1.52 -
1.91 1.28 0.62 1.24 -
Lampiran 8. Hasil Pengamatan pada Blok 2007 Afdeling I Lokasi MA 21 S
MA 22 S MA 23 S
No 6. 7. 17. 31. 37. 42. 53. 56. 63. 68. 72. -
Persilangan BB 23/2004 BB 25/2004 BA 44/2004 BB 16/2004 BA 89/2004 BB 18/2004 BJ 44/2004 BJ 39/2004 BJ 18/2004 BB 08/2005 BB 10/2004 -
Parents Female BO 2600 D BO 2600 D BO 3528 D BO 2490 D BO 4298 D BO 5530 D BJ 5585 D BJ 5641 D BJ 5696 D BO 2942 D BO 5530 D -
Male BO 3528 D BO 3544 D BO 3858 D BO 1176 D BO 2587 D BO 2587 D BJ 5585 D BJ 5641 D BJ 5696 D BO 2942 D BO 5530 D -