Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes IDENTIFIKASI FAKTOR FISIK ATLET CABANG BULUTANGKIS Dr. Mamin Suparmin, M.Kes NIP 150 131 Staf Pengajar POK FKIP UTP Surakarta A. Pokok Masalah. Persoalan mendasar mengapa cabang olahraga bulutangkis nasional yang subur dengan prestasi justru beberapa tahun terakhir menurun. Legenda bulu tangkis Indonesia Christian Hadinata (2012) menilai ada dua masalah besar dalam pengembangan cabang bulutangkis nasional. Masalah pertama adalah setiap kepengurusan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) selalu ingin mendapatkan “nama” diperiode kepengurusannya, sebagai contoh pemain-pemain senior yang dikirim mengikuti berbagai kejuaraan.“Itu menyebabkan atlet junior kurang mendapatkan kesempatan sehingga kurang adanya regenerasi,”Sebaliknya, pemain junior Indonesia yang tidak pernah dikirim ke ajang bergengsi tidak mendapatkan lawan tanding yang bagus dimana mereka bisa menimba pengalaman. Masalah kedua adalah adanya kesenjangan yang besar antara bulutangkis Jawa dan luar Jawa. Ada anggapan kalau mau ingin sukses bulutangkis harus pergi ke Jawa dan masuk klub-klub besar. Hal itulah yang menyebabkan perbedaan kemampuan,” Hal yang senada disampaikan maestro bulutangkis, Rudy Hartono tentang adanya petisi kepada PBSI, mengatakan bahwa pertemuan mantan atlet bulutangkis bukan sebuah gerakan untuk mengambil alih Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), tetapi sebagai sebuah pengingat dan dorongan agar PBSI memperbaiki diri. Apalagi kegagalan bulutangkis Indonesia di pertandingan bergengsi bukan hanya satu kali ini saja. "Saya tidak mau jadi ketua PBSI, saya hanya berharap pemerintah dan pengurus PBSI melakukan instropeksi dan sadar. Bahwa kita ingin bulutangkis Indonesia kembali berjaya,"Juara All England delapan kali Rudy Hartono menegaskan bahwa baik-buruknya prestasi olahraga khususnya bulutangkis ditentukan oleh atlet sendiri. Puncaknya adalah perebutan Piala Thomas dan Piala Uber 2012 yang merupakan ajang bergengsi dunia bulutangkis dunia sekali dua tahun, Indonesia pertama kalinya mencetak rekor 54 tahun, rekor sangat memalukan, gagal lolos semifinal baik Thomas dan Uber oleh kekuatan tim Jepang. Pantas Indonesia dibantai China 5-0 tanpa balas di penyisihan grup, bahkan saat melawan Inggris yang sudah pudar olahraga ini malah mampu mencuri angka. Hal tersebut makin diperburuk dengan peristiwa di Olimpiade di London 2012 pada Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
65
Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes cabang bulutangkis yang dibanggakan hasilnya adalah gagal total, ditambah perbuatan yang tidak sportif. Diantara pasangan ganda Indonsia dapat diskualifikasi, yang diputuskan oleh wasit kehormatan. Memperhatikan kondisi keolahragaan nasional dewasa ini dan mempermasalahkan kebijakan pengelolaan olahraga nasional, sejumlah pertanyaan mendasar layak untuk dikemukakan, antara lain: Mengapa prestasi bulutangkis kian hari kian terpuruk? Adakah sesuatu yang salah dalam pembinaan olahraga di Indonesia?Apa yang sebenarnya menjadi akar persoalan? Kajian lain menjelaskan bahwa secara psikologi, apabila dipotret dengan instrumen kepribadian tertentu, setiap individu akan memilki profil traits tertentu, meskipun dengan dimensi yang sama, tiap-tiap orang akan memiliki intensitas yang berbeda (Maksum, A.,2007). Dalam tataran praktis, traits kepribadian telah digunakan secara meluas, terutama untuk kepentingan seleksi. Oleh karena itu, kepribadian tidak dapat dipisahkan dari performa dan prestasi olahraga. Sebab kepribadian merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi performa atlet dalam berolahraga. Dalam literatur prestasi dan kepribadian atlet pada dasarnya individu tidak dapat dipisahkan dari kepribadian, karena manusia dengan segala potensinya dan tingkah lakunya merupakan satu kesatuan yang utuh. Artinya tidak sekedar berbuat dan bertindak, tetapi apa yang diperbuat sebagian dilakukan secara sadar. Kesadaran melakukan suatu tindakan tersebut, dilandasi oleh kesediaan psikologis tertentu. Nossek (1982), menegaskan bahwa pembinaan olahraga prestasi, merupakan masalah yang rumit dan kompleks dan banyak tergantung serta dipengaruhi berbagai faktor. Pembinaan olahraga tidak cukup mengandalkan dana, pengorganisasian dan manajemen serta kerja keras, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah peran dari pendekatan ilmiah berbagai disiplin ilmu. Sedangkan Pate, dkk (1993)., lebih khusus menegaskan bahwa sampai saat ini ada tiga ilmu dasar yang telah menjadi sub disiplin ilmu yang mendukung praktek kepelatihan olahraga yang sempurna, yaitu Biomekanika, psikologi Latihan dan Psikologi Olahraga. Solusi cerdas dan cepat serta tepat menjadi fokus utama, maka diperlukan suatu desain yang dapat mendeteksi faktor-faktor apa yang dapat meningkatkan prestasi bulutangkis, sekaligus mengembangkan pola keberhasilan atlet bulutangkis melalui pendekatan fisik, melalui perkumpulan bulutangkis); sehingga muncul parameter yang dapat membantu pelatih, atlet dan klub untuk meningkatkan prestasi bulutangkis secara tepat.
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
66
Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes B. Asumsi Sesuai pokok pemasalahan dalam penelitian, indentifikaasi atlet bulutangkis, maka dapat diambil beberapa asumsi sebagai berikut. 1.
Atlet bulutangkis yang merupakan subjek penelitian mampu mempraktikkan dan menunjukkan performa terbaik sehingga faktor-faktor penentu prestasi ditinjau dari pendekatan fisik (kondisi fisik), dapat diidentifikasi.
2.
Seluruh klub bulutangkis yang dijadikan tempat penelitian dapat melaksanakan praktik permainan bulutangkis sehingga faktor-faktor penentu prestasi atlet dari masing-masing klub teridentifikasi dengan tepat.
3.
Informan dapat memberikan informasi yang sebenar-benarnya berkaitan dengan prestasi atlet bulutangkis mulai dari pengambilan data sampai pada penelitian di lokasi sampel penelitian.
C. Salah satu Faktor-Faktor yang Berpengaruh Prestasi Bulutangkis Banyak faktor yang mempengaruhi suatu cabang olahraga, terlebih lagi cabang olahraga prestasi seperti bulutangkis, pada menjelaskan berbagai faktor tersebut. 1. Faktor Fisik Faktor fisik permainan bulutangkis sangat diperlukan, karena permainan bulutangkis memerlukan kemampuan dan ketrampilan gerak yang komplek. Kemampuan gerak manusia (biomotor) yang dipengaruhi oleh kondisi sistem-sistem organ dalam, antara lain sistem neuromuskuler, pernapasan, pencernakan, peredaran darah, energi, tulang, dan persendian. Artinya, gerak akan terjadi bila tersedia energi yang baik tersimpan di dalam otot maupun diperoleh dari luar tubuh melalui makanan (Sukadiyanto, 2011). Semua sistem organ dalam tubuh sangat berperan pada saat pemprosesan energi yang terjadi di dalam otot sehingga menimbulkan gerak. Aspekaspek tersebut sangat dibutuhkan agar mampu bergerak dan bereaksi untuk menjelajahi setiap sudut lapangan selama pertandingan. Menurut Bompa (1994) komponen dasar dari biomotor olahragawan meliputi kekuatan, ketahanan, kecepatan, koordinasi, dan fleksibilitas. Perlu diperhatikan gerakan-gerakan dalam permainan bulutangkis dilakukan berulang-ulang dalam tempo yang lama, baik latihan dan selama pertandingan berlangsung. Karena itu, bulutangkis sangat penting memilki derajat kondisi fisik prima, hal tersebut berdapak positif yang berpengaruh langsung pada penampilan teknik bermain. Kalau faktor-faktor tersebut Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
67
Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes tidak atau kurang tercapai setelah masa latihan kondisi fisik tertentu (bulutangkis) atau kemampuan fungsi sistem organ-organ tubuh dalam melakukan aktivitas fisik. Artinya perencanaan dan sistematik latihan kurang sempurna. Karena sukses dalam permainan bulutangkis menuntut pelaksanaan gerak tubuh, dan membentuk ketrampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka faktor fisik memegang peranan sangat penting dalam peningkatan prestasi atlet. Dengan demikian berdasarkan perdapat tersebut komponen faktor fisik merupakan salah satu komponen penting untuk mencapai teknik dan taktik yang baik. Program dan aplikasi faktor fisik atau biomotor bulutangkis harus dirancang melalui tahapan sebagai berikut: (a) persiapan fisik umum yang bertujuan meningkatkan kemampuan kerja organ tubuh, sehingga memudahkan upaya pembinaan dan peningkatan semua aspek pelatihan pada tahap berikutnya, (b) persiapan fisik khusus bertujuan meningkatkan kemampuan fisik dan gerak yang lebih baik menuju pertandingan, dan (c) peningkatan kemampuan kualitas gerak khusus pemain. Pada tahap ini pelatihan bertujuan untuk memahirkan gerakan kompleks dan harmonis yang dibutuhkan setiap pemain untuk menghadapi latihan dan pertandingan. a. Kekuatan Kekuatan adalah besarnya tenaga yang digunakan oleh otot atau sekelompok otot saat melakukan kontraksi. Secara fisiologis, kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau beban. Mekanisme kekuatan otot didefinisikan sebagai gaya (force) yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dalam satu kontraksi maksimal (Nurhasan, 2005). Pengertian kekuatan secara umum adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban atau tahanan. Pengertian secara fisiologi, kekuatan adalah kemampuan neuromuskuler untuk mengatasi beban luar dan beban dalam. Tingkat kekuatan atlet bulutangkis di antaranya dipengaruhi oleh keadaan: Panjang pendeknya otot, besar kecilnya otot, jauh dekatnya titik beban dengan titik tumpu, tingkat kelelahan, jenis otot merah dan putih, pemanfaatan potensi otot, dan kemampuan kontraksi otot. Ada tiga macam kontraksi otot menurut Bower dan Fox (1992), Rusel da Pyke (1992), yaitu: kontraksi isometrik, isotonik, dan isokinetik. Ketiga macam kontraksi otot dan tipe kontraksi tersebut saling berkaitan dan mendukung pada saat latihan. Latihan Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
68
Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes kekuatan diperlukan metode latihan yang berbeda-beda disesuaikan dengan macam kontraksi dan tipe kontraksi ototnya. Untuk itu, dalam latihan disesuaikan dengan latihan kekuatan diperlukan metode latihan yang berbeda-beda dengan macam kontraksi dan tipe kontraksi ototnya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka kekuatan menjadi daya penggerak setiap aktifitas fisik, selain dari kekuatan juga berfungsi untuk melindungi atlet dari kemungkinan cedera, dengan kekuatan atlet dapat lari dengan reaksi cepat, melempar lebih jauh, mendorong lebih kuat dan dapat membantu stabilitas persendian. Meningkatnya kekuatan dapat ditempuh dengan tiga cara, pertama massa atau bebannya yang ditingkatkan percepatan tetap, kedua massanya tetap tetapi percepatan ditingkatkan, dan ketiga kedua-duanya baik massa maupun percepatannya sama-sama ditingkatkan. b. Daya Tahan Pengertian daya tahan ditinjau dari kerja otot adalah kemampuan kerja otot atau sekelompok otot dalam jangka waktu tertentu, sedangkan ketahanan ari sistem energi kemampuan organ-organ tubuh dalam jangka waktu tertentu (Sukadiyanto, 2011). Atlet bulutangkis mempraktikkan program latihan membutuhkan ketahanan yang cukup besar. Sebagai contoh ketahanan jangka panjang, menengah, dan pendek. Untuk istilah sistem enenrgi, ada ketahanan aerobik, anaerobik alaktik, dan anaerobik laktik. Misalnya saat pertandingan, membutuhkan daya tahan otot maksimal yang merupakan kriteria penting dari ketepatan pukulan, karena ketahanan otot organ tubuh atlet untuk melawan kelelahan selama berlangsungnya dalam latihan dan pertandingan bulutangkis. Kemampuan daya tahan dan stamina dapat dikembangkan melalui kegiatan lari dan gerakan-gerakan lain yang memiliki nilai aerobik. Biasakan pemain menyenangi latihan lari selama 40-60 menit dengan kecepatan yang bervariasi. Tujuan latihan ini adalah meningkatkan kemampuan daya tahan aerobik dan daya tahan otot. Artinya, pemain dipacu untuk berlari dan bergerak dalam waktu lama dan tidak mengalami kelelahan yang berarti. Bentuk
latihan
daya
tahan
jantung-pernapasan-peredaran
darah
dapat
dilaksanakan melalui: (1) lari cepat sekali, (2) lari cepat yang kontinu, (3) lari lambat yang kontinu, (4) lari dengan interval, (5) latihan interval, (6) jogging,(7) lari cepat ulang,(8) fartlek atau speed play adalah suatu sistem latihan Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
daya tahan yang 69
Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes maksudnya untuk membangun, mengembalikan atau memulihkan kondisi tubuh seorang atlet. c. Kecepatan Menurut Argasasmita (2007) kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah bergerak pada seluruh tubuh dalam waktu yang singkat atau berpindah dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain. Penjelasan lain mengenai kecepatan adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas yang sama berulang-ulang serta berkesinambungan dalam waktu cepat (sesingkat) mungkin. Untuk itu ada dua macam kecepatan, yaitu kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang dalam menjawab suatu rangsang dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan reaksi dibedakan menjadi reaksi tunggal dan reaksi majemuk. Sedang kecepatan gerak adalah kemampuan seseorang melakukan gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin. Kecepatan gerak dibedakan menjadi gerak siklus dan non siklus. Selain kedua macam kecepatan tersebut masih ada istilah yang memkai unsur kecepatan, yaitu ketahanan kecepatan (stamina). Menurut Yousif, Yeh (2011) kecepatan kadang-kadang sebagai kunci kemenangan dalam kompetisi olahraga khususnya olahraga raket seperti bulutangkis. Maka tingkat kemampuan kecepatan seseorang sangat ditentukan oleh beberapa faktor, menurut Bompa (1994) faktor-faktor yang ikut mempengaruhi kecepatan antara lain ditentukan oleh: keturunan, waktu reaksi, kekuatan (kemampuan mengatasi beban pemberat), teknik, elastisitas otot, konsentrasi dan kemauan. Hal tersebut tetap membutuhkan suatu penekanan bahwa faktor kecepatan dalam bulutangkis sangat penting. Pemain harus bergerak dengan cepat untuk menutup setiap sudut-sudut lapangan sambil menjangkau atau memukul kok dengan cepat. Cara untuk bergerak cepat adalah melatih kecepatan tungkai/kaki. Faktor kecepatan dalam bulutangkis juga bermakna pemain harus cekatan dalam mengubah arah gerak dengan tiba-tiba, tanpa kehilangan momen keseimbangan tubuh (agility). Bentuk-bentuk latihannya antara lain: (a) lari cepat dalam jarak dekat,(b) lari bolak-balik, jarak enam meter (shuttle run),(c) tingkatkan kualitas latihan dengan menggunakan beban, rintangan, dan (d) jongkok-berdiri dan diikuti lari cepat dalam jarak dekat pula. d. Kelenturan (Fleksibility) Menurut Mutohir (2000) fleksibilitas atau kelenturan adalah komponen kondisi fisik yang sangat penting dikuasi oleh setiap pemain bulutangkis. Dengan karakteristik Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
70
Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes gerak serba cepat, kuat, luwes, namun tetap bertenaga, pembinaan kelenturan tubuh harus mendapat perhatian khusus. Fleksibilitas atau kelenturan harus mendapat porsi yang cukup. Orang yang kurang lentur rentan mengalami cedera di bagian otot dan daerah persendian. Di samping itu, gerakannya cenderung kaku sehingga banyak menggunakan energi, kurang harmonis, kurang rileks, dan tidak efisien. Latihan-latihan peregangan dengan kualitas gerakan yang benar memacu komponen otot dan persendian mengalami peregangan yang optimal. Oleh karena itu, fleksibilitas ini harus dilatih dengan tekun dan sistematis Peregangan dalam permainan bulutangkis sangat penting, dimana dalam melaksanakan perlu adanya pemanasan dengan melakukan gerakan-gerak badan baik dengan statis dan dinamis, terutama otot lengan, badan, otot kaki pada persendian. Diharapkan dengan melakukan peregangan dilakukan akan menghindari faktor cedera permainan bulutangkis. Adapun faktor cedera yang sering dikeluhkan pada atlet antara lain: engkel, punggung, bahu dan kram, semuanya disebabkan karena kelelahan. Penelitian menunjukkan bahwa bagian tubuh yang paling banyak cedera untuk atlet bulutangkis adalah cedera pinggang 34,9%, otot punggung 22,9% dan mata kaki 10,8% (Aprianto, Kusnaedi, Karim dan Syafriani, 2007). Kelenturan dalam permainan bulutangkis sangat diperlukan bukan hanya untuk pemanasan, penelitian menunjukkan bahwa kelenturan dan kelincahan pada pergelangan tangan atlet, merupakan bagian yang sangat penting bagi peningkatan performa seorang pemain bulutangkis (Singh, Raza, Mohammad, 2011). e. Koordinasi Koordinasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan gerakan dengan tepat dan efisien. Penjelasan lain koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda menjadi satu gerakan tunggal yang harmonis dan efektif. Menurut Bompa (1994). Kooordinasi erat hubungan dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Oleh karena itu, bentuk latihan koordinasi harus dirancang dan disesuaikan dengan unsur-unsur kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan kelentukan. Contohnya gambar dibawah. atlet dalam melakukan jumping smash permainan bulutangkis, yang mampu membuat gerakan-gerakan yang kompleks.
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
71
Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes
Gambar.Koordinasi gerakan jumping smash bulutangkis. (Sumber gambarhttp://www.how-to-play-badminton.com...ump-mash.html) Koordinasi dalam permainan bulutangkis secara sadar penekanan pada berlari, meloncat dan memukul atau mengejar serta berusaha memukul bola sebelum jatuh di lantai selama puluhan menit dilakukan dengan perasaan senang, adapun komponen koordinasi antara lain, komponen keseimbangan, seperti pada waktu servis, jumping smash dan koordinasi mata dan kaki, koordinasi mata dan tangan, misalkan ketepatan smash dan mengembalikan smash shutlecock dengan baik. Dalam permainan bulu tangkis atlet banyak bergerak, gerakan-gerakan yang relatif berkesinambungan sangat memungkinkan terbentuknya efisiensi gerakan tubuh. Dengan demikian berarti bahwa reaksi organ-organ tubuh mengadakan penyesuaian, sehingga organ-organ tersebut berfungsi secara baik, yang kemudian berpengaruh terhadap efisiensi penggunaan tenaga. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat diambil suatu ringkasan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam prestasi olahraga bulutangkis khususnya faktor fisik adalah power otot tungkai, kekuatan otot lengan, kekuatan otot perut, efisiensi otot lengan, kekuatan otot perut, efisiensi
kardiorespirasi, kelentukan otot punggung,
kecepatan, kardiorespirasi, kelentukan otot punggung, kecepatan lari, kekuatan otot kaki, kelincahan, keseimbangan, rasa gerak dan kecepatan reaksi.
D. Cabang Olahraga Bulutangkis Permainan bulutangkis sarat dengan berbagai kemampuan dan keterampilan gerak yang kompleks. Sepintas lalu dapat diamati bahwa pemain harus melakukan gerakan-gerakan seperti lari cepat, berhenti dengan tiba-tiba dan segera bergerak lagi, gerak meloncat, menjangkau, memutar badan dengan cepat, melakukan langkah lebar tanpa pernah kehilangan keseimbangan tubuh. Gerakan-gerakan ini harus dilakukan Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
72
Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes berulang-ulang dan dalam tempo lama, selama pertandingan berlangsung. Akibat proses gerakan itu akan menghasilkan "kelelahan", yang akan berpengaruh langsung pada kerja jantung, paru-paru, sistem peredaran darah, pernapasan, kerja otot, dan persendian tubuh. Untuk dapat bermain bulutangkis, seorang pemain harus bisa memukul shuttlecock, baik dari atas maupun dari bawah. Jenis-jenis pukulan yang harus dikuasai adalah servis, lob, dropshot, smash, dan netting. Ada 8 macam pukulan dalam permainan bulutangkis yang masing-masing mempunyai arah dan kecepatan yang berbeda-beda (Soetjipto, 2010). Penguasaan teknik dalam permainan bulutangkis akan dapat dimiliki oleh pemain apabila melakukan latihan secara terus menerus. Selain teknik dasar yang telah dijabarkan sebelumnya, keberhasilan dari melakukan teknik tersebut tidak terlepas dari footwork yang benar, “Footwork dalam bulutangkis adalah gerakan-gerakan kaki untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa untuk menghadapi shuttlecock, sehingga dapat melakukan pukulan dengan baik”. Menurut Poole (2008) “Tujuan dari footwork yang baik adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari lapangan”. Untuk dapat memiliki footwork yang bagus, seorang pemain harus latihan secara terus menerus. Unsur-unsur teknik dalam ketrampilan bulutangkis dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yakni (1) Teknik memegang raket (grips), (2) Teknik mengatur kerja kaki (footwork), (3) Teknik mengusai pukulan (stroks), (4) Teknik menguasai pola-pola pukulan. Keempat macam teknik di atas merupakan pokok dalam teknik bermain bulutangkis, oleh karena cara memegang raket dan cara mengatur kerja kaki, cara memukul dan posisi sikap dasar dalam keadaan siap dan penguasaan pukulan baik servis, reli, lop dan smash dan sebagainya (PBSI, 1985). Pemainan bulutangkis untuk dapat bermain baik pemain harus mengenal “character shutlecock” yang dimaksud karakter di sini adalah tingkah laku shutlecock jika dikenakan suatu perbuatan tertentu.Shutlecock yang dipukul ke atas dengan arah horisontal akan membetuk lintasan yang khas, yaitu shutlecock akan segera turun lurus ke bawah setelah mencapai titik puncaknya. Apalagi kita ketahui bahwa permainan bulu tangkis adalah permainan yang lengkap dipandang dari gerakannya terdiri dari lompat, lari, dan pukulan.
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
73
Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes
Gambar: 2.2. Arah layang shutle pada berbagai jenis pukulan: (A) deep singles service: (B) Clear: (C) drop: (D) smash: (E) net clear: (G): net drop (haipin): (H): drives (Sumber gambar Poole, 2008) Dari penjelasan tersebut dapat diambil suatu ringkasan bahwa cabang olahraga bulutangkis merupakan cabang olahraga yang menuntut prestasi tinggi. Prestasi diraih tidak lepas dari beberapa keterampilan gerak dasar. Ada delapan macam keterampilan gerak dasar seperti smash, servis, forehand, backhand, dropshot dan permainan net. Teknik dasar tersebut dilatih dan dikembangkan sedemikan rupa agar sehingga dikuasai dengan baik untuk bekal meraih prestasi terbaik.
E. SIMPULAN Berdasarkan paparan tersebut maka dapat diambil suatu ringkasan bahwa ada beberapa penelitian yang relevan berkaitan dengan faktor-faktor keberhasilan prestasi olahraga bulutangkis, beberapa penelitian tersebut mengkaji dari sisi salah satu adalah faktor fisik. Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat diambil suatu ringkasan secara umum sebagai berikut.: Faktor yang berpengaruh dalam prestasi olahraga bulutangkis khususnya faktor fisik adalah power otot tungkai, kekuatan otot lengan, kekuatan otot perut, efisien otot lengan, kekuatan otot perut, efisiensi kardiorespirasi, kelentukan otot punggung, kecepatan, kardiorespirasi, kelentukan otot punggung, kecepatan lari, kekuatan otot kaki, kelincahan, keseimbangan, rasa gerak dan kecepatan reaksi.
Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
74
Identifikasi Faktor Fisik Atlet Cabang Bulutangkis Oleh : Dr. Mamin Suparmin, M.Kes DAFTAR PUSTAKA
Apriantono, Kusnaedi, Karim, dan Syafriani, 2007. Epidemologi Cedera yang Terjadi pada Atlet Bulutangkis. Jurnal Iptek Olahraga, vol. 9.No. 3. Halaman 162-170. Argasasmita H., dkk. 2007. Teori Kepelatihan Dasar: Materi untuk Kepelatihan Tingkat Dasat. Jakarta: Lembaga Akreditasi Nasional Keolahragaan (LANKOR), Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Bompa, T.O. 1994. Theory And Methodology of Training: The Key to Athletic Performance. Dubuque. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company Bowers, Richard W., Fox, Edward L. 1992. Sports Physiology, (3rd edition). Bowling Green, Ohio: Wm.C. Brown Publishers Maksum, A. 2007. Kualitas Pribadi Atlet: Kunci Keberhasilan Meraih Prestasi Tingg. Jurnal Psikologi: anima Indonesia Vol. 22 No. 2 Morris, T dan Summer, J. (1995). Sport Psychology Theory Application and Issues. Sydney and Melbourne: John Wiley & Sons. Morris, T. (2000). Psychological characteristics and talent identification in soccer. Journal of Sports Sciences, 18, 715-726.
Mutohir, T.C. 2000. Tes Standar Pembanduan Bakat Pemain Bulutangkis Usia Dini.. Surabaya. Penelitian diadakan atas kerjasama antara KONI Pusat dengan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) berdasarkan Surat KONI Pusat No.2047.A/UMM/LX/99 Nossek, J.,(1982), General Theory of Trainning. Lagos National Institute for Sport : Pan African Press Ltd.
Nurhasan, dkk. 2005. Petunjuk Praktis Pendidikan Jasmani. Surabaya Penerbit Unesa University Pres Pate, R.R., McCleanaghan, B., & Rotella, R., (1993), Scientific Foundations of Coaching (terjemahan Kasiyo Dwijowinoto), Semarang : IKIP Semarang Press.
Poole, J. 2008. Belajar Bulutangkis. Bandung: Penerbit Pionir Jaya. ISBN.979-542-165-4 Russel, P., Rotela R.R., and McClenaghan B. 1984. Scientific Foundations of Coaching. New York: Saunders College Publishing Singh, Raza, Mohammad, 2011. Physical Characteristics and Level of Performance on Badminton: A Relationship Study. Journal of Educational and Practice, vol. 2. No. 5; pp 6-10. Soetjipto, 2010. Biomekanika Olahraga Pada Pengembangan Motorik Anak Usia Pendidikan Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, vol.11. no 1. Halaman 1-8 Sukadiyanto dan Dangsina Muluk, 2011. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: Penerbit Lubuk Agung Yousif, Yeh, 2011. Badminton Training Machine With Impact Mechanism. Journal of Engineering Scince and Technology Vol. 6. No.1 (2011) 61-68
Biodata Penulis Dr. Mamin Suparmin, M.Kes. Dosen POK-FKIP Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 15 No. 1 Tahun 2015
75