perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAPORAN KHUSUS
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI UNIT DESTILASI ATMOSFERIS PENGOLAHAN MINYAK PUSDIKLAT MIGAS CEPU
Oktavianus Roy Abrianto R.0008060
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan judul : Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu
Oktavianus Roy Abrianto, NIM : R0008060, Tahun : 2011 Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Penguji Tugas Akhir Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta Pada Hari..............Tanggal.........................20.......
Pembimbing I
Pembimbing II
Lusi Ismayenti, ST., M.Kes NIP. 19720322 200812 2 001
Live Setyaningsih, SKM NIP. 19850811 201101 2 020
Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu
dengan peneliti : Oktavianus Roy Abrianto R0008060
Laporan ini telah disetujui dan disahkan oleh : PUSDIKLAT MIGAS CEPU 2011 Kepala Sub Bidang Kilang dan Utilitas
Pembimbing Lapangan LK3
Ir. M. Syaiful Anam, MT NIP. 19630316 199003 1 001
Putut Prasetyo, ST, MT NIP. 19581218 198303 1 001
Mengetahui, Kepala Bidang Program dan Kerjasama
Ir. Henk Subekti, Dipl. Eng NIP. 19620602 199303 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO DI UNIT DESTILASI ATMOSFERIS PENGOLAHAN MINYAK PUSDIKLAT MIGAS CEPU Oktavianus Roy Abrianto1, Lusi Ismayenti2, dan Live Setyaningsih’3 Tujuan : Pusdiklat Migas Cepu merupakan pusat pendidikan minyak dan gas bumi serta pengolahan minyak mentah menjadi produk jadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya perusahaan dalam mencegah kecelakaan kerja dan penyakit kerja dengan mengidentifikasi bahaya yang ada, menetapkan risiko dan mengupayakan metode pengendalian yang tepat pada Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pudiklat Migas Cepu. Metode : Kerangka penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang memberikan gambaran jelas tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. Data yang digunakan berasal dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsng ditempat kerja. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumen dan catatan perusahaan, serta studi kepustakaan. Hasil : Hasil yang diperoleh di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu diketahui bahwa tingkat bahaya tinggi adalah peledakan dan kebakaran, tingkat bahaya sedang adalah terpeleset, terjatuh, tersengat aliran listrik dan terpapar panas, dan tingkat bahaya tinggi adalah tersandung, terciprat oli kiriman, dan kebocoran minyak. Serta telah dilakukan upaya pengendalian bahaya dan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Simpulan : Perusahaan belum melaksanakan identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada Unit Destilasi Atmosferis, tetapi telah melakukan pengendalian risiko. Saran yang diberikan adalah perlu dibuat form IBPR secara berkala untuk memonitoring potensi dan faktor bahaya setiap unit pendukung dan unit proses dari proses Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. Kata Kunci : Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian Risiko 1.
2. 3.
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Fakultas Kesehatan Kerja, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan dengan judul ”Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu”. Tak terlupakan sujud syukur atas lindungan dan karunia Yesus Kristus dan Bunda Maria yang tak pernah sedetikpun meninggalkan hamba-Nya. Laporan ini dibuat dalam rangka tugas akhir dan syarat dalam menyelesaikan pendidikan sebagai mahasiswa program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan sukses dan berhasi tanpa bantuan dari semua pihak baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakulatas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakulatas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (Periode Mei 2011). 3. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja. 4. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Periode Juni 2011). 5. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes selaku dosen pembimbing I. 6. Ibu Live Setyaningsih, SKM selaku dosen pembimbing II. 7. Bapak Kastur, S. Ag beserta staff yang telah memberikan banyak bantuannya. 8. Bapak Putut Prasetyo, ST, MT, selaku Ketua LK3 Pusdiklat Migas Cepu. 9. Bapak Wahyudi, selaku Kepala Unit Safety dan Bapak Adi Purnomo serta Bapak Wiyanto selaku staff yang telah memberikan arahan, informasi, dan bimbingannya. 10. Bapak Suharto, Edi Suyanto, Bapak Suyanto, Bapak Zaenudin, Bapak Budi W dan rekan-rekan Fire Safety yang telah memberi bimbingan. 11. Bapak Yoga beserta staff dari Unit Lindung Lingkungan yang banyak membantu penulis memperoleh informasi. 12. Alm Bapak, Almh. Ibu, Almh. Bude, Papi, Mas Toki, Mas Yus, Mbak Evi, Mbak Dona, Mbak Siza, Mas Nono, Mbak Dian, dan para keponakan yang tercinta. Terima kasih atas restu, doa, dan dukungan yang diberikan selama ini. 13. Kepada Septian W.S, Yanuar K, dan Arie Suprayitno, teman seperjuangan, sepenanggungan, tapi tidak senasib yang telah memberi dukungan. 14. Bapak Heru Prayitno beserta keluarga. 15. Simbah Gun beserta keluarga. 16. Bapak Matturkam beserta keluarga. 17. Teman-teman mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2008. to universitas user 18. Teman-teman mahasiswa daricommit berbagai dan perguruan tinggi. v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan dan penyelesaian laporan ini. Surakarta, 22 Juni 2011 Penulis,
Oktavianus Roy Abrianto
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .........................................
iii
ABSTRAK ................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................
v
DAFTAR ISI .............................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
3
C. Tujuan Penelitian .................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
4
LANDASAN TEORI..................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................
25
B. Kerangka Pemikiran .............................................................
25
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................
26
A. Metode Penelitian.................................................................
26
B. Lokasi Penelitian ..................................................................
26
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ................................... commit to user
26
BAB II
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Sumber Data ........................................................................
26
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................
27
F. Pelaksanaan..........................................................................
28
G. Analisa Data.........................................................................
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
30
A. Hasil Penelitian ....................................................................
30
B. Pembahasan .........................................................................
55
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................
75
A. Simpulan ..............................................................................
75
B. Saran ....................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
82
BAB V
LAMPIRAN
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Kemungkinan (Probability) ....................................................
18
Tabel 2. Nilai Keparahan (Saverity) ..............................................................
18
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko. ................................................
15
Gambar 2. Risk Matrik Peringkat Risiko .......................................................
20
Gambar 3. Kerangka Pemikiran ....................................................................
25
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Magang/PKL di Pusdiklat Migas Cepu Lampiran 2 : Daftar Presensi Mahasiswa Magang/Praktek Lampiran 3 : Struktur Organigram LK3 Lampiran 4 : Kebijakan Lingkungan Pusdiklat Migas Lampiran 5 : Diagram Alir Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era Industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Kemajuan ini tentunya membawa dampak positif bagi kehidupan manusia, selain itu juga menambah jumlah dan ragam sumber bahaya apabila dalam pelaksanaannya tidak menggunakan sistem yang terkontrol, antara lain akan terjadi lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses, dan sifat pekerjaan yang berbahaya, serta peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan (Depnaker dan Transmigrasi RI, 2003). Smart people learn from experience, wise people learn from experience of others. Kalimat bijak ini jika dikaitkan dengan industri minyak, berarti menghendaki kita bukan saja menimba pengalaman dari insiden-insiden yang terjadi agar tidak terulang kembali, tetapi menambah ilmu-ilmu lainnya agar menjadi orang bijak yang dapat mengidentifikasi bahaya sebelum menjadi insiden (Gunawan, 2008).
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Bahaya yang ada oleh karena unsafe act dan unsafe condition dilakukan identifikasi tidak hanya agar kecelakaan tidak terulang lagi, tetapi masih ada faktor-faktor yang mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kecelakaan tersebut. Adanya penyelidikan tambahan agar menjadi evaluasi sehingga dihasilkan langkah koreksi yang lebih sempurna dan tepat. Bahkan hampir celaka (near miss incident) harus dibuat dan didukung data yang lengkap, agar menjadi perbaikan di kemudian hari (Gunawan, 1998). IBPR (Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko) dan Pengendalian Risiko merupakan elemen pokok dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. IBPR dilakukan diseluruh aktivitas organisasi untuk menentukan
kegiatan
organisasi
mengandung
potensi
bahaya
dan
menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (Ramli, 2009). Selanjutnya hasil IBPR menjadi masukan untuk penyusunan obyektif dan target K3 yang akan dicapai yang dituangkan dalam program kerja. Dimana IBPR merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3. Jika IBPR tidak dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan salah arah (misguided), acak atau virtual karena tidak mampu menangani isu pokok yang ada dalam organisasi (Ramli, 2009). Pusdiklat Migas Cepu merupakan tempat pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar seperti pertasol, kerosin, solar, PH solar dan residu. Selain itu Pusdiklat Migas juga menghasilkan produksi non minyak, misalnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
wax (lilin). Dalam proses produksinya terdapat berbagai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh faktor pekerjaan pada manusia, peralatan atau mesin dan lingkungan. Hal tersebut berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Maka dari itu perlu penetapan risiko yang signifikan untuk menentukan langkah pengendalian yang tepat. Melalui kegiatan observasi dan survey di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu, penulis mencoba untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi bahaya yang ada, menilai risiko dan mengendalikannya melalui laporan dengan judul ”Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu” .
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bahaya apa saja yang terdapat di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu? 2. Bagaimanakah cara penilaian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu? 3. Bagaimanakah metode pengendalian risiko yang tepat dan sesuai untuk menurunkan atau menghilangkan risiko bahaya di tempat kerja supaya dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui potensi bahaya dan faktor bahaya yang terdapat di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. 2. Untuk mengetahui penilaian risiko mana yang dapat menimbulkan risiko bahaya yang signifikan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Untuk mengetahui cara pengendalian yang tepat dilakukan untuk menurunkan dan menghilangkan risiko bahaya di tempat kerja.
D. Manfaat Penelitian 1. Perusahaan Memberikan gambaran tentang potensi bahaya dan faktor bahaya yang ada di tempat kerjanya secara lebih jelas dan mengusahakan upaya pengendalian potensi bahaya dan faktor bahaya tersebut 2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja a. Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar khususnya tentang identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya di tempat kerja. b. Sebagai bentuk kerjasama antar institusi, yakni antara Pusdiklat Migas Cepu dengan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja agar tercipta suatu penerapan ilmu yang sinkron dan sesuai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
3. Penulis a. Dapat menambah pengetahuan di bidang keselamatan kerja khususnya mengenai identifikasi faktor bahaya dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja. b. Dapat merencanakan tindakan pengendalian secara praktis agar penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja tidak terjadi. c. Dapat mengetahui cara penilaian terhadap dampak kegiatan di suatu tempat kerja. d. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan saat perkuliahan. 4.
Pembaca Dapat
menambah
wawasan
dan
pengetahuan
pembaca
khususnya mengenai Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Identifikasi Bahaya Menurut Tarwaka (2008), potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya dapat dikelompokkan berdasarkan katagori-katagori umum atau di dalam bab lain juga disebut sebagai energi potensi bahaya sebagai berikut : a. Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous Substances) b. Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Hazards) c. Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazards) d. Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazards) e. Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazards) f. Potensi bahaya gravitasi dan akselerasi (Gravitational and Acceleration Hazards) g. Potensi bahaya radiasi (Radiation Hazards) h. Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazards) i. Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazards) j. Potensi bahaya ergonomi (Hazards relating to human Factors) commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
k. Potensi bahaya lingkungan kerja (Enviromental Hazards) l. Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa, proses produksi, properti, image publik, dan lain-lain. Menurut Ramli (2009), bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atas tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. a. Jenis bahaya, antara lain : 1) Bahaya Mekanis Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press, tempa, pengaduk dan lain-lain. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong atau terkelupas. 2) Bahaya Listrik Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
3) Bahaya Kimiawi Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain keracunan yang bersifat racun (toxic), iritasi, kebakaran, peledakan, polusi dan pencemaran lingkungan. 4) Bahaya Fisis Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain : a) Bising b) Tekanan c) Getaran d) Suhu panas atau dingin e) Cahaya atau penerangan f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultraviolet atau infra merah. 5) Bahaya Biologis Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Faktor bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian, kimia, pertambangan, pengolahan minyak dan gas bumi. b. Sumber Informasi Bahaya Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau kecelakaan yang terjadi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety data sheet) dan lainnya (Ramli, 2009). Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada proses produksi harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu, harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Identifikasi bahaya adalah suatu
teknik komprehensif untuk
mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem (Ramli, 2009). Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008). Langkah pertama untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya adalah dengan mengidentifikasi atau mengenali kehadiran bahaya di tempat kerja. (Tarwaka, 2008) Menurut Soehatman Ramli (2009) teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
a. Teknik Pasif Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalami secara langsung. Metoda ini sangat rawan, karena tidak semua bahan dapat menunjukan eksistensi sehingga dapat terlihat. Sebagai contoh, di dalam suatu pabrik bahan kimia, terdapat berbagai jenis bahan dan peralatan. Melakukan identifikasi pasif, ibarat menyimpan bom waktu yang dapat meledak setiap saat. b. Teknik Semi Proaktif Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun kurang efektif karena : 1) Tidak semua bahaya telah diketahui 2) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan ke pihak lain 3) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian. c. Teknik Proaktif Teknik terbaik untuk mengidentifikasi bahaya dengan mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Teknik proaktif memiliki kelebihan : 1) Bersifat preventif 2) Bersifat Peningkatan berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan. 3) Meningkatkan kepedulian 4) Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan : a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi Kegiatan ini dilaksanakan melalui : a. Konsultasi orang yang mempunyai pengalaman dalam bidang pekerjaan yang mereka sukai dan menimbulkan kegiatan bahaya. b. Pemeriksaan-pemeriksaan fisik lingkungan kerja. c. Catatan sakit dan cidera-cidera insiden waktu yang lalu yang mengakibatkan cidera dan sakit, menjelaskan sumber bahaya yang potensial. d. Informasi identifikasi bahaya memerlukan nasehat, penelitian dan informasi dari seseorang ahli. e. Analisa tugas dengan membagi kedalam unsur-unsurnya maka bahaya yang berhubungan dengan tugas dapat diidentifikasikan. f. Sistem formal analisa bahaya, misalnya Hazop atau Hazard (Depnaker, 1996). Kegunaan identifikasi bahaya adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bahaya-bahaya yang ada. b. Untuk mengetahui potensi bahaya tersebut, baik akibat maupun frekuensi terjadinya. c. Untuk mengetahui lokasi bahaya. d. Untuk menunjukkan bahwa bahaya-bahaya tersebut telah dapat memberikan perlindungan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
e. Untuk menunjukkan bahwa bahaya tertentu tidak akan menimbulkan akibat kecelakaan sehingga tidak diberikan perlindungan. f. Untuk analisa lebih lanjut (PT. Bukit Makmur, 2003). Untuk dapat mengidentifikasi bahaya dengan baik dan dapat menangkap sebanyak mungkin bahaya, kita harus melakukannya dengan teknik yang benar. Di bawah ini adalah beberapa contoh teknik dalam mengidentifikasi bahaya : a. Berjalanlah berkeliling dan perhatikan hal-hal yang dapat menjadi sumber kecelakaan. b. Jangan hiraukan hal-hal yang sepele, pusatkan perhatian pada sesuatu yang dapat menyebabkan insiden serius. c. Tanyakan kepada pekerja mengenai pendapat mereka tentang bahaya dari pekerjaan yang dilakukan. d. Cermati instruksi kerja yang dibuat oleh pabrik. e. Pelajari catatan insiden dan catatan kesehatan pekerja di tempat tersebut. f. Pelajari hasil temuan inspeksi terdahulu. g. Lakukan pengamatan, terutama pada sumber-sumber energi. h. Cermati semua jenis pekerjaan yang ada di lokasi tersebut. i. Pertimbangkan keberadaan orang lain yang tidak selalu berada di lokasi tersebut. j. Perkirakan semua orang yang dimungkinkan bisa terluka akibat dari kegiatan di lokasi tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
k. Dari setiap bahaya yang teridentifikasi, perhatikan jumlah orang dan lamanya terkena paparan bahaya tersebut ( PT. Bukit Makmur, 2003). Kita dapat mengidentifikasi bahaya dengan melihat catatan-catatan insiden yang pernah terjadi dan catatan hasil inspeksi terdahulu di lokasi tersebut. Pokok-pokok yang harus dicermati dari catatan insiden, antara lain: a. Benda yang menjadi sumber kecelakaan (palu, sling, plat besi, dump truck, dan lain-lain). b. Jenis kecelakaan yang terjadi (terjepit, jatuh, tabrakan, dan lain-lain). c. Kondisi tidak standar yang menimbulkan insiden (licin, tajam, sempit, berdebu, dan lain-lain). d. Tindakan tidak aman yang menimbulkan insiden (tidak pakai APD, tidak melaksanakan prosedur, dan lain-lain). e. Bagian tubuh yang cedera (kepala, tubuh, kaki, tangan, dan lain-lain). f. Seksi-seksi mana yang sering ditemukan penyimpangan / deviasi pada catatan inspeksi terdahulu, g. Jenis-jenis deviasi / penyimpangan yang ditemukan dari hasil inspeksi terdahulu, h. Daerah-daerah kritis mana yang sering terlepas dari pengawasan supervisor. Dengan bantuan catatan insiden dan inspeksi terdahulu, kita dapat lebih fokus dalam mengidentifikasi bahaya ( PT. Bukit Makmur, 2003).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
2. Penilaian Risiko Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008). Setiap pekerjaan perlu dilakukan penilaian risiko untuk megetahui kemungkinan terjadi kecelakaan pada tempat kerja, sehingga dapat menetapkan pencegahan dan pengendalian keselamatan kerja. Tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan keparahan
(consequence/severity)
dari
suatu
kejadian
yang
dapat
menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cidera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. Hazard banyak ditemui di tempat kerja dan harus segera dikendalikan secepat mungkin supaya tidak terjadi kesalahan yang fatal atau risiko bahaya yang lebih besar, karena ada beberapa diantaranya yang dapat dikendalikan dengan sedikit biaya atau tanpa biaya. Apabila kita akan mengendalikan suatu risiko bahaya, maka kita harus menentukan mana yang pertama kali dilakukan untuk mengendalikanya. Untuk menentukkan prioritas hazard yang serius atau sangat serius maka harus dilakukan penilaian risiko untuk menentukan pengendalian yang tepat terhadap potensi bahaya di tempat kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
TINGKAT RESIKO
KEKERAPAN
KEPARAHAN
Kemungkinan terjadinya kecelakaan atau sakit : Dinilai dari frekuensi atau durasi paparan hazard
Tingkat keparahan kecelakaan atau sakit : Dinilai dari jumlah orang yang terpapar hazard pada periode tertentu
Gambar 1. Bagan Penentuan Tingkat Risiko Sumber : Tarwaka, 2008 Hasil dari penilaian risiko akan memudahkan kita dalam melihat tingkat kekritisan dari bahaya, sehingga kita dapat mendudukkan bahayabahaya tersebut sesuai urut-urutan dari yang memiliki tingkat kekritisan tinggi sampai yang memiliki kekritisan rendah (PT. Bukit Makmur, 2003). Penilaian risiko terutama ditujukan untuk menyusun prioritas pengendalian bahaya yang telah diidentifikasi. Semakin tinggi nilai risiko yang dikandung suatu bahaya, semakin kritis sifat bahaya tersebut, dan berarti menuntut tindakan perbaikan atau pengendalian yang sesegera mungkin (PT. Bukit Makmur, 2003). Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian risiko meliputi : a. Menentukan personil penilai Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas lain di luar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai dapat merupakan suatu tim yang terdiri dari beberapa orang. b. Menentukan obyek/bagian yang akan dinilai Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian atau
departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan
sebagainya. Penentuan obyek ini sangat membantu dalam sistematika kerja penilai. c. Kunjungan/Inspeksi tempat kerja Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through survey / Inspection” yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait. d. Identifikasi potensi bahaya Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja, misalnya melalui : 1) Inspeksi/survey tempat kerja rutin. 2) Informasi mengenai data kecelakaan kerja dan penyakit, absensi. 3) Laporan dari P2K3 (Panitia Pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja), supervisor atau keluhan pekerja. 4) Lembar data keselamatan bahan (material safety data sheet) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut untuk memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya terutama pada kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi suatu risiko. e. Mencari informasi/data potensi bahaya Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan, mempelajari MSDS, petunjuk teknis, standar, pengalaman atau informasi lain yang relevan. f. Analisis Risiko Dalam kegiatan ini, semua jenis risiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat keparahan (saverity) frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan untuk mengatasi resiko tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin.
Ketidaksempurnaan dapat juga
terjadi, namun melalui upaya sistematik, perbaikan senantiasa akan diperoleh. g. Evaluasi risiko Memprediksi tingkat
risiko
melalui evaluasi
yang akurat
merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian resiko. Kualifikasi dan kuantifikasi risiko, dikembangkan dalam proses tersebut. Konsultasi dan nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada tahap analisis dan evaluasi risiko. Metode evaluasi resiko antara lain adalah : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
1) Menghitung peluang insiden (probability) Dalam menentukan peluang insiden yang terjadi di tempat kerja kita dapat menggunakan skala berdasarkan tingkat potensinya. Tabel 1. Nilai Kemungkinan Nilai Kemungkinan Tingkat
Uraian
Contoh Rinci
5
Hampir Pasti Terjadi
4
Sering Terjadi
3
Dapat Terjadi
2
Kadang-kadang
1
Jarang Sekali
Dapat terjadi setiap saat dalam kondisi normal, akan terjadi pada semua kondisi (90%) terjadi (selalu terjadi sampai 1 kali dalam seminggu) Terjadi beberapa kali dalam periode waktu tertentu, (kurang dari 1 kali dalam satu minggu sampai 1 kali dalam satu bulan) Risiko dapat terjadi namun tidak sering, (kurang dari 1 kali dalam satu bulan sampai 1 kali dalam tiga bulan) Kadang-kadang terjadi (kurang dari 1 kali dalam tiga bulan sampai 1 kali dalam satu tahun) Dapat terjadi dalam keadaan tertentu, pada suatu kondisi khusus/luar biasa/bertahun-tahun, (kurang dari 1 kali dalam satu tahun)
Sumber : Ramli, 2009 2) Menghitung tingkat keparahan (saverity) Tabel 2. Nilai Keparahan (Saverity) Nilai Keparahan Tingkat
Uraian
Contoh Rinci
1
Tidak Signifikan
Tidak menimbulkan kerugian/ cedara pada manusia, tidak mengganggu kesehatan, dan berdampak pada tempat kejadian
2
Kecil
Menimbulkan
cedera
ringan,
kerugian
kecil, menimbulkan dampak serius terhadap kelangsungan bisnis, dan berdampak pada lingkungan unit kerja
commit to user
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Sambungan Nilai Keparahan Tingkat
Uraian
Contoh Rinci
3
Sedang
Cedera berat dan dirawat di rumah sakit, tidak menimbulkan cacat tetap, kerugian finansial sedang, berdampak pencemaran pada lingkungan tempat usaha.
4
Berat
Menimbulkan cedera parah dan cacat tetap dan kerugian finansial besar, menimbulkan dampak serius terhadap kelangsungan usaha serta berdampak pencemaran pada lingkungan besar perusahaan dan masyarakat disekitar.
5
Bencana
Mengakibatkan korban meninggal dan kerugian parah bahkan menghentikan kegiatan
usaha
selamanya
serta
berdampak pada lingkungan sangat besar dan masyarakat luas. Sumber : Ramli, 2009 3) Mengkombinasikan perhitungan peluang dan konsekuensi untuk menentukan tingkat resiko. Level atau tingkatan resiko ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil identifikasi peluang bahaya dan konsekuensi. Hubungan ini dapat kita gambarkan dalam matriks berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Saverity
1
2
3
4
5
Probability 5
M
H
H
E
E
4
L
M
H
H
E
3
L
M
M
H
H
2
L
L
M
M
H
1
L
L
L
L
M
Gambar 2. Risk Matrik Peringkat Risiko Sumber : Ramli, 2009 Keterangan : E : Extreme (Sangat Tinggi)
M : Medium (sedang)
H : High (tinggi)
L : Low (rendah)
Berdasarkan matrik rangking tersebut kita dapat mengidentifikasi atau menentukan tindakan yang akan kita lakukan terhadap setiap risiko. Ketentuan tindak lanjutnya sebagai berikut : a) Risiko rendah Risiko dapat diterima, pengendalian tambahan tidak perlu dilakukan.
Pemantauan
diperlukan
untuk
memastikan
bahwa
pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar. b) Risiko sedang Perlu
tindakan
untuk
mengurangi
risiko,
tetapi
biaya
pencegahan yang diperlukan harus diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi. Pengukuran pengurangan risiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
c) Risiko tinggi Kegiatan tidak boleh dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu pertimbangan sumber daya yang akan dialokasikan untuk mereduksi risiko. Apabila risiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih berlangsung, maka tindakan harus segera dilakukan. d) Ekstrim Kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko telah direduksi. Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan sumber daya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan (Ramli, 2009). Penilaian risiko ini bersifat subyektif. Tetapi pengelompokan angka nilai risiko seperti diatas akan mengurangi tingkat kesubyektifan dari penilaian ini. Dan jika penilaian risiko dilakukan oleh tim atau kelompok, akan lebih memperkecil kesubyektifan (PT. Bukit Makmur, 2003). Hal terpenting dalam melakukan penilaian risiko adalah berpikir logis, artinya tidak melebih-lebihkan kekhawatiran kita akan bahaya yang kita nilai, tetapi jangan pula menganggap sepele dari bahaya tersebut (PT. Bukit Makmur, 2003). Dalam penilaian risiko, ada beberapa hal yang harus kita memperhatikan antara lain : a) Bahaya mempunyai sifat spesifik, tergantung pada ruang/tempat, waktu, dan massa. Sehingga satu jenis bahaya, dapat mempunyai nilai risiko yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b) Besarnya angka dari risiko tidak begitu penting. Yang terpenting adalah langkah pengendalian risiko yang kita lakukan. c) Lakukan tindakan perbaikan segera, jika ditemukan bahaya dengan tingkat kekritisan sangat tinggi (PT. Bukit Makmur, 2003). 3. Pengendalian Risiko Bahaya yang sudah diidentifikasi dan dinilai, maka selanjutnya harus dilakukan perencanaan pengendalian risiko untuk mengurangi risiko sampai batas maksimal. Pengendalian
risiko
dapat
mengikuti
Pendekatan
Hirarki
Pengendalian (Hirarchy of Control). Hirarki pengedalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Di dalam hirarki pengendalian risiko terdapat 2 (dua) pendekatan, yaitu : a. Pendekatan ”Long Term Gain” yaitu pengendalian berorientasi jangka panjang dan bersifat permanen dimulai dari pengendalian substitusi, eliminasi, rekayasa teknik, isolasi atau pembatasan, administrasi dan terakhir jatuh pada pilihan penggunaan alat pelindung diri. b. Pendekatan ”Short Term Gain”, yaitu pengendalian berorientasi jangka pendek dan bersifat temporari atau sementara. Pendekatan pengendalian ini diimplementasikan selama pengendalian yag bersifat lebih permanen belum dapat diterapkan. Pilihan pengendalian risiko ini dimulai dari penggunaan alat pelindung diri menuju ke atas sampai dengan substitusi (Tarwaka, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Hirarki Pengendalian Risiko merupakan suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Salah satunya dengan membuat rencana pengendalian antara lain : a. Eliminasi (Elimination) Eliminasi merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Cara pengendalian yang baik dilakukan adalah dengan eliminasi karena potensi bahaya dapat ditiadakan. b. Substitusi (Substitution) Cara pengendalian substitusi adalah dengan menggantikan bahanbahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman. c. Rekayasa Teknik (Engineering Control) Pengendalian rekayasa teknik termasuk merubah struktur obyek kerja untuk mencegah seseorang terpapar potensi bahaya. Cara pengendalian yang dilakukan adalah dengan pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
beton, pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorber suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan kebisingan tinggi, dan lain-lain. d. Isolasi (Isolation) Cara pengendalian yang dilakukan dengan memisahkan seseorang dari obyek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup (control room) menggunakan remote control. e. Pengendalian Administrasi (Admistration Control) Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya
yang tergantung dari perilaku pekerjanya dan
memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi penerimaan tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian dan training K3. f. Alat Pelindung Diri (Administration Control) Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima oleh tubuh. Menurut modul IBPR PT. Bukit Makmur (2003), dalam menentukan pengendalian risiko atas bahaya yang kita identifikasi, harus diperhatikan hal-hal di bawah ini : 1). Apakah telah ada control / pengendalian resiko yang telah lalu? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Jika telah ada, apakah kontrol tersebut telah memadai atau belum? 2). Jika belum memadai, tentukan tindakan pengendalian baru untuk menghilangkan atau menekan resiko sampai pada tingkat serendah mungkin.
B. Kerangka Pemikiran Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu
Potensi Bahaya dan Faktor Bahya
Tidak ada Identifikasi Bahaya
Identifikasi Bahaya
Penilaian Risiko
Penyakit Akibat Kerja Kecelakaan Kerja
Pengendalian Risiko Kerugian Kondisi Aman
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Potensi Bahaya
Identifikasi Potensi Bahaya
Penilaian Risiko
Pengendalian Risiko
Kondisi Aman
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian diskritif. Menurut Nurbuko (2005), metode diskritif yaitu memberikan gambaran secara jelas suatu masalah dan keadaan berdasarkan data-data yang sebenarnya, sehingga hanya merupakan penyingkapan suatu fakta dan data yang diperoleh serta digunakan sebagai bahan penulisan laporan.
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pusiklat Migas yang terletak di Jl. Sorogo No. 1 Cepu 58315, Blora, Jawa Tengah dengan mengambil lokasi di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.
C. Obyek Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian Obyek penelitian ini adalah manusia, peralatan atau mesin dan lingkungan sebagai sumber bahaya.
D. Sumber Data Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai berikut :
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
1. Data Primer Data
primer
diperoleh
dari
melakukan
observasi
ke
tempat
kerja/lapangan, wawancara tenaga kerja dan konsultasi dengan pembimbing lapangan. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari data perusahaan serta literatur lain sebagai sumber data. Data sekunder diperoleh di Perpustakaan Diploma III Hiperkes dan KK, Pusdiklat Migas Cepu dan AKAMIGAS Cepu.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Lapangan Teknik pengumpulan data dengan observasi langsung ke lapangan ini dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. 2. Wawancara Peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan karyawan yang berwenang dan berkaitan dengan potensi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
3. Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan penulis dengan membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan masalah identifikasi potensi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu, laporan-laporan penelitian yang sudah ada, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian baik dari perpustakaan Pusdiklat Migas Cepu maupun AKAMIGAS Cepu yang dapat menunjang tentang higene perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Dokumentasi Pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen terkendali maupun tidak terkendali yang ada di perusahaan serta catatancatatan perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian.
F. Pelaksanaan 1. Persiapan a. Pengajuan proposal magang pada tanggal 5 Oktober 2010 yang ditujukan kepada Kepala Bidang Program dan Kerja Sama Pusdiklat Migas Cepu. b. Mendapatkan surat jawaban resmi pada bulan Januari dari Kepala Bidang Program dan Kerja Sama Pusdiklat Migas Cepu melalui faximilie. c. Membaca referensi berupa buku-buku di perpustakaan Diploma III Hiperkes dan KK dan literatur dari internet. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
2. Pelaksanaan a. Observasi ke semua unit di Pusdiklat Migas Cepu. b. Observasi ke objek yang bersangkutan dengan judul laporan yaitu khusus di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. c. Tanya jawab dengan pembimbing, staff perusahaan maupun tenaga kerja atau operator di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu. d. Mencari data sebagai pelengkap baik data primer maupun data sekunder.
G. Analisa Data Dari data penelitian yang sudah diperoleh, maka penulis berusaha untuk menganalisa hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko dengan membandingkan data yang diperoleh dengan peraturan perundangundangan yang berlaku seperti UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Kepmenaker No.51/MEN/1999 tentang Faktor Fisik Tempat Kerja, Permenaker No. Per-02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik, Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No. 87.K/38/DDJM/1996 tentang Tata Cara Penilaian dan Pemberian tanda Penghargaan dalam Bidang Keselamatan Kerja Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusaha Sumber Daya Panas Bumi, dan Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Diskripsi Proses Pengolahan Minyak Secara Destilasi Atmosferis Proses pengolahan minyak mentah (crude oil) di Pusdiklat Migas Cepu dengan menggunakan proses destilasi atmosferis. Minyak mentah (crude oil) merupakan campuran yang sangat kompleks dari senyawasenyawa hidrokarbon sebagi penyusun utamanya dan sedikit unsur Belerang, Nitrogen Oksigen, Logam-logam dan garam mineral. Sebelum proses masuk ke kilang bahan/material ikutan tersebut harus dipisahkan lebih dahulu agar tidak menganggu proses dan mengurangi mutu produk yang dihasilkan. Minyak
mentah
(crude
oil)
sebagai
suatu
hasil
tambang
dikelompokkan beberapa jenis antara lain : a. Crude Oil Parafinis Crude Oil Parafinis adalah crude oil atau minyak mentah yang susunan hidrokarbonnya sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon yang sederhana, ditandai dengan rantai atom-atom karbon yang tersusun dalam rantai jenuh tebuka. Sifat fisik crude oil ini antara lain, fraksi beratnya banyak mengandung lilin, sedikit mengandung aspal, dan mutu commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
gasoline yang memilki spesifikasi rendah, mutu kerosene dan solarnya baik. Minyak mentah ini banyak terdapat di daerah Kewengan. b. Crude Oil Asphaltis Crude Oil Asphaltis adalah crude oil atau minyak mentah yang susunan hidrokarbonnya sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon tertutup / cyclisss (nefthenis maupun aromatis) ditandai spesifikasi mutu gasoline lebih tinggi, mutu kerosene titik asap rendah dan residu bersifat asphaltis, cocok untuk dibuat asphalt, dan tidak mengandung lilin. Minyak mentah ini banyak terdapat di daerah Ledok. c. Crude Oil Campuran (Mixed) Crude oil atau minyak mentah ini merupakan campuran dari crude oil parafinis dan asphaltis, dan juga mengandung aromatis. Sedangkan yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan crude oil di Unit Destilasi Pusdiklat Migas Cepu berupa crude oil campuran. Prinsip dasar destilasi atmosferis adalah pemisahan fraksi-fraksi yang dikehendaki didasarkan atas perbedaan trayek didih (boiling range) masingmasing fraksi tersebut, dan berlangsung melalui proses pemanasan, penguapan, pemisahan, pengembunan dan pendinginan. Proses berlangsung pada tekanan sedikit di atas atmosfer sehingga disebut Destilasi Atmosferis. Sebelum minyak mentah diolah dalam kilang, terlebih dahulu kedua jenis crude oil ini diproses di tangki penampungan crude oil. Adapun peralatan penting yang digunakan di Unit Destilasi Atmosferis Kilang Pusdiklat Migas Cepu antara lain : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
1) Pompa Pompa berfungsi untuk mengalirkan zat cair melalui sistem perpipaan dari suatu unit ke unit lain dengan jalan menambahkan energi pada zat cair tersebut. Selain memindahkan cairan, pompa juga berfungsi untuk menambahkan kecepatan alir cairan tersebut. Jenis pompa yang dipakai di Unit Kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah jenis pompa torak, pompa sentrifugal, dan pompa ulir. 2) Heat Exchanger Heat Exchanger berfungsi sebagai pemanasan awal dari umpan minyak mentah (crude oil) sebelum masuk ke furnace dengan jalan mengambil panas dari aliran produk residu dan solar yang akan didinginkan. 3) Furnace Furnace berfungsi untuk memanaskan minyak mentah sampai suhu yang ditentukan. Tipe furnace di Unit Kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah model box dengan tube terletak pada posisi horizontal. Setiap furnace mempunyai satu burner dengan menggunakan sistem natural draf. Minyak mentah mengalir melalu tube-tube yang berada di bagian bawah dan mendapatkan panas secara konveksi dengan adanya gas buang yang keluar melalui cerobong. Untuk mengatur flue gas yang keluar diperlukan damper stack.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
4) Evaporator Evaporator berfungsi untuk memisahkan antara uap dan cairan dari minyak mentah yang telah dipanaskan di dalam furnace. Evaporator berupa bejana tegak yang dilengkapi dengan lubang injeksi steam pada bagian dasarnya. Injeksi steam bertujuan untuk menyempurnakan proses pemisahan di dalam evaporator, sehingga fraksi ringan yang masih bercampur dengan fraksi berat diharapkan akan keluar dari dasar evaporator dan naik bersama-sama steam menuju puncak evaporator. Evaporator ini memisahkan residu dengan campuran fraksi-fraksi seperti gasoline, kerosene, dan solar. 5) Kolom Fraksinasi Kolom fraksinasi berfungsi untuk memisahkan masing-masing fraksi yang dikehendaki sesuai dengan jarak titik didih masing-masing fraksi tersebut. 6) Kolom stripper Kolom stripper berfungsi untuk menguapkan kembali fraksi-fraksi ringan yang masih bercampur dengan produk. Untuk menguapkan diberikan steam dengan cara menginjeksikan pada bagian dasar stripper. 7) Cooler Cooler berfungsi utuk mendinginkan produk panas sebelum disalurkan ke tangki penampungan tetapi tidak merubah fase. Jenis cooler yang digunakan di unit kilang antara lain : a) Tipe shell and tube dengan media pendingin air (16 unit) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
b) Tipe cooling box dengan media pendingin air (6 unit) 8) Kondensor Kondensor berfungsi untuk mengembunkan produk uap dari puncak fraksinasi. Media pendinginnya berupa air. Produk jadi dilewatkan pada bagian shell sedang air berada di bagian tube. 9) Separator Separator berfungsi untuk memisahkan air dan gas yang tercampur di dalam produk. Terdapat 8 unit separator yang dioperasikan. 10) Tangki Penampungan Tangki penampungan berfungsi untuk menampung produk jadi maupun residu. Untuk tangki minyak berat (PH Solar dan residu) dilengkapi dengan pemanas agar tidak membeku dengan menginjeksikan steam agar tetap cair. Urutan jalannya proses pengolahan minyak mentah secara destilasi atmosferis di unit kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah sebagai berikut : a) Minyak mentah dalam tangki penampungan minyak mentah dihisap dan disalurkan oleh feed pump Heat Exchanger (HE) untuk mengalami pemanasan awal sampai menjadi antara 100-1400C. Kemudian masuk ke dalam furnace untuk dilakukan pemanasan lanjut hingga mencapai suhu antara 300-3400C berdasarkan karakteristik produk. Selanjutnya masuk evaporator untuk memisahkan antara uap produk dan residu. Residunya kemudian menuju residu stripper, HE, Box Coooler, kemudian masuk ke dalam tangki residu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
b) Dari top evaporator, uap minyak yang merupakan campuran dari fraksifraksi solvent (petrasol), kerosene, solar dan PH Solar masuk ke kolom fraksinasi C-1 untuk dipisahkan sesuai fraksi-fraksi tersebut, yaitu dari top kolom C-1 keluar produk Petrasol yang diumpankan kembali ke kolom C-2 untuk Petrasol CA yang keluar melalui top kolom C-2 dicairkan di kondensor dan didinginkan di cooler kemudian masuk separator menuju tangki penampungan produk Petrasol CA di T-114, T-115, T-116, dan T117 c) Dari side stream kolom C-2 dan bottom kolom C-2 diambil sebagai produk Petrasol CB, kemudian masuk separator menuju tangki penampungan Petrasol CB di T-109 dan T-110. d) Dari side stream paling atas kolom C-1 diambil produk Petrasol CC, kemudian masuk cooler, selanjutnya separator hingga menuju tangki penampungan Petrasol CC di T-112 dan T-113. e) Dari side stream tengah kolom C-1, dimabil produk kerosene kemudian masuk ke stripper kerosene. Dari bottom stripper, kerosene masuk ke dalam cooler menuju separator hingga masuk ke tangki penampung kerosene di T106, T-124, T-125, dan T-126. f) Dari side stream bagian bawah kolom C-1 diambil produk solar kemudian masuk hingga tangki penampung produk solar di T-111, T-120 dan T-127. g) Dari bagian bawah kolom fraksinasi C-1 keluar produk PH-Solar langsung disalurkan ke tangki penampung PH-Solar yaitu T-118 dan T-119. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Selanjutnya dipompakan ke unit Wax Plant untuk diproses dan diambil lilin atau wax. Produk-produk utama yang dihasilkan di Unit Destilasi Atmosferis Kilang Pusdiklat Migas Cepu antara lain : (1). Solvent ringan atau Petrasol CA ( Pertamina solvent Cepu kualitas A) (2). Solvent sedang atau Petrasol CB ( Pertamina solvent Cepu kulaitas B) (3). Naptha (4). Solvent berat atau Petrasol CC ( Pertamina solvent Cepu kualitas C) (5). Kerosene ( minyak tanah) (6). PH-Solar (7). Solar (8). Residu Kapasitas dari Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu sekitar 600 m3/hari dengan pengoperasian 4 unit furnace. Untuk saat ini hanya dioperasikan 1 unit furnace dengan kapasitas sekitar 170 m3/hari sesuai dengan permintaan dari PERTAMINA EP Region Jawa Tengah (Cepu). 2. Hasil Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu Di Unit
Destilasi Atmosferis Pusdiklat
Migas Cepu
belum
dilaksanakan IBPR. Oleh karena itu peneliti membuat form IBPR berdasarkan kriteria Kemugkinan (Probability), Keparahan (Saverity), Penilaian Risiko dan Signifikan Risiko menurut Permenaker No.PER 05/MEN/1996 Lampiran I point 3.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko. commit to user
37
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR) Instansi
: Pusdiklat Migas Cepu
Tanggal
: 16 Februari 2011
Area
: Pengolahan Minyak (Kilang)
Sumber
: Data Primer
Proses
: Destilasi Atmosferis
Dibuat oleh
: Oktavianus Roy Abrianto
Keterangan
: P (Probability) atau Kemungkinan S (Saverity) atau Keparahan R (Risiko)
No. 1.
Unit Tangki-101 dan Tangki102
Kegiatan a. Penampungan crude oil
Bahaya
P
S
R
1) Kebakaran jika adanya nyala api
3
4
12
Signifikan Risiko Tinggi
Pelaksanaan Pemasangan sistem peringatan di depan pagar unit seperti dilarang membuat bunga api dan proteksi kebakaran dengan pemasangan water drenching, hydrant dan alat pemadam tangki seperti foam chamber
Bersambung 37
38
sambungan No. 1.
Unit Tangki-101 dan Tangki102
Kegiatan a. Penampungan crude oil
Bahaya
P
S
R
2) Terjatuh dari atas tangki saat pengecekan
1
5
5
Signifikan Risiko Rendah
3) Terpeleset tumpahan minyak
4
1
4
Rendah
4) Kebocoran minyak pada pipa yang bocor saat pengisian menimbulkan ceceran minyak
1
2
2
Rendah
Pelaksanaan Pengecekan dan pembersihan lantai tangga belum rutin dilaksanakan, tetapi untuk APD saat menaiki tangga sudah sesuai dengan memakai safety shoes, safety helmet, dan safety belt Pembersihan rutin dilakukan, bila ada bocoran atau ceceran segera ditangani dan memakai APD saat bekerja seperti safety shoes, safety helmet dan safety google, tetapi spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpeleset Memastikan pipa saluran tidak ada yang bocor, memakai APD (safety shoes, safety helmet, sarung tangan karet dan safety googles) dan bila terkena minyak terdapat tempat cuci tangan. bersambung 38
39
sambungan No. 1.
Unit Tangki-101 dan Tangki102
Kegiatan
Bahaya
P
S
R
b. Pemisahan air dan crude oil
Terpleset ceceran minyak yang tercampur air
4
1
4
Signifikan Risiko Rendah
c. Penetralan listrik statis pada setiap tangki timbun
1) Kebakaran apabila ada bunga api oleh karena listrik statis akibat beda potensial antar pipa atau petir
3
4
12
Tinggi
Pelaksanaan Pembersihan rutin dilakukan, bila ada bocoran atau ceceran segera ditangani dan memakai APD (safety shoes, safety helmet dan safety googles) tetapi spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpeleset Pemasangan penetral listrik statis yang dipasang pada tiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah terjadi listrik statis, serta terdapat water drenching untuk mendinginkan tangki dan alat pemadam tangki seperti foam chamber untuk menanggulangi apabila terjadi kebakaran bersambung 39
40
sambungan No. 2.
Unit Rumah Pompa
Kegiatan a. Menyalurkan crude oil ke HE
b. Sampling point
Bahaya
P
S
R
1) Tersengat aliran listrik oleh mesin saat pengoperasian
1
5
5
Signifikan Risiko Sedang
Pelaksanaan
2) Kebocoran crude oil pada sambungan pipa penyalur ke HE
1
2
2
Rendah
Pemeriksaan rutin pada setiap pipa penyalur crude oil dari tangki timbun sampai HE sebelum operasional.
1) Ceceran minyak di washtafel dan lantai bila terkena kulit akan menyebabkan gatal-gatal
4
2
8
Sedang
Pembersihan secara rutin dilakukan, penyediaan tempat cuci tangan di control room, penggunaan APD seperti sarung tangan karet saat bekerja.
Pemasangan instalasi listrik sudah sesuai hanya kurang rutin dalam pengecekan dan penggantian komponen secara berkala, penggunaan APD saat bekerja seperti safety shoes dan sarung tangan kulit pada saat mengoperasikan.
bersambung 40
41
sambungan No. 2.
Unit Rumah Pompa
Kegiatan b. Sampling point
c. Pemisahan air dan minyak di separator
Bahaya
P
S
R
2) Bau crude oil yang dapat mengganggu pernafasan
3
2
6
Signifikan Risiko Sedang
3) Cipratan minyak yang dapat mengenai mata dan kulit dapat menimbulkan gatal-gatal
2
2
4
Rendah
1) Terdapat ceceran minyak yang terkoagulasi dengan air yang menyebabkan licin
4
2
8
Sedang
Pelaksanaan Pemakaian APD seperti respirator saat bekerja dalam waktu yang lama, tetapi letak sampling point dekat area terbuka sehingga bau crude oil tidak terlalu menyengat. Membuka kran sampling dengan hati-hati, penggunaan APD penutup muka atau safety googles serta sarung tangan karet saat berada di tempat yang mengeluarkan percikan minyak, dan penyediaan tempat cuci di control room Pembersihan rutin dilakukan, bila ada ceceran minyak segera dibersihkan dan penggunaan APD saat bekerja seperti safety shoes tetapi spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpleset bersambung 41
42
sambungan No. 2.
3.
Unit Rumah Pompa
Furnace
Kegiatan c. Pemisahan air dan minyak di separator
a. Pompa pengisian bahan bakar
Bahaya
P
S
R
2) Terperosok ke dalam parit (sering terjadi pada malam hari)
4
2
8
Signifikan Risiko Sedang
Pelaksanaan
3) Cipratan minyak yang dapat mengenai mata
2
2
4
Rendah
1) Kebakaran bila ada bunga api
3
4
12
Tinggi
Pengaturan tekanan pompa bahan bakar serta pemasangan alat proteksi kebakaran seperti APAR di setiap tiang penyangga.
2) Konsleting Listrik
1
5
5
Sedang
Pemasangan instalasi pompa listrik sudah sesuai hanya kurang rutin dalam pengecekan dan penggantian komponen secara berkala sehingga pernah terjadi percikan api karena konsleting listrik
Pemasangan pengaman besi di atas parit, tetapi banyak yang hilang dicuri sehingga kaki operator sering terperosok ke dalam parit terutama pada saat shift malam Pembukaan kran pemisah minyak dan air secara hati-hati, penggunaan APD seperti safety googles atau kacamata
bersambung 42
43
sambungan No. 3.
Unit Furnace
Kegiatan
Bahaya
P
S
R
b. Pemasakan minyak di Furnace
1) Ledakan karena tekanan berlebih 2) Uap minyak yang keluar dari cerobong pemantauan pilot flare 3) Paparan panas saat pemantauan pilot flare
3
5
15
Signifikan Risiko Tinggi
3
3
9
Sedang
3
2
6
Sedang
4) Bising dari dapur pembakaran sebesar 90 dB selama 2 jam
1
5
5
Sedang
Pelaksanaan Memastikan tekanan stabil dan pengoperasian sesuai SOP Menggunakan APD (respirator/masker gas) tetapi jumlahnya tidak banyak dan operator jarang menggunakan karena merasa kurang nyaman. Dapur pembakaran terbuat dari bau bata sebagai salah satu isolator dan menggunakan APD (sarung tangan dari kain) saat membuka tutup cerobong untuk pengecekan api pembakaran Dapur pembakaran dekat dengan ruang terbuka sehingga sekilas tidak terdengar bising, penggunaan APD (ear plug / ear muff) bila dalam waktu yang lama (lebih dari 2 jam), tetapi operator kurang sadar dalam pemakaiannya karena merasa kurang nyaman. Bersambung 43
44
sambungan No. 3.
Unit Furnace
Kegiatan b. Pemasakan minyak di Furnace
c. Penggunaan gas flare dan gas LPG sebagai pilot fire
Bahaya
P
S
R
5) Terkena tetesan steam
2
2
4
Signifikan Risiko Rendah
Pelaksanaan
6) Terpeleset ceceran air
4
1
4
Rendah
Pembersihan belum rutin dilakukan, operator menggunakan APD seperti safety shoes
1) Kebakaran karena bunga api yang berlebihan
3
5
15
Tinggi
Peletak tabung gas jauh dari pematik api dan penyediaan APAR pada setiap sudut dan tiang penyangga.
2) Kebocoran gas di saluran pipa
2
2
4
Rendah
Pengecekan pipa rutin dilakukan tetapi perbaikan pipa yang bocor cenderung lambat serta penggunaan APD seperti respirator gas tetapi jumlahnya tidak banyak dan jarang dilakukan operator karena merasa kurang nyaman.
Diberikan steam trap untuk disalurkan ke parit, tetapi sudah rusak sehingga untuk menampung tetesan dengan wadah dari besi.
bersambung 44
45
sambungan No. 4.
Unit Fraksinasi a. Lantai Dasar
Kegiatan
1) Pemanasan awal di HE
2) Pipa-pipa penyalur minyak ke HE
3) Peletakan Amoniak untuk injeksi top kolom agar tidak berkarat
Bahaya
P
S
R
Signifikan Risiko
Pelaksanaan
a) Kebakaran oleh karena bunga api
3
4
12
Tinggi
b) Paparan panas dari produk maupun steam
4
2
8
Sedang
Pemasangan APAR yang sangat mudah di jangkau dan sudah sesuai kebutuhan Pemberian isolator pada setiap pipa, tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunan APD seperti sarung tangan dari kain.
c) Terpeset ceceran minyak di lantai
4
2
8
Sedang
a) Kebakaran bila ada bunga api
3
4
12
Tinggi
b) Tersandung oleh pipa-pipa Bau dari uap yang dapat mengganggu pernafasan dan keracunan
2
2
4
Rendah
2
4
8
Sedang
Pembersihan secara rutin dan penggunaan APD seperti safety shoes Pemasangan APAR yang tidak jauh jaraknya dan sesuai kebutuhan Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet Penggunaan APD seperti masker gas bila dalam waktu yang lama
bersambung 45
46
sambungan No. 4.
Unit b. Lantai I
Kegiatan
Bahaya
Terdapat bagian bawah a) Ledakan kerena dari kolom C-2, C-3, C4 tekanan berlebih dan C5 untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak Terdapat Akumulator b) Kebakaran (facial steam) untuk karena bunga api menyimpan steam sementara dari boiler Evaporator memisahkan c) Tersandung pipa fasa uap dan fasa cair bisa (bagian bawah) menyebabkan jatuh d) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa
P
S
R
3
5
15
Signifikan Risiko Tinggi
3
5
15
Tinggi
2
3
6
Sedang
2
4
8
Sedang
Pelaksanaan Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api Pemberian pembatas pagar dan penggunaan APD seperti safety shoes dan safety helmet Proteksi dengan pengadaan APAR di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api Pemberian isolasi terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles bersambung 46
47
sambungan No. 4.
Unit b. Lantai I
c. Lantai 2
Kegiatan
Bahaya
P
S
R
e) Terpapar panas produk dan steam
2
3
6
Signifikan Risiko Sedang
Pelaksanaan
f) Terpleset ceceran minyak atau air
2
1
2
Rendah
Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja
Terdapat kolom C-1 a) Ledakan karena untuk memisahkan fraksi tekanan berlebih minyak
3
5
15
Tinggi
Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve
b) Kebakaran oleh karena bunga api
3
5
15
Tinggi
Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api.
c) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa
2
4
8
Sedang
Pemberian isolator terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles
Pemberian isolasi di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain.
bersambung 47
48
sambungan No. Unit 4.
c. Lantai 2
d. Lantai 3
Kegiatan
P
S
R
Terdapat kolom C-1 d) Terpapar panas untuk memisahkan fraksi oleh karena minyak produk dan steam
1
5
5
Signifikan Risiko Sedang
e) Tersandung sehingga terjatuh
2
3
6
Sedang
f) Terpleset ceceran minyak atau air a) Ledakan karena tekanan berlebih
3
1
3
Rendah
3
5
15
Tinggi
b) Kebakaran oleh karena bunga api
3
5
15
Tinggi
c) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa
2
4
8
Sedang
Terdapat kolom C-2, C3, C-4, dan C-5 untuk memisahkan fraksi minyak
Bahaya
Pelaksanaan Pemberian isolator di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain. Diberi pembatas pagar dan APD safety shoes dan safety helmet Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja. Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. Pemberian isolator terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles bersambung 48
49
sambungan No. 4.
Unit d. Lantai 3
e. Lantai 4
Kegiatan
Bahaya
P
S
R
d) Terpapar panas oleh karena produk dan steam
1
5
5
Signifikan Risiko Sedang
e) Tersandung sehingga terjatuh
2
3
6
Sedang
f) Terpleset ceceran minyak atau air Terdapat evaporator (top a) Ledakan karena coulom) tekanan berlebih
3
1
3
Rendah
3
5
15
Tinggi
Pengambilan produk (side steam) no. 4, 5, 6
b) Kebakaran oleh karena bunga api
3
5
15
Tinggi
c) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa
2
4
8
Sedang
Terdapat kolom C-2, C3, C-4, dan C-5 untuk memisahkan fraksi minyak
Pelaksanaan Pemberian isolator di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain. Diberi pembatas pagar dan APD safety shoes dan safety helmet Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja. Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. Pemberian isolator terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles Bersambung 49
50
sambungan No. 4.
Unit e. Lantai 4
f. Lantai 5
Kegiatan
P
S
R
Terdapat evaporator (top d) Terpapar panas coulom) oleh karena produk dan steam
1
5
5
Signifikan Risiko Sedang
Pengambilan produk (side steam) no. 4, 5, 6
e) Tersandung sehingga terjatuh
2
3
6
Sedang
f) Terpleset ceceran minyak atau air a) Ledakan oleh karena tekanan berlebih
3
1
3
Rendah
3
5
15
Tinggi
b) Kebakaran karena timbulnya bunga api
3
5
15
Tinggi
c) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa
2
4
8
Sedang
Terdapat kolom C-1A dan C-1B
Pengambilan produk (side steam) no. 7 dan 8
Bahaya
Pelaksanaan Pemberian isolator di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain. Diberi pembatas pagar dan APD safety shoes dan safety helmet Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja. Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve Proteksi dengan pengadaan APAR dan pipa hydrant di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. Pemberian isolator terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles Bersambung 50
51
sambungan No. 4.
Unit f. Lantai 5
g. Lantai 6
Kegiatan
Bahaya
P
S
R
Terdapat kolom C-1A dan C-1B
d) Terpapar panas oleh karena produk dan steam
1
5
5
Signifikan Risiko Sedang
Pengambilan produk (side steam) no. 7 dan 8
e) Tersandung sehingga terjatuh
2
3
6
Sedang
f) Terpleset ceceran minyak atau air Terdapat top kolom C1A a) Ledakan oleh dan C-1B karena tekanan berlebih
3
1
3
Rendah
3
5
15
Tinggi
b) Kebakaran karena timbulnya bunga api
3
5
15
Tinggi
c) Kebocoran uap minyak atau steam di sambungan pipa
2
4
8
Sedang
Pelaksanaan Pemberian isolator di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain. Diberi pembatas pagar dan APD safety shoes dan safety helmet Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja. Pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve Proteksi dengan pengadaan APAR di tiap ujung tangga dan injeksi steam untuk mencegah timbulnya api. Pemberian isolator terhadap sambungan pipa tetapi ada beberapa sambungan pipa yang bocor karena korosif dan penggunaan APD seperti respirator dan safety googles bersambung 51
52
sambungan No. 4.
5.
Unit g. Lantai 6
Kondesor dan cooler
Kegiatan
Bahaya
P
S
R
Terdapat top kolom C1A d) Terpapar panas dan C-1B oleh karena produk dan steam
1
5
5
Signifikan Risiko Sedang
e) Tersandung sehingga terjatuh
2
3
6
Sedang
Diberi pembatas pagar dan APD safety shoes dan safety helmet
f) Terpleset ceceran minyak atau air
3
1
3
Rendah
Penggunaan APD safety shoes dan safety helmet saat bekerja.
Kondesor melakukan a) Terjadi pengembunan uap kebocoran pipa (kondensasi) minyak dari sehingga minyak puncak kolom fraksinasi tercampur air
2
1
2
Rendah
Cooler digunakan untuk mendinginkan produk panas tetapi tidak merubah fase
1
4
4
Rendah
Pengecekan serta perbaikan harus sesuai SOP / Work Permit, pembuangan air saat pengurasan lebih hati-hati dan penggunaan APD seperti safety shoes dan safey helmet saat bekerja Terdapat pembatas, saat pengecekan serta perbaikan harus sesuai SOP/Work Permit dan memakai APD seperti safety shoes dan safey helmet
b) Terpleset sehingga bisa menyebabkan jatuh dari tangga
Pelaksanaan Pemberian isolator di seluruh pipa tetapi banyak isolator yang lepas dan penggunaan APD seperti sarung tangan kain.
Bersambung 52
53
sambungan No.
Unit
6.
Tangki Produk 106144
Kegiatan a. Penyimpanan hasil produk
Bahaya
P
S
R
1) Kebakaran jika adanya nyala api
3
4
12
Signifikan Risiko Tinggi
2) Kebocoran minyak saat pengisisan menyebabkan ceceran minyak 3) Terpeleset tumpahan minyak
2
2
4
Rendah
2
2
4
Rendah
4) Terjatuh dari atas tangki saat pengecekan
1
4
4
Rendah
Pelaksanaan Pemasangan sistem peringatan di depan pagar unit seperti dilarang membuat bunga api dan proteksi kebakaran dengan pemasangan water drenching, hydrant dan alat pemadam tangki seperti foam chamber Memastikan pipa saluran tidak ada yang bocor, memakai APD (safety shoes, safety helmet, sarung tangan karet dan safety googles) Pembersihan rutin dilakukan, bila ada bocoran atau ceceran segera ditangani dan memakai APD saat bekerja seperti safety shoes, safety helmet dan safety google Pengecekan dan pembersihan lantai tangga belum rutin dilaksanakan, tetapi untuk APD saat menaiki tangga sudah sesuai dengan memakai safety shoes, safety helmet, dan safety belt bersambung 53
54
sambungan No.
Unit
6.
Tangki Produk 106144
7.
Control Room
Kegiatan
Bahaya
P
S
R
b. Penetral listrik statis pada setiap tangki timbun
1) Kebakaran apabila ada bunga api oleh karena listrik statis akibat beda potensial antar pipa atau petir
3
4
12
Signifikan Risiko Tinggi
Pelaksanaan
Pengawasan, pengendalian proses dan administrasi sementara
1) Tersengat aliran listrik
1
4
4
Rendah
2) Oli kiriman dari bolier sehingga terciprat keluar
2
1
2
Rendah
Bila ada ceceran minyak segara dibersihkan oleh pegawai instrument mesin
3) Terpeleset ceceran minyak yang menempel di sepatu operator
4
1
4
Rendah
Pembersihan rutin dilakukan tetapi operator dari unit masuk ke control room tidak melepas safety shoes sehingga lantai licin karena minyak yang menempel
Pemasangan penetral listrik statis yang dipasang pada tiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah terjadi listrik statis, serta terdapat water drenching untuk mendinginkan tangki dan alat pemadam tangki seperti foam chamber untuk menanggulangi apabila terjadi kebakaran Pemasangan instalasi kabel sudah baik hanya penataan yang kurang rapi dan belum diberikan isolasi.
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
B. Pembahasan Dari hasil observasi langsung dan wawancara kepada beberapa operator didapatkan penilaian dan signifikan risiko
identifikasi bahaya serta
pengendalian bahaya yang telah dilakukan di Unit Destilasi Atmosferis Pusdiklat Migas Cepu dalam upaya peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga dapat kita ketahui bahwa : 1. Unit Tangki-101 dan Tangki-102 Terdapat proses penampungan minyak mentah (crude oil) dan pemisahan air dengan minyak mentah (crude oil). Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa : a. Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi di proses penampungan minyak mentah yaitu kebakaran dari timbulnya nyala api maupun loncatan listrik statis. Bahaya kebakaran dapat menyebabkan bencana yang berakibat fatal bila terjadi. Tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga dapat meghancurkan seluruh aset instansi. Untuk itu Pusdiklat Migas Cepu melakukan tindakan pengendalian antara lain pemasangan penetral listrik statis pada setiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah timbulnya listrik statis (loncatan listrik) yang sudah sesuai dengan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 20 ayat 1 berbunyi “ Pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir”, PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Gas Bumi pasal 5 ayat (7) “ Semua peralatan, bangunan dan instalasi yang dapat menimbulkan kemungkian terjadinya arus listrik yang diakibatkan oleh petir, arus liar, muatan statis dan sebagainya, harus dilangkapi dengan suatu sistim untuk meniadakannya” dan lebih spesifik pada Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan pemasangan alarm system sebagai peringatan awal, water drenching
untuk
mendinginkan tangki dan terdapat alat pemadam seperti foam chamber dan hydrant. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik dan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. Pada Bab XIX pasal 34 (3), “Instalasi pemadam kebakaran yang permanen disamping dilengkapi dengan sistim pemompaan utama harus dilengkapi pula dengan sistim pemompaan tambahan yang tidak tergantung pada jaringan pusat tenaga listrik tempat pemurnian dan pengolahan”. b. Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang tidak ada. c. Bahaya di proses penampungan dan pemisahan air dengan minyak mentah yang memiliki tingkat rendah yaitu kebocoran pipa saat pengisian ke tangki minyak metah, dan terpeleset ceceran minyak mentah saat pembuangan air dari tangki penampungan minyak mentah. commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Untuk pengendalian atau penurunan risiko dari bahaya terpleset ceceran minyak mentah yang tercampur air dengan cara pembersihan ketika terjadi ceceran telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 8 ayat (1) “Tempat kerja harus bersih dan dipelihara dengan baik” dan harus memakai APD pakaian kerja, safety shoes, safety helmet, telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 13 yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masingmasing pekerja”, hanya saja spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpeleset. Bahaya yang mempunyai nilai risiko rendah seperti kebocoran pipa saat pengisian, tersengat listrik apabila ada perbedaan potensial antara grounding dengan pipa dan terjatuh dari tangga saat pengecekan tidak memerlukan tindakan pengendalian dan penurunan risiko yang spesifik. Dikarenakan sudah dilengkapi dengan perlindungan di tangga dan harus memakai APD pakaian kerja, safety shoes, safety helmet, dan kaca mata yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. Pada pencegahan bahaya terjatuh dari tangga sudah dilakukan dengan memberikan pegangan tangan dan memakai sabuk pengaman saat menaiki tangki, hal ini sudah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (6) “Geladag kerja, lantai dan lorong, termasuk titian untuk berjalan, jembatan tangga dan lubang yang dibuat dengan memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, serta apabila dianggap perlu, dilindungi dengan pagar yang aman untuk mencegah terjadinya bahaya atau kecelakaan”. Hanya saja pemeriksaan dan pembersihan lantai tangga tangki yang belum rutin dilakukan, hal ini belum sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 8 ayat (1) “Tempat kerja harus bersih dan dipelihara dengan baik”. 2. Unit Rumah Pompa Di unit ini terdapat berbagai kegiatan antara lain : a. Penyaluran minyak mentah ke HE (Heat Exchanger) b. Tempat pengambilan sampel baik sampel minyak mentah maupun produk untuk dianalisa lebih lanjut di laboratorium kilang. commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
c. Pemisahan air dengan minyak yang terbawa oleh produk Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa : 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi tidak ada. 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang antara lain tersengat listrik pada mesin pompa, ceceran minyak di washteful dan lantai bila mengenai kulit akan menimbulkan gatal-gatal, bau crude oil yang dapat mengganggu pernafasan, terdapat ceceran minyak yang terkoagulasi dengan air yang menyebabkan licin jika terkena kulit bisa menjadi gatalgatal, dan terperosok ke dalam parit. Untuk penurunan atau pengendalian nilai risiko pada tersengat listrik saat pengoperasian mesin pompa dilakukan pemasangan instalasi listrik yang baik yang memang telah sesuai dengan Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-02252000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 29 ayat (4) “Pegaman kawat atau kabel baik disalut maupun tidak, termasuk jarak antara kawat atau kabel tersebut pada dinding, baik di luar maupun di dalam bangunan, tingginya dari permukaan tanah dan jarak antara kawat atau kabel masing-masing harus cukup. Luas penampang kawat atau kabel tersebut harus sesuai dengan kekuatan arus listrik yang mengalir di dalamnya untuk mencegah timbulnya bahaya”. Hanya saja belum rutin dalam pegecekan dan pergantian komponen instalasi listrik sesuai masa commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
kadaluarsanya. Sedangkan untuk pengendalian bahaya terperosok ke dalam parit sebenarnya telah dilakukan pemasangan pengaman dari besi tetapi sudah banyak yang hilang, sehingga perlu pergantian pengaman yang baru agar tidak sering terjadi operator masuk parit apalagi saat malam hari kejadian ini sering terjadi. Sebenarnya pemasangan pengaman parit dari besi telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (6) “Geladag kerja, lantai dan lorong, termasuk titian untuk berjalan, jembatan tangga dan lubang yang dibuat dengan memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, serta apabila dianggap perlu, dilindungi dengan pagar yang aman untuk mencegah terjadinya bahaya atau kecelakaan”, hanya saja penggantian pengaman parit dari besi yang belum terlaksana. Untuk penurunan atau pengendalian risiko ceceran minyak di washteful dan lantai, bau crude oil yang dapat mengganggu pernafasan, dan terdapat ceceran minyak yang terkoagulasi dengan air yang menyebabkan licin jika terkena kulit akan menjadi gatal dilakukan pembersihan secara rutin dan disediakan tempat untuk mencuci tangan dan membersikan badan di kamar mandi control room yang telah sesuai dengan Kepmentamben No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal 48 tentang Ruang Ganti Pakaian. Pemakaian alat pelindung diri (APD) seperti safety shoes, safety helmet, dan masker yang telah sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 pasal commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. 3) Sedangkan untuk bahaya yang mempunyai nilai risiko rendah
yaitu
terciprat ceceran minyak sehingga dapat mengenai mata dan mengenai kulit tidak memerlukan tindakan pengendalian dan penurunan risiko yang spesifik hanya dilengkapi dengan safety googles ataupun kaca mata yang telah sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masingmasing pekerja”.. 3. Unit Furnace Di unit furnace terdapat kegiatan antara lain : a. Pemanasan lebih lanjut minyak mentah (kegiatan utama) b. Pompa pengisian bahan bakar furnace c. Penggunaan gas flare dan gas LPG sebagai pilot fire Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa : commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi adalah ledakan karena tekanan berlebih dan kebakaran karena timbulnya nyala api. Untuk mengendalikan bahaya ledakan dan kebakaran usaha yang dilakukan adalah saat pengoperasian furnace harus sesuai dengan suhu dan tekanan yang diperbolehkan oleh SOP Pengoperasian Furnace yang telah sesuai dengan Permenakertrans No. 01/MEN/1982 pasal 9 ayat 3 tentang Bejana Tekanan dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab VIII Tungku Pemanas pasal 18 dan 19. Perlindungan kebakaran dengan mengatur tekanan pompa bahan bakar furnace dan menempatkan APAR dan pipa hydrant di tempat yang mudah di jangkau sesuai dengan Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
No.
Per-
04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 34 ayat (4) Pada tempat-tempat tertentu harus disediakan alat pemadam kebakaran yang portabel dalam jumlah yang cukup yang jenisnya disesuaikan dengan sifat kebakaran yang mungkin timbul, serta pekerja yang bekerja di tempat bersangkutan harus melayani atau menggunakan alat tersebut” 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang adalah kebisingan, konsleting listrik, terpapar panas dan uap gas yang keluar di dapur pembakaran dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Kebisingan sebesar 90 dB pada setiap unit dapur pembakaran yang beroperasi dan apabila berada di sana dalam waktu dalam waktu 2 jam/hari, sehingga masih di bawah nilai ambang batas menurut Kepmen No.51 tahun 1999 tentang NAB Faktor Fisik di Tempat Kerja Lampiran II yang menyebutkan NAB Kebisingan 91 dB untuk lama paparan 2jam/hari. Untuk penurunan tingkat risiko, letak furnace dekat dengan ruang bebas serta pemberlakuan shift kerja operator, yang dimana operator hanya melakukan pengecekan tidak sering, hanya sesekali untuk melihat pembakaran hingga menjadi sempurna dan saat pengoperasian harus sesuai SOP (Standart Operation Procedure) di unit furnace yang berpedoman kepada Kepmenaker No. 51/MEN/1999 adalah 91 dB untuk pemaparan selama 2 jam/hari. Hal ini dilakukan oleh Pusdiklat Migas Cepu untuk melindungi tenaga kerjanya dari bahaya kebisingan. Tetapi apabila harus berada di furnace dalam waktu lebih dari 2 jam maka perlu dilengkapi alat pelindung diri (APD) ear plug atau ear muff yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. Sebaiknya ditambah dengan pemasangan safety sign untuk commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
adanya bahaya kebisingan dan wajib menggunakan alat pelindung telinga bila dalam waktu yang lama. Untuk mengurangi atau menurunkan nilai risiko maka dilakukan pemasangan instalasi listrik yang baik yang memang telah sesuai dengan Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 29 ayat (4) “Pegaman kawat atau kabel baik disalut maupun tidak, termasuk jarak antara kawat atau kabel tersebut pada dinding, baik di luar maupun di dalam bangunan, tingginya dari permukaan tanah dan jarak antara kawat atau kabel masing-masing harus cukup. Luas penampang kawat atau kabel tersebut harus sesuai dengan kekuatan arus listrik yang mengalir di dalamnya untuk mencegah timbulnya bahaya”, hanya saja belum dilakukan pemeriksaan dan pergantian rutin komponen instalasi listrik sesuai masa kadaluarsanya. Untuk melindungi tenaga kerja dari paparan panas maupun uap gas diberikan alat pelindung diri safety shoes, safety helmet, pakaian kerja, masker gas dan safety googles yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masingmasing pekerja”. Bahaya yang mempunyai nilai risiko rendah yaitu terkena tetesan steam, kebocoran saluran pipa gas flare atau gas LPG dan terpeleset ceceran air. Tindakan penanggulangan untuk tetesan steam harusnya dengan steam trap, tetapi dikarenakan rusak maka diganti dengan pemberian wadah dari besi untuk menampung tetesan steam yang apabila penuh akan meluber keluar. Hal ini kurang sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 18 ayat (3) “Pada tungku pemanas harus dipasang alat-lat pengaman yang selalu dapat bekerja dengan baik”. Sebaiknya dibuatkan steam trap yang baru untuk menyalurkan ke parit agar operator tidak terkena panas steam dan tidak ada ceceran air yang tercecer di lantai serta pengecekan saluran gas LPG secara rutin. 4. Unit Fraksinasi Di unit fraksinasi terdapat berbagai kegiatan antara lain : a. Lantai dasar terdapat pemanasan awal di HE, dan pemberian amoniak untuk injeksi top kolom agar tidak berkarat. b. Lantai I terdapat terdapat bagian bawah dari kolom C-2, C-3, C4 dan C5 untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak, Akumulator (facial steam) untukmenyimpan steam
sementara
dari
boiler,
dan Evaporator
memisahkan fasa uap dan fasa cair (bagian bawah). commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
c. Lantai II terdapat kolom C-1 untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak. d. Lantai III terdapat Terdapat kolom C-2, C-3, C-4, dan C-5 untuk memisahkan fraksi minyak. e. Lantai IV terdapat evaporator (top coulom), pengambilan produk (side steam) no. 4, 5, 6 f. Lantai V terdapat kolom C-1A dan C-1B, pengambilan produk (side steam) no. 7 dan 8. g. Lantai VI terdapat top kolom C1A dan C-1B. Dari keseluruhan penilaian risiko bahaya yang ada di unit fraksinasi antara lain : 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi adalah ledakan karena tekanan berlebih dan kebakaran oleh karena timbulnya nyala api. Tindakan pengendalian bahaya ledakan oleh karena tekanan berlebih yaitu pengecekan secara rutin tekanannya bila berlebih tekanannya dibuang lewat relief valve. Hal ini sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (9) “Bejana, resivoir dan bak yang terbuka yang berisikan bahan cair, termasuk yang mendidih, panas atau yang dapat melukai, sepanjang dapat menimbulkan bahaya, harus dikelilingi dengan pagar yang aman dibuat usaha-usaha lainnya untuk mencegah kecelakaan” Untuk sistem proteksi tehadap kebakaran, unit fraksinasi telah dilengkapi oleh APAR dan pipa hydrant di setiap lantai yang terletak di commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
ujung-ujung tangga, hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/MEN/1980 tentang Syaratsyarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan dan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. Pada Bab XIX pasal 34 (3), “Instalasi pemadam kebakaran yang permanen disamping dilengkapi dengan sistim pemompaan utama harus dilengkapi pula dengan sistim pemompaan tambahan yang tidak tergantung pada jaringan pusat tenaga listrik tempat pemurnian dan pengolahan”. 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang antara lain terpapar panas, terpeleset dan kebocoran uap minyak dari bocoran pipa bocor yang dapat menimbulkan bau menggaggu saluran pernafasan. Bahaya terkena paparan panas dari pipa-pipa steam dan kolom yang isolatornya terlepas yang dapat melukai ataupun membakar kulit operator. Untuk itu dilakukan tindakan pencegahan dengan pemasangan isolator pada setiap pipa steam maupun kolom fraksinasi tetapi banyak yang lepas dan belum dipasang kembali isolator yang baru tetapi hal ini belum sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (9) “Bejana, resivoir dan bak yang terbuka yang berisikan bahan cair, termasuk yang mendidih, panas atau yang dapat melukai, sepanjang dapat menimbulkan bahaya, harus dikelilingi dengan pagar yang aman dibuat
usaha-usaha
lainnya untuk mencegah commit to user
kecelakaan”
dan 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Kepmenaker No. 51/MEN/1999 tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja dan Selain itu untuk melindungi tenaga kerja dari paparan panas diberikan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. Mengurangi bahaya terpeleset dan bau dari bocoran uap minyak maka operator dilengkapi dengan APD seperti, safety shoes, safety helmet, safety googles dan masker gas yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang Keselamatan Kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”, tetapi untuk safety shoes spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpleset. commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
3) Untuk bahaya dengan nilai risiko rendah yaitu tersandung pipa-pipa tidak memerlukan teknik khusus dikarenakan operator diwajibkan memakai APD safety shoes dan safety helmet ketika masuk Unit Kilang yang telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. 5. Unit Kondesor dan Cooler Di unit ini terdapat berbagai macam kegiatan antara lain : a. Kondesor melakukan pengembunan uap (kondensasi) minyak dari puncak kolom fraksinasi. b. Cooler digunakan untuk mendinginkan produk panas tetapi tidak merubah fase. Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa tingkat bahaya di kondensor dan cooler hanya rendah yaitu kebocoran pipa sehingga minyak tercampur air dan terpleset sehingga bisa menyebabkan jatuh dari tangga. Dikarenakan unit Kilang telah terdapat pagar pegangan tangan pada tangga box cooler yang telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (9) “Bejana, resivoir dan commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
bak yang terbuka yang berisikan bahan cair, termasuk yang mendidih, panas atau yang dapat melukai, sepanjang dapat menimbulkan bahaya, harus dikelilingi dengan pagar yang aman dibuat usaha-usaha lainnya untuk mencegah kecelakaan”. SOP dan Work Permit saat pengecekan serta perbaikan, pembuangan air saat pengurasan lebih hati-hati yang telah sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No. 87.K/38/DDJM/1996 tentang Tata Cara Penilaian dan Pemberian tanda Penghargaan dalam Bidang Keselamatan Kerja Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusaha Sumber Daya Panas Bumi ayat 2 tentang Pengendalian Bahaya. Penggunaan APD seperti safety shoes dan safey helmet saat pengecekan sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) “Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. Tetapi untuk spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpleset sehingga operator harus lebih hati-hati saat menaiki kondesor dan cooler. 6. Unit Tangki Produk 106-144 Di dalam unit ini terdapat kegiatan penampungan produk jadi sesuai dengan jenisnya.
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko, maka dapat diketahui bahwa : a. Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi yaitu kebakaran. Untuk itu unit kilang telah melakukan proteksi terhadap bahaya kebakaran antara lain pemasangan penetral listrik statis pada setiap tangki timbun dan persambungan pipa yang langsung dihubungkan ke tanah untuk mencegah timbulnya listrik statis (loncatan listrik) yang sudah sesuai dengan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 20 ayat 1 berbunyi “ Pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir”, PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 5 ayat (7) “ Semua peralatan, bangunan dan instalasi yang dapat menimbulkan kemungkian terjadinya arus listrik yang diakibatkan oleh petir, arus liar, muatan statis dan sebagainya, harus dilangkapi dengan suatu sistim untuk meniadakannya” dan lebih spesifik pada Kep. 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja dan pemasangan alarm system sebagai peringatan awal, water drenching untuk mendinginkan tangki dan terdapat alat pemadam seperti foam chamber dan hydrant. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik dan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. Pada Bab XIX pasal 34 (3), “Instalasi pemadam commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
kebakaran yang permanen disamping dilengkapi dengan sistim pemompaan utama harus dilengkapi pula dengan sistem pemompaan tambahan yang tidak tergantung pada jaringan pusat tenaga listrik tempat pemurnian dan pengolahan”. b. Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang tidak ada. c. Bahaya yang memiliki nilai risiko rendah antara lain kebocoran minyak saat pengisisan menyebabkan ceceran minyak, terpeleset ceceran minyak dan terjatuh dari atas tangki saat pengecekan. Memiliki nilai risiko rendah dikarenakan di unit pengumpulan produk telah dilakukan pengecekan secara rutin pipa-pipa penyalur, dilengkapi juga dengan pagar pegangan tangan di tangga maupun bagian atas tangki sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi pasal 7 ayat (6) “Geladag kerja, lantai dan lorong, termasuk titian untuk berjalan, jembatan tangga dan lubang yang dibuat dengan memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, serta apabila dianggap perlu, dilindungi dengan pagar yang aman untuk mencegah terjadinya bahaya atau kecelakaan”, serta para tenaga kerja yang masuk unit kilang harus memakai APD seperti safety shoes dan safety helmet sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja dan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri pasal 40 ayat (1) commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
“Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuiakan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja”. Tetapi untuk spesifikasi dari alas karet safety shoes belum sesuai dengan karakteristik minyak sehingga operator masih sering terpleset sehingga operator harus lebih hati-hati saat menaiki tangki. 7. Control Room Di dalam control terdapat kegiatan antara lain pengawasan, pengendalian proses dan administrasi sementara. Terdapat potensi bahaya antara lain : a. tersengat aliran listrik b. oli kiriman dari bolier sehingga terciprat keluar c. terpeleset ceceran minyak yang menepel dari sepatu operator yang habis dari lapangan Dari hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko diketahi bahwa secara keseluruhan memiliki nilai resiko yang rendah. Tetapi untuk mencegah terjadinya konsleting listrik maka diperlukan pemasangan instalasi listrik yang telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja, hanya saja penataan kabel aliran listrik yang kurang rapi dan belum dilakukan pemeriksaan dan pergantian rutin komponen listrik sesuai masa kadaluarsa. Tetapi untuk pemasangan lampu telah baik dengan lampu listrik yang dilindungi dengan tutup gelas yang commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
kuat dan kedap gas yang telah sesuai dengan PP No.11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Bab XXIII Perlengkapan Penyelamat dan Pelindung Diri Bab Xvi Penerangan Lampu pasal 31. Selain itu perlu juga kesadaran dari operator dari lapangan ingin masuk control room untuk melepas alas kaki atau masuk dengan sepatu bersih tanpa adanya ceceran minyak yang terbawa.
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Dalam penerapan identifikasi, penilaian risiko dan pengendaliannya keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Bahaya yang terdapat di 7 unit proses produksi di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu antara lain : a. Unit Tangki 101 dan Tangki 102 terdapat bahaya antara lain kebakaran tangki, kebocoran pipa saat pengisian ke tangki minyak mentah, terpeleset ceceran minyak mentah saat pembuangan air dari tangki penampungan minyak mentah, kebocoran saat pengisian, terjatuh dari tangga saat pengecekan, dan tersengat listrik oleh karena beda potensial listrik statis. b. Unit Rumah Pompa terdapat bahaya antara lain tersengat aliran listrik, ceceran minyak di washtafel, bau crude oil, terperosok ke parit, dan terciprat ceceran minyak. c. Unit Furnace terdapat bahaya antara lain kebisingan, konsleting listrik, ledakan, kebakaran, terpapar panas, terkena tetesan steam, dan terpeleset ceceran air yang tercampur minyak. commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
d. Unit fraksinasi terdapat bahaya antara lain paparan panas, kebakaran, ledakan, terpeleset, bau crude oil, dan tersandung pipa. e. Unit Kondensor dan Cooler terdapat bahaya antara lain kebocoran pipa dan terpeleset. f. Unit Tangki Produk 106-144 terdapat bahaya antara lain kebakaran, kebocoran minyak saat pengisian, terpeleset ceceran minyak, dan terjatuh dari atas tangki. g. Unit Control Room terdapat bahaya antara lain tersengat aliran listrik, cipratan oli kiriman, dan terpeleset ceceran minyak. 2. Penilaian Risiko yang terdapat di 7 unit proses produksi di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu antara lain : a. Unit Tangki-101 dan Tangki-102 (penampungan crude oil) Potensi bahaya yang ada pada unit ini adalah : 1) Potensi bahaya yang mempunyai nilai risiko tinggi yaitu kebakaran karena timbulnya nyala api. 2) Potensi bahaya yang mempunyai nilai risiko sedang yaitu terpeleset ceceran
minyak
mentah
saat
pembuangan
air
dari
tangki
penampungan minyak mentah. 3) Potensi bahaya yang memiliki nilai risiko rendah yaitu : a) Kebocoran pipa saat pengisian b) Terjatuh dari tangga saat pengecekan c) Tersengat listrik antara grounding dengan pipa bila terdapat perbedaan potensial listrik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
b. Unit Rumah Pompa Potensi bahaya yang ada pada unit ini adalah : 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi tidak ada. 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang antara lain: a) Tersengat aliran listrik pada mesin pompa b) Ceceran minyak di washtafel dan lantai c) Bau crude oil yang dapat mengganggu pernafasan d) Terdapat ceceran minyak yang terkoagulasi dengan air yang menyebabkan licin jika terkena kulit bisa menjadi gatal-gatal e) Terperosok ke dalam parit 3) Potensi bahaya yang memiliki nilai risiko rendah yaitu terciprat ceceran minyak sehingga dapat mengenai mata dan mengenai kulit c. Unit Furnace 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi antar alin : a) Ledakan karena tekanan berlebih b) Kebakaran karena nyala api yang yang berlebihan. 2) Potensi bahaya yang memiliki nilai risiko sedang antara lain: a) Konsleting listrik b) Terpapar panas dan uap gas yang keluar di dapur pembakaran dapat menyebabkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. 3) Potensi bahaya yang memiliki nilai risiko rendah yaitu : a) Terkena tetesan steam b) Terpleset ceceran air commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
d. Unit Fraksinasi 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi adalah ledakan karena tekanan berlebih dan kebakaran. 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang antara lain: a) Terkena paparan panas dari pipa-pipa steam dan kolom yang isolatornya terlepas yang dapat melukai ataupun membakar kulit operator. b) Terpeleset c) Bau dari bocoran pipa bocor yang dapat menggaggu kesehatan 3) Bahaya yang memiliki nilai risiko rendah yaitu tersandung pipa-pipa. e. Unit Kondesor dan Cooler 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi tidak ada. 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang tidak ada. 3) Bahaya yang memiliki nilai risiko rendah yaitu : a) Kebocoran pipa sehingga minyak tercampur air b) Terpleset sehingga bisa menyebabkan jatuh dari tangga. f. Unit Tangki Produk 106-144 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi adalah kebakaran. 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang tidak ada. 3) Bahaya yang memiliki nilai risiko rendah yaitu : a) Kebocoran minyak saat pengisisan menyebabkan ceceran minyak b) Terpleset ceceran minyak c) Terjatuh dari atas tangki saat pengecekan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
g. Unit Control Room 1) Bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi tidak ada. 2) Bahaya yang memiliki nilai risiko sedang tidak ada. 3) Bahaya yang memiliki nilai risiko rendah yaitu : a) Tersengat aliran listrik b) Oli kiriman dari bolier sehingga terciprat keluar c) Terpeleset ceceran minyak yang menepel dari sepatu operator yang habis dari lapangan. 3. Metode atau cara yang dilakukan dalam pengendalian atau penurunan resiko bahaya di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak Pusdiklat Migas Cepu, antara lain yaitu : a. Isolasi yang dilakukan dengan penggunaan alat pengaman atau alat pelindung dipasang juga alat control pada mesin-mesin yang berpotensi menimbulkan bahaya di tempat kerja. b. Training yang dilakukan meliputi masalah pengetahuan, keterampilan dan K3 pada saat perekrutan pegawai baru atau calon pekerja. c. Pengendalian administratif yang dilakukan dengan bekerja sesuai SOP pada masing-masing peralatan atau mesin yang digunakan dalam proses produksi dan menggunakan surat izin kerja pada saat pengecekan, pembersihan, maupun perbaikan kilang. d. Penyediaan sarana pemadam kebakaran. e. Pemberlakuan sertifikasi operator mesin dan dipekerjakan sesuai keahliannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
f. Pengawasan setiap unit proses secara rutin. g. Melakukan standarisasi pelaksanaan, pengelolaan sesuai dengan bidang kontruksi, operasi, safety dan inspeksi di unit kilang. h. Mengadakan papan poster peringatan dan larangan yang terpasang di depan pintu unit kilang. i. Penggunaan APD yang disesuai dengan pekerjaan dan tempat kerja untuk mencegah potesi bahaya yang timbul. 4. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yang dilakukan merupakan salah satu dari upaya peningkatan keselamatan kerja dan kesehatan kerja. Oleh karena itu, upaya tersebut dapat meminimalisir adanya kecelakaan dan penyakit kerja yang berpotensi di Unit Destilasi Atmosferis Kilang Minyak Pusdiklat Migas Cepu.
B. Saran Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan : 1. Perlu dibuat form IBPR secara berkala untuk memonitoring potensi dan faktor bahaya serta peningkatan terhadap pengendalian bahaya yang ada di setiap unit pendukung dan unit proses dari proses Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan
Minyak
Pusdiklat
Migas
Cepu
untuk
meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja serta peningkatan produktivitas kerja secara maksimal dan tetap perlu dilakukan untuk mencapai kondisi ideal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
sesuai standart mengingat keberadaaan Pusdiklat Migas Cepu sebagai pusat pendidikan. 2. Perlu dilaksanakan penilaian resiko secara tepat dan akurat terhadap sumber bahaya yang ada di Unit Destilasi Atmosferis agar dapat dilakukan pengendalian yang tepat dan efisien untuk meminimalisir adanya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang berpotensi di Unit Destilasi Atmosferis Kilang Minyak Pusdiklat Migas 3. Perlu peninjauan ulang, perbaikan maupun pergantian terhadap metode pengendalian atau penurunan nilai risiko bahaya yang ada di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan Minyak seperti pembersihan lantai yang banyak ceceran minyak lebih rutin, pengadaan safety shoes sebaiknya seperti sepatu boat dan alas karetnya tidak licin bila banyak ceceran minyak, safety talk sebelum memulai bekerja, pelatihan secara rutin tentang materi K3 terhadap setiap tenaga kerja, penggantian isolator pipa rusak maupun copot yang dilewati minyak panas, pemasangan pengaman parit, perawatan dan pergantian komponen listrik sesuai masa kadaluarsanya serta dijaga kontinuitasnya terutama dalam pengawasan di lapangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
DAFTAR PUSTAKA
Busrani dan Gunawan. 2008. Safety Adalah Yang Paling Utama. Berita Gas., pp : 10-12 Kepmenaker No. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. Kepdirjenmigas No. 87.K/38/DDJM/1996 tentang Tata cara penilian dan Pemberian tanda Penghargaan dalam Bidang Keselamatan kerja Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusaha Sumber Daya panas Bumi. Narbuko. 2005. Metode Penelitian. Surakarta : Bumi Aksara, pp : PT. Bukit Makmur. 2003. Modul Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko. Jakarta, pp : 1-23 Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2008. Modul Teori Dasar Kecelakaan Kerja. Jakarta, pp : 4-19 Permenaker No. Per-02/MEN/1983 Automatik.
tentang
Instalasi
Alarm
Kebakaran
PP No.11 tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi Ramli, Soehatman. 2009. Pedoman Praktis Manajemen Resiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta : PT. Dian Rakyat. pp : 51-116 Ramli, Soehatman. 2009. Sistem Manajemen keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : PT. Dian Rakyat. pp : 10-100 Suma’mur. 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Masagung, pp : 1-11 Suma’mur. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta : Sagung Seto, pp : 1-6 Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : Harapan Press, pp : 5-70 UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. commit to user