TESIS
HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SECARA MANDIRI DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SECARA MANDIRI DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI NIM 1392161009
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SECARA MANDIRI DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana
IDA AYU PUTRI WIDHIASTUTI NIM 1392161009
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 9 JULI 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH. NIP. 194810101977071001
dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH. NIP. 197901102003121001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH. NIP. 194810101977071001
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K). NIP. 195902151985102001
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal 9 Juli 2015
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No : 2024/UN 14.4/HK/2015 Tanggal : 7 Juli 2015 Panitia Penguji Tesis adalah : Ketua : Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH. Anggota : 1. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH. 2. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K). 3. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si. 4. Dr. dr. Ni Made Ayu Sri Ratna Sudewi, MM.AAK.
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
NAMA
: Ida Ayu Putri Widhiastuti.
NIM
: 1392161009.
PROGRAM STUDI
: Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat ( MIKM).
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah tesis yang berjudul Hubungan
Faktor
Sosiodemografi,
Persepsi
dan
Sosialisasi
dengan
Kepesertaan Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ini benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari didapatkan bukti bahwa tesis ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010.
Denpasar, 9 Juli 2015. Yang Membuat Pernyataan
Ida Ayu Putri Widhiastuti.
v
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Hubungan Faktor Sosiodemografi, Persepsi dan Sosialisasi dengan Kepesertaan Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku pembimbing I dan Pembimbing Akademis yang telah penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program magister dan khususnya dalam penyelesaian hasil penelitian ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak dr. Pande Putu Januraga, M.Kes. Dr.PH., selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, semangat, dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD (KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa program magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku ketua PS MIKM UNUD. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sekretariat PS MIKM UNUD, Kordinator Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan PS MIKM UNUD, dan para dosen PS MIKM UNUD. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis ini, yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro PA (K), Ibu Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan Ibu Dr. dr. Ni Made Ayu Sri Ratna Sudewi, MM. AAK., yang telah memberikan masukan dan koreksi. vi
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pewawancara yang telah membantu pelaksanaan penelitian, dan seluruh responden yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk dilakukan wawancara saat pengumpulan data. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua, suami dan anakanak tercinta, teman-teman Angkatan V MIKM, yang telah memberikan dukungan moral dan material kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Denpasar, 9 Juli 2015.
Penulis
vii
ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SECARA MANDIRI DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR Peningkatan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara mandiri merupakan salah satu indikator untuk tercapainya cakupan universal coverage. Sesuai dengan roadmap JKN diharapkan masyarakat yang belum tercakup dalam JKN agar segera mendaftarkan diri menjadi peserta JKN secara mandiri. Data kepesertaan JKN di Provinsi Bali khususnya Kota Denpasar belum menunjukkan peningkatan yang bermakna setiap bulannya walaupun sosialisasi tentang JKN sangat gencar dilakukan baik oleh pihak BPJS dan puskesmas selaku FKTP pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi (umur, pendidikan dan penghasilan), persepsi kepala keluarga, sosialisasi JKN dengan kepesertaan secara mandiri pasien rawat jalan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional. Penelitian ini merupakan jenis observational analitic, dengan rancang bangun cross sectional yang dianalisis secara kuantitatif. Data primer diperoleh dari kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas I Denpasar Timur pada periode Maret – Mei 2015. Sampel terpilih adalah responden yang menggunakan kartu JKN secara mandiri dan responden yang berkunjung ke puskesmas tanpa menggunakan kartu jaminan kesehatan. Responden yang terpilih sebanyak 188 kepala keluarga. Dengan mengunjungi rumah responden, peneliti melakukan wawancara dengan pedoman kuesioner dan didahului informed consent dan lembar persetujuan sebagai responden. Variabel yang diteliti adalah faktor sosiodemografi (umur, pendidikan dan penghasilan), persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat dan persepsi hambatan, dan sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Data yang diperoleh dianalisis dengan Chi Square dengan taraf uji nyata = 5% dan regresi logistik. Dari semua responden non peserta JKN yang telah memperoleh informasi tentang JKN sebanyak 85,19% mengatakan berminat menjadi peserta JKN secara mandiri, hanya 14,81% yang menjawab tidak dan menunda karena alasan biaya. Minat kepesertaan dipengaruhi tingkat pendidikan (Crude OR: 1,85; 95% CI: 0,99-3,49). Persepsi tentang manfaat pada kedua kelompok responden didapatkan hasil bahwa sebanyak 137 orang (72,87%) memiliki persepsi tentang manfaat tinggi dan 51 orang (27,13%) memiliki persepsi tentang manfaat rendah. Nilai 95% CI 2,35–9,97, nilai crude OR adalah 4,85. Analisis multivariat menunjukkan variabel persepsi manfaat secara independen berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri dan berpeluang 4,53 kali lebih besar dibandingkan variabel lainnya untuk menjadi peserta JKN secara mandiri (Adjusted OR= 4,53; 95% CI: 2,15-9,55). Berdasarkan nilai LR didapatkan pengaruh sebesar 25,41% dan sisanya 74,59% disebabkan oleh variabel lain di luar variabel penelitian.
viii
Persepsi manfaat berhubungan dengan kepesertaan pasien rawat jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri. Faktor sosiodemografi (umur, pendidikan, penghasilan), persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, dan hambatan serta sosialisasi tidak berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Pemerintah diharapkan melakukan sosialisasi tentang JKN secara lebih menyeluruh sehingga lebih cepat terjadi peningkatan kepesertaan JKN secara mandiri. Kata Kunci: Sosiodemografi, persepsi manfaat, sosialisasi dan kepesertaan JKN.
ix
ABSTRACT THE RELATION OF SOCIODEMOGRAFIC FACTOR, PERCEPTION AND SOCIALIZATION WITH PARTICIPATION OF OUTPATIENT IN NATIONAL HEALTH INSURANCE PROGRAM INDEPENDENTLY IN PRIMARY HEALTH CARE I DENPASAR EAST Increased participation of National Health Insurance (JKN) independently is one indicator of the success of achieving universal coverage. In accordance with the roadmap JKN expected by society that have not been covered in JKN to immediately enroll a participant JKN independently. JKN membership data has not shown significant improvement every month even though the socialization of JKN very intensively carried out either by the administering body and health centers as FKTP government. This study aims to determine the relationship of demographic factors (age, education, and income), perception of head of the family, socialization JKN against participation in, self outpatients in the National Health Insurance program. This study is observational analytic with cross sectional design with quantitative analysis. Primary data were obtained from outpatient visits at the health center I Denpasar East in the period from March to May 2015. Selected samples are respondents who use the card JKN independently and respondents who visited the health center without using Health Insurance Card. Respondents were chosen as much as 188 households. By visiting the home of the respondents, the researchers conducted interviews with the guidelines and preceded informed consent questionnaire and consent form as respondents. The variables studied were demographic factors (age, education and income), perceived susceptibility, severity, threat, perceived benefits and barriers, and the socialization of JKN against participation JKN independently. The data obtained were analyzed by Chi Square with the real test level = 5% and logistic regression. Of all respondents JKN non-participants who have obtained information about JKN as much as 85.19% said that interested in becoming a participant JKN independently, only 14.81% who answered no and postponing for cost reasons. Membership interests are affected by the level of education (Crude OR: 1.85; 95% CI: 0.99 to 3.49). Perceptions about the benefits to both groups of respondents showed that as many as 137 people (72.87%) had a higher perception of benefits and 51 people (27.13%) have a lower perception of benefits. The value 95% CI 2.35 to 9.97, the value of crude OR was 4.85. Multivariate analysis showed perceptions of the benefits of independent variables affect the participation JKN independently and 4.53 times greater chance than other variables to be independently JKN participants (Adjusted OR = 4.53; 95% CI: 2.15 to 9.55). Under the influence of the value of LR obtained by 25.41% and the remaining 74.59% were caused by other variables outside the research variables. Perceive of benefit had correlation with participation of outpatient in national health insurance program. Sociodemografic factor (such as ages, education and income), perceive susceptibility, perceive severity, perceive of threat, perceive barriers and socialization not related with participation of
x
outpatient in national health insurance independently. The government are expected to do socialization about national health insurance overall, so that the participation of JKN independently can increase as soon as possible. Keywords: Sociodemografic, perceived benefits, socialization, membership JKN.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
PRASYARAT GELAR MAGISTER ..........................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .............................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................
vi
ABSTRAK .................................................................................................
viii
ABSTRACT ...............................................................................................
x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ...............................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xviii
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................
1
1.1 Latar Belakang ....................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................
9
BAB II
1.3.1
Tujuan Umum .........................................................
9
1.3.2
Tujuan Khusus ........................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................
9
KAJIAN PUSTAKA ..................................................................
11
2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional ...........................
11
2.2 Faktor
Sosiodemografi
yang
Berpengaruh
dengan
Kepesertaan.........................................................................
13
2.3 Health Belief Model ............................................................
14
2.3.1 Konsep Health Belief Model ...................................
14
2.3.2 Komponen Health Belief Model..............................
16
2.4 Sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional ..................
18
xii
BAB III KERANGKA
BERPIKIR,
KONSEP
DAN
HIPOTESIS
PENELITIAN ............................................................................
20
3.1 Kerangka Berpikir ...............................................................
20
3.2 Konsep Penelitian ...............................................................
21
3.3 Hipotesis Penelitian.............................................................
22
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................
23
4.1 Rancangan Penelitian ..........................................................
23
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................
23
4.3 Penentuan Sumber Data ......................................................
23
4.3.1 Metode Pengumpulan Data .....................................
23
4.3.2 Populasi dan Sampel...............................................
24
4.3.3 Besaran Sampel ......................................................
25
4.3.4 Teknik Penentuan Sampel ......................................
26
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.......................
26
4.4.1 Variabel Penelitian ................................................
26
4.4.2 Definisi Operasional ...............................................
26
4.5 Intrumen Penelitian ............................................................
29
4.6 Prosedur Penelitian..............................................................
29
4.6.1 Metode Pengambilan Data ......................................
29
4.6.2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .......................
29
4.6.3 Persiapan Penelitian................................................
30
4.6.4 Pelaksanaan Penelitian ...........................................
30
4.6.5 Teknik Pengolahan Data .........................................
31
BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................
33
5.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Timur...................
33
5.2 Karakteristik Responden ......................................................
34
5.3 Karakteristik Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ...........
xiii
35
5.4 Karakteristik
Sosialisasi
tentang
Jaminan
Kesehatan
Nasional ...............................................................................
37
5.5 Analisis Bivariat ..................................................................
39
5.6 Analisis Multivariat..............................................................
41
BAB VI PEMBAHASAN ...........................................................................
43
6.1 Hubungan Karakteristik Responden dengan Kepesertaan JKN secara Mandiri .............................................................
43
6.2 Hubungan Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN secara Mandiri .....................................................................
45
6.3 Hubungan Sosialisasi Tentang JKN dengan Kepesertaan JKN secara Mandiri .............................................................
49
6.4 Variabel yang Berhubungan dengan Kepesertaan JKN Mandiri .......................................................................
51
6.5 Keterbatasan Penelitian .......................................................
51
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .........................................................
53
7.1 Simpulan ..............................................................................
53
7.2 Saran…. ...............................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… ...........
55
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………… ........
59
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.2
Definisi Operasional Masing-Masing Variabel Penelitian ........................................................................
27
Tabel 5.1
Karakteristik Responden .................................................
34
Tabel 5.2
Karakteristik Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ..............
37
Tabel 5.3
Karakteristik Sosialisasi JKN yang Didapat Responden...
38
Tabel 5.4
Crude OR Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur .........................
Tabel 5.6
40
Adjusted OR Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur ..............
xv
42
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1. Konsep Penelitian ............................................................
xvi
21
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BPJS
: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
BUMN
: Badan Usaha Milik Negara
FKTP
: Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
HBM
: Heath Belief Model
JKN
: Jaminan Kesehatan Nasional
JKBM
: Jaminan Kesehatan Bali Mandara
Jamkesda
: Jaminan Kesehatan Daerah
Jamkesmas
: Jaminan Kesehatan Masyarakat
Jamsostek
: Jaminan Sosial Tenaga Kerja
KTP
: Kartu Tanda Penduduk
PBI
: Penerima Bantuan Biaya
PNS
: Pegawai Negeri Sipil
SJSN
: Sistem Jaminan Sosial Nasional
SP2TP
: Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
TNI
: Tentara Nasional Indonesia
UMR
: Upah Minimum Regional
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Ethical Clearance Lampiran 2. Surat Persetujuan Penelitian Dari Kesbanglinmas Propinsi Bali Lampiran 3. Surat Persetujuan Penelitian Dari Kesbanglinmas Kota Denpasar Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Lampiran 5. Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran 6. Formulir Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 7. Pedoman Wawancara Lampiran 8. Output Stata Hasil Pengolahan Data
xviii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menjamin hak-hak kesehatan yang fundamental (Universal Declaration of Human Right, 1948). Penjaminan hak tersebut diperkuat dengan amandemen UUD 1945 pasal 34 ayat 2, menyebutkan: Negara mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu. Ayat 3 menyebutkan: Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas maka tugas pemerintah semakin jelas, menempatkan kesehatan sebagai bagian utama dari pembangunan rakyat yang harus tersedia secara merata bagi seluruh rakyat (UUD 1945). UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) ditetapkan untuk memenuhi hak setiap warga negara agar bisa hidup layak dan bermartabat menuju tercapainya tingkat kesejahteraan yang diharapkan. Jaminan sosial merupakan perlindungan yang dirancang oleh pemerintah, untuk melindungi warga negara terhadap risiko kematian, kesehatan, pengangguran, kemiskinan, pensiun dan kondisi pekerjaan yang tidak layak. Pemerintah mengembangkan program asuransi kesehatan secara nasional sampai tercapainya universal coverage di Indonesia yang terkenal sebagai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada paling lambat 1 Januari 2019 (UU. No. 40, 2004).
1
2
Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Jaminan tersebut diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang biayanya telah dibayarkan oleh pemerintah. Jaminan kesehatan dalam SJSN, diselenggarakan dengan prinsip asuransi sosial dengan kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat Indonesia, yang menghendaki adanya peran serta masyarakat dalam bentuk pembayaran iuran jaminan kesehatan secara adil berdasarkan kemampuan finansial peserta (Kementerian Kesehatan, 2012). Pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional tidak terlepas dari unsur kegotongroyongan dimana didalamnya terdapat upaya bersama agar semua penduduk berkontribusi (membayar iuran) agar terkumpul dana untuk membiayai pengobatan siapa saja yang sakit. Fungsi kegotongroyongan secara formal diwujudkan karena setiap orang diwajibkan membayar iuran yang jumlahnya ditentukan. Kegotongroyongan informal yang telah lama berakar dalam budaya Indonesia, kerabat membantu biaya pengobatan dengan menyumbang sukarela, tetapi mekanisme sukarela ini tidak menjamin kecukupan dana untuk biaya pengobatan. Mekanisme kegotongroyongan formal, sumbangan berupa iuran wajib diperhitungkan agar mencukupi biaya berobat siapapun yang sakit (Kementerian Kesehatan, 2012). Jaminan Kesehatan Nasional dilaksanakan sejak Januari 2014, sementara itu beberapa pemerintah daerah termasuk Bali sudah memiliki program jaminan kesehatan dengan nama Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) yang
3
melindungi seluruh masyarakat yang memiliki KTP Bali. Kebijakan tersebut diambil pemerintah oleh karena masih banyak masyarakat Bali yang belum memiliki jaminan kesehatan. Terdapat perbedaan mendasar antara konsep pembiayaan JKBM dengan JKN non PBI. Pembiayaan kesehatan JKBM ditanggung oleh pemerintah daerah dimana biaya pelayanan kesehatan diklaim oleh fasilitas pelayanan kesehatan kepada pemerintah daerah. Pelayanan yang diberikan lebih bersifat kuratif dan masyarakat tidak dibebankan biaya sama sekali untuk pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Peserta JKN terdiri dari peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran), di mana biaya ditanggung oleh pemerintah dan peserta JKN non PBI mewajibkan peserta membayar iuran dan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dibayarkan menggunakan sistem kapitasi. Sistem ini akan menekankan pelayanan preventif dan promotif tanpa mengesampingkan kuratif dan rehabilitatif. JKN juga mencakup pelayanan deteksi dini untuk penyakit kronis sehingga dapat mencegah pemborosan biaya kuratif. Pelayanan kesehatan yang menggunakan JKN dapat dilakukan di seluruh Indonesia tanpa memandang asal kepesertaan, terutama dalam keadaan gawat darurat, peserta bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan manapun yang bertanda BPJS. Program JKBM terbatas hanya berlaku di Bali dan bagi masyarakat yang ber-KTP Bali. Jaminan Kesehatan Nasional memberi manfaat yang komprehensif dengan premi terjangkau dan menerapkan sistim kendali mutu dan kendali biaya. Hal ini berarti dengan biaya yang terkendali peserta mendapatkan pelayanan yang
4
bermutu. JKN menjamin kepastian biaya pelayanan kesehatan yang berkelanjutan dan dapat dipergunakan di seluruh wilayah Indonesia, bagi seluruh masyarakat Indonesia, karena itu kepesertaannya bersifat wajib (Kementrian Kesehatan,2014). Sehubungan dengan manfaat yang diuraikan di atas, tidak salah kiranya pemerintah mengharapkan agar pemerintah daerah ikut berperan aktif untuk mempercepat tercapainya universal coverage. Analisis berbagai kebijakan terkait rencana integrasi JKBM ke dalam JKN sudah dilakukan oleh pihak terkait di Bali. Pemerintah Propinsi Bali diharapkan untuk melakukan integrasi secara bertahap sesuai dengan ketentuan roadmap JKN. Sejak diberlakukan 1 Januari 2014, semua PNS, TNI Polri, peserta Jamkesmas secara otomatis menjadi peserta JKN. Diharapkan semua karyawan BUMN yang belum mempunyai jaminan kesehatan sudah menjadi peserta JKN pada tahun 2015. Tahap berikutnya, semua Jamkesda yang ada diharapkan sudah berintegrasi paling lambat pada 1 Januari 2016, dan pada akhirnya semua masyarakat terlindungi dengan JKN pada tahun 2019 (Kementerian Kesehatan, 2012). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) selaku badan pelaksana sudah melakukan berbagai kegiatan untuk mempercepat proses perjalanan roadmap JKN sehingga universal coverage cepat tercapai. Sosialisasi diberbagai media masa tentang manfaat, cara pembayaran, besaran iuran yang dipilih sesuai kemampuan, sudah dilaksanakan, tetapi hasil yang diharapkan bahwa akan terjadi peningkatan kepesertaaan mandiri belum terlihat nyata. Data BPJS bulan September 2014 menunjukkan jumlah peserta JKN di kota Denpasar adalah 314.866 jiwa, apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk
5
kota Denpasar 843.760 jiwa, di dapatkan angka kepesertaan sebesar 37,31%. Total kepesertaan BPJS bulan Agustus 301.143 jiwa, bulan September 314.866 jiwa, bulan Oktober 327.945 jiwa. Dari data tersebut terlihat penambahan peserta baru hanya sekitar 13.000 jiwa perbulan, dapat diperkirakan peserta baru di akhir tahun 2014 adalah 166.000 jiwa (Data BPJS Cabang Denpasar, 2013). Sesuai dengan roadmap JKN, dimana disebutkan bahwa integrasi Jamkesda ke dalam BPJS diharapkan sebelum 1 Januari 2016 (Perpres 111, 2013). Peserta awal Januari 2014 adalah 251.619 jiwa, dan yang menjadi sasaran kepesertaan baru sampai akhir 2015 adalah 592.141 jiwa, pencapaian tahun 2014 belum maksimal (27,19%). Dari laporan kunjungan rawat jalan pada pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah Dinas Kesehatan Kota Denpasar diperoleh data kunjungan pasien JKN berkisar antara 20-22,5% dari total semua pasien yang berkunjung. Data kunjungan rawat jalan di Puskesmas I Denpasar Timur pada bulan September 2014 adalah 3035 terdiri dari: kepesertaaan JKN 999 orang (32,91%), JKBM 1422 orang (46,85%), pasien tanpa jaminan kesehatan sejumlah 614 orang (20,23%). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui pasien yang tercakup dengan jaminan kesehatan nasional hanya 32,91%. Sesuai dengan roadmap JKN diharapkan masyarakat yang belum tercakup dalam JKN agar segera mendaftarkan diri menjadi peserta JKN secara mandiri. Data kepesertaan JKN belum menunjukkan peningkatan yang bermakna setiap bulannya, padahal sosialisasi manfaat JKN sangat gencar dilakukan baik oleh pihak BPJS dan puskesmas selaku FKTP pemerintah (SP2TP Puskesmas, 2013).
6
Sebuah penelitian yang dilakukan di India mengatakan terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, usia, pendididkan, pekerjaaan, dan membayar iuran. Tetapi kebutuhan akan pelayanan kesehatan, usia, dan tingkat pendidikan berlawanan dengan apa yang diharapkan, dimana didapatkan usia berbanding terbalik terhadap kemauan untuk membayar (Bawa, 2011). Penelitian eksploratif di Malaysia yang menggali kemauan membayar sukarela jaminan kesehatan berbasis masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kesukuan, pendidikan, penghasilan perbulan, penyakit kronik dan adanya cakupan asuransi swasta (Shafie & Hassali , 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Elmamy Handayani,2013 di Kabupaten Hulu Sungai Selatan mengenai faktor yang mempengaruhi kemauan masyarakat membayar iuran jaminan kesehatan pada 142 responden didapatkan tingkat penghasilan masyarakat mempengaruhi kemauan masyarakat membayar iuran jaminan kesehatan. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan pada pengusaha dan pekerja UMKM dari 20 kabupaten diseluruh Indonesia ditemukan bahwa kelompok pekerja mandiri memiliki kemampuan membayar kontribusi yang lebih rendah. Kemampuan dan kemauan menjadi peserta BPJS dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat pendapatan, pendidikan dan pengetahuan terhadap program BPJS (Ramadhana, F. & Amir, H,2015). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggi Afifi (dalam Sakinah, 2014) dan Gunistiyo (2006) menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi berpengaruh terhadap kesadaran akan menjadi kepesertaan asuransi kesehatan, demikian juga
7
sebaliknya. Mereka yang berpenghasilan rendah akan mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari sebelum memutuskan menjadi peserta asuransi kesehatan. Perilaku individu tidak terlepas dari intelegensia yang akan mempengaruhi persepsinya. Perubahan perilaku tersebut diharapkan meningkat sejalan dengan peningkatan persepsi. Praba, I.A.G.R dan Astiti,D.P (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa persepsi individu terhadap asuransi dan model kepercayaan kesehatan berperan dalam pengambilan keputusan dalam menggunakan asuransi jiwa. Ketika dilakukan pengujian korelasi parsial, hanya variabel persepsi individu terhadap asuransi yang mempunyai hubungan dengan variabel pengambilan keputusan untuk menggunakan asuransi jiwa. Hasil penelitian Trimurthy (2008) diketahui bahwa terdapat hubungan persepsi pasien tentang pelayanan dengan nilai sig 0,003, jaminan pelayanan dengan nilai p value 0,0001 dan daya bukti langsung pelayanan dengan nilai p value 0,003 terhadap pemanfaatan layanan di Puskesmas Pandanaran Kota Semarang. Penelitian deskriptif di Kota Bandung dengan melibatkan 700 responden dari pekerja informal mengenai potensi partisipasi masyarakat informal untuk menjadi peserta JKN secara mandiri, didapatkan 87,1% responden menyatakan bersedia ikut dalam program tersebut (Djuhaeni, Gondodiputro, & Setiawati, 2010). Terkait persepsi dan motivasi terhadap kepesertaan JKN mandiri di Kota Surakarta mendapatkan hasil bahwa mereka menyadari manfaat pentingnya kesehatan dalam kehidupan (80%) dan sebanyak 86% mengatakan keikutsertaan dalam JKN agar kesehatannya terjamin (Tiaraningrum, 2014).
8
Banyak penelitian baik di luar maupun di dalam negeri lebih banyak menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam kepesertaan jaminan sosial antara lain: usia, jenis kelamin, pengetahuan, pendidikan, kesukuan, dan penyakit kronis yang diderita. Belum banyak yang meneliti bagaimana partisipasi masyarakat dalam kepesertaan jaminan sosial tersebut dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, persepsi masyarakat tentang kerentanan,
keparahan penyakit yang diderita, persepsi ancaman terhadap
masalah kesehatan yang mungkin didapat, persepsi manfaat, persepsi hambatan yang dialami dan faktor sosialisasi tentang JKN yang diterima oleh masyarakat itu sendiri.
I.2 Rumusan Masalah Penelitian tentang pengaruh usia, jenis kelamin, pengetahuan, pendidikan, kesukuan, dan penyakit kronis yang diderita dengan kepesertaan Jaminan sosial sudah banyak dilakukan dan dipublikasi, tetapi pengaruh persepsi Kepala keluarga tentang kerentanan, keparahan, penyakit, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat, hambatan, sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan jaminan sosial tersebut belum banyak dilakukan di Bali dan belum pernah dilakukan di Denpasar. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan permasalahan: Apakah faktor sosiodemografi, persepsi kepala keluarga terhadap kerentanan, keparahan penyakit, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat, hambatan dan sosialisasi tentang JKN berhubungan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur?
9
1.3 Tujan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Membuktikan hubungan antara faktor sosiodemografi, persepsi pasien dan sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan pasien rawat jalan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur. 1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini dilaksanakan untuk membuktikan hal yang diuraikan seperti dibawah ini. 1. Hubungan antara faktor sosiodemografi yaitu faktor umur, pendidikan dan penghasilan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri. 2. Hubungan antara faktor persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat dan hambatan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri. 3. Hubungan faktor sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis 1. Memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terkait kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri. 2. Menjadi rujukan bagi peneliti atau daerah lain yang mempunyai permasalahan yang sama dalam kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri.
10
1.4.2 Manfaat praktis 1. Memberikan gambaran, masukan, dan alternatif kebijakan kepada Dinas Kesehatan
Kota
Denpasar
dan
puskesmas
dalam
pemberdayaan
masyarakat khususnya tentang kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasioanal secara mandiri. 2. Memberikan
gambaran,
masukan,
dan
alternatif
kepada
Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Divisi Regional XI. 3. Memberi masukan kepada Puskesmas I Denpasar Timur dalam peningkatan promosi kesehatan. 4. Memberi masukan bagi pemegang program di Puskesmas I Denpasar Timur dalam bidang pemberdayaan masyarakat.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya
perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan interaksi dari dua faktor yaitu faktor internal yang merupakan faktor yang ada dalam diri orang itu sendiri dan faktor eksternal yang ada di luar diri individu tersebut. Dalam penelitian ini yang merupakan faktor internal adalah sosiodemografi (umur, pendidikan, penghasilan) dan persepsi masyarakat. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat. Perilaku merupakan suatu perwujudan dari hasil interaksi antara pengalaman dengan interaksi di lingkungan sekitar. Perilaku tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam setiap individu. Perilaku merupakan faktor kedua terbesar yang dapat mempengaruhi kesehatan dari individu, kelompok, maupun masyarakat setelah faktor lingkungan (Notoatmodjo, 2009). a. Respondent response atau reflexive, merupakan tanggapan yang ditimbulkan oleh rancangan stimulus tertentu yang dapat menimbulkan respon relatif tetap. Keberadaan dari respon ini sangat terbatas dan susah untuk dimodifikasi. b. Operant response atau instrumental response, merupakan timbulnya suatu respon yang dapat berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
12
Dalam
bidang
kesehatan,
terkait
perilaku
manusia,
Becker
mengklasifikasikan dalam tiga kelompok perilaku seperti di bawah ini. a. Perilaku sehat (health behavior) yaitu semua bentuk perilaku yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Seperti olah raga teratur, tidak merokok, imunisasi, kepesertaan dalam jaminan kesehatan, kebiasaan mencuci tangan, dan sebagainya. b. Perilaku sakit (illness behavior) yaitu perilaku yang berkaitan dengan upaya yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan seperti berkunjung ke puskesmas. c. Perilaku peran sakit (the sick behavior) yaitu berbagai tindakan yang dilakukan berkaitan dengan peran sosial dari individu yang sedang sakit seperti tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengetahui sarana kesehatan yang layak atau bermutu, dan sebagainya. Bentuk kepesertaan tersebut dapat berawal dari suatu partisipasi masyarakat. Aryenti (2000), berpendapat bahwa partisipasi adalah keterlibatan secara keseluruhan terhadap satu tekad yang sudah menjadi kesepakatan bersama, sehingga partisipasi sangat menuntut keterlibatan secara penuh dari para pelakunya. Menurut Wardani, (2004) partisipasi masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat mempunyai hak dan peran serta dalam pengambilan keputusan. Partisipasi tidak hanya ditunjukkan dari keikutsertaan, tetapi juga faktor keterlibatan secara emosional seseorang atas kegiatan yang diikuti dan adanya keinginan untuk mencapai tujuan bersama dengan menjalankan kewajiban yang telah ditetapkan dalam kelompok
13
Partisipasi langsung memiliki karakteristik yang paling tinggi untuk hal – hal yang diharapkan (favourable) dari suatu partisipasi. Dengan adanya partisipasi maka dapat mencapai hasil yang lebih baik dan akan mewujudkan rasa tanggung jawab setiap individu, sehingga dapat menumbuhkan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan partisipasi diharapkan dapat menimbulkan kesadaran setiap manusia terhadap pencegahan penyakit, sehingga setiap manusia dapat berusaha untuk mengatasinya dengan mengandalkan semua kemampuan keahlian yang dimilikinya. Segala jenis pengetahuan yang terdapat di masyarakat dapat dimanfaatkan untuk menciptakan adanya perpaduan pengetahuan dari berbagai keahlian yang dimiliki masyarakat, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Partisipasi masyarakat adalah salah satu pendekatan yang dipergunakan di negara berkembang untuk memecahkan masalah kesehatan dengan daya dan dana pemerintah yang minimal (Notoatmodjo, 2007).
2.2 Faktor Sosiodemografi yang Berhubungan dengan Kepesertaan Kepesertaan dipengaruhi faktor demografi yaitu umur, pendidikan dan penghasilan. Umur adalah lama waktu hidup yang ada, sejak dilahirkan atau ditiadakan. Dalam berbagai penelitian faktor umur mempunyai peran yang penting. Dalam penelitian ini, katagori dibedakan dua yaitu umur di atas 40 tahun dan umur di bawah 40 tahun. Tingkat pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran dan pelatihan yang formal. Menurut Lofgren dkk., tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran individu melakukan tindakan perencanaan
14
dan pengendalian untuk memahami risiko atas kesehatan dirinya. Dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin bertambah pengetahuan dan semakin bertambah pula kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Hal ini akan meningkatkan keinginan untuk menjadi peserta asuransi kesehatan. Tingkat pendapatan yang dimaksud adalah penghasilan yang diperoleh individu atau masyarakat dari aktiiftasnya setiap bulannya. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dari pendapatan perkapita, Hal ini berdampak pada keinginan masyarakat tersebut berpartisipasi dalam asuransi kesehatan. Penelitian Gunistiyo (2006) tentang kesadaran berasuransi menemukan bahwaterdapat hubungan yang signifikan antara besaran pendapatan dengan kesadaran berasuransi. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka kesadarannya dalam berasuransi kesehatan akan semakin tinggi, demikian juga sebaliknya.
2.3
Health Belief Model
2.3.1 Konsep Health Belief Model Menurut pendapat Becker & Rosenstock (dalam Sarafino, 2006) menyatakan bahwa health belief model adalah suatu perilaku pencegahan yang mau dilakukan oleh setiap individu dalam bentuk perilaku yang sehat. Dalam hal ini terdapat dua penilaian perilaku sehat, yaitu perceived threat (perceived seriousness, perceived susceptibility, cuesto action), dan perceived benefits and barriers. Berdasarkan penjelasan dari Rosenstock pada tahun 1966 dan Becker & koleganya (dalam Odgen, 2004), Health Belief Model ini biasanya dipakai untuk memperkirakan adanya perilaku pencegahan atau perilaku preventif dalam bentuk
15
suatu perilaku yang sehat serta respon dari perilaku terhadap pengobatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Selain itu, Health Belief Model juga dapat dipergunakan untuk memperkirakan adanya perilaku adalah kumpulan dari core belief yang artinya suatu persepsi individu yang mempunyai kaitan dengan susceptibility to illness, the severity of illness, the cost involved in carrying out the behavior dan cues to action. Health Belief Model menurut Rosenstock, Strecher dan Becker (dalam Family Health International, 2004) adalah sebuah model perilaku yang dapat menjelaskan dan memperkirakan adanya perilaku yang sehat yang berfokus pada sikap dan keyakinan (belief) pada setiap individu. Teori sikap yang sangat berpengaruh untuk menjelaskan alasan mengapa setiap individu melakukan perilaku yang sehat menurut Hocbaum pada tahun 1958 dan Rosenstock (dalam Taylor, 2009) adalah Health Belief Model. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Health Belief Model adalah sebuah model kognitif yang dapat menjelaskan dan memperkirakan adanya health behavior terhadap apa yang akan dilakukan dan berfokus pada belief dari setiap individu terhadap perceived seriousness, perceived susceptibility, cues to action, dan perceived benefits and barriers. 2.3.2 Komponen Health Belief Model Berdasarkan pendapat dari Becker & Rosenstock (dalam Sarafino, 2006) mengungkapkan bahwa komponen health belief model dibagi menjadi dua komponen.
16
1. Perceived Threat Perceived threat merupakan suatu penilaian perilaku dari individu tentang adanya perasaan dari sebuah ancaman yang sangat berkaitan dengan permasalahan kesehatan. Perceived threat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sebagai berikut: a. Perceived Seriousness of The Health Problem Pada faktor ini setiap manusia akan memikirkan tingkat keparahan dari risiko suatu penyakit yang bisa terjadi apabila membiarkan masalah kesehatan yang dialaminya terus berkembang dan tidak ditangani secara medis. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dari setiap manusia, jika tingkat kepercayaannya tinggi terhadap kemungkinan resiko yang akan terjadi semakin buruk, maka hal tersebut akan dirasakan sebagai suatu ancaman terhadap kesehatannya sehingga mereka akan melakukan tindakan pencegahan atau preventif. b. Perceived Susceptibility to the Health Problem Dalam faktor ini manusia mulai mengevaluasi setiap jenis masalah kesehatan lainnya yang kemungkinan bisa berkembang dan dapat mengancam kesehatannya. Faktor ini dipengaruhi oleh adanya persepsi terhadap risiko dari suatu penyakit. Semakin tinggi persepsi manusia terhadap risiko penyakit yang dialaminya, maka mereka akan menganggap hal itu sebagai sebuah ancaman yang dapat membahayakan kesehatannya sehingga mereka akan melakukan tindakan untuk pengobatannya.
17
c. Cues To Action Cues to action adalah sebuah peringatan terhadap suatu masalah kesehatan yang mempunyai potensi untuk meningkatkan keyakinan manusia agar mereka mempersepsikan hal tersebut sebagai sebuah ancaman yang dapat membahayakan kesehatannya, sehingga dapat mendorong mereka untuk melakukan tindakan pencegahan. Cues to action dapat berbentuk kegiatan sosialisasi atau pemberian informasi kepada masyarakat seperti media atau iklan bahaya merokok, maupun sejenis artikel yang terdapat di koran. 2. Perceived Benefits and Barriers Perceived benefits and barriers merupakan salah satu komponen dari Health Belief Model yang ada kaitannya antara keuntungan maupun hambatan yang akan didapat jika mereka melakukan tindakan pencegahan atau preventif terhadap suatu masalah kesehatan. Pada perceived benefits setiap manusia akan melakukan penilaian terhadap keuntungan yang akan diperoleh mereka apabila memanfaatkan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Keuntungan yang dimaksud seperti mereka dapat mengurangi resiko dari penyakit yang dialaminya sehingga tubuhnya menjadi semakin sehat. Perceived barriers adalah suatu hambatan yang dapat dirasakan oleh setiap orang untuk mendapatkan layanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya, seperti misalnya masalah biaya, resiko secara psikologis seperti adanya ketakutan jika melakukan cek–up akan dikatakan tambah tua. Selain itu, mereka juga mempertimbangkan secara fisik seperti jarak untuk mengakses pelayanan kesehatan (rumah sakit atau puskesmas) yang jauh dari rumahnya, sehingga sangat sulit mencapainya.
18
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep Health Belief Model (HBM) adalah suatu model kognitif yang dapat digunakan untuk memprediksi adanya perilaku dalam meningkatkan kesehatan. Menurut Maulana, (2009) menyatakan terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi faktor tingkat ancaman dari suatu penyakit, tingkat keseriusan terhadap masalah kesehatan, kerentanan tubuh terhadap suatu penyakit, pertimbangan dari keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Variabel tersebut adalah : variabel demografi, seperti umur, jenis kelamin dan latar belakang budaya setiap individu yang berbeda – beda; variabel sosio – psikologis, seperti kepribadian, kelas sosial,dan tekanan sosial; serta variabel struktural, misalnya pengetahuan dan pengalaman dari setiap individu yang berbeda – beda. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa adanya perbedaan perubahan perilaku terhadap suatu objek, dimana variasi dan perubahan perilaku tersebut sangat tergantung dari perilaku di sekitarnya (Kandera, 2004).
2.4
Sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional Sosialisasi tentang JKN dapat berupa pemberian informasi atau edukasi
untuk mengubah perilaku dengan cara mempengaruhi, membujuk, menghimbau, mengajak, memberi informasi dan kesadaran melalui kegiatan yang disebut pendidikan kesehatan. Dalam bidang kesehatan sering disebut promosi kesehatan, yang merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk mengubah persepsi setiap individu. Promosi kesehatan merupakan kegiatan memperbaiki kesehatan,
19
memajukan, mendukung dan mendorong serta menempatkan kesehatan lebih tinggi pada agenda perorangan maupun masyarakat umum (Ewles & Simnett, 1994). Dalam konsep promosi kesehatan, baik individu maupun masyarakat tidak hanya menjadi untuk sasaran saja, tetapi juga sebagai pelaku dalam perilaku sehat, dan secara aktif menjaga kesehatannya, kemudian ikut berperan aktif untuk mencegah terjadinya penyakit, dan melindungi dirinya dari berbagai macam penyakit yang bisa mempengaruhi tingkat kesehatannya.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir Kepesertaan masyarakat dalam program Jaminan Kesehatan Nasional
secara mandiri dapat dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi (umur, penghasilan dan pendidikan), persepsi kerentanan, persepsi keparahan penyakit yang diderita, persepsi ancaman terhadap masalah kesehatan, persepsi terhadap manfaat yang didapatkan, persepsi masyarakat tentang hambatan yang akan dialami, dan faktor sosialisasi program Jaminan Kesehatan Nasional. Perubahan
perilaku
merupakan
suatu
kondisi
dimana
terdapat
keseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat. Apabila dalam diri seseorang terjadi ketidakseimbangan diantara kedua kekuatan tersebut maka akan terjadi perubahan perilaku yang dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok seperti di bawah ini. 1.
Apabila kekuatan pendorong yang meningkat maka akan terjadi peningkatan kepesertaan JKN secara mandiri.
2.
Apabila kekuatan penghambat yang menurun maka akan meningkatkan kepesertaan JKN secara mandiri.
3.
Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penghambat menurun, hal ini akan meningkatkan kepesertaan JKN secara mandiri.
20
21
Pada saat terjadi perubahan, kekuatan – kekuatan tersebut saling menekan dan pada akhirnya kekuatan pendorong yang akan semakin banyak dan kekuatan penghambat akan semakin sedikit.
3.2 Konsep Penelitian Faktor Sosiodemografi Umur Pendidikan Penghasilan
Faktor Persepsi Responden Persepsi Kerentanan Persepsi Keparahan Persepsi Ancaman Persepsi Manfaat Persepsi Hambatan
Kepesertaan JKN Secara Mandiri
Faktor Sosialisasi tentang JKN
Gambar 3.1 Konsep Penelitian
22
3.1 Hipotesis 1. Terdapat hubungan faktor sosiodemografi yaitu umur, pendidikan dan penghasilan Kepala Keluarga dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri. 2. Terdapat hubungan persepsi kerentanan, keparahan, ancaman, manfaat dan hambatan dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri. 3. Terdapat hubungan sosialisasi tentang JKN dengan kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri.
23
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian Penelitian tentang determinan yang berhubungan dengan kesediaan
masyarakat mengikuti program JKN berdasarkan jenis penelitian termasuk penelitian Observational Analytic. Penelitian adalah penelitian kuantitatif. Rancang bangun penelitian cross sectional menganalisis hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung pada saat yang sama untuk setiap responden dan dilakukan penilaian hanya satu kali sesuai kriteria yang dibuat peneliti (Nazir, 2005).
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Wilayah Puskesmas I Denpasar Timur Kota
Denpasar dengan waktu penelitian dari Bulan Februari sampai dengan Juni 2015. Sedangkan waktu pengambilan data pada Bulan Maret sampai dengan April 2015.
4.3
Penentuan Sumber Data
4.3.1 Metode Pengumpulan Data Data primer adalah data yang diambil langsung pada saat penelitian dilaksanakan. Data primer dalam penelitian ini adalah: 1. Skor faktor persepsi kepala keluarga tentang demografi, persepsi kerentanan, keparahan penyakit yang diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, dan sosialisasi puskesmas yaitu jumlah skor tentang persepsi kepala keluarga.
23
24
2. Data gambaran tentang kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur. Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian meliputi gambaran geografi, topografi, manajemen Puskesmas I Denpasar Timur, diperoleh dengan mengutip data dari Profil Puskesmas I Denpasar Timur dan profil Kecamatan Denpasar Timur. 4.3.2
Populasi dan Sampel
4.3.2.1 Populasi Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua pasien yang tinggal dan menetap di Wilayah Puskesmas I Denpasar Timur. Populasi terjangkau adalah semua pasien yang datang berkunjung ke Puskesmas I Denpasar Timur pada bulan Maret 2015 – Mei 2015. 4.3.2.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga yang tinggal dan menetap di wilayah Puskesmas I Denpasar Timur. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok peserta JKN dan kelompok yang bukan peserta JKN. Responden dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga yang bersedia berpartisipasi menjadi sampel dengan menandatangani informed consent (surat persetujuan) terlebih dahulu. Alasan pemilihan responden adalah sesuai kriteria sampel seperti di bawah ini.
25
1. Kriteria inklusi a). Kepala Keluarga yang tinggal dan menetap di wilayah Puskesmas I Denpasar Timur. b). Kepala Keluarga adalah merupakan anggota jaminan pelayanan di Puskesmas I Denpasar Timur. c). Kepala keluarga adalah responden yang sudah bekerja dan tidak menjadi tanggungan orang tuanya. d). Kepala Keluarga bersedia menjadi responden penelitian. 2. Kriteria eksklusi a). Kepala Keluarga yang termasuk PNS, Jamkesmas, Jamsostek dan ABRI. b). Kepala Keluarga yang menggunakan JKBM. 4.3.3.
Besaran sampel Besar sampel diambil untuk penelitian cross sectional dengan
menggunakan rumus (Riwidikdo, 2008) yaitu:
n Z 21 / 2
P(1 P ) d2
(2)
Dimana: P = proporsi (incidence rate) peserta JKN mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur (asumsi aktif JKN 20 %) Z = nilai Z pada α 5% = 1,96 d2 = presisi mutlak sebesar 6 % (0,06) n = besar sampel
26
n 1,96 2 x
0,2 x 0,8 170,74 171 0,06 2
Dari seluruh perhitungan besar sampel, maka besar sampel yang dipergunakan adalah besar sampel yang terbesar yaitu 171 subyek ditambah 10 %, sehingga menjadi 188 subyek. 4.3.4. Teknik penentuan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sampel dari data kunjungan pasien rawat jalan yang ada di register pasien yang berkunjung ke Puskesmas I Denpasar Timur pada bulan Februari 2015. Dari register didapatkan alamat penderita untuk selanjutnya dikunjungi ke rumahnya dan dilakukan wawancara. Sampel akan diambil sebesar 188 responden secara proportional dari kedua kelompok, yaitu kelompok pasien yang menggunakan JKN secara mandiri dan kelompok pasien yang tidak menggunakan JKN mandiri. Dari masing-masing kelompok tersebut diambil sampel sebanyak 94 responden.
4.4.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.4.1. Variabel Penelitian Variabel bebas penelitian adalah sosiodemografi, persepsi kepala keluarga tentang kerentanan,
keparahan
penyakit yang diderita, ancaman terhadap
masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, sosialisasi puskesmas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepesertaan JKN secara mandiri. 4.4.2. Definisi Operasional Definisi Operasional masing-masing variabel yang diteliti diberikan batasan sesuai dengan tujuan penelitian (Tabel 4.2) di bawah ini.
27
Tabel 4.2 Definisi Operasional Masing-Masing Variabel Penelitian No 1.
Variabel Umur
Definisi Operasional Umur responden
Cara Ukur Responden
yang dihitung sejak
diwawancara
Alat Ukur Kuesioner
Hasil ukur <40 tahun
Skala Nominal
≥ 40 tahun
tanggal lahir sampai waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun. 2.
3.
4.
Pendidikan
Pendidikan formal Responden yang terakhir pernah diwawancara diikuti responden
kuesioner
Rata-rata jumlah Responden penghasilan keluarga diwawancara dalam satu bulan
kuesioner
Persepsi
Pandangan Kepala
Responden
kuesioner
tentang
Keluarga
diwawancara
kerentanan
mengevaluasi jenis
menjadi dua yaitu
masalah kesehatan
tinggi : ≥80%
yang mungkin dapat
rendah : <80%
Penghasilan
≤ SMP
Nominal
≥ SMA < UMR
Nominal
≥ UMR jawaban akan
reponden
Nominal
dikategorikan
mengancam kesehatan 5.
Persepsi
Pandangan
Kepala Responden
Kuesioner
Jawaban
tentang
Keluarga
tentang diwawancara
keparahan
keparahan
masalah
masalah
kesehatan
yang
tinggi : ≥80%
kesehatan
dihadapi
anggota
rendah : <80%
yang diderita
keluarga
akan
reponden
dikategorikan
menjadi dua yaitu
Nominal
28
6.
7.
Persepsi
Pandangan
Kepala Responden
Kuesioner
Jawaban
tentang
Keluarga
tentang diwawancara
ancaman
bagaimana ancaman
menjadi dua yaitu
terhadap
yang
dirasakan
tinggi : ≥80%
masalah
terkait
dengan
rendah : <80%
kesehatan,
masalah kesehatan
Persepsi
Pandangan
Kepala Responden
tentang
Keluarga
tentang diwawancara
akan
Kuesioner
Nominal
dikategorikan
Jawaban akan
reponden
reponden
Nominal
dikategorikan
manfaat yang manfaat yang akan
menjadi dua yaitu
didapat,
didapatkan
apabila
tinggi : ≥90%
mengikuti
program
rendah : <90%
JKN 8.
Persepsi
Pandangan Kepala
Responden
Kuesioner
Jawaban
tentang
Keluarga tentang
diwawancara
hambatan
hambatan yang akan
menjadi dua yaitu
didapatkan apabila
tinggi : ≥90%
mengikuti Program
rendah : <90%
akan
reponden
Nominal
dikategorikan
JKN
9.
10.
Sosialisai
Informasi yang
Responden
tentang JKN
diterima kepala
diwawancara
Kepesertaan JKN mandiri
Kuesioner
Jawaban responden noNominal akan dikategorikan
keluarga tentang
menjadi dua yaitu:
JKN
Ya atau tidak
Partipasi
secara Keluarga
peserta
Kepala Responden menjadi diwawancara JKN
dengan membayar iuran
sesuai
kemampuannya.
Kuesioner
Ya atau tidak
Nominal
29
4.5.
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang
digunakan berupa karakteristik maupun kondisi responden sesuai dengan variabel yang diinginkan.
4.6.
Prosedur Penelitian
4.6.1. Metode Pengambilan Data Wawancara yang ditujukan kepada responden dengan panduan kuesioner yang telah disiapkan meliputi sosiodemografi, persepsi keparahan penyakit yang diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, sosialisasi puskesmas, dan mutu pelayanan kesehatan. Wawancara dilakukan di luar puskesmas dengan melakukan kunjungan ke rumah responden. 4.6.2. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Sebelum alat ukur dipergunakan telah dilaksanakan uji coba di lapangan. Responden yang digunakan adalah responden yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan responden penelitian. Jumlah responden uji coba adalah 30 orang (Notoatmodjo, 2010a). 1. Uji Validitas Untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan alat bantu soft ware komputer sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner pada setiap variabel bebas. Dari hasil tersebut akan terlihat besar nilainya dibandingkan dengan r product moment, validitas disini dilakukan pada responden dengan taraf signifikan sebesar 5 %.
30
Uji
validitas
menunjukan
sejauh
mana
alat
pengukur
mampu
mengungkapkan apa yang diukur. Dengan ketentuan jika r hitung positif, serta r hitung › 0,30 maka alat ukur tersebut dikatakan valid (Sudarmanto, 2005). 2.
Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini digunakan metode statistik dengan teknis uji
reliabilitas koefisiensi variasi alpha untuk menguji reliabilitas item pertanyaan. Penentuan variabel telah reliabel dapat dilihat dari koefisien Cronbach Alpha. Suatu variabel dinyatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nugroho, 2005). 4.6.3 Persiapan penelitian Persiapan penelitian yang dilaksanakan adalah mengurus ijin penelitian, dan persiapan pengambilan data. Pengambilan data penelitian melibatkan koordinator jumantik yang bekerja di Puskesmas I Denpasar Timur. Mengingat banyaknya data yang dikumpulkan dalam kuesioner dan jumlah responden yang diwawancarai maka koordinator yang ditugaskan terlebih dahulu diberikan penjelasan supaya mereka mempunyai pemahaman yang sama terhadap isi kuesioner tersebut. 4.6.4. Pelaksanaan penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan dalam waktu empat minggu. Pelaksanaan pengambilan data dilakukan bersama-sama dan menyesuaikan dengan kondisi responden. Sebelum pengambilan data kepada responden diajukan informed consent yang harus dipahami dan disetujui oleh responden dengan membubuhkan tanda tangan. Apabila responden tidak menyetujui dan bersedia
31
sebagai responden maka responden akan diganti dengan rumah tangga sebelahnya dengan kriteria yang sesuai. 4.6.5 Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh kemudian diteliti dan dianalisis kelengkapannya dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Editing
: data primer yang terkumpul dari hasil wawancara kemudian
diperiksa, apabila terdapat ketidakjelasan maka langsung dipertanyakan kepada petugas wawancara sehingga dapat dimengerti dan diisi dengan tepat. 2. Coding
: setiap variabel dengan skala data kategori diberikan kode berupa
huruf dan angka untuk memudahkandalam pengolahan selanjutnya. 3. Scoring
: setiap jawaban responden diberikan nilai untuk mengukur
persepsi tentang kepala rumah tangga tentang kerentanan, persepsi keparahan penyakit yang diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan dan sosialisasi puskesmas dengan kuesioner yang terdiri dari 4 sampai 9 pertanyaan untuk setiap variabel. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dalam distribusi frekuensi dengan skala nominal yang bertujuan mengubah data mentah menjadi data yang lebih berarti sehingga dapat digunakan sebagai landasan untuk menyusun kesimpulan. 4. Tabulating : total nilai atau skor yang didapat tiap responden dikelompokkan dan interprestasikan dengan kriteria: persepsi tinggi dan persepsi rendah.
32
4.7.
Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dilakukan analisis
secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing variabel. Setiap pertanyaan pada kuesioner diberikan skor dan selanjutnya dijumlahkan total skor setiap variabel. Pada tahapan ini, seluruh faktor yang mempengaruhi kepesertaan JKN dideskripsikan menggunakan ukuran rata-rata hitung (mean), nilai minimum, maksimum dari total skor setiap variabel dan deskriptif naratif. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel sosiodemografi, persepsi kerentanan, keparahan penyakit yang diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, sosialisasi tentang JKN, dengan kepesertaan JKN secara mandiri dengan menggunakan uji Chi Square. Yang diukur dalam uji ini adalah Odd Rasio dan taraf uji nyata (α) = 5 %. Teknik analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik, yaitu untuk menguji secara statistik pengaruh variabel bebas (sosiodemografi, persepsi Kepala Keluarga tentang kerentanan, keparahan penyakit yang diderita, ancaman terhadap masalah kesehatan, manfaat yang didapat, hambatan, sosialisasi tentang JKN) secara bersamaan terhadap variabel terikat (kepesertaan JKN secara mandiri) dengan taraf uji nyata (α) = 5%.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1
Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Timur Puskesmas I Denpasar Timur dengan luas wilayah 7509 km2 mempunyai
jumlah penduduk 94.845 orang mewilayahi empat desa dan dua kelurahan, yaitu Kelurahan Sumerta, Kelurahan Dangin Puri, Desa Sumerta Kelod, Desa Sumerta Kaja, Desa Sumerta Kauh dan Desa Dangin Puri Kelod. Fasilitas kesehatan yang ada terdiri dari satu puskesmas induk dan dua puskesmas pembantu. Pelayanan
kesehatan yang dilakukan
oleh puskesmas terdiri dari
pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan SP2TP puskesmas pada bulan februari tahun 2015, total jumlah kunjungan pasien adalah 5.302 orang. Dari total kunjungan didapatkan kunjungan pasien berdasarkan status kepemilikan jaminan kesehatan yaitu kunjungan pasien JKN 1.601 orang, kunjungan pasien umum 767 dan kunjungan pasien JKBM 2.478 orang. Sampel diambil dari pasien JKN dan pasien non peserta JKN. Pasien non peserta JKN yang dimaksud adalah pasien yang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa menggunakan kartu jaminan kesehatan. Sedangkan pasien JKN yang terpilih sebagai sampel adalah pasien JKN Mandiri , yaitu pasien yang berkunjung dengan menunjukkan kartu jaminan kesehatan dan menjadi peserta JKN dengan membayar iuran sendiri. Besar sampel yang diambil masing-masing pada pasien JKN dan pasien non peserta JKN adalah 94 sehingga total sampel yang diambil sebanyak 188 orang.
33
34
5.2
Karakteristik Responden Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, status pernikahan, jumlah anggota keluarga digambarkan seperti Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1. Karakteristik Responden Karakteristik responden
Frekuensi (N=188) n (%)
Umur <40 tahun
99 (52,66)
≥40 tahun
89 (47,34)
Pendidikan ≤SMP/Sederajat
56 (29,78)
≥SMA/Sederajat
132 (70,22)
Pekerjaan Karyawan/ti swasta Buruh
111 (59,04) 22 (11,70)
Dagang
18 (9,57)
IRT
9 (4,79)
Jawaban lain
28 (14,89)
Penghasilan
62 (32,98)
≥UMR
126 (67,02)
Status Pernikahan Belum menikah Menikah Cerai Jumlah anggota keluarga ≤3 orang >3 orang
11 (5,85) 172 (91,49) 5 (2,66) 89 (47,34) 99 (52,6)
35
Hasil penelitian terhadap 188 responden didapatkan bahwa rentang umur responden adalah 17 tahun sampai dengan 81 tahun dengan rata-rata umur 40 tahun. Persentase kategori umur responden dalam dua kelompok umur tidak jauh berbeda. Sebagian besar responden sudah memiliki pendidikan formal yang baik dimana 70% diantaranya sudah berijazah SMA/sederajat atau lebih tinggi dan 59,04% bekerja sebagai karyawan atau karyawati swasta. Sisanya tersebar merata sebagai pekerja pada sektor informal seperti buruh, pedagang, tukang cukur, tukang jahit dan sebagainya. Berdasarkan tingkat ekonomi responden, survei menemukan bahwa sebagaian besar (67,02%) memiliki penghasilan lebih dari UMR kota Denpasar yaitu Rp 1.800.000. Berdasarkan status pernikahan terdapat responden yang belum menikah yaitu 5,85%, hal ini dianggap sebagai responden karena responden sudah bekerja dan tidak berada dalam tanggungan orang tua. Terkait jumlah anggota keluarga yang ditanggung dalam satu KK, peneliti mengelompokkan dalam dua kategori dengan hasil yang tidak jauh berbeda.
5.3
Karakteristik Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur Persepsi responden dengan kepesertaan JKN secara mandiri di Puskesmas
I Denpasar Timur dikategorikan menjadi persepsi rendah dan tinggi. Untuk persepsi kerentanan, keparahan dan ancaman yang disebut dengan persepsi rendah adalah responden yang memiliki total skor di bawah 80%, sedangkan yang disebut persepsi tinggi adalah responden yang memiliki total skor di atas atau sama dengan 80%. Untuk persepsi manfaat juga dikategorikan menjadi persepsi rendah dan tinggi. Persepsi manfaat rendah adalah responden yang memiliki total skor di
36
bawah 90%, sedangkan yang disebut dengan persepsi manfaat tinggi adalah responden dengan total skor di atas atau sama dengan 90%. Sedangkan untuk persepsi hambatan tinggi adalah responden yang memiliki total skor di bawah 90%, dan yang disebut dengan persepsi hambatan rendah adalah responden dengan total skor di atas atau sama dengan 90%. Tabel 5.2 berikut ini menunjukkan bahwa terdapat lima variabel persepsi yang diteliti yaitu persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi ancaman, persepsi manfaat dan persepsi hambatan. Didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden merasakan kerentanan, keparahan dan ancaman yang tinggi terhadap permasalahan kesehatan diatas 90% kecuali persepsi manfaat hanya 72,87%. Penemuan ini diperkirakan dapat meningkatkan peluang keinginan responden menjadi peserta JKN secara mandiri. Kemungkinan ini akan diperkuat dengan temuan bahwa persepsi hambatan rendah sebanyak 92,02%.
37
Tabel 5.2 Karakteristik Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur Karakteristik Persepsi Responden
Frekuensi (N=188) n (%)
Persepsi Kerentanan Kerentanan Rendah
18 (9,57)
Kerentanan Tinggi
170 (90,43)
Persepsi Keparahan Keparahan Rendah Keparahan Tinggi
11 (5,85) 177 (94,15)
Persepsi Ancaman Ancaman Rendah
13 (6,91)
Ancaman Tinggi
175 (93,09)
Persepsi Manfaat Manfaat Rendah
51 (27,13)
Manfaat Tinggi
137 (72,87)
Persepsi Hambatan Hambatan Rendah
173 (92,02)
Hambatan Tinggi
15 (7,98)
5.4 Karakteristik Sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional Karakteristik sosialisasi yang dimaksud adalah berupa informasi yang diperoleh responden
tentang JKN, frekuensi mendapatkan informasi, sumber
informasi, dan mengetahui minat responden dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Dari 188 responden didapatkan 168 orang (89,36%) menjawab pernah mendapat informasi tentang JKN. Berikut ini ditampilkan karakteristik sosialisasi JKN sesuai hasil penelitian.
38
Tabel 5.3 Karakteristik Sosialisasi JKN yang Didapat Responden Karakteristik Sosialisasi JKN
Frekuensi
(%)
Sangat sering
13
7,74
Sering
89
52,98
Jarang
60
35,71
Sangat jarang
6
3,57
Ya
80
47,62
Tidak
88
52,38
48
28,57
120
71,43
Ya
95
56,55
Tidak
73
43,45
Frekuensi memperoleh informasi
Sumber informasi Media
Petugas puskesmas Ya Tidak Teman/keluarga
Berdasarkan tabel 5.3 sebagian besar informasi yang didapat bersumber dari teman/keluarga sebanyak 95 orang (56,55%), berikutnya informasi didapat dari media 80 orang (47,62%) dan hanya 48 orang (28,57%) responden yang mengatakan mendapat informasi dari petugas puskesmas. Berdasarkan hasil survei, dari 168 responden yang mendapat informasi ditemukan 81 orang (48,21%) adalah responden non peserta JKN. dan 87 orang (51,79%) merupakan responden JKN. Setelah dilakukan wawancara terhadap responden non peserta JKN didapatkan sebanyak 69 orang (85,19%) mengatakan berminat menjadi peserta JKN secara mandiri, hanya 12 orang (14,81%) yang menjawab tidak dan menunda karena alasan biaya.
39
5.5
Analisis Bivariat Untuk mengetahui analisis hubungan antara masing-masing variabel bebas
yaitu faktor sosiodemografi masyarakat, persepsi kepala rumah tangga tentang kerentanan terhadap penyakit, faktor keparahan penyakit, faktor persepsi terhadap ancaman, faktor persepsi terhadap manfaat, faktor persepsi masyarakat tentang hambatan, dan faktor sosialisasi JKN dengan kepesertaan pada program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri dapat dilihat pada tabel 5.5 sebagai berikut.
40
Tabel 5.5 Crude OR Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur Variabel Bebas
Kepesertaan JKN Peserta
Non peserta
Crude OR
95 %CI
p value
Lower
Upper
0,69
2,192
0,47
0,99
3,49
0,06
0,55
1,83
1,00
0,17
1,26
0,14
0,38
3,89
0,76
0,13
1,34
0,15
2,35
9,97
<0,001
0,55
4,37
0,42
0,78
5,10
0,15
Umur <40 tahun
47
52
1 (ref)
≥40 tahun
47
42
1,24
≤SMP
22
34
1 (ref)
≥SMA
72
60
1,85
31
31
1 (ref)
≥UMR
63
63
1,00
Rendah
12
6
1 (ref)
Tinggi
82
88
0,47
Rendah
5
6
1 (ref)
Tinggi
89
88
1,21
Rendah
9
4
1 (ref)
Tinggi
85
90
0,42
12
39
1 (ref)
82
55
4,85
Pendidikan
Penghasilan
Persepsi Kerentanan
Persepsi Keparahan
Persepsi Ancaman
Persepsi Manfaat Rendah Tinggi Persepsi Hambatan Tinggi
6
9
1 (ref)
Rendah
88
85
1,55
Tidak
7
13
1 (ref)
Ya
87
81
1,99
Sosialisasi JKN
Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa persepsi tentang manfaat pada kedua kelompok responden didapatkan hasil bahwa sebanyak 137 orang (72,87%) memiliki persepsi tentang manfaat tinggi dan 51 orang (27,13%)
41
memiliki persepsi tentang manfaat rendah. Nilai 95% CI (2,35 – 9,97) secara statistik menunjukkan bahwa persepsi manfaat
berhubungan dengan minat
menjadi peserta JKN secara mandiri. Nilai crude OR adalah 4,85 menunjukkan responden yang memiliki persepsi manfaat tinggi akan memiliki kemungkinan untuk menjadi peserta 4,85 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi manfaat rendah.
5.6
Analisis Multivariat Analisis Multivariat dilakukan untuk melihat pengaruh seluruh variabel
bebas dengan kepesertaan JKN secara mandiri dan variabel mana yang memiliki pengaruh paling besar. Dalam analisis ini peneliti menggunakan nilai probabilitas <0,25 yang biasa dipergunakan dalam banyak penelitian dan menyeleksi adanya faktor lain yang signifikan berpengaruh pada analisis multivariat. Berdasarkan tabel analisis bivariat tampak bahwa ada lima variabel bebas yang memiliki nilai probabilitas <0,25 yaitu pendidikan, persepsi kerentanan, persepsi ancaman, persepsi manfaat, dan sosialisasi tentang JKN . Kelima variabel tersebut dianalisis multivariat dengan model Regresi Logistik metode enter, dengan cara memasukkan semua variabel secara bersamaan. Hasil analisis adalah seperti pada tabel di bawah ini.
42
Tabel 5.6 Adjusted OR Faktor yang Berhubungan dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur Variabel
Adjusted OR
Pendidikan Persepsi kerentanan Persepsi manfaat Persepsi ancaman Sosialisasi JKN
95 %CI Lower
Upper
1,63 0.68 4,53 0,55
0,83 0,20 2,15 0,13
3,22 2,29 9,55 2,31
1,42
0,50
4,02
P 0,16 0,53
<0,001 0,41 0,51
Berdasarkan analisis multivariat terhadap lima variabel tersebut, dimana variabel lain sudah dikendalikan maka diperoleh hanya satu variabel yang berpengaruh secara signifikan dengan kepesertaan JKN secara mandiri yaitu variabel persepsi manfaat. Ditemukan bahwa persepsi manfaat secara independen berpengaruh dengan kepesertaan JKN secara mandiri dan berpeluang 4,53 kali lebih besar dibandingkan variabel lainnya untuk menjadi peserta JKN secara mandiri dengan Adjusted OR= 4,53 (95% CI: 2,15-9,55). Berdasarkan nilai LR didapatkan pengaruh sebesar 25,41% dan sisanya 74,59% disebabkan oleh variabel lain diluar variabel penelitian. Selain itu dilakukan pula uji asumsi terhadap model Regresi Logistik. Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa disribusi data sama dengan model (fit) dimana nilai probabilitas
pada uji
goodness of fit adalah 0,79. Dari hasil uji classification diperoleh hasil bahwa model valid yang ditunjukkan dengan nilai correctly classified sebesar 65,96 %.
BAB VI PEMBAHASAN
Kepesertaan JKN secara mandiri dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti sebagai faktor internal antara lain adalah faktor sosiodemografi (umur, pendidikan, penghasilan), persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi ancaman, persepsi manfaat dan persepsi hambatan. Sedangkan sosialisasi tentang JKN diteliti sebagai faktor eksternal. Pada bab ini akan dibahas hubungan masing-masing variabel dengan kepesertaan JKN secara mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur.
6.1
Hubungan Karakteristik Responden dengan Kepesertaan JKN Mandiri Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan aplikasi metode
Chi Square pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa variabel umur tidak berhubungan dengan kepesertaan JKN mandiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sakinah, (2014) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kesadaran masyarakat dalam berasuransi kesehatan. Penelitian dengan hasil yang sama juga diungkapkan oleh Anggi Afifi (dalam Sakinah, 2014). Hal ini berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Gani (1997) yang mengatakan bahwa usia seseorang akan berhubungan dengan risiko kesehatannya sehingga akan muncul kesadaran dalam dirinya untuk menjadi peserta asuransi kesehatan. Dalam penelitian ini pengambilan sampel hanya dilakukan di Puskesmas, sehingga tidak ditemukan perbedaan risiko kesehatan
43
44
yang bermakna antara responden yang berumur <40 tahun maupun ≥40 tahun, dimana mereka lebih banyak mengalami resiko kesehatan yang rendah. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan memperluas cakupan sampel penelitian ke tingkat sekunder dan tersier untuk melihat bagaimana hubungan antara usia dengan kepesertaan asuransi kesehatan. Dilihat dari karakteristik pendidikan, pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan responden tidak berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Beberapa penelitian lain mengatakan hal yang berbeda, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi kesadarannya untuk menjadi peserta asuransi jiwa (Sri Hermawati, 2013) dan Wijaya (2013). Menurut Lofgren dkk., tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran individu melakukan tindakan perencanaan dan pengendalian untuk memahami risiko atas kesehatan dirinya. Dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin bertambah pengetahuan dan semakin bertambah pula kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Hal ini akan meningkatkan keinginan untuk menjadi peserta asuransi kesehatan. Penghasilan responden pada penelitian ini tidak berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggi Afifi (dalam Sakinah, 2014) dan Gunistiyo (2006) yang menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi berpengaruh terhadap kesadaran akan menjadi kepesertaan asuransi kesehatan, demikian juga sebaliknya. Mereka yang berpenghasilan rendah akan mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari sebelum memutuskan menjadi peserta asuransi kesehatan.
45
Karakteristik responden tersebut diatas ditemukan tidak bermakna. Asumsi peneliti disebabkan oleh karena program Jaminan Kesehatan Nasional merupakan asuransi kesehatan sosial, dimana kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang layak. Penerapan program ini telah disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat tanpa membedakan faktor sosiodemografi masyarakat.
6.2
Hubungan Persepsi Responden dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri Pada penelitian ini persepsi manfaat mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kepesertaan JKN secara mandiri. Responden dengan persepsi manfaat yang tinggi memiliki potensi 4,85 kali dibandingkan dengan responden dengan persepsi manfaat yang rendah (Crude OR= 4,85; 95% CI: 2,35-9,97). Sebuah penelitian tentang motivasi kepesertaan JKN mandiri di Kota Surakarta mendapatkan hasil bahwa 80% menyadari manfaat pentingnya kesehatan dalam kehidupan dan sebanyak 86% mengatakan keikutsertaan dalam JKN agar kesehatannya terjamin (Tiaraningrum, 2014). Berdasarkan teori Kurt Lewin (1951) dalam Calvin, S (1993) bahwa perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor pendorong dan faktor penghambat. Bila persepsi seseorang terhadap manfaat suatu program tinggi, hal ini akan dikatakan sebagai pendorong ke arah tujuan yang diinginkan. Dorongan ini akan diperkuat apabila persepsi hambatan sebagai faktor penghambat ditemukan rendah, maka perubahan perilaku ke arah tujuan yang diinginkan akan lebih cepat. Hasil penelitian ini sesuai dengan Health Belief Model dimana
46
terjadinya perubahan perilaku pada responden dipengaruhi oleh adanya kepercayaan terhadap manfaat atau hambatan yang dirasakan. Persepsi manfaat yang tinggi dan ditemukannya persepsi hambatan yang rendah akan mendorong terjadinya perubahan prilaku responden. Perubahan tersebut didukung dengan ditemukannya persepsi ancaman, persepsi kerentanan dan persepsi keparahan yang tinggi serta keberhasilan sosialisasi yang diterima oleh responden. Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi kerentanan dengan kepesertaan JKN secara mandiri (Crude OR= 0,47; 95% CI: 0,17-1,26). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang perubahan perilaku dalam pengambilan keputusan dalam bidang kesehatan yaitu terkait persepsi kerentanan kanker payudara dan ketidakpatuhan untuk melakukan skrining mammografi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa wanita yang memiliki kerentanan yang tinggi Adjusted OR: 2,83; 95% CI: 1,51-5,30 memiliki kesadaran yang kurang untuk melakukan program skrining mammografi dibandingkan dengan wanita yang memiliki persepsi kerentanan yang rendah (Calvocoressi et al., 2004). Hasil penelitian ini berbeda dengan Health Belief Model (dalam Sarafino, 2006) yang menyatakan bahwa persepsi individu terhadap kemungkinan mengalami masalah kesehatan akan mempengaruhi perilaku mereka untuk mencari pengobatan atau pencegahan. Tingkat kerentanan juga dipengaruhi oleh tingkat ancaman yang dirasakan terhadap masalah kesehatan yang dialami. Persepsi
keparahan
tidak
berhubungan
secara
bermakna
dengan
kepesertaan JKN secara mandiri (Crude OR= 1,21; 95% CI: 0,17-1,26). Berdasarkan Health Belief Model (dalam Sarafino, 2006), menyatakan bahwa
47
manusia mulai mengevaluasi setiap jenis masalah yang mungkin berkembang dan dapat
memperburuk
kesehatannya.
Artinya
persepsi
individu
tentang
kemungkinan terkena masalah kesehatan akan mempengaruhi perilaku mereka khususnya untuk melakukan pencegahan atau mencari pengobatan. Mereka yang merasa permasalahan kesehatan yang parah atau serius akan lebih cepat melakukan tindakan untuk pengobatan. Peneliti berasumsi hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena responden merupakan pasien yang melakukan pengobatan rawat jalan di puskesmas. Persepsi keparahan penyakit pasien rawat jalan di antara responden adalah sama. Responden yang berkunjung ke puskesmas jarang mengalami penyakit yang parah, apabila mereka sudah parah maka mereka biasanya berobat ke rumah sakit atau hanya memerlukan rujukan saja. Persepsi ancaman yang diteliti mempengaruhi kepesertaan JKN secara mandiri adalah risiko responden menjadi sakit atau mengalami cedera, risiko lingkungan tempat kerja terhadap kesehatan, risiko tempat tinggal dan risiko kesehatan yang mungkin dialami responden saat berpergian. Dalam penelitian ini persepsi ancaman yang tinggi memiliki potensi 0,42 kali lebih rendah untuk berpengaruh dengan kepesertaan JKN Mandiri dibandingkan dengan responden dengan persepsi ancaman yang rendah (Crude OR= 0,42; 95% CI: 0,13-1,34). Berdasarkan Health Belief Model, persepsi ancaman terhadap masalah kesehatan merupakan salah satu komponen dari teori ini yang berhubungan secara langsung dengan kecenderungan orang untuk melakukan perilaku kesehatan yang dalam hal ini yaitu memberikan pengaruh terhadap kepesertaan. Asumsi peneliti kemungkinan adalah karena responden sebagian besar karyawan/ti swasta yang
48
lebih banyak bekerja di dalam gedung, risiko yang responden alami bukan merupakan risiko yang berat. Persepsi hambatan yang mempengaruhi kepesertaan JKN secara mandiri yaitu pemahaman persyaratan menjadi peserta JKN, biaya, prosedur, perbedaan pelayanan, dan waktu yang diperlukan untuk mendapat pelayanan. Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi hambatan dengan kepesertaan JKN secara mandiri (Crude OR= 1,55; 95% CI: 0,55-4,37). Beberapa faktor penghambat yang menjadi persepsi responden seperti sulit mengurus administrasi, kekhawatiran terhadap jaminan, prosedur yang berbelit-belit dan proses yang lama, dilakukan juga pada masyarakat Cirebon. Hal ini juga menjadi tantangan pemerintah untuk dapat meminimalisir hambatan yang ada sehingga terjadi peningkatan kepesertaan JKN secara mandiri dengan lebih cepat (Subari, Djuhaeni, & Wiwaha, 2014).
6.3
Hubungan Sosialisasi Tentang JKN dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri Berdasarkan hasil penelitian tentang informasi JKN yang diterima oleh
responden didapatkan hasil bahwa responden yang pernah mendapat informasi JKN sebanyak 89,36%. Setelah digali lebih dalam mereka yang sering bahkan sangat sering menerima informasi sebanyak 60,71% dan menunjukkan potensi 1,99 kali lebih tinggi untuk menjadi peserta JKN mandiri dibanding dengan responden yang jarang menerima informasi (Crude OR= 1,99; 95% CI: 0,785,10). Pada responden non peserta JKN didapatkan bahwa dari 81 responden yang sudah mendapat sosialisasi terdapat 69 responden (85,19%) mengatakan berminat
49
menjadi peserta JKN. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi yang dilakukan pemerintah dengan berbagai pihak terkait cukup berhasil. Penemuan ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajar Hasri dan Hidayat pada tahun 2012 tentang pekerja UMKM yang mendapatkan informasi bahwa responden hanya mengetahui program JKN sebanyak 21%, sementara yang tidak mengetahuinya 62%. Ini menunjukkan bahwa saat itu masih diperlukan sosialisasi program yang massif, terutama untuk masyarakat kalangan kelas menengah ke bawah, yang bekerja di sektor informal dan UMKM. Responden non peserta JKN yang menyatakan berminat menjadi peserta JKN secara mandiri juga didukung dengan hasil analisis terhadap variabel persepsi. Dari semua responden non peserta JKN didapatkan sebanyak 92,75% memiliki persepsi kerentanan yang tinggi, memiliki persepsi keparahan yang tinggi 91,3%, memiliki persepsi ancaman yang tinggi 95,65% dan sebanyak 66,67% memiliki persepsi manfaat yang tinggi. Hasil ini akan mempercepat partisipasi responden non peserta JKN untuk menjadi peserta JKN secara mandiri. Berdasarkan
sumber
informasi
yang
diterima
responden
dapat
disampaikan bahwa informasi dari teman atau keluarga mempunyai nilai paling tinggi yaitu 56,55%, dari media (TV, Koran, Radio) sebanyak 47,62%, dan dari petugas puskesmas hanya 28,57%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tiaraningrum (2014) bahwa peran teman / keluarga memang masih kental dalam budaya Indonesia. Partisipasi masyarakat dalam kepesertaan JKN di daerah Mojosongo, Kota Surakarta terbukti meningkat oleh karena mendapat informasi keluarga (35,3%), dan karena ajakan orang lain (32%). Penelitian lain yang
50
mendukung, bahwa peranan media massa terkait sosialisasi JKN oleh pemerintah dan pihak terkait cukup berhasil dalam meneruskan kebijakan pemerintah untuk mendorong perbaikan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya mendorong partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan (Jahang, B.S., 2008). Dari seluruh responden non peserta JKN didapatkan hasil bahwa 69 responden ( 85,19%) menyatakan keinginannya dengan antusias untuk menjadi peserta JKN mandiri. Hanya 12 responden (14,81%) yang menjawab tidak berminat dan menunda karena alasan biaya. Temuan ini sejalan dengan penelitian lain yang menunjukan respon yang cukup besar yaitu 86% untuk ikut, 4,4% yang menyatakan tidak ikut dan 9,6% tidak menjawab (Ramadhana & Amir, 2015). Penelitian deskriptif di Kota Bandung dengan melibatkan 700 responden dari pekerja informal mengenai potensi partisipasi masyarakat informal untuk menjadi peserta JKN secara mandiri, didapatkan 87,1% responden menyatakan bersedia ikut dalam program tersebut (Djuhaeni, Gondodiputro, & Setiawati, 2010).
6.4
Variabel yang Berhubungan dengan Kepesertaan JKN Secara Mandiri Dari hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik
menunjukkan
bahwa
variabel
persepsi
manfaat
sebagai
variabel
yang
berhubungan paling kuat karena satu-satunya variabel yang memiliki nilai signifikasi <0,05. Variabel persepsi manfaat tersebut berpengaruh 4,53 kali lebih besar dibandingkan dengan variabel lainnya untuk menjadi peserta JKN secara mandiri. Penelitian Elviera dan Siwi tahun 2013, menyebutkan bahwa persepsi
51
manfaat mempunyai pengaruh yang paling kuat (p<0,05) dan berpengaruh 2,94 kali lebih besar untuk mendorong seseorang melakukan perilaku pencegahan dengan baik.
6.5
Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa
keterbatasan seperti di bawah ini. a. Variabel yang diteliti masih sangat terbatas sehingga masih banyak variabel lain yang tidak diteliti yang diperkirakan berpengaruh dengan kepesertaan JKN secara mandiri seperti adanya penyakit kronis yang menyertai, pengalaman seseorang terhadap perawatan yang memerlukan rawat inap atau tindakan medis yang memerlukan biaya. b. Informasi tentang JKN sudah merupakan suatu informasi umum yang sudah diketahui oleh masyarakat luas sehingga sebagian besar responden menjawab sesuai dengan informasi yang berkembang di masyarakat. c.
Kami menyadari adanya keterbatasan pembuatan alat ukur dalam penelitian ini, sehingga perlu penelitian lebih lanjut dengan alat ukur yang lebih baik.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan Hasil penelitian tentang hubungan faktor sosiodemografi, persepsi, dan
sosialisasi dengan kepesertaan pasien rawat jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur maka diperoleh beberapa simpulan seperti di bawah ini. a. Persepsi manfaat terbukti berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri dengan Adjusted OR = 4,53 (95% CI 2,15-9,55). b. Variabel yang tidak terbukti berhubungan dengan kepesertaan JKN secara mandiri yaitu umur, pendidikan, penghasilan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi ancaman, persepsi hambatan dan sosialisasi tentang JKN. c. Responden non peserta JKN yang mendapat informasi tentang JKN sebanyak 85,19% menyatakan berminat menjadi peserta JKN secara mandiri.
7.2
Saran
a. Pemerintah melalui instansi terkait agar melaksanakan sosialisasi dan menekankan persepsi manfaat JKN secara menyeluruh sehingga informasi diterima oleh masyarakat dan masyarakat segera mendaftarkan diri sebagai peserta JKN secara mandiri.
52
53
c.
Responden pada penelitian ini merupakan pasien yang hanya memerlukan rawat jalan di puskesmas, disarankan penelitian sejenis dapat dilakukan pada pasien rawat inap sehingga persepsi responden kemungkinan mendapat hasil yang lebih bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, K. 2012. Modal Sosial Dalam Kemandirian Masyarakat Di Bidang Kesehatan (Studi Kasus Di Desa Sri Katon Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah). Universitas Gadjah Mada. Aziz Alimut Hidayat. 2007. MetodePenelitianKebidanan dan Teknik Analisis Data. Surabaya : Salemba Media. Babatunde, O. 2012. Willingness to Pay for Community Health Insurance and its Determinants among Household Heads in Rural Communities in NorthCentral Nigeria. Bawa, S.K. 2011. Awareness and Willingness to Pay for Health Insurance : An Empirical Study with Reference to Punjab India. international journal of humanities and social science,. Calvocoressi, L., Kasl, S. V, Lee, C. H., Stolar, M., Claus, E. B., & Jones, B. A. 2004. A Prospective Study of Perceived Susceptibility to Breast Cancer and Nonadherence to Mammography Screening Guidelines in African American and White Women Ages 40 to 79 Years, 13(December), 2096–2105. De Allegri, M. S. 2006. Understanding consumers’ preferences and decision to enroll in community-based health insurance in rural West Africa. Health Policy. Djuhaeni, H., Gondodiputro, S., & Setiawati, E. P. (2010). Kesehatan Dalam Rangka Universal Coverage Di Kota Bandung, 13(03), 140–145. Dror D.M., e. a. 2006. Health insurance benefit packages prioritized by lowincome clients in India:Three criteria to estimate effectiveness of choice. Journal of Social Science & Medicine. Fajar, H. e 2012. Kajian Kesinambungan APBN Atas Program Jaminan Sosial Nasional. Persepsi Pengusaha Dan Pekerja UMRm Terhadap Program Jaminan Sosial Nasional. Gunawan Sudarmanto. 2005. Analisis Regresi Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jahang, B. S. 2008. Peran Media Massa Dalam Penerapan Good Governance, 105–110.
54
55
Jones and Bartlett Publishers, Health Believe Model. Chapter 4. Kandera, W, 2004, Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan beberapa Aspeknya. Denpasar : Universitas Udayana Kesehatan, K. 2014. In Buku pegangan sosialisasi. Kesehatan, K. Dewan Jaminan Sosial Nasional. Kesejahteraan Rakyat, 2012. Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019. Jakarta. Laporan SP2TP Puskesmas I Denpasar Timur, 2013. Lofgren, C. T. 2008. People’s willingness to pay for health insurance in rural Vietnam. Cost Effectiveness and Resource Allocation , C/E, 6, 16. Maulana, H.D.J. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC. 2009:5. Moh. Nazir. Ph.D, 2005, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. Murti, B. 2010. Makalah Universal Coverage . ________. 2010. Strategi Untuk Mencapai Cakupan universal Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Temu ilmiah reuni Akbar FK-UNS, Surakarta, 27 November 2010. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. _____________.2010a. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. _____________.2010b. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Noviansyah, Kristiani, Dewi, F.S.T. 2006. Persepsi Masyarakat Terhadap Program Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Berita kedokteran masyarakat, Vol. 22, No. 3. September 2006. Nugroho, A. 2005. Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi Jogyakarta. Obrist, B. I. 2007. Access to health care in contexts of livelihood insecurity: a framework for analysis and action. Plos Medicine , 4(10). Odgen, J. 2004. Health Psychology: A Textbook (3th ed.). New York: McGraw Hill Companies. Perpres no 111 tahun 2013 tentang pentahapan kepesertaan JKN.
56
Praba, I.A.G.R. dan Astiti, D.P. 2014. Peran Persepsi Individu Terhadap asuransi dan Model Kepercayaan Kesehatan dalam Pengambilan Keputusan Menggunakan asuransi jiwa. Jurnal Psikologi Udayana, 2014, Vol. 1, 381388. Prasetijo, Ristiyanti dan John Ihalauw. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Penerbit Andi. Ramadhana, F. ., & Amir, H. 2015. Persepsi pengusaha dan pekerja UMRM terhadap program jaminan kesehatan sosial nasional, 1–25. Riwidikdo, H., 2008, Statistik Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Yogyakarta. Sakinah, U. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelurahan Poris Gaga Tangerang Dalam Berasuransi Kesehatan. Forum Ilmiah, 11(2), 243. Sarwono, S.W.2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition.USA : John Wiley & Sons. Shafie, A. A. & Hassali, M. A. 2013. Willingness to pay for voluntary community-based health insurance: findings from an exploratory study in the state of Penang, Malaysia. Retrieved October 13, 2014, from Social science & medicine: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23528670 Sujatmiko. 2006.” Analisis Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Kabupaten Kutai Kartanegara” (tesis). Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Subari, E. D. ., Djuhaeni, H., & Wiwaha, G. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Intensi Menjadi Peserta Mandiri Jaminan Kesehatan Pada Masyarakat Kota Cirebon Eti Dewi Mutiara Subari, (38), 1–12. Suprihanto John, Agung Harsiwi, dan Prakoso Hadi, 2003.Perilaku Organisasional. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Tabrany, H. 2007. Jaminan Kesehatan Universal di Kota dan Kabupaten di seluruh Indonesia. Taylor, S. E. 2009. Health psychology, 7th ed. New York: McGraw Hill. Tiaraningrum, R. 2014. studi deskriptif motivasi dan personal reference peserta JKN mandiri pada wilayah tertinggi di kelurahan mojosongo kota surakarta.
57
Trimurthy. 2008. Analisis Hubungan Persepsi Pasien Tentang Mutu Pelayanan Dengan Minat. Undang-Undang nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Walgito, B.2002. Pengantar Psikologi Umum. Ed. 3. Yogyakarta: Adi.
KUESIONER HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SECARA MANDIRI DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR RESPONDEN
: KEPALA KELUARGA
PASTIKAN TIDAK ADA ORANG LAIN YANG MENDENGARKAN PERCAKAPAN SELAMA PROSES WAWANCARA BERLANGSUNG BAGIAN A : IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama responden 2. Alamat responden 3. Nomor urut responden BAGIAN B : IDENTITAS PEWAWANCARA DAN PEMERIKSA 1. Nama pewawancara 2. Tgl/bln/thn diperiksa oleh pewawancara 3. Tanda tangan pewawancara 4. Nama pemeriksa 5. Tgl/bln/thn diperiksa 6. Tanda tangan pemeriksa Catatan pewawancara
Catatan pemeriksa
I.A. Putri Widhiastuti
PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN SEBELUM WAWANCARA HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI, PERSEPSI DAN SOSIALISASI DENGAN KEPESERTAAN PASIEN RAWAT JALAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SECARA MANDIRI DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program jaminan sosial bersifat wajib dimana seluruh rakyat berkewajiban menjadi peserta tanpa kecuali. Dengan memperhatikan konsep cakupan universal, maka pengelolaan jaminan kesehatan tidak lagi terpisah-pisah termasuk pelaksanaan Jamkesda melainkan terintegrasi menjadi satu yaitu dalam Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. BPJS sebagai pelaksana Jaminan Kesehatan Nasional telah mulai melaksanakan tugas sebagai penyelenggara sejak 1 januari 2014. Jaminan Kesehatan dalam SJSN diselenggarakan dengan prinsip asuransi sosial yang menghendaki adanya peran serta masyarakat dalam bentuk pembayaran iuran jaminan kesehatan secara adil berdasarkan kemampuan finansial peserta. Pemerintah berkomitmen untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan ini di seluruh Indonesia dengan mempercepat perluasan kepesertaan dari sektor informal. Sehubungan dengan itu, perlu diketahui tentang kemandirian masyarakat dalam kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sesuai dengan uraian diatas, kami akan menanyakan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan kepesertaan Bapak/Ibu dalam Jaminan Kesehatan Nasional secara mandiri. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan amat besar artinya untuk membantu kami dalam mensukseskan program pemerintah untuk mencapai cakupan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Partisipasi Bapak/Ibu dalam survei ini akan kami laksanakan dalam bentuk wawancara yang akan berlangsung sekitar 30 menit, dimana identitas dan hasil dari wawancara bersifat rahasia. Apabila tidak berkenan Bapak/Ibu dapat mengundurkan diri dari survei ini, atau menolak pertanyaan yang tidak disukai. Selama wawancara kami akan menanyakan hal-hal tentang diri Bapak/Ibu yang mungkin bersifat pribadi. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik Universitas Udayana. Lembar penjelasan ini dapat disimpan sebagai informasi untuk Bapak/Ibu dan kami persilahkan untuk menghubungi kami bila mempunyai pertanyaan lebih lanjut tentang survei ini. Hubungi kami Ida Ayu Putri Widhiastuti (pada telpon nomor 08124695325).
FORMULIR PERSETUJUAN Pernyataan oleh responden
Nomor urut responden Nama pewawancara
:……………………… :………………………
Persetujuan untuk berpartisipasi pada survei tentang Hubungan Faktor Sosiodemografi, Persepsi Dan Sosialisasi Dengan Kepesertaan Pasien Rawat Jalan Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri Di Puskesmas I Denpasar Timur Bahwa saya telah membaca lembaran penjelasan yang telah diberikan kepada saya/ telah dibacakan untuk saya dan saya telah memahami tujuan dari survei ini. Saya menyadari bahwa : 1. Saya akan berpartisipasi pada penelitian dengan judul Hubungan Faktor Sosiodemografi, Persepsi dan Sosialisasi dengan Kepesertaan Pasien Rawat Jalan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Secara Mandiri di Puskesmas I Denpasar Timur. 2. Saya akan diwawancarai oleh pewawancara selama kurang lebih 30 menit. 3. Identitas dan informasi yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya. 4. Keikutsertaan saya bersifat sukarela dan saya bisa mengundurkan diri kapanpun saya mau. 5. Saya boleh menolak pertanyaan yang saya tidak suka. 6. Saya memahami peneliti adalah orang yang berpengalaman dalam bidangnya dan akan menggunakan hasil survei ini untuk kepentingan program kesehatan. Denpasar, tanggal :……………………. No.urut responden :……………………. Tanda tangan : …………………… Pernyataan oleh pewawancara Saya ……………………………………….. menyatakan bahwa, sepengetahuan saya responden sepenuhnya telah mengerti tujuan dan sifat dari partisipasi mereka dalam survei ini dan secara sukarela telah menyetujui untuk diwawancara. Denpasar, tanggal :……………………. Pewawancara :……………………. Tanda tangan : ……………………
BAGIAN C : SOSIODEMOGRAFI
1a
Tanggal/bulan/tahun berapa Bapak/Ibu lahir ?
………………
1b
Jadi berapa umur Bapak/Ibu saat ini?
………………. Tahun
Apakah pendidikan terakhir yang pernah Bapak/Ibu tempuh?
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tidak sekolah Tidak Tamat SD SD/ sederajat SMP/ sederajat SMA/ sederajat Akademi/ Universitas
3
Apakah pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?
1. 2. 3. 4. 5.
Karyawan/ti swasta Buruh Dagang Ibu Rumah Tangga Jawaban lain…………
4
Berapa rata- rata penghasilan keluarga per bulan?
Rp.……………
5
Apa status pernikahan Bapak/Ibu saat ini? Apakah menikah, cerai atau belum menikah?
1. Belum menikah 2. Menikah 3. Cerai
6
Berapa orang jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan Bapak/Ibu saat ini?
……………..orang
Apakah Bapak/Ibu memiliki kartu jaminan kesehatan ?
1. Ya 2. Tidak (wawancara dilanjutkan ke bagian D) 3. Jawaban lain………….
2
7
TUNJUKKAN CONTOH KARTU
8
9
Kartu jaminan apa yang Bapak/Ibu pergunakan saat mendapatkan pelayanan kesehatan?
Apakah alasan Bapak/Ibu mengikuti program JKN?
1. JKN 2. JKBM (wawancara dilanjutkan ke bagian D) 3. Jawaban lain………. (wawancara dilanjutkan ke bagian D)
1. Untuk persiapan bila diperlukan 2. Untuk biaya rawat jalan 3. Untuk biaya rawat inap 4. Jawaban lain…….
BAGIAN D : PERSEPSI RESPONDEN Persepsi Kerentanan ( kemungkinan mendapatkan) Seberapa besarkah pengaruh aktifitas sehari-hari anggota keluarga terhadap kemungkinan menderita suatu penyakit?
1. 2. 3. 4.
Sangat besar Besar Kecil Sangat kecil
2
Seberapa besarkah pengaruh kondisi kesehatan anggota keluarga saat ini terhadap kemungkinan menderita suatu penyakit?
1. 2. 3. 4.
Sangat besar Besar Kecil Sangat besar
3
Seberapa besarkah kemungkinan Bapak/Ibu dan anggota keluarga tertular penyakit yang diderita keluarga, kerabat, atau teman?
1. 2. 3. 4.
Sangat besar Besar Kecil Sangat kecil
Seberapa besarkah kemungkinan Bapak/Ibu /anggota keluarga lainnya untuk menderita penyakit yang diturunkan secara genetik/keturunan?
1. 2. 3. 4.
Sangat besar Besar Kecil Sangat kecil
1
4
Persepsi keparahan/ Keparahan
1
Bila Bapak/Ibu menderita suatu penyakit, seberapa besar kekhawatiran yang dirasakan?
1. 2. 3. 4.
Sangat khawatir Khawatir Sedikit khawatir Tidak khawatir
2
Bila salah satu anggota keluarga menderita suatu penyakit, seberapa besar Bapak/Ibu mengalami gangguan secara finansial (ekonomi)?
1. 2. 3. 4.
Sangat terganggu Terganggu Sedikit terganggu Tidak terganggu
Bila Bapak/Ibu/ anggota keluarga sakit yang memerlukan pelayanan rawat jalan, bagaimana melakukan aktifitas sehari hari?
1. Tidak bisa beraktifitas normal 2. Sangat terbatas 3. Sedikit terbatas 4. Bisa beraktifitas normal
Apabila Bapak/Ibu/anggota keluarga mengalami sakit yang akan menyebabkan tidak dapat beraktifitas, seberapa besar anda membutuhkan pertolongan orang lain?
1. 2. 3. 4.
Sangat perlu Perlu Kadang perlu Tidak perlu
1
Sesuai jenis pekerjaan Bapak/Ibu saat ini, seberapa besar resiko menjadi sakit atau mengalami cedera?
1. 2. 3. 4.
Sangat besar Besar Kecil Sangat kecil
2
Seberapa besar resiko lingkungan tempat Bapak/Ibu bekerja terhadap kesehatan Bapak/Ibu?
1. 2. 3. 4.
Sangat besar Besar Kecil Sangat kecil
3
4
Persepsi Terhadap Ancaman Sakit
1. 2. 3. 4.
Sangat besar Besar Kecil Sangat kecil
1. 2. 3. 4.
Sangat besar Besar Kecil Sangat kecil
Bila menjadi peserta JKN maka dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan di kemudian hari. Bagaimana menurut Bapak/Ibu?
1. 2. 3. 4.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
2
Dengan menjadi peserta JKN, maka biaya pelayanan/ perawatan kesehatan dapat ditanggulangi. Bagaimana menurut Bapak/Ibu?
1. 2. 3. 4.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
3
Dalam keadaan gawat darurat, sebagai peserta JKN akan mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan mana saja yang bertanda JKN. Bagaimana menurut Bapak/Ibu?
1. 2. 3. 4.
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang kartu JKN yang dapat dipergunakan di seluruh Indonesia?
1. 2. 3. 4.
Sangat baik Baik Cukup baik Tidak baik
3
4
Seberapa besar resiko lingkungan tempat tinggal terhadap kesehatan Bapak/Ibu dan keluarga?
Saat bepergian, seberapa besar resiko kesehatan yang mungkin Bapak/Ibu dan keluarga alami?
Persepsi Keuntungan / Manfaat
1
4
5
Bagaimana menurut Bapak/Ibu keamanan menjadi peserta JKN dalam mendapatkan pelayanan kesehatan?
1. 2. 3. 4.
Sangat aman dan tenang Aman dan tenang Biasa saja Tidak ada perubahan
1. 2. 3. 4.
Sangat rumit Rumit Mudah Sangat mudah
Sangat mahal Mahal Cukup Murah
Kewaspadaan Hambatan
1
Menurut pemahaman Bapak/Ibu, bagaimana persyaratan menjadi peserta JKN?
2
Bagaimana menurut Bapak/Ibu biaya yang diperlukan menjadi peserta JKN?
1. 2. 3. 4.
3
Menurut pendapat Bapak/Ibu bagaimana prosedur menjadi peserta JKN?
1. 2. 3. 4.
Sangat rumit Rumit Mudah Sangat mudah
1. 2. 3. 4.
Sangat berbeda Berbeda Ada pembatasan Tidak berbeda
1. 2. 3. 4.
Sangat lama Lama Cukup Tidak lama
4
5
Menurut Bapak/Ibu bagaimana perbedaan peserta JKN dengan bukan peserta dalam pelayanan kesehatan yang diterima?
Menurut Bapak/Ibu, seberapa lama waktu yang dibutuhkan apabila memerlukan pelayanan kesehatan menggunakan JKN?
6
Menurut perkiraan/pendapat Bapak/Ibu, bagaimana pelayanan kesehatan peserta JKN?
1. 2. 3. 4.
Sangat tidak baik Tidak baik Baik Sangat baik
BAGIAN E : SOSIALISASI YANG DIDAPATKAN
1
2
Dalam 1 tahun terakhir, apakah Bapak/Ibu pernah mendapat informasi tentang JKN?
Seberapa sering Bapak/Ibu mendengar informasi tentang JKN?
Dari mana Bapak/Ibu mendengar informasi tentang JKN? 3 JAWABAN BISA LEBIH DARI SATU
1. Ya 2. Tidak (Bila menjawab tidak, wawancara tidak dilanjutkan)
1. 2. 3. 4.
Sangat sering Sering Jarang Sangat jarang
1. Media (TV, Koran, radio) 2. Petugas Puskesmas 3. Teman/Keluarga 4. Jawaban lain……
PERTANYAAN KHUSUS RESPONDEN NON PESERTA JKN/UMUM 4
Apakah dari informasi yang dapatkan apakah berminat untuk menjadi peserta JKN?
1. Ya 2. Tidak 3. Jawaban lain……..
Sebelum mengakhiri wawancara, teliti kembali kelengkapan isian/jawaban responden dan ucapkan terima kasih atas partisipasinya.
Lampiran 1 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN
TAHUN 2014-2015 No
Kegiatan
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Maret
Apr
Mei
Jun
Jul
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pengajuan ide proposal
2
Studi Kepustakaan
3
Pembuatan Proposal
4
Penyelesaian bimbingan proposal Bab I sampai Bab IV
5
Instrumen penelitian
TAHUN 2014-2015 No
Kegiatan
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Maret
Apr
Mei
Jun
Jul
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 6
Sidang Proposal
7
Revisi Proposal
8
Pengurusan ijin penelitian
9
Penelitian
10
Bimbingan hasil Penelitian
11
Sidang hasil
12
Sidang tesis
13
Manuskrip