I.
Ringkasan Home care merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien oleh
tenaga medis pemerintah, sesuai dengan definisi Departemen Kesehatan (2002).Program ini dilakukan karena ada bagian masyarakat yang tidak terlayani melalui pelayanan konvensional yang dilakukan oleh 46 Puskesmas untuk 1.398.804 penduduk. Satu Puskesmas rata-rata melayani sekitar 30.409 penduduk. Dengan rasio ini, maka banyak warga kota Makassar tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang baik. Muncul keluhan masyarakat yang merasa sulit mengakses layanan kesehatan yang cepat, dekat, dan murah. Hal ini menyebabkan mereka malas untuk pergi ke tempat pelayanan kesehatan di Puskesmas. Jumlah kunjungan pasiendi 46 Puskesmas pada tahun 2014 adalah 1,316,693 pasien, kemudian 1,367,787 tahun 2015, dan 1,243,437 tahun 2016. Berdasarkan datatersebut, diperlukan adanya program Home Care untuk memperluas akses pelayanan, sehingga warga kota dapat terlayani dengan baik di di rumah-rumah mereka.
Program Home Care telah dilaksanakan sejak Januari 2015 oleh tim home care, yang terdiri atas Dokter, Perawat, Physical Therapist,dan Speech Pathologist. Pelayanan dilakukan 24 jam, melalui Call Centre 112 yang dapat diakses oleh semua pasien yang memerlukan. Kemudian call center ini menghubungi call centre Puskesmas sesuai dengan wilayah alamat pasien, dilengkapi dengan data diri pasien dan nomor telepon. Selanjutnya, Puskesmas terdekat menghubungi keluarga pasien melalui telepon untuk memperoleh konfirmasi layanan kesehatan yang diperlukan. Tahap berikutnya, tim home care mengujungi pasien di rumah mereka dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.Setiap pasien mendapatkan pelayanan Home Care melalui dokter penanggung jawab atau melalui petugas pelaksana Home Care lainnya, sesuai dengan prosedur tetap Home Care.Apabila perlu dirujuk maka pasien dirujuk setelah mendapatkan tindakan stabilisasi. Home Care ini memiliki output program sebagai berikut terpenuhinya pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
yang cepat dengan
meningkatkan
kemandirian pasien dan keluarga dalam melakukan pemeliharaan kesehatan serta pembiayaan yang lebih murah. Jumlah pasien yang tertangani meningkat tajam dari waktu ke waktu. Jumlah pasien yang ditangani Program Home Care sejak peluncuran pada DesemberTahun 2015, sampai akhir Tahun 2015 adalah 2,266, dan akhir tahun 2016 sebanyak 4,685. Dan untuk mendukung efektivitas program maka Pemerintah Kota Makassar telah melakukan penambahan armada Home Care yang diberi nama Mobil Dottoro’ta. Pada tahun 2015 hingga saat ini jumlah armada Homa Care sebesar 48 kendaraan.
II.
Analisis Masalah Program Home Care dilakukan karena ada bagian masyrakat yang tidak terlayani.
Dalam pelayanan konvensional sebelum program Home Care dilakukan pelayanan kepada pasien hanya terfokus pada 46 puskesmas, dengan luas wilayah kota Makassar 175,77 km2 dan penduduk yang berjumlah 1.398.804 orang, hal ini menyebabkan masyarakat kota Makassar banyak tidak mendapatkan pelayanan kesehatan. Banyaknya keluhan masyarakat mengenai sulitnya mengakses layanan kesehatan yang cepat, dan jarak tempuh yang jauh sertafaktor biaya membuat masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk mendatangi pelayanan kesehatan di puskesmas. Data morbility menunjukkan bahwa total kunjungan sakit pada 46 puskesmas tahun 2014 adalah 1,316,693 pasien, pada tahun 2015 adalah
1,367,787 pasiendan pada tahun 2016 adalah 1,243,437 pasien. Dengan datamorbility tersebut sehingga diharapkan dengan adanya program Home Care yang tidak dapat terlayani dengan baik di puskesmas akibat akses layanan yang jauh dapat teratasi. Ada banyak masalah kesehatan penduduk baru diketahui setelah media massa di Makassar memberitakan. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan kondisi wilayahnya terutama jika ada masyarakat lain yang sakit. Sulitnya, masyarakat justru lebih percaya pada pengobatan alternatif yang banyak menyasar hingga ke lorong-lorong yang tidak terjangkau unit kesehatan di Kota Makassar. Pada banyak kasus, petugas kesehatan baru mengetahui kondisi kesehatan seorang masyarakat ketika sudah dalam tahap kritis. Akibatnya, petugas kesehatan kesulitan untuk melakukan penanganan. Penanganan menjadi terhambat dan pesien sulit untuk disembuhkan segera. Penyakitnya sudah parah dan sulit lagi diobati ketika petugas kesehatan mengetahuinya. Banyaknya masyarakat miskin yang tidak mampu ke puskesmas walau layanan di unit kesehatan itu diberikan gratis, dikarenakan tidak mempunyai kemampuan memperoleh transportasi yang cepat ke layanan kesehatan, juga dikarenakan wilayah tempat tinggal yang terpencil.Kemiskinan dan kesehatan adalah dua hal yang sangat berkaitan satu sama lain.Walaupun keduanya tidak berhubungan namun sekarang dapat dikaji keterkaitan antara keduanya. Dalam suatu masyarakat tentunya dapat dibedakan mana yang merupakan tergolong sebagai masyarakat kaya, menengah, dan miskin. Adanya penggolongan tersebut juga berimbas dalam masalah aspek kehidupannya, termasuk di dalamnya yaitu aspek kesehatan. Dapat diibaratkan misalnya dalam suatu keluarga yang tergolong kaya maka kualitas kehidupannya akan jauh lebih baik termasuk dalam urusan kesehatannya. Hal ini jelas berlawanan dengan keluarga yang tergolong miskin, jangankan memperhatikan kesehatan dalam urusan makan pun mereka terkesan kesulitan. Adanya segmen masyarakat yang selama ini tidak terpenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan menyebabkan lahirnya pelayanan ke rumah yang inovatif dan kreatif. Pendekatan Program Home Care dengan melakukan keperawatan langsung (direct care) membuat program ini berjalan efektif dibanding layanan kesehatan yang pernah ada. Keperawatan langsung itu meliputi pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan. Cara itu membuat layanan menjadi sangat detail dan paripurna. Layanan yang memindahkan layanan standar kesehatan dari Puskemas ke rumah masyarakat itulah yang kemudian membuat program Home Care menjadi salah satu program yang sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Kota Makassar. Setiap anggota masyarakat yang sakit yang membutuhkan pelayanan medis dilayani melalui kunjungan ke rumah.Data saat awal program Home Care dilaksanakan pada tahun 2015 dengan jumlah 1.710.114 penduduk dan pada tahun 2016 dengan jumlah 1.765.799 penduduk. Inisiatif Pemerintah Kota Makassar untuk menciptakan program ini memang didasari oleh banyaknya masalah dalam pelayanan kesehatan di Kota Makassar. Home Care membuat pelayanan kesehatan di Kota Makassar akan lebih sempurna, holistik dan komprehensif. Hal itu membuat kebutuhan pasien akan dapat terpenuhi sehingga pasien akan lebih nyaman dan puas dengan asuhan keperawatan yang professional. Hal paling menarik karena program ini mampu mensinergikan berbagai profesi kesehatan yang ada seperti dokter, bidan, perawat, ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga profesi yang lain.
III.
Pendekatan Strategis Banyaknya keluhan masyarakat mengenai sulitnya mengakses layanan kesehatan
yang cepat, dan jarak tempuh yang jauh serta faktor biaya membuat masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk mendatangi pelayanan kesehatan di puskesmas maka pendekatan Home Care adalah mendekatkan yang jauh, mempersingkat jarak, memperluas pelayanan, mempermudah pasien sehingga pasien tidak perlu mengeluarkan biaya ke puskesmas. Mendekatkan yang jauh dan mempersingkat jarak dimaksudkan agar pasien yang tempat tinggalnya jauh dapat dilayani dengan cepat sehingga pasien tersebut tetap mendapatkan pelayanan kesehatan karena adanya kunjungan petugas kesehatan ke rumah. Kesulitan masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan terbaik justru karena mereka kesulitan dalam menjangkau unit layanan itu. Ini dimaklumi karena dengan luas 175,77 Km2, Kota Makassar terlalu luas untuk hanya dilayani oleh 46 Puskesmas. Memperluas pelayanan dimaksudkan pasien yang mempunyai tempat tinggal diwilayah pinggiran kota Makassar tetap dapat terlayani oleh petugas kesehatan.Pemerintah Kota Makassar ingin memastikan bahwa semua masyarakatnya terutama masyarakat miskin yang bahkan ke Puskesmas pun tidak mampu bisa dijangkau. Konsep dasarnya adalah mengubah pelayanan pasif menjadi aktif dengan memindahkan sebagian pelayanan dasar kesehatan ke rumah-rumah masyarakat yang tidak mampu. Diharapkan dengan strategi itu, kehadiran Pemerintah dalam melayani hak kesehatan dasar masyarakatnya dapat terpenuhi. Data penduduk wilayah per puskesmas pada tahun 2014 sebelum terbentuk Home Care adalah: NO
NAMA PUSKESMAS
JUMLAH PENDUDUK
1
Andalas
15,282
2
Antang
29,642
3
Antang Perumnas
19,445
4
Antara
17,308
5
Ballaparang
35,212
6
Bangkala
27,344
7
Bara baraya
38,284
8
Barang Lompo
9,313
9
Barombong
12,258
10
Batua
51,654
11
Bira
17,914
12
Bulurokeng
14,590
13
Cendrawasih
39,239
14
Dahlia
19,954
15
Jongaya
41,886
16
Jumpandang Baru
23,650
17
Kaluku Bodoa
73,034
18
Kapasa
18,407
19
Karuwisi
22,881
20
Kassi-Kassi
83,081
21
Layang
32,732
22
Maccini Sawah
23,269
23
Maccini Sombala
31,394
24
Makkasau
27,802
25
Malimongan Baru
22,846
26
Mamajang
20,997
27
Mangasa
52,119
28
Maradekaya
21,997
29
Minasa Upa
28,662
30
Paccerakang
52,765
31
Pampang
44,241
32
Panambungan
20,695
33
Pattingaloang
19,747
34
Pertiwi
17,141
35
Pulau Kodingareng
4,659
36
Rappokalling
40,576
37
Sudiang
57,070
38
Sudiang Raya
60,605
39
Tabaringan
14,414
40
Tamalanrea
34,935
41
Tamalanrea Jaya
19,460
42
Tamalate
56,752
43
Tamamaung
50,626
44
Tamangapa
11,123
45
Tarakan
14,976
46
Toddopuli
16,271
Dari data tersebut diatas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individual dan keluarga, direncanakan, dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi Home Care melalui petugaskesehatan atau pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya (WarholaC,1980).
III.1. Kreatif dan Inovatif Hal-hal yang menjadi pertimbangan besar pelaksanaan program Home Care antara lain pertimbangan ekonomi dan kemudahan akses bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya bagi masyarakat yang tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan ke rumah serta memberikan pelayanan pada penyakit kronik yang memerlukan perawatan lama dan dengan perawatan pasien di rumah ditengah keluarga akan memberikan rasa aman dan nyaman untuk mempercepat proses penyembuhan. Inovatif karena program Home Care: 1.
Belum ada ditempat lain bahkan di seluruh wilayah Indonesia.
2.
Pada pelayanan konvensional (sebelum ada program Home Care) pasien mengunjungi puskesmas sedangkan pelayanan nonkonvensional (terbentuk program Home Care) petugas kesehatan atau tim Home Care mengunjungi pasien ke rumah selama 24 jam. Program ini menjadi sangat inovatif karena mampu menjawab problem kesehatan
masyarakat Makassar selama ini. Home Care telah menembus banyak batasan yang membuat masyarakat kesulitan untuk mengakses pelayanan kesehatan yang sebelumnya sulit mereka rasakan. Ide kreatif Pemerintah Kota Makassar yang membuat secara tidak
langsung menolong jiwa masyarakatnya yang selama ini seperti terabaikan. Program ini juga sangat inovatif karena menciptakan terobosan baru dalam dunia kesehatan. Layanan kesehatan yang selama ini dianggap hanya bisa didapatkan dengan mendatangi pusat-pusat layanan kesehatan, ternyata bisa dinikmati dengan tidak perlu beranjak dari tempat tidur. Layanan kesehatan dengan fasilitas sama akan datang ke rumah masyarakat dan mengatasi problem kesehatan masyarakatnya. Program ini juga menjadi begitu inovatif karena prosedur layanannya yang tidak rumit dan berbelit. Pada tataran implementasi di lapangan, terdapat pelaksana yang terdiri dari dokter, tenaga keperawatan dan tenaga profesional lain dan non profesional dari seluruh Puskesmas di Makassar. Selain itu ada koordinator kasus yaitu seorang perawat dengan kriteria tertentu baik yang masih aktif maupun yang sudah memasuki masa pensiun. Mereka bisa berasal dari Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik, Petugas Kesehatan Swasta dan lain-lain. Seorang tenaga kesehatan (tenaga perawat terlatih dan berpengalaman) terhadap program Home Care dapat mengkoordinir beberapa tenaga perawat dalam melakukan tugas untuk memonitor dan mengevaluasi kegiatan dirumah. Ide Home Care murni berasal dari Walikota Makassar Moh. Ramdhan Pomanto. Program ini merupakan jawaban atas masalah layanan kesehatan yang selama ini belum sepenuhnya berjalan dengan baik di Kota Makassar. Walikota kemudian melimpahkan kepengelolaan
program
ini
kepada
Dinas
Kesehatan
Kota
Makassar
yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan Home Care Kota Makassar. Dinas Kesehatan Kota Makassar menjadi penanggungjawab program ini karena baik sumber daya manusia dan juga pendanaannya menjadi tanggungjawab unit kerja ini. Program ini menjadi sangat kreatif karena didukung oleh pengadaan mobil “DOTTOR’TA” atau mobil dokter kita. Kendaraan ini berjenis City Car dan dimodifikasi bisa bergerak bebas hingga memasuki lorong – lorong di kota Makassar.
III.2. Pelaksanaan dan Penerapan Program Home Care dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 dengan jumlah 226 pasien dan di tahun 2016 menjadi 4.685 pasien. Prosedur pelayanan Home Care sebagi berikut: 1
Pasien dapat langsung menghubungi Call Centre 112 kemudian call centre 112 akan menghubungi call centre puskesmas sesuai dengan wilayah alamat pasien dan memberikan nama, umur, alamat, keluhan serta nomor telpon keluarga yang dapat dihubungi. Wilayah puskesmas yang merupakan alamat dari pasien tersebut akan menghubungi nomor telpon pasien dan mencocokan status pasien yang akan dikunjungi.
2
Setiap pasien mendapatkan pelayanan Home Care melalui dokter penanggung jawab atau melalui petugas pelaksana Home Care.
3
Petugas pelaksana Home Care melaksanakan pelayanan medis sesuai prosedur tetap Home Care.
4
Petugas pelaksana Home Care membuat registrasi dan mencatat di lembar status pasien.
5
Petugas pelaksana Home Care mengunjungi pasien secara berkala.
6
Apabila perlu dirujuk maka pasien dirujuk setelah mendapatkan tindakan stabilisasi.
7
Apabila pasien meninggal dunia, petugas pelaksana Home Care membuat laporan kematian sejak masa perawatan.
III.2.1 Pra Home Care Tim Home
Care
(Dokter,
Perawat,
PhysicalTherapist,
Speech
Pathologist)
merencanakan jadwal perawatan pasien sesuai dengan jenis perawatan, jenis penyakit, gradasi penyakit dan kondisi klinis pasien berdasarkan prosedur perawatan. Untuk jenis perawatan, meliputi : 1.
Perawatan kuratif
2.
Perawatan suportif
3.
Perawatan rehabilitatif
4.
Perawatan emergency. Dokter dan tim Home Care merencanakan pemeriksaan penunjang diagnostik dan
follow up jika diperlukan, seperti : 1.
Laboratorium
2.
EKG
Tim Home Care mempersiapkan sarana dan prasarana perawatan, meliputi : 1.
Tensimeter
2.
Infus set
3.
Intravena cath
4.
Cairan infus
5.
Spuit
6.
Needle
7.
Nebulizer
8.
dan lain-lain sesuai keperluan perawatan masing-masing kasus.
III.2.2 o
KunjunganPelaksanaan Home Care
Pelaksana perawatan mengunjungi rumah pasien jika pasien membutuhkan sesuai dengan jadwal perawatan untuk melaksanakan perawatan dan tindakan medis berdasarkan jadwal perawatan
o
Tim Home Care melaporkan kondisi klinis setiap pasien dan keluhan serta tindakan medis yang sudah dilakukan, meliputi : kondisi umum terkini setiap pasien. Hasil laboratorium dan obat atau tindakan medis yang telah diberikan dan respon hasil pengobatan
o
Tim Home
Care mendiskusikan
setiap
kasus
selama
masa Home
Care dan
pasca Home Care untuk evaluasi dan perbaikan kualitas perawatan penderita,
III.2.3 o
Kontrol dan Pemeriksaan
Dokter memberikan terapi dan instruksi tindakan medis atau laboratorium serta advice sesuai kondisi pemeriksaan klinis pasien saat pasien kontrol.
o
Dokter memberikan support dan berdialog denganpasien dan atau keluarganya secara santun dan bersahabat ketika pasien menjalani kontrol.
III.2.4 Pasca Home Care o
Tim Home Care melakukan evaluasiklinis kepadapasien pasca Tim Home Care sesuai dengan kebutuhan pasien untuk perbaikan kualitas perawatan di masa yang akan datang.
o
Tim Home Care membuat jadwal perawatan jangka panjang bagi pasien yang memerlukan perawatan rehabilitatif, seperti: pasca stroke, decompensasi cordis dan lain-lain.
o
Dokter memberikan bimbingan teknis medis kepada Tim Home Care secara rutin untuk meningkatkan kualitas perawatan.
o
Tim Home Care mengadakan review kasus-kasus khusus dan kasus-kasus yang sering memerlukan Home Care.
Alur pelayanan Home Care pasca perawatan: -
Tim Home Care puskesmas akan mengunjungi pasien Home Care dan memeriksa lembaran assessment lanjutan dari rumah sakit bila terdapat ketidakjelasan dalam lembar assessment lanjutan Home Care maka tim Home Care puskesmas dapat langsung berkoordinasi ke rumah sakit untuk mendapatkan penjelasan
-
Tim Home Care puskesmas membuat perencanaan terkait assessment Home Care lanjutan dari rumah sakit.
-
Tim Home Care akan memberikan informed consent mengenai pelayanan Home Care terhadap pasien.
-
Pasien menandatangani informed consent pelayanan Home Care.
III.2.5.
Penatalaksanaan Waktu Program Program Home Care yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 dilakukan oleh tim
home care (Dokter, Perawat,Physical Therapist, Speech Pathologist) bertujuan untuk: -
Memenuhi kebutuhan dasar bagi pasien secara bio-psiko-sosio-spritual.
-
Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
-
Terpenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan kesehatan di rumah sesuai kebutuhan pasien.
Dan prosedur pelayanan Home Care sebagai berikut: 1.
Pasien dapat langsung menghubungi Call Centre 112 kemudian call centre 112 akan menghubungi call centre puskesmas sesuai dengan wilayah alamat pasien dan memberikan nama, umur, alamat, keluhan serta nomor telpon keluarga yang dapat dihubungi. Wilayah puskesmas yang merupakan alamat dari pasien tersebut akan menghubungi nomor telpon pasien dan mencocokan status pasien yang akan dikunjungi.
2.
Setiap pasien mendapatkan pelayanan Home Care melalui dokter penanggung jawab atau melalui petugas pelaksana Home Care.
3.
Petugas pelaksana Home Care melaksanakan pelayanan medis sesuai prosedur tetap Home Care.
4.
Petugas pelaksana Home Care membuat registrasi dan mencatat di lembar status pasien.
5.
Petugas pelaksana Home Care mengunjungi pasien secara berkala.
6.
Apabila perlu dirujuk maka pasien dirujuk setelah mendapatkan tindakan stabilisasi.
7.
Apabila pasien meninggal dunia, petugas pelaksana Home Care membuat laporan kematian sejak masa perawatan.
Dalam Pemanfaatan program Home Care diawali dengan kriteria, yang berhak mendapatkan pelayanan Home Care adalah: -
Homebound yaitu pasien yang akan mendapatkan pelayanan home care memiliki alamat yang jelas
-
Terdapat perawat yang memenuhi kualifikasi dan telah mengikuti pelatihan Home Care
-
Rencana penanganan 1. Pasien berada di bawah penanganan seorang dokter.
2. Perawat dan dokter bekerja sama dengan pasien mengembangkan suatu rencana perawatan meliputi semua diagnosis pelayanan dan peralatan yang diperlukan pasien. -
Pasien yang akan menerima pelayanan Home Care memunuhi persyaratan Home Care Kota Makassar yaitu: 1.
Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggung jawab atau menjadi pendamping bagi pasien dalam berinteraksi dengan pengelola
2.
Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (informed consent)
Alur Monitoring dan Evaluasi Pasien Home Care -
Tim Home Care puskesmas wajib melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi pasien
-
Monitoring dan evaluasi pasien dilaksanakan sesuai perencanaan pelaksanaan Home Care yang disepakati oelh tim Home Care dan pasien
-
Monitoring dan eavaluasi pasien didokumentasikan dalam lembar follow up serta dokumentasi lain yang mendukung -
Bila hasil monitoring dan evaluasi pasien dinilai memburuk maka tim Home Care merujuk pasien ke rumah sakit
-
Bila hasil monitoring dan evaluasi pasien dinilai membaik maka tim Home Care akan melanjutkan pelayanan Home Care sesuai jadwal
Mekanisme yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: -
Pasien pasca rawat inap atau rawat jalan harus terlihat terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk dirawat di rumah atau tidak.
-
Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa pasien layak dirawat di rumah maka dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan perawat penanggungg jawab, kemudian bersama-sama pasien dan keluarga akan menentukan masalahnya dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh pasien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan dan jangka waktu pelayanan.
-
Selanjutnya pasien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan Home Care baik dari puskesmas ataupun rumah sakit memiliki kerja sama dengan pelaksana Home Care Dinas Kesehatan Kota Makassar. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.
-
Secara periodik koordinator kasus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
PelayananHome Care didukung oleh sebuah mobil transportasi khusus untuk memberikan pelayanan Home care yang diberi nama “DOTTORO’TA”. Setelah dilaksanakan sejak bulan Januari tahun 2015 pelayanan Home Care mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat terbukti dari 270 call untuk pasien yang telah terlayani dan tahun 2016 adalah 4.685 call untuk pasien yang telah terlayani. Frekuensi kunjungan ditetapkan lebih banyak dalam minggu-minggu awal dan menurun seiring dengan peningkatan keterampilan pemberi perawatan atau pasien dalam menangani kondisi pasiennya. Frekuensi kunjungan dapat juga ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
III.2.5.1.Waktu yang Diluangkan Pasien Saat Kunjungan dan Prioritas Kebutuhan Waktu yang diluangkan selama kunjungan ditetapkan berdasarkan keluhandan kondisi pasien yang membutuhkan Home Care. Untuk itu, diharapkan Tim Home Care memiliki kemampuan komunikasi yang terampil. Sikap Tim Home Care saat berkomunikasi dengan pasien atau keluarga juga mempengaruhi durasi kunjungan. Tim Home Care sebaiknya menyampaikan lama kunjungan pada pasien. Sebelum bertemu pasien, penting untuk membawa semua formulir pengkajian awal yang harus diisi atau dilengkapi. Format kunjungan awal tambahan harus selalu tersedia bila terjadi kesalahan dalam penulisannya. Kunjungan awal adalah pertemuan antara tim Home Care dan pasien pertama kali. Pasien mungkin telah mengikuti program sebelumnya, tetapi jika pasien kembali menjalani perawatan di rumah sakit untuk beberapa waktu tertentu maka diperlukan rujukan yang baru. Pada saat pertama kali bertemu pasien, Tim Home Care harus memperkenalkan diri dan memberitahukan berasal dari
puskesmas yang di wakili. Hal yang penting adalah
mengetahui siapa yang membuka pintu dan siapa yang berada di rumah. Cara ini membantu Tim Home Careuntuk mengetahui bagaimana keterlibatan individu pada saat kunjungan dan keterlibatannya di dalam rencana perawatan, termasuk kerahasiaan pasien.
III.2.6. -
Alur Monitoring dan Evaluasi Pasien Home Care
Tim Home Care puskesmas wajib melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi pasien.
-
Monitoring dan evaluasi pasien dilaksanakan sesuai perencanaan pelaksanaan Home Care yang disepakati oleh tim Home Care dan pasien.
-
Monitoring dan evaluasi pasien didokumentasikan dalam lembar follow up serta dokumentasi lain yang mendukung.
-
Bila hasil monitoring dan evaluasi pasien dinilai memburuk maka tim Home Care merujuk pasien ke rumah sakit.
-
Bila hasil monitoring dan evaluasi pasien dinilai membaik maka tim Home Care akan melanjutkan pelayanan Home Care sesuai jadwal.
III.3.
Pelibatan Stakeholder Stakeholder yang terlibat dalam program Home Care adalah:
1.
Walikota Makassar bapak Moh. Ramdhan Pomanto yang berperan dalam mencari formula agar unit kesehatan bisa lebih dekat dengan masyarakat sehingga lahirlah konsep Home Care.
2.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar dr.Hj.A. Naisyah T.Azikin, M.Kes berperan sebagai Leading Sector karena penanggung jawab utama dalam pelayanan kesehatan di kota Makassar. Dinas Kesehatan menyediakan dana, sumber daya manusia dan fasilitasnya. Intinya, dinas ini menjadi faktor penentu dalam keberhasilan program Home Care. Dukungan aparat kecamatan dan kelurahan juga sangat strategis. Dukungan diberikan dengan secara intensif melakukan pengontrolan terhadap masyarakat yang mengalami morbility. Tidak boleh lagi ada masyarakat sakit yang tinggal di rumah tanpa diketahui oleh aparat Pemerintah di Makassar. Dukungan pemerintah kecamatan dan kelurahan juga dilakukan dengan memberikan dukungan terhadap pergerakan para tenaga Home Care yang tengah berkunjung ke salah satu rumah masyarakat.
3.
Rumah sakit Pemerintah dan swasta juga memegang peranan penting. Mereka menjadi tempat rujukan jika ada masalah kesehatan yang tidak bisa diatasi oleh petugas Home Care. Dinas Kesehatan Kota Makassar telah bekerjasama dengan hampir semua rumah
sakit di Makassar untuk memastikan bahwa pasien Home Care bisa terlayani dengan cepat jika dirujuk. 4.
15 Kecamatan yang terdiri153 Kelurahan dan 46 pkm NO
5.
KECAMATAN
JUMLAH PUSKESMAS
1
Mariso
3 puskesmas
2
Mamajang
2 puskesmas
3
Tamalate
4 puskesmas
4
Rappocini
4 puskesmas
5
Makassar
3 puskesmas
6
Ujung Pandang
1 puskesmas
7
Wajo
2 puskesmas
8
Bontoala
2 puskesmas
9
Ujung Tanah
2 puskesmas
10
Sangkarrang
2 puskesmas
11
Tallo
3 puskesmas
12
Panakkukang
5 puskesmas
13
Manggala
4 puskesmas
14
Biringkanaya
4 puskesmas
15
Tamalanrea 5
5 puskesmas
Elemen masyarakat terdiri dari: a. Kader puskesmas b. Kepala RW/RT setempat c. Tokoh Masyarakat
6.
Dinas Kominfo (Komunikasi dan Informasi) : Call Centre 112 Dukungan paling penting diharapkan dari masyarakat sendiri. Untuk itulah, sosialisasi
dan bimbingan juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan menyertai Program Home Care ini. Diharapkan dengan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan yang intensif bisa meningkatkan kesadaran masyarakat Makassar akan pentingnya mengakses layanan kesehatan dan juga Home Care. Kesadaran masyarakat Kota Makassar juga diharapkan bisa berperan besar dalam ikut peduli terhadap keadaan lingkungan sekitarnya dengan cepat melaporkan kepada petugas kesehatan jika ada masyarakat yang mengalami morbility tetapi tetap bertahan dalam rumahnya.
III.4
Sumber Daya Program ini didukung oleh 46 puskesmas, setiap puskesmas memilikidokter,tenaga
medis yang telah mengikuti pelatihan. Seperti diketahui kesuksesan sebuah program harus didukung oleh dukungan finansial yang bagus. Namun, program Home Care bukanlah sebuah program dengan kebutuhan biaya yang tinggi dan khusus. Ini terjadi karena program ini sebenarnya bisa berjalan seiring dengan program lainnya di Dinas Kesehatan Kota Makassar yang kegiatannya beriringan dengan program Home Care. Pembiayaan berupa operasional kendaraan Home Care misalnya, bisa tertutupi dengan dukungan biaya opersional yang memang sudah tersedia di masing-masing Puskesmas pelaksana program. Fasilitas dalam kendaraan Home Care juga bisa dimodifikasi dengan mengambil beberapa alat kesehatan yang selama ini tidak banyak digunakan di Puskesmas. Bahkan, pada beberapa kendaraan Home Care, alat kesehatan
bersifat portable sehingga lebih muda pemberian layanan kepada pasien. Untuk petugas kesehatan, Dinas Kesehatan juga tidak perlu melakukan penambahan tenaga kerja. Hal itu dimungkinkan karena petugas kesehatan di Puskesmas juga masih memadai untuk bertugas ganda sebagai petugas kesehatan di Puskesmas dan juga bergerak cepat jika ada panggilan. Pada tahun pertama penerapannya tahun 2015, Home Care berjalan dengan menggunakan pendanaan yang menempel pada program lainnya seperti pelayanan kunjungan ke rumah masyarakat. Saat itu, program ini memang belum masuk dalam kegiatan yang dianggarkan Dinas KesehatanKota Makasar dalam APBD 2014. Meski belum ada anggaran pastinya, tetapi program ini terus dijalankan hingga setahun. Ini juga untuk mengukur respon masyarakat atas program pada saat itu. Baru pada tahun 2015, program ini masuk dalam penganggaran pada Dokumen Pelaksanaan
Anggaran
(DPA)
Dinas
Kesehatan.
Penganggaran
ditujukan
untuk
penambahan alat kesehatanuntuk membantu puskesmas dan Tim Home Caredalam melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan Home Care. Layanan Home Care di dukung oleh pengadaan mobil ‘Dottoto’ta’ atau mobil dokter kita. Kendaraan ini berjenis City Car dan dimodifikasi bisa bergerak bebas hingga memasuki lorong-lorong di Kota Makassar. Anggaran yang tersedia untuk Home Care di tahun 2015 ini sebesar Rp. 5.427.101.000dan anggaran yang tersedia untuk Home Care 2016 sebesar 5.754.680.500 dan 2017 sebesar 2.317.038.100,Pemerintah Kota Makassar sengaja memilih kendaraan roda empat berbadan kecil dan ramping karena melihat kondisi geografi Kota Makassar yang banyak dipenuhi oleh lorong-lorongsempit. Inilah juga yang menjadi keunikan dari program ini. Dukungan teknis dan sumber daya manusia diperoleh dari 46 Puskesmas yang tersebar di seluruh Kota Makassar, sejumlah 144 petugas kesehatan. Secara teknis, petugas kesehatan di Makassar siap menghadapi tantangan program ini. Namun, penambahan peralatan tetap dilakukan karena beberapa peralatan medis di Puskesmas sama sekali tidak bisa di bawa ke dalam mobil Home Care. Sementara untuk sumber daya manusia diatur sedemikian rupa dengan memanfaatkan para petugas medis di setiap Puskesmas. Dinas Kesehatan membuat sebuah sistem rotasi penugasan pada petugas medis di Puskesmas dengan menyesuaikan waktu bertugas mereka selama ini. Jadi, jika selama ini para petugas itu bertugas piket dengan hanya tinggal di Puskesmasnya maka kini mereka juga bertugas melakukan kunjungan langsung ke rumah ketika ada panggilan saat tugas piket mereka.
III.5.
Output Program Program Home Care ini memiliki output program sebagai berikut
1.
Terpenuhinya pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang cepat.
2.
Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam melakukan pemeliharaan kesehatan.
3.
Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan.
4.
Pembiayaan yang lebih murah.
5.
Jumlah pasien yang ditangani Program Home Care sejak peluncuran pada Desember Tahun 2015, sampai akhir Tahun 2015 adalah 2,266, dan akhir tahun 2016 sebanyak 4,685.
6.
Jumlah petugas kesehatan yang terlibat dalam Program Home Care meningkat seiring dengan banyaknya permintaan kunjungan. Dari awal program Home Care Hingga akhir tahun 2015 jumlah tenaga kesehatan yang terlibat sebesar 144 petugas
7.
Untuk mendukung efektivitas program maka Pemerintah Kota Makassar telah melakukan penambahan armada Home Care yang diberi nama Mobil Dottoro’ta. Pada tahun 2015 hingga saat ini jumlah armada Homa Care sebesar 48 kendaraan.
8.
Saat ini, 46 Puskesmas yang ada di Kota Makassar bisa digunakan untuk mendukung pelaksanaan Homa Care. Pada setiap Puskesmas terdapat armada Home Care yang lengkap dengan peralatan medis beserta dengan petugas kesehatan yang professional, dengan rincian perkecamatan sebagai berikut : NO
KECAMATAN
JUMLAH PUSKESMAS
1
Mariso
3 puskesmas
2
Mamajang
2 puskesmas
3
Tamalate
4 puskesmas
4
Rappocini
4 puskesmas
5
Makassar
3 puskesmas
6
Ujung Pandang
1 puskesmas
7
Wajo
2 puskesmas
8
Bontoala
2 puskesmas
9
Ujung Tanah
2 puskesmas
10
Sangkarrang
2 puskesmas
11
Tallo
3 puskesmas
12
Panakkukang
5 puskesmas
13
Manggala
4 puskesmas
14
Biringkanaya
4 puskesmas
15
Tamalanrea 6
5 puskesmas
III.6. Pemantauan dan Evaluasi Alur Monitoring dan Evaluasi Pasien Home Care -
Tim Home Care puskesmas wajib melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi pasien.
-
Monitoring dan evaluasi pasien dilaksanakan sesuai perencanaan pelaksanaan Home Care yang disepakati oelh tim Home Care dan pasien.
-
Monitoring dan eavaluasi pasien didokumentasikan dalam lembar follow up serta dokumentasi lain yang mendukung.
-
Bila hasil monitoring dan evaluasi pasien dinilai memburuk maka tim Home Care merujuk pasien ke rumah sakit.
-
Bila hasil monitoring dan evaluasi pasien dinilai membaik maka tim Home Care akan melanjutkan pelayanan Home Care sesuai jadwal.Yang memantau dan mengevaluasi program Home Care dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar sebagai Leading Sector yang menjadi penanggung jawab utama dalam pelayanan kesehatan di kota Makassar. Menurut American Public Health Association (Azwar, 1996) evaluasi adalah suatu
proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Proses ini mencakup langkah-langkah memformulasikan tujuan, mengidentifikasi kriteria secara tepat yang akan dipakai mengukur sukses, menentukan
besarnya sukses dan rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya. Evaluasi adalah suatu proses yang menghasilkan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan standar tertentu untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara keduanya dan bagaimana manfaat yang telah dikerjakan dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh. Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan rencana yang telah ditentukan. Evaluasi merupakan alat penting untuk membantu pengambilan keputusan sejak tingkat perumusan kebijakan maupun pada tingkat pelaksanaan program (Wijono, 1999). Keberhasilan program akan banyak ditentukan oleh seberapa pelaksana kegiatan mampu terus menerus melakukan evaluasi dan pemantauan terhadap program yang dijalankan. Pada program Home Care pemantauan dilakukan secara terus menerus dengan sistem berjenjang. Sistem pengawasan dilakukan dengan sangat ketat dimana petugas medis di lapangan harus terus memberikan laporan kepada pimpinan unit kerja di Puskesmas. Laporan tersebut kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan yang akan langsung melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap keberlanjutan program Home Care. Indikator Sistem evaluasi dan monitoring pada Program Home Care dititik beratkan pada: 1.
Benar atau tidaknya strategi yang dipakai.
2.
Ketepatan cara operasi yang dipilih.
3.
Pelaksanaan pengawasan terhadap kegiatan rutin sedang berjalan dan internal, serta pengawasan dipergunakan untuk mengumpulkan informasi terhadap keluaran/hasil dan indikator yang dipergunakan untuk mengukur kinerja program.
4.
Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan secara periodik dan berkala, dapat bersifat internal dan eksternal atau partisipatif, sebagai umpan balik periodik kepada pemangku kepentingan utama. Berdasarkan dengan strategi itu, maka Dinas Kesehatan sebagai leader program
secara priodik melakukan kegiatan sebagai berikut: 1.
Melakukan monitoring atas semua tindakan yang dilakukan oleh tim di lapangan.
2.
Menilai hasil akhir pelayanan ( sembuh, rujuk, meninggal, menolak ).
3.
Mengevaluasi proses manajemen kasus, dan
4.
Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur.
IV. Kendala Yang Dihadapi Masalah di bidang kesehatan bila diabaikan selalu memunculkan masalah baru dimana dalam indikator evaluasinya, senantiasa memunculkan beberapa isu strategis yang bersifat untuk memberikan perubahan dalam program Home Care. Mulai tentang keterbatasan jumlah SDM, sarana prasarana, aksesbilitas layanan, sampai manajemen layanan dan perlindungan kesehatan masyarakat. Kondisi di berbagai daerah ternyata semua isu strategis itu merupakan prioritas masalah kesehatan yang harus segera ditangani tanpa mengabaikan salah satu di antara yang lainnya. Sama halnya dengan Program Home Care, beberapa kendala dirasakan oleh pelaksana program, sebagai berikut: 1.
Pada awal program petugas merasakan adanya rasa kurang percaya masyarakat terhadap pelayanan Home Care. Hal ini terjadi karena program ini terhitung baru. Masyarakat belum mempercayai kemampuan program dalam mengatasi berbagai masalahkesehatan keluarganya. sebagai sosialisasi maka, sosialisasi dilakukan dengan memasuki wilayah-wilayah penduduk pinggiran di Kota Makassar. Sosialisasi dilakukan
dengan melibatkan seluruh stakeholder terutama aparat Pemerintah setempat, tokoh masyarakat dan kader kesehatan. 2.
Program ini juga awalnya terkendala pada situasi dan keadaan lingkungan serta akses transportasi. Sebagian wilayah layanan berada di lorong-lorong yang sempit. Maka untuk mengatasinya dilakukan dengan melakukan modifikasi terhadap armada Home Careyang cocok dengan daerah sempit. Mobil Home Care‘Dottoro’ta’ adalah kendaraan jenis City Car yang mungil dan ramping hingga bisa menembus lorong-lorong sempit.
3.
Kendala lain adalah masih terdapat petugas kesehatan yang kurang kompeten dalam melaksanakan pelayanan Home Care. Kendala ini diatasi dengan secara berkala melakukan pelatihan khusus untuk pelaksanan Home Care.
4.
Selain kemampuan kompetensi petugas kesehatan, kendala kurangnya tenaga kesehatan juga menghadang. Kendala ini diatasi dengan merekrut lebih banyak petugas kesehatan baru yang kemudian dilatih khusus untuk melayani program Home Care.
5.
Sering ada panggilan kunjungan yang tidak diperlukan. Ada masyarakat yang sebenarnya kendala kesehatannya ringan dan masih bisa diatasi sendiri tetapi sudah melakukan panggilan ke Home Care. Hal ini tentu akan membuang waktu, tenaga dan biaya. Kendala ini diatasi dengan melakukan kegiatan pengecekan terlebih dahulu sebelum armada diberangkatkan. Pengecekan dilakukan dengan cara menghubungi kembali nomor telepon yang diberikan oleh calon keluarga pasien oleh tim Home Care sebelum tim Home Care turun ke rumah pasien.
IV.1
Dampak Inovasi Jelas sekali bahwa dampak besar telah diperoleh dari keberadaan program Home
Care di Kota Makassar. Banyak perubahan signifikan yang terjadi jika dibandingkan dengan sebelum keberadaan program. Beberapa dampak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bagi pasien dan keluarga : a.
Program Home Care dapat membantu meringankan dengan mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi keluarga.
b.
Program Home Care dapat membantu Pasien untuk bisa berdekatan dengan semua anggota
keluarganya
sehingga secara
psikologis
bisa
membantu
penyembuhannya. c.
Dengan dirawat di rumah sendiri, tentu saja pasien menjadi lebih nyaman karena tidak terganggu dengan pasien lain atau aktivitas lain jika dirawat di rumah sakit.
d.
Kehadiran tim Home Care di rumah secara langsung akan membantu karena biasanya keluarga lain pada saat yang sama sedang bekerja.
2. Bagi Tim Home Care : a.
Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang tetap sama.
b.
Dapat mengenal pasien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah pasien, dengan begitu kepuasan kerja tim Home Care akan meningkat.
3. Bagi Pemerintah Kota Makassar : a.
Kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah Kota makin tinggi karena merasa diperhatikan. Pada akhirnya, Pemerintah Kota bisa dengan mudah menurunkan berbagai kebijakannya karena masyarakat sudah terlanjur percaya dengan berbagai program Pemerintah, sehingga pelaksanaan program Home Care tidak akan mematikan pelaksanaan layanan di puskesmas.
b.
Pemerintah Kota Makassar bisa dengan mudah melakukan evaluasi dari segi pelayanan yang telah dilakukan. Hal ini terjadi karena program ini bisa dengan mudah mendeteksi sampai sejauh mana daya terima masyarakat terhadap program.
A. Kondisi Sebelum Penerapan Home Care 1.
Sebelum penerapan Home Care di Kota Makassar sistem pelayanan kesehatan masih berpusat di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang tersebar di 46 Puskesmasdi wilayah Kota Makassar, banyak masyarakat miskin kesulitan mencapai pusat-pusat pelayanan kesehatan, sebab sebagian tinggal dilorong-lorong yang jauh dari unit pelayanan kesehatan, kondisi itu membuat tingkat morbility yang tertangani menjadi berkurang meskipun unit pelayanan kesehatan itu diberikan secara gratis.
2.
Ada banyak masalah kesehatan penduduk baru diketahui setelah media massa di Makassar memberitakan. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan kondisi wilayahnya terutama jika ada masyarakat yang sakit. Sulitnya masyarakat justru lebih percaya pada pengobatan alternatif yang banyak menyasar hingga ke lorong-lorong yang tidak terjangkau unit kesehatan di Kota Makassar. Pada banyak kasus, petugas kesehatan baru mengetahui kondisi kesehatan seorang masyarakat ketika sudah dalam keadaan kritis, akibatnya petugas kesehatan kesulitan untuk melakukan penanganan.
B. Kondisi Sesudah Penerapan Home Care 1.
Home Care membuat pelayanan kesehatan di Kota Makassar telah lebih sempurna, holistik dan komprenhensif. Hal itu membuat kebutuhan pasien telah dapat terpenuhi sehingga pasien telah lebih nyaman dan puas dengan asuhan keperawatan yang professional . Hal paling menarik karena program ini mampu mensinergikan berbagai profesi kesehatan yang ada seperti dokter, bidan, perawat, ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga profesi yang lain.
2.
Pendekatan Program Home Care dengan melakukan keperawatan langsung (direct care) membuat program ini berjalan efektif dibanding layanan kesehatan yang pernah ada. Keperawatan langsung itu meliputi pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksantelah tindakan keperawatan. Cara itu membuat layanan menjadi sangat detail dan paripurna.
3.
Program Home Care memberikan jawaban betapa kebutuhan kesehatan bagi masyarakat adalah sebuah kebutuhan dasar yang sangat penting dan terkadang sangat membebani mereka di tengah banyaknya masalah masyarakat. Kehadiran Home Care di tengah masyarakat Makassar telah mampu menyelesaikan satu masalah dasar yang selama ini menjadi beban mereka yaitu, pelayanan kesehatan cepat, tepat, dan menjangkau semua lapisan masyarakat.
V. V.1
KESIMPULAN Keberlanjutan Program Untuk memastikan keberlangsungan pelaksanaan program Home Care maka
Pemerintah Kota Makassar harus menyiapkan payung hukum yaitu peraturan walikota (perwali)N0 63 tahun 2015 tentang pelayanan kunjungan rumah 24 (Home Care) di kota Makassar. Tidak kalah pentingnya dalam keberlanjutan program Home Care adalah pengelolaan database yang dapat mengukur kinerja program yang sudah dilakukan. Keberlanjutan
program Home Care juga harus di dukung dengan integrasi perencanaan dan penganggaran yang berkelanjutan. Diharapkan dengan perencanaan dan penganggaran yang berkelanjutan tidak akan ada lagi keluhan terkait sulitnya masyarakat Kota Makassar mengakses layanan kesehatan. Kemudian, untuk memperluas layanan kesehatan di wilayah lain, Pemerintah Kota Makassar harus mereplikasi programHome Care. Untuk itu pulalah, Pemerintah Kota Makassar telah memikirkan keberlanjutan dari Program Home Care ini. Untuk itulah, berbagai penyiapan telah dilakukan agar program ini tidak hanya sekedar menjadi program seremonial yang dilaksanakan hanya sesaat saja. Dampak besar terhadap kehidupan masyarakat Kota Makassar membuat Home Care wajib dipertahankan dan dijamin kelangsungannya. Dalam penyediaan anggaran, keberlanjutan program ini telah dipikirkan kelanjutannya dengan telah terbangunnya komitmen
antara Pemerintah kota dengan DPRD Kota
Makassar dalam dukungan anggaran yang akan dianggarakan secara rutin untuk program ini. Penyediaan anggaran dilakukan dengan memasukkan anggaran Home Care dalam nomenklatur dokumen anggaran pada Dinas Kesehatan Kota Makassar. Untuk tahun 2016 misalnya, Dinas Kesehatan telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 5.754.680.500 dan tahun 2017 sebesar Rp. 2.137.038.100 Untuk menjamin kelangsungan program. Pada dasarnya, anggaran untuk Home Care tidaklah menjadi masalah. karena, program ini adalah bagian dari visi misi pasangan Walikota dan Wakil Walikota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto – Syamsu Rizal. Visi misi ini kemudian dijabarkan dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kota Makassar, tahun. 2014 – 2019. Selain jaminan anggaran, untuk menjamin kelangsungan program, Pemerintah Kota Makassar juga telah menetapkan sistem kelembagaan dan peraturan yang akan memayungi program ini. Sebuah Peraturan Walikota (Perwali) No 63 tahun 2015 Home Care telah dirancang agar program ini punya dasar hukum serta petunjuk pelaksanaannya. Adanya Perwali membuat program ini akan punya jaminan yang panjang untuk terus dipastikan keberadaannya. Sebuah Perwali telah dibuat, untuk menguatkan program khusus di bawah Dinas Kesehatan Kota Makassar, agar pelaksanaan program ini dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini akan membuat pelayanan Home Care akan menjadi lebih maksimal
V.2.
Replikasi Program Model program ini telah berhasil, program ini bermodel kunjungan ke rumah 24 jam
yang diadopsi oleh program pelayanan publik yang lain.Replikasi program ini menjadi salah satu indikator keberlanjutan terhadap komitmen dan kepemilikan Pemkot Makassar terhadap Program Home Care. Model Program Home Care saat ini sedang berusaha diadopsi dan direplikasi oleh Pemerintah Kota Makassar ke dalam beberapa rancangan program pelayanan publik yang lain. Saat ini, sudah ada pelayanan administrasi kependudukan yang langsung ke rumah. Pelayanan yang dikembangkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta Kecamatan Rappocini ini, serupa dengan model Home Care yang layanannya langsung ke rumah. Dalam prakteknya, semua pelayanan administrasi kependudukan bisa diselesaikan di rumah masyarakat. Replikasi atas program ini juga dilakukan pembayaran berbagai jenis pajak. Meski belum sepenuhnya diterapkan, program layanan pembayaran pajak ini telah dimulai dengan membuka layanan langsung yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.Model program
Home Care juga telah di adopsi dan di replikasi oleh beberapa Daerah/Kabupaten di wilayah propinsi Sulawesi Selatan bahkan di beberapa Propinsi di Indonesia.
V.3. Pembelajaran yang dapat dipetik Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari program ini yaitu biaya yang diperlukan tidak besar, sarana dan prasarana juga tidak terlalu rumit, karena kita bisa memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah ada. Pemerintah kota menjamin dengan adanya APBD yang dianggarkan untuk program ini. Program Home Caremerupakan sebuah lompatan maju dan sangat penting yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar. Meski sudah ada beberapa model program serupa, tetapi konsep yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar lebih maju dan lebih komperehensif terutama karena program ini menyentuh lebih banyak kebutuhan kesehatan masyarakatKota Makassar. Pelajaran penting yang bisa dipetik dari program ini adalah keinginan masyarakat sebenarnya sangat sederhana di bidang kesehatan. Mereka hanya menginginkan kehadiran Pemerintah ketika mereka mengalami kesulitan termasuk ketika kesehatan mereka bermasalah. Masyarakat tidak membutuhkan hal yang luar biasa di luar batas kemampuan Pemerintah. Tetapi keinginan mereka adalah kebutuhan dasar yang sebenarnya amat mudah dipenuhi oleh Pemerintah. Tinggal kemauan dan inisiatif dari Pemerintah untuk menjawab banyak keinginan masyarakat yang sederhana itu. Untuk itu, program ini harus terus dipertahankan keberadaannya terutama jaminan bahwa program terus berjalan. Beberapa rekomendasi bisa dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan ke depan: 1.
Anggaran program Home Care harus terus bertambah seiring dengan semakin antusiasnya masyarakatKota Makassar dalam memanfaatkan program ini. Keinginan kuat Pemerintah kota dan juga dukungan dari DPRD Kota Makassar adalah kunci dari ketersediaan dan peningkatan anggaran.
2.
Pemerintah Kota Makassar harus terus melakukan perbaikan dalam sarana dan prasarana program seperti peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam menjalankan program ini. Hal ini perlu mendapat perhatian karena Home Care tidak hanya membutuhkan kemampuan medis, tetapi juga kemampuan petugas dalam menjalankan sistem yang berbasis teknologi.
3.
Penambahan armada Home Care ‘Dottoro’ta’, juga perlu mendapat perhatian di tengah semakin tingginya permintaan masyarakat untuk dilayani. Kadangkala, panggilan datang secara bersamaan dalam satu wilayah namun hanya bisa dilayani satu panggilan karena keterbatasan armada.
4.
Pada awal program Home Care Insentif yang diberikan kepada tim Home Care berasal dari Puskesmas masing-masing. Namun pada anggaran APBD 2017 Dinas Kesehatan Kota Makassar menganggarkan dalam bentuk transpor kepada petugas Home Care dengan nilai total sebesar Rp1.077.900,000hal ini merupakan bentuk perhatian kepada petugas Home Careagar mereka bisa terpacu dalam melaksanakan program ini.
5.
Program ini tidak hanya terbatas pada wilayah daratan akan tetapi di kepulauan juga. Direkomendasikan untuk meningkatkan layanan terutama di wilayah pulau dengan hadirnya sarana Home Care berbasis kepulauan. Hal ini juga perlu segera direalisasikan dengan di bentuknya 1 (satu) Kecamatan Kepulauan (Kecamatan Sangkarrang) yang sangat membutuhkan layanan Home Care berbasis kepulauan yang terintegrasi
DAFTAR PUSTAKA Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta.
Bjornsdottir, Kristin. (2009). The ethics and politics of Home Care. International Journal of Nursing Studies. 46 (-), 732–739.doi.
Depkes, R.I. (2002). Pedoman Penerapan Home Care. Jakarta : Dirjen Pelayanan Medik.
Djoko Wijono. (1997). Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan. Surabaya. Airlangga University
Djoko Wijono. (1999). Manajemen mutu pelayanan kesehatan volume I, Airlangga Press.
http://tyanfedi.blogspot.com/2013/10/pengertian-input-proses-output-dan.html
Mentari, Galuh Forestry.(2012). Home Care nursingisu legal, etik, kepercayaan, dan budaya dalam Home Care.
Mulyanasari, Fertin. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Pasien Dan Keluarga Pada Pelayanan Home Care Berstandar Joint Commission International Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
www.hhcconcepts.com
Rice, R. (2000), Home Health Nursing Practice, Concept and Application.California AddisonWesley Pub Co.
Warhola, C. (1980). Planning for home health services: A resource handbook, DHHS Publication No. (HRA) 80-14017. U.S. Public Health Service.