Ix u in p iila ii
D. S U R
*
a
‘d J I
t In t •
H A K U M A N DJAKARTA
H I D
U p
D.
S U E
A
D
J I
I P e n e r b it H A K U M
A N
H I D U P
DJAKARTA
FAK. SASTRA Tanggal ...V®.. N o ............................... ..............
'7 P e rlj,/ > a n
))
H a la
ien ta n y
^ c n g a r a n c j
^ICu/iipLt/an Cf a
s te r cl
IA pengarang sandiwara, rom ^ tjerita pexidek dan wartawan re rangannja ketjuali jang d ite r b itk ^ ' dalam buku ini diantaranja 1 lakon drama „U lar” , „B unga A la S ?.' D arah dan T anah” , „Jopie J a n s * ? ./ ja n g segera diterbitkan. D ram a-d ’ m a itu telah pernah dim ainkan'rn^T sandiwara-usaha ..Pantjawarna” s diwara-penggem ar Panggilan dan „Raksi Seni” . AVJ-asa Ketjuali itu dram a-dram a Iainn • j&lah ..Pemuda Satria” jang tela'h h * ’ bukukan terbit pada tahun 1 9 -n t dang M em anggil” , ..Perintis Pute*^.' ..Lagu K ew adjiban” dan ..KemnV* Dewi” belum diterbitkan. Drama „Jopie Jansen” telah disari dan dilaraskan dengan masj ariw-Ut Tionghoa peranakan dengan n-, ,-Hermine” . ailla. Rom annja ..K em bodja” tidak u h ' lagi akan terbit. Ketjuali itu ia 0. S U R A D J I terdjemahkan buku-buku karai^*1" Lenin, Harry Gould, jaitu .,Adjai5 &u adjaran K arl M arx’-, .Jstilah -jS{.‘,l u M arxis” dan ..Sedjarah Partai Kom unis Sovjet Rusia” . Bukunja te m i ekonom i perusahaan, adalah hasil kompilasi sedang dibuatnja dan t 6 lam a lagi selesai. Tak , Selaku wartawan dia berturut-turut bekerdja 6 tahun pada kantor B e r * 1 A ntara Djakarta dan Jogja. Pernah dia djadi pemimpin redaksi suratkah ..Api R ak ja t” dan m erangkap wartawan Sk. ..Kedaulatan R ak jat” , „Utus In donesia” , „Pewarta Surabaja” , „Tanarn A ir” , ,.Indonesia” , Sedar” , ,A V a in I n d o n e s i a ” . Djuga ia m embantu m adjalah -m adjalah „A neka” bagian * d a n sandiwara, „M inggu ^pagi” , -.Masjarakat” , „Persatuan” , dan ..Patriot?? Selaku pentjinta sandiwwa* dia ’Vefrtah mendirikan dan memimpin Sa * diw ara-sandiw ara penggem rfr.j.Panggilan M asa” d i Djakarta dan S en i” di Jogja. I a ' duduk Pengarang selaku wakil k etnl1 B adan Permusjawaratan Sandiwar^, Indonesia (Bapersi) dan sebagai ari& 1 gota Lem baga K ebudajaan Indonesia'-banian Sandiwara dan Film. s-
Di Jogja ia duduk pula sebagai anggota Badan Sensur Film mewakili para wartawan. Ia dilafrirkan di Sidoardjo tg. 15 Januari 1917, dan pendidikannja ialah HIS, Mulo MHS. Di Jogja ia pernah djadi guru bagian sedjarah seni drama pada Cine Drama Institute. Pendapatnja tentang seni drama dan film, ialah seni untuk kemanusiaan dan bahagia semua ummat. Ia mengandjurkan supaja essensi, tjorak seni Indonesia Baru bersumber pada hakebat. tjita-tjita dan tudjuan revolusi Indonesia dan memadukannja dengan tjita-besar (great idea), jang Wni sudah timbul di Sovjet Rusia. Ketjuali itu seni Indonesia Baru dapat pula diperkaja dengan puntjak-puntjak-seni negeri-negeri lainnja. Menurut dia sem jang berdasar pada pendapatnja itu adalah Kebenaran, karena untuk Indonesia hidup dan berdjuang. Dia mengandjurkan f c S L •? a film Indonesia baru daP*t mendjelma£ ^ ^ i f f . 2 h ^ t » S1^nf 8 T massa jang ^kerdja dapat mendjadi massa ianB berdasar P E N E R B I T
4
K u m p u la n
S a s te r a
Gubahan D. S U R A D J I ES I N J A : Balaman 1.
Lakon sandiwara:
EXTREMIS MANIS ............. ....................
2.
Lakon sandiwara:
BUNGA D E S A .............................................
3.
Lakon sandiwara: KERINGAT KEBANGUNAN ....................... 81
4.
Tjerita pendek: TUDJUH TAHUN JANGLALV .........................
5. Tjerita pendek: KEKASIH GADIS-GADIS ........ - ......................
55
125 1^1
6. Tjerita pendek: PERKAWINAN ISTM EW A ................ ;............................ 7. Tjerita pendek: SENIMAN DAN AVONTURIER ....................... 8. Epos berbentuk sadjak: TUNAS SATRIA ............... .................. 9. Dialoog bersadjak,: MEZBAH BAKTI .........................................
14
IDA PRIJATNI
Lakon Sandiwara .C
(Lxtreniis manis Dalam cmpat babak
Pelaku-pelaku
Murniningsih:
— — Anak Raden Kartanegara
Darmaiiegara:
— Kakak Murniningsih
R. Kartanegara:
— Ketua Partai Rakjat Pasundan
Djajaprawira:
— Panglima TNI Brigade Djawa Barat
Dumapradja:
— Pegawai Belanda
tinggi
Kantor
Polisi ^ Rahasia
Tentara
Nj. Kartanegara : — Isteri Raden Kartanegara — Dokter TNI Brigade Djawa Barat Dr. Sardjono: Nj. Asmanah:
— Isteri kelima Raden Kartanegara
Martadji:
—
Eon:
—_Budjang Raden Kartanegara
Kustari:
__ Lurah desa daerah Garut
Goraar:
Opsir TNI
__ Pendjaga Raden Kartanegara
— Dua perdjurit TNI, petaiii tua, isterinja dan anakjjja, perempuan, djururawat, serta seorang serdadu tentara PRP. Lakon bermain di Bandung dan daerah Garut pada tahun 1947.
Pelaku3 lainnja:
Jogjakarta, achir bulan Oktober 1947. / Melodrama protes terhadap „aksi polisionU” Belanda pada tg. 31/7 — 4/8, jang kita sebat perang kolonial. Hat pengarahg dan hak mempertundjukkan (vertooningsrecht) lakon ini tetap pada pengaxang. ^ _ Sudah dimainkan oleh Sandiwara „Pantjawarna" di Jogja.
mams Babak I oleh ten te^ B ^ a^ ^ ^ iw a k tu 11p^nj^D fsudut * BJndung' setelah diduduki sestel zitje. Disudut depan sebelah kiri art* ^ £ a sebeIah kanan tampak Wri ada medja tulte. dengS S i S T ‘S , hpt n; ? isudut belakan* sebelah tldur. Pintu sebelah kanan menudiu k l k ^ f , iri menudJu kekamar
®
«
j
s
a
j
s
s
a
3 a
s
«
sst
fi* 2 f s a to L n u d T u ek 7te“ p o t ) U “ “
!
gi' a......
Partai ^ a k fct ^Pasundaii5(su Ra^ n Kartane^ara. Ketua Hesiden. Saja mlnta maaf » i- Kartanegara:
„
ja bIasanja
tX
SSo & ^ nT M ke penghulu? Dan sekarnn*
*»■ N e g a r a :
—
’ Paduka tuar>
% £ * ~
Kartanegara •
t
,
b M
e L
a Sn” t
Stbosan*b°san 0!aanUbSUn86U h™ menghadap
n;u ke lima. Aku sudah s a L ^ aT nah me^ a d i isteri^ P * puntJak ke^ b a r a n su*up. lutju, ketakutan, sambil berdjalan m ondar-m an-
J g S a ^ n S L f Engkau boleh piiih Z nS
*m a a > u
......... f suaranja marah)
b » u b a i t e d keIakua* ™
masih
hampir sama s e p w ^ n a ? ! Pakaiannja berlebih-lebihan
^
c
Plnggang).
i r
r& sarteneEa-
- n- “
r p ke“
a,u Asmanah merokok, sambll t S
(gugup, bingung) Aku bisa gila, oh perempuan. (kepada isterinja jang pertama) Engkau berkata habis perkara, (kepada Asmanah) dan engkau berkata habis perkara, tetapi bagiku belum habis perkaranja. Nj. Kartanegara: (tenang) Sudah habis perkara kukatakan, dan tetap habis perkara. (sombong, sambil menundjuk-menundjuk kepada KarAsmanah: tanegara) Bagiku djuga sudah habis perkaranja. Aku minta tjerai. Dan berikan kepadaku gelang, kalung, kerabu jang kau djandjikan, sekarang djuga. Habis perkara. (bingung, tjemas, takut, hingga tingkahnja lutju tamKartanegara: paknja) Astaga, aku sekarang mendjadi gila betul-betul. (telepon berbunji, ia menudju ke telepon) Godverdomme, (mengangguk-angguk ketakutan). O, maaf, Paduka Tuan Residen, saja kira bukan Paduka Tuan. (menjela dengan tjepat, mengedjek) Asmanah: Engkau ketakutan betul pada madjikanmu. Ajo, lekas, , berikan aku surat talak. Dan barang-barang perhiasan itu. (gugup) Kartanegara: Ja, baik. (ketakutan didepan telepon). Aku beri kau surat tjerai. O maaf Paduka Tuan, saja datang. Bukan surat tjerai, maaf Paduka Tuan. Saja tahu perlu. Hamba minta maaf Paduka Tuan. Sebentar lagi hamba datang. Ualu ia meletakkan telepon itu dengan keras). Nj. Kartanegara: (tenang) -Aku djuga minta tjerai. (gugup, kepada Asmanah) . . . • » x Kartanegara: Baik kau boleh pergi. (kepada isterinja jang pertama) O, en'gkau, djangan pergi. (gugup). Aku tjinta padamu. (sombong, tulak pinggang) Asmanah: Aku nei-i budak Belanda. Tetapi sekarang djuga beri kan gelang, kalung, kerabu jang kau djandjikan.
Kartanegara:
Kartanegara:
Asmanah:
K ^ m e m a n g , lintah darat. (ia pergi kekamar tidurnja, datang kembali, memberikan kotak perhiasan kepada A sm anah). Ini barang-barang perhiasan jang kauminta. Boleh kau tjatutkan. (tertawa mengedjek) Aku tjatutkan? Tak perlu, uangku banjak. Aku sudah ounja sasaran baru. Raden Judadiningrat, kemanakanmu sendiri. la lebih kaja dari engkau, mengerti. (Kepada Nj. Kartanegara) Saja minta maaf njonja, djika kelakuan saja dirumah njonja menjinggung kehormatan keluarga (suaranja mengedjek) Ketua Partal Rakjat Pasundan jang terhormat. (lalu ia pergi).
Kartanegara-.
(marah, gugup)
Ifa K C rX r' ^
'
Wsa giIa-
‘ er-
sdengan s s s rAsmanah s ? 'S Ljang S Shendak T X f pergi). s s & r smereIia s r fhampuagak ]a” a“ bertumbukan Murniningsih: i ^ a p f b u mrS U m nEkahnia S!gaP' « erdas> (sedih sambil duduk dikursi ah ada baKaia ^ Biasa, nak, penjakit aiahmn t \ ma*anja mengalir) Asmanah tadi membikii rt™ ? mja jan S ke‘ lima si
Nj. Kartanegara:
K artanegara:
^
(bingung, dan m a T k l .
U “ inta « erai-
iuMu> Aku
Darm anegara:
s
*
s
r
»
-
w
.
. Kartanegara:
Negara Pasundan k iniaiahahnRePUbUk> kesaranS extremis? Pasundan R aja t 5 1 h t ^ mu- ^erbaktUah untuk Pasundan dan aku rnkuproklamirkan kemerdekaan nja. Dan engklu S n f tjalon p « s id e n Gubemur. PaUns sediklt* kuangkat mendjadi (tersenjum masam)
D annanegara:
M urniningsih:
Kartanegara:
^*^ii
• *
Pasundan,mmeskipunP b a d ln k u ^ e dinegara bo*eka hendak beranekaf- h » ! ! gar bu&ar- Ajah saia Republik. angkat ersama-sama mas Darma kedaemh
mandi^)
S e S adjang setia minta “ySai! S N j. Kartanegara:
tjeraL Isteriku dGn
Engkau mSJf
Bara* marah>
Murniningsih:
s
°a n n a n e g a ra :
f t S a n g ^ ^ ^ j a d i g „ a penjschlan.,t
i
r
-
sudah ^
aJal* 10
eiIa “
■-
~
Kartanegara:
Murniningsih:
Kartanegara:
Darmanegara:
Kartanegara: Murniningsih:
Kartanegara: Murniningsih: Nj. Kartanegara: Kartanegara:
(tertawa) Kau kanak-kanak, tak mengerti politik. Kau kira Republik, jang kaupudja itu, negara jang kuat? Pemimpinpemimpinnja, menteri-menterinja. pemuda-pemudanja semua extremis. Mereka jang mendjerumuskan rakjat hingga Djawa, Madura dan Sumatra mendjadi neraka. (bersemangat) Belanda kolonial, madjikan bapak adalah biang keladi •kesengsaraan, penderitaan dan kemelaratan. Belanda reaksioner jang bapak sandjung-sandjung adalah musuh perdamaian, musuh Perserikatan Bangsa-Bangsa. (mengedjek) Anak perempuan kemarin sore, bitjara perkara politik. Negara Pasundan, ialah pendjelmaan naskah Linggardjati menudju pembentukan Negara Indonesia Serikat. (tenang, tetapi suaranja tadjam) _ , . Negara Indonesia Serikat adalah boneka Belanda. Saja Republikein. Negara Kesatuan Republik Indonesia ada lah negara tjita-tjita 70 djuta rakjat Indonesia, (marah, sabarnja habis) Stop, hati-hati menggunakan lidahmu. Kau bitjara di depan tjalon Kepala Negara Pasundan. (pura-pura tak atjuh) . . ' Ajah tidak mengaku mendjual negara dan bangsaf Ajan sudah membuat perdjandjian dengan Belanda supaja tudjuh keturunan ajah selandjutnja mendjadi pembesarpembesar negara boneka ajah. (malu) Kau tahu dari siapa? (tenang) Saja tahu, itu soal saja. Pak^ekarang bereskan urusanmu dengan aku. Saat ini djuga kuminta. supaja kaubereskan. (berubah, mendjadi manis, lemah lembut, kepada
S terita ? manis, kau tahu, aku tjinta padamu. Aku tak dapat hidup tidak dengan engkau, bu Kuhargai kesetiaanmu. Sedjak aku mendjadi bupati di Garut, kaulah ja n g membawa deradjatku naik, selalu n a * . (sikapnja tetap tenang, tetapi tadjam) Nj. Kartanegara: Aku tak mengerti politik. Tetapi aku tahu kau pada zaman revolusi ini telah banjak berchianat kepada bangsamu Itu soal pertama, kedua matamu jang selalu melirik" kepada gadis, sampai sekarang belum „buta” . (tersenjum manis dibuat-buat) Kartanegara: Aku berdjandji, isteriku manis. Aku tetap setia padamu. Meskipun seorang bidadari bersimpuh didepan kakiku, tak akan kusentuh.
N j. Kartanegara:
(tertawa mengedjek) Aku baru pertjaja padamu, djika ketiga isterimu lainnja sekarang djuga kautjeraikan. Kartanegara: (terkedjut, gugup, bingung) Astaga.......... Oh Tuhan, berilah saja kekuatan. Aku bisa gila.......... aku bisa 'gila. Nj. Kartanegara: (tetap tenang) Itu putusanku. Habis perkara. Kartanegara: (bingung, nafasnja hampir habis, memandang keatas) Tuhan semesta alam, kau saksinja. Aku sumpah mentjeraikan ketiga isteriku jang tjantik manis. Hatiku hantjur, apa'boleh buat. Nj. Kartanegara: (tersenjum, tetapi hatinja masih ragu) Perkataanmu,kuterima. Tetapi awas. ini djandjimu jang terachir kepadaku. Djika dikemudian hart kau „melfrik” lagi kepada gadis, aku angkat kaki buat selama-Iamanja. Kartanegara: (gembira, tertawa) Isteriku faianis, terima kasih, sjukur alhamdulillah. Tuhan memberkati saja. (terkedjut, mendengar telepon berbunji, ia merfghampiri telepon) Ja, hallo. Ampun, Paduka Tuan, hamba salah, Paduka Tuan. (Ia lari, memanggil Eon budjangnja). (Dengan hati kesal Nj. Kartanegara masuk kekamar tidurnja). Eon: (masuk dari pintu sebelah kanan berlari-lari, gugup) Ada apa tuan besar? Kartanegara: (marah) Si tolol, kupanggil tak menjahut. Apa kau tuli? Lekas, suruh supir siapkan mobil. Eon: (gugup, ketakutan) Ban mobilnja kempes (tingkahnja lutju). Apa tuan besaaar bisa menunggu sebentar? Kartanegara: (marahnja meluap) Aku tak bisa tunggu lama lagi, Lekas, God verdomme. Eon: (mengangguk-angguk) Baik Tuan besaar (lalu pergi). Kartanegara: (pergi kepintu kamar tidur, kepada isterinja) Nah, isteriku manis, aku pergi sebentar. Ada konperensi penting dengan Residen dan pembesar-pembesar Belan da dari Batavia, (kepada Murniningsih) Murni, dan engkau Darma, kau djadi pergi kedaerah, Republik? Murniningsih: (tenang) Mengapa tidak? Besok saja berangkat. Kartanegara: (kepada Darmanegara) Dan engkau tjalon extremis, kau djuga berangkat besok. Darmanegara: (tenang) Lebih tjepat lebih baik. Saja mual menghirup udara perbudakan dinegara boneka ini. Kartanegara: (tertawa asam) Kuharap, engkau berdua djangan menjesa! djika Republikmu habis, kau bumihanguskan sendiri (tertawa). 12
Murniningsih:
Kartanegara:
Durnapradja:
Kartanegara:
(bersemangat) Biar seluruh bum! Indonesia habis terbakar, asal tetap merdeka. (mengedjek) . . Aku menjesal, anak-anakku sendm tak msjai akan kebenaranku, tfetapi pada suatu waktu kau berdua tahu, bahwa politikku jang benar. (Ia pergi, sambil tertawa, diambang pintu belakang hampir bertumbukan dengan Durnapradja, jang masuk dengan gagahnja membawa tas. la sudah agak lama melihat pembitjaraan Kartane gara dengan anak-anaknja). (berpakaian pegawai polisi tinggi ter^ ^ terd1adl RuDania lakon sedlh, tetapi lutju sedan., terdjadi. Ajahnja, promotor negara Pasundan contra anaknja, promotor Republik. (Ia bertepuk tangan). (setelah sudah sampai diambang pintu, masuk lagi, tertawa) ♦pwH&di dirumah tanggaku. Tragik dalam masa rev°lusi’. penting memangNah, aku pergi kewadjiban ja^g lebih penw * gil. (Ia pergi sambil tertawa dibikin-bikm).
Murniningsih: D u rn a p ra d ja :
Murniningsih:
(tersenjum kepada Du*‘naPrad^> fadjadifusra Tuan- Durnapradja, sekarang-Relanda. besar dikantor polisi rahasia tentera (kepada Murniningsih, su^an ja a n g k^Um. tjabang atas. Tidak salah, kurslku terg°long ibu. Mana ibu? Saja ada oleh-oleh istimew (tersenjum) _ . djika sudah .
* * * »»
ibuk«aa m U k kekamar tidur. keluar iagi
Durnapradja: Nj. Kartanegara:
’s s s s a .- s - r S n S .
dikursi sangat ldah. tampaknja) Ada tp » , nak? Ibu dan bapakmu sehat!
Durnapradja:
(tertawa) Tanda mata dari saja. (la Ba‘k fn lrk a n setaah kotak perhiasan, her® kalung mas, lalu diberikannja kepada Nj. Kartanegara.
N j. Kartanegara :
i e rm I ak S & bn ^ - Bagus betul kalung ini. M a S sekali harganja , ,n cambil mengolok)
Darmanegara:
±T&
Durnapradja:
(gembira) Untuk
• kusediakan bingkisan aneh dari m en gam bil dari sakunja broche mawar liar dan mas, dU berikannja kepada Murniningsih). X3
Darmanegara:
(memandang berarti kepada Murniningsih dan Durna pradja) Sungguh, oleh-oleh istimewa. (kepada ibunja). Bu, lebih baik kita berdua meninggalkan dua merpati ini. Mereka tentu tak ingin diganggu. Murniningsih: % (pura-pura marah kepada kakaknja) Ah, mas pandai mengolok. Dia dan aku hanja kawan biasa. Nj. Kartanegara: (kepada Durnapradja) Betul, nak, kepalaku agak pening sadja. Saja ingin raakan angin sebentar dengan Darma. Murniningsih: (kepada ibunja, dengan .manis) Ibu, izinkan saja dengan mas Darma pergi besok. Nj. Kartanegara: Mengapa tjepat-tjepat nak? Aku sebenarnja tak rela engkau pergi, tetapi karena kemauanmu kcras, ibu m endo’a sadja supaja kau tetap selamat. Durnapradja: (menjela) Pergi kemana bu dik Murni? Nj. Kartanegara: Kedaerah Republik. Ia ingin sumbangkan tenfiganja pada Palang Merah difront. Nah, nak saja pergi dulu dengan Darma. (Mereka pergi) Durnapradja: (kepada Murniningsih) Engkau-pergi kedaerah Republik .Untuk apa? Aku berdjuang merebut tjintamu sudah 7 tahun. Sekarang perlengkapanku sudah kuat. Gadjiku besar, rumahku besar, mobilku besar. Tidak lama lagi aku diangkat mendjadi pegawai besar, sebagai Menteri negara Pasundan. Murniningsih: (berdiri, marah) Ambillah semua jang besar-besar itu untuk mengisi perutmu, supaja mendjadi bertambah besar (lalu ia me mandang kearah djauh). Nfegar’a Kesatuan Republik Indonesia memanggil aku. Aku tak tahan lebih lama lagi menghirup hawa perbudakan dl Bandung. Aku djidjik melihat ajahku, jang berdjungkir balik mengedjar kedudukan Kepala negara boneka Pasundan. Durnapradja: (pua-pura terljaru) Aku djuga berdjuang untuk negara kita. Murniningsih: (tadjam) Engkau berdjuang untuk negara? Bah, kau mengedjar pangkat dengan memperkuda rakjat dan mendjilat kaki madjikanmu. Durnapradja: (tertawa) Pandangan politikku berlainan dengan kau. Melalui ne gara federasi dengan naskah Linggardjati Indonesia m enudju kemerdekaan sedjati.
Murniningsih: Durnapradja: Murniningsih:
Durnapradja: Murniningsih: Durnapradja: Murniningsih: Durnapradja: Murniningsih:
Durnapradja: Murniningsih:
Durnapradja: Murniningsih: Durnapradja^
M u rn in in g sih :
Durnapradja:
(tiba-tiba manis) Djika kau sungguh patriot, kau djadi Republikein Negara federasimu adalah interpretasi madjikanmu. (tertawa, kemudian sungguh-sungguh) Kau minta bukti, aku patriot? (pura-pura manis) Mas Duma, aku tak perlu akan perhiasaan mawar liar ini. Aku minta revolvermu. Ambillah perhiasanmu ini. (Dengan ragu-ragu Durnapradja menerima perhiasan itu). (heran) Buat apa tangan selemah ini memegang revolver? (tertawa mengedjek. Dengan tjepat ia mengambil re volver Durnapradja jang tergantung dipinggangnjaX Buat membunuh pengchianat. (terkedjut) Pengchianat? Siapa pengchianat? (tenang) Ajahku, dan......... engkau. (gugup, ketakutan) Aku...... aku...... peng......chianat? (sam bil m em ain-m ainkan revolver itu, m em an d an g D u rn apradja dengan tadjam). Kalau kau betul bukan pengchianat, tetapi patriot, beri kan kepadaku dokumen siasat tentera Partai Rakjat Pasundan. Aku tahu kau ada salinannja. (terkedjut, gugup) Aku tak punja salinan dokumen militer itu. (pura-pura manis) Aku tjinta padamu, djika kau berikan dokumen siasat militer itu. (tersenjum manis, tetapi ia tetap memainmainkan revolvemja). Ctersenium dibikin~bikin) Kau tjinta padaku? Kau lupakan D jajapraw ira. (terkedjut sebentar, tetapi kemudian disembunjikani)ja> Aku bentji padanja. Dimana dia sekarang. ^"ada^didaerah Garut, memimpin satu Brigade. Djajaprawira dinamakan Belanda ..Extremis bandit’\ sebab ia selalu bertiasil mematahkan serangan-serangar* tentera Belanda. . (tertawa) Extremis bandit? Nama itu tepat sekali buat dia. Berikan dokumen siasat militermu. Baru aku pertjaja kau patriot sedjati. (tersenjum) Ini dia. (Ia memberikan segulung kertas jang ditik dari tasnja, sambil memegang tangan M urniningsih eraterat). 15
M urniningsih:
Durnapradja:
Murniningsih: Durnapradja: Murniningsih: Durnapradja: Murniningsih:
Durnapradja: Murniningsih: Durnapradja: Murniningsih: Durnapradja:
Darmanegara:
Durnapradja: Darmanegara: Durnapradja:
16
(tersenjum) D jangan dulu, mas. Nanti, djika Sang Merah Putih tak diganggu lagi oleh pendjadjah, kau boleh pegang tanganku buat selama-Iamanja. (mendesak dengan manis) Aku tjinta padamu. Djulukan „Mawar liar” jan g kuberikan padamu sudah tak selaras lagi dengan semangatmu sekarang. Kau lebih tepat kusebut „Mawar liar extreem” . (tertawa) Bukan „Mawar liar extreem” mas, tetapi bagimu aku tetap „Mawar liar”mu. (tiba-tiba termenung) Aku masih belum pertjaja „Mawar liar” ku sungguh tjin ta padaku. (mendekati Durnapradja) M engapa m as tak p ertjaja ?
(agak sedih) Aku takut kau akan digondol oleh Dr. Sardjono. (tertawa) Dasar lelaki, lekas tjemburu. Mas Sardjono, bagiku hanja kawan belaka dimasa aku mendjadi studen, bersam a.sama kau dan Sardjono. (masih ragu) Betul kau bentjl pada Djajaprawira? (tersenjum, melirik manis) Aku tjinta pada ..extremis bandit”ku. (terkedjut, lalu marah) Engkau mempermainkan aku, seperti kutjing mem permainkan tikus. (tertawa, mengolok) Masih ada kesempatan bagimu merebut benteng hatiku, djika kau sungguh-sungguh m endjadi republikein. (bersemangat) Aku berdjandji segala taktik dan siasat serta segenap akal, djiwa dan intuisiku akan kukerahkan untuk m emetik Mawar liarku. Durimu pasti tak akan menusuk tanganku lagi. (masuk, setelah agak lama mendengarkan pertjakapan kedua anak muda itu) R om antik dalam abad a toom in i tak kalah h eb a tn ja dengan rom antik pada abad pertengahan. (tertaw a) (agak kem alu-m aluan)
O, mas Darma. Mana ibu? (tersenjum )
*
Ibu ingin beristirahat beberapa hari dirumah ejang. (dengan suara mesra kepada Murniningsih) Nah, dik selamat berdjuang. Aku tidak akan mengetjewakan engkau. Nanti kau akan tahu, aku- sebenarnja Republikein. Aku bekerdja di K antor Polisi Rahasia Tentera Belanda untuk siasat. (tertawa). (Ia bergegas hendak pergi)
M urnin ingsih : D arm anegara: D urnapradja:
■m a n is » Tergesa-gesa. mas? Ada perlu penting?
(Darm anegara dan M urniningsih m cngantarkan D urnapradja sam pai pintu belakangK D arm anegara: M urniningsih:
D arm anegara:
Hi
tkepada adiknja) Si pengchianat itu m engapa tadi pura-pura m e n d ja d i Republikein dihadapanm u dan aku? itertawa riang) la kupantjing, mas. Aku pura-pura tjin ta p ad an ja R evolvernja kuminta, barangkali berguna bagiku difi-ont (ia m enundjukkan revolver itu kepada k ak akn jai. Dan dokum en siasat tentera Partai R ak jat Pasundan .sekarang djuga ada ditanganku. ila memberikan dokum en itu kepada D arm anegara). tgem bira} Kau sungguh seorang puteri revolusioner. iLnjar
„
turum
Babak II.
'
. a p ja ja p ra w h a berpakaian kolonel sedang duduk m em batja lapuran d a r ‘ jvlarkas Besar Tentara. Terdengar lagu Sunda ja n g m engharukan hati, ,.pengungsi” . K em udian suling gembala terdengar sajup -saju p . D ja ja p ra w ir b e r h e n t i sebentar m em batja. m endengarkan lagu itu. la termenung.. ^ D jaja p ra w ira : p e r d ju r i t I :
p ja ja P rawii'a:
, (berhenti term enung karena seorang peraju rit masm. Ja, ada apa? ‘ WK'(tegak >
Saja m enangkap dua m a ta-m a ta dari B andung. (tenang) Baw a m ata-m ata itu kem ari. (.P e r d ju r it itu keluar, k e m u d ia n m a s u k lagi m e m b a w M u r n in in g s ih ja n g b e j-p a k a ia n kain k e b a ja ,b a g u s D a r m a n e g a r a b e r p a k a ia n dril hidjau , la in perdjurit i*,' pergi, setelah d ip e r in t a h k a n o le h D ja j a p r a w i r a t . XI
Murnining.sih: Djajaprawira:
Darmanegara:
Murniningsih: • Djajaprawira:
•gembira kepada Djajaprawira) Mas, Djaja, tak kusangka aku bisa berdjumpa lagf dengan mas. Sudah 2 tahun lamanja kita tak bertemu. ‘ tersenjum gembira, berdjabatan tangan dengan M um inlngsih dan Darmanegara) Engkau Murni. Wadjahmu masih tetap ijantik seperri dulu, „Mawar liar”, studen-studen. Tadi kukira aku akan berhadapan dengan mata-mata sebcnarnja. tetapi aku mendapat tamu manis. Silakan duduk ■(Mereka duduk) (tersenjum. berkeiakar) Murniningsih bukan sadja tetap ..Mawar liar” bagi stu^ aJ1, dla SUdah dib€ri dJuIl* a n ..Mawar liar extreem oleh kemanakanmu Durnapradja. Dan berkat ketjerdikan Murni kita mendapat surat djalan dari Durnapradja. Karena itu kita dapat melalui daerah pendudukan Belanda dengan selamat.
“ e!StSr,s ta,dm Ban
KaHuPbpffitn ^leng?ltakRn kau ..Mawar liar extreem'"> Murniningsih:
'tertawa)
\
S tPiS 1k1f ^ anda menjebut ..Extremis bandit” . S S K»M kehw«?atan. (kemudian ia tertjalon kennia mengetahui, ajahku kini mendjadi tetap R eD u bH w ara ^ neka p f*mndan. Tetapi djiwafcu ^Djajaprawira:
d S n S e r a ^ a n r
1
dWaerah PmdU-
M u rn ^ kS m S » SUaran3t ^ h a n - t a h a n ) gai opsir tenf-pvn t? m^ra P^daku. Kewadjibanku sebaS h a t f MS , tCS uRg « b lk' aku bertindak haDarmanegara:
Djajaprawira:
Murniningsih: •
Djajaprawira:
18
sudah berbalik k e p ih a k m u s tT S t a ^ 1’1 ^ ‘ tenang)
ka"
Republikein. Xa^teHh^be^^i111111’ bahwa Murniningsih tentera P.r .P.berhasii mendapat dokumen siasat •terkedjut, gembira) Dokumen siasat tentera p r r» « pendapatnja? (kepada Engkau Murni, jang kuMurniningsih* Berikan kepada(memberikan dokumen ih, u memandang dengan mesra Dj aiaP™wira sambil Betul mas, aku dapat d n Z £ epadanJa> •ini mendjadi pembesar itu dari °um apradja. Ia Belanda di Bandung Kantor p °»si Rahasia Tentara 'terkedjut) KaU Sek° ngk01 ^ a n
D u,.„.pradja?
Darmanegara:
Djajaprawira:
Murniningsih: Djajaprawira:
Murniningsih:
Darmanegara:
Djajaprawira:
Darmanegara: Murniningsih: Djajaprawira: Murniningsih:
D jajapraw ira:
M urniningsih: D ja ja p ra w ira :
i tersenjunn Bukan msus. Durnapradja dlpantjinjr oleh Munu, hi tjinta pada adikku jang manis ini. Murni pura-pura tjinta padanja. karena itu Durnapradja man memberikan dokumen itu.' Murni. kau pftndai main komidi. Tepat ia menggelari kau ..Mawar liar extreem" ua lalu membatja dokumen itu). (mendekati Djajaprawira, suaranja manis' Mas Djaja. kau sekarang pertjaja padaku? (tersenjum) . -Pertjaja dik manis. Tetapi sajang dokumen ini udak lengkap. Kekuatan tentera P.R.P. dan bilamana mereka menjerbu kedaerah Garut dan keseluruh daerah Priangan Timur tak, disebut. (memandang kepada Djajaprawira. suaranja tetapi Aku sanggup mentjarikan keterangan-keterangan jang kaubutuhkan di Bandung. Dapalkah ini mengembalikan kepertjajaanmu sepenuhnja kepadaku? itegas)
.
.
Dan aku mendjadi pengantar Murni. Aku siap mendja)ankan segala instruksimu di Bandung. Apakah ini bukan djaminan bagimu, bahwa aku djuga masih berdjiwa Republik? .tersenjum, sambil menepuk-menepuk bahu Darmane gara) Aku pertjaja padamu. Saudara turut dengan saja? Aku hendak memeriksa pertahanan-pertahanan kita. iter.senjumi ^ * Baik mas. aku ingin \engetahui keadaun pertahanati kita. imenjela> I Mas Djaja. aku boleh turut? \ i tersenjum* Djangan dik, beristirahatlah dulu. Kau masih lelah. tmendesak* Kalau aku tak boleh. dapatkah aku berbitjara sebentar dengan mas. berdua? .(tersenjum) Sajang dik. sekarang aku tak ada waktu, nanti djika aku sudah kembaii dari tempat-tempat pertahanan kita. imenjela dengan manis) Sebent'y ma.s. Aku ada rahasia bagimu. tmelihat arlodjinja) Djam sudah tak mengizinkan. Aku_ mesti disana memberi instruksi-instruksi penting. Mungkin nanti ada serangan musuh, meskipun cease fii-e order sudah diperintahkan. (Djajaprawira dan Darmanegara hendak pergi, datang Dr. Sardjono^.
Dr. Sardjono:
Darmanegara:
Djajaprawira:
(;;embira. tingkah lakunja lutju. Ia berpakaian tenterai Hallo. M ufni. kau ada diainl? Kau bagiku bagaikan bin tang; kedjora diwaktu malam gelap. (kepada Darmanegara) Dan kau bung Darina djuga datang mengantarkan bintang kedjoraku? (kepada Dr. Sardjono) Betul Dr. Sardjono, aku kini ingin berbakli kepada R epublik kita. Aku sudah tak tahan menderita tekanan djiwa didaerah pendjadjah. (kepada Darmanegara) Mari kita pergi. Dik Murni ada jan g mentfawani (sambil tersenjum berarti kepada Dr. Sardjono dan M uraininesih). (Djajaprawira dan Darmanegara pergi)
(Murniningsih memandang kearah Djajaprawira pergi sampai ia tak kelihatan la^i. Kemudian ia duduk termenung). Dr. Sardjono:
Mui-niningsih:
Dr. Sardjono:
Murniningsih; Dr. Sardjono: '
Murniningsih: Dr. Sardjono:
(kepada Murniningsih, suaranja mengolokt Dewiku rupanja sedih mengenangkan Dewa hatinja. Apakah bagiku, kelana melarat ini, tak ada tempat dalam hati „M awar liarku?” (berdiri, marah) .. Aku bentji mendengar perkataan „Mawar liar” . Durnapradja «i pengchianat itu mentjoba menggugurkan hatiku dengan kata Mawar liar. Dan engkau D o k te r . burdjuis idealis, pura-pura mendjadi extremis revolusioner dimedan perang paling depan. {tertawa, sambil bersiul lagu „Indonesia tetap Merdeka” ) ..Very interesting” dewi revolusioner, bintang kedjoraku Aku bukan dokter burdjuis idealis, jan g pura-pura revo lusioner mendjadi dokter tentera. Kali ini kau salah raba, dewi revolusioner. (tersenjum asam) Buktinja kau bukan dokter burdjuis idealis? (suaranja sungguh-sungguh) Aku tak perlu propaganda dan reklame. Buktinja kaulihat sendiri aku ada difront, bukan dikota Jogja. m em eras kantong pasien selaku dokter partikulir. Bukti kedua, difront aku mendirikan poliklinik-darurat untuk menolong rakjat dan perdjurit kita ja n g disiksa oleh serdaduserdadu Fasis. (suaranja tadjam) Aku masih belum pertjaja. Mataku sendiri harus m elihatnja. 'tersenjum) K upersilahkan kau m elih a t-lih a t kepoliklinik daruratku, dekat sa d ja dari sini.
M urniningsih: 20
>
Dr. Sardjono:
Dr. Sardjono: Murniningshi:
Dr. Sardjono: Murnining.sih:
Dr. Sardjono: Murniningsih V Dr. Sardjono:
uiba-tiba suaranju .sungguh-sungguht Murni, kekasihku, tudjuh tahun aku memmggu, d apatkah kau mengekalkan permintaanku? 'tprdengar lagu ..Se’h idup semati” ). Tak kaudengar lagu itu, M ural? Dapatkah kita kekalkan isi lagu itu? i Murniningsih termenung, tak mendjawab* (mama dan lemah lembut suaranja) K u n ja n jik a n lagu itu. ua m en ja n ji lagu ..Sehidup s e m ati” >. M urniningsih m endengarkon dengan tcrhnru).
(terus termenung kemudian dengan suarn tertahan-tahan) Kuhormati tjintamu. Aku tahu kau kasih kepadaku Tetapi, sajang.......... . (Suaranja terharu) Mengapa Murni? K au 'tjin ta pada Djajaprawira? Karena ia berdjiwa proletar. seorang Marxis? tsedih) , . , t Karena ia seorang Marxis, pembela rakj&t jang bekerdja, ialah kelas buruh dan tani jang membela revolusl kita. T jita -tjita mas D jaja melaksanakan masjarakat ja n g tak berkelas, mewudjudkan masjarakat. jang sama rasa sama rata. (terharu, sedih) Djadi kau tjap aku sebagai burdjuis ideahs imentesal. suaranja tertahan-tahan > Bagiku, kau masih tetap burdjuis jang mei.ganut p ah om " m e m a n c l a n e kelangit.
^
‘T u l r u t tart -
Murnining.sih:
M « u r o p T o r t u n i ekmentjoba Id e a u s
t»t>
mentjari
d J i» a
r>arah m u r b a m e n g a ln . ru m a n tei buk.ai-
S a h danT e b m i hantjur dan harta benda rakjat m u s ^ n a m u n k au teru s m e n ja n ji.
Dr. Sardjono:
T anda^em angat pahlawan
^
D ite n g a h fr o n t ak u m e n ja n ji. (s u a r a n ju
Murniningsih:
Dr. Sardjono:
ue* a t i
Dan11karena*1ada engkau. kekasih m S m " , duduk _ n g . — Aku menjesal, hatiku msuh. . 1ang menjajat mentjintai D jaja. Dan paradoxnja 3 0 ■ * fc& D jaja bintang hatiku, rupanja tak w B^ntang kedjoraku, ambillah putusan- Aku bersecha ^ ngobati hatimu jang rusuh.
,
Djajaprawira.
Murniningsih:
<sudah agak lama mcndengarknn pertjaknpan mereka tiba-tiba masuk. sambil tertawa'' Tak kusangka dokter tenteraku jang berscmangat pahlawan, pandai bernjan.ii. (kemalu-maluan> Ah. tidak, bung. Murni merasa sunji difront. Aku mentjoba menghiburnja. Itulah tjita-tjita hidupku. la memang dokter istimewa. Dimasa revolusi ini, .selain mempraktekkan ilmunja dan menjembuhkan perdjurit dan rakjat jang mendjadi kurban agresi iluisuh, ia mengadakan, penjelidikan dan experiment tentang ilinu bedarn difront. Dan istimewanja usahanja itu dilakukannja dfengan alat-alat' kedokteran sederhana.
Djajaprawira*:
Sungguh dokter progresif berdiri dihadapanku.
Dr. Sardjono: Murniningsih: Dr. Sardjono: Djajaprawira:
Murniningsih: Dr. Sardjono: Djajaprawira:
Bukan sadja progresif.tetapi iamentjoba mengadakan revolusi dalam ilmu bedah, -'Tiba-tiba terdengar letusan bedil bebernpa kali, kemudian terdengai orang-orang berteriak dari luar: ..Tangkap, dia, tangkap!” ) (Dr. Sardjono lari keluar, kemudian masuk lagi dengan seorang perdjurit. seorang petani tua dan anaknja perempuan jang masih ketjil. Murniningsih terkedjut menghampiri anak itu' Perdjurit I: 'kepada Djajaprawira> Pak. segerombolan pengatjau-pengatjau menembaki pen^uduk ciesa. Untung hanja anak ini kurbannja. (Dr. Sardjono dibantu oleh Murniningsih dengan segera mnngobati luka anak itu ditangan*kanannja, jang kena pcluru. Petani tua itu bapak anak jang luka itu. sedih sekali tampaknja>. Petani tua: D r. Sardjono^
ftingkahnja menggelikan hati, kepada Dr.Sardjono.) Tuan Dokter....... tuan dokter...... anak saja bisa hidup? 'tersenjum. sambil menepuk-nepuk bahu petani i t u » Djangan kuatir pak. Ia tentu sembifo- ikepf-da perdjurit* Tolong angkut anak ini kerumah sakitku.
'Perdjurit, petani tua dibantu oleh Murnininesih. dan Dr. Sardjono mr-ngangtait itu keluar. Ketika mereka keluar masuk Martadji, opsir bawahan Dja japrawira >. ikepada Martadji' Djajaprawira: Martadji, kau tangkap pengatjau-pengatjau. pembunuh anak itu? (tegap berdirinja >
M a r ta d ji:
Saja menjesal, pak. liakjat telah mengadih mereka. Rakjat janp r-udah meluap marahnja menggantmij* mereka. (.tenang i , ,. . , Pengatjau-pengatjau itu seharusnja kita seiahkan kepada Mahkamah Tentara. Tetapi sekfirang tak mungkin. Berapa orang pengatjau-pengatjau itu. Dan apa ja n g telah mereka perbuat?
Djajaprawira:
M a r ta d ji:
LUna* orang. Dan mereka telah membakar 10 nuualpetani, dan satu rumah pedagang Tionghoa. Djuga meR. djid desa didekat Nagrek mereka bakai-
Djajaprawira:
Sungguh
k e d ja tn
p e n g c h ia n a t-p e n g c h ia n a t dan
Martadji: Djajaprawir
k'
____ :l.__ Id
M artad ji: Djajapraw ira:
^
Olr H.n>
a t o » urus selek as-lekasn ja .
M i £ h s a l a h
D jajapraw ira:
5e * u U ,„ *
ta k
dokumen kepada Djajaprawnai •‘ Ini jang saja dapat, pak.
'
M artadji:
itu . K a u
seorang
o p sir
jang mUUgk
Sau<^S. *'■ -V/kiempunjai tanggung djawab jarig ^ mcngganfe s n j , ^ 3 k peluru musuh menembus dada ^ rat, djika SWndt-T^btkArakan soal penting dengan Set*. Saja hendaTtljiM*.*.,. ,»*■ • t'tersenjum) , mu tiaapak. Saja bersedia niem T^vSlllv . . . ini im ukanja s u n g g u h -s u n ^ ^ ^ fe ^ ^ 1 do
Duduklah dulu. saja' d ;? (kepada Djajaprawird)*7 MHfc______ Rupanja isinja penting p\k,/ J S jK E ir t d a k tjukuu (suaranja sungguh-sungguhi ^UPPenting, tetapi sajang keterai^
Martadji: D i
japraw ira:
Maksud bapak bagaimana? • lama* (sungguh-sungguh) " Tentera Belanda dan P.R.P. berniat menetnpatkan iu. matanja diseluruh Priangan Timur. Dalam dokunie^ tak disebut ditempat-tempat mana mata-mata itu * ditempatkan. *>•4
'Murniningsih dun kakaknja DarniancEan lm^ni* . lama mendengarkan pertjakapan Djajaprawira dengan ManadJIMurniningsih: 'bersemangat, kepada Djajaprawira) '
Darmanegara:
Djajaprawira:
’* ****
kaia pe“ S . maS mentia,'‘ ketera"ea..-keteran(tan jang isuaranja tetap) Saja pengawalnja. Saja sanggup melakukan seeala in Unah, diUBandung.aPa^ mi~ ' g e r .k a n ^ H 'terharu, kepada Murniningsih) Kuhargai keberanianmu, tetapi kau hania seorane mta. .kepada Darmanegara) Kepada sauciara saja peri
Kustari:
™ T r kuntge,dBa T d fa r tu T u T iU DjajaPla" ‘ra- *
Djajaprawira: Kustari:
dari bapak.
■ » » * .* -
L Pendjelasan bersorak-sorak dan
f akaian- Rakjat marah -
Djajaprawira:
..... Apa sebabnja, pak lurah? kumannja^tidlk^berS ^ketakutan kakinja gemo/ r .
^Kustt-ari:
P ^ SKoloneI tampa^ ^ M Djajapi-awiras
dia menjuruh saja,
>"il^
anja
hir-'
terpu^® LplUu'
■
"clan Letnan
•marah>
Sugita? Martadji:
_
lumh l m ':
^
'm en jela;^ , Karen^tftti
r ^ fe jj^ t°n g pakaian jang harus kau '.-ep^WfttT Dan kawan pentjurimu Letnan s -J
,
■;- t r
SuffltiZ- •'^rtJswt ,i‘/ .
m me J d f T ^ £ 1 ^ ? 'suja Jadiwaktu . at fllwaktu jang achir jang ini achir Leman., ini Leman., tf&jalsekarang fcmpaknja. sekarang D ja ja D r a t^ .fc rnpaknj a. Saja baruSaja mengerti.' / baru mengerti. / . ^ S W E 2 r ^ ebentar-sebe»tJir minta perlop pergi kekota. "
_>rfgan-';inui'ahn' -/Itu. • /ari:
H eh , Kustari, teiangkan mengapa pekerdjaan jang kuserankan kepadamu menggali lobang-lobang tank sarr pai sekarang belum siap? (ketakutan) Ampun, pak kolonel...... Rakjat tak mau menggali
Djajaprawira:
Kustari: Djajaprawira: Kustari: Djajaprawira: Martadji:
<marah) Dan uang garam dan minjak jang dibajar rakjat kude* ngar dari tuan wedana belum semua kau setorkan. Uang itu tentu kaumakan bersama-sama J,etnan Sugita?' (ketakutan, tingkahnja lutju) Betul pak Kolonel, hanja sebagian saja setorkan. Uang itu...... saja...... bagi-bagi dengan Letnan Sugita. i tenang) Berapa jang kau belum setorkan kepada tuan wedana* i gugupI R. 20.000.— Saja..... hanja...... makan 5 ribu rupiah paK kolonel. Saja...... mirita...... ampun. * i kepada Martadji) Tangkap orang ini dan tangkap Letnan Sugita. Nanr kusera'rikan kepada Hakim Tentera.
Baik pak. ilalu ia menggiring Kustari. hendak pergi ke luar. tetapi Kustari hampir bertumbukan dengan seorang perdjurit jang baru masuk menudju Djajaprawira. Mar tadji dan Kustari tak djadi pergi). ■Perdjurit II: dengan semangat: Saudara-saudara. sabarktflo hi.lim ^ Kustari dan Letnan Sugita ternjata sudah salah. Pakaian 100U gotoii * s^era saja bagikan. Kustav; dan Letnan Sugita saja-sudah tangkap'_ Saudara-saudara sanggup tefeimvmbtuitu tentera saudara? «.Terdengar rakjat berteriak Saudara-saudara sanggup mcirf e q ^ J fk a n rumah dan sawah saudarav (Terdengar rakjat berteriak ..saiteintp1 Saudara-saudara, saja harap seknS^ig •tjfcjifydja terus denean sukarela menjelesaikan penggalian lobang-lobahg tantAr • (Terdengar rakjat berteriak: „Hidup Kolon^i bjaiyim wii-a. Merdeka, Merdeka. Kemudian suara rakjat ta lk e r Djajaprawira: (kepada Martadji) Martadji, bagikan 1000 potond jvkaiMi l.'.v' ^ iti dang kepada mereka. Sekarang e!lU W (Martadji pergi menggiring Kustari) V Dr. Sardjono: (masuk, kepada Djajaprawira. Ia sudah agak lama mei?dengarkan pertjakapan Djajaprawira i Sdr. Djaja, pakaian digudang itu sebenarnja harus ciibaeikan kepada perdjurit-perdjurit kita. /
25*
’ jajaprawira:
Murniningsih:
■agak sedih. menggelengkan kepalanjaAku tahu. Biarlah aku jang menanggung rijawab kepada perdjurit-perdjuritku. Mereka dapat mengerti. Rakjat desa belum. mereka harus merasai nikmat kemerdekaan negaranja. UU1 imenjela, kepada Djajaprawira; Apakah bidjaksana mas bertinctek demiki-m vr,.« . perdjurit-perdjurit mas akan berontak? ‘ ' Muni»km 'kepada Murniningsih* Aku mengerti maksudmu. Dalam fase'revolusi k i r „ rang mi, kita harus dapat' menarik I ;seka“ buruh. Mereka adalah tenaen ^ f “ P^tam dan lam fase perdjuanga'n S S T S g S f t S * « T * <menjela dengan tjepati ' ......
Djajaprawira:
djuangan keias^bunSf kita 'penuh somangatk
ttarroanfgara:
Betul. pendapatmu. Iniiah taknir ~ j • kamus Leninisme dalam , P" djuanean dal»ni •sekarang ini. levolusi nobional, seperti iterharu)
Murniningsih:
Djajaprawira: «
mendjtuli k*wan seper-
kin a™ e ber.SmTaMum!apergiA ve ‘r " 1” kaU Murniningsih:
“ eU nc ,.™ nd^ " kan BanCh' nS b“ ok ■»«> Aku bersedia mas" ’ ' •tertjengang inelihat k e h r > ^ epentinga^ neyam kit*. Seberani itu b i n ^ l k S - “ T M^ n i n g r f h '
Sardjono:
£>t.
kita mempunjai p a h l a w J ! ^
Murniningsih:
‘ tersenjum) Djangan memudji ciulu, n,ii; {Petani tua tadi dene™ icr ••
Aku -seperti^nakau ' *
Wngga k S u a 'la k i
l,bi
mendorong suaminja ^ mufr
r
r
p“
“
^
^ f^ 0,
terinja «*alu.
"
' “ S U S ttw
• a . i S T * * * ’ D« « » a malu-ma,u. mai, duciuk tuan Doktei,
Dr. Sardjono i
f
■
Ujangan malu. Dak n<
I ' eri petani tua:
Anu, tuan d o k t e r . s u a m i n j a ) « « »
Petani tua:
'
BetuI tua» •
!agi dan tertawa&' * « dokter. ia terr-
k- ™
tak suctah
f tersenjum riang) Bagus, bagus pak. Bu. tak usah kuatir, tak lama Iasi anak ibu inesti seiubuh. Isteri petani tua: igembira) Terima kasih. tuan dokter. Pak dokter......... efh. tuan dokter, boleh saja ^etiap hari pergi kerumah sakit menensok anak saja? (tertawa* Dr. Sardjono: Tentu sadja boleh. Seminggu lagi in tentu seinbuh asal djangan banjak bergerak-gerak. Isteri petani tua: (malu-malu) Terima kasih, tuan dokter. Ini saja bawakan pisang. imenjela dengan tjepat) Petani tua: Bu. ubinja kau lupa. tlalu ia memberikan ubi kepada Di*. Sardjono* Saja ambilkan ubi tadi dari kebun. pak dokter...... eh Dr. Sardjono:
tuan dokter.
Dr. Sardjono: Petani tua: Dr. Sardjono:
Darmanegara: S
Murniningsih: Djajaprawira:
Darmanegara: Djajaprawira:
Darmanegara:
(tersenjum* Terima kasih, pak. bu. (malu-malu) Saja permisi, pak dokter...... eh maat tuan dokter..... i melutju* Awas ja pak djangan panggil saja tuan dokter. tjukup pak dokter. iPetani dan isterinja pergi. sambil meng. angguk-angguk. tampaknja lutju sekali). imemandang kepada petani dan isterinja ketika mereka pergi) Sungguh, halus djiwa rakjat desa. Rakjat miskinlah jane selalu berkurban. ikepada Djajaprawira) ' Djustru karena itu saja minta, supaja mas Djaja izinkan saja pergi kc Bandung. itei'haru*
Kurbanmu sungguh besar, tapi tak dapat aku membolehkan kau pergi. Boleh djadi kau tak akan kembali. Berbahaja sekali, dik. ikepada Djajaprawira* Saja djaminannja. (termenung sedjurus, lalu memandang kepada Darma negara) Kewadjibanmu berat. Bawalah poster-poster jang kusediakan dirumahku. Dan lakukan gerakan dibawah tanah. ' - , Perintahkan kawan-kawanmu jang berdjiwa Republik dipelbagai perusahaan, kantor dan. pabrik melakukan sabotage. Bakar pabrik-pabrik mereka. ibersemangat) Aku sanggup saudara.
M -u rm n m csih : O ja ja p raw ira:
M urniningsih:
Dr. Sardjono: Djajaprawira:
; Darmanegara:
ibersemangat) Bagiku tak ada kewadjiban iann berat >i « ot * , negara. * uciai a&al untuk 'terharu) Bagimu kusediakan tugas istimewa. Tjuril'ih h i siasat tentera^P.R.P., djika bisa semuanja dokumeu Aku mesti.dapat dokumen jang lengkap 'berdiri dengan tegaki Aku siap.
Murniningsih:
ibersemangat)
Djajaprawira:
imelihat arlodji tangannja)
Murniningsih:
(menjela dengan tjepat)
tts s ja s v s s & s s *
“ ku
|Dr. Sardjonp: Darmanegara:
kua'11b u S nL o f ndi Uiga m menjelesaitcan perbekalanpergi;. ° eSOlC pasL (Daimanegara dan Dr. Sardjono Murniningsih: Mas1 D jajaprawira:
manis keP»da Djajaprawira t
kepadamuf^etapi^au^ruuan^11 / T * hcndl*fc ^ t a k an Uenang, ^ bagiku. m z S > gert'- makSMmU- ,etapi » * - l kita belum me•agak ketjewa)
pjajapraw ira: studen, be?samajS a m ^ iLraapradjaaUc) hH men(*jadl waku sudah tertambat padamu Sai'dj?no' d^ ' ™ktu itu hanja sekoiah % £ £ £ S S S T ata* ^
28
M u rn in in g sih : D jajap raw ira: M u rn in in gsih :
D ja ja p ra w ira :
M urniningsih: D ja ja p ra w ira :
M urniningsih: D ja ja p ra w ira :
•tersenjum gcmbira> Kekasihku, tjinta padaku, sungguh mas? Perkataan seorang perdjurit berideologi dapat din*,.**dik. Djuga dplam tjinta aku tunduk pada dislom? (gembirai ^‘ PJin. Aku merasa bahagia mas. Tekanan djivrakn ^ Jenjap. Dengan hati lapang dan gembira aku besok « ke Bandung melakukan tugasku. Pe! •tersenjum. mengolok) ; Kau tak kembali pada dokter Sardjono? ' Sedjak dulu hingga sekarang ia belum 'berubah *n 1 kulihat la masih mentjintai kau. Uertawa, pura-pura nvarah* * Kau iri hati padanja? Ia bagiku tetap seorang burrii, idealis, meskipun ia kini membantu revolusi kitn •tertawa* % Aku pertjaja padamu. Tetapi kemanakanmu DurnaomH • tak-m au melepaskan kau. Tjintanja padamu sarm i batnja dengan tjintanja pada dirinja sendiri * (tertawa. mengedjek) Aku bentji padanja. Ia bagiku bukan patriot kom i„Ia seorang streber kaliber besar. (tersenjum gembira* Bunga tjita-tjitaku, aku tahu djiwamu besar. (L a j a r
turun)
Babak III
uuiu. rciMiiwas iuuiaxi airuangan dalam ini lphih hn„ ,diba,bak i: S isebt ^ . kanan "ep an Smpank s e s t e l ^ t m i 'a k «. v 1 depan ^ n! pak dlPan indah. Disebelah belakang tampak medja tulis dengan telepon. ® ar*anl k?k„b™aka? S tamJ ak Et n! bar D r - van
b e t a k a n e h M w a k u p S a n g lJ" E on :
Dannanee-nr
D arm anegara,
™ ° 0*-
sebelah kiri
Sebelah kan« i kekamar makan p,1" * ' kesei'amb‘ mUka' R u “ san itu tampak mewah S g f jJ \
(menudju telepon, tingkahnja lutJu sambil meng8eu kan kepalanja didepan telepon) gPelen g. J i ’ b2 h ! ! o n i M h fcjalon Presiden Kartanegara cSUfi p ir in ^ T ^ n suaranja merendah) Minta .....,m aaf p aduka Tuan. Ja, baik u^a f . I £ * , 7 3 ? 2 ug lla ..... <*. m aaf Paduka Tuan P aduka T u a n R e sid e n ....... Baik P a d u k a ’i s cmasuk b « ? ama Murniningsih, kepada Eonl Eon, b&p&k«\U dan ibu ada?
irniningsih:
1 i urniningsih:
E
in *
darmanegara: Ion:
Darmanegara: r‘ H
JJ-Jurnining.sih: Eon:
ihormat' Eh, tuan Darmanegara dan nona Murniningsih. Kapan datang? Selamat tuan. dan nona djuga seJamat? Paduka Tuan Besar tjalon Presiden tidak ada, tetapi njonja besar ada dikamar. (tersenjum) Mengapa engkau menjebut ajahku sekarang pakai Pa~ duka Tuan Besar tjalon Presiden? Dulu kau sebut ajah, hanja tuan besar sadja. i agak sedih) Paduka Tuan Besar Kartanegara sekarang memerintahkan kepada saja menjebut pakai Paduka Tuan Besar tjalon Presiden. Saja sudah tak tahan bekerdja disini tuan. Saja ingin kedaerah Republik. itersenjum) ' Itu baik. Eon. Rumah bapak sekarang bagus betul • (tertawa) Mobilnja djuga sudah tambah, nona. Sekarang 2 modei tahun 1947. ’ ' ramah t Eon. mana ibu, masa sore-sore tidur’ tsedih) Ibu tuan suda'h lama sakit-sakit sadia (terkedjut) Sakit apa ibu, Eon. fragu-ragu, gugup) f t e n S j u t “ an' nj0nJa besar s” k it....... snkit tagM aij.
Sakit ingatan.
& S
Darmanegara: Eon:
Murniningsih: Darmanegara:
^ S
^
t d
i r‘inEkS
^
lberkat,
‘L r r e g S m TunaBn PintUsabelakanS’ balik ^
Republik untuk berdjuang. Boieh tuan^ ^ fu Ssad“ tgirang)
M e hkeraS‘ teraS
Republik. T e n -
kawa,i: Kasihan. ibu, tak kusancka • terharu, lalu pergi kekamar tidun Murm, kulihat ibu sebentnr *r .. dalam kamar tidur Ni *r~>^ muaian terdengar dari orang gila). ‘ arta” egara tertawa seperti
(Muminingsiii terharu, sedih, menudju kekamar f ainpsih. Darmanegara dan ibunja masuk. lalu Kemudian M urnimereka duduk didipan).
'wturnmmi^szh: Darmanegara:
Nj. Kartanegara: Murniningsih: Nj. Kartanegara:
Darmanegara: Nj. Kartanegara: l Murniningsih:
Nj. Kartanegara:
Darmanegara:Murniningsih:
Darmanegara:
\ Nj. Kartanegara:
•'kepada ib u n ja »
Ibu. mengapa ii?u djudi begini? tmanis. kepada ibunja) \* Djangan terlalu banjak dipikirkan kesusanan ibu V Biarlah. bapak berlaku sewenang-wenang. Memang -u- ‘ dah tabiatnja. (terharu. sedihi Sudah kutjoba melupakannja nak. Tetapi achunja tak tertahan lagi. Kesabaranku sudah sampai pada batasr^Ja. (mengelus-elus bahu ibunja) Tenteramkan hati ibu, lupakan segala kepaliitan, nistjaja kegembiraan bersemi dalam 'hati. (tertawa njaring, gandjjl bunjinja) Tenteram, kegembiraan,\tertawa njaring). Mungkiu -ikir gembira kembali, sekarang aku sudah gembira (tertawi, i lagi). \ (tjemas, bingung) Beristirahatlah dulu bu, ditempat tidur. i tertawa lagi, gandjil bunjinja) I Beristirahat? (tertawa) Mana bisa? Hatiku sudah tak dapat beristirahat. Ajahmu sudah dua k^li mau dibunuh orang Uertawa). Aku tjinta padanja. Aku takut ia inati (tertawa, kemudian menangis tersedu-sedu). imenghapus air mata ibunja jang meleleh dipipinja-. Sudahlah bu. Ajah tak lajak menerima tjinta ibu j-ing. sutji ini. Tidurlah. bu. (Iapun mengadjak ibunja ketempat tidur). (tiba-tiba melepaskan dirinja dari pegangan Murniningsih, lalu tertawa njaring sekali) Sikeparat itu biar kubunuh. baru aku puas mati (terta wa lagi) Ia kudengar kawin lagir Sekarang sudah tudjuh , kali ia ka\yin. Rupanja djiwanja sudah berubah men* djadi binatang (tertawa njaring. mendengking, kerrudiar. ia duduk dikui'si, dadanja sesak, lalu menangis lagi). imarah) Makin pandai manusia, makin pandai ia mendjadi bina,tang. \ •mapah) Ketjerdasan otak ajahku tak disutjikan oleh tjita-tjita murni. Kesusilaan kemanusiaan kalah oleh hawa natsunja jang berdasarkan materialism* kasar. (.tertawa asam) Manusia binatang, jang tak berpegang pada tudjuan a i. dup seluruh kemanusiaan dari abad ke abad, jang bekerdja, berdjuang untuk mewudjudkan perdamaian dunia jang bahagia dan abadi. Itulah bapakku (ia menggelengkan kepalanja, sedih) (seolah-olah terbangun) Manusia binatang (tertawa) Ja, itulah bapakmu. dan ia kutjintai sedjak aku masih perawan berurnur* I* tahun. i lalu ia menangis, setelah tertawa gandjil) 31
AurtnmvigsiYr
! Darmanegara;
Murniningsih:
m\an\v tcrhvuu menghampirl ibunja' M ari bu, ibu btristtvftVita d\V.v\nw\\ \\^vw. U\ n \ m baw* ibunja kektmm- tidur, kemudian Murniningsih ke\uar la g i'.
'.kepada adiknja* Kasirnan, ibu mendjadi sakit xeperti itu. O. ja Murni djangan lupa ambil*dokumen militer dari latji ujuhmu Boleh djadi ajah Sebentnr lagi datang. 'tersenjum; Hampir sadja aku lupa, mas. Kutanjakan kepada ibu ?iinaiiai -aJa? menaruh kuntj L
i raan ketiga orang i f f d a r t T a H k ^ l S
Darmanegara:
(menghampiri adiknja)
SSS. dokum » S ffM — ^ ^ s t s r s ^ s , Kartanegara:
iGomar dengan ciiam-diam lalu pergi)
hingga lutju ta m p ^ a k n J '^ ^ O T b u enBa“ marall- marah, « j a dan tasnja kea J d i p ^ n TertTatan . 10n« k,“ -
bil mengutuk-ngutuki
Eon ;
Kartanegara:
’
verdomme. kau, S s ld e n ^ U a T l a l u ^ b ^ ffila' Gocl‘ Sil budjangnjaj Eon, Eon lekas krm ® ®nak Fenians-
Saja ada dibelakang samT ^ k T ^
\
£
' 8*
k“ ana k oM ™ « i n kue t“
5
s » “s
“ r
^oki kedalam lagi. Katanik ^ .]ang panas, kopiPaduka 'r,, sudah dingin.
Kartanegara:
.....
Panggil Saja’
^marah-marah) n8anakoMe BagusK jaU S ? 1?
Eon:
eidjaIan h^ r mudik, sam-
main mata
a*
s k™ , diSini ” ■ * > " * « « «
^
. '
, lupan:fa diamt,il -sama k ditukar dengan Kopi
an Besar tjalon Presiden tadi
'marah-marah. niau Eon mengambil sikap seDG^ mK pe1^ budjangnja. tetapi ga lutju tampaknja) hendak main pentjak :ungLpkas ambil kopi dan h ' Kalau tidak
Eon:
(gugup, tetapi permainan silatnja dikeluarkan) Suruh boleh, Paduka Tuan Be.'.....saaar! Tetapi, djangan sembarangan main pukul. (Iapun keluar sftmbil mengangguk-angguk lutju)
Darmanegara:
(kepada ajahnja) Rupanja ajah sekarang sudah mendjadi Paduka Tuan Besaaar? Main semberono, hendak memukul siketjil. A was, awas, siketjil pasti akan berontak. Ingat pak zaman revolusi. (tertawa mengedjek) Kau . ada disini Extremis? Kapan kau datang? Lugkau hendak mengganggu siasat politikku. Hati-ha,ti, aku se karang sudah mendjadi ganas.
Kartanegara:
«
Murniningsih:
(tertawa mengedjek) Mendjadi ganas, karena ajah dua kali, hendak dibunuh extremis?
Kartanegara:
(marah) Kau tahu dari mana, extremis kominis ketjil?
Murniningsih:
(tertawa mengedjek). Ibu, radioku, tjalon Kepala Negara Boneka jang...... terhormat” (sambil memberi hormat dilebih-lebihkan)
Darmanegara:
(kepada ajahnja) Ajah tidak takut pada suatu waktu akan dihukum rak jat? (tertawa mengedjek) Aku, takut dihukum rakjat? Rakjat goblok itu jang kuhukum. (menjela) pendapat zaman feodal burdjuis tidak berlaku dizaman revolusi abad keduapuluh. Dizaman masjarakat sedang gontjang, rakjat mengadili pengchianat. (masuk membawa kopi) Ini Paduka Tuan Besaaar, kopinja. Sajang ku6 tjusnja tidak ada. (marahnja meluap) Apa, goblok kau, tidak ada ku6 tjusnja. Lekas, ambil, kalau tidak kau boleh pergi, lebih tjepat lebih baik. (madju kedep&n, berseinarigat) Tidak ada halangan Paduka Tuan Besaaar, tjalon Presiden. Saja sudah bosan hidup sebagai budak. Lebih baik saja makan nasi djagung dan gaplek didaerah Republik, dari pada makan kedju dan roti didaerah djadjahan. (makin marah) Pergi, lekas. Pergilah goblok, extremis perampok. (tertawa) Baik Paduka Tuan Besaaar, gadji saja bajar dulu.
Kartanegara:
Murniningsih:
Eon: Kartanegara:
Eon:
Kartanegara: . Eon:
33
Kartanegara:
Darmanegara:
(marah-marah, mengambil uangnja tapi tidak ketemu disakunja. Ia terpaksa mengambil uangnja dari tasnja. la hendak memberi uang kertas R. 100.— tapi tak djadi, lalu diberikannja R. 25.— kepada Eon) (Eon lalu pergi, sambil memberi hormat: „Merdeka, Bung” ) (Telepon tiba-tiba berbunji. Kartanegara n.enghampiri telepon). (didepan telepon suaranja sombong) Ja, hallo, disini Raden Kartanegara, tjalon Pvesiden Negara Pasundan. (Kemudian ia mengangguk-angguk hormat sekali). Ja, Paduka Tuan Residen, hamba me ngerti, hamba salah, Paduka Tuan, (dengan marah telepon diletakkannja). (kepada ajahnja) Ada apa ajah? Rupanja tjalon Presiden Negara Pasun dan kita sudah mendjadi takut seperti budak belian? (marahnja.meluap, berdjalan hilir mudik, kepada Mur niningsih). Tutup mulutmu (lalu ia bitjara sendiri ma rah-marah) Godverdomme, aku salah lagi, selalu aku salah. Gudang terbakar aku salah. Pesawat terbang di Andir dihantjurKan extremis, aku salah. Aku bisa gila (lalu duduk terengah-engah) (tertawa mengedjek, kepada bapaknja) . * Alamat Negara boneka bapak akan ruturn „ ditelan revo lusi kaum extremis, (tertawa lagi) (tiba-tiba marah, kepada Darmanegara) Sudah berapa hari kau datang di Bandung? (atjuh tak atjuh) Itu soal saja. (marah) Kau tahu aku kuasa menangkap kau. Aku kuasa mengnuKum kau. Katakan terus terang. Beberapa hari jang jam selalu terdjadi. sabotage dipaberik sendjata, gudans a£ i ,terbakar> Pesawat terbang di Andir terbakar. kan - I ena marah hebat dar* Residen. Boleh djadi «au jang mendjadi gara-gara. (tenang)
Kartanegara:
dj'iS1 h e n (tersenjum)
Darmanegara:
hadiah 5000 rupiah (tertawa mengedjek)
Kartanegara:
S a ah>had‘ ah
Kartanegara:
Murniningsih: Kartanegara:
Darmanegara: Kartanegara: Darmanegara: Kartanegara:
d
dibawah tanah itu.
a
k d^lu tjalon KePala Negara, Presiden jang adil dan djudjur. difbl wah tanah di Bandung ini? ta^ukan kepadaku, kau kuberi
kepada' b^ k -b u d a k ajah.
ut daIam &erakan
Murniningsih: Kartanegara:
Murniningsih:
Kartanegara:
Murniningsih:
Kartanegara: WCurhiningsih: Kartanegara: Murniningsih: Kartanegara: Darmanegara:
Murniningsih: Kartanegara: Darmanegara: Murniningsih:
Darmanegara:
(kepada ajahnja, suaranja tadjam) Pada suatu waktu ajah digantung rakjat. (marah, kepada Murniningsih, sambil tertawa meng edjek) Extremis kominis ketjil, kau hendaK turut-turut dengan urusanku. Kau belum tahu rupanja, bahwa aku kuasa dinegaraku. (tertawa mengedjek) Ajah kuasa dalam negara boneka ini? Kepada Residen Belanda sadja tjalon Presiden negara Pasundan sudah mengangguk-angguk ketakutan, seperti beihadapan de ngan malaikat. (tertawa marah) Aku tidak takut, tetapi extremis-extremis sematjam kau dan Darma (sambil menundjuk kepada Darmanegara) jang menjebabkan aku mendjadi gila. (mengedjek dengan tadjam) Gila, boleh djadi, ajah mendjadi gila (tertawa menge djek) karena ajah bertindak kontra revolusioner. Ajah menentang hukum revolusi, hukum alam, ialah hukum dialektika materialisme. (mara'h) Kau sudah kena penjakit kominis. Rupanja kiblatmu ada di Moskow. • (mengedjek) Tidak salah, saja penganut Leninisme. (menjeringai) Hati-hati berbitjara, aku anti Komunis, mengerti. (tersenjum) Saja hati-hati, saja tahu, tetapi dapatkah ajah mempertanggung djawabkan nasib ibu? (gugup) O, ibumu? Salahnja sendiri. Ia sudah kusuruh kedokter, tapi menolak. (menjela) Ajah belum bawa ibu kedokter? Sungguh terlalu. Ajah rupanja tak mempunjai perasaan kemanusiaan. Ibu tjin ta dan setia pada ajarn. (menjela dengan tjepat) Paduka Tuan Besaaar, hibuk dengan bini mudanja, jang ketudjuh. (marah, malu) Kuntji mulutmu, kalau tidak......... (tenang, kepada adiknja) Biar aku pergi sekarang kedokter. (tersenjum) Baik, mas aku turut. Tetapi sebelum kita pergi, kutanja dulu apakah ibu mau kita bawa kerumah sakit. (Ia pergi kekamar tidur, lalu keluar lagi). (kepada adiknja) Bagaimana Murni, ibu mau? 35
Murniningsih: Darmanegara: K artan egara:
Mau, asal dengan aku dan kau. Baik, kita pergi sekarang (Mereka pergi) (kepada anak-anaknja, ketika mereka sudah samitai d lam bang pin tu belakang)
jom ar:
Kartanegara: Gomar:
Kartanegara: Gomar:
Kartanegara:
Gomar: Kartanegara: Gomar: Kartanegara:
Kau boleh pergi, lebih tjepat lebih baik, extremis-extremls (tertawa) Aku banjak pekerdjaan sekarang, (lalu ia duduk dibelakang medja tulisnja, membatja dokumen jang diambil dari tasnja) (masuk, tingkah lakunja seperti bandit, badannja besar. kuat) Maaf, Paduka Tuan Besar, tadi saja hendak menerangkan kepada Paduka Tuan Besar Tjalon Presiden tentang......... (marah) Ada apa lagi? Kau tidak tahu aku sedang bekerdja? (gugup) Maaf Paduka Tuan Besar Tjalon Presiden, saja tadl hendak menerangkan kepada Paduka Tuan Besar, tetapi Paduka Tuan Besar Tjalon Presiden terus sadja masuk, marah-marah. (marahnja agak reda) Ja, ada apa? (agak ketakutan) Anu, Paduka Tuan Besar Tjalon Presiden, anak Paduka Tuan Besar nona Murniningsih tadi mentjuri dokumen dari dalam latji Paduka Tuan............. (berdiri, marahnja meluap) *• Mentjuri dokumenku? (lalu ia mentjari dokumen itu didalam latjinja, tapi tidak ada kuntjinja, lalu dengan marah-marah ia mengambil kuntji dari kamar tidurnja. Ditjarinja dokumen itu dilatji, tak ada) Aku bisa gila, Godverdomme...... (marah-marah kepada Gomar). Kau, sigoblok, mengapa tidak dari tadi kaukatakan kepadaku. Ajo, lekas tangkap dia. (gugup) Sekarang, Paduka Tuan Besar Tjalon Presiden? (marah) Godverdomme", ja sekarang djilga, goblok. (pergi, ketika sampai diambang pintu belakang, balik lagi, kepada Kartanegara) Nona Murniningsih sadja,'jang saja tangkap? (marahnja meluap) Dua-duanja goblok, si Murni dan Darma.
d e n ^ r DumaDraSiiflde-bat: amba? g, pj,ntu belafcang ia hampir bertumbukan dengan -durnapradja, jang masuk kefuangan itu). Durnapradja:
(tertawa, pakaiannja gagah sekali, melutju) Huru hara besar rupanja terdjadi dirumah ini. Kalau banjak marah-marah, nan^i bapak lekas tua.
K a rta n eg a ra : D u rn a p ra d ja :
(tertawa, dibikin-bikin) Kau, Duma,makin mentereng pakaianmu sekarang? (tertawa, dengan tingkahnja jan g gaga'll dibuat-buat) Djangan tanggung-tanggung m endjadi bandit pak. P a kaian ini baru kubeli dari luar negeri. Dan mobilku Pontiac model 1947. Uangnja kuserobot dengan halus (ia tertawa sambil memainkan tangannja' seperti orang mentjuri).
(T ib a -tib a telepon berbunji, K artanegara m en u dju k etelepon ). K a rtan ega ra : (marah didepan telepon)
D u rn ap rad ja: K artanegara: D u rn apradja: K a rta n eg a ra : D u rn ap rad ja: K a rta n eg a ra : D u rn a p ra d ja : K artan ega ra:
Durnapradja: t
Kartanegara:
Durnapradja:
Telepon gila, aku tak bisa duduk tenteram satu menit. Ja, hallo, Raden Kartanegara, tjalon Presiden...... (ke mudian suaranja hormat) Ja, Paduka Tuan, hamba datang, Paduka Tuan...... (Lalu ia meletakkan telepon itu, sambil bersungutsungut) (kepada Kartanegara) Bapak, rupanja takut betul. Ada apa? (tersenjum asam) Aku dapat verdom .lagi dari Residen. (sungguh-sungguh) Soal apa? (tenang) Soal sabotage dipabrik’ sendjata. Tadi sudah kuperintahkan, supaja Darmanegara dan Murniningsih ditangkap. (terkedjut) M urni dan Darma ada disini? Dan hendak bapak tang kap? (tenang) Ja, mereka hendak kutangkap. (terkedjut) Murni djuga? Saja tjinta padanja. Ia salah apa? (agak ragu) » Djustru karena itu aku bingung. Bukti-bukti kedjahatan Darma belum djelas, tapi aku sudah dapat beberapa keterangan, bahwa Darmalah pemimpin gerakan dibawah tanah. Hanja Murni, terang mentjuri dokumen gerakan militer tentcraku. (terkedjut) Murni, mentjuri dokumen gerakan militer? (lalu terta wa) sungguh ia mendjadi „Mawar liar extreem” sedjati (tertawa lagi). (marah) % Engkau tertawa, D u m a? Bagaimanapun djuga mereka tarus kutangkap. Meskipun anak-anakku, mereka merintangi politikku. (tiba-tiba sungguh-sunggph) Pak, saja tjinta kepada Murni dengan sepenuh hatiku. Murni bagiku, sama dengan m atahari bagi tumbuh-tumbuhan. Saja bermaksud hendak m endjadi Dewa penolong Dewiku. 37
Kartanegara:
(agak heran) ,Ti^lanif *tj,intamu kePada Murni, kau sudah berulangkePadaku- Djelaskan maksudmu, hendak mendjadi Dewa Penolong? •
Durnapradja:
(sungguh-sungguh)
Kartanegara:
Murni hendak O o lo n g dan kuperisterikan. rrm^£ 1 , setudJu' karena aku bemiat menjingkirkan musuh bapak jang terbesar. (heran) S ? - t e £ lah
Durnapradja:
dengan terang-terangan,
djangan
seperti
(tersenjum asam) k i aim Q rtavWlra'- Kolonel Brigade T.N.I. di Garut hendak ^ 51WaJatnJa- DJika ini terdjadi, bapak dengan daPaV meluaskan Pengaruh bapak di Priangan
Kartanegara: Durnapradja
Kartanegara: Durnapradja:
Kartanegara:
Dumaprad ja :
Serdadu PRP:
t e r t a i k r M ™ . Se°ranB laWankU dalam (tertawa girang) Kau mendjadi penganten baru, menghirup madu asmara. (tertawa) Menghirup madu asmara dengan Murniningsih gadis iane d ia u h fill r di Pri angan (t6rharU* ^emandang keamh u "Mawar liarku", engkau kupetik, baru aku merasa bahagia. (lalu ia tertawa gembira). (pura-pura tak setudju) Kalau kutolak usulmu? (tersenjum mengedjek) Bapak pasti tak akan menolak menerima saja sebaeai menantu, tjalon Menteri negara Pasundan. Dan djika berf^asil Pula membuat lapuran lengkap tentang keKuatan dan siasat tentera Djajaprawira, tentu bapak “ Kan memeluk saja. (tertawa) Aku setudju dengan perdjandjian itu. W ^ L Sa t aZ (tersenjum)
gS
g
SadJa’
^
ta -
Tn&T hpi!t mau Pergi, lebih baik saja bersembunji dikasebaeai r ! ? nS' datane saatnja saja akan keluar sebagai Dewa penolong, dewiku jang sedang diantiam DinX hS t lkUlT ut (tertawa dibuat-buat, lalu pergi keP tu belakang hendak bersembunji). b (masuk) dariUS n ^ ap o S iSRahna-a ™embawa lapuran istimewa oimm ? Rahasia Tentera. (Ia memberikan lapuran itu kepada Kartanegara, lalu hendak pergi, tetapi dipanggil Kartanegara). &v leoapt
38
Kartanegara:
•(kepada serdadu itu) K au djangan pergi. D jaga dikamar ini dan siap-sian menembak, djika kuperintahkan. (Serdadu itu m eng. angguk. Kartanegara dengan tjepat membatja lapuran itu, lalu disimpannja dalam sakunja).
(D arm anegara masuk bersam a-sam a M urniningsih, diiringi oleh si G om a r T angan D arm anegara dan M urniningsih diikat) K artanegara: (m uk an ja asam, m arah)
He, Gomar, mengapa lambat betul kau bawa sipendjahat-pendjahat itu? Darm anegara:
(mara'h)
K artanegara:
(m arah)
Aku bukan pendjahat. Aku patriot. Tutup mulut. Kau tentu tak mau mengaku telah mengorganisir sabotage dipabrik sendjata, melakukan gerakan dibawah tanah untuk membakar gudang persediaan bahan makanan tenteraku. Tentu djuga kau tak mau m e ngaku mengorganisir gerakan jang membakar pesawat terbang Belanda dilapangan terbang Andir. D arm anegara:
(agak terkedjut
sebentar, ta p i disem bunjikannja)
Kalau sudah tahu mengapa menanja? K artanegara:
(su aran ja bengis)
Kau tentu berniat tanah? D arm anegara:
meneruskan gerakanmu
dibawah
(tenang)
Selama tentera Belanda belum ditarik mundur dari semua kepulauan Indonesia, selama itu aku meneruskan gerakan itu didaera'h pendudukan tentera Belanda. K a rtan ega ra : (m a ra h n ja m eluap)
Kau kuberi ampun, karena kau anakku, djika kau mau memihak pada negaraku. D arm anegara:
(tertaw a
m engedjek)
Lebih baik aku mati, darfpada mendjadi buntut negara bonekamu. Kartanegara: (marah) Kalau kau tidak mau, kau kuberi adjaran (kepada Gomar) Bawa pendjahat ini kebelakang. H adjar badan n ja sampai berdarah. Baru kau berhenti m enghadjar dia, djika ia sudah mau tunduk pada kemauanku. (Si Gomar, jang membawa kaju pemukul jang besar, dengan keras irienggigiring Darmanegara keluar) M u r n in in g sih : (marah, kepada bapaknja) A jah sekedjam itu bertindak kepada anak ajatt. Darma tidak bersalah, ia membela tjita-tjita politiknja. K a r ta n e g a r a : ( terta w a dibikin-bikin) A nak kem arin sore, su dah bera n i m em beri n aseh at ke p ad a bapaknja. (S u a ra n ja m an is d ib ik in -b ik in ) Murni, karena kesalahanm u tidak b egitu besar, h a n ja m entjuri dokum en m iliterku, k au ku bebaskan d ari hukum an p en djara, asal dokum en itu kau kem balikan kepadaku.
\
39
Murniningsih: Durnapradja:
Kartanegara: Durnapradja: Murniningsih: Durnapradja:
- Kartanegara: Durnapradja: •V-’
i
Kartanegara:
j
Si Gomar:
I '1
Kartanegara: f
I
f
Murniningsih: , Kartanegara:
jfurnfningsih:
40
(suaranja tetap) Dokumen itu sudah saja kirimkan. Saja lebih baik ma suk pendjara daripada mengembalikan dokumen itu. (tergopoh-gopoh masuk, pura-pura marah kepada Kar tanegara) Pak, saja dengar bapak menangkap Murni. Apa betul? (tenang) Tidak salah. Ia mentjuri dokumen gerakan militerku. (kepada Murni) Betul begitu Murni? (tenang) Saja mentjuri dokumen itu untuk kepentingan Republik(kepada Kartanegara) Pak, serahkan Murni kepada saja. Saja jang mengurus selandjutnja. Perkara dik Murni lebih tepat saja sebagai pembesar Kantor Polisi Rahasia Tentara, jang mengurusnja. (tersenjum) Baik, kalau kau mau mengurusnja (kepada Murni) Mari dik manis, saja lepaskan ikatan tali itu. (Kemudian ia melepaskan ikatan tali ditangan Murni ningsih). (kepada serdadunja jang berdiri dibelakang) Panggil si Gomar dengan pendjahat itu? (Serdadu itu pergi, lalu masuk lagi bersama-sama si Gomar dan Darmanegara. Badan Darmanegara berdarah, dan badjunja kojak-kojak). (kepada Kartanegara) Paduka Tuan Besar, tjalon Presiden, pesakitan saja tidak mau tunduk pada Paduka Tuan Besar Tjalon Presiden. (marahnja meluap, mengambil revolver dari latji medja tulisnja) • Kau tidak mau tunduk? Kesabaranku sudarn habis. Kau kuberi kesempatan, tapi kau tak mau. Sebelum kau membunuh aku lebih dulu, lebih baik peluruku dulu menembus dadamu. (Ia mengatjungkan revolvernja kepada Darmanegara). (menjela kedepan, kepada ajahnja) Tidak betul, mas Darma hendak membunuh ajah. (tertawa kedjam) Tidak betul? Ini buktinja, baru kuterima tadi dari Dinas Polisi Rahasia Tentera. >(ia mengambil' dokumen jang disimp$nnja dalam sakunja). Si pendjahat itu dengan komplotannja berniat nanti malam mentjulik aku, setelah aku pulang dari rapat. (kepada kakaknja) Betulkah begitu, mas Darma?
Darmanegara:
(suaranja bersemangat dan berdiri tegak) Betul dik, teruskan perdjuangan kita. Aku memang de ngan sengada hendak menjingkirkan seorang jan g bertindak kontra revolusioner. (menundjuk kepada bapak nja) Inilah pengchianat negara kita. (Pada saat itu Kartanegara sudah tak tahan menahan mara'hnja. Ia mengatjungkan revolvernja kepada D arxnanegara. Murniningsih hendak menolong kakaknja tetapi atas perintah Kartanegara ia dipegang oleh ser dadu P.R.P. itu. Nj. Kartanegara: (masuk, lalu berteriak) Djangan, pak...... ingat pak, Darm a...... anakmu sendiri. (Tetapi djeritan isterinja itu tak dihiraukan oleh K a r tanegara jang sudah kalap itu. Feluru revolvernja menembus dada Darmanegara. Pahlawan itu djatuh tersungkur, sambil mengutjapkan: „Sekali Republikein, tetap Republikein” ). Nj. Kartanegara: (menangis, menghampiri m ajat anaknja, kepada suaminja) ' Sampai hati.......... (ia m enangis).......... kau membunuh anakmu sendiri.......... (tiba-tiba ia berdiri tegak, ter tawa) Kartanegara, kau gila...... (tertawa n ja rin g)...... aku djuga gila...... (lalu ia djatuh tak sadarkan diri). (Murniningsih menghampiri ibunja dan kakaknja, hatinja patah, sedih, tak tertahan lagi, tapi air mata jang hendak berlinang ditahannja, setetespun tak membasahi pipinja) (Kemudian terdengar telepon berbunji. Kartanegara mengtiampiri telepon itu) Kartanegara: .
Murniningsih:
K a r ta n e g a r a :
(didepan telepon) Ja, hallo, saja Raden Kartanegara...... (menganggukanggUk) ja, sebentar lagi saja datang. (Ketika hendak pergi, kepada si Gom ar) Gomar, kubur pendjahat itu besok pagi. Dan angkut isteriku kerumah sakit. (lalu ia pergi dengan tidak menghampiri isterinja dan anaknja jang tergelimpang dilantai). (kepada bapaknja jang ,sudah sampai diambang pintu belakang) Pengdhianat, sekarang kau tertawa. Pada suatu waktu pasti datang pembalasan rakjat. Aku tidak mau m engotori- tanganku membunuh kau, tetapi -biarla h rakjat mengadili kau. Siapa menembak, pasti kena tembak. (tertawa mengedjek, dan sombong) Aku manusia luar biasa. Aku m embuat sedjarah, rakjat kukendalikan pasti menurut dengan membuta, karena mereka adalah .segerombolan kambing belaka. Manusia luar biasa sematjam aku, tak mudah m ati...... (tertawa mengedjek, dan sombong. lalu ia pergi).
Murniningsih:
(mengepalkan tindjunja, mukanja sungguh-suneeuh) Jat tak menembak nranusia kedji itu, aku pasti ! I S S S ) a' (Kemudian terdenSar lagu sedih, lagu
Durnapradja:
Murniningsih:
(pura-pura manis kepada Murniningsih) ^ u r n ^ n S i^ ’J upakan segala jang teIahterdjadiini.Mari kuurus penguburan kakakmu dan ibumu biar aku ian^ menginmkannja kerumah sakit. J
(Durnapradja Darmanegara d “
ST S n in S g s m ? kekam?rStidur)mar mengangkat maj at
(Durnapradja, Gomar dan serdadu itu keluar lagi dari kamar tidur). Durnapradja:
(kepada Gomar) Pergilah kau sekarang kerumah tuan van der Velde R o tten “
akU DanW langsunS Pergi kekantor
rcia d u T tS menSanSeUk-anggl' k- lalU P“ Bi bersa‘
S enungsediu™ s'laBU Du™
ia:
Murniningsih:
^
“ “ ’T
Air mata berderai dimasa revolusi ini tak ada eunania n r a?tS rnP0rdjua" gan 3ang dinam^ dan tak ada batasnja, ltulan jang harus kumiliki. (memandane kearah perdfuanin11 hilane berganti. Inilah sembojan dfalektika sekarang, selaras dengan Hukum Durnapradja:
(suaranja manis)
’
Murniningsih:
Atas dJ‘aminanku kau akan hukuman Pendjara. Hatiku berontak , _ ebengisan ajahmu. (suaranja sungguh-suneata ^ T V kRepublikein? ^ aSlhku' kau mau menerima aku, d“J fa aku m mendjadi (marah) '
Durnapradja:
k^n S k pertjaja Padamu. Aku terima kasih padamu, T e L a ? ak„ mHe.m,beba£k/ n akU dari hukuman kakakku Padamu, tadi kau tak mau menolong (bingung)
jiurnmmgsih:
42
a ia h m ^ h ^ J ^ bertindak terang-terangan dihadapan ajahmu, bahwa aku memihak padamu (suaranja pahit) Pada saat tiatiku hantjur, kau -bitjara tentang tjinta. bungguh kau tak punja perasaan kesusilaan.
Durnaparadja:
Murniningsih:
(sunggu'h-sungguh) Maafkan, aku tak ada waktu lagi, aku mesti hadir dalam konperensi penting malam ini dikantor Residen bersa ma-sam a ajahmu dengan pembesar-pembesar m iliter Belanda. (suaranja m anis). M engapa kau tak sancm m menerima aku sebagai suamimu? (memandang kearah djauh) Selama mas Djajaprawira masih hidup, ia patriot hatiKU.
Durnapradja:
Murniningsih: Durnapradja: Murniningsih: Durnapradja: -Murniningsih: Durnapradja:
(marah, ketika mendengar nama Djajaprawira, tetani disembunjikannja) y Djika aku mentjurikan sendjata granat, stengun dan brengun untuk tentera Republik, dapatkah kau pertiaia. bahwa aku Republikein? (tersenjum mengolok) Kepertjajaanku kepadamu timbul sedikit. (agak gembira) ’ Aku belum Republikein dimatamu, meskipun aku berkurban sebanjak itu? (tetap) Kau baru Republikein dimataku djika kau sudah ber djuang difront memihak Republik. (gembira) Djika aku bertindak menurut kehendakmu, masihkah pintu hatimu tertutup bagiku? (tersenjum djenaka) Djiw a Djajaprawira Marxistis. Karena itu ia tetap men djadi bintang djiwaku jan g revolusioner. (menjesal, tapi disembunjikannja) Putri revolusioner, aku turut berdjuang dengan engkau didaerah Republik. (suaranja sombong) Djika kau mau djadi isteriku, aku sanggup menunaikan segala perintahmu untuk mempertahankan Republikmu, tidak sadja terhadap tentera FRP, tapi djuga terhadap semua angkatan perang Belanda kolonial. (Lajar
turun)
Babak IV (D im a rk a s pertahanan Djajaprawira jang paling depan didaerah. Garut Pada suatu malam gelap. H udjan turun, kadang-kadang guruh m engguntur, petir mengilat dilangit hitam pegam. Disebelah depan kanan tampak unggun api jang sudah padam, dan didekatnja ada tiang bendera “ Disebelah depan kiri tam pak kemah, didalam nja ada b.eb/ ™ ^ ,b elak^ng tam pak bukit, dikakinja ada rintangan kawat toeidun. Disebelah belakang kanan tam pak batu-batu besar, disela belukar).
43
Djajaprawira berpakaian tentera sedang duduk membatja lanuran dan mengepulkan asap rokoknja sekali-sekali ia memandang kearah diauh terdengar suara burung gagak, ngeri bunjinja. Djajaprawira berhenti mem batja, mendengarkan djentan burung gagak itu. Hudjan mulai reda turunaja hanja rintik-rintik). CUtt’ tul U1‘ Dr. Sardjono:
Djajaprawira:
Dr. Sardjono: Djajaprawira:
Dr. Sardjono: Djajaprawira:
Dr. Sardjono:
Djajaprawira: Dr. Sardjono: Djajaprawira:
fljartadji:
Djajaprawira:
44
(masuk memakai pakaian tentera dengan djas hudjan. la menghampiri Djajaprawira dari belakang) Sudah larut malam “kau belum tidur. Fahlawanku sed ih tampaknja. (terbangun dari menungnja, tersenjum ketjut) Sedih karena aku merasa tak sanggup mengetjilkan pendentaan rakjat. Beratus-ratus rakjatku, kakek-kakek. perempuan, kanak-kanak mati dan luka didepan mataku, tapi aku tak berdaja menolong mereka. (tersenjum mentjoba melipur kawannja) Djaja, kau sudah tjukup berbakti. Djasamu banjak. (tersenjum -sedi'h.) Djasa, katamu. Aku ingin hidup seribu tahun lagi, kare na ajasaku kepada negara sekarang tak ada artinja untuk mengetjilkan lautan penderitaan rakjat murba. (sambil menepuk-nepuk bahu kawannja) Beristira.hatlah, saudara. Sudah beberapa minggu jang achir ini saudara kurang tidur. (tersenjum sedih) Bagaimana aku dapat tidur, djika rakjat, perdjurit, pe tani dan buruh jang selalu berdjasa dengan rela dan tak meminta balasan, setiap hari menderita. (terharu) Aku mengerti djiwamu. (Kemudian terdengar lagi suara burung gagak, jang mengerikan). (menundjuk keatas keara’h burung itu) Sardjono, kawanku, kau dengar burung gagak itu? •Hatiku ketjufc, ngeri, seperti aku menerima isjarat mati. (terkedjut) Kau pertjaja pada tahajul? (tenang). Ideologiku kau ketahui. Aku seorang Marxis-Leninis. Ae£api_ meskipun demikian, hatiku tergetar- Belum pernan aku merasa tjemas, takut berhadapan dengan meriam musuh, tapi sekarang, entahlah. Kemudian ia duauk termenung). (masuk, berpakaian opsir, kepada Djajaprawira) 1 1 •\S?r ‘ Murnlningsih datang mernbawa seorang kawan laki-laki. (gembira) Silakan mereka masuk. Dan sdr. djangan pergi dulu, aku ada instruksi bagimu.
Murniningsih:
D jajaprawira:
D urnapradja:
(masuk, bersama-sama D urnapradja dan M artadji Rambut Murniningsih basah, meskipun memakai pakaian tentara dan djas hudjan. K epalan ja dihiasi pita m e rah,putih. Durnapradja berpakaian hidjau, djuga b a d iu n ja basah sedikit). Mas D jaja, kau tak merasa sunji kutinggalkan? . (kepada Dr. Sardjono) D okterku‘ tetap gem bira tam pak nja, lama tak kuganggu. (gembira) Aku gembira kau datang kembali. (kepada D urnapradja) Kukira ini kemanakanku, nak Durnapradja, apa kabav nak? (tersenjum ramah) Baik sadja, paman. Saja sekarang sudah m endjadi R e publikein. (Murniningsih terdiam sedjurus dan term e nung).
Djajaprawira: Murniningsih:
•Djajaprawira: Murniningsih: Dr. Sardjono: D urnapradja: Dr. Sardjono: Durnapradja: Murniningsi’h: Dr. Sardjono: M urniningsih:
Murni, kau sedih? Mana kakakmu dik Darma? (sedih, suaranja terputus-putus) Ia berhasil melakukan sabotage dipabrik sendjata, m em bakar gudang makanan dan menghantjurkan satu pesawat terbang di Bandung. (suaranja sedih) Mas Darm a.......... tewas.......... sebagai patriot sedjati. (terked jut)
Tewas, dik Darma? (terharu) Betul mas, ia dibunuh pengcjhianat..... : ajahku sendiri.(marah) Sikeparat itu lajak dibakar hidup-hidup. (pura-pura marah) Kartanegara wadjib digantung rakjat. Hatiku berontak bekerdja bersama-sama dia lebih lama lagi. (tersenjum mengedjek) D jadi saudara sudah bukan kaki tangan agressor negara kita lagi? (suaranja agak sombong, dan pura-pUra marah) Saja bekerdja dengan Belanda sebagai siasat. K in i saja mendjelma mendjadi Republikein sepuluh mutu. (kepada Djajaprawira, jan g tetap tinggal tenang) Betul mas, aku pertjaja kepada mas Durna. Ia . telah memberi bukti banjak, bahwa d jiw an ja Republikein. (kurang pertjaja, sambil tertawa m engedjek) Apa buktinja, Murni? (tersenjum) Ia mentjurikan tiga peti sendjata granat, stengun, dan brengun untuk kita. (pura-pura m arah kepada Durna pradja) Dan, ingat mas, djandjim u kepadaku. Aku baru pertjaja sungguh-sungguh kepadamu, djika kau- turut bertempur difront.
Durnapradja: Djajaprawira: i Murniningsih:
Dr. Sardjono: Djajaprawira:
Martadji:
(bersemangat) Djangan kuatir, aku mendjadi betina kalau takut melihat senapan. (kepada Durnapradja) Atas djasamu itu, kuutjapkan banjak terima kasih. (ke pada Murniningsih) Kau berhasil melakukan tugasmu? (tertawa gembira, sambil mengulurkan sebuah dokumen kepada Djajaprawira) Ini dokumen jang kutjuri dari latji ajahku. (Djajaprawira membatja dokumen itu, lalu ia mengerutkan dahinja. Sedjurus lamanja ia duduk termenung). (menghampiri Djajaprawira) Kau sedih tampaknja, mas? (sungguh-sungguh) Menurut dokumen ini musuh malam ini mendjelang fadjar akan menjerbu setjara besar-besaran. (kepada Martadji) Saudara, lekas kirim berita radio dengan code dan ordonans kepasukan senapan mesin.kita di djurang Nagrek. Perintahkan kepada kepala pasukan itu m entjegat musuh didjurang itu. Dan serang mereka dengan granat dari atas. Hudjan mulai turun lagi, saat baik bagi kita untuk menjergap -mereka. (tegak) Siap, (ia hendak pergi, tetapi kembali lagi, kepada D ja japrawira) Dapatkah saja membagikan granat jang tadi' dibawa oleh nona Murni?
Djajaprawira: Dr. Sardjono: |
Boleh, tetapi djangan banjak-banjak. Persediaan kita tidak banjak. (Martadji pergi). (kepada Djajaprawira) Mas Djaja, saja ada~ usul istimewa bagimu.
Djajaprawira:
I
Dr. Sardjono: Djajaprawira: Dr. Sardjono:
D jajapraw ira:
Usui apa dik? (sungguh-sungguh) Ketjuali mengobati perdjurit-perdjurit jang luka, aku * ingin menggantikan kau sebagai pemimpin Brigademu. (terkedjut) Menggantikan aku? (tenang) . Ja, menggantikan. Kuminta kau beristirahat sebulan di daerah pedalaman. Kau terlalu banjak bekerdja. Aku, sebagai dokter, memerintahkan kau. ' (terharu) Sekali ini perintah dokterku terpaksa kutolak. Pekerdjaanmu sudah banjak, berpuluh-puluh perdjurit kita jang sakit mesti kau obati.
p r . Sardjono:
Aku- ada pembantu baru, Dr. Sudarmaatmadja sudah datang. ,, 46
D jaja p raw ira:
(tersenjum) Kalau begitu, baik. Aku setudju kau membantu aku ™ mimpm pertempuran; Perintahmu sebagai dokter s u t £ ^ rJitahknn I kutolak dengan pasti. Sekarang kup£ nntahkan kepadamu memeriksa pertahanan-pertahnrfo^ disebelah Utara. Dan bawa sendjata-sendja^a baru kita terima tadi. Katakan kepada kepala pasukan-pasu fadjar mereka bersiap-siap malam ini m endjelang
Dr. S a rd jon o:
(tegak) fcSrt) (Ia
D u rn ap rad ja: D r. S a rd jon o:
D jaja p raw ira: M u rn in in gsih :D jajap ra w ira:
M u rn in in gsih :
D ja ja p ra w ira : M u rn in in g sih :
D ja jap raw ira: \
M u rn in in gsih :
Djajaprawira-:
h6ndak
pergi’
tetapi
Durnapradja
hendak
(kepada Dr. Sardjono) Bolehkah saja membantu saudara? (tersenjum) Saja tak berkeberatan. (Ia pergi bersama-sama D um a pradja). licl (memandang kearah Dr. Sardjono pergi, lalu terseniun-n Dr. Sardjono, patriot sedjati. (kepada Djajaprawira) Sajang paham politiknja burdjuis opportunisms, (tersenjum) Tak mengapa, ia sekarang opportunisms. Pada fase revolusi nasional seperti sekarang ini ,kita harus bersatu bulat. Marxis, burdjuis, opportunis, nasionalis dan M asjumis sekarang ini, harus merupakan Benteng Nasional menghadapi agressi lawan kita. (Burung gagak jang suaranja mengerikan itu berbunji la g i). (Durnapradja mengintip dibelakang batu-batu besar). (kepada Djajaprawira, jang duduk termenung m endengarkan gagak itu) D jaja, kekasihku, kau termenung. Rusuhka'h hatimu? Dapatkah aku mengobatinja? (tersenjum sedih) Burung gagak itu mengetjutkan hatiku. -Suaranja bagiku terasa sebagai alamat mati. (terkedjut) Djangan berkata demikian mas. Kau mati, aku- mati Tjintaku padamu mutlak. ’ (tersenjilm) Aku mati, ..extremis manisku” , meneruskan revolusi kita. (bersemangat) Sampai tetes darahku terachir akan kupertahankan djiwamu mas. (terharu) p a la m mata filsafat dialektik tiada ada sesuatu jang berdiri untuk selam a-lam anja, tiada ada sesuatu jang mutlak atau sutji. Diatas sfesuatu dan didalam sesuatu 47
Murniningsih:
Djajaprawira:
Murniningsih: Djajaprawira:
. Murniningsih: Djajaprawira: Murniningsih:
tampak bekas kemunduran, jang tak terelakkan. Tiada ada sesuatu jang dapat melawan proses, jang tak berhenti-hentinja, proses pembentukan dan pengmusnaan. Aku pun pasti meninggalkan dunia fana ini. (termenung sedjurus, memandang kearah djauh) Revolusi membutuhkan tenagamu. Dan...... aku belum merasakan nikmat tjinta dengan kau...... (lalu ia duduk termenung, air matanja mulai titik). (menghampiri kekasihnja) Tegakkan kepalamu. Djika peluru musuh menembus dadaku, kau djangan mengikuti aku. ..Extremis manisku”, pahlawan puteri revolusi Indonesia harus hidup terus, menagih kematian kakakmu, penguvbanan ibumu dan beribu-ribu pahlawan-pahlawan kita jang mening galkan kita lebih dulu. (terharu, menjusut air matanja) Aku mengerti mas, kemauanmu kuturuti. (tersenjum, suaranja manis megolok) Dr. Sardjono tjinta padamu. Dan rupanja kemanakanku, Durnapradja akan mempertaruhkan djiwanja untuk merebut hatimu. (tegas) Mas, bagiku, hanja padamu sumber tjintaku kutumpahkan sepenuhnja. (hatlnja terharu-saju) Kau tak dapat mentjintai Dr. Sardjono atau Durnapra dja djika aku tewas? (sedih) SudaSilah mas djangan berbitjara perkara mati. Aku t&KUt,
Djajaprawira:
(Tiba-tiba terdengar letusan-letusan bedil sajup-sajup). (mengambil teropongnja jang ada dipinggangnja, lalu MSSntagsm>earah letusan‘ letusan itu berbunji, kepada
Martadji: Djajaprawira: Martadji:
Rupanja musuh mulai menjerang.
(masuk, tergesa-gesa) fmnir ? USUS ? l,Iai menJerbu dengan berpuluh-puluh truck dan dipelopori tank '(kepada Martadji)
S rlm(S 5 n S5PaBUkan Iagi kedj urang Nagrek. Persendja(tegak) ” Stengan‘ Pangeil Dr. Sardjono kemari. Siap. (lalu ia pergi) nja)USan
dan meriam makin terang kedengaran-
Djajaprawira:
(kepada Murrtiningsih)
Murniningsih:
a S U ergUah
segera bersem b^ j i .
Aku bersembunji. mas? Aku lebih baik mati disamping48
Dr. Sardjono:
Djajaprawira:
Dr. Sardjono:
Djajaprawira:
Dr. Sardjono: Djajaprawira:
Murniningsih:
Djajaprawira:
Murniningsih:
(masuk tergesa-gesa) Mas Djaja, musuh menjerang setjara besar-besaran. Mereka mendjatuhkan bom dari pesawat terbang dise belah Barat. Ada instruksimu lagi bagiku? (kepada Dr. Sardjono) Siapkan pasukan senapan mesin dan meriam-meriam penangkis kita disebelah Barat. Aku nanti datang sendiri kesana. Apa rakjat sudah saudara beri instruksi pergi mengungsi? (sungguh-sungguh) Sudah, tetapi orang-orang lelaki tak mau. Hanja perempuan dan kanak-kanak mau mengungsi. Semua lelaki didesa-desa ingin turut melakukan perang gerilja. (tersenjum gembira) Rakjat kita tetap taat kepada Pemerintahnja. Pergilah segera, sdr. Sardjono, selamat berdjuang Hati-hati dan waspada. (tersenjum) Djangan kuatir, mas. Kudjalankan semua perintahmu. (Ia pergi). (kepada Murniningsih) Murni, hati-hati, musuh banjak disekitar kita. Mungkin ada seorang pengchianat menjusup kemari. Kemana Durnapradja? Rupanja ia belum kembali. Tadi ia turut dengan mas Sardjono. (agak ragu) . Aku sebenarnja kurang pertjaja padanja. Matanja tak berani menentang mataku. Nah Murni aku pergi kepasukan senapan mesin- sebentar. Tinggallah dlsim, paling aman urituk sementara waktu. (lalu ia hendak pergi). (melihat ada orang bergerak dibelakang batu-batu besar dan mengatjungkan revolvernja pada Djajaprawira. M urniningsih berteriak memberi isjarat kepada kekasihn ja )
Murniningsih: Djajaprawira:
Perdjurit I:
.... Mas. awas ada musun. flslarat M urniningsih terlambat. Djajaprawira djatuh tiriunekur peluru pendjahat itu menembus dadanja. Peluru itu ditembakkan bersamaan waktunja dengan kilat jang sedang menjambar). (menghampiri kekasihnja) Mas Djaja, kekasihku, kau luka? (suaranja tertahan-tahan) Biarkan aku. Kedjar sipendjahat itu. (M urniningsih lari mengedjar pendjahat itu, lalu ia menembak. Ketika menembak, ia masih kelihatan diatas panggung). (masuk tergesa-gesa, kepada Murniningsih) Bapak kita luka? Mana pendjahatnja? 49
Murniningsih:
Martadji: Djajaprawira: Martadji: Djajaprawira: Martadji: Djajaprawira:
Martadji: Djajaprawira: Dr. Sardjono:
Kedjar dia. Tangannja ku^ihat kena tembakanku Ia tak djauh lari dari sini. (Kemudian bersama-sama perdjurit itu, Murniningsih mengedjar pendjahat itu) (masuk, menghampirl Djajaprawira) Pak Djaja...... luka? (lalu ia mengangkat Djajaprawira keatas bale-bale). (kepada Martadji) Djangan hiraukan aku. Musuh sudah dekat? (gembira) Musuh terpukul mundur. Berkat perintah bapak maka 50 truck musuh didjurang Nagrek iiampir semua hantjur. (tersenjum) Musuh belum lari? (menggelengkan kepalanja) Belum pak. Pertempuran hebat berkobar didaerah sebe lah Utara. (bersemangat) Kirimkan bala bantuan dari sebelah Barat kedaerah pertempuran Utara. Lekas, Martadji. Kepung mereka dari Timur. Lekas sampaikan instruksiku ini dengan radio dan djuga dengan ordonans. (ragu-ragu) Dan bapak, seorang dirl distni? (tetap) Tinggalkan aku segera. Ini perintahku. (masuk hampir bertumbukan dengan Martadji jang hen dak pergi. Dr. Sardjono terkedjut melihat Djajaprawira rebah diatas bale-bale) Djaja, kau luka? (Dengan tjepat ia membalut luka Djajaprawira).
D ^ X ^ S m e m 3^
berEai? a- sama Perdjurit tadi dan menggiring D u m a -
1aS L S t e n Sa? U i at)gan hltam ^ u k a n ja . Hanja matanja sadja darah k M t ^ P in ^ ? annja dllkat‘ LenSa° kanannja didekat bahunja berdaran, kena peluru. Ia memakai topi lebar hitam dan mantel hitam). Murniningsih:
Dr. Sardjono: Djajaprawira: Murniningsih:
Djajaprawira:
50
(menghampiri kekasihnja) Djaja, kau pasti sembuh kembali. (tjemas kepada Dr. Sardjono) mas Sardjono, mas Djaja dapat tertolong djlwanja? (tersenjum dibikin-bikin) Harapan ada dik Djangan kuatir. (suaranja tertahan-tahan, kepada Murniningsih) Kau tangkap pendjahat jang menembak aku? Dia kena tembakanku dijengannja. Sipendjahat itu hendak melarikan diri, tetapi kukedjar bersama-sama sdr. Abdul (menundjuk kepada perdjurit itu). (kepada Murniningsih) Bawa sipendjahat itu kemari. (kepada Dr. Sardjono) Buka sapu tangan jang menutupi muka pendjahat itu.
(D urnapradja gugup ketakutan. Dr. S a rd ion o membnkn m enutupi m uka p en djah at itu ). o a r a 3 ° n o m em buka sapu tangan ja n g D jajapraw ira: M artadji:
D jajapraw ira:
(kepada D urnapradja, h a tin ja sedih) K au, D urnapradja, kem anakanku sen diri? S am pai kau m em bunuh aku dengan tja ra pen getju t? (m asuk dengan tergesa-gesa m u kan ja gem bira)
Pak, musuh lari. Mereka meninggalkan beratus-ratuc serdadu jang mati dan Iuka-Iuka. Dan sampai truck mereka jang kita hantjurkan ada 50 *eKarang (tersenjum) M usuh lari? (lalu ia berseru) H idup R epu blik Indonesia (Seruan D jajapraw ira diikuti oleh ja n g h ad ir).
(kepada Martadji) Belum kau katakan berapa kurban M a rta d ji: D jajap raw ira:
M urniningsih:
Dr. S a rd jon o:
M urniningsih: Dr. S a rd jon o:
Murniningsih: Djajaprawira: Murniningsih: Djajaprawira:
Kita hanja ktfhilangan 20 perdjurit jang petjah sebaeai ratna dan 30 luka-luka (mengangkat tangan kanannja dengan susah pajah) Pahlawan-pahlawanku, terimalah penghormatanku. (jang lainnja menundukkan kepala sebentar turufc menghormati kawan-kawannja jang telah tewas). (marah, kepadi\, Durnapradja) Diu-napradja, kau pengchianat? Tak kusangka, kau men djadi pembunuh pengetjut pamanmu sendiri. Kau m en djadi Republikein palsu. (marah, kepada perdjurit I) Periksa saku-saku sipengchianat itu. (Perdjurit itu memeriksa saku-saku Durnapradja, lain mengambil segulung kertas, jang diberikannja kepada Dr. Sardjono, lalu dibatjanja). (kepada Dr. Sardjono) Apa isi surat-surat itu mas. (marah) Surat instruksi dari Residen Priarigan kepada Durna pradja, supaja dia mengumpulkan keterangan-keterangan tentang tentera Republik jang dipimpin oleh Mas Djaja. Dan untuk itu sipengchianat ini akan dinaikkan pangkatnja mendjadi Menteri „negara boneka” Pasundan. (marah) Sipengchianat ini biar kubunuh, sekarang. (dengan susah pajah bangun dari bale-bale) Djangan Murni, serahkan dia kepada Mahkamah Ten tera. (marah) Tidak mas aku baru puas, djika aku sendiri jan g membunuli dia. (suaranja terputus-putus, kepada Durnapradja) Dum a, semula aku pertjaja, kau akan m endjadi Repu blikein sedjati. Tetapi kau m embunuh aku, pamanmu sendiri. 51
Durnapradja:
(gugup, ketakutan) Saja tjinta pada Murniningsih. Hati saja tak tahan melihat kekasihku bertjumbu-tjumbuan dengan paman. Djajaprawira: (kepada Murniningsih) Atas nama tjinta kita Murni, serahkan sipengchianat itu kepada Mahkamah Tentara. Murni, Republik kita, negara hukum. Mahkamah Tentera jang berhak mengadili dia. (suaranja terputus-putus) Murni, kekasihku teruskan...... perdjuangan kita...... Sardjono, kawanku......selamat berdjuang....... Merdeka. (Djajaprawira menghembuskan nafasnja jang terachir). (Suara terompet terdengar, lagu „Rela” bergema diudara, menghormati arwan Djaja. Murniningsih terharu, menghempaskan kepalanja diatas dada kekasihnja. Dr. Sardjono menjelimuti badan Djajaprawira dengan bendera Sang Merah Putih). Murniningsih:
(terharu, berdiri didekat kekasihnja) Kekasihku, pahlawan revolusi Indonesia. Kau tewas se bagai mutiara perdjuangan kemerdekaan negara kita. (Tiba-tiba terdengar dari luar suara rakjat berteriak-teriak: „Bunuh pengJhianat _itu”, ,3unuh”, „Gantung”). Murniningsih: (pergi keluar, tetapi masih kelihatan ia berdiri disebela'h kin belakang panggung, bitjara pada rakjat) Saudara-saudara, pahlawan kita Djajaprawira dibunuh oleh pengchianat ini. (ia memmdjuk kepada Durna pradja). * Rakjat: (berteriak) Bunuh, gantung, panggal lehernja sekarang Murniningsih: (bersemangat) Rakjat:
(b™dteTak)etUdiU' dia kU‘embak S6Perti andiinB? kateanU;» t 0(tUfd n ' sekaranS bum*
Murniningsih:
( C t o D ™ a ° S radla ke‘akUton' eUCTPl menanKiS)“
Durnapradja:
e ^
r t t dajfahka t , " g
dulu dl Ea™mgSeadalrm e n u n d S bUt daVi Pta8Sangrr.u Durnapradja) Revnlv^rm j an revolver itu kepada jang busuk s S Z melenJaPkan djiwamu (ketakutan t e m pasti k6na tembak. ningsih, lalu bersudiuTd?,?' bersudjud didepan MurniA m p u n l M h m i n T ,
mati......
Murniningsih:
dia. (Mendengar per-
Dr< Sard^ ° >
uigm hidup...... saja belum ingin
Ampuni...... Ampun...... Ampun (suaranja tadjam) Djajaprawira suHi . ia meminta, supafa’ ifi S ^ upun ^ kaubunuh, tetapi Tentera. TetaDi roHoi- kuserahkan kepada Mahkamah tunduk pada P u tu sS ra £ a t ™ ta membum*
52
^au. Aku
Durnapradja:
(menangis) Murni „Mawar liarku” atas nama tjinta kita, ampunilah aku......... Murniningsih: (suaranja tetap) Matilah kau andjing pendjaga imperialis. (Iapun melepaskan peluru revolvernja kepada Durnapradja, jang mati sebagai andjing tergelimpang ditanah. Kepada Per djurit I Murni berkata: Kuburlah sipengchianat ini. (Perdjurit itu dibantu oleh Martadji mengangkut majat Durnapradja keluar) Murniningsih: (duduk terharu disamping majat kekasihnja. Lagu sedih „Gugur bunga” terdengar lagi, kemudian terdengar lagu ".Indonesia tetap merdeka” lambat-lambat, lalu' njaring) Pahlawanku, lihat sinar merah Sang Mataharl diwaktu fadjar mulai menjinari wadjahmu, dan Sang Dwiwama. Lambang kemenangan Revolusi Indonesia. Dr. Sardjono: (terharu, kepada Murniningsih) Sinar merah, matahari diwaktu fadjar menjingkap ma lam hitam, lambang kebenaran. Sinar putih matahari diwaktu pagi, lambang kesytjian. Alam gelap berubah mendjadi terang. Murniningsih: (menundjuk kearah bendera Sang Merah Putih jang berkibar dengan megahnja) Selaras dengan warna Sang Dwlwarna jang kita pertahankan. Demi Tuhan, Demi Revolusi, aku bersumpah membunuh ajahku. Siapa menembak, pasti kena tembak. Revolusi kulandjutkan dalam revolusi sosial, dengan rakjat Indonesia bersama-sama semua kaum progresif didunia, hingga kemenangan tertjipta bagi kita. (Ketika Murniningsih mengutjapkan sumpahnja, Sang Matahari menjinari wadjah Djajaprawira, jang ditutupi Sang Dwiwarna dan paras ..extremis manis1' kita). Dr. Sardjono: (bersemangat, memandang bendera Sang Merah Putih iang berkibar dengan gagahnja ditiup angm pagi) Dibawah Sang Merah Putiii aku selalu ada disampingmu. Aku terus berdjuang untuk Perdamaian dan Kebahagiaan Indonesia dan Dunia, jang abadi. (Lagu ..Indonesia tetap Merdeka” terus berkumandang hingga lajar turun). (Lajar turun) T a m m a t
Noot: Djika Sandiwara jang memainkan lakon ini mempunjai lajar dari tule, baiklah diklimax achir babak IV ketika Murniningsih mengutjapkan sumpa h n ja , D ja jap raw ira keluar lagi dibelakang lajar tule dan berdiri tegak ditengah-tengah awan putih menghunus pedangnja jang dihiasi bendera Lagu ^Rela” ‘ ^Gugur Bunga” dan lagu ..Arwahmu" baik kalau dinjanjikan dari dalam oleh seorang putri. 53
^ IQ in ia n g
c3 a n d iu ?a ra
d an
film
v ' *•<
i
-
*
A c
■ ,:V. -•
:
.
• • • m -"?/ •
HAMID ARIF
-w T SU KABSm
f ft: . : *'
?'•■■■
fW . RATNA ASMARA
" ' I r f
m
.
i
l
r t
A
I f c f f ilif t NETTY HEBAWATI
v_
iuacja
esa
Lakon sandiwara ini didukimg oleh lagu-lagu kawanku, komponis Kusbini. Bunga Dcsa, kupersembahkan padamu. Dalam dua babak
Pelaku-pelaka. —
Laraswati Kushari
Gadis desa, berumur 20 tahun
— Komponis muda, berumur 25 tahun
R. A. Asminatun
_ Tunangan Kushari, berumur 21 tahun
R. Hadldjojo *
__ Pegawai Tinggi, berumur 36 tahun
R. M. Tjokronoto
__ Ajah Asminatun, bupati pensiun, berumur 50 th.
Njonja Tjokronoto
— Ibu Asminatun, berumur 40 tahun
Hadji Hasbi
—_Tuan tanah kaja, berumur 52 tahun
Pak Tanojo
__ Bapak Laraswati, berumur 56 tahun
Djubleg
— Budjang Kushari, berumur 30 tahun
Pembawa surat Lakon ini berlaku di Pakem, dekat Kaliurang dan Jogja.
Jogjakarta, achix tahun 1946. Noot untuk Regisseur Djika lakon ini dipertundjukkan, baiklah dimainkan sebagai selingan antara babak I dan babak II lagu-lagu karangan Kusbini, jaitu Symphonie Lukisan IV, dan kalau ada waktu lagu-lagu Rela, Meraju-raju, Rindu, karena lagulagu itu selaras dengan djiwa dan suasana lakon ini. D. S. Hak pengarang dan hak mempertundjukkan tetap pada pengarang dan dilindungi oleh undang-undang.
B U N GA
DESA
Babak I (Dipekarangan didepan rumah Pak Tanojo didesa Pakem, dekat Kaliurang, diwaktu pagi. Disebelah belakang tampak tanaman sajuran disela semaksemak jang dirambati bunga telang dan bunga air mata penganten putih dan merah. Disebelah belakang kanan ada medja dan kursi-kursi kebun. Disebelah kiri tampak bangku pandjang. Didepan ada pagar dirambati bunga prabukenja. Dibelakang tengah ada pintu dari bambu menudju keluar dan disebelah depan ada pintu pagar menudju kerumah pak Tanojo. Sebelum lajar diangkat terdengar bahana merdu segar Symohonie Lukisan n , gubahan Kusbini, jang melukiskan suasana dalam desa, sedjak fadjar merekah hingga larut malam. Kalau lajar diangkat Kushari sedang menjelesaikan lagunja Dendang Malam Ia duduk dikursi dan menulis, diatas medja terletak biolanja. Ia menjanji ketjil lalu mengambil biolanja digeseknja lagu Dendang Malam, kemudian dengan penuh haru ia menjanjikan lagu itu). Laraswati:
Kushari: Laraswati:
Kushari:
Laraswati:
Kushari:
(masuk dari pintu depan, menghampiriKushari, setelah sedjenak lamanja mendengarkan njanjian Kushari, Ia membawa dua tjangkir kopi dan kuenja). Suaramu merdu mas, aku terharu. Mula-inula suasaria gelap mengungkung hatiku mendengar lagumu, achirnja aku merasa tjahaja gembira menjinari hatiku, seakanakan hidup hanja berisi bahagia. (tersenjum) Kau tangkap sari laguku, dik. Adadarah senimengalir dalam tubuhmu jang ramping tjantik ini. (suaranja agak sedih) Mas, aku takut sakitmu timbul kembali. Terlalu berat kau bekerdja. Menurut dokter kau harus beristirahat. Mtnumlah kopimu. * {tertawa gembira, lalu minum kopinja) Djangan kuatir dik, manis. Aku tak akan sakit kembali Aku sudah sembuli. Sungguh besar djasamu padaku selama aku sakit. Dengan apa harus -kubajar? ' (tersenjum) Djangan bitjara perkara djasa, mas. Sudah tjukup bagimu, djika kau tahu, bahwa aku hidup untuk merawat kau di waktu kau sakit. (memegang tangan Laraswati) Kuutjapkan terima kasih padamu,dik. Terimalah tanganku, tangan kakakmu jang berhutang budi. Selama sebulan aku dirumahmu aku merasa seperti tinggal disurga. 57
Laraswati:
(tersenjum) Sudahlah aku sudah berbahagia dan gembira,' djika kau mau menganggap aku sebagai adikmu. (suaranja agak sedih) Mas, aku sebenamja bingung memikirkan kelakuan ajah.
Kushari:
(dengan sungguh-sungguh) Ajahmu dik. Memang kelakuannja rupanja sudah tak dapat dirubab.
Laraswati:
Pak Tanojo:
Laraswati:
Pak Tanojo:
Kushari:
Pak Tanojo:
Laraswati:
Kushari:
Pak Tanojo:
(sedih memandang kearah djauh) Karena keJakuan ajah jang dojan main tjeki, ibu meninggal. Adikku ada dua orang masih ketjil, belum dapat mentjari nafkah. Ajahku................ (masuk melalui pintu depan, tingkahnja lutju) Laras, mengapa ajah? Bukankah ajahmu selalu baik dan manis padamu? (tersenjum) Ah tidak apa-apa pak. Saja sedang memperkatakan lagu mas Kushari, merdu sekali pak. Bapak dengar tadi? (tertawa) Nak Kushari, Laras memang tjantik dan manis. Ia pandai mengobati hatiku djika aku kadang-kadang teringat pada ibunja. O, ja nak Kushari, lagu apa tadi Jang kudertgar dari dalam, sedih dan gembira. (tersenjum) Lagu Dendang Malam, pak. Lagu ini adalah tjurahan djiwa saja selama saja terpaksa berbaring sebulan lamanja. Diwaktu malam kelam suasana sunji begitu pula terasa dalam hati saja. Tapi saja pertjaja malam kelam lambang peftderitaan bangsa kita achirnja dihembuskan fadjar bahagia. (heran) Tak kusangka kau sepandai itu. Meskipun badanmu belum sembuh tapi kau dapat mengarang lagu. Terasa benar dalam hatiku maksud lagumu.
(terharu) Mas Kus, meski kau tak menerangkan makna )agu itu, hati dan djiwaku menikmatinja selaras dengan katamu. (tersenjum) Hati dan djiwamu halus seperti babana musik. Memang dik. musik adalah bahasa dunia. Musik tak perlu diterdjemahkan dengan kata-kata, musik mengandimg daja-penarik dari djiwa ke djiwa. (heran, melongo) Aku tak mengerti maksudmu nak, tjoba djelaskan. Bapak senang djuga mendengarkan gamelan. Djika bapak mendengarkan Kinanti Bandung, hatiku seakan-akan dinirwana.
Kushari:
Laraswati:
Kushari:
Laraswati: Pak Tanojo:
Laraswati: Pak Tanojo: Laraswati: Kushari: Laraswati: Kushari: Laraswati: Pak Tanojo: Kushari: Pak Tanojo: Kushari:
(tersenjum) Benar pak, rausik dan gamelan sama. TerldJu sukar djika saja harus terangkan setjara ahli apa bedanja gamelan dan musik. Tjukup djika saja katakan, musik dan gamelan bedanja dalam titilaras. (tersenjum manis) Agak terasa dalam hatiku lagumu seakan-akan mengandung sari dan tjorak gamelan, benarkah begitu mas? (ramah) Telingamu tadjam dik. benar demikian. Memang maksudku mentjari tjorak dan warna lagu Indonesia Baru, jang chusus bertjorak musik Indonesia sedjati. Aku sedang mentjari, barangkali aku belum berhasil. Titilaras gamelan kupadukan dengan titilaras musik Barat, sehingga timbul harmonisasi, ialah musik Indonesia Baru. (ramah) Mas, ingin aku beladjar main biola. (tertawa) Laras, kau ini anak aneh. Permintaanmu tak masuk akalku. Bukankah sudah tjukup kau pandai nembang dan djoget? (suaranja manis) Saja ingin beladjar main biola pada mas Kus, boleh pak? (tertawa) Boleh nak, asal kau sekarang kedapur, nanti siang makanan kita tak masak. (riang) Terima kasih, pak. (kepada Kushari) Maukah kau mengadjar aku, mas? (tersenjum) Aku mau asal kau mau menari untuk aku nanti. Aku ada tjita-baru jang akan kularaskan dengan tarianmu. (gembira) Sungguhkah aku dapat main biola? (tersenjum) Kulihat ada bakatmu nembang, mengapa kau tak dapat main biola? (riang) Baik aku sekarang kedapur (lalu ia pergi dari pintu depan) (menggelengkan kepalanja) ' Laraswati memang tjerdas. Djika ada keramaian-keramaian di Pakem ia selalu diminta djoget, nak. (ramah) Memang pak, dik Laras ada harapan madju asal ia diberi kesempatan beladjar. (tersenjum) Betul nak, (tiba-tiba ia termenung, suarania ra&u-rafm) Nak, aku sedang terlibat kesukaran. * (agak heran) Kesukaran apa, pak? Barangkali saja dapat menolong. 59
r*. & ^
-V-' T;:
;•?? :( .
I ,I ,C
•y-<
-9 J;]
$ ^ *, | .[
1 i ' ^ "Jj \s<.
Pak T a n o jo : Kushari: Pak Tanojo:
Kushari:
Pak Tanojo:
Kushari: Pak Tanojo:
Kushari: Pak Tanojo:
Kushari: Pak Tanojo: Kushari: pak Tanojo: Hadji Hasbi: pak Tanojo:
00
(bingung, berdjalan tiilir mudik) Pagi .ini akan datang Hadji Hasbi untuk menagih aku. (heran) Bapak berhutang padanja, berapa pak? (bingung) 125.000,— Rupiah ORI nak. Sawahku jang luasnja hanja setengah bau kini pada hakekatnja sudah ditangan Hadji Hasbi. Dalam tahun ini aku bekerdja disawah sebenamja hanja untuk dia. Meski aku membuka warung ketjil, liasilnja hanja tjukup untuk biaja makan keluargaku nak. (agak heran) Mengapa ajah mempunjai hutang sebanjak itu? Hasil sawah dan warung bapak saja kira tjukup untuk hidup sederhana. (sedih) Nak tahu idjon? Karena panjakit idjon, sawahku kini sebenamja sudah kepunjaan Hadji Hasbi. Dan karena kesalahanku sendiri, nak. (ia menakurkan kepalanja, sedih). (turut sedih) Kesalahan bapak sendiri, saja kurang mengerti. (tersenjum pahit) Aku dojan main tjeki. Djika kalah main aku memindjam uang pada Hadji Hasbi. Lambat laun hutangku mendjadi banjak. Rentenja meskipun terlalu tinggi, tak kuabaikan hingga mendjirat leherku sendiri. (sedih) Kalau begitu selama saja tinggal dirumah bapak saja ter lalu memberatkan beban bapak. (tersenjum) Ah, tidak, tidak nak. Kau sudali tjukup memberi uang untuk membantu meringankan belandjaku sebulan. (ter menung sedjenak). Nak Kushari, bapak hendak......... (ramah) Katakan pak, djangan malu-malu. Bukankah saja sudah sebagai anak bapak sendiri? (agak malu-malu hingga lutju tampaknja tingkah lakunja) Nak Kus, bapak kalau dapat...... tolong nak, beri pindjaman...... supaja nanti kubajar hutangku pada Hadji Hasbi. (termenung) Saja menjesal, pak sebanjak itu tak ada uang saja. Saja menjesal sekali pak. (ketjewa) Biarlah kalau nak tak sanggup. Djika perlu saja mau masuk pendjara. Memang ini akibat kebodohanku sendiri. (masuk dari puntu belakang) Assalamualaikum. (dengan gugup menjambut Hadji Hasbi) Malaikum salam, Den Hadji Hasbi, silakan duduk. Saja kira Den Hadji tak djadi datang. Den Hadji ini nak Kushari. (Hadji Hasbi dan Kushari bersalam-salaman) •
H adji H asbi:
Pak T anojo:
H adji Hasbi:
Pak T anojo: H adji Hasbi: Pak T anojo: K ushari:
Hadji Hasbi: Pak T anojo:
H adji Hasbi: Pak Tanojo:
Hadji Hasbi:
(ramah dibuat-buat) kedatanganku kemari untuk meminta » B» jang kau djandjikan. Maaf, aku tak ada tempo lama ifim bertamu, banjak pekerdjaan. lam a (tersenjum pahit) Saj’a minta Den Hadji sabar dulu. (ia memanggii Lame nnS! T ras’ *™bil teh dan kue. Hadji Hasbimemandan^ pada Laraswati dengan matapenuh nafsu). e (kepada Laraswati) Apa kabar Laras, kau bertambah besar dan manis. Sunoguh kau aju sekali (tertawa). (Laraswati diam tak djawab, lalu keluar nielalui pintu depan). (agak bingung) Maafkan Den Hadji, anak saja. Maklum dia sedang hm ...... sedang sakit. ..... (tersenjum riang) Sakit apa dia pak Tanojo? Tak mengapa ia tak memn« wab saja, biasanja gadis malu.'(tertawa). Ja“ (gembira dibikin-bikin) Hanja sakit kepala sedikit, Den Hadji. (merasa sebal melihat kelakuan Hadji Hasbi, kepada Tanojo) ~ K Pak Tanojo, biarlnh saja pergi dulu berdjalan-djalan ke kebun, agar pembitjaraan Den -Hadji dan bapak djanfro* terganggu. (Setelah berpamtfan pada Hadji Hasbi dan Pak Tanojo, Kushari pergi dari pintu belakang). (kepada Pak Tanojo) Siapa pemuda itu, pak? Rupanja ia tlnggal djuga disini (tersenjum) Kushari namanja Den Hadji. la seorang pengarang iae.n dari Jogja. la beristirahat sebulan lamanja dirumah SaiV karena sakit. Ia kenalan saja baik. Den Kadji, s i l a W minum dulu. (Mereka rainum). " n (mengangguk-anggukkan kepalanja) Pak, maaf, saja tak ada tempo. Saja mesti pergi. B a sa? mana, pak Tanojo dapat membajar hutangmu? (bingung) Saja menjesal, Den Hadji. Saja belum ada uang, baru art* R 5000,— hasil dua sapi saja jang penghabisan jang saio djual. Terimalah Den Hadji, (ia menjodorkan uang if,, pada Hadji Hasbi). • *» itu (ketjewa dan marah) Apa, pak, R 5000—. Tak dapat kuterima. Djandjimu hari f , ™ n ja nhlsndakJ baj ar lunas. Ingat hutangmu ad2 R 125.000,—. Barangkah sudah seribu kali kau berdjandji berdjandji hendak membajar lunas. Aku tak bisa hidyn dengan d ja n d jA k u sudah terlalu baik padamu, hutang^J nt Setallun jang lalu. KesabaranS sudah habis. (ia berdjalan hilir mudik, marah-marah hingga lutju tampaknja).
Pak Tanojo:
Hadji Hasbi:
Pak Tanojo:
Hadji Hasbi:
Pak Tanojo:
(ketakutan) Den Hadji maafkan saja, berilah saja tempo seminggu lagi Terimalah uang ini (suaranja gugup) Den Hadji...... terimalah ini R 5000,— dulu. Saja sumpah Den Hadji seminggu lagi pasti saja bajar kembali sisanja. (mula-mula tak mau menerima uang itu, tapi achirnja dimasukkan kantongnja setelah dihitungnja dengan teliti). Baik aku terima uang ini, tetapi aku ada permintaan padamu. (agak lega hatlnja) Permintaan apa Den Hadji? Semua permihtaan Den Hadji saja kabulkan, asal, djangan uang (tersenjum dibikinbikin). (tiba-tiba suaranja manis dan hormat pada pak Tanojo) Pak hutangmu kuanggap lunas, asal anakmu jang aju itu, 3 ■ isteriku- Kulihat tadi ia djadi bertambah £pt?vQ ajU’' tjantlk- Hatiku mulai bcrkobar-kobar jaan di pllfem m0nari S8bUlan jang Ialu pada pera" (gembira tapi bingung) S i ? ifn i S h ^ an Den Hadji mau anak S S 'a h a T t Saja tanJakan padanja. Mudahmudahan Laras tak akan menolak, tapi kalau dia me-
Hadji Hasbi:
Pak Tanojo:
(suaranja keras) Kalau dia menolak, kau masuk pendjara, pak. Perkara hutangmu mi akan kuadukan pada advokat. Kau kuberi wastu. semmggu untuk membudjuk anakmu, atau sisa hutangmu harus kau bajar sekaligus. Habis perkara (bingung) tak .™aV meskipun saja feudjuk, Den Hadji?
Hadji Hasbi: Pak Tanojo:
Karena
Hadji
tak kasihan pada sa^a?
(tak sabar lagi) Karena apa? (bingung)
SSrSSiSfsudahtuadan&risterf-
D e T S i f l n merasa kasihan anaj* saja dikawinkan dengan Hadji Hasbi:
S e t i a D ^ d Jf ntJanS. Siapa kata aku tua (tertawa) ten*u jEr Pakem. djika kuminta djadi isteriku daefah* 5 ?b ra- karena aku tuan tanah jang terkaja dir E X lu L , sombo^ - Kalau kau tak mau menedjuga aku net-rH^ ,penuh Peri kemanusiaan ini, sekarang Pak Tanojo:
"
“a
h e n ‘
D lr H a d jf^ e n d S la h ^ n Hadj1’panggil dulu LaraS-' hati saja menlakitf i J « memmta padanja. Tak sampa* lalu banjak a saja- Dosa sa^a sudah ter-
Hadji Hasbi: Pak Tanojo:
Pak Tanojo:
Hadji Hasbi: Laraswati: Hadji Hasbi: Laraswati: Hadji Hasbi:
Hadji Hasbi:
Laraswati: Hadji Hasbi:
Laraswati:
Hadji Hasbi:
Djika saja ingat akan ibu Laras, .saja kadang-kadang hen dak menangis. (suaranjaa terharu) Djanganlah anakku perempuan jang satu-satunja akan sengsara karena perbuatanku. (marah-marah, sudah tak sabar lagi) Sudah, djangan banjak pidato. Panggil Laras, akan kutaklukkan hatinja (tertawa angkuh). (mengangguk-angguk sedih) Duduklah Den Hadji, tenangkan hati Den Hadji (ia pergi melalui pintu depan memanggil Laraswati). (Laraswati dan Pak Tanojo masuk dari pintu depan). (kepada anaknja) Laras, Den Hadji ingin berbitjara dengan kau sebentar. Bapak pergi dulu ke waning untuk menengok anak-anak (kepada Hadji Hasbi) Bertjakap-tjakaplah Den Hadji de ngan Laras (lalu ia pergi melalui pintu belakang dengan sedih). (Laraswati duduk atjuh tak atjuh). (ramah mendekati Laraswati) Laras, anak aju, kau merengut sadja seperti sakit? (suaranja singkat-singkat) Ja, saja sakit kepala. Berkatalah pendek. Saja ingin beris tirahat. Saja tak ada waktu. _ (terkedjut, lalu tersenjum manis) Galak djuga gadis nranis tjantik ini. Maksudku, anak aju, henaak memberi bahagia padamu. (berdiri dari kursinja, atjuh tak atjuh, suaranja tadjam) Saja tak perlu bahagia dari Den Hadji. (nafsunja makin meluap, Laraswati seakan-akan hendak ditelannja dengan matanja). Anak aju, kau djuga tak mau kalung dan gelang emas ini? (Ia memberikan kalung dan gelang emas pada Laraswati, tetapi melihatnja pun dia tak mau). (tertawa) Ee, ee, anak aju ini luar binsa sekali. (suaranja manis) Anak aju, Laras sudah pernahkah kau nonton sandiwara dan biosk'op di Jogja? Mari kita bersama-sama pergi? (mulai marah) ^djak isterimu sendiri nonton sandiwara dan bioskop. Aku ada kaki sendiri. (tertawa dibikin-bilrin) Gedung, perhiasan emas intan, kain djelamprang dan kebaja sutera Bemberg kuperscmhahkan didcpan kakimu, djika kau mau djadi isteriku, anak aju (tertawa). (sabarnja habis, marahnja meluap) Den Hadji, kau tak malii pada surbanmu.dikepalamu. Tjih, setua seperti kau ini masih’ ingin beristerikan gadis. Pergi, pergi, kau lelaki kurang adjar. (tertawa dibikin-bikin) Liar djuga merpatiku ini, memang aku suka merpati jang liar. .Sekali kutangka,p, merpati liarku djadi djinak dan manis...... (tertawa). 63
Laraswati:
(suaranja tadjam) Dengan hormat Den Hadji kuminta, pergi dari rumahku.
Hadji Hasbi:
{marah tapi disembunjikan) Baik anak aju, sekali ini kau menang, tetapi pertjajalah datang saatnja kau djadi isteriku. Kau belum tahu siapa Hadji Hasbi? Aku pedagang dan tuan tanah jang terkaja disekitar Pakem (lalu ia hendak pergi, setelah memberi hormat pada Laraswati agak dilebih-lebihkan. Laraswati dengan tak atjuh pergi melalui pintu depan). (masuk dari pintu belakang, setelah mendengar pertjakapan Hadji Hasbi) Tergesa-gesa betul Den Hadji hendak pulang? Duduk dulu, Den Hadji. (marah-marah) Awas Pak Tanojo, hutangmu harus kau bajar paling lambat seminggu lagi, kalau tidak hutangmu kudjadikan perkara......... atau Laraswati djadi isteriku (ia pergi dengan angkuh dan marah-marah). (bingung, berdjalan hilir mudik, lalu dipanggilnja Laras wati. Laras, anakku tjantik. Aku kasihan padamu, tapi apa dajaku. Semua kesalahanku. Sajang ibumu tak ada lagi. Sungguh benar perkataan ibumu dulu. Aku dilarangnja main tjeki, tapi aku tak menurut. Penjakit tjeki telah melekat pada badan dan djiwaku (ia termenung sedjurus, sedih). Laras, kau dapat menolong bapak? (terharu) Saja sudah tahu semuanja pak. Hutang bapak masih ada R 120.000,— pada Hadji Hasbi dan harus dibajar dalam tempo seminggu. Kalau tidak, bapak masuk' pendjara. (menganggukkan kepalanja, memandang dengan mesra pada Laraswati) Hanja kau jang dapat menolong aku, Laras. Aku masuk pendjara atau kau kawin dengan situa bangka itu. (tersenjum pahit) Berilah saja waktu berpikir, pak, seminggu. Djangan terlaiu dipikirkan kesusahan bapak. Bapak sudah tua. Selama saja masih ada, bapak pasti tak akan masuk pendjara. (terharu, mengelus-elus bahu anaknja) Laras, kau memang anak bapak jang baik budi, seperti ibumu. Aku tak pantas djadi bapakmu (ia tepekur). (manis) Sudahlah, lupakan pak. (tersenjum) Laras, bapak hendak pergi dulu, agar pikiranku djadi ten teram. (ia pergi melalui pintu belakang).
Pak Tanojo:
Hadji Hasbi:
t '
Pak Tanojo:
Laraswati:
Pak Tanojo:
Laraswati:
Pak Tanojo:
Laraswati: Pak Tanojo:
64
Laraswati:
Kushari: Laraswati: Kushari: Laraswati:
Kushari: Laraswati: Kushari: Laraswati: Kushari:
Laraswati:
Kushari:
larasw ati: Kushari:
(hatinja rusuh, menghempaskan dirinja dibangku pandiang Lagu sedih Rela, gubahan Kusbini terdengar). Mengapa aku dilahirkan sebagai anak desa? Kudengar Jagu Rela tapi aku sendiri tak rela melepaskan kekasihku Mestikah aku kawin dengan situa bangka itu? (suaranja terharu) Kushari, hatiku mengatakan kau tak tjinta padaku. £anja aku sendiri mentjintai kau. (air matanja membasahi pipinja). (masuk Iambat-lambat dari pintu belakang) Siapa Laras tak tjinta padamu? (gugup agak kemalu-maluan) Tjita-tjita hatiku tak tjinta padaku. (agak bingung) Siapa dia Laras? (sedih) Djika dia tak tjinta padaku, aku terpaksa menerima Hadji ' Hasbi, karena tjita-tjita hidupku sudah hilang untuk selama-lamanja. Biarlah aku membalas budi pada ajahku, meski dia berdosa, dia ajahku. (terkedjut) * Mestikah kau kawin dengan situa' bangka mata kerandjang itu, Laras? (bingung) Bapakku perlu ditolong, mas. Hanja kau jang dapat melaraug aku meuerima Hadji beruban itu.
Laraswati:
Kushari:
L arasw ati:
Kushari:
Laraswati:
Kushari:
i araswati: Kushari:
Asminatun:
jcusbari: Asminatun: jCu^hari-
tsedih) Kerbau pulang kekandangnja. Anak desa pulang kedesaAnak kota sedjodoh dengan anak kota. Tunanganmu terpeladjar, aku bodoh, mungkin aku tidak setjantik dia <.ia menangis). (sedih) Susut air- matamu, dik. Lupakan segala penderitaanmu. Mari kumainkan biola untukmu. Laguku Pamularsih jang sedang kugubah berdasarkan gamelan. Maukah kau menari untuk aku dik? Lagu Pamularsih kugubah semata-mata untuk kau. (Kushari mulai menggesek biolanja memainkan lagu itu). (terharu) Pamularsih, terasa sari gamelan didalamnja. Hatiku seperti diiris-iris pisau kasih. (penuh haru) Memang Pamularsih bagiku adalah djeritan djiwaku untuk mengadjak manusia kasih mengasihi. Menarilah untukku Laras, mungkin. irama lagu ini tjotjok dengan gerak tarianmu. (.tersenjum manis) Untuk kau aku menari Kus, m eski 'hatiku kini seiasa d i la n ja k -la n ja k . (Ia menari mengikuti iram a lagu P am u larsih sedjenak la m an ja , dan Kushari m en ja n jik a n lagu itu dengan penuh haru). (bersemangat) Tarianmu, Laras menimbulkan inspirasi bagiku untui* menggubah symphonie jang berisi lukisan tarian2 Djawa. Sunda, Bali, tetapi dengan titilaras musik Barat. Laras, pasti mungkin. (gembira) Aku gembira djika mas dapat mengarangkannja. (suaranja ramah) Adjarlah saja lagu Pamularsi'n. - (gembira) Baik, kau dapat, suaramu merdu. (K u sh a ri bernjanji ber sama-sama dengan Laraswati. ‘ K a re n a L arasw ati bar beladjar lagu itu mula2 suaranja hampir tak kedengaranachiqija ia dapat). (masuk dari pintu belakang, ia mendengarkan Kushari dan Laraswati menjanji). Duet jang indah menarik (ia bertepuk tangan). Boleh aku lebfh lama mendengarkannja? (tingkahnja angkuh).
A sin in e cu n :
K u sh ari:
Laraswati:
/iM H in a tu n :
K ushari: A<;minatun:
K ushari: A s m in a tu n :
K u s h a r i:
Asm inatun:
Kus.’h a r i:
•Asm inatun:
Tudjuan hiaupmu dan perkawinan kita perlu direnuui* pandjang dengan sungguh2 (tersenjum memikat) tetan dalam suasana kasih mesra, agar sala'h paham dikemudia/ hari antara kita berdua djangan-timbul. 1 (agak heran'» Mengapa tiba2 .sekali kau hendak membitjarakan soal tudjuan hidupku, Asmina? Kau sudah tahu bukan, aku fnati hidup dengan seni musikku (suaranja bersemangati Asmina, seni musik Indonesia harus inempunjai tjorak Indonesia Baru. dnn aku pelopornja. (atjuh tak atjuh) . Sudahlnh, djangan terlalu banjak kau bitjarakan perkar-. musikmu. Djika kau masih tjinta padaku datanglah hari ini kevilla ajahku. Tidak baik soal pelik dan penting w kita bitjarakan digubuk ini. Kcdatanganmu kutunggu ha*.: ini, kalau dapat maxi kita bersama-sama berangkat, mas* (ramah-1 T a £ mungkin, badanku masih kurang sehat betul. H a r a r e kali besok aku datang kerumahmu. Asmina, kekasihku, kau tak gembira selama aku beristirahat dlsini telah menjian. kan tiga lagu baru? (tak sabar lagi) Aku sekarang tak ada waktu mas, besok sadja kau njikan lagu2 baru itu didepan ajah dan aku. 6?
Litta&'vah.
(masuk dan Kusrnari.
pintu
belakanw.
mendeugar
neikit'aan |JU1
S u u h ‘ t a 5 > Ja“ e * * * " * tiji' t,lh' ,:nr° W kakiku lersencuh. Ua aegera memungut petja* Asminatun: Kushari: Laraswati:
'saja J tjaU^ e t a m .ASmillatUn' N“ “ ‘ As" ' iTO'(dengan suara angkuht ta k . 118811 repot2 , saja isegera pergi Pennisi uie* t a S d S S wS
S
r
.
61^
m e lU ik m axa* pacIa K i i d i a r i ) -
mengambi l petjahan bding itu> k u £ l£ L t n ’ U menangiSl mengapa? Manfknn kelakuan Asmma, memang wataknja demikian (suaranja tertahan-tahan) S f a^ kam ^ l ? ai:-mas' aku menanS‘«- Aku hanja menjerela kau kU sendiri janS malang ini. Aku meninggalkan daku untuk selama-lamanin ^udah
Kushari:
S
Laraswati:
bu&m aPa Laras? SusutJa'n air matamu, aku kakakmu, (sedih)
Kushari: Laraswati:
Kushari:
66
T
ka" menSil" 'lm B A'
“ eSi
, kenaU8-keimilgan KUt>ii dari djiwamu. D jik a fa- i V5 i Pamularsih akan kusimpan sebagai mui>iwi nidupku Dan djika kau mesti menikah dengan R a d en tijeng Asminatun, masih ada lagu Panvularsih, jang merupakan puntjak bahagia bagiku. jans pernah kunlam i dalam hidupku. . (termenung sedjuims, memandang kearah djauhi ' Bukan maksudku hendak menjakitkan hatimu, Laras. Aku sebenamja............. (tersenjum sedih) Bukan salahmu mas. Aku merasa bahagia meskipun 'ftanja dalam angan-anganku aku bersuami dengan kau Pamularsih adalah Ikatan djiwaku dengan djiwamu, lambaQ8 tjinta dengan tjinta. (terharu) Dengan Asmina aku terikat menurut hukum2 kesusilaan. Dan mungbin tak akan terlantar Rnidupku kelak dengan dia, meski aku tak bekerdja sebagai pegawai dan sematamata melimpa'hkan semua tenaga, djiwa dan kemananku pada seni musik. Djika kau kuterima, Lai-a.s. aku menjalahi hukum2 susila. Jang sewadjibnja kita djundjung tinggi: Dan mungkin kita erdua dikemudian liari akan hidup melarat, karena aku iu oagi seorang komponis dimasa ini dalam masjarakat Indonesia sukar untuk hidup dengan tjiptaan2 ligunja i r r p\ : ......V termeming sedjenak. suaranja terharu) Tetapi kau bagiku sumber ilham seni musikku dan kau pantjasai*i pemandangan hidupku.
L aiasw ati: Ku.‘;h n ri:
<'neran,> T b ~ " i a 5 akSUdmU'
taisJku
^
= S iS s = ? ~ r S S
LaraMva.fi: 'K .u sh an :
Laraswati: K u sh ari:
Laraswati:
K u sh ari: Laraswati:
Kushari: Laraswati:
5
~
S
£
=
«
K
=
a
S
5
i
*
kaXl Cljuga kusebut pautjasari pemandani^ *? karena hati dan djiwamu sutji, serla Iteknatf^ watakmu selaras dengan watak rakjat. Kau anak S ? anak mur a anak kaum jang tertindas. Dan S S ? ’ sumber kekuatan negara bahkan dunia. Djika x £ £ £ a dan dunia dipermtah berdasarkan kepentinganrakjat negara dan dunia domai dan bahagia. fci (riang) Kushari kau Iain dengan pemuda terpeladjar lainnja tak menganggap anak desa sepert aku rendah. ' 11 (tersenjum gembira) Tetapi aku masih bimbang mempraktekkan pemandanw hidupku sendiri. Kadang-kadang aku masih terpikat pada jang lahir a v ingin mentjari jang mutlak dan abadi. Aku djadi komponis seni musik rakjat, bukan komponis b u S kaum modal dan kaum tjabang atas belaka. Aku blmbaJio. dapatkah aku mendjalankannja? •tersenjum gembira) Kus, kau pasti dapat, asal kau mau. Dan aku Menanti&a ada disampingmu. (gembira) Laras, djika aku mendjadi besar dan namaku akan dig. but-sebut orang kelak sedjadjar dengan Beethoven, IVIozaM~ Schubert, tidak Iain karena kau Laras. ’ ibersemangat) Djadilah komponis besar Indonesia untuk rakjat, Kushari Aku rela melepaskan kau, biarlah hidupku hantjur, aku insjaf hanja Iahirnja, tapi hakekatnja aku menang iheran) Mengapa kau menang, Laras? i gembira) Aku menang, karena memberi kesempatan kau djadi kom ponis besar. Dan aku berkurban untuk alahku, biarlah a w djadi isteri situa bangka itu. u ( bingung dan gelisah) Tidak, tidak Laras. Kau tak boleh djadi istex’i situa bangv* itu. (.sedih) Tidak ada lain djalan, ketjuali kau dapat mentjari Uatl R ’2 0 .0 0 0 .— dalam tempo seminggu. 69
Kushari:
Laraswati:
H adidjojo: Kushari:
H adidjojo:
Kushari:
Hadidjojo;
(bingung' Uang sebanjak itu aku tak mungkin mentjarinja dalatn tempo sesingkat itu. (tenang) Mas, aku hendak menenteramkan dulu hatiku jang rusuh ini disawah dibelakang rumah. Aku hendak bertjermin pada batang pad! jang merunduk tapi berhikmat. d a pergi dari pintu belakang. Kushari menghempaskan dirinja diatas kursi. texmenung). tmasuk dari pintu belakang, kepada Kushari) Kushari, kau sedang berdukatjita. mengapal kawan? i terkedjut, menjambut Hadidjojo dengan riang) Hadidjojo, kau datang pada saat jang tepat. Aku perlu padamu. Kau dapat menolong aku? ilieran)
Selalu aku bersedia menolong kau. Aku djuga perlu padamu. Hari ini djuga harus ada keputusan antara kita tentang Asmina. (tersenjum berarti) Kau tjinta pada Asminatun. bukan? Aku dengan rcla mengundurkan diri. karena............. 'tersenjum) Karena kau tidak tjinta lagi pada Asmina? Pertunangannut dengan dia hendak kau putuskan begitu sadja? Ingat.
Kushari:
Hadidjojo:
Kushari:
H adidjojo:
Kushari:
70
Kus.Asnaina mcntjintai kau dengan segenap hatinja. 'tenang)
Kukira tjinta Asmina padaku hanja terpesona oleh lagulagu dan njanjianku. Kau kukira lebih mendekati tjitatjita hidupnja. Kau kaja. berpangkat tinggi. aku miskin dan.......... ‘.tersenjum) . Itu hanja alasan dibikin-bikin. Kus. Katakan kau tjinta pada gadis lain, bukan begitu?
'.sungguh-sungguh) Aku tjinta pada seorang gadis desa. Larasw ati namanjaIa akan dikawinkan dengan hadji tua bangka djika aku tak menolong dia dengan uang R 120.000,—- Ajah Laras wati berhutang pada Hadji itu uang sebanjak itu. Djika dalam tempo seminggu hutang itu belum dibajar oleh ajul* Laraswati. gadis malatig itu akan dikawini oleh hadji mata kerandjang itu. 'termenung). Djadi begitu soalnja. Kau sebenarnja tak tjinta pada gadis ttu clan kau hanja kasihan padanla H e n d a k menolong kau tak ada uang. ' ' sungguh-sungguh) Aku tjinta pada Asmina. tapi djuaa kasih P^'dn Larn.swa.tiMana jang harus kupjlih?
H a d id jojo.
K u sh ari: H a d id jojo:
K u sh a ri: H a d id jo jo :
K ushari:
H a d id jojo: Laraswati: H ad id jojo:
L arasw ati:
H a d id jo jo :
t tercawa > E3?t?«gRn« ragu- K us- Turuti kala hati ketjilmu. Iuiah se l« r ? ng A ar’ djika kau ada Pada persim pangai' djalan. Dan Asmina rupanja tak dapat hidup djika tid*Ldengan kau Padaku ia hanja menaruh kasih sebagai kn wan. M ungkin ada tjintanja padaku tapi tak tjukuo t« merasa tak sanggup menikah dengan daku karena a m ’viM* sudah tiga orang. Meski isteriku sudah dua tahun lalu meninggal tapi ia merasa tjintanja belum tin t, 5 padaku untuk mengasuh anak-anakku. JUKUP (tenang dan sungguh-sungguh) Kalau begitu aku mcmillh Asmina. Kau tak marah pada (tenang) Aku merasa berbahagia djika Asmina berbahagia t Asmina dengan kehendak hatinja memilih aku barui^i aku mau menerimanja. (suaranja sungguh-sungguh) k v , betulan ada uangku dalam tasku. karena tadi aku bar m enerim a uang dari pendjualan kebonku. Dan terimal4i uang R 120.000,— dari aku untuk menolong Laraswan* (ia memberikan R 120.000,— pada Kushari). (gembira) Aku menerima uangmu •Hadi dengan perdjandjian ak»» kubajar kembali dikemudian hari djika aku dapat. " (tersenjum riang) Baik, Kus. Perbuatanku berdasar persahabatan. Dan akr pertjaja pasti datang saatnja kau akan dapat uang banjak dengan tjiptaan-tjiptiian lagumu. Kau tak usah kuatir terimalah. (riang) Kalau begitu Laraswati segera kupanggil (ia pergi melaln, pintu belakang kemudian masuk kembali bersama-sama dengan Laraswati). (pada Laraswati) Selamat pagi nona Laraswati. (tersenjum) Terima kasih banjak tuan. Saja menjesal tak dapat ule nerima budi tuan jang luhur itu.
Laraswati:
Hadidjojo:
Kushari:
Laraswati:
■Kushari: Laraswati: Kushari: Laraswati:
Kushari:
Laraswati:
iuiengangguk sedih > Benar |.uan. Saja sudah berbahagm djika sudah tahu Kus hari berbahagia dengan Asmina. Lagu Pamularsih karangan Kushari tak dapat ditjuri Asminatun. l>ia irikbu dan aku sudah berbahagia. {sedih) Saja kira kewadjiban saja disinl sudah selesai. ikepads Kushari) Kedatanganmu di villa Asminatun ditunggu* Kewadjlbanku di Jogja memanggil. Berbahagialah (i» mendjabat tangan Kushari) (kepada Laraswati) K uatkanlah hati nona. (ia pergi dengan tjepat melalui pintu belakang). (mesra) Laras, atas nama tjintamu padaku, kummta dengan sangat terimalah uang kawanku. Kau menerima situs, bangka itu saraa dSngan membunuh diri. (matanja memandang kearah djauh) Tampaknja aku membunuh diri, mas, tapi hakekatnjiv aku berkurban untuk jang lebih sutji. Itulah peganganku, jan£ menguatkan hatiku karena kehilangan kau. kekasih (it* menangis). (sedih, bingung) Laras, kau muda, tjantik, masih banjak pcmuda lainnja jang.................... (tenang) Tjintaku padamu mutlak, tak ada pemuda lain Jang dapat. menggantikan kau dalam hatikku. (heran bertjampur sedih) Kalau begitu mengapa kau menerima hadji gila itu? (suaranja sedih) Djiwa dan rohaniku menang, meski aku menerima hadji Hasbi. (suaranja terputus-putus) Sudahlah mas, pergilah sekarang ke Asmina (ia menangis). (lambat-lambat pergi kekamar rumah Laraswati, kemudian: masuk kembali membawa koper dan biola, menghampir* Laraswati) Selamat tinggal Laras (ia mendjabat tangan Laraswati)jS-Uatkan 'hatimu. (ia pergi melalui pintu belakang dengan nati berdarah). ^glbu>ndiing ^ieara^1 Kusliarj pergi. suaranja menghfU'U Kushari, Kushari, kekasihku. (Lajar turun).
72
Habak
S e b e ta h T p a A \ 1 r i‘T l ™ e s S
II
Z & Pf *
keruangan belakang. P d“ ding kanan Kalau diangkat, Asminatun sedang memarahj Ao <« < > ___Asminatun:
Djublej.': Asminatun Djublec:: Asminatun:
H adidjojo: A sm inatun:
D jubleg: Asm inatun:
Djubleg:
«
SUata P etaag.
ada pintu m enuSju D ^ ' *
(marah) Djubleg. kau bodoh seperfci kerbau, menjapu sadja beium Lihat ini (ia menundjukkan kelantai) abunja masih t-ov, , aku bisa sakit tinggal dirumah ini. Ambil sapu lekas •bingung dan gugup) ’ ieKas-
d £ h iiSUdah SQja m m n j° nja’- ruPanJa a jam .jang m ain (makin, marah) Ee . ee, pakai inendebat, lekas ambil sapu. Ajammu m bertelur dikamarmu. u blur (dengan tergesa-gesa pergi keruangan belakang, masuk 1 = membawa sapu, lalu menjapu) la6 L Ajam gila rupanja ini, semuanja djadi kotor. (dengan angkuh mengamati-amati pekerdjaan Diubipo-^ A jo bekerdja jang balk, djangan banjak bitjara. S u d L setahun kau bekerdja disini tapi semua pekerdlaanmu ada jan g beres. ' u c»k (masuk dari pintu belakang, heran» Ada huru hara, Asmina? Ramai benar (agak kemalu-maluan) O. kau Hadi, silakan duduk. Si Djubleg terlalu hodnU Menjapu sadja tak bisa. (kepada Djubleg) Sudah t i u W ' lekas ambil kopi dua tjangkir. iKetika Djubleg henrtS‘ pergi, Asmina memanggil dia lagi) Djubleg, djangan h. tjangkir tapi tiga dan kuenja djuga.
H adidjojo: Asmina, aku ada kabar baik bagi suamimu. Setelah kftr meminta kepadaku mentjarikan pekerdjaan untuk <jjn Kushari, aku mengetok pintu beberapa kawanku. K 7a
Asminatun'. H adidjojo:
.Asminatun: Hadidjojo:
Asminatun:
Hadidjojo: Asminatun:
Hadidjojo: Asminatun: Hadidjojo: Asminatun:
Hadidjojo: Asminatun:
.'4
t tersenjum) Djerih pajahmu kuhargai Hadi. Pekerdjaan u.pa jang kau usahakan untuk suamiku? (riang) . Dikantor Padjak ada lowongan sekretaris. gadjinja besai djuga, karena suamimu ada idjazah A.M.S. (tersenjum) , Djika suamiku menolak djabatan itu. kesabaranku suciai habis. (heran) Maksudmu bagaimana Asmina? (.sungguh-sungguh) Aku sudah bosan hidup lebih lama lagi dengan Kushai'i selama dia memusatkan pikiran dan tenaganja semata mata pada musiknja. Aku dianggapnja tak ada. (tenang) Ia tak memperdulikan kau lagi, bukan begitu .Asmina? (sedih bertjampur kesal) v Aku baginja rupanja hanja bajarjgan,. ia hidup dengan musiknja. Pada malam hari ia menutup dirinja dalam kamarnja. membatja, atau menulis, kadang-kadang hingga larut malam. Aku seorang diii. aku merasa sunji. Dan djika ia main biola berdjam-djam lamanja, telingaku lama-lanw djadi petjah. ttersenjum) Kushari memang seorang komponis Asmina, sudah l a j a k ia mentjurahkan perhatiannja pada musiknja. (marah) Kewadjibannja sebagai kepala rumah tanggc. selama tiga tahun ia beristeri dengan daku tak diketahuinja. (agak heran) Maksudmu bagaimana?
H ad id jojo:
A sm inatun:
-Hadidjojo:
Asm inatun: H a d id jojo: A sm inatun: K ushari: -Hadidjojo: K u sh a ri:
H ad id jojo: K u sh ari: A sm inatun:
K ushari:
H adidjojo:
i tenang) semman-senimannja. aapat m enghargai (kesal) Sudah kukatakan hal itu n'iri'i R'lrchm-i rT> singkat ia mendjawab, aku hidup untuk tiita S f 1 JJer‘Eatl p u t ! terlaksana. .suaranja S b a T lb T m L ^ ^ M e n g ^ p a £ " « hingga sekarang kau belum beristeri? iensapa mas. Dan a n a k - S 1' anakku rupanja sudah biasa padamu. D jadi......... (atjuh tak atjuh) D jadi kau menunggu aku? (sungguh-simgguh. memandang mesra pada Asminatun. Dennkianlah Asmina. kau rupanjn satu-satunja vvanif jan g selaras dengan tjita-tjitaku. w*ntta (bingung) Entahlah mas. Aku masih mendjadi isteri Kushari. (masuk dari pintu belakang, sikapnja atjuh tak atjuh) Mas Hadi, kau sudah lama menunggu aku? Kau runnni. tak begxtu perlu padaku bukan? (tertawa). n j“ (kemalu-maluan) Perlu dik, aku perlu padamu, baru sadja aku rnenunctm Hari sudah sore, kau baru tiba? (tersenjum) Repot sekali, mas. Aku harus melatili peladjar-pelandiart untuk m enjanji. K-1' Kau sudah minum? (lalu ia minum kopinja). (kepada Kushari) Aku sebenarnja ada usul untukmu. Pasti kau tak at, * menolak. akHt* (tersenjum) Usul apa? Penting bagi musikku? (menjela dengan tjepat) ^ Musik, selalu musik jang kau sebut. Pagi kau b a n c, dengan musik, siang kau makan dengan musik. malat!* kau tidur dengan musik. , aT« Isi dunia bukan musik sadja. (tenang) Isteriku jang tjantik, hidup manusia ialah musik. Dun. berirama musik. Tapi kau sendiri rupanja jang tak ngerti musik. (agak gelisah) Kukira keduanja benar. Kush^n v™;ir ton , usulku. D f ga" P * " 5®tU(« « a n isterimu kau diminta b e k e ^ pada kantor Padjak sebagai sekretari.s. Maukah kau me nerimanja?
K ushari:
A sm in u tvm : K u s h a ri:
H ad id jojo:
Asunnautn:
Asmina tun:
Kushari:
Asminatun:
Kushari:
A-sminatun:
jCu.tfutrj:
erkemas hendak pergi tapi ketika ia sampai diambang pintu belakang ia ditahan oleh Asminatun). suaranja sungguh-sungguh) Duduklah dulu, mas. Sekali ini aku hendak berbitjara dengan sungguh-sungguh padamu! Kesabarcmku sudah sampai pacja puntjaknja. Kau tak mau mengerti kehendakku kau tetap berkepala batu. (duduk kembali, sikapnja tenang) Dan apa bitjaramu, Asmina? Aku siap mcmpertimbangkannja
*Km inaum :
^Kushnri: A s m in n u m :
X u sh a ri: «
A sm inatun r 3Cxishari:
-A sm in a tu n :
'Kushari: A sm in a tu n :
•XiisfiTiri:
B ahagia hanja tiga bulan kuketjup dengan* kau bam m emkah, kemudian aku terdjaga dari mimpiku? (mulai sungguh-simgguh) Kau mulai terdjaga dari mimpimu? Apa maksudmu? (m em andangkearah.djauh, air matanja mulai titik) ^ fpe^ A a djiwaku jang romantis pulasan. Kukir-< *£■ ^J^a-tjita hidupku, tetapi hanja memuaskan hatiku tiga bulan lamanja. Kau tak dapat memahami d jiw a £ Aku merasa sunji meski serumali dengan kau. aktl(tersenjum) Berulang-ulang kukatakan padamu. Mengembangkan <;B„ . musik ialah tudjuan hidupku. Kau isteriku. kawan hidimu untuk melaksanakan tudjuan hidupku. i marah > Kau hidup untuk dirimu sendiri. (tenang) Aku hidup untuk mentjipta lagu-lagu bagi rakjatku dn, rakjat seluruh dunia, Asmina. Kau kuharapkan membont aku, tetapi sebaliknja kau sama' sekali tak mau memo*,, dulikan musikku. ^ ’* (mengedjek) Untuk rakjat? Kau kira rakjat akan kenjang perutni dengan musik. Djangan kau bitjara untuk rakjat, untut tsterimu sendiri kau tak mampu memberi makan. Kau malu liidup dari harta isterimu? (marah) Asmina kau bitjara terlalu kasar, melebihi kcsabaranku (tersenjum mengedjek)' Kasar perlu seknli-sekali mas. Penuhi permintaanku, kain,, tidak.............. * (tenang)
A pa perm intaanm u?
A sm in atu n :
-Kushari:
(sungguh-sungguil) Kau harus menerima djabatan jang ditawarkan oleh h -» ' didjojo. **'■ Kau mesti membelikan aku perhiasan kebaja suten. Bemberg dan kam djelamprang. Aku tak dapat hid^Jl djika tidak mewah. H ,ua«P (tersenjum suaranja tetap) ' Permintaanmu ^ ^ m u n g k in kukabulkan. Djika kau man mengikuti aku ^rim alah aku sebagai aku. Barangkali aku kau anggap tuan toko atau pembesar jang korup. 77
. Asmm^ui .
.tenang* permintaanku tak berlebih-lebihan. Membeli piano d a » buku kau ada uang, tetapi untuk selembar kebaj* belum pernah kau ada uang. (dengan marah-marah menghampiri piano dan buku-buku musik jang ada d ia ' tasnja dibantingnja, hingga bertjetjei'an). Aku djicU melihat sampah itu. Dia sainganku (lalu ia menangis tersedu-sedu).
L
Pcffibawa sin at: K u sh ari:
A sm in a tu n : T jo k r o n o to : A sm in atu n : K ushari:
T jokron oto:
S S S 5 b e la k a n s «* > »«»* * „ ,,, Tuan Kushari. ini surat buat iua;i. (Jalu pergi). <m em batja surat itu, tertawa riang) kaS t a k -5urut gembira? Permintaanku pada Ke m cntenan Pengadjaran diterima. Mulai bulan depan seko ah musikku diberi subsidi. TJita-tjitnku terkabu! aku ta* usah djadi sekretaris, bukan? • (mengedjek) Kau gembira. aku tidak. Keputusanku sudah tetap (heran) Aku tak mengerti. apa maksudmu? t tenang, suaranja tetap) Meskipun Kushari dapat uang untuk . sekolah musik’ii* saja tetap pada pendirian saja. J <sungguh-sungguh) Dengan sekolah musikku dalr.m tempo seUilmn atau dutahun aku akan dapat mendidik tjalon-tjalon m u s iW jan g kudjadikan musikus-musikus orkes Kushari £ £ £ dapat m enjamgi orkes besar di Ernmh v a„ *ntA«. p gembira? Penderltaan hidup 4 a a t o f l e n f a p ^ (tertawa riang, kepadft Asminatun)
mTstkPal SUamimU benarPertimbangan masak(sungguh-sungguh) paksaJa hidup mewah. Saja harus m em Pimjai motel sendm , villa sendiri dan bukan m e n S jS l s.eof?n B kdtnpoms miskin. Saja ingin djadi feter m™ Saja tak daPat perkosa. Saja km T i m e m a n g tidak berdjiwa seni seperti mas Kushari. Nj. T jo k io n o to . (ramah) Djika kau tak mau kukira ibu djuga tak dapat memaksa viMjpuua suammja.) chk tu tak dapat kepada suammja) Pak,, Kita kita sebagai orang tua mau. mendesak, djika anak kita memang tak mau T jok ron oto: (kepada Kushari) • A dap? tkah, kau teri™a djabatan sekretaris itu, baranekali Asmina aknn puas? K u sh a ri: (tetap) Talc mungkin pak, saja menerima diab&tim A sm inatun:
A sm inatun:
T jokron oto: -j
mestl hldup teh“ (tad jam ) Ojalan hidup kita sudah bertentangan, tak dapat dikete, Biarlah pak. Kushari menipipcoiu__ Saja m entjari-bahagia sendirt PanggUan hMupoja. i kepada Kushari) Bertjerai mudah, tapi ini buknn <>«„i . i.,-, ^ . kesusuaan harus kita P e r h ^ a n ° N a k ^ u s h ^ e 'S ^ bentar, bapak hendak m entjoba m e S fa ir ^ h a / S l S .
■Kushari:
<.mengongguk»
T jok ron oto:
. (kepada Asminatiui)
Baik pak. (la pergi melalui pinui belakan*,'„Hprfd‘> Kau tetap pada putusanmu hendak bertjeii>1-
isungguh-sungguh* «prrimbanakan telitl Tetap seperti gunung pak. Saja. sudah pertiniu . sekali. Tjokronoto: (tenang) Kau akan bersuami lagi; bukan? Asminatun: (suaranja tetap) k hatl . Untuk sementara belum. barangkali nanti dJ ja sudah sembuh kembali. Nj. Tjokronoto: (gembira) . „.im, Dan ihl. Raden Hadidjojomasihmenunggu kau. ^snunu . ibu setudju kau bersuamidengan dia.Raden Hamaj .1 • P gawai tinggi, kaja, sopan. Sungguh selaras dengan tjita-tjitamu. Asminatun: (agak sedih) . .. Entahlah bu.jJikiran saja belum sampai pada s0tu ■Nj. Tjokronoto: (ramah) Kau kasih pada Raden Hadidjojo. bukan? Asminatun: (sedih) Tidak kasih bu, hanja merasa kasihan padanja. a ei alu setia pada saja clan terlau baik pada suami saja. .Nj. Tjokronoto: (riang) . .. t Merasa kasihan bibit tjinta nak. Ibu gembira sekali kau meuikah dengan Raden Hadidjojo. Asminatun: (bingung) Anaknja ada tiga bu. Nj. Tjokronoto: (manis) Djustru k'au mengasuh anak-anak Hadidjojo, kau beriambah bahagia. Dengan Kushari hingga sekarang kau belum beranak. Mengasuh anak xnenimbulkan tjinta-ibu jang membawa bahagia ^jang belum pernah kau.alam i. Tjokronoto:
.Asminatun:
30
K u sh a ri:
(tersenjum) Kuharap kau sudi memaafkan segaia kesalananku. Aku hanja meminta bahagiamu, lain tidak. Menurut pendapatku bahagia bagimu ada pada mas Hadidjojo. Ta kawanku jang baik budi. Sedjak kita menikah, apl tjintanja padamu tak pernah padam. Asminatun: (tersenjum) Kupertimbangkan permintaanmu. Begitu pula kuminta kau sudi memaafkan segaia dosaku kepadamu. (kepada ibunja) Bu, mari kita pulang. » Saja ingin menenteramkan hati dinimah ibu. (kepada Kushari) Meski hatiku berdarah, tapi putusanku ini mesti kudjalankan. Djika kutunda lagi tak ada gunanjo, hanja meiijakiti hatimu dan hatiku. Berbahagialah kau dengan musikmu, djadflah komponis besar (ia pergi kekamar tidurnja, kemudian masuk lagi membawa koper) Selamat tinggal mas Kushari (ia men djabat tangan Kushari). (kepada ibunja) Mari bu, kita berangkat. N j..Tjokronoto: (sedih) Baik. (kepada Kushari) Kuatkanlah hatimu nak. Ibu mendoa moga-moga kau akan berbahagia. Anggaplah ibu se bagai ibu kandungmu sendiri, meskipun hal ini terdjadi. Tjokronoto: (menepuk-nepuk bahu Kushari) Bapak mendoakan, kau mehtjapai maksudmu jang sutji iti^ nak. Rupanja kedjadian sedih ini sudah suratan takdir. Tuhan djunlah jang berkuasa dan menentukan nasib manusia. Rumah bapak senantiasa terbuka bagimu. djika kau me-* merlukan bantuanku. Kushari: (sedih) Terima kasUi pak, ibu. Ampunilah segaia dosa saja terhadap Asmina. pada bapak dan ibu, (Tjokronoto isterinja dan Asminatun pergi dari pintu belakang). Kushari: (memandang kearah mereka pergi, termenung) i Isteriku, kau pergi, aku seorang diri. Mungkin bahagia dapat kutjari dalam musikku. Aku berdosa p a d a 'Laraswati (ia menghampiri pianonja. lalu memainkan lagu Pamular sih. Ia menjanji kemudian disambut oleh njanjian perempuan dari luar. Kushari tertjengang memanggil Djubleg). Djubleg: (masuk dari pintu belakang tergopoh-gopoh) Ada apa tuan? Kushari: (gugup dan terharu) Panggil perempuan jang m enjanji diluar tadi. Lekas (Djubleg pergi dari pintu belakang. tak lama kemudian masuk lagi). Djubleg:
Kushari:
Laraswati:
Kushari: Laraswati:
Kushari:
Laraswati:
Kushari:
/ Laraswati: Kushari:
Laraswati: Kushari:
Laraswati:
82
(dengan tergesa-gesa lari keluar melalui pintu belakang bersama-sama Djubleg. Tak lama kemudian Kushari masuk Tagi bersama-sama Laraswati jang menggendong anaknja perempuan) Laraswati, kau' ada disini? Siapa anak ifcu? (tersenjum sedih) Ja, Kushari aku ada di Jogja, sudah setahun lamanja. Dan ini anakku. (tertjengang) Sudah setahim kau di Jogja? Dan kau tak mau datang padaku, meski kehidupanmu melarat? (sedih) Biarlah, aku djangan mengganggu bahagiamu dengan isterimu. (tertawa sedih) Aku bahagia katamu, Laras? Tidak. aku tidak mengetjap bahagia. Aku sudah bertjerai dengan isteriku. (terkedjut) Bertjerai, kau bertjerai dengan Asminatun gadis terpeladjar tjantik itu. Kau membuang mutiara, Kus. (sungguh-sungguh) Pemandangan hidupnja dan tjita-tjitanja bertentangan dengan daku.' Ia memilih jang lahir, jang berkilauan, aku memilih jang rohani dan inti hidup jang abadi kutjari. (masih merasa heran) Tak kusangka, bilamana kau bertjerai? (tersenjum sedih) Tadi djatuh putusannja, tetapi pertentangan antara isteri ku dan daku sudah lama. Menurut Asmina musikkulah jang menghalangi bahagianja dengan daku. Laras, mengapa kau pergi ke Jogja? (sedih) Kaulah jang sebenamja menarik aku datang ke Jogja. (heran) Meski ada dikota ini kau tak pernah mendjumpai aku. Tjeritakan keadaanmu, setelah djalan kita bersimpang. (air matanja mulai titik) Kau tak tahu, riwajatku jang dipilin air mata. Diwaktu malam djika kau sedang main piano atau biola aku berdiri didepan djendelamu. Aku merasa bahagia djika aku dapat mendengar lagu Pamularsih, lagu untukku kaitamu. Lagu jang mengadjar manusia mentjintai manusia. Djika lagumu selesai aku merasa puas, aku pulang kepondokku.
Kushari:
(terharu) Perempuan jang selalu berdiri didebat djendelaku diwaktu malam rupanja kau, Laraswati. Tak kusangka Aku kadang-kadang merasa heran mengapa selalu ada seorang perempuan jang berkudung rapat berdiri didepan djende laku. djika aku memainkan lagu Pamularsih.
Laraswati:
(tersenjum» Lagu Pamularsih adalah satu-satunja oegangan jang memberi kepertjajaan padaku, bahwa didunia jang kedjam ini ada. bahagia bagiku.
•Kushari:
(gembira,) Djadi kau masih tjinta padaku, Laras? (terharu) Mas Kushari, Pamularsih memberi kekuatan bagiku dan mendjadi pedoman hidupku dimasa pendorltaanku. Kau menanja aku masih kasih padamu?
Laraswati:
■Kushari:
(gembini, matanja memantjarkan kasih mesra) Ja, Laras, masih berhargakah dlriku bagimu? Dan maukah kau menerima aku sebagai suamimu?
-Laraswati:
(tertawa pahiti Permintaanmu tak akan kau sampaikan padaku, djika kau ketahui riwajatku. (memegang tangan Laraswati* dengan erat) Meski kau djadi perempuan djalan raja, aku menganggap kau sutji. seperti melati putih jang baru merekab disinari matahari. *
Kushari:
i'araswati:
(tersenjum) Kau tetap seperti dulu, Kus. Djiwamu tetap halus seperti laeu-lagu jang kau tjiptakan. Tetapi sebelum kau me ngambil putusan sepenting itu. dengarkan riwajatku jang hitam ini. (gembira* Kau tetap seorang dewi dimataku. Laras. Kau sumber ilham musikku. •(suaranja sungguh-sungguh) Dengarkan. Setelah aku kawiu dengan Kadji Hasbi, sibandot tua itu aku lahirnja hidup, djiwanja mati. Aku mentjoba meinbalas dendam padamu. Sengadja aku menolak uang pindjamanmu untuk menebus hutang ajahku. Aku jngin supaja terbalas penderitaanku, karena tjintaku jang tak berfceputusan padamu telah kau abaikan. Aku mentjoba melupakan kau dengan menerima sembarang lelakl. Tapi achirnja aku sendiri jang terbakar oleh api dendamku. v
Kushari:
(terharu) Dan achirnja bagaimana, Laras kekasih?
larasw ati:
'Kushari:
83
Laraswati '•
. K ushari: Larasw ati:
Kushari:
1
L ara sw a ii:
* Kushari: I
Laraswati:
i• Kushari: Laraswati:
i
Kushari: Laraswati:
Aku hanja boneka dan alat pemuas nafsu situa bangka itu. Setelah aku, bunga jang baru mekar ia isap sepuas-puasnja, ia lemparkan daku sebagai sampah busuk, Ia mengawini seorang gadis manis lainnjn. Aku dianiaja, ditenape'leng, djika kuperkatakan kelakuannja jang kedji itu. Dafc uang bagi rumah tanggaku si djahanam itu hanja m em beri sekedar tjukup untuk s atu minggu. Djika kumints uang tambahan belandja, sipelit dan mata kerandjang it*> mengusir aku. Dan......... (sedih) Dan kau pergi ke Jogja? (tersenjum pahit) Ke Jogja, mas kota pengharapanku. Djika tak ada anakktt ini, barangkali aku sudah terdampar didasar Kali Tjode. (heran) Dimasa penderitaan sehebat itu tak mau djuga kau men tjari aku? (matanja memandang kearah djauh) Aku tahu dimana kau tinggal. Aku tahu lagu-lagumu mulai populer, namamu mulai disebut^sebut orang. Kushari, komponis muda jang ada harapan mendjadi komponis besar (tertawa sedih). Meskipun demikian aku tak mau mengganggu bahagiamu dengan Asmina. (terharu) Djiwamu luhur, Laras. Kau permata jang belum digosok. Dan aku sibodoh ini tak mengetahuinja.
,
B4
K u sh a ri:
l a r a s w a t i:
K u s h a r i: L a ra s w a ti:
K u s h a r i: L a ra sw a ti:
'JEEusiiari': L a ra sw a ti:
k u s h a r i:
Laraswati: K u s h a ri:
Larasw ati:
iterharu) M oga-m oga diterimnlah arwahnja oleh Jang Mu ha K n o w A jahm u baik budi. . u«f»a (sedih) A ja h mem ang baik budi. Aku tak znenjesali dia. meskinn»> aku tjelaka, kawin dengan H adji Hasbi. A jali tak memakcfc aku menerima dia. (suaranja mesra) Bagaim ana achir lakonmu, Laras? (tersenjum pahit) Tak tahan hatiku, melihat anakku tak makan, ia djatuVi sakit. K arena itu kuterima tawaran seorang lelaki inr> m engadjak' aku ke Semarang. Tetapi.......... R (terharu) A pa kerdjamu di Semarang? (air m atanja berlinang-linang) Semalam aku di Semarang, baru aku tahu apa p e k e rd H anku. Lelaki itu menjewakan aku pada seorang perem~ puan tua jan g menjuruh aku melakukan pekerdjaa ~ perempuan latjur. 11 (terkedjut) D an kau mau, Laras? (tersenjum) Untung imanku masih tjukup kuat, meski aku diberi u ail banjak oleh lelaki itu. Pada malam itu djuga, walaupun hudjan lebat turun aku lari dan a ch im ja aku kembali Jogja dengan pengharapan baru. Inilah riwajat hidupku setelah djalan kita berpisah. menghempaskan dirinja diatas kursi. menangis tersedi/'sedu). (mengelus-elus kepala Laraswati) K au tetap sutji ditengah himpitan hidup seberat itu. gaimana kabarnja dengan H adji Hasbi. barangkali tahu? mt (tersenjum kesal) < j Menurut berita jang kudengar, ia ditangkap polisi karei-. melakukan perdagangan gelap. K (tersenjum lega) Itulah hukuman atas perbuatannja jang busuk (suarans manis mesra) Laraswati, meski kau djatuh, katamu baon. ‘ kau tegak seperti tugu. Dimataku kau tetap sutji set*,.,11 musikku. Laras aku tetap tjinta padamu. (tersenjum) Aku tak berharga djadi isterimu, mas. Aku anak desa ct:ir. sudah punja anak. Mas, aku hidup untuk anakku peren^ puan ini. Biarlah ibunja menderita karena lelaki, ta™ kudjaga djangan sampai anakku mengalami pendent**,, seperti aku.
Kushari:
(sungguh-sungguh) p—
Laraswati:
i e? enai - Ka —
Kementerian Pengadjaran m inLi,PenJ ar' pembesai‘ Kementerian Pen^adiaran riihm ..enge?uarkan surat dari Laras dalam surat iii cUDutitan3^ ^ Pada Laraswrati> dari Kementerian itu untuk ^ n d a p a t subsidi Pasti tertjapai, ialah o r t o ^ ' T j“ ? - « lteku harus disampingku orkes besarkau (agak bingung, tjampur gembira) b a g S u ^ ’ 3kU tak daPat menei^ma kau, aku terlalu hina
!
Kushari:
'
Laraswati:
anak’ desa w £ j
jang m u r n i^ s a m ^hiurmnja m u r S S a ^dengan le ^ ' KaU bagUtu bllnga desa (gembira) sjTnphonie. S
KiLshari:
djika kau beristerlkan
(penuh kasih)
a
S
,
P erm in ta a n k u .
wanita sempurna (gembira)
’
sendiri, supaja dia mendjadi
kita sempuroakankkU S6ni musik Indonesia berdama-sama / < Lajar turun) T a m m a t.
86
LIKO-V SAXUIWAKA
ICeniujcxt ketmngunan (Empat babak) Oleh:
I’elaku-pelaku Amirudln:
— Opsetcr Kantor Pengairan, berumur 26 tahun.
Jusniati:
— Kekasih Amirudin, berumur 20 tahun.
Junus:
— Adik laki-Iaki Jusniati, benmiur 12 tahun,
R. Gandawiria:
— Pedagang kaja. berumur 28 tahun.
Rasjidin:
__ Kawan Amirudin, pemimpin Kantor Badan pembantu Perdjurit Pekerdja, berumur 25 tahun.
Rusmaniah:
— Adik perempuan Rasjidin, bidan, berumur 19 tahun.
R. Sumaprawu-a:
— Ajah Jusniati. prijaji kaum pertengahan, berumur 49 tahun.
Nj. Sumaprawira: — Ibu Jusniati, berumur 45 tahun. Umar:
__ Kawan Gandawiria, tukang djudi, berumur 30 tahun.
Markum:
— Kawan Gandawiria, tukang djudi, berumur 28 tahun.
Sardi:
— Budjang laki-laki R. Sumaprawira, berumur 30 tahun.
Mak Iti:
— Pengasuh Jusniati, berumur 35 tahun.
Pekerdja: Hak. pengarang dan hak mempertundjukkan lakon ini tetap pada pengarang. Sudah dimainkan oleh Sandiwara ..R a k s i S e n i ”.
87
K E R I N G A T
K E 15 A X G I' X A \
Babak I
.
(Diruangan tengali rumah Raden Sumaprawira, dikota Tjiandjur Kamar itu dihiasi dengan perabot rumah jang serba bagus. Pintu kiri kekamar tidur, pmtu kanan Iftkamar makan dan pintu belakang keruangan depan Pada suatu siang Jusniati sedang duduk membatja madjallah. Ia sebentarsebentar menudju kepintu seakan-akan ada jang dinantikannja Untuk menghilangkan rasa gelisahnja, ia menjanji ketjil, kadang-kadang keras, karena ia merasa girang dan tersenjum seorang diri. Sebentar-sebentar Jusniati melihat arlodji tangannja). Junus: (memakai pefc masuk bersama-sama Amirudin. djalarnja berdjengket-djengk6t. Amirudin bersembunji dibawah medja dan Junus berdjengket-djengket menghampiri . kakaknja, memberi hormat setjara perdjurit) Bersiap! Jusniati: (pura-pura terkedjut, sambil memberi hormat setjara perdjurit) Perdjuritku nakal. Aku sampai terkedjut. Junus: (tertawa) Kakak rupanja penakut betul. Masakan begitu sadja terkedjut. Jusniati: (sambil membetulkan kantjing badju adiknja- . Nus, kak Amir belum datang? Junus: (mengolok) Kalau ia sudah datang, Junus diberi apa, ajo? Jusniati: (tersenjum) Permen, (sambil memberikan sebuah permen) asal engkau djangan nakal. Junus: (lutju) Saja tidak mbu permen. Junus ingin tjoklat. Jusniati: (pura-pura marah* Kau minta makanan jang mahal sadja. Junus: (mengolok) Kalau saja tak diberi tjoklat. kak Amir akan saja sembunjikan. Jusniati: (girang, segera mentjari Amirudin kekamar makan dan kamar tidur) Jus, mana dia, ajo lekas tundjukkan. Junus: (lutju.) Tjoklat dulu, barn kak Amir saja berikan kepada kslrat (malu) 1 * Kakak Jusniati: His. djangan lantjang mulutrau. Lekas tundjukkan in, uang untuk beli tjoklat. viuiujuKKan. im Junus: (setelah menerima uang itu. men^adiak ^ kat media tempat Amirudin bersembunji. Junus mel njingkap toplak medja. Amirudin keluar dari bawa„ medja, sambil tertawa) uawan Jusniati: (girang) Pandai betul engkau mempermainkan daku. Sudah lama’ engkau datang, mana kopermu? • 89
A m irudin.
Jusniati:
Amirudin:
Koperku sudah dibavra oleh Sardi. i pura-pura marah) Engkau rupanja sudah sekongkol dengan Junus dan ' Sardi. (Kemudian ia pura-pura hendak mendjewer telinga Junus, tetapi dia lari bersembunji dibelakang Amir). (kepada Junus) Nus, sekarang engkau bermain-main, ja „ ini tjoklat, (sambil member: 3 buah tjoklat jang dirogohnja dari kantongnja).
(Junus memberi hormat setjara perdjurit. lalu keluar, sambil menjanji lagu Tentera Pembela Tanah Air). Jusniati: Amirudin: Jusniati:
Amirudin: Jusniati: Sardi: Jusniati:
Sardi:
Jusniati:
Jusniati: Amirudin: Jusniati:
Axnirudin:
90
(ramah) Kak Amir, duduklah dulu lcpaskan lelah. Kau r.alk kereta api pukul berapa? (setelah duduk) Saja dari Djakarta naik kereta api pukul 10 pagi. Mana ajah dan ibu? Sedjak kemarin ajah dan ibu pergi ke Bandung- Perlu menghadiri perkawinan Bi Murti dengan Raden Kartadiredja. Bi Murti kawin? Sjukur, sjukur. (berseru) Sardi, Sardi. > »masuk, tingkah lakunja lutju i Ada apa Enden? (suaranja keras) Mengapa engkau main sekongkol dengan Den Amir? Tadi sudah kuperintah, kalau Den Amir datang, kau lekas memberi tahukan kepadaku. (lutju) Saja disuruh Den Amir, djangan memberi tahu Enden. (Mcngerling kepada Jusniati) Enden rupanja sudah kangen betul kepada Den Amir. (agak kemalu-maluan) His, tutup inulutmu. Lekas ambilkan teh dan kue tSardi keluar. Tak lama kemudian ia masuk membawa teh dan kuenja. diletakkannj'a diatas medja,-lalu ia keluar). (manis) Kak Amir, minumlah dulu. Engkau tentu belum makau. (tersenjum, sambil minum teh) Sudah tadi dirumah makan. (sungguh-sungguh) JuS, mengapa kau menjuruh aku datang ke Tjiandjur? (ramah) Mungkin sjairmu dalam lagu jang kau karang untukku akan terdjadi djua. (heran) 1 Laguku untukmu akan terdjadi?
. Jusniati:
Amirudin: Jusniati:
Amirudin:
Jusniati: » Amirudin: Jusniati: Amirudin: Jusniati:
Amirudin:
Jusniati:
■**)
-)
(sungguh-sungguh mendengar lagu itu) Girang hatiku mendengar suaramu jang merdu. Tetapi......... aku tak mengerti maksudmu. (terharu) Dalam suratinu jang terachir kepadaku, kau katakansaluranmu di Mauk jang kau buat sudah hampir selesai. Keringatmu sendiri, keringat kebangunan menjuburkan tanah tandus disekitar Mauk, katamu. (menganggukkan kepalanja) Ja, bukan keringatku sadja, tetapi keringat rakjat mucba, kaum pekerdja (berserrtangat). Tetesan keringat merekalah jang mengalir menjuburkan tanah tandus beriburibu h.a. Tanah jang tadinja hanja dapat menghasilkan panen sekali setahun, kini setahun dua kali. (sedih) Engkau berbahagia. tetapi aku............. (heran) Maksudmu? (memandang djauh) Suratmu jang terachir berarti fadjar bahagia” bagimu, tetapi ..algodjo bahagia” bagiku. (heran) Algodjo bahagia” bagimu da^ ..fadjar bahagia” bagiku? (tersenjum sedih) ..Fadjar bahagia” bagimu segera merekah, karena engkau akan melaksanakan tjitamu. Sesudah saluranmu di Mauk selesai, engkau akan pergi ke Borneo. (agak tjemas) Djadi maksudmu engkau tak akan turut dengan daku ke Borneo merambah hutan dan belukar jang akan kurobah mendjadi sawah dan ladang. (sedih) Ja, aku tak dapat turut dengan engkau ke Borneo.
Kalau pemain sebagai Jusniati tak dapat menjanjaikaii lagu ini sjair ini diutjapkan sadja.
Amirudin:
(heran) Sebabnja?
Jusniati:
Amirudin: Jusniati:
Amirudin: Jusniati:
Aku tak berani merantau sedjauh itu. Dan orang tua^11 pun tak mengizinkan. fair matanja titik) Orang tuaku mungkin akan menerima pinangan G aI1 wiria. (ketjewa) Dan bagaimana pendirianmu? (sedih)' Aku tak berani hidup ditengah kesengsaraan dirant aU; Di Borneo tentu engkau akan tinggal dalam pondo^. djauh dari segaia kemewahan. (sedih) Kalau begitxi kau tak tjinta lagi kepadaku? (termenung sedjurus, sedih) Aku masih tjinta padamu. Engkau satu-satunja pah1’5*" wan dalam hatiku.
Amirudin: Jusniati: Gandawiria • Jusniati:
Gandawiria: Amirudin: Gandawiria: Jusniati: Gandawiria:
Jusniati:
Tetapi engkau tak berani mengikuti pahlawanmu? Pikiranku jang berkata tak berani, tetapi hatiku (masuk, berpakaian serba mewah, •lanpkah sombong) Selamat siang dik Jus. (riang) E, kang Ganda. (Kemudian agak kemalu-maluan iii memperkenalkan Ganda. kepada Amirudin) ' Ini tuan Amirudin, opseter dari Mauk dan ini tuan G an daw U 'i a pengusaha perusahaan penggilingan padi di T jian dj^ r (Amirudin mengulurkan tangannja kepada Ganda, tet&P' Ganda agak ragu-ragu, membungkukkan badannj^Mereka duduk berhadap-hadapan. Jusniati keluar. tak lama kemudian masuk membawa setjangkir teh). Saja sudah dengar liama tuan dari nona JusniatiO, begitu. (kepada Jusniati) Dik Jus. bapak dan ibu kemana, tak kelihatan? ^Ke Bandung. Djadi pergi kc Bandung, mengupa tak memberi tahu saja dulu. (suaranja angkuh) Dapat saja membawakan oleholeh beberapa perhiasan tjintiin dan celanp emas untuk Bi Murti. ~ Tak mengapa kang Ganda.
92
Cxandaw iria:
Ju sn ia ti:
(agak ragu menerima, karena ada Amir) Ah, djangan sekarang, tetapi,...... biarlah. Terima kasih banjak, kang Ganda. a Kaslh
G a n d a w ir ia :
BUamana ajah
dan ibu pulang kembali?
Saja innin
= I S n dl5lm- Ada S°al Penting janB Ju sn iati:
G a n d a w iria :
Saja kira tak lama lagi ajah dan ibu datang o ia knno tunggu sacljalah dikamar depan, saja hendak b erb itteX berdua sadja dengan kak Amirudin. (agak sega) Baik, aku turut, karena engkau jang meminta. <.ia perei dari pintu belakang, setelah meleret kepada Amirudin)
J u sn ia ti: G a n d a w iria :
Engkau termenung kak Amir. (agak segan) O, tidak, tidak.
J u sn ia ti:
A m in id in :
Jusniati:
Engkau rupanja bingung. Aku djuga ragu. Ajahku sajantr akan kang Ganda. Aku tadi tidak menolak pemberian nja, semata-mata djangan sampai aku menjinggunsr hatinja. 65 (kesal) Terima sadja perhiasan itu. Aku tak dapat membelikan barang perhiasan semahal itu. Kukira lebih baik aku pulang sadja ke Djakarta. (Ia berdiri henoak pergi). (tertjengang) Pulang kak? Mengapa? Berilah aku kesempatan menerangkannja.
A m iru d in : J u sn iati: A m iru d in :
Tak usali kau beri keterangan lagi. Sudah djelas. 'sedih) Kehendak ornng tuaku aku mesti kawin dengan Ganda •(menjindir) Aku mengerti, ia haitawan. Aku pekerdja.
Ju sn iati:
A m iru din : J u sn iati:
Engkau pekerdja tjita-tjita. (suaranja sedih) Mengana aku tak sanggup mendjadi isteri pahlawan pekerdja ' pembangun sawan dan ladang baru? (tenang) Aku tidak marah padamu, Jus, Pilihanmu selaras dengan kehendak orang tuamu. Apa lagi jang kau kehendaki? (manis) Amir, kekasihku bila aku dapat menaklukkan orang tuaku masihkah kanda tjinta padaku? 9S
Amirudin:
Jusniati:
Amirudin:
;Gandawiria: Jusniati:
Gandawiria:
Junus: Jusniati: Junus: • Gandawiria: Junus: Jusniati:
Gandawiria:
(ramah) . Aku tetap setia padamu Jus. Asal engkau mengikuti tjita-tjitaku dan menjinari djalan perdjuanganku mem* baktikan keringat kebangunan di Borneo. Meskipun pulau itu djauh dari Djawa, tetapi masih tanah air kita. (agak heran) Djadi kanda terus mcmbaktikan diri ditempat jang djauh dari segaia kesenangan, meskipun baru pengantln baru? (bersemangat) Diwaktu kita merajakan pengantin bam, tenaga baru timbul, djiwa baru tumbuh selaras dengan tjita-tjita Hidup Baru. Jus, (ia mendjabat tangan Jusniati) berbahagialah dengan pllihanmu jang baru. Selamat ting......... (Dengan langkah tetap Amirudin meninggalkan kekasihnja). (Ketika Amirudin mengutjapkan kata-kata jang achir itu Gandawiria berdiri dibelakang). (menghampiri Jusniati) Jus, sudah putus? (tak atjuh) Ja, sudah putus. Pahlawan pekerdja, pembangun sawah dan ladang baru sudah pergi, barangkali............. untuk selamanja. (riang) Mengapa barangkali? Bukankah sudah ada pengganti pahlawan pekerdjamu? Akulah penggantinja (menepuk dadanja) aku pahlawan padi. Aku pengusaha penggilingan padi. Djika tak ada pahlawan padi rakjat tak makan. (masuk, kepada Jusniati) Mana kak Amir? (agak ragu) Ia sudah pulang, ada......... perlu penting. (ketjewa) Mengapa ia tak bermalam disini? Aku tak dapat tjoklat lagi. Kak Amir sudah pergi (la menangis). (mendekati Junus dan memberi tjoklat kepadanja) Diam Nus, ini tjoklat. (terus menangis) Saja tak mau tjoklat kak Ganda, saja mr.n tjoklat kak Amir. (membelai rambut adiknja) Nus, djangan menangis, diamlah. Pergilah bermain-main. (Junus keluar dari pintu belakang, diantarkan oleh Jusniati). (suaranja sombong) Mengapa engkau masih bimbang? Apakah akti kurang kaja? Perusahaan penggilingan padiku besar, kebun tehku besar, sawahku besar, rumahku besar. pendek kata semua besar. Dan uangku.............
•Jusniati: •Gandawiria: Jusniati:
Gandawiria:
Jusniati: Gandawiria:
(kesal, tjepat menjeJa) Sudahlah, sudah kang. Djangan terlaiu banjak kau menjombongkan harta bendamu. (tingkahnja dibuat-buat) Ah, tidak adinda buah mataku tjantik manis, belahan djiwa kakanda, kukira kau suka, kalau......... (.mengedjek) Kalau belum dapat, laki-laki berkata adinda buah mataku tjantik manis dan belahan djiwa kakanda (suaranja marah). Djangan terlaiu rojal mengobral kata-kata manis. Mungkin hatiku jang sekarang masih bimbang tjondong kepada pahlawan pe-kerdjaku. (agak gelisah) Djangan kuatir Jus, aku manis diluar dan didalam (tertawa dibuat-buat). Mengapa kita harus menjusahkan .. liidup kita. Kita hidup sekall. Kekajaan ada dan semuanja itu tersedia bagimu. (suaranja tadjam) Sebelum dapat kau bertjakap manis, tetapi djika aku sudah mendjadi isterimu boleh djadi aku kau sia-siakan (tertawa) Engkau belum pertjaja kepadaku. Masakan aku menibah ' djandji.
(Raden Sumaprawira dan isterinja datang. Kemudian Sardi masuk mendukung sebuah koper besar. Tjaranja mendukung koper menggelikan hati). (Jusniati dan Gandawiria dengan gembira menjambut kedatangan kedua orang tua itu), Jusniati:
(girang) Selamat sadja pak? Bagaimana kabamja Bi Murti?
Sumaprawira: Selamat, selamat nak. Bi Murti rupanja beruntung kini kawin dengan Baden Kartadiredja. (kepada Gandawiria) Nak Ganda, sudah lama? (tingkahnja honnat bcrlebih-leblhan terhadap bapak Gandawiria: dan ibu Jusniati) Sudah djuga pak. Saja menjesal tak dapat memberi oleh-oleh untuk Bi Murti (tertawa dibuat-buat) tetapi tak mengapa. Sekarang sadja saja berikan dengan perantaraan bapak (tertawa dibuat-buat. Ia memberi sebuah kotak perhiasan berisi kalung, gelang dan tjintjin emas). (girang) oumaprawira: Terima kasih banjak nak. (Ia membuka kotak itu, diambilnja perhiasan itu). Bagus, bagus betul. tentu mahal % harganja. Nj. Sumaprawira: (tertawa girang) Aduh, betul bagus, tentu Bi Murti senang sekali. (kepada Nj. Sumaprawira) Gandawiria: Tidak mahal bu. harganja hanja (suaranja sombong) /■ 1.500.— (kepada Sumaprawira agak malu-malu) Pak 9R
maksud saja kemari sebetulnja untuk......... hm......... memasakkan pembitjaraan kita tentang......... hm........ Sumaprawira: (pura-pura tak mengerti) Tentang apa nak? Gandawiria: (menundjuk kearah Jusniati, agak malu-maliO * Tentang Jusniati......... hm......... pak. Sumaprawira: (tertawa) O, tentang perkawinan? Kalau bapak setudju sadja. Saja kira Jus tidak. berkeberatan. Nj. Sumaprawirn.: (mendekati Jusniati, suaranja manis) Jus, engkau tentu setudju, karena bapak dan ibumu se tudju. Kita tetapkan sadja hari bahagiamu nak. Jusniati: (agak ragu) Saja, sebenarnja masih bimbang, bu. Nj. Sumaprawira: (agak heran) Mengapa bimbang? O, barangkali karena Amir. Jusniati: (sedih) Ja, Amir bu. Aku tjinta padanja, tetapi sajang tjitatjitanja terlalu tinggi. la selalu hendak berkurban dan bakal isterinja djuga harus berkurban. Sumaprawira: (tertawa) Berkurban (tertawa). Kita serahkan sadja kepada orang lam (tertawa). Kita sudah tjukup berkurban memberi uang kepada orang-orang miskin. Gandawiria: Saja djuga sudah berkurban pak. (suaranja sombong> Berpuluh-puluh pegawai perusahaan penggilingan padi saja tidak mati kelaparan karena bekerdja pada saja. Itu djuga kurban namanja. Nj. Sumaprawira: (membudjuk anaknja) Terima sadjalah pilihan orang tuamu nak. Masakan ibu mu mendjerumuskan engkau dalam lubang kesengsaraan? Gandawiria; (gembira) Ibu ini uang dan perhiasan untuk biaja perkawinan kami. Nj. Sumaprawira: (pura-pura malu, tetapi achirnja uang itu diterima djuga) Tak usah nak. Sumaprawira: •tingkahnja lutju) Sungguh, tak perlu nak, bapak ada uang. Tetapi......... kalau nak Ganda memberi sumbangan, ja apa boleh buat. Saja mengutjapkan banjak terima kasih. Nj. Sumaprawira: (melihat uang dan perhiasan itu matanja bersinarsinar) Banjak betul uangnja f 5.000.— Dan perliiasannja semua mas dan intan. (kepada Jusniati) Jus, Jus, engkau ueruntung, hidupmu tentu berbahagia dengan nak Jusniati: Saja monurut kehendak ibu dan bapak. 96
Sumaprawira:
(membe]ai rambut anaknja) Kalau begitu engkau anak jang paling manis, palin^ tjantik. Nj. Sumaprawira: ' ' Betul pak, anakku, manisnja tjantiknja tak ada bandingnja. (tertawa lutju kepada suaminja) Seperti ibunja. Sumaprawira: (tersenjum kepada isterinja) Engkau ini aneh. Sudah tua menjamakan diri dengan Jus. Tua-tua tidak tahu tuanja. Nj. Sumaprawira: (kepada Ganda) Nak, duduklah, dulu bertjakap-tjakap dengan Jus. Ibu hendak bertukar pakaian. (ia kekamar km) Sumaprawira: (kepada Jus) Jus, kawanilah nak Ganda, bapak hendak kedalam se bentar. (Ia pergi kekamar kiri). Jusniati: (kepada Ganda) Kang, kuterima engkau karena kehendak orang tuaku. Tetapi hatiku masih pada pahlawan pekerdjaku. Gandawiria: • (tertawa sombong) Djika sudah mendjadi isteriku, tentu engkau lupa akan pahlawan pekerdjamu, tetapi tjinta kepaaa pahlawan padimu. (Lajar turun) Babak II. (Pada suatu petang dikota Tjiandjur. Diruangan dalam rumah Raden Gandawiria jang serba mewah. Didepan sebelah kiri ada sebuah dipan. Didepan sebelah kanan tampak 4 kursi dan medjanja. Disudut kiri belakang ada lemari teh. Disudut sebelah kanan belakang ada lemari padjangan. Pintu kiri kekamar makan. Pintu kanan kekamar tidur. Pintu belakang: kekamar depan. Jusniati sedang duduk membatja surat kabar „Rakjat”). Jusniati:
Mak Iti:
Jusniati:
Mak Iti: Jusniati:
(setelah membatja surat kabar sedjurus lamanja, ter menung) Pahlawan pekerdjaku mendapat surat pudjian dari jang berwadjib. Salurarinja di Mauk sudah selesai. (masuk membawa piring, senduk dan gelas hendak menjadjikan makan) Enden rupanja sedih, berbitjaxa seorang diri. (sedih) Aku menjesal mak tak memilih Den Amir Ia berdjasa kepada masjarakat, karena saluran jang dibuatnja sudah selesai. (heran) Saluran, mak tak mengerti. Apakah itu djalan besar? (tersenjum) Saluran hampir sama sadja dengan sungai, tetapi saluran dibuat orang dan sungai dibuat oleh Tuhan. 97
Mak Iti: Jusniati:
Mak Iti:
(tersenjum) Pinter betul Den Amir membuat saluran. (girang) Den Amir pintar mak. Ia menolong pak tani. Tanah disekitar Mauk jang dulunja tandus tak dapat ditanami padi, sekarang menghasilkan padi. (lutju) Astaga! Den Amir memang istimewa.
Jusniati:
Mak Iti: Jusniati:
Mak Iti:
Jusniati:
Tanah kering didaerah itu sekarang dengan mudah didjadikan sawah jang subur, karena tjukup mendapat air dari saluran itu mak. (Tiba-tiba air matanja titik) Kesedihan jang kuderita datangnja bertalu-talu. (menghampiri Jusniati, turut sedih) Kuatkanlah hati Enden. Memang Enden tak beruntung bersuami dengan Den Ganda si kikir itu. (suaranja tertahaij-tahan) , Aku diperlakukannja sebagai anak ketjil. Aku diberi belandja serupiah sehari. P 30.— masakan $jukup untuk ongkos rumah jang besar ini buat sebulan. (marah) Memang terlaiu Den Ganda. Satu sen dihitungnja dulu sebelum memberikannja kepada Enden. Saja sudah satu tahun turut dengan Enden. Sedjak Enden kawin, saja belum pernah mendapat persen sesen dari Den Ganda, •apa lagi sehelai kain. Saja kira dunia kiamat kalau „djuragan pelit” itu memberi saja kain sehelai. (seakan-akan berkata-kata pada dirinja sendiri) Diwaktu menanggung kesedihan, kadang-kadang aku teringat kembali pada Amir. Aku terkenang kembali akan lagu ,.Keringat Kebangunan” , pemberiannja.
Mak Iti: Ingin sekali saja mendengar lagu Den Amir. (Jusniati masuk kekamarrija mengambil lagu itu. Kemudian ia keluar, duduk didepan Iti menjanjikan lagu ..Keringat Kebangunan” lihat dibabak I). Mak Iti: (girang) Merdu b'etul suara Enden. Jusniati: (tersenjum) Mak mengerti maksud sjair itu?. M^k Iti: Sajang kurang mengerti Enden. Jusniati: (terharu) Den Amir selalu hendak berbakti untuk Tanah Air. Dalam perdjuangannja itu ia mengharap, supaja aku selalu ada disampingnja. Tet&pi aku silau akan kekajaan Ganda, dan suami mutiara kulemparkan......... (air ma tanja berlinang-linang dipipinja). Csaju) Mak Iti: Sudahlah Enden, djangan menangis. Dalam kesengsaraan kita harus tawakkal dan bersudjud kehadirat Tuhan.
Jusniati:
(menanggalkan kalung emas bermata berliari dari lehernja) Mak, sekarang kebetulan kang Ganda tak ada dirumah. Simpan dulu kalung ini dan besok mak pergi kerumah gadai. Mak Iti: (menerima kalung itu) Masakan Enden menggadai lagi. Minggu jang' lalu saja sudah menggadaikan gelang Enden sepasang. Jusniati: (tersenjum sedih) Sudah habis kupakai untuk urusan rumah tangga. Aku tak berani meminta uang kepada kang Ganda. Sudah berulang-ulang kuminta tetapi ia bukan menambah uang belandjaku, melainkan memar&hi dan memaki aku. Mak Iti: (menggelengkan kepalanja) Memang terlalu Den Ganda. Baru pertama kali ini mak melihat orang sekikir itu. Sumaprawira: (dari luar) Assalamu’alaikum. Jusniati: (terkedjut, tergesa-gesa menudju kepintu belakang) Mak, kudengar suara ajah. Lekas simpan kalung itu. Tentang barang perhiasanku jang kugadai, djangan kau tjeritakan kepada djuragan sepuh. Mak Iti: (mengangguk, sambil memandang Jusniati dengan penuh kasihan) Mak akan menutup rahasia Enden. Djangan kuatir. (Sumaprawira memakad tongkat dan isterinja masuk) (girang) Jusniati: E, e, ajah dan ibu. Silahkan duduk. Sudah lama ajah dan ibu tak datang kemari. (girang) Sumaprawira: Aku dan ibumu sudah kangen betul kepadamu. Bagai mana, engkau merasa senang sadja, nak? •Jusniati: Tak kurang suatu apa pak. Sumaprawira: Mana suamimu, sepetang ini belum djuga ada dirumah? Jusniati: Sudah biasa pada waktu jang achir ini, ia pulang terlambat. Katanja banjak pekerdjaan dipenisahaannja. Nj. Sumaprawira: (mengamati-amati muka Jusniati) Putjat benar engkau nak. Engkau sakit? Jusniati: (menjembunjikan rahasianja) Ah, tidak bu. Nj. Sumaprawira: (kurang pertjaja) Ada rupanja jang kau sembunjikan (Ia memandang lengan dan leher Jusniati). Mana gelang dan kalungmu, tak kau pakai? Sumaorawira’ (mendekati anftknja) Ja, tak kau pakai? Perhiasan itu pemberianku. Kulihat kau sekarang tak memakai perhiasan. 99
’Jusniati:
Sumaprawira:
Jusniati:
(agak bingung) SaJ’a;..... simpan dilemari. (Berpikir) Tak patut dimasa perdjuangan ini wanita memakai barang perhiasan iang mewah, ajah. (tersenjum) Begitu, duduknja perkara. Kalau barang perhiasanmu sebagian kau sumbangkan untuk keperluan perdjuangan, aku setudju sadja, tetapi......... betulkah barang perhia sanmu kau simpan? Betul ajah.
(Mak Iti masuk hiembawa teh dan penganannja). Mak Iti: hoa^ t ) menghidangkan ^ dimedja mengangguk dengan Sumaprawira:
Djuragan sepuh sehat-sehat sadja’ (tertawa lutju)
Mak Iti:
S L 5 S baik' i1? 11 engkau makin gendut sadja. (tersenjum melutju) mi1ktoSr L n W h,tbatranekaJi Salah Iihat’ saJa sekarang ini Saia .(t®rtawa)- Tj° ba djuragan rasakan dodol
Sumaprawira:
kesuSn dTu?agars?pum hembUat- Saja tahU d°‘1°1 leEit (memakan sebuah dodol)
^ m b eeriUL enau' E„ngkau P ^ 1* Iti. (tertawa, sambil memberi uang kepada Iti). Nah, ini persen buat membeli Mak Iti: Jusniati: Mak Iti: Sumaprawira:
(pura-pura malu tak mau menerima uang ituu) 3 2 ^ ..* “ Selai«a saja bekerdja pada Den (tjepat menjeia, memberi isjarat kepada Iti) autjii)111^
dan sendoknja kurang.
Maaf, maaf, Enden saja lupa. Knal sldMalah Uang
Djangan malu. “ perti baru Pura-pura segan. Lalu ia hendak
Nj. Sumaprawira: Mak Iti:
< S k rat5-ragu)kan ^
mengapa Den Gand&'
4 n / s l n n n ? h ' t Pa^ d jU ra g a n - S e b e tu to J*a.............
Jusniati:
N j’ Sumaprawira:
saja kuS a n S S be.k®rdJa Pada Den Ganda, tetapi karena saja (mentela) P&da nden’ saja kuatkan diuga hati-
kadan^mprn^11 ^ S t
ada Mak It3i' sa^a disini kadangS6diak Saia maslh ^ Mak »
Mengapa engkau merasa sepi?
Jusniati: Kang Ganda pada waktu jang achir ini pulangnja serins malam. Hanja mak Iti kawan saja bertjakap Sumaprawira: (keraguannja lenjap) O, kalau demikian tak mengapa. Memang diwaktu se karang kita harus bekerdja giat. Djadi kalau memang Ganda pulang malam, karena banjak pekerdjaan, biar lah tak mengapa. Nj. Sumaprawira: (masih agak tjuriga) Mak Iti, tjoba terangkan, mengapa engkau kurang senang bekerdja pada Den Ganda? Mak Iti: Ah, tidak apa-apa djuragan. Saja kasihan melihat Enden. Setiap malam Enden seorang diri sadja, karena Den Ganda belum pulang. (Mak Iti keluar, tak lama S kemudian ia masuk membawa kobokan dan sendok, lalu ia keluar lagi). Jusniati: Bu, tidak setiap malam kang Ganda pulang terlambat, hanja kadang-kadang sadja. Nj. Sumaprawira: (kurang pertjaja) Rupanja ada jang kau sembunjikan. Kalau memang tak ada apa-apa ibu djuga merasa tenteram. (mengalihkan pertjakapan) Jusniati: Ibu dan ajah barangkali hendak melihat-lihat kebun sajuran saja? (heran) Sumaprawira: Isteri seorang hartawan mendjadi petani? Rupanja engkau sudah turut djuga melipatgandakan hasil bumi. (kepada isterinja) Bu, mari kita melihat-lihat sebentar kebun petani isteri hartawan. (Sumaprawira dan isterinja hendak keluar) Jusniati:
Bapak dan ibu pergi berdua sadja, saja hendak menjadjikan makan. Sumaprawira:
Baik, Jus. (Kemudian Sumaprawira dan isterinja menudju kekebun) (masuk, agak marah, tak menegur isterinja) Gandawiria: (menjambut tas suaminja) Jusniati: Kang, mengapa terlambat datang? (marah) Gandawiria: Kau djangan banjak bitjara. Aku talc perlu mandur jang mengamat-amati pukul berapa aku pulang. (manis) Jusniati: Kang, djangan marah-marah. Redakan hati sebentar dan lepaskan lelah, makanan sudah sedia. (merengut) Gandawiria: Aku tak ingin makan. Makan sendiri masakanmu. 101
Jusniati: Gandawiria:
(tetap manis) Kang, ajah dan ibu datang, adjaklah mereka makan dengan kita bersama-sama. (mengentakkan kakinja) Aku tak mau makan, mengerti. Engkau sadja makan dengan bapak ibumu. Aku mesti pergi, ada perlu penting.
(Sumaprawira dan isterinja sudah masuk, berdiri dibelakang dan mendengar perkataan-perkataan Ganda). Jusniati: Gandawiria:
Sumaprawira:
Gandawiria:
Sumaprawira: Jusniati: Nj. Sumaprawira:
Jusniati: Sumaprawira:
Gandawiria: Sumaprawira:
Nj. Sumaprawira:
(menghampiri ajah dan ibunja) Ajah, ibu mari kita makan. Makanan sudah tersedia. (segera merubah sikapnja jang kasar itu, menghampiri mertuanja. Tingkah lakunja sekonjong-konjong manis dan hormat) Marilah ajah dan ibu kita makan. Sudah lama ajah dan ibu datang? Junus baik, bu? (tenang) Tak usah, kami baru makan tadi. (mendeham, suaranja sungguh-sungguh). Nak, bapak ada pesan. Kulihat antara enckau berdua ada perselisihan. (agak bingung) Ah, tidak, tidak pak. Pada waktu jang achir ini kadangkadang saja pulang agak terlambat. Banjak pekerdjaan pak. Padi harus lekas digiling. Urusan pengangkutan memusingkan kepala saja. Pekerdjaan saja bertumpuktumpuk pak, sungguh pak. Betulkah begitu Jus? Benar ajah.
'
Mengapa engkau tampaknja sedih? Ada jang kau sembunjikan. (Gandawiria gelisah)' Ah, tidak apa-apa, bu. Kepala saja sekarang agak pusing. (sungguh-sungguh) Nak turutlah nasehat bapak. Kewadjiban isteri selalu berbakti kepada suami, meski suami tersesat. Djustru djika suami sedang kemasukan setan kedjahatan, isteri nja wadjib menundjukkan djalan benar kembali. (girang) Betul ajah, saja setudju (menjindir) Tetapi suami harus tahu akan kewadjibannja terhadap isterinja. (kepada isterinja) Bu, mari kita pulang, anakanak sendiri dirumah. Baiklah. (kepada Jusniati) Baik-baik kau mengurus rumah tangga. Berbaktilah kepada suamimu dengan hati ichlas.
102
(Sumaprawira dan isterinja berpamitan kepada Jusniati dan Gandawiria. Mak Iti masuk membawa tongkat Sumaprawira). Mak Iti: (lutju) Djuragan, djuragan, tongkat ketinggalan. (Ia lari meng hampiri Sumaprawira, tetapi karena tergesa-gesa ia djatuh tersungkur). ' Sumaprawira: (tertawa) Terima kasih mak, kasihan engkau djatuh. Kakimu sakit? Ini persen lagi buat beli obat. (Mak Iti pura-pura tak mau menerima persen itu, tetapi achirnja diterima djuga. Kemudian ia keluar). Gandawiria:
(bersungut) Jus untung engkau tak mengadu kepada orang tuamu. Kalau tidak tentu engkau akan kuberi hadiah surat talak.
Jusniati.
Matamu sedangditutup setan. Aku pertjaja, pada suatu ketika, tentu kau akan insjaf kembali. Engkau akan meminta maaf dan bersudjud didepanku.
Gandawiria:
( m a r a h ) kepadamu, Aku tak mau meminta ampun. perempuan mesti bersudjud didepan laki-laki.
(Umar dan Markum masuk, memberi tabik kepada Gandawiria dan isterinja, lalu mereka dipersilahkan duduk). ; Umar: Jusniati: Gandawiria:
(manis dibuat-buat) Apa kabar njonja? Seperti* biasa. (kemudian ia keluar mengambil teh). Markum, nanti malam engkau mesti siap. Apakah ada lawan kita?
(Jusniati masuk membawa teh dan mendengar pertjakapan mereka). Markum: Umar: Gandawiria: Umar: Gandawiria: Markum:
Djangan kutltir Ganda, kita keruk dompet uang Den Satja Satu malam sadja kita akan mendjadi kaja. Kerugian kita kemarin malam kita tebus kembali. Apa kah kau sudah bersedia uang? Ada uangku f 1000.— engkau berapa uangmu? pura-pura menanja lagi. Engkau kan kasimja. Aku uang dari mana? Markum, uangmu ada? Uangmu,uangku. Dan uangku, ja uangku (tertawa) .Aku hidup senang, meskipun tak bekerdja.
103
Gandawiria:
Markum: Gandawiria: Umar:
Gandawiria: Markum: Jusniati: Markum: Jusniati:
Sedjak aku berkenalan dengan angkau beidua, kantonS" ku makin lama makin kempis. Dan perusahaanku terlantar, aku sudah mulai rugi. (tersenjum berarti) Tak mengapa Ganda, ada obatnja-jang mustadjab. (riang) Maksudmu Neng Omah? Apakah dia sudah suka pada ku? (gembira) Tjantik, neng Omah bukan? Tak ada bandingannja didunia. Tetapi, kalau engkau ingin, supaja neng Omah lekas terpikafc hatinja, Per" lu...... (ia membuat isjarat seperti memegang uang)O, uang, itu mudah. Berapa engkau perlu? Langkah pertama, supaja terbuka pintu neng Omali berpikir sebentar)...... / 250.— tjukuplah. (menghampiri mereka, meletakkan teh dan ku6 diatas medja, sambil mendeham) Maaf tuan-tuan, kuenja kurang lezat. (agak terkedut) Tak mengapa njonja (tertawa dibuat-buat). (K e p a d a Umar) Mari kita pulang, nanti kita terlambat. (pura-pura ketjewa) Tehnja belum diminum, sudah mau pulang.
^ m t a ™ u i ng TJadi).minUm teh>' (Markum memberi isjarat kepada Ganda •Gandawiria:
(kepada isterinja) Jus, tjoba ambilkan serutu dikamarku.
fiterkum JTvXS?i ,pergi- seBera Gandawiria memberi uang f 250.— kepada masuk Jusniati melihat semuanja itu. Tak lama kemudian J u s n i a t i a serutu. Markum dan Umar berpamitan pulang). Jusniati: Gandawiria: Jusniati: Gandawiria: Jusniati:
Gandawiria: 104
Kang, uang i\u untuk apa? (heran) Uang? Uang mana maksudmu9 (tenang) Uang jang kau berikan kepada Markum. (marah) Engk,au tak usah turut tjampur (tenang) Kang, aku tahu engkau dipengaruhi oleh Markum dan Umar, tukang djudi itu. Tak tahukah engkang, bahwa mereka hanja bersahabat, karena engkang ada uang? (marah) Aku tak perlu mendapat' petundjuk dari teorang ulama.
Jusniati:
G a n d a w ir ia : J u sn ia ti:
G andaw iria: Jusniati:
(tetap tenang) E ngkau tersesat. Perusahaanm u su dah n u la i itu.Ja kaU berk“ aI“ - ® » » n kedua p e n g e r S C t o m u ' (tak sabar) Sudah, sudahlah. (mulai m arah) Aku tak m au diam selama aku m asih engkau ancfran istercmu. B elandja untukku tak engkau fam bah sesen? pun, sedang engkau dulu b erdjan dji bahw a sem ua kekajaanm u tersedxa untukku. Sangkam u tjukup f 30.__ sebulan untuk m em belandjai rum ah sebesar in i? P erh iasanku hampxr habis kudjual atau kugadaikan untuk menutup ongkos belandja kita. Tjukup tak tjukup f l.— sehari, habis perkara. Belum habis perkaramu. Engkau tak m engutjap terima kasih kepadaku, meskipun semua keburukanmu kusembunjikan kepada orang tuaku?
G andaw iria: Jusniati:
G an daw iria:
M engapa engkau tak mengadu sadja, aku lebih senang. K arena aku memegang teguh kewadjiban isteri utama, aku tak mau mengadu. Aku tahu engkau sekarang se perti kemasukan setan djudi dan iblis.......... perempuan tjantik. (pura-pura heran) ' Perempuan tjantik? (tertawa) Dari m ana aku ada p e rem puan tjantik selain dari pada engkau? (ragu) Engkau tentu dengar dari Mak Iti.
Jusniati: K upantjing sadja engkau sudah mengaku. G an daw iria: Jusniati:
G andaw iria:
Jusniati:
Astaga! D jadi engkau tadi m em antjing aku. (m arah) Aku tak kenal pada Neng Omah. (ramah) D jangan mungkir kang. Aku tak marah. asal engkau tobat dan mau memperbaiki hidupmu kembali. Kelakuanmu dan tabiatmu jang buruk harus kau bersihkan, K au harus menempuh Hidup Baru. Zam an Baru m en g. hendaki D jiw a Baru. (mengedjek) Ha, rupanja engkau pandai djual pidato. Pergi kerapat besar, tentu engkau dapat tepuk tangan dari rakjat ja n g bodoh itu. (sungguh-sungguh) Kewadjibanku sutji kang. Aku harus membangunkan dan memelihara rumah tangga jang berbahagia. Engkau se bagai nachoda kapal rumah tangga kita sudah mabuk, aku sebagai djurumudimu wadjib memberi nasehat.
Gandawiria:
Jusniati: Gandawiria: Jusniati: Gandawiria: Jusniati: Gandawiria: Jusniati: Gandawiria: Jusniati: Gandawiria:
(marah) Aku tak perlu nasehat. Gadaikan nasehatmu, barangkali engkau dapat uang. Engkau mengedjek......... (menjela) Tutup mulutmu. Aku tak ada waktu. Aku harus pergi. Baru sadja engkau pulang, sekarang hendak pergi pula. Aku mesti pergi. (berdiri didepan suaminja) Aku jang melarang. (marah) Engkau menjingkir atau tidak? (sambil bersedia menempeleng Jusniati). (tetap tenang) Aku sajang kepadamu, ka’rena itu aku tak mau menjing kir. (marahnja meluap) Engkau berani menghalangi aku. (Jusniati lalu ditempelengnja, hingga djatuh tersungkur). (air matanja titik) Ganda, sungguh kedjam engkau. Hu, perempuan gila! (lalu pergi)
(Mak Iti sudah lama berdiri dibelakang melihat Jusniati ditempeleng oleh suaminja). r
, Mak Iti:
Jusniati:
Mak Iti: Jusniati:
M ak Iti:
(menghampiri Jusniati lalu diangkatnja, suaranja ter haru) Enden, susutlah air mata. Den Ganda tak berharga Enden tangisi. (sedih) Sengsara hidupku. Diwaktu demikianlah aku terkenang kembali akan Den Amir. Alangkah besar bedanja dia dengan Ganda. Tetapi aku isterinja...... wadjib member! nasehat kepadanja, agar rumah tanggaku tenteram bahagia. (merasa kasihan) Mulia sungguh Enden. Laki-laki sematjam itu tak lajak Enden tjintai. (sedih, matanja memandang kearah djauh) Mak, sebenamja aku tak tjinta kepadanja. Hanja tali sutji mengikat aku dengan dia, ialah perkawinan kita Sedjak aku kawin dengan dia, aku telah mentjoba mentjintai dia, tetapi rupanja ia tak berharga menerima tjintaku. (turut sedih) Menurut mak, baik Enden pulang sadja kerumah djuragan sepuh.
Jusniati:
Mak Iti: Jusniati: Mak Iti: Jusniati: Mak Iti:
Jusniati: Mak Iti: Jusniati:
Mak Iti: Jusniati:
Mak Iti: Jysniati: Mak Iti: Jusniati:
Mak Iti:
(memandang kepada Mak Iti, matanja bersinar) Pulang, ja pulang kerumah orang tuaku. (ragu) Tetapi nanti orang tuaku tahu keburukan suamiku. Aku harus tetap memelihara nama suamiku. Nama suamiku buruk, aku isterinja terbawa djuga. (heran) Enden, memang perempuan sedjati. (ragu-ragu) Enden saja hendak....... Mak, djangan takut-takut katakan isi hati mak. Enden tak akan marah? Masakan saja marah mak. Katakan sadja mak. Den Ganda sudah seminggu ada perhubungan dengan Neng Omah. (suaranja marah) Neng Omah, mukanja sadja tjantik, tetapi hatinja iblis. Sudah saja duga mak. Neng Omah tjantiknja luar biasa kata orang. Benar mak? (terkedjut) Benar Enden. Saja kira setiap laki-laki melihat dia lupa daratan, tetapi hatinja djangan ditanja, hatinja 12 iblis. (termenung sedjurus, suaranja tetap) . Mak, sudah tetap putusanku. Aku pergi dari sini. Aku atan ke Djakarta bekerdja pada salah satu kantor. Dengan demikian aku tak tergantung dari orang tuaku Barangkali Ganda akan insjaf kembali, djika aku pergi, kalau tidak terserah. (terkedjut) Enden akan pergi? Mak djuga turut. Mak tinggal sadja disini mengurus rumah ini. Aku membereskan koper pakaianku. Aku segera berangkat malam ini djuga. (memanda^ g kcaraii Jusniati keluar, sambil ni6ngg6lengkan kep'alanja) -Enden Jusniati aduh kasihan betul, kasihan. (masuk mendjindjing koper) Mak, hati-hati dirumah. (air matanja titik) Enden, ini kalung (memberikan .kalung itu kepada Jusniati) Kalung itu ambil sadja mak, tanda mata dari saja. Mak selamat tinggal (ia pergi dengan hati patah, tetapi tak diperlihatkannja kepada Iti). (memandang kearah Jusniati pergi, hatinja terharu) Enden Jusniati memang wanita istimewa. (Lajar turun) 10*1
Babak III. /tv' - . anirftn dalam rumah Rasjidin, dikota Djakarta. Disebelah kiri depanno tnrsi medja sederhana. Disebelah kanan depan ada sebuah dipan* S e b e la h kanan belakang tampak medja tulis Disebelah kiri ada P11^ fcpkamar tidur dan disebelah kanan pintu keserambi belakang. Pintu bela kang keserambi muka. Dinding ruangan itu dihiasi potret-potret P a n g e r a n Diponegoro dan R.A. Kartini. Pada suatu petang Rasjidin sedang hibuk mengetik). J u sn ia ti:
(masuk) Radjin benar. Mengetik .apa bung?
R a s jid in :
Surat undangan rapat
ju s n ia ti:
Rapat apa lagi bung?
R a s jid in :
Rapat Pengurus Badan Pembantu Perdjurit Pekerdja. (berolok)
ju s n ia ti:
Bung terlalu giat bekerdja. Dikantor bekerdja keras. dirumah orang-orang mengaso, bung terus bekerdja. Bung rupanja tak mengenal istirahat. (masuk berpakaian' bidan mendjindjing tas ketjil) Berdebat tentang apa lagi?
R u sm a n ia h : ju s n ia ti: R a sjid in :
Kakakmu tak mau beristirahat. Sudah 8 bulan aku m enumpang dirumahmu, tetapi belum pernah aku melihat kakakmu beristirahat, atau pergi menonton sandiwaraPekerdjaanku belum ada artinja bagl masjarakat
Rusmaniah:
Kak Rasjid biasa tak mau disebut-sebut namanja, meskipun ia sudah membanting tulang siang dan malam untuk mengurus keluarga pekerdja.
Rasjidin:
(tak atjuh) Ah, sudahlah, simpan pudjianmu bagiku. Biarlah aku meneruskan surat ini. (Kepada Jusniati) O, ja, nanti sore Amir datang kemari. Ia besok akan turut hadir dalam rapat Pengurus Badan Pembantu Perdjurit Pekerdja. (terkedjut)
Jusniati:
Amir, Amir mana? Saja ada kenal seorang pemuda bernama Amir. (tersenjum)'
Rasjidin:
Pura-pura menanja, Amirudin opseter di Mauk, sa h a b a tku. l a seorang pemuda jan g bersemangat dan b e rtjita tjita membangunkan Indonesia M erdeka. (iapun terus mengetik)
(agak kemalu-maluan) ju sn iati: 108
O, dia......... saja sudah kenal diwaktu dulu
R a s jid i n :
da+T1 tadi berkata ter« s terang? R iS k a l S Am?r h f SUt?ah seIesai' (K ePad a R u Smaniah> S S g u ^ p e l S S ja a n ^ ka‘ akan akU P6rgl seb“ ^ (R a s jid in p e rg i setelah m em b eresk a n k erta s-k erta s ja n g a d a d im e d ja ) J u sn ia ti: (k ep a d a R u sm a n ia h ) R u s m a n ia h :
f|
S
) 'dBn a n a k ianB k a n b a n tu ?
Sjukur, ibu dan b aji sehat. (Jusniati termenung sedjurus). R usm aniah: Jusniati:
(m endekati kaw annja) M engapa termenung Jus9 (ragu) Ah, tidak apa-apa. (sungguh-sungguh) Aku iri kepada-
R u sm a n ia h : J u s n ia ti:
R u sm a n ia h : J u sn ia ti:
R u sm a n ia h :
Mengapa? (terharu) Engkau berbakti kepada sesama manusia. Engkau m e nolong orang ja n g sedang membutuhkan tenagamu. Perempuan jan g hendak melahirkan anak kau tolong Engkau menghidupkan. Aku melihat pekerdjaanmu, aku' terkenang kepada bekas kekasihku. (heran) Bekas kek^sihmu? Engkau tak djadi kawin dengan dia? (sedih) Tak djadi, karena aku tak sanggup mengikuti tjita -tjita nja. H anja sebuah kenang-kenangan dari padanja k u simpan. A pa kenang-kenangan itu?
J u sn ia ti: R u sm a n ia h :
Sebuah sadjak dengan lagunja gubahan dia. Dengarkan kunjanjikan. (Ia m enjanji lagu „K eringat Kebangunan” ). (terharu) Alangkah indah lagu itu. Siapa pengarangnja?
J u s n ia ti:
Dia akan datang nanti. R u sm a n ia h :
Amirudin? Ju sn ia ti: R u s m a n ia h : J u sn ia ti:
Ja, Amirudin. Engkau sudah kenal padanja? (terkedjut, karena terharu) Sudah, karena beberapa kali Am ir datang kemari untuk mengurus pekerdja dengan kak Rasjid. * Kau suka padanja? 109
Rusmaniah: Jusniati: Rusmaniah: Jusniati: Rusmaniah: Jusniati:
Rusmaniah: Jusniati:
Rusmaniah: Jusniati: Rusmaniah: Jusniati:
(heran) Mengapa pertanjaanmu segandjil itu? Kulihat bera'merah mendjalar dipipimu, ketika engkau menjebut nama Amirudin. (agak kemalu-maluan) Ah, tidak Jus. antara dia dan aku hanja ada pertalian persahabatan. (kurang pertjaja) Sungguh demikian? (sungguh-sungguh) Aku berani bersumpah. (menjindir) Tak usah bersumpah, orang bersumpah berat tanggungannja. Tetapi................ (ia termenung dan menarik nafas). (mendekati Jusniati) Mengapa. engkau tiba-tiba termenung dan menank nafas? (tenang) Aku takut berdjumpa dengan Amir. Engkau sudah tahu riwajatku dengan suamiku. Aku ragu, mungkin luka hatiku jang kusangka telah sembuh, kambuh lagi. (agak ragu) Djadi engkau masih tjinta kepada Amir? (agak bingung) Ja. Tetapi mungkinkah ia masih mentjintai aku? (ragu-ragu) Aku tidak tahu. Engkau perempuan sahabatku, dapat menerka?
masakan
engkau
tak
Rusmaniah: Sungguh Jus, aku tidak tahu. Jusniati: Engkau djuga tjinta kepadanja? Rusmaniah: Kalau engkau sudah tahu, mengapa menanja? (dari luar) Assalamu’alaikum. Rusmaniah: (keluar menjambut Amirudin) Kak Amir, silakan duduk. (Amirudin berdiri diambang pintu belakang melihat Jusniati ia terkedjut. Jusniati fcertegun memandang kepada bekas kekasihnja) Rusmaniah: (pura-pura tak mengerti) Mengapa kak Amir dan Jus berdiri sadja, seperti tonggak? Duduk, duduklah. Kak Amir dan Jus pura-pura belum kenal, bukan sudah „sahabat kental” . Amirudin:
(Amirudin dan Jusniati duduk berhadap-hadapan, tapi kedua-duanja tak berani berpandang-pandangan).
Rusmaniah: Jusniati:
(mengerling kepada Amir dan Jusniati) Duduklah melepaskan kangen, aku kedalam menjediakan teh. (Ia hendak keluar). (kepada Rusmaniah) Engkau pandai menjakitkan hati jang hendak sembuh (tertawa dibuat-buat)
Amirudin: Jus, engkau tinggal disini? Jusniati: Amirudin: Jusniati:
Sedjak 8 bulan aku bekerdja dikantor kak Rasjidin sebagai djuru-tik. (heran) Kau tinggalkan suamimu? (sedih) Aku menjesal tak menerima engkau. Aku tak tahan hidup lebih lama lagi dengan kang Ganda.
Amirudin: Jusniati:
Rusmaniah:
Perkawinanmu dengan Ganda merupakan neraka ba rangkali. (sedih) Neraka diatas dunia rupanja bukan sebutan jang dituliskan oleh pengarang roman sadja. Aku mulai pertjaja neraka memang ada didunia, telah kualami. (la mena ngis) (masuk membawa teh dan ku6) Kak Amir, fninumlah seada-adanja. (memandang ke pada Jusniati, h’atinja merasa iba melihat dia menangis, tetapi pura-pura tak tahu). Jus, temanilah Amir bertjakap-tjakap, aku mengurus pekerdjaan dibelakang. >
Jusniati: Tak duduk dulu Rus? Rusmaniah:
Amirudin: Rusmaniah:
Jusniati:
Amirudin:
Nanti sadja, kalau pekerdjaanku sudah selesai. Tentu kak Amir ingin bertjengkerama dengan engkau. (Ia melirik berarti kepada Amirudin). (pura-pura marah kepada Rusmaniah) Memang binal dik Rus, selalu tertawa. Belum pemah ia bersedih hati. Dunia dianggapnja surga. (tersenjum) Dunia surga, kalau dipandang surga, dan neraka, kalau dipandang neraka. Hal itu tergantung dari manusia jang memandangnja. (tertawa, lalu keluar). (memandang sedjurus kearah Rusmaniah pergi) Aku ingin seperti Rus. Ia selalu bergembira, bahagia' hidup sebagai dia. Rus ada tjita-tjita hidup, ia menghidupkan manusia. Bidan berdjasa kepada masjarakat. Jus, gembirakan hatimu. Tempuh djalan Hidup Baru Hidupkan tjita-tjita Zaman Pembangunan dalam hati mu. Nistjaja hidupmu akan berbahagia. Ill
Jusniati: Amirudin: Jusniati: Amirudin:
Jusniati:
Amirudin: Jusniati:
(sedih) Tak mungkin, aku sudah mati. Hanja bajangan Jusniati. jang dulu kau kenal masih hidup. (terharu) Mengapa setragis itu bitjaramu? (sedih) Jusniati jang kau pudja sudah dimatikan Gandawiria. (bersemangat) Tak mungkin orang lain membunuh djiwamu, djika djiwamu tak mau dibunuh. (suaranja pedih) Djiwaku dibunuh hidup-hidup. Aku menerima Ganda, karena aku pertjaja akan mendapat pilihan teman hidup jang tahu menghargai djiwa wanita. Tetapi, Ganda manusia binatang. (terkedjut) Sekasar itu gelaran jang kau berikan kepada suamimu? (suaranja tadjam) Ganda lebih menjerupai binatang dari pada manusia.
Amirudin: * Jusniati:
/ Amirudin:
Maksudmu? (marah) Ia menghina, mengindjak-indjak harga keperempuanku. Perbuatannja ialah perbuatan binatang. Matanja tertutup oleh hawa nafsunja. Segaia perbuatanku sebagai isteri jang sanggup berbakti kepada suami tak dihiraukannja, dihinanja. (iba) Bagaimana tjaranja Ganda menghina harga keperempuananmu?
. Jusniati: Harta bendanja banjak, tetapi ia lebih kikir dari pada seorang Jahudi. Sesen dihitungnja sebelum memberikan kepadaku untuk mengurus rumah tangganja.
t Amirudin:
Jusniati:
Amirudin:
Terlalu Ganda, tak kusangka orang sekaja itu sekikir orang Jahudi. (suaranja pedih) Penghinaannja kepadaku belum tjukup sampai disini sadja. Ia menempeleng, menganiaja aku, karena perbua tannja jang menjolok mata kularang. (heran) Astaga, perbuatan apa lagi?
Jusniati: Amirudin:
112
Ia beristerikan seorang perempuan setengah sopan. (menggeleng-gelengkan kepalanja) Achirnja?
Jusniati:
Amirudin: Jusniati: Amirudin:
(air matanja titifc) Achimja aku lari ke Djakarta. Aku insjaf, bahwa sudah ‘ tjukup kebaktianku kepada suamiku. Perhiasanku pem berian orang tuaku sudah banjak kudjual, atau kugadaikan untuk menutup ongkos rumah tangga Ganda. (sedih) Tak kusangka engkau mengalami bentjana seperti ini (termenung sedjurus) Tak usah kau hiraukan nasibku. Engkau sudah hampir berbahagia kulihat. (heran) Hampir berbahagia, apa maksudmu?
Jusniati; Amirudin:
Seorang gadis tjantik dan bertjita-tjita mentjintai eng. kau. Karena itu hatiku bertambah pedih. (heran) Siapa gadis itu?
Jusniati: Amirudin: Jusniati: Amirudin: Jusniati:
Sudah tahu menanja pula, (tersenjum) Amir, masih adakah bahagia bagiku? (tetap) Ada, asal engkau mau. Bahagia engkau sendiri jang menentukan. (menggelengkan kepalanja) Hanja......... engkau jang dapat menentukannja. (terkedjut) Amirudin dUlu sudah mati. ' (suaranja tetap) Aku dapat menghidupkan dia kembali. (Ia menjanji lagu ..Keringat Kebangunan” ) .
(Amirudin terharu mendengar suara bekas kekasihnja). Rasjidin: Amirudin: Rasjidin: Amirudin: Rusmaniah:
(masuk dari pintu belakang, bertepuk tangan) Jus, tak kusangka engkau pandai menjanji. (gembira menghampiri Rasjidin) Rasjid, sudah lama aku menunggu. (melutju) Lama tak mengapa, asal ada nona manis. Satu djam terasa satu menit. (tertawa) Engkau pandai berkelakar rupanja. (masuk menghampiri Rasjidin) Kak, diluar ada seorang pekerdja hendak bertemu dengan engkau.
(Rasjidin segera keluar memanggil pekerdja itu). Pekerdja: Rasjidin:
(masuk dengan hormat) Bolehkah saja berbitjara dengan tuan Rasjidin? Duduklah, djangan malu-malu. Saja Rasjidin. Ada apa? 113
Pekerdja: R a sjid in :
Pekerdja: R a sjid in :
Pekerdja: R asjidin: Rusmaniah:
Lima orang kaWan saja dan saja sendiri sakit. Kami ingin pulang kembali kekampung. Kamu pekerdja dari mana? Saja bekerdja di Banten Selatan dan sudah mendaPa*' izin dari Kepala Kampung kembali ke Gombong. (ramah) Besok pagi datang. sadja kekantor B.P.P.P. Saja uruS lebih landjut perdjalananmu. Sekarang engkau bertfialam dimana? Ditempat pondokan pekerdja. Ja baik, djangan lupa besok menghadap d i k a n t o r B P.P.P:-djam 9 pagi. (merasa kasihan) Bang, ini uang untuk beli makanan. Bagikan kepad* kawan-kawanmu.
Pekerdja: Rusm aniah:
Amirudin:
Terima kasih, terima kasih, Den. Saja permisi tuan mengangguk dengan hormat, lalu keluar). (kepada Rasjidin) Hatiku terharu melihat nasib pekerdja. Mereka sebena*' nja pahlawan Tanah Air jang tak dikenal nama, tetftP1 sajang kita kurang menghargainja. (bersemangat) Karena aku insjaf, bahwa mereka sebenamja pahlawan Tanah Ail- jang berdjasa setiap hari, maka kejakinanku tetap akan pergi ke Borneo bersama-sama dengan Per' 'djurit-perdjurit pekerdja.
Rasjidin: Amirudin:
Rasjidin: Rusmaniah: Jusniati:
Bilamana engkau pergi? (gembira) Dua hari lagi. Hutan rawa akan kubuka mendjadi tanah makmur. Dengan demikian soal kelebihan penduduk ^ Djawa akan dapat dipetjahkan. Penduduk Djawa jang sudah padat itu akan dapat dikirimkan ke Borneo me_ makmurkan daerah baru. Soal transmigrasi sungguh besar artinja untuk memadjukan ekonomi negeri kita. Pekerdja jang sakit harus ada jang merawat. Engkaulah djururawat mereka. Inginkah kau pergi ke Borneo?
Rusmaniah: Barangkali.
114
A m iru d in ;
M engapa barangkali? R usm aniah: A m irudin:
K arena hatiku m asih bimbang. Sebabnja?
R usm aniah: Am irudin:
R asjidin :
Jusniati: R a s jid in :
Jusniati m ungkin akan sengsara untuk selam a-Iam anja. (termenung, lalu menganggukkan kepalanja seakan-ak»r> m sudah mengerti kata-kata R usm aniah). H al ini akan kuselesaikari sebelum aku berancrkat k-o Borneo. (K epada R asjidin ). Aku permisi, karena ada pekerdjaan ja n g harus kuselesaikan' untuk r^pat besok (la keluar, setelah mengangguk kepada mereka semua) (m em andang kearah Amirudin keluar) Amirudin m em ang seorang pemuda ja n g patut ditjontoh Selalu giat, tak kenal lelah. Lajak ia kunamakan pahla wan perdjurit pekerdja. (suaranja bangga) Sedjak bekerdja di Mauk, kak Amir sudah mendiadi pahlawan pekerdja. (kepada Rusmaniah) Mengapa engkau tak turut ke Borneo?
R usm aniah: Jus dan aku harus memutuskan siapa jang akan turut. R asjidin : M em ang hati perempuan sukar diterka. Harapanku dja_ • ngan sampai aku dipermainkan oleh perempuan. Amir tjontohnja. Tjinta, perempuan, (tertawa lutiu) Biarlah aku mandi keringat, karena banjak pekerdjaan asal djangan karena.......... perempuan (tertawa). (lapun masuk kekamarnja). Jusniati: D jadi engkau tetap akan pergi ke Borneo? Rusm aniah:
Jusniati: R u sm an iah :
Sebagai kawan sedjati, mari kita serahkan nasib kita kepada Amirudin. Biarlah dia memilih diantara kita berdua. (m enjiadir) D jika Amir memilih aku. (tenang) Aku akan m endjadi perawan tua. Bahagia akan kutjari dalam pekerdjaanku sebagai djururawat menghidupkan manusia. (Lajar turun)
115
Babak IV. kursi m ikfbun didepan rumah Rasjidin. Didepan sebelah kanan tampak 4 ku* kebun dan medjanja. Didepan sebelah kiri ada sebuah bangku p an d J^ ^ ' D isebelah belakang tampak pot-pot bunga dan tanaman singkong. D ib e kanK ada pagar dan pintunja menudju kerumah. Pada suatu petang Jusniati sedang duduk seorang diri, termenung men gang seputjuk surat).
Jusniati:
(masuk lambat-lambat berdiri dlbelakang Jusniati) Engkau sedih tampaknja. (saju) Aku menerima surat dari Ganda bekas suamiku. l a w?1 bertjerai dengan isterinja katanja.
Rusmaniah:
(heran)
R usm an iah :
Jusniati: Amirudin:
Bertjerai, dan sekarang ia ingin kembali kepadamu? (kesal) ,ft Sikikir itu hendak kembali kepadaku, setelah uangnj habis dieret dan perusahaannja hampir djatuh. (masuk dan mendengar kata-kata Jusniati) Siapa sikikir itu Jus?
(Jusniati dan Rusmaniah serempak berdiri menjambut Amirudin dengan gembira). Jusniati: Sikikir itu. Amir.
nanti kutjeritakan. Silakan duduk dulu.
(Amirudin duduk. Rusmaniah berkemas hendak pegi). Jusniati: Rusmaniah: Jusniati: Amirudin:
Jusniati:
(kepada Rusmaniah) Rus, djangan pergi, mari kita putuskan masalah kit,a bersama-sama. (agak segan duduk kembali) . u Jus, aku tak tahan menjakiti hatimu. Aku tahu h a t u n rusuh. (tersenjum) . . n Hati rusuh tak mengapa, asal persahabatan kita djang . terputus. .. .x (terharu tak berani memandang kepada kedua gadis hu Dik Jus, dan engkau Rus, dengarlah putusanku, bu®~T perdjuangan batinku. Aku dSfen berangkat besok ke Borneo dengan beratus-ratus pekerdja. Meski hatis patah, namun putusanku barangkali mendjadi bahagibagi kita bertiga. Maksudmu?
Amirudin:
116
Aku pergi sendiri, aku tak akan beristeri. B a r a n g k a l i bertahun-tahun aku tak akan melihat pulau Djawa keinbali. Sebelum hutan rimba di Borneo berubah mendjaa* sawah ladang, aku tak akan kembali-
R u s m a n ia h :
A m irudin:
Jusn iati:
(te r h a r u )
Barangkali putusan ini ja n g paling baik bagi kita bukankah begitu Jus. Dua wanita m entjintai seorane laki-laki. Ah, m engapa sekedjam ini nasib m enim na diriku? (air m atanja mulai titik). (terharu, m endekati Rusm aniah) Aku m engerti perasaanmu. (Ia m em andang kepada Jusniati) Tak sampai hatiku m enjakiti h ati Jus, jan g sudah menderita, karena perbuatan suaminja. (suaranja tertahan-tahan) K ak Amir, sikikir ja n g kusebut tadi, tidak lain Ganda. Ia inigin kembali kepadaku, setelah m erasai sendiri per buatan isterinja. Isterinja Neng Omah menghabiskan uang sipelit itu.
A m iru d in :
M enghabiskan bagaim ana? Ju sn ia ti:
Perempuan tjelaka tidak setia.
itu' selainnja
tukang
djudi
djuga
R u s m a n ia h :
Jus, aku tak kasihan terhadap laki-laki jan g telah m enganiaja perempuan. Hukum kharma berlaKu. G anda disiksa oleh perbuatan seorang perempuan jan g djuga tidak setia. J u sn ia ti:
A m iru d in :
Ganda, bekas suamiku menderita, karena ia telah men* deritakan daku. Penderitaannja berlipatganda. Uangnja habis, perusahaannja ham pir djatuh dan achirnja isteri n ja m ain gila dengan lelaki lain. (menggelengkan kepalanja) Apa sebabnja Ganda hendak kembali padamu?
J u sn ia ti:
Ia ingin menebus dosanja dan berdjandji akan berlaku sebagai suami sedjati terhadap diriku. Rusm aniah-:
Jus, kau pertjaja Ganda tjinta kepadamu? J u s n ia ti:
R a s jid in :
A m iru d in : R a s jid in :
Menilik isi surat-suratnja rupanja ia memang tjinta ke padaku. .K atanja ia hendak membunuh diri, kalau permintaannja kutolak. (masuk, gembira, setelah beberapa lam anja mendengar pertjakapan mereka dari belakang)’ E, e, A m ir, su dah la m a ? K u lih a t a d a m asalah pen tin g sedan g diru n din gkan (tersen ju m lu tju ). S oa l tjin ta ? (agak k em a lu -m a lu a n ) K u k ira tak d ja u h sa la h n ja terkaanm u.
(tertawa) R u p a n ja didu n ia h a n ja soa l tjin ta sa d ja ja n g penting. S etiap h a ri dip on d ok , digedu n g, diistana, tjin ta selalu m en d ja d i b u a h b ib ir orang. 117
Amirudin:
Rasjidin:
Jusniati: Rasjidin:
(tersenjum menjindir) .fcu Engkau rupanja hendak mendjadi pertapa, karena 1 kau seakan-akan bosan mendengar orang berbitja.ift tentang tjinta. Tetapi ingat, tidak ada tjinta, tidak a® hidup. Tentu sudah lama semua manusia mati. Dun mendjadi sunji. (tersenjum) . Baik, aku menjerah. (la menghampiri Jusniati, diadja-Knja berbitjara agak kemuka). Dik Jus, engkau tjin pada orang tuamu? (agak heran) Tentu sadja kak Rasjid. Mengapa gandjil benar pert& njaanmu? Pertanjaanku tidak gandjil. Bagus, bagus, kalau tjinta pada orang tuamu. Permintaan bapakmu k& . tolak?
Jusniati: Rasjidin: jusniati:
Masakan anak menolak permintaan ajahnja? (suaranja sungguh-sungguh) . Ajahmu memi'nta, supaja engkau suka kembali kepad suamimu Raden Gandawiria. (termenung sedjurus) Entahlah, hatiku masih sakit djika aku mengingat Per' buatan suamiku .dulu terhadap diriku.
Rasjidin:
Jusniati: Sumaprawira:
Jusniati: Sumaprawira:
Jusniati:
Sumaprawira:
Jusniati: 118
Djika Ganda sekarang mau merubah kelakuannja? (bimbang) . Aku takut penderitaarf’jang dulu akan terulang. (masuk dari pintu s6tos&jjteifean) Jus, anakku jang m a j^ ^ p ertjaja la h kepada ajahmu. Ganda sudah datang}k^aadaku. Ia meminta m aaf atas segaia dosanja. Ta j(Sfogftnpah akan memperbaiki kela kuannja. Ia suctah^S&at. (girang, mengafffikan pembitjaraan) 'Ajah sudah lama datang? Mengapa tak mengirim surat kepada saja? Tadi siang nak. Karena nak Rasjidin sanggup membantU, aku mau kemari untuk membereskan u r u s a n m u dengan Ganda. /menjindir) •' O, begitu. Djadi rupanja ajah sudah mendjelma m en djadi Duta Besar Ganda? Dan kak Rasjid Utusan Istimewa ajah kiranja. (manis) Nak, soal sepenting ini djangan kau permain-mainkan. Ampunilah segaia dosa Ganda. Aku pertjaja, dia tak akan berlaku sewenang-wenang lagi terhadap engkau. (ragu) Mengapa ajah pertjaja kepada perkataan Ganda?
Su m apraw ira:
R asjidin:
Amirudin:
Jusniati: Am irudin:
Jusniati: Am irudin:
Jusniati:
R u sm an iah : Jusniati:
Rusm aniah:
Jusniati:
(sungguh-sungguh) ’ G anda hendak m em bunuh dirl, kalau aku tak m au memba.ntu dia, supaja engkau m enerim a d ia kembali sebagai suamimu. G anda berkata, bahw a hidu pn ja tak berguna, djika ia tak diberi kesem patan m enebus dosanja terhadap engkau. (ram ah) Jus, sungguh aku djuga pertjaja. G anda tam paknja ingin m erubah hidupnja dan berhasrat m enem puh Hidup Baru. (manis) Engkau berdjasa kepada suamimu, djiica engkau kem bali kepadanja H idupnja kau perbaiki. D jadikanlah dia seorang laki-laki satria, ja n g sanggup berkurban untuk T an ah A ir dan Bangsa. (tadjam ) D jad i engkau merasa berbahagia, djika aku melepaskan engkau? (merasa telandjur) Bukan itu maksudku. Pertjajalah, tjintaku kepadamu hingga sekarang tak berubah. Tetapi aku mengingat kepentingan masjarakat. (m engedjek) K epentingan m asjarakat? Apa hubungannja kepenting an m asjarakat dengan bahagiaku? (sungguh-sungguh) G anda seorang pengusaha perusahaan penggilingan padi. Perusahaannja akan rubuh, djika kau tak m em bantu m enegakkannja kembali. Fegawai-pegawairija akan kehilangan m ata pentjahariannja. D ia kau terima kembali, sebagai suamimu, perusahaannja hidup kem bali dan m asjarakat beruntung. (ketjewa> D jelaslah sudah bagiku. Engkau rela aku kembalx ke pada suamiku. Rus, berbakti kepada m asjarakat. Ia menghidupkan; tetapi aku.......... (air m atanja titik). (mendekati Jusniati membelai-belai ram butnja) Pekerdjaanm u lebih sutji dari pekerdjaanku. (memandang kepada Rusmaniah, menggelengkan kepalanja) Seorang laki-laki djahanam akan kuberi kurban lagi? (Ia mengentakkan kakinja) Tidak, tidak, aku tak mau m endjadi kurban laki-laki lagi. (Ia menangis) (suaranja lem ah lembut) Sungguh Jus, engkau seorang wanita utama. O rang jang sudah rusak pekertinja, kau rubah, kau perbaiki m en djadi sempuma. Tidak mungkin. 119
Rusmaniah:
Jusniati: Rusmaniah:
Amirudin: Jusniati: Amirudin:
Sumaprawira:
Jusniati: Sumaprawira:
Jusniati: Sumaprawira: Jusniati: Rusmaniah: Jusniati: Amirudin: Jusniati:
120
(tetap) Mungkin, asal engkau mau. Djiwa Ganda jang buruk, kau isi dengan djiwa baru, djiwa sutji. Dan engkaulah pentjipta manusia baru. (kesal) Sudahlah, sudah. Aku tak ingin mendengar adjaranmu. (tetap) Pekerdjaanku menghidupkan barang jang dasamja masih sutji, tetapi engkau Jus, barang jang sudah rusakkau perbaiki. (gembira) Jus, engkaulah wanita sutji. (marah) Maksudmu aku harus kembali kepada suamiku sikikir itu. (sungguh-sungguh) Penjakit kikirnja habis terkikis oleh isterinja Neng Omah. Uang Ganda dieret oleh Omah dan akibatnja tentu penjakit kikir Ganda mendjadi sembuh. (girang) Ganda tidak kikir lagi. Ia telah menjerahkan semua kebun dan sawahnja serta perusahaannja kepadaku. Ia meminta kepadaku, supaja harta bendanja jang masih ada mi kuberikan kepadamu. (agak ragu) Djadi sudah berubah kang Ganda. Dan dia hendak kemana? (sungguh-sungguh) Ganda akan membunuh diri, tetapi sebelum melakukan perbuatan jang menjedihkan itu, ia memaksa, supaja aku menerima semua hartanja untuk engkau. (Ia mengambil surat notaris dari sakunja). Inilah buktfnja surat notaris jang menjatakan, bahwa sawah, kebun dan perusahaan Ganda adalah hakmu. (menjindir) Karena harta benda, ajah tunduk dan menerima dia sebagai mantu ajah? Bukan karena harta bendanja Jus. Karena penjerahan itu adalah bukti, bahwa perangainja sudah berubah. (dengan langkah tetap menghampiri Rusmaniah) kus , berkatalah terus-terang, engkau tjinta kepada Amir? (gembira) Saja tjinta kepadanja, tetapi barangkali Amir tidak. (mendekati Amirudin) Kak Amir, engkau tjinta kepada Rus? (agak ragu) Aku tjinta kepada Rus, tetapi., — (menjela) Tetapi apa lagi?
Amirudin: . Permintaanku, engkau menerima suamimu Ganda kem bali. Jusniati: Amirudin:
Rusmaniah: Rasjidin: Sumaprawira: Amirudin: Sumaprawira:
Kalau aku menerima Ganda kembali, mau engkau mem bawa Rusmaniah ke Borneo? (girang) Aku mau, karena kebimbangan hatiku sudah lenjap. Suamimu dan engkau memperkuat masjarakat di Djawa. Dan aku berdua Rus membuka hutan rimba di Borneo. (gembira) Kita berempat membina masjarakat Indonesia Baru. (bersemangat) Hidup Angkatan Baru Indonesia! (tertawa) Anakku memang manis dan baik budinja. Tunggu dulu, bapak membawa oleh-oleh istimewa. (heran) Buat siapa ajah? (tersenjum lutju) Buat siapa lagi, kalau bukan buat Jusniati, Srikandi kita. (Ia keluar)
(Sumaprawira dan Gandawiria masuk. Gandawiria sudah agak lama ber sembunji dibelakang pagar). Sumaprawira: (menundjuk kepada Ganda) Ini dia oleh-olehku jang istimewa- (tertawa). Gandawiria: (bersudjut didepan Jusniati) Jus, isteriku, maukah engkau memaafkan segaia kesalahanku terhadap dirimu? Sungguh akiT menjesal, aku sudah tobat. Jusniati: (tenang) Berdirilah kang Ganda. Tak lajak seorang laki-laki ber sudjud didepan seorang perempuan. Segaia kesalahanmu kumaafkan, asal engkau berdjandji. Gandawiria: (sedih) ,. Jus, isteriku perkataanmu dulu, bahwa aku pada suatu waktu akan bersudjud didepanmu sekarang sudah terbukti. Jus, aku mau berdjandji, seratus kali, ja seribu kali djuga tak halangan. Jusniati* (mau tertawa, tetapi segera ditahannja) Djangan banjak-banjak engkau berdjandji, satu kali tjukup, asal djandjimu itu kau utjapkan dengan hati tulus ichlas, dipersaksikan oleh ajahku dan semua jang hadir *disihi. Gandawiria: (gembira, tingkahnja agak berlebih-lebihan hingga lutju tampaknja) Aku mau, aku rela. Tuhan saksinja aku bersumpah hendak berbakti untuk isteriku. Isteriku jang tjantik manis dan............. 121
Jusniati: Gandaw iria:
Jusniati: Sumaprawira: Jusniati:
Sumaprawira: Jusniati: Gandawiria:
Jusniati:
(menjela dengan tjepat, sambil tersenjum) E, e, mau bersumpah lagi. Berdjandji sadja s u d a n tjukup. (gembira) Ja, ja, aku berdjandji. Ajah, saudara Rasjidin, s a u d a r a Amirudin dan nona Rusmaniah, saksikan, aku berdjandji akan menepati semua permintaan isteriku jang sutji(menghampiri ajahnja) Ajah, mana surat notaris itu tadi? (memberikan surat notaris) Ini nak. (membatja surat itu, lalu memandang kepada G andawiria) Kang Ganda berapa harga perusahaan, kebun dan sawahmu semu^, djika didjual? (heran) E, e, Jus, hartamu ini hendak kau djual? Untuk apa uangnja? ' . (tenang) Barangkali djuga pak. (Kepada Gandawiria) Kang Ganda, tjoba taksir berapa harganja? (berpikir sebentar) Perusahaanku, meskipun sudah hampir djatuh masih laku f 1 0 .0 0 0 .— dan sawah serta kebunku kira-kira ber harga / 50.000.— Djadi semua / 60.000.— (tertawa) Bagus, bagus. Nah. sekarang dengarkan, kang Gandaf 5 .0 0 0 .— kusumbangkan untuk Kantor Badan Pen*bantu Perdjurit Pekerdja dan / 1.000.— untuk membeli tanda mata buat pengantin baru kita Rusmaniah dan Amirudin.
(Amirudin dan Rusmaniah dengan gembira menghampiri Jusniati) Amirudin: Rusmaniah: Rasjidin:
Gandawiria:
(mendjabat tangan Jusniati) Terima kasih banjak Jus, engkau berdjasa kepada masjarakat dan kepadaku. (mendjabat tangan Jusniati) Terima kasih Jus, engkau memang wanita istimewa. (girang) Saudara Jusniati dan saudara G an daw iria, atas nama Badan Pembantu Perdjurit Pekerdja saja mengutjap banjak terima kasih menerima sumbangan saudara berdua. Keluarga kaum pekerdja menghargai sumbangan saudara jang banjak itu. (gembira) Saja setudju semua harta saja disumbangkan kepada Badan Pembantu Perdjurit Pekerdja (tingkahnja lutju) asal Jusniati isteriku manis sudi menerima saja sebagai suaminja.
Jusniati: G andaw iria: Jusniati:
G andaw iria: Jusniati: A m irudin: Jusniati:
R a s jid in : Gandawiria:
(tersenjum , pura-pu ra m arah kepada G an da) G anda, djangan lan tjan g mulut, ja . E ngkau belum berd jan d ji selaras kehendakku. (agak tjem as) Jus, aku berdjan dji, b erd jan ...........dji. (hendak tertawa, tapi segera d itah an n ja) Nah, turutilah kata-kataku ini. (Setiap kata Jusniati dituruti oleh Gandawiria dengan suara ja n g menegpH. kan h a ti). 66 Aku Gandaw iria b erdjandji berlaku sebagai suam i sedjati dan baik budi terhadap isteriku Jusniati. Aku akan berdju an g m ati-m atian dan berkurban untuk Indonesia Merdeka. (girang) Jus, aku sudah berdjandji. M aukah engkau m endjadi isteriku kembali? (m elutju) Aku suka m endjadi isterimu kembali kang G anda manissss. (girang) Pahlawan padi dibantu Srikandi zam an sekarang berdjasa untuk Nusa dan Bangsa. (tersenjum riang) Pahlawan pekerdja dengan bidan bidadarinja akan m entjurahkan keringat kebangunan untuk keadilan sosial dihutan rimba. (sungguh-sungguh) K eringat Kebangunan, itulah dia nam a keringat jang sekarang m engalir dari tubuh bangsa kita. (bersemangat) K eringat Kebangunan memupuk bum i Indonesia. (Lajar turun) T a m m a t.
D jakarta, achir tahun 1944.
•V.
'Pjjerita pendek
D E N G A N hati berdebar-debar dia masuk kedalam serambi m uka rum ah R o ch ija h . R um ah R och ijah bagus, dari batu, di D jalan Trivelli, D jakarta H ati laki-laki itu jan g menunggu didepan pintu sesudah berkata: „A ssalam ualaikum ” belum berhenti-henti berdegup-degup, setelah R och ijah d en g a n sen ju m an dan pandangan mata ja n g sudah dikenalnja itu berdiri didepan m ukanja. „ 0 , kau K arm an ?” sapa R och ijah dengan suara merdu. Ia bergaun sutera B em berg, hidjau berbunga besar2 indah, potongan New Look. Suara R ochijah ja n g merdu poetis itu sudah lam a tak didengarnja. Selam a 5 tahun revolusi in i laki-laki itu tak p em ah berdjum pa lagi dengan R ochijah. Laki-laki itu berpantalon kashm ir dan berdasi berdiri tegak, tertegun m em andang p ad a R ochijah, meski wanita itu m enjilakan dia duduk. Setelah d u du k sedjenak, tak berani laki-laki itu menatap w adjah R ochijah. Pandangan m a tan ja diatur supaja djangan diketahui oleh R ochijah, bahwa dalam ron gga h atin ja ada sesuatu ja n g hidup. Sesuatu ja n g sutji, djika sesuatu itu dapat dinamakan sutji dalam dunia jang asing dari kesutjian. Sukar sesuatu itu disebut tjinta murni. Laki-laki itu sendiri ketika term angum angu, tak insjaf, tak sadar apa jang seben am ja terasa dalam hatinja p ad a saat itu. I a seakan-akan terbangun, ketika disapa lagi oleh R ochijah. „K au, bila datan g, Sukarman? Kudengar selama revolusi ini, kau ada di Jogja? •• k a ta n ja sambil tersenjum biasa. Sukarman m endengar kata-kata R och ijah itu seperti bermimpi. „Sam a sadja suara d ia seperti dulu” , pikir Sukarman. S u a r a R och ijah jang merdu poetis itu, dan m atanja jan g mengkilat menarik U iagnetis masih belum berubah seperti dulu, dem ikian ajalan pikiran S u k a rm a n , tatkala m emandang R ochijah jang duduk dimukanja. tjeritakan djalan hidupmu, sesudah djalan kita berpisah” , kata Sukarman terdiam sedjenak, tak mendjawab, m asih memandang terus pada wanita didepan mukanja. T jantik dia, meski raut parasnja agak b e r t a m b a h tua. D jik a R ochijah diibaratkan bunga, ia bunga leli jang m asih belum laju, tapi masih mekar penuh. Ia tahu wanita itu kini sudah beranak dua orang. T jo b a
R o c h ija h .
"K a u termenung terus, Karm an, m engapa?” ” Ah, tidak, tidak, dik. Aku h a n ja berpikir. K au sadja dulu tjeritakan djalan hidupmu, setelah kita b e r p i s a h ” , kata Sukarman. 126
Suara R o c h i j a h dengan tak tertahan-tahan meluntjur dengan gaja melag**' Sedjak kau kawin 7 tahun jang lalu, aku terpaksa bekerdja disalah satu kantor lain. Tidak dikantor suratkabarmu lagi. Karena aku sebenai" nja didera kebimbangan dalam hidupku, sedjak aku melempar kau, entah mengapa M u n gkin karena aku terlalu banjak tjanda. Boleh djadi k a r e n a aku pada waktu jang lalu belum menguasai hatiku sendiri. Aku terlah1 terpengaruh oleh kata2 pamanku dan kemanakan2ku. Mereka m e n g a t a kan, kau kurang sebaja dengan aku. Aku terlalu tjantik bagimu, meski djadi wartawan dan ada harapan djadi sasterawan kenamaan. Sukarm an mengangguk-anggukkan kepalanja.
„Baru kemarin aku datang dari Jogja, dik. Waktu jang lampau, segar mengharum, dihambur musi£» pergaulan kita Kau masih ingat, kita berdua menonton bioskop di D eca Park? Kau duduk disampingku, aku gembira, nikmat hidup dikala- itu* Tapi kemudian krisis menjembul, setelah pamanmu memveto perkawinan kita. Tjintjin-tunangan kita masih kusimpan, seperti nzimat” , m e l u n t j u r mesra kata Sukarman. Dia mengharap melihat setitik air mata mengkilat dimata Rochijah jang manis itu, tapi tidak. Mata Rochijah memandang kearah lain, tak ada sesuatu jang hendak dikatakannja dengan sinar matanja.
Hening sebentar, Kedua manusia itu tak berkata-kata. Seakan-akan kesunjian dan keheningan suasana bagi mereka lebih penting, lebih chidm at , daripada kata-kata manusia. Kesunjian dan keheningan itu tiba-tiba dipetjah oleh tangis seorang anak dari dalam kamar tidur. Rochijah terperandjat, katanja, anakku menangis. Kuambilnja sebentar, lalu ia pergi. Dengan menggendong anak perempuan berumur 3 tahun, Rochijah kemu dian duduk kembali didepan Sukarman Anak itu masih menangis terus. manis djuga rupanja seperti ibunja. Rambutnja keriting lunak, seperti rambut ibunja. Parasnja kuning langsat, seperti ibunja. djuga. Tak ada gurat-gurat paras anak itu jang agak berlainan dengan Rochijah. Sukar man sudah mendengar dari kawan-kawannja, bahwa suami Rochijah tidak bagus, lebih djelek dari dia. Djustru karena itu ia ingin melihat sendiri bagaimana rupa suami Rochijah. Karena dia, Rochijah melemparkan Sukar man tempo hari. Sukarman tahu bahwa suami bekas tunangannja itu djuga tidak tinggi kedudukannja dalam masjarakat, pun tidak tergolong intelek, MunSk5n hanja sekolah Mulo sadja. la hanja mendjadi klerfc. bUKarman pada waktu itu sudah djadi wartawan suratkabar nasional. M eskipun demikian Rochijah melepaskan dia. Rochij ah menjanji ketjil mengambil-ambil hati anaknja, anak itu SShiiah? ™ernandang aneh pada Sukarman. Sukarman menanja pada mas nam ’ Japa nama anak manis ini?” Rochijah tersenjum: ..Sumarti, SJontak ho.?0gat Djawa' BaPaknja dJu&a berasal dari Djawa” . M akin Hi-i diaHi « Sukarman- Dulu salah satu alasan paman Rochijah m enolak SncWiah Roch« ah karena dia berasal dari Djawa. Meskipun bapak ^ nala bnfn ^lri menjetudjui anaknja kawin dengan dia, namun paman ! u meJarang. Rochijah katanja hendak dikawinkan dengan pe, ^ , QSerpanekat tInggi, berasal dari Sumatera. Sukarman makin kesal, ma~V . K mengerti mengapa kekasihnja dulu menolak dia dengan m entahrnentah, setelah bersumpah sehidup-semati dengan dia. 126
T e r b a ja n g d im u k an ja seerala peristiw a ja n g telah te rd ja d i 7 tahun ja n e lalu. F ertem uan -hati m ereka ja n g pertam a kali d lk an tor su ratkabar S u b a r? m a n . R o ch ija h p ad a m ac a itu d ja d i sccretaresse surat k ab ar itu Hit-i Su k arm an d ja d i tergon tja n g oleh k etja n tik a n R o ch ija h dan oleh tin g k a h n w ja n g m enarik, charm ant. H ati Sukarm an m ulai terkait erat pada R o ch iia h .3.. . Sadis itu m em u d ji buku karan gan n ja ja n g pertam a d itjetak , ja itu ..D jed jak a S a tria ” . Seperti lukisan-lukisan hidup m enari didepan m u k an ia segala peristiw a sem asa 7 tahun ja n g lalu. Penuh derita. derita tjin ta . derita ekonom i, derita rum ah Jangga. derita perdju an gan revolusi. H am p ir-h a m p ir ia berm aksud m em bunuh diri. ketika d ja la n h id u p n ja gelap sekali tak a da d ian m em a n tja r m en undjukkan d jala n baginja. N galau h itam pegam m en ga n ga didepan h id u p n ja ............... Sukarm an m asih ingat pada surat penolakan R och ija h ja n g m engatakan padanja, bahwa ia tak m entjin tai dia lagi. T ap i tjin ta ja n g disangka gadis itu semula, tidak lain h an ja perasaan penghorm atan padanja. M asih m em utar didalam ota kn ja peristiw a-peristiw a sesudah R och ija h m em utuskan pertunangan m ereka dengan tak m em berikan kesem patan sedikitpu n p ad an ja untuk m erebut kem bali h ati kekasihnja. S ed jak surat tjelaka itu diterim a Sukarm an, keesokan h a rin ja R och ijah m em buang m uka, djika berdjum pa dengan dia Dalam kantor meskipun gadis itu duduk berhadaph adapan dengan Sukarm an dia selalu m engarahkan m uk an ja ketem pat lain. Sepatah katapun tak keluar dari m ulut R och ijah untuk m entjairkan h ati Sukarm an. R och ija h dim ata Sukarm an terlaiu kedjam , karena gadis itu m eskipun setiap' hari berdjum pa dalam kantor, didjalan raja, terlaiu tin ggi hati untuk m enegur dia. M engalam i suasana dem ikian ini, Sukarman seakan -ak an gila, kehilangan pedom an hidup, m engalam i kekosongan d jiw a. K eham paan dalam djiw a m em buat dia lem ah. Tiga bulan laman.ia ia dibakar api derita ini. TJntung kem udian datang neneknja perem puan dari Madiun. Nenek b id jaksana itu m enghibur hatinja. Neneknja m entjarikan dia pasangannja D engan tak bcrpikir pandjang Sukarm an pergi ke M adiun bersam a-sam a neneknja. M elihat bakal isterinja, ja n g sebelurruija tak pernah dilihat atau dikenalnja. Dua h a ti kem udian m ereka kawin. T jantik djuga isteri Suka.*m an. Tidak terlaiu tinggi pendidikannja lebih rendah dari pendidikun R o ch y a h . Isteri Sukarm an tam m at sekolah kepandaian puteri. sedang R o ch ija h tam m at sekolah dagang menengah, setelah lulus dari Mulo. K in i Sukarm an sudah beranak 3 orang, mereka m asih ada di Jogja, belum dapat diangkutnja ke D jakarta, karena soal rumah. M asalah um um bagi penduduk kota m etropool ini. Sem ua peristiwa ini ditjeritakan oleh Sukarman pada R ochijah. W anita itu terdiam , tak m endjaw ab sepatah katapun. Sukarm an m endesak: „T je ritakan pengalam anm u setelah kau m eninggalkan aku” . R och ijah diam terus. Setelah Sukarm an m endesak lagi, barulah ia membuka m ulutnja ja n g m anis bentuknja.' K a tan ja aku tak dapat menerangkan sebab-sebabnja aku m e n ola k kau. „H an ja mem bangunkan andjing tidur dan m enjakitkan hatim u. Aku tak mau m engojak kembali hatim u ja n g parah dan sudah lam a sembuh kembali. Aku sudah kawin, aku beranak dua orang, kau sudah tahu. Siapa suam iku kau belum tahu. Aku kawin dengan dia dimasa proklam asi kem erdekaan ditengah kpi pertempuran. K au kabarnja pada waktu itu sudah p indah ke J ogja dengan isterimu. Sajang, sekarang aku belum dapat m einperkenalkan suamiku padamu. Ia kini sedang pergi untuk urusan dagang. 127
, ,. masa revolusi djadi opsir. Kemudian setelah RIS terbentuk, ia mu/® insiaf bahwa ia tak berdarah perdjurit. Ia meninggalkan lapangan PerWir,t itu H idupku selama 4 tahun jang lalu biasa, dengan istilah revolusi dise^u berdiuang. Kau tahu arti biasa dalam masa revolusi, penuh penderitaan^ dikediar-kedjar peluru Belanda. Mengungsi dari kota jang satu k ek °c iang lain. Dari desa jang satu kedesa jang lain. Makanan keluargaku Ja‘* teratur, tidur tak teratur, kadang-kadang mandi pun tak teratur. Inil0J1t gambaran revolusi", demikian kata Rochijah. Kau bahagia, dik” selidik Sukarman. „Apa jang kau sebut bahagia dala^ hidup ditengah dunia jang bergegas-gegas ini. Mungkin hari ini bahaSia diketjap manusia, hanja sekedjap besok bahagia terbang. Bahagia menurU ukuran dunia sekarang, djuga berlaku dalam masjarakat RIS, adalah bahagia jang tunduk pada hukum-hukum kapitalisme” , kata R och ijan dengan tenang. .Maksudmu, uang faktor terpenting untuk memiliki bahagia?” ta n ja Sukarmarf. „Ja, uang faktor pertama untuk mendjamin bahagia dala*1* hidup dimasa ini. Masjarakat kita belum berubah djadi masjarakat komunis”, djawab Rochijah dengan mengedjek. Sukarm an berpikir sedjurus. Lalu
ia berkata seakan-akan pada dirinja sen diri. „Kau, sekarang sudah pintar main politik, dik. Mungkin karena revolusi. Kau djadi bertambah matang menindjau proses-proses m a s j a r a k a t . Barangkali kau tahu dari surat-surat kabar, kini aku tetap djadi wartawan dan pengarang. Hanja keinsjafan mangabdi pada tjita-tjitaku m e n d j a d i pengarang besar aku dapat bertahan terus hingga sekarang. Di Jogja hidup penuh derita ekonomi, makan bubur, makan tiwul dan sajur lembajunS bukan keanehan bagi rumah tanggaku. Memang benar dimasa revolusi di Jogja ada beberapa puluh orang jang kaja dan mewah hidupnja, tap1 mereka tergolong koruptor, agen imperialis, avonturier politik, dan pem im pin palsu. Tjerita-tjerita dan karangan-karanganku ada lebih dari 15 belum djuga ditjetak, meskipun sudah hampir semua lakon-lakon sandiwaraku telah dimainkan oleh sandiwara-sandiwara. Dik, aku setudju suamimu tak mau djadi pegawai. Inisiatif menghidupkan usaha-usaha produktif d im a s a pembangunan ini perlu, apalagi dalam masa peralihan ini. Menurut daW Lenin dan Stalin, bagi seorang komunis sepuluh mutu, djika masih belum kuat kedudukannja, dibolelikan bermain mata dengan kapitalis, tapi tidak melupakan ideologinja, jaitu melaksanakan masjarakat tidak berkelaspaham manusia makan manusia harus dikikis habis dari masjarakat kita. Proses ini tidak bisa berlaku dengan sekaligus” , udjar Sukarman dengan penuh semangat.
Rochijah termenung rupanja dia memikixkan kata-kata Sukarman. ,,Suam i" ku memulai usahanja dengan modal dengkul, kini dia sudah punja toko, meskipun masih ketjil. Ia bertjita-tjita membuka N.V. dagang dan berrnaksud berdagang dengan firma-firma luar negeri. Baru kita bisa m eno long rakjat dan berdjasa pada sesama manusia, djika rumah tangga kita sudah agak menjerupai rumah tangga manusia jang lajak", kata R ochijah dengan sungguh-sungguh ,,Benar, pendapatmu dik", sambung Sukarman„Aku harus membangun kembali rumah tanggaku jang kini sudah m oratm arit.
,,A p a ja n g h en da k kau bangunkan m as? selidik R o ch iia h ” SpfrO^h » ta n g g a k u a gak teratur kem bali akan kufcjoba m l n S a n m a s k a p a ^ i m 2 ja d i w artaw an''> k ata Sukarm aS. „ k 2 5 ♦ • ■ i u t e i k e n a l , m as , sam bung R och ija h m elutju. „A ch , tidak itu Janl SUd^h bertai\unr tah un kukandung. Fers film , sln d iw a ra h aru s kita gunakan bagi pendidikan rakjat, agar m ereka in s fa f bni-iwQ m erek a d ju ga berhak h idu p bahagia. Sem u k o ^ n g k e tjS S u g a berhak m e m p u n ja i gedung, m obil dan telpon sendiri dirum ah. In i te rtjlp a i d jik a m a sja ra k a t sosialis •terlaksana dinegcri k ita ”, kata Sukarm an dengan ten a n g . K em u dian la term enung sedjurus lam anja. gan „K a u kuperhatikan selalu term enung. mas. K a u tak bahagia dengan isteri d6ngan ? a ti' h a ti- ^ tidak, tidak” , fam b u t s u k a m a n suns e u,h “ sunegu h bahagia, isteriku t j i n t a padaku. I a bah ag ia sebagai ibu rum ah tangga. Ia gem bira dapat m engurus 3 anak n ja n'v^aPV V ..... '-TaP1- apa m a s?” kata R o ch ija h dengan mesra ’J ? J5 • .meJ asa seakan-akan ada sesuatu ja n g tak lengkap d a la m hidupku. Aku ingin dapat isteri ja n g dap at k u adjak bertjak ap-tjakap s e tja ra m endalam , m isalnja tentang seni, politik dan m asjarakat. Tapi isteriku tak m engerti djiwaku. Ia seorang prototype w anita rum ah tangga ja n g sem purna, lain tidak. ,,K au ingin m en tjari ja n g baru ?” selidik R och ijah , seraja m em andang a en g an perasaan kasihan pada Sukarm an. Sukarm an term enung lagi, tam p a k n ja bingung. Ia hendak berkata: „Kekasihku, kaulah ja n g baru, kem b alilah padaku” , tapi ia tak berani m engutjapkannja. T ib a -tib a R och y a h berteriak gem bira: ,J tu suamiku datang” . Suara R och ijah ja n g gem bira m enjam but suam inja itu bagi telinga Sukarman, seperti letupan m itraliur pesawat pem buru Belanda ja n g berpeluru 12,7. Dahsjat, m en gin sjafk an Sukarm an dengan sekaligus. Suara R och ya h baginja sama d en gan bah aja m enjergap. D alam sekedjap m ata ia insjaf. B ahagia ja n g sedjenak xnem bajang dimuka m a ta hatin ja, adalah bahagia 7 tahun ja n g lalu. H an ja bahagia ch a ja l........... B ah a gia baginja sekarang ada pada isterinja dan ketiga anaknja serta tjita -tjita n ja hendak m em bangunkan maskapai film dan sandiwara. T amma t
D jakarta, permulaan 1950.
129
T je r ita pendek
^K.
g a d is -g o d is
A M B U T N J A berom bak m en gkilap m en je b a r w angian b rillan tin e kelua ra il A m en k a . K u litn ja k u n in g langsat, p a ra sn ja bagus d a n b a d a n n ja d ja n g k u n g tegap. P em u d a seperti dia la ja k disebut ora n g pem u da r o m a n ^ f ja n g b erd a ja m en gik at h a ti gadis dalam tem p o sehari. P a k sia n n ja m eski sederh an a n am u n selalu diseterika litjin . P ribad i M ansur, dem ikian n am a ltU ^im Pa tik m enarik, karena seg a la -g a la n ja ja n g m elekat pada tu b u h n ja m em an g h arm on is dengan rau t m ukan'ja ja n g d ju ga sim patik itu M a n su r tergolon g p em ain sandiw ara angkatan m uda ja n g p en u h tjita -tjita h en d a k m en gan gk at sandiw ara In don esia ketingkatan internasional. P ada w aktu P em erintah R epu blik m asih berkuasa d i J o g ja ia su dah m en d jad i b u a h b ib ir penduduk J ogja , m eski ia baru tiga kali berm ain diatas pan ggun g S o b o H arsono. Ia d ja d i b in ta n g sandiw ara ,,Dewi M alam ” . S elam a en am bulan ten tara B elanda berkuasa d i J o g ja ia tak m em idjakkan k a k in ja lagi diatas panggung. U ntuk m engongkosi h id u p n ja ia terpaksa berd ju alan ga d o-g a d o dipasar besar ja n g ram ai tapi p enu h tukang tjopet. P a d a suatu p agi ketika ia sedang m enaw arkan g a d o -g a d o n ja pada k aw an k aw an sedjaw a tn ja p edagang-pedagan g lainn ja ia disapa' oleh Saraswati, bekas sripan ggu n g sandiw ara „D ew i M alam ” . ,.M ansur, kau dju al gadog a d o ? ” sapa Sarasw ati. ,.Hatimu tak berontak harus b erdju alan untuk m erebut sepiring nasi setiap h a ri?” , k ata Sarasw ati selan djutnja, sam bil m em belalakkan m atan ja, karena keheran-heranan. „W a ti, h ati seniku berontak, tapi jah , apa b oleh buat nasi sepiring harus kurebut m elalui m ed ja ga d o-ga d o. W a ti pekerdjaanku kini tam paknja ren dah, tapi halal” , katanja seterusnja, sam bil m en u n djuk kaw annja S u t a r m a n . „M as T arm an d jualan pakaian tweedehands. Ia dulu wartawan, ja n g biasa beram ah -ram ah an dengan Presiden kita dan K onsuJ-K onsul luar negeri, tapi k in i dia d ju ga duduk disam pingku” , u djar M ansur dengan tersenjum . D e n g a n suara sungguh-sungguh M ansur berkata: „W ati, lihat itu bung T a m o sekarang n on gk ron g didepan bakul nasi ram esnja bersam a-sam a isterin ja. Dulu ia pegaw ai m enengah K em enterian P en eran gan ” . Saraswati tertaw a, berkata m en jin dir djenak a: ..R upanja pasar besar J ogja ini gudang p ed a ga n g -p ed aga n g tjilik intelektuil” . ,,Ja, benar W ati. M ereka terpaksa b erdagan g karena sudah tak ada lagi barang atau pakaiannja jfcng dapat d id ju a l lagi. K eadaanku dem ikian pula W ati, m ungkin kau m en ged jek aku, Sarasw ati tertaw a gem bira: „Aku m engedjek kau, M ansur, kau belum kena] d jiw ak u A ku m enghorm ati kau dan kaw an-kawan kita ja n g nongkrong dipasar daripada lari kepihak sana. 2STah, M ansur selam at, aku h en da k pergi a m bil privaatles pada Drs. S u ta rjo” . K a u tak m en tjoba g a d o-ga d ok u dulu W a ti? ” u d jar M ansur. „T erim a kasih. Aku nanti terlam bat” , djaw ab S a ra s w ati dengan tersenjum disertai leretan m atan ja ja n g binal. 131
Mansur memandang terus kearah Saraswati pergi. Tak terdengar ole11 Mansur ada seorang gadis tjantik bertjadar sutera biru menegur dia. tjantik, mas” , kata gadis bertjadar sutera biru itu. „Ja, dia memang tjantik’ . kata Mansur djuga tak insjaf, sedang matanja masirn mengarah ke S a r a s wati pergi. Tiba-tiba Mansur menoleh. Ia melihat gadis bertjadar sutera biru itu. Mansur terkedjut, bera merah mendjalar dipipinja, karena kerrialu-maluan. „Kau Ruk, ja kau memang tjantik, bukan dia” , kata Mansur dengan tjepat. „Mas Mansur djangan berdusta, aku tak marah. padamu. Aku sudah ta&\1 siapa gadis elok rupawan itu. Ia sripanggung Sandiwara ..D e w i M a l a m ” kawanmu bermain diatas panggung. Siapa jang tak akan tergila-gila pada nja. Tubuhnja montok, elok, kalau menjanji suara emasnja memikat setiaP lelaki baik dia seorang Menteri atau tukang tjatut. Kukira seorang tua bangka djika menerima tusukan pandangannja pasti bersimpuh d i d e p a n kakinja” . kata Rukmini berolok-olok, sambil tertawa. „Rukmini” , kata Mansur kepada gadis bertjadar sutera biru itu. „djangan berbitjara keras-keras dipasar, banjak orang” . „Aku hendak bitjara dengan kau. Mansur sekarang djuga ada perkara penting” , sambung gadis itu, seakan-akan tak memperdulikan perkataan Mansur. „Lihat k a w a n - k a w a n k u pedagang-pedagang- lainnja memandang kepada kita terus, tak baik djika kita bertjakap-tjakap lama-lama disini” , sambut Mansur. ..Tinggalkan sadja daganganmu, Mansur, biar aku jang memborong” kata Rukmini s a m b i l tersenjum melutju, lalu ia hendak mengeluarkan uangnja. Mansur d e n g a n segera menolak. Ia berkata pada bang Miun, kawannja berdagang, batiwa la hendak meninggalkan dagangannja. Ada perlu penting katanja. jan g hendak dibereskannja. Bang Miun menganggukkan kepalanja penuh arti. KEDUA orang muda itu pergi ke Restaurant Tjirebon. Mereka duduk berhadap-hadapan. Rukmini dengan tak menanja lagi pada Mansur memesan dua kopi susu dan tartjis, karena ia tahu kopi susu, ialah kesukaan Mansur. Mansur dengan tjepat melarang Rukmini memesan minuman dan kue jan g mar . .J TefcaPi Rukmini dengan manis meneruskan maksudnja, satnbil berbmk djenaka: „Sekali ini djangan kau larang perbuatanku, aku tahu kau *>erU^ E' Ini adalal1 pertemuan liita terachir” . ..Pertemuan kita ter. achir , selidik Mansur. „Ja, mas pertemuan kita terachir, ketjuali kau” ....... „Apa maksudmu, Ruk? Aku tak mengerti” , djawab Mansur. ”Akltr^end+a k -dinikahkan oIeh oranS tuaku dengan pemuda kaja, Kartono f &v^r, 1 aku tak tjinta padanja”, kata Rukmini dengan suara ter7 nafasnja turun naik. Matanja menatap dalam mata Mansur. H ncan ^ mesra: .Mansur, kau tjinta padaku? Aku tak sudi dikawinkan ! p r o m h « ^ 0n, ° / Mansur terpekur, menjugar-njugar rambutnja jang Aku 1 ap itu- ”Tak nua& in, Ruk, mustahil kau bahagia dengan ir^ WaJang, keluargamu semua saudagar kaja. Aku miskin. 5r?n«air ™ a? } akan orang kaja pekerdjaan anak wajang hina", kata v ’* k-flto o pun aku bersudjud didepanmu, Mansur, kau tetap menolak •oJh ,ukmini dengan suara menggetar merawan kalbu. Bibirnja jan g m . l tu terbuka, sehingga dua baris gigi putih mengkilat tampak. Tapi Mansur seakan-akan tak melihat ketjantikan paras Rukmini jan g seperti dewi baru keluar dari pingitan.
tertah a n -ta h an , karena air maTanla sSSSi? ,.Ja, selam at tinggal, adikku R u k m in i” , k ata M ansur
den^an su ara a k e ion gk on ga n n Ja.
m e n g e lu h :a ,,ra d t a k ^ n T a fcp a d lk ^ 'ik , D ^ ik ^ a k i^ m a t T t o e n T ^ k ' sam biI
kau, M ansur, kau d ju ga tetap tak m en tiin ta i aku’ ” =* roerm dukan d ja n g a n m ati, karena aku, R ukm ini. K a u past! b a W ^ dei^an™ *?*' f.” K:au , u d ja r M an sur dengan terharu. „B oleh aku m elihat k-nn h f ™ f rto n o p anggung dengan Sarasw ati? D iatas p anggung kau m asih k e k S h k n ? ? ta6 ; m a ta hatiku, m eski kau b e r k a s ih -k a s ih fn d ln g a n d a r ^ w l t i j ) 5 * ? >*Uw aR lV Sendiri d t ngan kenanS-kenanganku, dan kau tak ada di* ; 1k at®' sam bil m engulurkan tangannja pada M ansur. D en ean * lam bat-lam bat ia pergi. Rukmmx dengan diam -diam m eletakkan lem bar?n uang kertas 25 rupiah federal diatas m edja. baran M ansur tertjengan g m elih at uang kertas itu. l a hendak m en gedjar R ukm ini untuk m engem balikan uang itu, tapi ia tak berani m em anggi] R u k m in i’ R u km m i sutji h a tin ja ” , pikirnja, ,.namun aku tak tjin ta padan ja o r a ^ tuanja, keluarganja saudagar batik. Aku pem ain sandiwara dianggap oI?h "1 m ereka sam pah m asjarakat. A ku pasti k aja dengan R ukm ini. Ia san ecu n ’ • lari dari orang tuanja. T api aku tak berharga dim ata orang, d jik a m e n S . wrni R ukm ini, laki-laki -jang hidup dari kekajaan perempuan. B iar aku 3 m elarat, asal tjita -tjita hidupku dapat terlaksana”, dem ikian djalan p ik in n M ansur.
J
Setelah ia m em bajar rekening minum an dan tartjis kepada pelajan rufuah m akan itu, iapun pergi. H atin ja rusuh. Setibanja dirum ahnja ia m enghem - ' paskan dirinja diatas tem pat tidurnja. ^ SEBULAN kemudian. M ansur m asih tetap nongkrong dibelakang m edja 1 g a d o-ga d on ja dipasar besar, Jogja, ja n g penuh tukang tjop et itu. T ak sem ,pat ia m em perdalam ilm u n ja dalam seni sandiwara. Tenaga dan pik iran n ja * sepan djan g h ari terpaku pada pekerdjaannja m endjual ga do-gad o atau \ „m en tja tu t” kursi m ed ja dirum ahnja jang masih ada beberapa buah. '^ D ja m 12 tengaii hari M ansur pergi seorang diri dan dagangannja ja n g • belum habis itu disuruhnja bang M iun mengurus. H atinja rusuh, bingung M ansur m engadjak Sutarm an kaw annja jan g dianggapnja kakaknja b er1 tukar pikiran. Sutarm an membungkus dagangannja pakaian tweedehands. Disudut belakang restaurant Tjireban M ansur dan Sutarman duduk b ertjak ap -tjakap dengan sungguh-sungguh. „K a u sedih ?” ta n ja Sutarman pada Mansur. ..Siksaan djiw aku terlalu berat” , kata M ansur atjuh tak atjuh. „M eski penderitaanmu berat, penawar siksaan djiw am u ada, kalau kau m au tjari” , kata Sutarman dengan tenang. ^ D en gan lam bat-lam bat M ansur mengambil sptjarik surat dari fftkunja] ■? disodorkannja pada Sutarman, katanja dengan singkat: ..B atjalah” . S u tar- . m an m em batja surat itu. Ia membelalakkan m atanja keheran-heranan. ’V „A staga, T uhan djualah jang berkuasa. M em ang sudah kehendakN ja! v ‘ < R ukm ini tak kuat m enahan hidup ja n g penuh derita. Bisikan setan m e - 1 n guasai nafsu dan kefnauannja. Rukm ini gadis tjantik, kaja, berpendidikan, m em ilih m em bunuh diri daripada kawin dengan pemuda jan g tak ditjintai” .’ . . kata Sutarm an dengan tenang.
1
133
„Aku jang bersalah, aku jang berdosa”, djawab Mansur dengan tiba-tiba la mendjambak-djambak rambutnja karena kebingungan. „Dan tjelakanja aku tak dapat menolong dia. Kau bahagia Rukmini, azab dunia sudah lalu bagimu. Aku masih disiksa terus. Sajang hatiku tak dapat kuperintah untuk mentjintai kau, tapi aku mentjintai Saraswati” , keluh Mansur. Ia tertawa gandjil. ..Saraswati bermain-main dengan daku. Aku tak tahu bila ia sungguh sungguh bitjara dengan aku. Senjum dan leretan matanja kadang-kadang memberi gunung harapan padaku, tapi kadang-kadang pandangan matanja jang tadjam, singkat membuka djurang kesangsian bagiku. Hanja diatas panggung djika dia menurut rolnja dihai-uskan menghamburkan kata kata tjinta manis. madu padaku aku djuga terseret dan mabuk tjinta. Aku lupa ada diatas panggung. Kutjintai Saraswati dengan segenap hawa nafsuku. Tapi djika lajar turun, roman muka Saraswati kembali biasa, seperti tak terdjadi apa apa lima menit jang lalu. Sikapnja, perkataannja, leretan matanja, tingkahnja kembali dingin seperti es dan membajangkan aku baginja bukan-bukan apa, hanja kawan biasa, * lebih tidak. Hatiku kembali berdarah”, keluh Mansur. „Sabarkan hatimu, kawan?” kata Sutarman. „Rupamu baguc, setiap gadis pasti hanjut hatinja djika melihat kau. Barangkali lambat laun Saraswati dapat djuga kau tjairkan hatinja” , sambung Sutarman dengan tersenjum sambil menepuk-nepuk bahu Mansur. „Tarman, aku bermain diatas pang gung baru tiga kali, tapi 10 gadis meminta berkenalan padaku. Dalam surat-surat mereka dikatakan bahwa mereka terharu, atau tertarik dan merasa terdorong ingin berkenalan dengan daku. Lihat, ini surat seorang gadis terpeladjar anak seorang Kandjeng Raden Tumenggung, bangsawan tinggi, bersekolah SMA. Suratnja ini disertai sekarangan bunga. Dengan. terang-terangan ia meminta padaku supaja ia dibolehkan berkenalan dengan daku. Surat gadis-gadis itu semua kudjawab, tapi aku tak tertarik untuk memperpandjang perkenalanku dengan salah seorang dari gadis-gadis itu. Hatiku kosong selalu.............” , kata Mansur dengan lesu.. „Karena Saraswati bagimu rnanja bajangan bukan?”, djawab Sutarman. Dengan sungguh-sungguh Mansur berkata: „Tarman, lebih baik aku mengikuti djedjak Rukmini, agar dosaku terbajar” . „Kau tersesat. Hidup harus kita pelihara dan sempurnakan. Djiwa Rukmini sudah tenteram. Tapi kau berwadjib menenteramkan djiwamu. Djalannja hanja satu. Setialah pada tjita-tjitamu, menjempurnakan seni sandiwara Indonesia” , kata Sutarman dengan penuh kejakinan. „Akan kutjoba” , udjar Mansur dengan suara tetap. Setelah membajar minuman jang ia pesan, Mansur dan S u t a r m a n kemudian pergi. Keesokan harinja orang melihat Mansur nongkrong seperti biasa didepan medja gado-gadonja dipasar besar jang penuh tukang tjopet itu. P e m u d a simpatik dan rambutnja berombak mengkilap itu masih mendjadi kekasih gadis-^Jis, tapi orang tak tahu hatinja sedang dirundung d e r i t a tjinta. Hanja pengharapan pada suatu waktu akan menerima tjinta S a r a s w a t i , meski ia tahu tjinta bikin-bikinan diatas panggung s a n d i w a r a s a d j a l a h , jang menenteramkan djiwanja untuk sementara Orang tak tahu ada seorang artis muda menderita karena djiwa dan hatinja kosong akan tjinta, -meski ia tahu dan insjaf mendjadi kekasih gadisgadis tjantik. Jogjakarta, achir 1949. \ ( T a m m a t) 134
5
Tjerita pendek
erkcLLiJinan
stuneiua
DIKANTOR penghulu Jogja pada waktu pagi, seminggu sesudah tentara Belanda menduduki ibu kota Republik, aku mendjadi saksi perkawinan istimewa kawanku dengan kekasihnja. Suasana dalam kota masih sepi mati. Orang masih dihinggapi perasaan takut tjemas. Banjak orang jang mengungsi keluar kota, namun kedua merpati itu memilih hidupnja d§,lam pertalian perkawinan jang sutji. Dengan penuh chidmat penganten lelaki dan penganten perempuan mengikuti perkataan-perkataan penghulu. ..Fatimah adalah isteri saja”, kata Rameli mengikuti perkataan penghulu. Ketika mengutjapkan kalimat singkat berhikmat itu, Rameli meleret berarti kepadaku. Fatimah gadis tjantik itu jang kini djadi isteri kawanku, pemuda jang bertjita-tjita tersenjum kepadaku. Bera merah mendjalar dipipinja. Aku terharu melihat upatjara sutji itu, meskipun segala-galanja berlaku dengan sangat sederhana. Rameli dan isterinja berpakaian Minangkabau. Madu bahagia segera akan mereka teguk, meski suasana pertempuran, perampokan, pembunuhan masih menggantung diudara Jogja. Kukagumi kfcberanian Rameli mengambil tindakan penting itu, walaupun ia tahu keadaan tidak mengizinkan. Keguraman suasana dan tekanan ekonomi jang mengesan ‘hebat dalam hatiku agak tersingkap, setelah aku melihat empat mata kedua merpati itu terpaut dengan mesra. „Ada djuga bahagia diibu kota Republik, setelah mengalami „pembalasan Belanda , nikirku. Inilah rupanja salah satu dari seribu satu rahasia hidup jang senantiasa dialami manusia Indonesia ditengah asap api revolusi jang masih bertabun. , . , , . . . Aim eembira tapi turut menderita, karena ternjata perkawinan ]ang his^ itu berachir dramatis sekali. Pada malam harinja dirumah Rameli Sadakan selamatan sederhana. Karena aku tinggal serumah dengan Rameli aku hadir djuga dalam selamatan itu. Aku mulai heran setelah melihat Romfii iang tampaknja ketjut selama dia dan para tamu bersamaS m a m a k a n . Rameli tertawa djuga tetapi tampak dibuat-buat, djika bebehandai berolok-olok atau berkelakar menggoda dia. ^ au Sedih Ram” , bisikku padanja. „Siapa tak kan sedih, mas, djika i£n£m ten lelaki pada malam istimewa ini makan seorang diri djawabnja S i l m e n a k i A t a mulai insjaf, bahwa dalam selamatan tu Fatimah Deneanten perempuan jang manis itu tak hadir Upatjara selamatan itu b e r i l n g s u n g dengan gembira, meski muka penganten lelaki membajangkan A k u T a b X k e p a d fE a m e li: „Dik, maukah kau mentjeritakan tekanan djiwa mu padaku?" ,Aku gembira djika mas mau mendengarkannja. Nanti malam Ssudah maLan, mas datang kekamarku", katanja sambil menarik nafas. 135
Dikamar Rameli jang hanja dlterangi dengan sebatang lilin, dia dan aku duduk bersila diatas tikar. Lampu listrik dalam rumah itu tidak menjala Sedjak teniara Belanda masuk ke Jogja setiap rumah tak dapat penerangan listrik, ketjuali gedung-gedung jang ditinggali Belanda dan rumah-rumah jang berdekatan dengan gedung-gedung itu. Rameli mulai berbitjara: „Aku kawin, mungkin kau tertjengang, dan mungkin kau tak menjetudjuinja. Ketika aku hendak menjela, dengan tjepat ia mentjegahnja dengan tangannja. Matanja bersinar memandang kearah djauh. Ia berkata-kata seakan-akan pada dirinja sendiri: „Kau mungkin mengutuki aku dan mungkin kawan-kawanku jang kini ada diluar Jogja akan mendjatuhkan palu tjertjaannja diatas kepalaku. Aku seorang pemuda f w < * P, w S memimpin pasukan, kini bergojang kaki menghirup madu nrTnt” t n ™ 1?terikuJ anff tjantik manis. Jah, memang demikian dugaan orang , geramnja sambil menekankan gerahamnja. ■ "m S n ^ P .mf dU tjinta”- Ialu tertawa keras tapi terasa dibikin-bikin. kte > t,a nja Padaku> suaranja sungguh-sungguh: „Kau mungd e n e a n •Peml ldangan hidupmu. Kau wartawan, kau lain ketifl ja tamPaknia sadja besar, tapi djiwanja ma£ k i * 1 “ ? ? ? antik’ manis V ***- Ia “ emang tjantik, S u t k u Lak S i i T ’ + berpendirian” , lalu tertawa. „Apa katamu?”
u^ tz r ata
sssrkam l
-E S S ? S £ £ 5 ^ * 3 5 3 3
tjita-Wtaku < ? i L f n - uanJa kelUaran seko,ah menengah. Tapi meneruskan petedja“ l ^ | L ? ! " ^ ° ' US‘ “ ta sudah seteai' a“ an
melarane kau kawin nia b S ^
i ® * ,, Jadl maksudmu ibu Fatim ah “ 1? ? 1Ja? * seIidikku- »Ja demikianlah. D jiw a -
tama Dalinah hingga s e k a r a n /S n m P pf e™Puan jang persuara mengedjek. belum bersuami”, sambut Rameli dengan Dan^tragisnja ibiT^tim'ah^ lelaki jang tjelaka itu berkata: lah kemanakan, namun den5wfl« ^ Sendln- Isterik” dan daku adagia anaknja dengan melarane F a tim ^ £ -m ltu rela mengorbankan bahapadaku semendjak dia masih dudiS ri'c d*ngari daku> meski dia ^ ints lamanja aku tinggal serumah ^ °. Mul° kelas satu. Tiga tahun Djakarta. Kami hidup sudah s e p e r t i s u S i J , di™mah oranS tuanJa dl sudah tudjuh tahun lamanja. d L s a d X « f ♦ mentj [ntai fatim ah mengekalkan bahagiaku. Untuk dia ak, J S satu-satunja gadis jang dapat nja jang rupanja tak berperasaan w ?apl lbu gila itu dan suam.i ' anaknja”. kemanusiaan fneremukkan bahagia m a ta ^u n d an g-u n d an gfd S a ta S h a n
Jihat djam jang tergantung dikamar 136
hakmu- kau benar di“
^
lam. Ram, aku pergi tidur". .„Aku akan kuat, mas”, kata Rameli kepadaku ketika aku pergi. F Dalam tempat tidurku mataku belum mau terpedjam. Masih terkenang nasib kawanku jang malang itu. Ditengah himpitan perasaan duka, jang menjesakkan dada sebagai pemuda berdjiwa patriot, jarig melihat dengan mata sendiri turunnja Sang Merah Putih diganti oleh Bendera Tiga Wama, ditambah dengan tekanan ekonomi jang memuntjak, dipupuk pula dengan bahaja setiap detik mungkin ditembus peluru atau ditangkap, Rameli harus pula mengalami penderitaan tjinta. Sungguh tak tertanggung beratnja. Aku tertidur, tetapi dikamar Rameli masih tampak njala lilin dari selah pintunja.Rameli masih bersemadi. Mulai besok pagi ia berpuasa untuk menguatkan imannja, supaja sanggup mempertahankan haknja, ialah isterinja, meski orang tua Fatimah mengharamkan wanita tjantik itu hidup berdampingan dengan dia. \ Seminggu kemudian. . Aku diadjak Rameli bertjakap-tjakap lagi dalam kamarnja. Sekali ini mukanja tenteram. Matanja memantjarkan sinar ketenangan, jang mem bajangkan kemenangan djiwa jang telah diperdjuangkan. „Kau tampaknja tenang, pasti sudah menang perdjuanganmu, „Ram”, sapaku padanja memetjah kesunjian malam. Dengan sajup-sajup terdengar dari djauh dentuman bertalu-talu dari mulut brengun serdadu Belanda jang mungkin. menembusi dada ..terroris” atau mungkin bajangan andjing jang dimalam gelap berani berkeliaran didjalan-djalan, meskipun ada djam malam. „Kau dengar dentuman brengun itu, mas?” kata Rameli dengan sungguhsungguh. „Aku dengar”, djawabku. Seperti hati ..terroris” itulah hatiku sekarang. Mungkin ia kena tembak, mungkin pada malam dingin ini majatnja bergelimpang dipinggir djalan' dan baru besok pagi barangkali ada orang jang berani mengubur majatnja .namun hatinja tetap teguh seperti gunung. Ia rela mengurbankan djiwanja untuk mempertahankan haknja dan hak bangsanja”, djawab Rameli dengan muka jang memantjarkan \| kejakinan. Satanja seterusnja: „Aku tenang, mas, meski surat-surat. Fati mah, „isteriku diatas. kertas nikah” , menjajat hatiku”; ,.Mengapa tadjam mengedjek perkataanmu terhadap isterimu”, tanjaku. „Batjalah surat-surat ini” , kata Rameli dengan pendek. Ia menjodorkan sekumpulnn surat Fati mah dan seputjuk surat dari penghulu Jogja, jang mengawinkan Rameli dengan Fatimah. . Kubatja surat-surat itu dengan penuh perhatian. Isi surat-surat Fatimah menerangkan bahwa- dia bukanlah lagi isteri Rameli. Demi bahagia orang tuanja Fatimah msminta dengan sangat, supaja Rameli melepaskan dia. Dan surat penghulu itu jang maksudnja pembatalan perkawinan Rameli dengan Fatimah adalah buah protes bapak “Fatimah kepada penghulu itu. Aku temganga, setelah membatja surat-surat itu. „Mas, kau tak berkata apa-apa?”, tanja Rameli. Sedjurus lamanja seperti terkuntji mulutku. „Kau diam sadja, mas”, desak Rameli. ,,Aku sanggup sekarang djuga membunuh Fatimah atau djika perlu ibunja dan bapaknja harus turut menanggung djawab atas perbuatannja jang terkutuk itu” , kata Rameli bersungut-sungut. „Sabarkanlah (hatimu, Rameli kataku, sambil menepuk-nepuk bahunja. „Sabar”, katamu, hardik Rameli kepadaku. „Aku sabar, mas aku memang sabar, djalan halus setjara adat, setjara evolusioner telah kutempuh untuk meminang Fatimah, tapi orang tua Fatimah jang kepala batu itu menolak pinanganku dengan mentah-mentah. Bapak dan 137
ibu F atim ah bahkan menolak permintaanku untuk bertjakap-tjakap te 1 i niatku jang sutji terhadap anaknja. KaVena itu aku kawin dengaF: Fatimah dengan tak seizin orang tuanja tetapi pamanku jang mendjacu walinia perkawinanku menurut undang-undang sjarn, mas. Dan sekarang banak kepala batu dan ibu gila Fatimah membatalkan perkawinanku’’, kata Rameli dengan mata membelalak, karena marahnja, lalu ia tertawa nieridengking. Kemudian ia berkata lagi dengan geram: ,.Bapak kepala batu w * mengira bahwa pembatalannja itu sudah sjah. Tidak, tidak, mas, menuru& pembesar-pembesar Kementerian Agama jang kutanjai, penghulu jang m®" ngawinkan aku tak berhak membatalkan perkawinanku ketjuali pengadila*1* Dan menurut pembesar-pembesar itu perkawinanku sjah, dan pembatalan penghulu Jogja itu tidak sjah” . Dan bagaimana maksudmu sekarang, Ram?” , selidikku. „Aku punja tin dakan jang setimpal untuk membalas tindakan jang tak senonoh dari m ertuaku. Tindakanku tidak kedjam tapi tadjam” , kata Rameli. . . M a k s u d m u bagaimana?” , tanjaku. „Besok kumuatkan advertensi perkawinanku dengan Fatimah dalam surat kabar jang terbit di Djakarta-dan banjak d ib atja orang di Jogja” , djawab Rameli. ..Akibatnja mungkin buruk, kawan p ertim bangkan dulu”, kataku. „Inilah tindakanku terachir, mas” , djawab R a m e l i D engan demikian Fatimah dimata umum adalah bukan gadis lagi. O r a n g u tua Fatimah tak dapat mengawinkannja lagi dengan akademikus ja n g I) mereka sandjung-sandjung”, kata Rameli. ,-,Kau akan meruntuhkan n a m a baik isterimu dan orang tuanja. Dan orang tua Fatimah adalah a n g g o t a keluargamu sendiri, kau tak akan menjesal, dik”, djawabku. ,.Tidak, m as, ^ aku puas. Aku telah bersumpah, Fatimah tak akan djadi isteri orang lain, ketjuali aku", sambut Rameli dengan menggertakkan gerahamnja” . Aku hanja dapat mendoa mudah-mudahan tertjapailah maksudmu, dik. A ku tidur dulu, dik, kantukku sudah tak tertahan lagi", kataku. Aku pergi tidur. Rameli tak dapat memitjingkan matanja hingga s i r e n s diwaktu fadjar bergaung, tanda djam malam sudah lalu. Satu pekan telah lalu. » : _ Pada suatu malam Rameli berpamitan kepadaku. la berkata dengan suara tenang, tetapi hatinja rupanja menderita: „Mas, besok djika sirene berkei'dam aku sudah berangkat keluar kota” . „Kau pergi” , tanjaku. „Ja, aku pergi. Aku akan menggabungkan diri dengan kawan-kawanku gerilja diluar Jogja. „Sebabnja”, selidikku. ..Kekedjaman orang tua Fatimah mengusir akU keluar Jogja. Mungkin djalan ini jang lebih terhormat, djika aku mesti m ati’% kata Rameli dengan lambat-lambat. „Setragis itu bitjaramu” , kataku. „Tidak tragis, tapi tragis herois” , kata Ba ^ v engan tadjam. ..Bapak Fatimah pamanku sendiri sanipai h ati m e -( ngadukan aku kepada MP, bahwa aku bekas opsir TNI. Nah, selamat, mas. Aku pergi besok pagi”, kata Rameli sambil mendjabat tanganku dengan kuat. Rameli kemudian menutup pintu kamarnja. Rameli mengalamai perkawinan istimewa. Ia kawin dua minggu. lam an ja \ p Pada hakekatnja bukan isterinja. Mungkin ia tak' akan m e^51 T 3,11 kembali. Mungkin peliiru brengun serdadu Belanda m cn em bus aaaanja. Siapa ta h u !!!
T A M M A T Jogjakarta, achir 1949.
138
T je r it a
p en d ck
p elu k is revolusioner, p rototy p e senim an R epublik. D im asa J o g ja diduduki ten tara B elan da, ia tu ru t b ergerilja, berm arkas di Im o g iri. M eskipun ta n g a n n ja pan d ai m engliidupkan tja t d a n kertas d ja d i tjip ta a n ja n g b erd jiw a, ia p an d ai beragitasi. T a k k a la h d en g a n B u n e K a rn o. Xa in s ja f akan k epa n da ia n n ja itu. D igu n a k a n n ja selam a d im e d a n g erilja , H endraw an sering berp id ato m en gh idu pk an sem an gat p erd ju an gan ra k ja t. D jiw a n ja terharu, m elih at T en ta ra P ela d ja r berkurban djiw a. K a d a n g -k a d a n g h a tin ja m enangis m elih at penderitaan ra k ja t. I a berkata m an is le m b u t p a d a setiap pak tani ja n g sedang sedih karena ru m a h n ja dibakar lawan P en gu rban an , penderitaan, siksaan ja n g dialam i ra k ja t k etjil, dilih atn ja sela m a pertem puran gerilja 6 bulan didalam dan diluar kota J ogja . ja lukiskan sem ua itu , karena d jiw a n ja berontak. Sebagai tjip taa n seni, lu k isa n n ja berharga, k ata k aw an -kaw an n ja senim an lain n ja. D ju g a lukisann ja bei-harga sebagai b a h a n dokum entasi negara, bernilai sebagai p en d jelm a a n aliran baru dalam seni lukis Indonesia. H endraw an senafas, sehati dengan ra k ja t ja n g berdju an g. P etan i dan burulh b a g in ja sum ber ilham , karena m ereka m enurut dia adalah pentjipta. Petani d a n buruh b agin ja sum ber kekuatan ja n g utam a bagi negara dan bukan p em im p in ja n g berm ulut besar, m engham bur-ham burkan obrolan n ja jan g d an gk a l digedung parlem en atau dirapat samudera. p e n tjip ta meng'hidupk a n segaia sesuatu.. D ia sadja b agin ja ja n g m au disebutnja m anusia sem purna. H endraw an tak m enghiraukan liidupnja. K a da n g-k a d an g ia lupa m andi, lu p a m akan, djika ia sedang m em ainkan pensilnja diatas kain-lukisannja. A n a k n j a tiga orang. Selam a p e n d u d u k a n B elanda ditin ggalkan nja dikota J o g ja dengan isterinja. Isterin ja m entjoba m endjual lotek selam a m asa pendudukan, agar m ereka dapat m akan setiap hari. M asa penuh air m ata itu m enguatkan djiw a setiap orang Jogja. D juga isterinja d jiw a n ja bertam b a h teguh. Ia dengar selama diluar kota, ketiga anaknja k ad an g-k adan g m a k a n tje tja k sebagai lauk-pauk nasi mereka. Ia m enangis dalam hati, n am un air m ata tak tam pak dikelopak m atanja. H endrawan h a n ja m akin I b en tji pada imperialism la pada hakekatnja kurang m engetahui teori k om u nism e setjara m endalam . H endrawan h a n ja tahu ra k ja t harus dibela. R a k ja t k e tjil berhak m engetjap kemakmuran R a k ja t berhak berum ah gedung, b erh a k m engendarai m obil mengkilap, berhak m erokok sigaret putih, bukan kelobot. 139
Dalam hatinja, meskipun t a k serta a k t i f dalam politik, la m e n j e t u d j u * komunisme paling sedikitnja sosialisme harus mendjelma dalam m a s j a r a £ £ l-' Indonesia Baru. Sebulan sesudah Femerintah Republik kembali ke Jogja, Hendrawan baru berani mendjumpai isteri dan anak-aaaknja, karena takut ditangkap p e m e' rintah Republik. Pada suatu pagf Hendrawan belum sarapan. Memang taK pernah ia mengenal kemewahan sarapan selama 4 tahun tinggal di J o g ia dimasa kota-pusat Indonesia itu belum diduduki tentara Belanda. " Kini sudah RIS dibentuk, ia tetap mempertahankan kota Jogja. AlasannJa' RIS adalah BFO dalam format besar. Mengapa saja harus , , b e r - r a c e - r a c e an ke Djakarta” , kata Hendrawan, djika ditanja kawannja, mengapa belum berlomba-lomba dalam kota kapitalis itu. Pada'pagi itu didepan rumahnja berhenti mobil mengkilap Vauxhall; Seorang lelaki setengah tua, lebih kurang 40 tarnun umurnja, turun dari mobil itu dengan gaja tuan besar. Pakaiannja menterang, sharkskin real bambu, sepatunja mengkilap buatan Bata de luxe. Dengan tersenjum dibuat-buat seperti pelawak jang mentah lelu tjon n ja tuan besar itu menjapa Hendrawan jang berdiri atjuh tak atjuh m enjam but paduka tuan itu: „Hendra, sobat, aku kemari mengambil tempomu 5 m en it. Iseng-iseng menengok kau, pelukis seniman besar. Apa kabar sekarang?” ia tertawa tengik. Naik dava.h Hendrawan seketika. Tangannja sudah siap hendak m en em p eleng lelaki pendjual tampang itu. Sekedjap kemudian ia insjaf, paduka tu an ini perlu hadjaran moral, pikimja. Djika hadjaran moral tak masuk d a la m otaknja jang bulukan itu, tangan kananku masih ada, pikir Hendrawan. Su^ al ? f ndrawan diatur pura-pura gembira dan tingkahnja hormat d ile bih-lebihkan. „Silakan duduk, tuan besar” , kata Hendrawan sambil tertaw a terpaksa. „Kedatanganmu tak kusangka-sangka. Ada perlu penting ru p a nja'’, katanja lagi. Tidak penting, hanja kedatanganku rnendak menolong kau. MaksudkU henoas mendjualkan lukisan-lukisanmu diluar negeri” , kata pembesar itu. rak jang ten8lfci pembesar itu membual kepandaiannja. Ia pan d ai h h Hs Inggeris, Perantjis, Djerman, Belanda, katanja. Ia bergaul setiap fSvw,«r5®n konsul-konsul luar negeri. Dengan mereka ia hampir setiap cocktail di Hotel des Indes. Kini ia telah diangkat sebagai sekretaris kedutaan R is di Washington. Sn oh sn S ? “ J^derfgarkan terus bual pembesar itu. Ia djemu m endengar t ™ :]a’ “ p1 sikapnja tetap pura-pura menaruh perhatian. K a ta n ja , SSrftirn u lukisanku pada kapitalis-kapitalis dollar?” Aku sangsi Slnderifa«n m*n.gerti lukisanku. Lukisanku adalah pendjelmaan ratapan , ?TPndrawif ^ t Jafc selama Pendudukan tentara Belanda di Jogja, kata t 11 k5 <;»n fh i v ment^djuk pada lukisannja jang ditempelkan ditem bok. e x p re s s io n ist?3^ ”BenSkel Manusia” . Lihat gambaran itu, tjorak n jii ttu denenn ,bf tjamPur realisme tadjam-menggigit. Lihat, dokter gerilja wan -paWawo« .lat sedeifcana membedah dan memotong kaki p a h la Hieritantflnf ^enlja kita jang kena peluru mortir musuh. Lukisan itu S d ok menrtfngan pada sistem imPerialisme jang berteriak-teriak dengan /r +■ tt keamanan dan ketenteraman” . J f l - L ei n ? t Wan berapi-api, keningnja berkerut-kerut. Disudut b ib im ja SESan ilhm Ja putih membulh- K*ta-katanja meluntjur terus seperti ietupa letupan senapan mesin. „Lihat, ini lukisanku jang berkepala: 140
S e r S T tS
.S S S
i aS ? ' S S S S «
k e a n m ^ / t a T t o t o d a r a h , d a ra h , fa k etaw a le^em
W
M
R
I t a f m a t a Um itSeldIna " “ T
fa‘ iATajfat T U
S
m ^ S S S ^ f w a n f t a S l t T D dU
o™nS SL w
g
k ° IO niaI'
^Si-SSTsss^
G
Wf n ita '
S
t
a
M
p m t a "u h a n ,
a
'
£ ,'
b“«
W
iS E S S ^ ^ S s o S S n r 3351^ l kapH a?*
*a W adJib m a in m a t a d
^ M S S S r i a E '^ 'S S S S i
,
KaU daP 3t tertaw a m eiJSedjek. „K a u p an d ai m a in silat d en gan k ata -k a ta 7^ r v H ? m I t p m em a n g b a n ja k m em b a tja buku. D ju g a b uk u -bu k u kom unis M a rx ism e, L en im sm e, kau telan. Sem ua tjita d a la m b uk u -bu k u itu kau g u n a k a n h a n ja sebagai sen djata. Siasat belaka: K a u p an d ai berm ain teori M a rxism e, h id u p m u sen diri m enggam barkan hidup ek or burdjuis. K au bu rd ju is k epalan g ta n ggu n g Isterim u ja n g resm i, kukira liin g g a se k a ra n g a da tiga, k au sak iti h a ti m ereka. M ereka sem ua telah kau tje ra ik a n . E n ta h k em an a w a n ita -w an ita tjela ka itu sekarang. M ungkin m erek a d ja d i d ja n d a un tu k sela m a .la m a n ja atau ada. salah seorang dari m erek a ja n g d ja d i p erem p u an d ja la n ra ja . Isterim u S artin i m en tjin ta i kau d e n g a n sepen uh d jiw a n ja , ta pi dia kau tjeraik an d ju g a ” , d jaw ab H en draw an.
^
te?us
„T id a k b en a r ia ku tjeraikan. l a sendiri m in ta tje ra i” , tangkis pem besar itu a g a k ra gu 3. D en ga n ten a ng dan setiap p erk ataa n n ja d itek an n ja, H endraw an b erk a ta : „A k u tah u sem ua riw ajatm u, R a d en M as S u rod id jojo. A vontuur p ertjin ta a n m u d en gan ketiga bekas isterim u, bagiku bukan rahasia lagi K a u selalu tak puas d en gan isteri satu. B agim u h am pir setiap tubuh m o n to k m en gob a ik a n api n afsu berahim u. Itu, isteri-isterim u ja n g ......... . resm i sad ja . R a d en M as S u rod id jojo, kau tak tahu, S artini telah m en tjeritak an r iw a ja t tjela k a n ja kepadaku. A nakm u ja n g m asih ketjil, S artin i tak m au m e n je ra h k a n padam u. I a sendiri, k ata n ja sanggup m em besarkan n ja. K in i ia b ek erd ja disalah satu k an tor di J o g ja ” . „D im a n a d ia sek a ra n g?” sela S u rod id jojo dengan tjepat. „A k u akan m e n d ju m p a i d ia” . „A k u ta k m au m em beri tahu padam u, dim ana dia sekarang tin gga l. A ku takut d ia akan kau budju k lagi, dan acTiirnja kau d ja d ik a n h id u p n ja neraka u ntuk kedua kali. ,,T un dju k kan , ru m a h n ja padaku, H en d ra, in i u an g untuk hidupm u beberapa bulan” . S u ro d id jo jo m e n jo d o rk a n 10 le m b a r u an g kertas seratus rupiah. K e tik a m elih a t u an g itu diatas m ed ja , perasaan h arga diri H endraw an terin d ja k -in d ja k . P en gh in aa n sebesar itu tak disangkanja S u ro d id jo jo berani m elak u k an terhadap p adan ja. 141
Kukira kau dapat membeli djiwaku dengan uang? Ambil kembali uangtnu. Djilati uangmu, boleh djuga kau adjak tidur. Kau rupanja lupa Sartini adalah anak pamanku. Sudah tjukup kau menjakiti hidupnja. Hendak kau ulangi lagi?” teriak Hendrawan. „Sartini hendak kukawini lagi. Dia kutjintai, aku hendak minta maaf....... kata Surodidjojo. Belum sempat pembesar itu meneruskan tangkisannja tapi dengan tiba-tiba batang lehernja dibekuk oleh Hendrawan, jang rupa nja sudah kalap, karena marahnja sudah meluap-luap. Surodidjojo mentjoba melawan, tapi ia dipukul pingsan oleh Hendrawan. Pembesar bergaja tengik itu baru sadar kembali, setelah diobati dokter. Surodidjojo tidak tahu setelah pingsan ia diangkat kedalam mobilnja jang membawanja ke Hotel Merdeka, tempat ia menginap.
Sedjak peristiwa itu Surodidjojo segan pergi kerumah Hendrawan. Iapun tak berani mendjumpai atau mentjari Sartini. Dan Surodidjojo berangkat ke Washington dengan tak membawa isteri, meskipun ia telah tiga kali pergi kepenghulu. Mungkin di Amerika dia dapat mengondol isteri baru T A M M A T
Jogjakarta, achir 1949.
142
Linas sairia Epos dalam 3 bagian berbentuk sadjak
A W A L
K A T A
DALAM mata filsafat dialektik, tiada sesuatu jang berdiri untuk selamalamanja tiada sesuatu jang mutlak, atau sutji. Diatas sesuatu dan didalam sesuatu tampak bekas kemunduran jang tidak terelakkan. Tiada sesuatu jang dapat melawan dengan selamat proses jang tidak berhenti-hentinja atau pembentukan dan pengmusnaan, kenaikan jang tiada achimja, daxi iane rendah menudju ke jang tinggi. Dalam proses itu djuga filsafat hanja refleksi sederhana dalam otak manusia jang berpikir. Pemandangan hidup dan dunia ini djuga berlaku dalam masjarakat Indonesia. Dimasa pemndasan Pemerintah militer Djepang rakjat Indonesia, mendapat kesempatan membehtuk Tentara Pembela Tanah Air (Peta) . karena kedudukan militer penindas-penindas 70 djuta rakjat Indonesia terdesak. Tunas Satria” adalah refleksi sederhana semangat pahlawan jang mulai bertunas dalam dada putera-putera Indonesia. Epos ini disusun dalam 3 bagian dwi berbentuk sadjak. Pikiran, semangat, djiwa, mtms. dalam masjarakat dimasa itu didjelmakan dalam pelaku-pelaku epos mi, jang dilukiskan dalam bentuk pertjakapan. Djakarta, permulaan tahun 1944. Sudah dimainkan oleh Sandiwara „Panggilan Masa" di Djakarta.
B A G I A N I (Ruang dalam rumah Satriaperwira dihiasi dengan pcrkakas rumah .jang serba sederhana, tetapi tjukup menarik hati. Pada suatu petang Setiawani, isteri Satriaperwira sedang duduk seorang diri merenda badju anaknja, jang beberapa bulan'lagi akan lahir. Ia sedang ham il'7 bulan. Suaminja sudah enam bulan turut dalam latihan opsir Tentara Pembela Tanah Air. Setiawani berpakaian kebaja sutera berkembang indah, sedang kainnja gringsing diwiru mungil. Pakaiannja jang bersahadja, tetapi sedap dipandang, menambah sari parasnja jang djelita. Pekertinja jang bersifat setia dan berani memang setara mendapat suami Satriaperwira. Tci’dorong oleh keinsjafan akan kewaajiban seorang wanita utama, Setiawani memperkenankan suaminja jang amat ditjintainja turut dalam latihan opsir Tentara Pembela Tanah Air.- Walaupun berani merelakan suaminja turut memper tahankan kehormatan bangsanja, kadang-kadang ia tak dapat mengelakkan rasa duka jang timbul dalam relung hatinja). Setiawani: '
.
(menarik nafas, sambil mengamat-amati badju jang sedang direndanja. Kemudian ia menatap potret suami nja jang terletak dimedja) Suamiku dan daku enam bulan tak berdekatan. Kandaku pahlawan mengichlaskan njawa raga, Mematih diri mendengar genderang panggilan. Terompet perdjuangan bergema di Nusantara, Pahlawanku berbakti pada nusa dan bangsa. (Berdiri dari kursinja, sambil memandangi badju jang sedang direndanja) Mengapa kutumti rasa saju hatiku? Tidak, tidak hatiku murung lekas kubuntu, Kurelakan suami membSla tanah airku. Kurendakan dibadju ini keris pusaka, Bilamana anakku lahir berdarah djantan. Keris pusaka lambang satria pahlawan. Anakku akan mengikuti djedjak ajah’da. Kalau perempuan lahir kurendakan m’lati, Melati lambang wanita Indonesia murni.
P * ^ n n ja . P a r a /R a t n a S u m a
fang
tja n t*
d t a S S « l n £?« £ Jang ramPin& lampai. Lampah Jakunja serba djenaka dan lela. Kebaja dan kainnja indah. Sungguh menarik hati).Setiawani: (riang) Ai, ai, dua sedjoli terlarat kerumahku? Mendapat kawan bertjakap girang hatiku. Sudah lama saudara berdua kutunggu. Saudara-saudara, mari, silahkanlah duduk. 144
(Terunadjaja dan Ratnakesuma menarik kursi dan kemudian duduk. Setiawani memanggil budjangnja menjediakan t6h dan ku6nja). Terunadjaja:
(gembira) Sudah lama agaknja Satria belum tiba.
Ratnakesuma:
(tersenjum djenaka) Rupanja kak Setia merindukan suami? Bilamanakah kanda manis pulang kembali? Tak bolehkah ia sedjenak mendjelau isteri? (Ia tertawa bersenda).
Setiawani:
(turut tertawa) Merindukan suami kebiasaan wanita. Isteri setia wadjib merelakan kepala Rumah tangga, dan anaknja mengurbankan njawa, MembGIa keadilan, kehormatan nusa bangsa.
Terunadjaja:
(agak h£ran) Waduh, budi pekerti kakak tinggi sekali. Bilamana kak Satria pulang kembali? .
Setiawani:
(riang) Suratnja sudah kuterima kemann pagi. Katanja ia kembali pada hari ini. Alangkah nikmat mentjurahkan peraman dada Pada suami jang kuimpikan setiap kala.
Ratnakesuma:
(membelalakkan matanja, suaranja agak melawak) Sesungguhnja tidak terpikir dalam kalbuku,
Kakak serSla itu menjerahkan suami Kepada Tentara Pemb61a Tanah Air. Aku b’rontak, aku tak rela, aku tak suka Suamiku turut mempertaruhkan djiwa. Mestikaku semata-mata bagi diriku. Tubuhnja, djiwanja, hatinja ialah hakku (Budjang masuk
membawa t6h dan kuteja, kemudian ia keluar lagi)
Setiawani:
(tersenjum) , , . Dik Ratna minumlah, sedjukkan dulu dadamu. Darah menggelegak, djiwa b’rontak akan lesu. Hanja seorang gadis berkata bagai adik. Sudahkah kau insjafi makna tjinta se^jati. Tjinta sedjati, ialah kurban, kurban dixi. Tjinta sedjati tidak mementingkan pnbadi.
Terunadjaja:
(ragu-ragu) Tlinta akan ist’ri agaknja lebih utama D aripada tjinta akan bangsa dan nusa. ■Rukankah suami kawan hidup, pentjari N a flU , pahlawan, penjajang, pelindung isteri? (la meterit dengan senjum manis kepada tunangannja).
145
(Satriaperwira masuk. Ia berpakaian opsir Peta. Sungguh tegap dan tangkas badannja. Parasnja jang gagah itu memantjarkan semangat jang tak kundjung padam. Matanja jang hitam menjinarkan keberaman sebesar banting. Satriaperwira memang seorang pahlawan bangsa jang bertjita-tjita luhur dan murni) Setiawani:
(girang menjambut suaminja datang) Abang datang, tjaja girang menerangkan hati, Jang sedjenak guram disungkup tabii* sunji. (Dengan muka berseri-seri Setiawani menjediakan t6h untuk suaminja).
(Terunadjaja dan Ratnakesuma berdiri menjambut Satriaperwira). Terunadjaja dan Ratnakesuma: (serempak) Ha, pahlawan kita baru datang, kak Setia. Banjak sekali pengalaman kakak disana. Satriaperwira: (duduk dikursi dan minum teh jang telah disediakan isterinja) Pengalamanku berharga, banjak tak terseru. Enam bulan aku tak mendengar tjumbu ist’riku. Aku sekarang mendjelma manusia baru. Dalam darahku menggelenjar djiwa baru, Semangat baru, tenaga bam jang teguh. Pesona jang menakdis semangat, djiwa, raga, Gemblengan sempurna dalam latihan tentara. Setiawani: (girang) Pengalaman kanda suamiku besar nian. Pahlawanku seorang manusia baru, Sanggup menerdjang bentjana menjinggang kalbu. Nikmat, aku seorang isteri pahlawan. 'Terunadjaja: (tertjengang) Kak Setia gembira ria suka tertawa, Suami akan mempertaruhkan djiwa raga? Setiawani: (tertawa) Wanita pahlawan harus berdjiwa pahlawan. Air dikelopak mata lajak dikeringkan. Hati sedih, rasa malan hendaknja ditahan. Diri berkurban asal bangsa berbahagia, Mentjipta kemakmuran bersama nan mulia. Ratnakesuma: (mengedjek) Seb’rani itu kakak melepas suami mestika? Luhur istri bergaja menjumbang ratna dada Berlumang darah kena luka m em bra nusa. Tak minta dikenal, tak ’minta dipudji, tida’ Meminta upah asal jakin telah berdjasa. zr?,b.®?a ber,™ ita lullur dapat tempat berharga. Kukna hanja kakak bersifat pahlawan raja Njonja Satna m6mang p’rempuan istime^a* (la memain-mainkan kipasnja). 146
1
Setiawani:
Terunadjaja:-
Setiawani:
Ratnakesuma:
Satriaperwira:
Ratnakesuma:
Satriaperwisa:
Terunadjaja:
Satriaperwira:
(bersemangat) Ratna, sajang kau masih dara berdarah muda Aku jakin s’mua wanita Indonesia, Mudah digembl§ng 'djadi wanita istimewa. Genta masa berdering ’manggil wanita kita Memperkuat masjarakat dib’lakang m<§dan perang, Kewadjiban wanita pada masa sekarang. Berteladanlah pada Raden Adjeng Kartini, Pendekar puteri Indonesia nan murni. (berdiri dari kursinja) Pahlawan beristeri wanita istimewa, Girang ’baris bersaf-saf kemSdan perang mulja. Darah me’lenjar, mata bersinar, wadjah bertjaja, Remak binasa memb61a pusaka abadi. Tetapi, mengapa hatiku disimbah sangsi? (matanja bersinar-sinar) Teruna, wanita dapat melepas suami. Aku insjaf suami berdjuang bagi ist’ri. Perdjuangan wanita ringan dibanding lelaki. (tak pertjaja) , Wanita bukan dewi dan bukan bidadari. Perempuan machluk lemah bagai mawar putih. Kami harus dibSla dan bukan dikerasi. (berdiri dari kursinja berdjalan hilir mudik, kemudian dengan muka berseri-seri) Dik Ratna diombang-ambingkan gelombang ragu. Aku insjaf akan keraguan hatimu. Hati dik Terunapun terdjerat djaring bimbang, Kar’na semangat zaman baru belum terpantjang. (h§ran dan hatinja merasa tersinggung) Aku diombang-ambingkan gelombang ragu. Bila tjahaja asmara menjinari kalbu? Dan djika aku tak rela bakal suamiku, Disajat pedang tadjam, ditembus peluru? (tersenjum) Tjinta akan tanah air, tjinta akan bangsa, Mengabdi tjita, supaja pasang harkat nusa, Anak tjutju dimasa mendatang berbahagia, Lebih murni dari tjinta akan b’lahan djiwa. (kurang pertjaja) Tjinta semurni itu tjinta seorang resi, * Jang toertarak sendiri dipuntjak gunung sunji. Aku machluk Chalik biasa dialam maja. Aku tjinta akan seorang kesuma dara. (Ia tertawa, seraja mengerling kepada Ratnakesuma). (bersemangat) Katamu manusia mentjintai manusia. Machluk biasa mentjintai kesuma dara. Tudjuh puluh djuta djiwa rakjat Indonesia, Bangsa kita, kesuma dara indah djelita. Lamun kautjinta k'suma dara, kau tjinta bangsa.
Ratnakesuma:
Setiawani:
Api asmaramu mcmarak ke Nusantam Sekarang tudjuh puluh djuta kesuma MemanggU, memekik, mendjerit hasraf- , L r a Tjmtamu nan mesra, pengurbananmu n a ^ ^ ta m a Sekarang Iajak kautumpahkan pada mer£ca Hidup pemuda perkasa penaka Teruna Bila lahar Semeru membinasa kesuma’ Serta segara mengamang menghanjutk’an dara(retail) Mulia tjinta pemuda gubahan kak Satrin Nan dapat memberi kasih sajans? nada t n ^ , Tetapi sajang kekasih pemuda mulia ’ Terkatung-katung digelumbang' segara dulca (tertawa riang) Minumlah dulu saudara. oeniedink- com i. Tjobalah rasakan roti ini San ,ezat Eeman^ f i x , ™
Terunadjaja: Satriaperwira:
' * 8 minum
makan roti J«>S
(agak sedih) Pemuda kata orang harapan nusa bancsa Mengapa aku ragu sedjedjak kak Satria? (mulai tertawa) I?!1 “ enden8 « katamu, Teruna Patutkah kita berbadan tegao bertunantr Merindukan bintane berdpnHoncr dagu, Tak terdengarkah bom mendebuns
Ratnakesuma:
Setiawani:
Ratnakesuma:
Terunadjaja:
148
■ K S J S S r s a = S ": aaaejss’; a s ® (tiba-tiba berdiri dari kursinja) Mengenang pahlawan kita hatiku saiu “ hatl ■ Baiun, b'rani. (bersemangat) RSlakan, ichlaskan, diano-0« ^^ . 15 Gadis kita harus berani w , ! * i ukaLepaskanlah pahlawanmu k<S2*n P Memb^la tanah air mennmn au B Perang, , . menumpas. musuh garang (gebsah meramas-ramac t o -___, v Belum berani aku melenas S i? Wahai hatiku te r k u d ju t S J S ? 81^ , (Ta menundukkan kepalani Sf i UJ U‘ Terunadjaja). Ke™ a n Ja, setelah mel<5r
S a tria p e rw ir a : T e r u n a d ja ja : S e tia w a n i:
R a tn a k esu m a :
T e r u n a d ja ja : S a triap erw ira:
(tersen ju m ) P a tu tk a h a n a k m u d a m en g ’lu a rk a n su ara B im b a n g d a n ra gu m cn u m p a sk a n m u su h d u r d ja n a -5 (aga k k em a lu -m a lu a n ) K a k Satria, k u pertim ba ngk an a d ja k a n m u , A sal d ik m anisku rela m elepaskan daku. (tersen ju m ) R a tn a m esti in s ja f akan k eben a ra n kita. M asa p em ba n gu n an ’m in ta p u t’r a b a g a i R a m a , Serta p uteri n a n u ta m a p en ak a S inta. (terh aru ) Su n ggu h p atu t aku m em u pu k se m a n g a t d ja ja , L aksan a isteri utam a p ah law a n R a m a , B a g a i pem u ka p u t’ri n a n tak d ik en al nam a. M en jera h k a n n ja w a bagi m ezba h p era n g raja. (Ia m elih a t a rlod ji ta n g a n n ja dan m em a n d a n g kepada T e ru n a d ja ja ) R u p a n ja su dah m a la m m ari kita p u la n g ka\ (b erd iri dari k u rsin ja ) B a ik la h dik, kita 'm in ta diri d en g a n segera. (S atriaperw ira d a n Setiaw ani tu ru t berd iri). (m en ep u k -n ep u k bah u T e ru n a d ja ja ) T ja m k a n p ah law an ten agam u d im in ta bangsa. K u rba n m u akan m enghiasi In d on esia.
B A G I A N
II
(P a d a su atu p etan g. D iru ang d alam ru m ah Su rah artan a, a ja h T eru n ad ja ja. P erkakas ru m a h n ja serba m oderen, disudut k an an tam pak sebuah lem ari buku dan disudut kiri sebuah dipan m em b u d ju r kem uka. S u rah artan a m asuk m em baw a selem bar koran sam bil m en ggdlen g-gelen gkan k ep a la n ja . Ia berpakaian p an ta lon dan k em edja. U m u m ja k ira-k ira 45 tah un . S ifa tn ja baik hati, k a d a n g -k a d a n g pan d ai d ju g a ia berseloroh. S a ja n g p ek ertin ja ja n g baik itu ada tjela n ja . Ia terlaiu b a n ja k m em ikirkan k epen tin ga n d iri sendiri, dan k elu argan ja sad ja , serta in g in lekas k a ja ). Su ra h artan a :
(tertaw a seorang diri, setelah m em b atja koran sedjen a k la m a n ja ) • Z a m a n bah aru zam an kem akm uran bersam a. A duh, alangkah berbah agia h id u p kita, L am un tjita -tjita ind a h ini terlaksana. (K em u d ia n ia m em b a tja surat k ab arn ja a gak k eras) Sem ua kau m pengem is barisan h in a dina A kan dididik, d ipim pin m e n d ja d i a n g g o ta • M a sja ra k a t ja n g terhorm at dan giat b ersem an gat, M em perkuat tenaga p erta h an a n dan m a sjarak a t. (Ia mengg61eng-g61engkan k epa la n ja ) Peristiw a in i m dm ang sungguh istim&wa. 149
'
«
— V'—
— ..
_______
3B tn iiu h . ttetapi e* masih muda tampaknja, karena tubuhnja segar. Tabiatnin hiocanj*1 ® 1 e „n u r u t i , kehendak suaminja. Ia sangat mentjintai Terunadin™ or, aw ija satu-satunja. Ia berpakaian kebaja paris hidjau dan kain kawung>(N jo n ja S u rah arta n a masuk. Waluupun umumja sudah
Nj. Surahartana: Surahartana:
Nj. surahartana:
Surahartana:
Nj. Surahartana: Surahartana:
Nj. Surahartana:
(agak heran) Tak biasa bapak gembira "seperti itu (girang) Isjarat mulia telah nampak dipersada Tanah tumpah darah kita, kaum hina Akan lenjap dalam masjarakat Indonesia. mint8-miinta- kaum pengemis mendjelma Anggota masjarakat Indoneisa Raja S u t ^ u S "
^ k a i bangsa kita.
Zaman baru banjak menimbulkan perubahan Setiap hari kubatja disurat kabar, warta Peraturan serta perubahan, jang berdjalan Sekitar penghidupan kita, amat berguna. Meski aku hanja tukang berasap didapur Namun dizaman bam mulai timbul niila ' Mrnatku memperhatikan kemadjuan banK
tU£am
se!alu berseiih hati.
Kukira tidak lama Teruna pulang.
•
djing rakgt tlinkjiUk' Ia berpal!:aian 0lah raga. Tangan kanannja tnendjinSurahartana;
(tersenjum) Sitjantik Ratna
150
T e r u n a d ja ja :
S u ra h a rta n a :
N j. S u ra h a rta n a :
T e r u n a d ja ja :
'(te r ta w a ria n g ) A ja h r u p a -r u p a n ja m e m p e rm a in k a n s a ja . R a tn a k esu m a su d a h d a la m g e n g g a m a n sa ja . M a s’a la h lain ja n g leb ih p e n tin g d a n u ta m a , N an seb en a rn ja m egerutkcm d a h i a n a k d a . (m em bela la k k a n m a ta n ja ) M a s'a la h u ta m a ja n g m en geru tk a n d a h im u ? (Ia tersen ju m b erlaw ak ) H a, aku ta h u englcau in g in lekas m e n u m p a n g B a h tera h id u p b erd u a sid ju ita sa ja n g . (tersen ju m ) D ja n g a n engkau sem b u n jik a n ra h sia m u T ’runa, (Ia m e n g a tju n g k a n telu n d ju k n ja ) S eora n g 4 b u ' ta k p ern a h m e m e d ja m k a n m ata. (agak m alu dan sedju ru s la m a n ja m en a ku r) S a ja in g in m en ja m p a ik a n pera sa an hati. D u a h a ri su dah lalu, ta pi tak berani.
N j. S u ra h artan a :
(h era n ) O h anakku, engkau tah u se la m a n ja ibu B elu m p ern a h m en olak sem u a perm in taan m u . K a ta k a n la h tek an a n ja n g m e n in d ih hatim u .
S u ra h artan a :
(m em an d an g k epad a T e ru n a d ja ja , sa m b il m em besarkan m a ta n ja ) B erk a talah terus teran g p a d a o ra n g tuam u. M asakan ta k akan m en gabu lk an b ap ak ibum u, • D jik a la u p erm in taa n m u m 6m an g su nggu h p erlu ? (ra gu -ra g u , sam bil m en gg aru k -ga ru k k ep a la n ja ) A ja h , ibu. b oleh d ja d i kesukaran saja, T id a k d ap at dibela oleh a ja h d a n bunda. T je m a s gelisah h a ti s a ja slan g dan m alam . S a ja tid u r tidak lelap, m akan tidak n jam an .
T e r u n a d ja ja :
N j. S u ra h artan a :
T e r u n a d ja ja :
N j. S u ra h artan a :
(terk ed ju t, b an gu n dari k u rsin ja dan m en gh a m p iri a nak n ja, sam bil m engu-sap-usap kepala' T e ru n a d ja ja ) A nakku sakit apa, adu h kasihan benar, K a ta k a n la h l,ekas, dokter ibu pan ggil, agar Sakitm u segera diberi o b a t penaw ar. (d en ga n h ati terharu m em a n da n g kepada ib u n ja ) O h bu, anak akan p ergi dari sisi bunda. T ’r u n a d ja ja akan terd ju n d im ed an ar6na M em bin asa-la n ta k k a n m u su h k ita bersam a. T a k in g in k ah ibu berp u t’ra ga ga h berani, S eoran g pem bela ru m ah ta n gga h 6b at sakti, W iraw an ban gsa p en d ja g a kes’lam a tan n e g ’ri? (terk ed ju t undui: scd :k it dan k em u dian m e n d je rit) E ngkau akan turut b erp era n g m e n ja b u n g d jiw a ? D ja n g a n nak, d ja n g a n k au tin ggalk an ib u n a n tua. Ib u kautinggalkan, k in i bad an k u ta k b e rh a ja t.
151
“ ak) engkau Pergi tanah mengemnas HmsadAku tidak bemafas, darahku tak mencal«r Tubuhku kaku, sampailah adjalku nan achir (Air matanja mulai titik) Oh anakku djangan berperang, djangan berperanS* (Terunadjaja tertegun mendengar tangis ibunja, tak bergaja berkata sepat&h Surahartana:
k e S S
hWr mUdil1' SambU “ “ reeleng-gatogK an
Sukar keadaanku kini bukan kepalane Penstiwa hidup sesulit ini mengekang.' ( a menghampiri isterinja, mentjoba menghibur h attn ia^ Ah sudahlah bu, diamlah djangan ditang*si Zaman baru meminta p’rubahan tak terperi tUpan bagaikan dizaman perdamaian' Mau tak mau turut dirubah arus zaman. Terunadjaja:
(tersenjum, matanja bersinar-sinar)
1
z S lI f n ^ 401? 4 bunar PendaPat dan kata ajah Zaman pantjaroba ini memaksa merubah.
Nj. Surahartana:
Terunadjaja:
152
Tjara hidup, tjara berpikir kita semua. Kita dibawa arus zaman nan deras raja. S S i , HPavf’ dludara luas> didarat rata, ? p 2 n lUK' b^ ratUS’ beribu Palawan muda, SSHSf, bl rdl uang dengan muka terang seminar Membela hak jang adil, murni, sjah, serta benar Oh bunda, patutkah pemuda Indonesia, Bagai saja nan berdarah pahlawan perkasa, Tmggal dirumah ajah bunda duduk melungguk Memandang bulan bmtang ’ngirup bubur dimangkuk? (makin keras menangis) H T aJldf S, kaU sembltan bulan lamanja J ! J kan tertjinta? Adilkah djika ia dikirim kemSdan neranc'’ Kukurbankan sedang mataku terbuka terang? sedu) ” kakinJa’ menangis terseduUntuk apa, untuk apa, oh ganas ri.miat Aku pertjaja, Tuhan tentu tak aka” Ala! (bersemangat) Putera ibu membela anak tjutiu kita Mempertahankan halaman t, . Merebut bahagia d a n T e ^ a h tS * ^ Put’ra ibu pulang membawn , an.g,sa" Mengibarkan dengan g S hPandji Dengan darah put’ra ibu^endfr? nJn S E , “ ha“ * Kedjajaan gemilang direngenf ? Ibu tak bersorak berput’ra bertjita tjfta ‘ Mendjadi seorang pahlawan bangsa nan perwira?
S u ra h a rta n a :
(m u k a n ja ten an g) K u ra sa m em a n g b en a r p en d irian T eru n a. O ra n g tu a ja n g in s ja f akan p a n g g ila n m asa, P a tu t m en gu rba n k a n an ak dim ddan arena. K ita tua tak b e rg a ja m en ju m b a n g ten aga, R61akan a n a k m e n g e d ja r t jit a -t jit a m u lja . O ra n g tu a h a n ja d a p a t m e m b ’ri s ’la m a t restu. A ku ra gu m elepaskan anak, bila ibu T id a k r61a dan ich las, serta tidak setu dju.
(M a rh aen m asuk. Ia seoran g p em u d a asal dari desa ja n g b ek erd ja d ik a n tor T e r u n a d ja ja sebagai pem bawa-r.urat. K a ren a ta b ia tn ja b aik d a n b a d a n n ja tegap ia a m a t disukai T e ru n a d ja ja . K ed u a p em u da itu su dah la m a m e n d ja d i sa h a ba t k arib ). T e r u n a d ja ja :. M a rh a en : T e r u n a d ja ja :
M a rh a en :
T e r u n a d ja ja : M a rh a en :
T e r u n a d ja ja :
M a rh a en : S u ra h a rta n a :
(m em a n d a n g kepada M arh aen su a ra n ja riang> Saudara M arhaen, kau in gin tu ru t d en gan daku ? (aga k h eran ) Saudara h en dak pergi k ’m a n a m e n g a d ja k aku? (bersem angat) K ita berdjxiang digelan ggan g p era n g n a n sutji. M en g h a n tju r-leb u rk a n m usuh bersam a n a n - kedji. Saudara M arhaen, m arilah kita bersiap. Sandangkan segera sen d ja ta n an genap lengkap. (tertaw a) T id a k perlu bagiku adjak an saudara, S e b e n a m ja m em an g m aksudku k ’m ari m en an ja, Sukakah kau dengan daku m en tja ta tk a n nam a, S eb a ca i p era d ju rit T en ta ra Sukarela? (tertaw a ria n g gem bira) E ngkau in gin d ju g a m em bela bangsa dan nusa? H idup M arhaen, hidup bangsa In d on esia! (tu ru t gem bira) M eski ibuku sakit, a ja h dialam baka, N am un ibuku r£la aku m en jabu n g njaw a. Ib u gem bira m elepaskan daku berkurban, Setelah ch u tb a h -ch u tb a h B u ng K a m o kudjelaskan. (berrem angat) M arhaen, m arilah k ita m en tja ta tk an nam a, Sebagai p erd ju rit dalam T e n ta ra Pemb^Ii. Hajcfti, esok pagi kita berdua berangkat K e B adan P em bantu P erdju rit dj G a m bir B arat. (riang) A ku sedia, hidup pem uda In d on esia! (tcr tje n g a n g -lje n g a n g m elih at kelakuan kedua o ra n g m u d a itu) S ch eb at itu s’m an gat darah m uda zam an baru, B erb6da dengan s’m an gat pem u da dizam anku. A ku dulu m em im pikan bila n aik pangkat, B ila aku kaja,, tjep a t m en ingkat d eradjat, B ilam an a aku dap at h id u p ten t'ra m tenang, M in u m m adu suka dikerum un anak riang.
153
Amat lain angkatan muda kita sekarane Mereka bersemangat serta tertawa riang’ Berdjiwa djantan, r « a sedia menjabung’ niawa Asal tjita-tjita mulia dapat mendjelma. Terunadjaja: (girang memandang kepada ajahnja) Ajah, perkenankanlah anak sekarang djua Pergi mentjatatkan nama sebagai tjalon omir Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. (Ia menghampiri ibunja, dengan suara lemah lem but) Bu manis, perkenankanlah kiranja putera Menunai k'wadjiban mulia membela nusa.’ Nj. Surahartana: (mengusap-usap air matanja dan duduk te rm a n g * ' mangu dikurainja, kemudian dengan suara lam bat" lambat) Oh anak, ibumu tidak bergaja berkata. Hati menangis sedih,, bertuna amat lara a? ? ! ? ^ rasa dipanggal bangsat durdjana Anakku Terunadjaja, ibu tak berdaja. muIai membasahi pipinja iaSi)
Terunadjaja:
(mentjoba menghibur ibunja) Pertjajalah bu, anak akan pulang kembali Saudara kita Marhaen turut mengiringi ^ man®at meninggalkan ibunja, me«ki Menderita sakit nan pedih seorang diri i
Surahartana: H
\
) “
PM lsterll)fr. kemudian dengan suara men-
Kukira tidak salah kata-kata Teruna. Datang giliran sekarang bagi kita djuga, Menjerahkan sumbangan bakH noda Nusantara dan W b! j a n g b , S d en g^ m Lamun Teruna bergairat sebesar rataasa Hasrat; merebut pia^a mulia ardna' ana,
Nj. Surahartana:
(memandang kepada o , Mata uang bagiku sungguh tak Pilu) Djika dibanding dengan ’ < R6Ia aku m e n ju m b a n g £ * jL Jan£ Lamun anakku tidak perei :;l. ^ tr-aku’ Ingat, Truna akan b c n S , i!!SikUI „• Dengan Ratnak'suma, bakal m (Tiba-tiba ia menangis i j ’, mantuk» Jar« Hanja seorang anakku, aduh hatlku remuk.
T e r u n a d ja ja :
(m em a n d a n g kepada ib u n ja d en gan h ati iba ) D ja n g a n d ip ik ir-p ik irk a n perk aw in an saja. B ia rk a n la h m a s'alah itu tidak m en gapa. S a ja sen d iri m eru n d in g k a n n ja d en g a n R a tn a . S a ja p e rtja ja Ratna* m ereiakan tu n an gan S erta m e n ja n jik a n g ita m a h a perd ju an gan . M arh aen : (berdiri dari ku rsin ja, m a ta n ja b ersin a r-sin ar) N jo n ja d ja n g a n m erasa dura tjem as, selam a S a ja h idu p selalu saudara. sa ja Truna, Terb6bas dari parut, luka serta bah aja, M au tpun takut, bah agia tentu terdjaga. (S u ra h a ta n a dan isterin ja terharu m endengar perkataan M a rh a en ). N j. S u ra h a rta n a : (m em an d an g kepada M arhaen) T a k terperi tutur sju k ur m em bual dikalbu, N ak M arh aen selalu m en d jaga anak ibu. M in ta p ad a ibum u tinggal bersam a aku, S elam a engkau b erd ju an g berdua anakku. S u ra h a rta n a : (d a d a n ja m ulai Iega, ketika m en dengar k a ta -k » t« isterin ja) ata A lan gk ah gem bira hatiku ibu berani Mer61akan Teru n a m enunak duta sutji. S esunggu h nja A figkatan B aru Indonesia. Berpcclora hendak m em egahkan nusa bangsa. D jiw a n ja m em arak benderang d i Nusantara. Sem an gat kesatria haus berkurban njaw a, Ilh a m m enjelinan kedalam kalbu teruna M u da siap m en djelm a pahlaw an n a n perkasa. B A G I A N
II
(D ik a ia sen dja R atnakesum a dan T eru n a d ja ja sedang duduk bertiaknr. an ixacnaKusuma. Perdu a. Perdu tja k a p diperdu ja w_ n ..„t~ letaknja. -----1Um d>hadapan rum ah Ratnakusum ki j<■> <*fs « • 111) diram bati k em bang prabu k en ja ja n g sedang berbunga. T em pat p eristira h af-^ rtu h a w a n ja sedjuk ‘d an n ja m an untuk m elepaskan lelah dim asa p e t S s T eru n a d ja ja berpatauan opsir. W alaupun berpakaian sederhana ta S L m b en a r ru p an ja. K e b a ja Ratnalcosum a sutera halus kebiru-biruan s 5 S S d engan k a m n ja p arang rusak. eiarai> W a d ja h n ja ja n g m §m an g tja n tik kian berseri). T eru n a d ja ja : (sedjurus la m a n ja m em an dan g kepada kekasihnja) R atn ak u kem ala, kanda datang adinda. D ja n ga n la h tertjen gan g ke*am a nurm ala danta. G enderan g perdju an gan bergem a •dalam djiwa. K a sih sajan g akan dinda terpaksa kularai, K a ren a gita m urni dalam h ati bersorai. R a tn a k esu m a : (terkedjut, berdiri dari ikursinja) W all am dan m alan saju sendu lam a kurasa, K ism at nnn lai*a nestapa lesak kuderita. A duhai kandaku, belahan djiw a adinda, T unanganm u hidup terlarai sebatang kara. W ahai. m ungkinkah aku chali untuk s'lam anja? 155
Terunadjaja:
Ratnakesuma:
I j
Terunadjaja:
I
(menatap wadjah kekasihnja) Tidak, tidak, Ratnakesuma buah hatiku Djasad berpisah namun hati melekat padamu Insjafkah dinda akan tugas perdjuanganku? Wirawan muda bersiap menjandang senapane Merebut kemenangan dalam gelanggang perane Wahai adik, djangan berlinang air matamu Relakan kanda berdjuang bagai pahlawanmu. (menangis tersedu-sedu) Dara mana bergaja m’nahan tikaman diiwao Gadis mana m’lepas tunangan mengurbankan nm w a? Malang benar nasib seorang wanita muda. Djika aku berdaja kuat, kutahan, kutambai Kularang, kuikat, kau kekasih erat-erat. Tetapi mengapa badanku serasa lesu, 7 m ? S S U^lemf h, lemas mulut sePa^tun kelu? mentfumbu) kekaS,hnja’ lemah Perawan utama rela melepas tunangan. bS S Sianf ,malam memudja mendo’akan Oh S v ^ melaksana himmah muliawan. 2 l d‘ k’ Perikan sapamu jang meneguh kalbu
Ratnakesuma:
Terunadjaja:
D te k a £rtaUasmara S m »rmaint'ra Ja" E 7 Vfu^ an n tirta jang menakdis darahku djiwaku. Mendjelma pahlawan kebal menentang peluru’ (hatinja seakan-akan remuk, tak tertahan air m ata jang mulai membasahi pipinja) Kehendak pahlawanku jang besar tak tertjegah Au- mata berlmang tidak dapat menggojah Hati nanar talc berbekas dalam dada kanda Amboi, rasanja tenagaku sudah berhingga ' l“k
Ratnakesuma: Terunadjaja:
156
rntur
kekasihnja
t6rtahan
BaeS fa n n ^ a n 7 a ? S S ^ S S S S S * " Bagai t unangan1
I i
lem but
a; emuka-
ak a , * * * £ £ k^ a d a .
Aku akan men'rima P O ia w a ^ S s S ’ (penuh semangat) Kenang-kenangan akan kandn ™ Kalbumu, nan dibakar api SerH“ endjadl ^ tia Rasa bangga megah melepas nav!?aan masa: Bahagia djiwa adinda n an tak?w Wan mUda> Bakti murni wirawanmu kehariir«f I t8" Pahala penawar kemala dikala duka
R-atn akesu m a :
T e r u n a d ja ja :
R a tn a k esu m a :
T e ru n a d ja ja :
R atn a k esu m a :
T eru n a d ja ja :
H arap an R atn a k u , p e rd ju rit p u la n g m em baw a B en d era k em en an gan , dian h id u p adinda. P u d ja dan d o ’a ja n g d ip o h o n k a n kekasihku K eh a d ira t Ila h i m elin du ngi diriku. (aga k sedih) R a tn a m u akan m em oh on , bersudjud, m em u d ja S ian g m alam k ehadirat J an g M a h a K uasa, B ibirku setiap saat m em in ta. m e n d o ’a, Sem oga pahlaw anku p u la n g berbahagia, T a p i h atik u saju m elepas kanda kini, K a r ’na m en gen an g d ja n d ji kita lam a n an sutji. (tersen ju m ria n g ) 1 D ja n d ji n an su tji p atu t ditepati Kesuraa, H ari Bepar kita tidak lam a lagi tiba. T ertaw alah, bersoraklah, kem ala kesuma, Perkaw inan kita sem erbak puspa bah'gia. (tertaw a kusam) H ari b ah agia berachirkan hari duka, S iapa dapat m enderita nestapa sukma? (Ia m engentakkan kakinja tiba-tiba lari dari kekasihnja sam bil m enangis tersedu sedu) T id ak , tidak, bunuhlah aku, tjabut njawaku. S ek aran g aku r<§la h a ja t disam bar hantu ( l a m akin keras m enangis) W ah a i, h ari dihadapan gerbang bahagia D a ra nestapa duka berpilin air mata. (terkedjut, gugup, kem udian tertegun sedjurus lamanja* Adindaku, tenangkanlah hatim u, redalah. R\ipanja engkau bingung bim bang tjem as gelisah. S ebenarnja m a’alah n in bukan apa-apa. (m engisak, kemudian m arah, m atanja berapi-api) B akal suam iku tiwas bukan apa -a pa ? Engkau m ati bangsam u tak m em perdulikannja. T etapi aku, pasang telingam u, tjam kanlah, K albuku rem uk luluh turut berkalang tanah. (berdjalan hilir mudik, m ukanja redup, sam bil men® garuk-garuk kepalanja) H ati dukatjita m erasa gem bira ria, D ada tersenak sesak kembali lapang lega, B ilam ana telah berderai air m ata. R atn a nurm ala manis, m enangis, menangislah. ' A ir m ata dipipi m erah dinda nan basah, M em bersihkan rasa duka, seraja memupuk Puhun iradat nan kuat dalam kalbu remuk. Irad at kuat tegak berakar dalam badan, J an g berpantang g ojah bagi pedom an pikiran. P im pinan Ila h i nan chas tidak terhindarkan M anusia dalam alam m a ja penghidupan. K ita berdua anak kodrat Tuhan Kuasa. M alang senang w adjib dipikul bermuka tjeria.
157
Ratnakesuma: ia d ?a h SS ka5 h n j” atanJa' menataP Sedj“ Kanda berperang sedjalan kodrat iradat Aiinh Takdir'diri kekasihku jang berpantang goiah ’ Wahai, aku wanita lemah lajak menjerah memtiu'k^lbu) menat^ahkan tangannja, sambU berterlaK
Terunadjaja:
Ratnakesuma:
Oh nasib pahit, katakan kismat berat baik Namakan takdir tjelaka, atau kodrat Challk Mengapa aku terbelit rahasia hidup? Djika kau berperang menurut rahsia hidup Tidak ada kuasa jang melebihi tampuk Kepala Rahasia Ridup djagad nan sibuk. *?a-iaPada sepandjang masa, Nan berabad-abad d:a!ami manusia. tH,? tb^ ^ kah kaU berdJuane menurut kodrat Iradat Tuhan semesta djagad nan tak terlihat? (bcrsemangat) Nasib kanda nasib tanah air Indonesia. K o j a t Teruna kodrat bangsa Indonesia. S ? « i l Pa^lawa,^ T eruna berkurban djiwa. ingkasnja nasib kanda ditampuk Tuhan Esa (suaranja terputus-putus menahan rindu dukii Hai, pendekar muda nan djaja haraSm S i™ Djika Dtwi Pertiwi nan m eS n ta memaksa B ’ Serta kehendak takdir Pendjaga b l a S ? t»=4«, Dara lemah menahan, m e l a S tak 1’b e r g ^ 1’ ’ kalbu)
utnja, suaranja
merawan
Tak iba rawankah hati baka! memnpiniv,,? Tak tuna parahkah djantung bakal suamikuo Tak sadarkah, oh kekasih, fiUa S Memisah Hari Bahagia kita berdua Han Bahagia jang menjemat hajat kita Dalam untaian suami isteri £ £ d a berdiri tegak, dengan sim-r-,5 • -u dirinja ia mendjerit) ' Uara Jan^ masih ^ Dara bakal pengantin tersik-c^ s
melihat Ratnakesum a takTadarkan
Pada
Mereka terkedjut p u la
SSI S d i a , SetlaWani * “ « n - n i rupanja, w 158
a
C
n
^
f r ^
t 8
R a tn a k e su m a :
S etia w a n i:
T e r u n a d ja ja : S a tria p erw ira :
R atn a k esu m a :
T e r u n a d ja ja :
Setiaw ani:
(pei’la h a n -la h a n duduk kem bali, k em udian tersen ju m ) T erla lu lcm a h sem an gatk u ta di ru p a n ja . T id a k la ja k aku bersu am ik an T eru n a, S eora n g pend^kar p erw ira nusa dan bangsa. (m em b u d ju k m a n is) R a s a tjin ta p u tih bersih ja n g m en akdis djan tu n g, M en em p a sem an g at m a h a d ja n ta n m em bubung. S em a n gat m em bu bu n g m en a bu r b en ih tawakkal. B e n ih taw akkal m em u pu k kesabaran tebal. K esa b a ra n m em b an gu n p an d an ga n h idu p baru, J a n g selaras d en g a n suasana zam an baru. (tersen ju m m erasa gira n g ada ja n g m em bela) T ep a t serta benar p en d apatan k ak Setia. R u p a n ja R atn a k u akan seia-sekata. (m en dek a ti R atn akesu m a) P a h la w a n T eru n a m em egah m ah kota bangsa, M en a ta h k a n m utiara kui'ban d jiw a raga, M en in gga lk a n kekasih m en gabdi Nusantara. (berdiri tegak m em an dan g sedjurus la m a n ja kepada S atriaperw ira) M en a ta h m u tiara bagi m a h k ota bangsa, P a tu tn ja kubantu, tetapi sa ja n g m engapa A k u takut m crelak an kandaku T eru n a? (den gan iba m en a tap v/ad ja h k ekasih n ja) K eten a n g a n d jiw a n a n dirasa kak Setia M en im bu lk an rasa rela dalam kalbu saja. K u k ira k eten an gan d jiw a kakak n a n m ulja, D a p a t m en en an gkan d jom p a k a n alun gelum bang G elisah n a n m en jim b a h dada R atn aku sajang. (pen u h sem angat) A n ak dalam kan du ngan sudah bergerak-gerak, K ep ala, dada, tan gan , pin ggan g, bahkan sem ua T u bu hku lesu dan lara serasa terkojak. L em ah lelah letih pedih tidak teperm ana, N am un begitu kurelakan kanda Satria M em bela bangsa n a n sengsara nestapa papa. N an d id ’rita dizam an perbudakan B elanda. K e in sja fa n daku telah berbakti m em bela T a n a h air, n an h en dak diperkosa. kem bali 0 1 6 h m usuh kita n an la n tju n g, serta durdjuna, M em upuk puhun k eten an gan d id alam hati. (Ia m en gan gkat kedua ta n gan n ja , m a ta n ja bersin arsinar) R atn a , p ertja ja la h k eten an ga n d alam d jiw a M em an tja rk a n ta m a sja in d a h didepan m ata. T a m a sja in d a h berb en tu k b ah ag ia ra ja . B ah agia n a n r a ja ja n g m en ga m a n k a n sukma, H ati, pikiran laksan a p e ra d ju rit d ja ja . S esu nggu h n ja R atn a m an is bahagia ra ja , 159
Jang kurasa sekarang belum pernah kudjumpa; Bahagia Raja sepantun Maha Bah’gia, Nan dirasa pahlawan bangsa perwira djaja. Ratnakesuma:
(merasa terhfeban) Bagaimana aku pertjaja, jakin, mengerti, Bilamana aku bukan kak Setiawani?
Setiawani:
(tersenjum penuh semangat) Baru setahun lamanja aku bersuami. Sekarang aku tudjuh bulan mengandung bajl Kesukaranku tentu adik dapat merasa. Betapa indah suarana, makna, irama Perkawinan dengan s’wamiku, selama masa Aku hidup mentjinta dan mentjium, mentjumbu, Mengullt suami tertjinta mustika kalbu. Tetapi isteri berani r61a bertjerai. Hidup dimaja sebatang kara dan terlarai. Ist’ri berani r61a tak meneguk piala Madu asrama, dan ichlas terasing sendiri Dari haruman p£sta, nan didirus tjinta mesra Aku rela berpisah dengan kemala hati, Kar’na aku menerima keinsjafan sutji. Keinsjafan jang merupa bahagia murni, Nan melebihi bah'gia jang kurasa kini. (tertawa riang) Bahagia ist’riku mantera semangatku, erdjuang hingga musuh berlutut didepanku. Aku kembali membawa maha bahagia Bagi kita serta nusa bangsa jang tertjinta.
Satriaperwira:
Ratnakesuma:
Satriaperwira:
Ratnakesuma;
160
(memandang kepada Satriaperwira)
Kak, hanja satu mas’alah sukar kupahami. Mengapa tjinta akan tanah tumpah darah, Jang kakak tjurahkan amat mulia dan megah, Hingga bersedia, r61a meninggalkan ist’ri? (bersemangat) I b ^ iin ^ ? seorang pUfr a mentjintai Tanih tum ^ saJ&ngnja kekal, tak berhingga. kita Ibunda Pertiwi, f ne .DnankD a lbu4 Bandung setiap puf r i put’ra tv 5a dariTla cnempersembah djasa. ? r n f ^fa s*lama nafas kuh61a, ^ p ertiwi nan murni, w ?dam nan menikam badan Pada Pemermtah Hindia B’landa nan 'lah mati. f ^ nd3ara Nus'akambangan, Tiba saatnja lawan kuliantam hingga binasa. (terharu) Setahun kakak terbelenggu di N usakam bangan. Apa dosa kakak hmgga mendapat hinaan?
Satriaperwira
u n a ta o ja b e rs in a v s in a r )
—
R atn a k esu m a :
S etia w a n i:
Satriap erw ira: T e r u n a d ja ja : R a tn a k esu m a :
.
TaSr ? f aSa d iin sja fi ^ Setia. K u r e n g ^ f d a n h « S ega,m , im n m em ba^ kalbu, Dadnk-n ^ . is tei'k o ja k -k o ja k tanganku L i h a « nh S! f ak: SCSak lap an ^ luas ^ g a , g J tii? sau d ara a k u m u lai tertawa. (tertaw a ria n g gem bira) la m a t b ah ag ia m em a n tja r d alam d jiw a fT» J2 i m anls un tu k selam an ja. P* a n g kepada su am in ja) B e r m n ^ ^ 311 W ta * * * m em in ta diri. (tu ru t tertawa1? ^ S l,ra h ar‘ “ “ <>an is fr i. M ?rf t u g S" d,al? aelesai k ew a djib an kita. (hPnrtiS ? m in ta s^am at p a k Surahartana. B aiM ah S , T gan tark an S atriaperw ira dan Isterin ja ) a a iM a h aku serta d en gan k an d a berdua. (mm-,nfa 1 tu rutkah engkau d en gan k ita ? (m en ata p m esra k ep a d a k ek asih n ja) P ergila h k a n d a tu rut kak S atria sedjoli. A k u in gin b eristirah at dulu disini.
(Satriaperw ira, isterin ja dan T eru n a d ja ja m en in g ga lk an p erd u itu ). R atn ak esu m a:
(berdiri tegak, m en a d a h k a n kedua b ela h ta n g a n n ja , m a ta n ja b ersin a r-sin ar p e n u h k e ja k in a n ) M em pelaik u ku lepaskan k egela n gg a n g p eran g, ™ fn. r ^ u n g d Jiw a m en tja p a i tjita tjerlan g-tjem erlan gr. o n T u h a n , dengar, d en garla h d araM u tertaw a, B ersorak giran g m elepaskan jjgnddkar bangsa. R a k ja tk u , terim a la h s u m b a n g a n . d a ra m u da, M em ba n gu n k a n ta n a h airku In d o n e sia ! F ahlaw ank u d a n daku b e rd ju a n g d a n b erb a k ti U ntuk In d on esia M erd eka n a n abadi. T A M M A T
161
D ia loog bcrsadjak
S ^ o n c S a
m™dekaI M e l S ^ d ^ T anV tn6kI,,■re,ltJa1’ 8 1,er0is- prokta-
s b l- w ^ s ® ^ ^ ssssrssss? s~ S sF A s ^ ^ s a i S S S S
Dunia m odem dewasa ini barangkali sudah samoailah nndq sph.v expenmen manusia. Dalam tungkunja jan e tak tei nP ^ i n n ’ emua i kai kebesaran dan kerendahan achlak manusia ^ PUnah D a n ngalau kemiskman, kebinaan jang gelap, timbullah tjaia tiit'i m KPmh^HHh i*"® berdaJa menumPas imperialisme kolonialisme garani ' Kemb.ihUh harga manusia merdeka pada bangsa Indonesia ia n f m ilS - ^ sumber kekuatan baginja mentjiptakan tugas raksasa iaiah nf* ► « kebenaran, keadilan. perdamaian dan bahagia bagi Indonesia dan Dun11’1 berpedoman pada pikiran jang tiada diarahkan pada jang nisbi dan l a ? 11, tapi pada jang mutlak dan jang rohani dengan sendjata djiwa j a n g m o m 11-’ kwaliteit, kemauan sadar dan otak jang bidjaksana cl't jo n Dalam bentuk dialoog bersadjak dilukiskan perkembansan semangat raman rakjat dimasa nafiri Revolusi pada permulaan ditiup. Nafiri - a d a l a h proklamasi Kemerdekaan Indonesia jang memesona Rakiat S u " 1 Tudjuh puluh djuta rakjat tertindas sadar, berdjtiang merebut a dari Pemerintah Djepang. <-h-iiasaan I'cm im pin rak jat:
Indonesia kini memetik bintang merdeka! Berdjuanglah. kawan bagi demokrasi mulia Insjaflah. kawan persada mendamba bunga djac-a. Melaksana dharma kemanusiaan dan dunia ' • membintang ekor kurban raksasa bagi muVba Tjita-tjita Indonesia melangit nirmala. menumpas imperialisme tjurang garang semat-e Mengembalikan kedaulatan negara kita berdaaarkan ketuhanan Esa„ Kemanusiaan, jang adil dan beradab serta persatuan, dan kerakjatan jang dipimpin kebidjaksanaan. Perdjurit laksana dun mawar tumpah darah. Ditumpu djururawat Barisan Palang Merah. Mcmbedah djangat semangat warisan pendjadjah.
Opsir Laskar Rakjat: Hai, pahlawan, lantakkan lawan kita bersama, jang berhasrat memperbudak bangsa serta nusa. Hidup mewah sendiri digedung peranginan, pangkat tingsl tapi passif dimasa' pergolakan, berarti chianat pada rakjat, memusnah perbawa pribadi sempuma kehendak Tuhan segala. Pelukan dan tjumbu istri jang saja tjintai, saja tinggal semua, mengabdi pandji Pertiwi Seorang diri istri sanggup membela diri, meskipun ia tudjuh bulan mengandung baji. I.stri saja rela ichlas melepas suami, berdjuang mendjundjung duta bangsa maha sutji. F c la d ja r :
Peladjar anasir utama masjarakat. Dimasa rnistoris pemudja ilmu terikat erat dalam purangkap dinamika saat. bangsa Indonesia akan menang merebut dan mengibarkan bendera tjemerlane H?H^ar bel?dJar’ buku' Pena l^ b a n g budaja saja t thu? t tunanSan nan djelita, gBaIkan denSan hati ichlas dan rela Har n S r gCndrang Perd* angan m £ d e ^ - d , * ur Hai., pahlawan muda, musuh gempur tenta pemuda Desa: Saudara ht *' n>erad^am Jawan aiigkara. bagai saja menBapa pemuda desa,
eemhir-. t msjaf benar rakJat djelats mulia L fi u berdjuang membela tjita-tjita' “ S a f l u agi slrendah dan Siu« i s i.
’
n nasi, sldjcmbel pun makan ^
Opsir Feta T e & a r a p31^ 1,1 ? 0kas P “
P * ^ a . Pembela Tanah Air jane a w darahl kftab naariS berderaP-derapanSemangat rwM merah “ “ Kdegak beruan gat Pahlawan mojang membuni « Wirawan menerdjang seteru binatang truna Indonesia remak mati . B‘ K S ^ ggalkan Xianggang perang mezbah bnvr
arna genta insjaf berkerdam heban ritv ,u 1 ^eremufc-Juluhkan seteru mendjadi £ebd* albu-
1*4
K e p a la
B a ris a n P a la n g IVIcrah: K a m i d ju ru r a w a t P a la n g M e r a h In d o n e sia . B e rd ir i sia p d ib a ris a n m u k a a ren a. M u lu t te r s e n ju m m a n is, m a ta b e rsin a r lem ah , m e m b a lu t luka p a r a b pai*a p a h la w a n b an gsa. P e lu h m en g iltju r m e le k a t b a d a n n a n p a ja h lelah. T a k m en g a p a . tiati g em b ira b erb u a t d jasa .
P c o iitn p in
r a k ja t : M u k a k u tje r a h tera n g, n&ti l'ian g tertaw a. D jiw a k u sega r m e n d e n g a r suara pem u da, siap len g k a p m en erp a d a n b ertek u n m en ggem pu r. D ja n g a n d ib eri a m p u n , h in g ga seteru gugtir. -
S e k e lom p ok
lV m in tp ir i
p e r d ju r it : M a rila h k aw an , m a rila h pem u da n a n p erk as«. P a ra p e r d ju r it In d on esia r a ja d ja ja . Seteru. k ita bersam a n a n bengis ganas. segera kita sera n g tcrd ja n g , kita b en tu r gempur^ kita tem b a k serga p , m u su h ten tu h a n tju r lebur. M en g geleg a k tjita m u rb a fcegapura em as. r a k ja t :
N am a m u h ila n g m en g ch a ja l, w iraw an perkasa, d jik a tew as d im ezb a h k epa h la w a n a n raja. K a w a n , d jik a aku m a ti m u n gk in kau kem bali. Istri anak ku d a n k elu argam u disiksa, m u n gk in ada ja n g binasa, ru m a h m u rata. S a w ah lad an gm u ja n g m en g u n in g terba k a r tandus. H arta ra k ja t m usn ah , kekasiiim u diperkosa m u su h iblis h a ti beron tak, kau m esti lari, d jik a law an m en a n g . m elih a t sem ua m am pus. D jiw a m u p a ta h , p em im p in palsu m em bu al djasa. S treb er b e rtja d a r b erta n da k d alam p artai politik , b e rd jem p a lit m erebu t kursi m en teri, op sir tin ggi. P em besar egois bersulap stem p cl berkorupsi, p en g atjau , a vontu rier, p en g ch ia n a t d ja h a t litjik . R a k ja t ta a t m en d ju a l tjela n a pengisi perut. A n ak p a n a h roh m u m elu n tju r ke T u h a n m e n d je m p u t ja n g m utlak, ja n g roh a n i m erin tis K e b e n a ra n . sepan tun sin ar m a ta h a ri bagi k eh idu pan . . P a h la w a n m u d a perkasa, tegak k an kepala k epalkan perap, w a d ja k a n d jiw a, k ebalkan raga. H ai pahlaw an , m a d ju , m a d ju a lh , serbu,serbulah. H ai w iraw an, b en tu r, ben tu rla h , gem p u r, gem p u rlah . S eteru berlum ur lum pu r gu gu r h a n tju r lebu r. M em arak la h n ja la N asion al m assa m en gg u n tu r. O psir L askar R a k ja t: A ir m ata, d a ra h m em b asa h i b u m i P ertiw i, la m b a n g m a n u sia berk u rban b a g i tjin ta m u rn i. K a m a itu u sirla h ragu, su m b a tla h saju . B eton k a n kem auan, besik an d ja n tu n g kalbu.
IMatlja .
Kibarkan bendera. berbaris kemedan sutji.
T abuh gendrang m enang jan g m engeraskan hati. Sekarang, sekaraiv’^ h tiba sflncSnn kawan, law an kedjam Id. a Uuv'sa-. iginan, akkan.
-cgolakan Pemudu desa: /jnah pe** pemuda desa siap 1.-. .uian se^ berbakti, mengabdikan diri bag. saj n *«c, sawah. sapi.
Meski ibuku tua, adik bauja-ic. bapak m ati, saja tinng. hidup mereka, saja pergi. Sekclonipok d ju ru raw at Palangr Merali:
P uteri Palang M erah telah bersiap erat. M arilah pahlaw an muda. sekarang berangkat..
TVmimpin rakjat:
Bangsa Indonesia berabad-abad lamanja. didj&djah, ditindas, dihisap. miskin nista, karena politik kapitalisme kolonial. Kapitalisme. sekarat tanjmat riwajatnja, mendjelma susunan baru. masjarakat sosial.
H ai pahlaw an m uda. sandangkan sen d jata djaja. Bam bu runtjing, lembing. rentjong dan keris ."cmpana. Tiba saatn ja kapitalism e dunia binasa, jang menghamilkan tenaga massa memusnah din. Kemerdekaan rakjat djadjahan seiiama
dengan b rataju d a kekuasaan sosialis lawan kekuasaan monopolis kapitalis didunia jang sedang sakit. m erana, gilu, dipengaruhi filsafat kritis. dia disiksa Formalisme. Pikiran manusia meneguk anggur intelefctualisme, berganti brendi pantjaindera. Manusia mabuk kekuasaan atas bagian. Lajaklah dia bersimpuh pada alam semesta. mentjapai harmoni, menghapuskan kepitjikan, jang menghimpit mati akal budi bidjaksana. Tobatkan kembali semua rasa dan rendjana. jang disisihkan, kesinggasananja jang luhur. Kawan. pemuda, rakjat, buruh. tani semua! Merah putih nan berkibar megah gagah perkasa, tak lajak diturunkan musuh kita kembali. Lagu Kebangsaan ..Indonesia Raja” bergema di Nusantara menggerak semangat putra putri membakar menjan kurban sakti dimezbah bakti. Siap! Hidup Indonesia! Hidup Revolusi! Damailah. Bahagialah Indonesia, Dunia! Kebenaran, Keadilan bagi Manusia! T a m m a t Jogjakarta, achir tahun 194G. 166
»• Hi.';. isa p a fa ii^ tjui* m el'hati gen.
•janM tfjr;
Peladjar:
Kibarka.'
Tabuh j
j
gekaran lawan 1c Pcrnuda desa. *^53CXS^' pemuda ^
S f n
UHIV ERSITAS INDQNESIA PERPUSTAKAAN
T G L. KEM BALI
saja tla : Sekclompok d ju r ^ a
iJ 3
JA N
ZO K
MariiaJ^ TVmimpin rakjat: Bangsa
didj^dj^ karena , Kapital mcndj^ Hai Bai
O o
2014
TGL. KEM BALI
Perpustakaan FIB UI i i i i i i i i n 0 0 0 6 5 0 8 3 Ill" * i
> mj
i
U ni'/
f
r,
?■
Perpustakaan UI
s.. '-;i 4*
01
0-07060161
n