I.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sarana Prasarana a. Pengertian Sarana Menurut Soepartono (2000:6) sarana olahraga adalah terjemahan dari facilities, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani, mudah dipindah, bahkan dibawa oleh pelaku atau siswa. Contoh alat yang digunakan dalam pembelajaran jasmani yaitu: bola, raket, pemukul, net, lembing, dan sebagainya. Sarana pendidikan jasmani merupakan peralatan yang sangat membantu Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Sarana pendididkan jasmani pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang sifatnya tidak permanen, dapat dibawa kemana-mana atau dipindahkan dari satu tempat ketempat lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 999) dijelaskan, “Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan”.
Menurut Ratal Wirjasantoso (1984: 157) alat-alat olahraga biasanya dipakai dalam waktu relatif pendek misalnya: bola, raket, jarring, pemukul bola kasti, dan sebagainya. Alat-alat olahraga biasanya tidak dapat bertahan dalam waktu yang lama, alat akan rusak apabila sering di pakai dalan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, agar alat dapat bertahan lama harus dirawat dengan baik.
Sarana maupun alat merupakan benda yang dibutuhkan dalam pembelajaran olahraga, dan alat tersebut sangat mudah dibawa sehingga sarana atau alat tersebut sangat praktis dalam pelaksanaan pembelajaran. Alat olahraga merupakan hal yang mutlak
harus dimiliki oleh sekolah, tanpa ditunjang dengan hal ini pembelajaran pendidikan jasmani tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Soepartono (1999/2000) menyatakan istilah sarana olahraga adalah terjemahan dari fasilitas yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkandalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Selanjutnya sarana juga dapat diartikan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani mudah dipindah bahkan mudah dibawa oleh pemakai. Sedangkan sarana olahraga dapat dibedakan menjadi: 1. Peralatan ialah sesuatu yang digunakan. Contoh: peti loncat, palang tunggal, palang sejajar, dan lain sebagainya. 2. Perlengkapan ialah: a. Semua yang melengkapi kebutuhan prasarana. Misalnya: net, bendera untuk tanda, garis batas. b. Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki. Misalnya: bola, raket, pemukul. Sedang menurut Sukintaka yang dimaksud alat adalah alat-alat olahraga adalah “ alat yang digunakan dalam olahraga, misalnya bola untuk bermain basket, voli, sepak bola.
Menurut Agus S. S (2004:4), sarana adalah sesuatu yang diperlukandalam pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga sangat penting dalam memberikan motivasi peserta didik untuk selalu bergerak aktif, sehingga tujuan aktivitas pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa ada hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan di lapangan atau ruang bagi anak, yaitu a. kursi (kursi wasit), tempat duduk yang sudah tidak stabil lagi
(sudah goyang) b. lantai yang licin; c. ventilasi dan suhu ruangan yang tidak nyaman; d. saluran air bersih yang tidak berfungsi; e. saluran air kotor yang macet; f. reruntuhan atau sisa-sisa peralatan yang tidak terpakai yang berserakan dilantai ruang senam atau di lapangan; g. halaman atau lantai yang tidak rata, reruntuhan yang tersembunyi; h. lubang-lubang di lapangan, permukaan lantai ruangan yang terbuat dari kayu yang sudah rusak; i. lapangan olahraga yang terlalu dekat dengan tempat rekreasi; j. suasana lalu lintas yang tidak nyaman.
Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa sarana adalah sarana pendidikan jasmani merupakan perlengkapan yang mendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang sifatnya dinamis dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
b. Pengertian Prasarana Menurut Agus S. Suryobroto (2004:16-18) prasarana adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindah (bisa semi permanen). Contoh: matras, peti lompat, meja tenis meja, dll.
Perkakas biasanya tidak dipindahkan agar tidak mudah rusak, kecuali kalau tempatnya terbatas, sehingga harus bongkar pasang. Prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani juga bisa bersifat permanen atau tidak bisa dipindah. Contoh: lapangan (sepak
bola, voli, basket, hoki, dll). Jadi prasarana dalam pembelajaran jasmani akan mempermudah berlangsungnya proses pembelajaran. Persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam memilih sarana dan prasarana yaitu sebagai berikut. a. Aman Unsur keamanan merupakan unsur yang paling pokok dalam pembelajaran pendidikan jasmani, artinya keamanan merupakan prioritas utama sebelum unsur yang lain. Lapangan harus terhindar dari unsur bahaya, misalnya: licin, ada benda runcing (batu tajam, pecahan kaca, paku, dan sebagainya). b. Mudah dan murah Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani agar memenuhi persyaratan kemudahan dan kemurahan, maksudnya adalah sarana dan prasarana tersebut mudah didapat, disiapkan, diadakan, dan jika membeli tidaklah mahal harganya, namun juga tidak mudah rusak.
c. Menarik Sarana dan prasarana yang baik jika menarik penggunaanya, artinya siswa senang dalam menggunakannya bukan sebaliknya. Jangan sampai dengan adanya sarana dan prasarana menjadikan siswa takut dalam melakukan aktivitas. Selain itu sebagai seorang guru penjas harus dapat menciptakan sarana dan prasarana yang menarik siswanya. d. Memacu untuk bergerak Dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan jasmani, maka siswa akan terpacu untuk bergerak. Hal ini karena sarana dan prasarana tersebut merupakan tantangan
bagi siswa. Dengan demikian diharapkan dalam penggunaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani dapat memacu siswa untuk bergerak. e. Sesuai dengan kebutuhan Dalam penggunaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan siswa atau penggunanya. f. Sesuai dengan tujuan Sarana dan prasarana hendaknya sesuai dengan tujuannya, maksudnya jika sarana dan prasarana tersebut akan digunakan untuk mengukur kekuatan dan sesuai dengan tujuan kekuatan tersebut, yaitu harus berkaitan dengan berat. Jika sarana dan prasarana digunakan untuk mengukur keseimbangan, maka terkait dengan lebar tumpuan dan tinggi tumpuan. g. Tidak mudah rusak Hendaknya sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran pendidikan jasmani tidak mudah rusak, meskipun harganya murah. Artinya jangan sampai sarana pendidikan jasmani hanya dapat digunakan dalam satu atau dua kali pakai saja.
h. Sesuai dengan lingkungan Sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran pendidikan jasmani hendaknya disesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah.
Soepartono (2000: 5) menambahkan bahwa prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha atau pembangunan). Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Prasarana pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat permanen. Kelangsungan proses belajar mengajar pendidikan jasmani tidak terlepas dari tersedianya prasarana yang baik dan
memadai. Prasarana yang baik dan memadai maka proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat berjalan dengan baik. Menurut Depdiknas dalam Kamus Besar Bahasa Iandonesia (2001: 893) bahwa, “prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses usaha, pembangunan proyek dan lain sebagainya”.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa prasarana olahraga adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam melakukan olahraga yang sifatnya semi permanen (bisa dipindahkan tetapi sulit atau berat), bisa juga permanen (tidak bisa dipindahkan). Keberadaan sarana dan prasarana sangat mempengaruhi cepat lambatnya siswa dalam menguasai pembelajaran. Tanpa sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan dengan optimal.
2. Fasilitas Pendidikan Jasmani Untuk Sekolah Fasilitas olahraga di sekolah merupakan masalah di negara Indonesia. Ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak merata dan masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standart minimal. Untuk menuju pendidikan yang berkualitas, maka fasilitas olahraga harus dipenuhi. Adapun yang dimaksud dengan fasilitas menurut hasil Loka Karya Fasilitas Olahraga (1979: 18) dijelaskan bahwa, “Fasilitas olahraga adalah semua lapangan dan bangunan beserta perlengkapannya. Dalam hal ini fasilitas tersebut, macam dan jenisnya dapat berupa lapangan terbuka/luar, lapangan tertutup, kolam renang dan perlengkapan fasilitas olahraga”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, fasilitas olahraga merupakan
lapangan atau bangunan yang disertai dengan perlengkapan olahraga. Sebagai contoh fasilitas sepakbola berupa lapangan sepakbola yang dilengkapi seperti gawang, jala, bendera, bola dan lain sebagainya. Keberadaan fasilitas dalam pendidikan jasmani sangat penting, bahkan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Ketersediaan fasilitas olahraga yang ideal sesuai dengan standart, maka pembelajaran pendidikan jasmani akan berjalan lancar sesuai dengan kurikulum. Namun sebaliknya, fasilitas yang tidak sesuai maka pembelajaran tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga pembelajaran tidak sesuai dengan kurikulum.
Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan fungsi atau kemudahan. Fasilitas secara umum adalah fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum seperti: jalan raya,alat penerangan, dan lain-lainnya.Fasilitas olahraga di sekolah masih merupakan masalah di negara indonesia. Ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak merata. Masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standard minimal.
1.
Kelemahan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Menggunakan Sarana Prasarana Stndart a. Banyak Sekolah Tidak Mempunyai Lapangan Seharusnya tiap sekolah mempunyai satu lapangan sepak bola, baru hamper semua cabang olahraga yang ada di kurikulum dapat dilaksanakan. Hanya bulutangkis, karena tidak boleh ada angin, harus didalam gedung dan lapangan basket harus dilapangan khusus. Yang lain bola voli, dapat mendirikan net lapangan, senam bisa mengeluarkan matras kelapangan, bola tangan juga dapat dan semua nomer atletik dapat pula dilaksanakan dilapangan bola.
Namun kondisi sekolah sekarang hanya satu atau dua yang mempunyai lapangan
sepakbola. Kebanyakan hanya memiliki halaman yang tidak begitu luas. Karena masih ada guru yang mengajar dengan peralatan dan ukuran yang sebenarnya, maka banyak materi pendidikan jasmani yang mulai kelas 1 sampai 3 SMP tidak diajarkan. Misalnya halaman sekolah hanya berukuran 1x25 m, cukup untuk satu lapangan voli dan senam saja. Padahal dalam kurikulum seharusnya, satu cawu hanya dua kali pelajaran voli. Dalam kondisi seperti ini yang pasti tidak dapat dilaksanakan dan tidak pernah diajarkan adalah semua nomor atletik.
b. Kurang Memberikan Kebebasan Murid Pendidikan jasmani dengan aturan cabang olahraga yang sebenarnya kurang memberikan kebebasan pada murid. Karena ketrampilan murid belum baik dan harus menggunakan alat ( missal bola ) ukuran orang dewasa, membuat suasana pembelajaran kaku dan tidak lancar. Pada waktu bermain murid tidak dapat bebas bergerak karena terikat oleh peraturan permainan.
Seharusnya guru jangan menggunakan alat dan lapangan ukuran sebenarnya. Apabila muridnya belum mampu, sebenarnya terbuka kesempatan bagi guru pendidikan jasmani untuk membuat sendiri peraturan dan alatnya sesuai dengan kebutuhan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran.
c. Tidak Semua Murid Mampu Menggunakan Fasilitas Ukuran Standar. untuk praktek pendidikan jasmani tidak selalu mengguanakan secara keseluruhan lapangan standar sebab tidak semua murid mampu menggunakannya. Sebenarnya guru pendidikan jasmani tidak harus menuntut tersediannya peralatan untuk setiap cabang olahraga dengan ukuran yang sebenarnya. Dan untuk pengadaan peralatan tersebut lebih baik dibelikan bahan dan peralatan sederhana yang murah dan mungkin sebagian bisa dibuat sendiri oleh guru. Peralatan olahraga yang sebenarnya,
disamping harganya mahal juga belum tentu murid mampu menggunakannya.
d. Tidak Sesuai Dengan Karakteristik Murid Guru pendidikan jsmani seharusnya tidak mengajar tetapi membelajarkan. Artinya guru mengusahakan agar muridnya mau dan senang belajar. Oleh karena itu guru harus benar-benar memahami karakteristik muridnya. Murid SMP masih tergolong anak-anak yang masih menyukai aktifitas bermain dan lomba-lomba yang menyenangkan. Jadi jika fasilitasnya tidak sesuai dengan karakteristik murid, sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan atau kondisi murid. Lapangan bisa dipersempit, alat dan peraturan disederhanakan agar murid bisa melakukan aktifitas dengan senang. Modifikasi sebenarnya hanya istilah saja, modifikasi bukan model maupun metode tetapi mengacu pada berbagai ketrampilan mengajar yang di adaptasi secara tepat selama proses pengajaran. Modfikasi adalah model yang didesain dan disesuaikan dengan kondisi kelas yang menakankan pada kegembiraan dan pengayaan perbendaharaan gerak agar sukses dalam mengembangkan ketrampilan.
e. Tujuan Pendidikan Jasmani Sulit Dicapai Menurut penelitian penelitian Cholik Muhtar, 1995 menyebutkan bahwa dengan menggunakan peralatan standart, waktu gerak efektif permurid rendah maka sulit untuk meningkatkan keugran jasmani maupun merangsang pertumbuhan. Begitu pula tujuan-tujuan pendidikan jasmani yang lain sulit untuk dicapai.
2. Pengembangan sarana prasarana yang ada disekolah
Peralatan olahraga yang sebenarnya ( ukuran standart ) justru sebagian besar tidak sesuai dengan karakteristik dan perkembangan siswa. Minimnya sarana prasarana olahraga yang tidak merata dan tidak sesuai dengan kondisi murid ini menuntut guru prndidikan jasmani
lebih kreatif. Guru harus bisa memodifikasi pembelajaran dengan memanfaatkan sarana prasaran seadanya di sekolah atau alat buatan guru sendiri dinamakan pengajaran dengan pendekatan modifikasi. Pendekatan modifikaasi adalah pendekatan yang didesain dan disesuaikan dengan kondisi kelas yang menekankan pada kegembiraan dan pengayaan perbendaharaan gerak agar sukses dalam mengembangkan ketrampilan. Oleh guru-guru yang masih menggunakan model pembelajaran tradisional, pembelajaran modifikasi dianggap tidak sesuai dengan kurikulum, karena mereka mengagnggap GBPP kurikiulum pendidikan jasmani adalah satu-satunya terjemahan dari kurikulum.
3. Belajar Dan Pembelajaran a. Pengertian belajar dan pembelajaran Menurut Burton (2001:28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkat laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dimana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau di ubah melalui praktek atau latihan. Menurut Husdarta dan Saputra(2002:2), belajar dimaknai dengan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antar individu dengan lingkungan. Tingkah laku itu mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa dapat di ukur penampilannya. Menurut Gagne dalam Widiastuti, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku manusia atau kemampuan yang dapat diperlihara yang bukan berasal dari proses pertumbuhan.
Menurut pendapat Dimyati dan Mudjiono (1999:9), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang komplek. Hasil belajar berupa kemampuan, setelah belajar orang dapat memiliki pengetahuan, sikap, dan nilai. Jadi menurut pengertian
diatas berarti belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus (rangsangan) lingungan, melewati pengolahan, menjadi kapabilitas baru.
b. Prinsip-Prinsip Belajar Dan Pembelajaran Banyak teori dan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan para ahli yang lainnya yang memiliki persamaan dan perbedaanan. Dimyati dan Mudjiono (1999:42-50), membagi prinsip-prinsip belajar dalam tujuh katagori, yaitu sebagai berikut. 1. Perhatian dan Motivasi. Menurut Gagne dan Berli (1984:335), perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Dari teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Sementara itu, motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Gagne dan Berli (1984:335), mengatakan motivasi adah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. 2. Keaktifan. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan tidak juga dilimpahkan oleh orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. 3. Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung dalam perbuatan dan tanggung jawab terhadap hasil belajarnya. 4. Pengulangan. Di dalam prinsip belajar pengulangan memiliki peranan penting, karena mata pelajaran yang kita dapat perlu diadakan pengulangan-pengulangan supaya terjadi kesempurnaan dalam belajar. Oleh karena itu prinsip pengulangan masi relevan sebagai dasar pembelajaran dan dalam belajar masih tetap diperlukan latihan-
latihan atau pengulangan-pengulangan. 5. Tantangan. Dalam situasi belajar siswa mengahadapi suatu tujuan yang ingin di capai tetapi selalu terdapat hambatan dengan mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar harus memiliki tantangan. Tantangan yang di hadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. 6. Balikan atau Penguatan. Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan pada stimulus (rangsangan) dan respon (reaksi). 7. Perbedaan Individu. Perbedaan individu ini pengaruh dari hasil cara belajar siswa, karena perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran di sekolah.
c. Tujuan Belajar Dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh ranah-ranah afektif dan psikomotor. Sehingga proses belajar yang mengaktualisasi (nyata) ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar.
Menurut Sardiman (1994:27), secara umum tujuan belajar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) untuk mendapatkan pengetahuan; (2) penanaman konsep dan keterampilan; dan (3) pembentukan sikap.
d. Hasil Belajar Setelah berahirnya suatu proses belajar dan pembelajaran maka siswa memproleh
suatu hasil belajar. Menurut Dimyanti (1994:3), Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Diahiri dengan proses evaluasi hasil belajar,dari sisi siswa,hasil belajar merupakan brahirnya penggal dan puncak proses belajar sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Menurut Ahmadi (1984:35), hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:35), hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak penggiring. Dampak pengajaran adalah basil yang dapat diukur seperti tertuang dalam nilai raport dan angka dalam ijazah. Sedangkan dampak penggiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan transfer belajar.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang didapat dari pengajaran yang tertuang dalam bentuk angka dalam raport dan ijazah.
4. Pendidikan Jasmani a. Pengertian Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional seperti yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, berbagai hal yang menunjang sistem pendidikan perlu dikembangkan sebaik mungkin. Seperti yang tertuang pada UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan yang menunjang pembentukan manusia seutuhnya, dikembangkan melalui proses belajar dan pembelajaran. Berbagai hambatan dalam proses belajar harus sejalan dan stabil agar kondisi belajar yang kondusif tercipta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta dapat mencapai hasil yang maksimal.
b. Pengertian Pendidikan Jasmani Menurut Nixon dan Cozens (1963:51), pendidikan jasmani didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktifitas dan respon otot yang giat dan berkaitan perubahan yang di hasilkan individu dari respons tersebut.
Menurut Dauer dan Pangrazi (1989:1), pendidikan jasmani merupakan fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak.
Menurut Bucher (1979), pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, proses pendidikan fisik yang di pilih untuk meningkatkan kemampuan organic, neuromuskuler, interperatif, social dan emosional.
Menurut Ateng (1993), bagian integral dari keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan organic, neuromuskuler,
interperatif dan emosional.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang di lakukan secara sadar, untuk mengolah tubuh dan untuk meningkatakan kemampuan organic, neuromuskuler, interperatif, social dan emosional.
c. Tujuan Pendidikan Jasmani 1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. 2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. 4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. 6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan.
eksplorasi
gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. 2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. 3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. 4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya. 5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya. 6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.