Daftar Isi I. PERSONALITY INTERIEW : Pentingnya Memahami Perilaku Calon Karyawan II. Apa saja Kriteria Pribadi yang Disukai Orang ? 1. Bertutur Kata Halus dan Sopan 2. Suka Membantu Orang Lain 3. Bisa Menempatkan Diri 4. Berwajah Ceria dan Murah Senyum 5. Rendah Hati dan Pemaaf 6. Tidak Suka Menciptakan Konflik III. Langkah Jitu Menjadi Karyawan Teladan 1. Menjadi Orang Yang Dapat Diandalkan 2. Menghargai Atasan Dan Rekan Sekerja 3. Memahami Kesulitan Atasan 4. Mampu Menterjemahkan Keinginan Atasan 5. Bersikap Kooperatif 6. Memiliki Loyalitas Yang Tinggi 7. Enam Cara Mengembangkan Staff Yang Piawai 8. Menjadi Anggota Tim Yang Efektif 9. Harmonisasi Dalam Tim
BAB 1 PERSONALITY INTERVIEW : PENTINGNYA MEMAHAMI PERILAKU CALON KARYAWAN Tidak sedikit manajemen sebuah institusi “bergelut” dan mengeluarkan banyak energi untuk mengurusi karyawan yang terlalu banyak tingkah dan keinginannya. Tuntut sana tuntut sini…., komplain sana-sini…., gosip sana-sini…., dan perilaku lainnya yang lebih cenderung kontra produktif. Permasalahan tersebut sering muncul dan telah cukup banyak merepotkan pihak manajemen terutama bagian mengurusi Sumber Daya Manusia.
Fenomena lain, meng-hire karyawan dengan hanya mempertimbangkan pada kebutuhan teknis saja misalnya; “memburu” dan prioritas pada skill teknis, terlalu cepat “berbangga” dengan title yang banyak, terlalu besar menaruh “kepercayaan” pada
sederet
pengalaman
dan
sebagainya ternyata belum cukup. Harapan teknis tersebut mungkin telah memenuhi sebagian dari kebutuhan atau standar yang dipersyaratkan, tapi belum tentu memenuhi keseluruhan dari kebutuhan mendasar yang diinginkan yaitu hubungan mutualisme yang saling mendukung dan menguntungkan. Bahkan dalam prosesnya berbalik menjadi masalah bagi keduanya.
Sadar atau tidak, ternyata memprediksi perilaku yang akan muncul perlu mendapat perhatian dan bahkan perlakuan khusus. Pada banyak kasus masalah perilaku menjadi akar permasalahan dari setiap masalah di lingkungan pekerjaan. Membahas tentang perilaku dan memprediksi perilaku seseorang yang sangat erat dengan pengaruh lingkungan sosial, budaya, cara pandang, dan perasaan, seringkali sangat sulit dilakukan dalam waktu sesaat.
Oleh karena itu, diperlukan metode dan keahlian khusus untuk dapat memprediksi dan melihat sebanyak-banyaknya kemungkinan yang dapat terjadi. Namun, sebenarnya perilaku itu sudah terpola secara sistematik melalui unsur-unsur penting yaitu kebiasaan (perilaku masa lalu) dan cara pikir terhadap sesuatu. Oleh karena itu perilaku yang akan muncul dapat diprediksi melalui kedua unsur tadi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cukup strategis apabila dalam rekrutmen ada satu tahap untuk melihat pola perilaku calon karyawan.
Di
beberapa
dilakukan
pada
tahap
“personalia”
yang
institusi wawancara
sering
disebut
hal
ini
dengan sebagai
Personality Interview.
Perilaku memang dapat diintervensi melalui empowerment dan enforcement atau rekayasa lingkungan sosial, tapi hal ini juga memerlukan energi, waktu, bahkan cost yang cukup. Oleh karena itu, diperlukan
cara terbaik untuk medeteksi lebih awal
kemungkinan meng-hire karyawan yang diprediksi dapat berperilaku tidak sesuai dengan standar dan budaya institusi. Deteksi awal tentu saja ada pada proses rekrutmen. Hal ini merupakan proses yang cukup penting dan strategis untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki calon karyawan. Proses ini juga memiliki andil besar dalam menentukan calon karyawan terbaik secara utuh.
Personality Interview secara tatap muka merupakan cara yang tepat, karena pertemuan tatap muka menganalisis proses yang terjadi. Masih menjadi
wacana dan perlu perdebatan tentang tools yanag digunakan dalam menggali karyawan; apakah itu psikotes, wawancara atau alat tes yang digunakan untuk menjaring calon karyawan adalah bersifat saling melengkapi, karena hasil dari semua tes harus memenuhi standar yang dipersyaratkan. Personality Interview mungkin merupakan salah satu dari sekian banyak metode untuk melihat perilaku calon karyawan, namun metode ini bisa memberikan kontribusi, yang signifikan dalam menjaring karyawan terbaik apabila dilakukan dengan cermat dan tepat. Walaupun demikian, hal ini juga sangat tergantung pada bagaimana cara pandang manajemen terhadap penting tidaknya Personality Interview.
ACUAN DASAR PERSONALITY INTERVIEW Terdapat 3 (tiga) hal penting dan strategis yang harus dicapai dalam Personality Interview yakni :
Mengenali dan memahami perilaku di masa lalu
Mengenali dan memahami konsep berpikir dan future oriented
Menarik kesimpulan kemungkinan perilaku yang akan muncul
Alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dapat digunakan dengan wawancara,
observasi
dan
atau
tes
refrensi. Dua alat terakhir merupakan metode
pelengkap
untuk
menguatkan
kesimpulan yang akan diambil.
Selain substansi interview, ekspresi yang muncul dalam proses wawancara menjadi hal utama untuk diamati. Sehingga wawancara dengan tatap muka menjadi hal mutlak dan penting untuk dilakukan, karena aspek berikut dapat membantu pengukuran: 1. Bahasa yang digunakan
2. Ekspresi/bahasa tubuh, termasuk sikap atau gerak 3. Penampilan (performance) 4. Tatapan mata 5. Tingkat perasaan/respons emosi terhadap stimulus yang datang.
Sebenarnya perilaku yang akan muncul dapat dioservasi melalui pola perilaku yang telah dilakukan dan konsep berpikir atau cara pandang terhadap sesuatu seperti yang diuraikan di atas. Oleh karena itu, menggali informasi dan respons sebanyak-banyaknya dari calon karyawan melalui personality Interview dapat dibagi ke dalam 2 bagian yakni: 1. Perilaku dan konsep pikir pada masa lalu yang meliputi:
Sejarah kehidupan beragama
Sejarah keluarga
Sejarah pendidikan
Sejarah pekerjaan
Sejarah kehidupan sosial, dan
2. Konsep pikir dan rencana teknis di masa yang akan datang
PERSONALITY INTERVIEW GUIDE: 1. Gunakan pertanyaan dan pernyataan 2. Berikan pertanyaan atau pernyataan dengan jelas dan fokus 3. Perdalam pertanyaan atau pernyataan agar muncul respons 4. Variasikan pertanyaan atau pernyataan dengan kondisi yang dinilai kontradiktif/ tidak logis oleh calon karyawan 5. Berikan peluang menyatakan pikiran dan perasaan sebanyak-banyaknya.
Perlu hati-hati untuk mengkuantitatifkan personality Interview, karena begitu
dinamisnya
perilaku
manusia
dengan
banyak
aspek
yang
saling
mempengaruhi. Deskriptif logis yang berbasis pada informasi, respons dan performance dapat dijadikan acuan untuk mengukur perilaku calon karyawan. Proses selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana kita memodifikasi dan menggunakan empowerment - enforcement dengan tepat terhadap perilaku untuk memperoleh perilaku karyawan yang lebih produktif.
BAB 2 APA SAJA KRITERIA PRIBADI YANG DISUKAI ORANG ? BERTUTUR KATA HALUS DAN SOPAN Kualitas ucapan seseorang kata dai tersebut mencerminkan pribadi yang bersangkutan. Ada empat tingkatan manusia yang ditunjukkan oleh ucapan yang keluar dari lisannya.
Pertama, orang yang berkualitas tinggi adalah orang yang berbicara pada tempat dan saat yang tepat dan ucapannya sarat dengan hikmah. Kata-katanya mengandung dzikir, ide, ilmu dan solusi yang bermanfaat bagi sesama manusia.
Kedua,
orang
yang
kualitas
dirinya biasa-biasa saja mempunyai ciri dari
ucapannya
yang
selalu
sibuk
menceritakan peristiwa-peristiwa yang dia alami atau ketahui. Orang seperti itu akan sangat sibuk mengomentari segala hal yang dia lihat dengan begitu lengkap. Dia tidak kuat untuk menahan lidahnya untuk tidak berkata-kata menanggapi segala kejadian yang dia ketahui. Itulah ciri orang yang biasa-biasa saja kualitas dirinya.
Ketiga, orang yang kualitas dirinya rendahan dalam berkata-kata. Orang seperti ini akan selalu membawa segala permasalahan yang dialaminya kemanapun dia melangkah. Di manapun dia berada, dia akan selalu, mencela, dan menghina. Maka berhati-hatilah, jangan sampai kita termasuk orang rendahan karena kita selalu merasa tidak puas akan keadaan dan pada akhirnya muncullah keluhan-keluhan dari mulut kita dan memaksa orang lain untuk mendengarnya.
Ciri keempat adalah orang yang dangkal, yaitu orang yang sibuk menyebut-nyebut kebaikan dirinya dan jasa-jasa yang telah dilakukanya. Orang seperti itu biasanya tidak pernah mau kalah. Kalau ada orang yang menceritakan keberhasilannya, dia akan menceritakan keberhasilan dirinya yang jauh lebih hebat. Pokoknya dia tidak mau orang lain lebih sukses dan lebih hebat dari dirinya sendiri. Dan lebih parah lagi, orang seperti dia senang mengklaim karya orang lain sebagai hasil karyanya.
Bertutur kata halus dan sopan tidak semua orang bisa, ini termasuk bekal menjadi manusia yang utama. Seseorang biasanya sejak awal dapat diduga akan berhasil atau gagal dalam hidupnya dari tutur katanya. Orang yang bertutur kata halus dan sopan akan terbiasa pula untuk menghadapi setiap persoalan dengan penuh ketenangan dan kesabaran. Sebab, di dalam tutur kata yang halus dan sopan itu menggandung pelajaran tingkah laku yang benar dan baik.
Kedengaranya tidak masuk akal. Tetapi marilah kita renungkan sejenak dengan hati yang jernih dan pikiran yang cerdas. Bertutur kata yang halus dan sopan itu bukan perkara mudah, khususnya bagi orang yang sejak kecil tidak memiliki budaya yang adiluhung. Bagi kita, bertutur kata yang halus dan sopan itu mudah karena sejak kecil kita sudah dibiasakan untuk berbicara seperti itu. Tetapi bagi orang lain, memerlukan latihan dan praktik yang tidak sekali jadi. Karena itu begitu berhasil, otomatis tingkah lakunya akan berubah mengikuti langgam tutur katanya yang baru itu.
Kenapa kita harus bertutur kata yang halus dan sopan? Kalau kita kaji lebih mendalam di balik ucapan yang kita keluarkan dari mulut kita mencerminkan siapa diri kita sebenarnya. Kalau bahasa menunjukkan bangsa, maka kata-kata menunjukkan pribadi kita. Seseorang akan sulit mengelak dari dirinya sendiri pada saat ia berbicara
kata-kata yang keluar secara spontanitas akan membuka siapa diri kita sebenarnya. Berkualiataskah atau kita cuma orang yang tidak punya ilmu sama sekali? Kata-kata yang halus dan sopan memiliki pengaruh lebih besar daripada katakata yang kasar dan serampangan. Lebih mudah menggaet orang lain menuruti kemauan kita dengan kehalusan kata daripada kita paksa dengan kasar dan tidak sopan. Sebab, manusia adalah makhluk yang berperasaan, kalau kita dapat meyentuh perasaanya maka manusia akan mematuhi apa saja yang kita perintahkan. Sebaliknya jika dikasari, mungkin awalnya menurut, tetapi lama kelamaan ia akan berontak. Apapun yang bertentangan dengan hati pasti tidak akan langgeng. Tutur kata yang halus dan sopan harus dimiliki semua orang, bukan hanya untuk kaum wanita saja. Tutur kata yang halus dan sopan merupakan pintu pembuka dalam bergaul dengan orang lain. Orang akan menaruh simpati pada diri kita jika kita senantiasa dapat mengendalikan ucapan kita. Tutur kata yang halus dan sopan akan membuat diri kita disenangi baik kawan maupun atasan. Tugas-tugas akan menjadi lancar jika kita selalu berkomunikasi menggunakan kata-kata yang berkualias yang diucapkan dengan halus dan sopan.
SUKA MEMBANTU ORANG LAIN Kalau kita ingin berhasil dalam bergaul, salah satu kuncinya adalah ringan tangan. Ringan tangan artinya tidak segan-segan untuk memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan. Di dalam khasanah falsafah Jawa ada ungkapan –‘tuna sathak bathi sanak’. Ungkapan tersebut mengandung pengertian bahwa tidak apaapa kita rugi dalam materi tetapi kita mendapat keuntungan dalam persaudaran. Dengan kata lain dalam bergaul tidak memperhitungkan untung ruginya.
Orang Jawa sangat mengutamakan persaudaraan, sehingga apapun akan diberikan kalau sudah dianggap sebagai saudara. Begitulah kita dalam bergaul, jangan memperhitungkan untung ruginyakarena persaudaraan itu jauh lebih penting daripada kerugian materi yang kita keluarkan untuk mempererat persaudaraan. Persaudaraan itu jauh lebih berharga, sebab nilainya tak dapat ditukar dengan uang atau materi lainnya. Kalau sudah dianggap saudara, bahkan nyawa pun dipertaruhkan. Cobalah layangkan pandangan mata ke sekitar kita. Adakah hal-hal yang menuntut perhatian dan turun tangan diri kita? Tengoklah ke kana kiri rumah kita, apakah
mereka
sedang
menunggu
kedatangan kita? Sudah pantaskah kita bergaul
di
tengah-tengah
mereka?
Hendaklah kita selalu sangsi pada diri sendiri – jangan-jangan mereka sebenarnya mengharapkan uluran tangan kita, tetapi kita tidak dapat memahaminya karena perasaan kita kurang peka. Mereka membutuhkan pertolongan, tetapi mereka tidak kuasa untuk mengatakannya karena malu, sungkan dan sebagainya. Kalau kita ingin tampil sebagai pribadi yang menarik, penuh simpati serta berkualitas kita harus memiliki prinsip maksimalis. Artinya selalu menformat pribadi ini secara maksimal sehingga mencapai derajat tertinggi sebagai manusia. Kita harus menyempurnakan diri ini seperti lebah. Lebah adalah hewan yang berkualitas bagian
karena
tubuhnya
hampir
seluruh
bermanfaat
bagi
manusia. Kita pun harus seperti itu, menjadi
manusia
yang
paling
bermanfaat bagi orang lain. Manusia yang paling berkualitas adalah manusia yang paling brmanfaat baik bagi dirinya
sendiri, orang lain dan Tuhan-Nya. Waqafkan hidup kita ini untuk kemaslahatan umat manusia, sehingga kelak kita akan menemiu Tuhan Sang Pencipta dengan senyum ikhlas karena telah menunaikan amanah-Nya dengan baik. Bukankah hidup ini amanah dan kita wajib menjaga amanah itu dengan sebaik-baiknya. Caranya adalah dengan mensedekhkan apapun yang kita miliki baik harta, tenaga maupun ilmu kepada mereka yang membutuhkan.
BISA MENEMPATKAN DIRI (EMPAN PAPAN) Manusia yang berkualitas itu salah satu karakternya yang menonjol adalah bisa menempatkan diri dengan baik. Sebuah ungkapan yang berbunyi –‘Dimana kaki berpijak disitu bumi dijunjung’ pas sekali untuk menggambarkan watak seorang yang memiliki kualitas tinggi. Dia tahu dimana dirinya berada dan mengerti apa yang seharusnya dilakukan. Orang seperti itu akan selalu mudah mencari kawan. Maka layak kiranya jika manusia yang dapat menempatkan dirinya dengan baik dianggap memiliki kualitas yang tinggi. Sebab, menempatkan diri itu bukan pekerjaan yang mudah. Kebanyakan manusia gagal menempatkan dirinya ditempat yang baru, sehingga ia mengalami hambatan dalam hidupnya. Kalau kita ingin banyak kawan dan disenangi dalam pergaulan kita harus bersikap rendah hati. Cara kita menempatkan diri adalah dengan bersikap rendah hati, bukan rendah diri yang sinonim dengan minder. Sikap rendah hati ini lebih mudah diterima orang lain, dan kita akan lebih dihormati daripada kita bersikap angkuh dan pongah. Pada hakekatnya manusia itu senang dihormati dan dihargai, karena itu dengan menempatkan diri dibawahnya (andap asor) kita sudah dapat menyenangkan hati orang lain. dan kalau kita sudah bisa menyenangkan hati orang lain, orang lain pun pasti akan balik menyenangkan hati kita. Bersikap dan berperilakulah secara wajar, jangan terlalu menonjolkan keegoan kita. Lebih baik kita mengalah, walaupun kita merasa benar dari pada ototototan yang akhirnya akan memperuncing persoalan. Dengan mengalah kita dapat meredakan emosi, sehingga kita dapat berpikir lebih jernih meskipun hati rasanya
mau meledak. Didalam satu komunitas, sikap mengalah itu besar manfaatnya. Dan masyarakat menyukai orang yang senang mengalah tetapi bukan berarti menyerah kalah. Tidak ada gunanya kita menonjol-nonjolkan diri, justru akan menyebabkan orang lain cemburu dan iri.
SELALU MENAMPAKKAN WAJAH CERIA & MURAH SENYUM
Senyuman adalah sebuah lengkungan yang meluruskan segala sesuatunya Sebuah senyuman yang diberikan dengan tulus dan ikhlas nilainya tidak dapat ditukar dengan segebok uang. Senyum memberikan banyak arti bagi kehidupan manusia, dunia akan nampak suram jika kita tidak pandai tersenyum. Dengan senyum manusia dapat mencapai maksudnya, dengan senyum sesuatu yang mustahil bisa menjadi mungkin. Maka tersenyumlah selagi anda dapat tersenyum. Hati manusia lebih mudah dapat ditaklukkan dengan senyuman daripada dengan kata-kata yang bernada ancaman dan paksaan. Kalau kita ingin mempengaruhi orang lain, pertama kali yang kita lakukan adalah memberinya senyum. Jarang sekali orang yang kebal terhadap senyuman, meskipun diberikan oleh orang yang tidak berarti apa-apa. Seulas senyum dapat meruntuhkan sebongkah karang yang kokoh kuat ditengah samudera. Seulas senyum dapat mencairkan hati yang beku dan menutup kebenaran. Orang yang selalu ceria dan banyak senyum mencerminkan pribadi yang optimis. Tak gentar menghadapi rintangan dan resiko yang menghadang didepan matanya. Orang yang optimis selalu punya harapan akan masa depannya. Ia menjalani hidup ini dengan nyali yang besar, karena ia yakin hanya nyali dunia ini
dapat ditaklukkan. Hidup harus dilakukan dengan penuh keberanian, karena ketakutan merupakan setengah dari kegagalan.
Entah mana yang lebih dulu, senyum atau rasa optimis. Tetapi biasanya orang yang terbiasa menghadapi persoalan dengan senyum, orang tersebut mempunyai rasa optimis. Atau sikap optimis yang tertanam kuat di dada akan melahirkan senyuman. Keduanya biasanya saling bertautan, orang yang optimis biasanya juga selalu ceria dan banyak tersenyum. Orang yang optimis memandang hidup ini secara obyektif, apa adanya. Sedangkan orang yang pesimis memandang hidup ini dari balik kaca mata hitam. Semuanya nampak gelap, bahkan warna putih pun akan kelihatan hitam. Orang yang pesimis tidak dapat memandang sesuatu dengan obyektif, unsur subyektivitasnya sangat tinggi. Sebuah kerikil di tengah jalan bagi orang pesimis bisa menjadi batu sebesar gardu. Padahal sukses tidak akan mendekati orang yang pesimis. Sebab orang pesimis biasanya mudah loyo dan patah semangat serta tidak berani melawan resiko. Sebaliknya orang yang berjiwa optimis, semangat hidupnya menyala-nyala. Ia punya keyakinan bahwa dibalik resiko pasti ada sukses. Dan hanya orang-orang yang berani melawan resiko yang akhirnya akan menjemput sukses dalam hidupnya.
RENDAH HATI & PEMAAF Marilah berendah hati dalam kehidupan. Marilah kita jalani hidup ini dengan menudukkan hati dan kepala. Marilah kita hiasi dunia yang penuh
kekerasan
kelembutan
dan
ini
dengan
kesantunan.
Kekerasan, keangkaramurkaan, dan kedurjanaan pada saatnya akan berhenti dengan sendirinya. Kejahatan ada titik lelahnya. Kita tidak boleh berhenti berharap, kita tidak usah berkecil hati menghadapi semua itu. Tetaplah bersikap optimis dan penuh semangat. Hidup adalah perjuangan dan setiap perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan. Sepanjang hidup ini tak henti-hentinya kita berkorban, biarpun hanya korban perasaan. Keanekaragaman kadang membuat kita gagal untuk beradaptasi, menyesuaikan diri dengan perubahan demi perubahan. Padahal hidup ini selalu berubah, tiada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri. Kita hidup ditengah dinamika perubahan yang terus menerus. Memang langka mencari manusia yang mau mengakui kesalahannya sendiri dan tidak segan-segan untuk minta maaf. Orang seperti itu mungkin satu dibanding seribu pada saat ini. Banyak di antara kita lebih suka menyembunyikan kesalahannya sendiri dan cenderung menimpakan kesalahan kepada orang lain. Apalagi jika tidak ada orang tahu, bebas melenggang seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Tetapi manusia akan menjadi besar dan kuat dengan mau meminta maaf atas kesalahannya. Orang yang mau mengakui kelemahannya sendiri bukan orang yang kalah, tetapi itulah orang yang menang. Ia adalah orang yang berjiwa besar. Bukanlah orang yang besar tubuhnya dinamakan orang kuat, melainkan orang yang berhati besar. Ia telah memenangkan pertarungan dengan dirinya sendiri yang kemudian menjadi bekal untuk memenangkan kehidupan ini.
Minta maaf apa salahnya? Banyak orang beranggapan bahwa minta maaf itu adalah perbuatan tercela. Menurut penulis justru orang yang enggan minta maaf itulah orang yang tercela. Padahal banyak manfaat yang kita rasakan ketika kita meminta maaf, walaupun sebenarnya kita tidak salah. Salah satunya adalah diberi hati yang lapang. Ketika kita minta maaf, apalagi jika dimaafkan hati rasanya plong. Orang
yang
berjiwa
pengecut tidak laku ditengahtengah
pergaulan.
Jangankan
mendapat simpati, ‘direken’ saja sudah untung. Habis siapa mau bergaul
dengan
orang
yang
mengakui kesalahannya sendiri saja tidak mau, orang-orang seperti itu cenderung merepotkan temannya. Siapa orang yang mau direpotkan hidupnya oleh orang lain? Dan ketika kita malas untuk minta maaf, sebenarnya kita sengaja membebani diri ini dengan beban teramat berat. Beban itu akan kita bawa kemanapun kita pergi. Tidak ada keburukan bagi orang yang suka meminta maaf, kecuali memperbanyak kawan. Orang yang senang mengakui kesalahannya sendiri akan disukai banyak orang. Sebab, biasanya orang yang tidak malu-malu mengakui kesalahannya sendiri, ia tidak banyak kesempatan untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Hal yang tidak disukai manusia adalah apabila kesalahannya di ungkit, walaupun memang nyata-nyata salah. Itulah kelemahan manusia yaitu cenderung menutupi kesalahannya sendiri dan melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Padahal sebenarnya menutupi kesalahan hanya memperparah keadaan, persoalan tidak akan pernah selesai jika ditutup-tutupi. Pada saatnya akan terbongkar jua, dan biasanya dampaknya akan lebih buruk lagi. Manusia enggan untuk meminta maaf termasuk kedalam kategori manusia tidak efektif.
Cara terbaik menuntaskan kesalahan adalah meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi berbuat kesalahan yang sama kedua kalinya. Bukan malah menutup-nutupi dan mengingkari bahwa dirinya bersalah. Sebab, orang yang mengingkari kesalahannya sendiri sama artinya dengan membohongi hati nuraninya. Padahal hati nurani tidak pernah bohong dan tidak pernah mau dibohongi. Orang yang membohongi hati nuraninya tidak akan pernah tentram hidupnya. Manusia yang efektif adalah manusia yang tidak segan-segan minta maaf, atau mendahului minta maaf biarpun sebenarnya dirinya tidak bersalah. Manusia yang efektif tidak mau menunda-nunda persoalan, jika bisa diselesaikan hari ini dikerjakan hari ini juga. Tidak perlu menunggu besok atau hari lain yang belum tentu ada kesempatan. Ketika merasa bersalah ia langsung meminta maaf tanpa menunggu hari esok, sebab menunda meminta maaf sama artinya dengan menumpuk beban di atas pundak. Kesalahan yang belum dimintakan maaf, sama dengan beban yang memberati pikiran. Orang yang efektif tidak mau pikirannya diberati dengan beban yang sebenarnya dapat dituntaskan secepatnya. Biasanya kita akan mendapat banyak kawan apabila kehadiran kita menjadi pemecah solusi. Bukan ‘trouble maker’ tetapi ‘solution maker’. Orang yang malas akan berkawan dengan kita apabila kehadiran kita dianggap sebagai ‘tukang kisruh’, biang kerok atau sejenisnya. Dan salah satu ciri khas orang enggan meminta maaf adalah sikapnya yang suka menentang-nentang. Sikapnya ini sebenarnya lebih bersifat kamuflase untuk menutupi kesalahannya sendiri.
Dan kita tahu berapa pentingnya arti persahabatan. Hidup ini harus kita lalui dengan menjalin persahabatan, karena persahabatan menunjukkan keberadaban. Orang-orang beradab hidupnya sudah pasti mendambakan persahabatan dalam hidupnya. Semakin banyak sahabat, semakin indahlah hidup ini. Dan hanya orangorang yang ‘kurang beres’ yang enggan untuk menjalin persahabatan. Marilah kita hiasi persahabatan itu dengan perilaku saling memafkan.
TIDAK SUKA MENCIPTAKAN KONFLIK Bila anda ingin disukai kawan, disenangi
atasan dan diterima didalam
pergaulan, syarat yang tak boleh diabaikan adalah jangan suka membuat konflik. Semua orang yang sehat akalnya pasti memilih menjauhi konflik daripada terlibat didalamnya. Konflik akan membuat pergaulan menjadi renggang, bahkan akan memicu perselisihan dan pertengkaran. Mengingat biasa,
dampaknya
menghindari
pribadi-pribadi
konflik
yang
yang
luar
merupakan
bijaksana.
Ketika
membangun konflik, bukan hanya orang lain yang kita rugikan, kerugian yang utama justru menimpa diri kita sendiri. Orang lain mungkin hanya mengalami kerugian kecil, tetapi
kita
akan
menerima
imbasnya
sepanjang masa. Sekali kita membuat konflik, selamanya masyarakat akan mengingatnya. Orang yang suka membuat konflik, jelas bukan orang yang efektif hidupnya. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat konflik, jauh lebih besar dari pada hasilnya. Orang yang senang membuat konflik berarti ia sedang memenjarakan hidupnya sendiri. Sebab, konflik yang dibuatnya akan mencemarkan nama baiknya. Ia akan dikucilkan oleh masyarakat, sehingga akan berpengaruh terhadap kelangsungan masa depannya.
Selain tidak efektif, orang yang senang membuat konflik pasti bodoh. Sebab, konflik
biasanya digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, ia berharap
dengan konflik tujuan tersebut akan lebih cepat berhasil. Tentu saja ia salah perhitungan. Ada memang orang yang luar biasa pintarnya dalam mengelola konflik, sehingga kita tidak merasa tergiring kedalam skenarionya. Tetapi betapapun canggihnya, suatu saat pasti akan terbongkar juga. Tidak ada kejahatan yang tidak dapat dibongkar, pada saatnya akan terbongkar dengan sendirinya. Pribadi yang berkualitas
akan memilih
mengalah untuk menang. Mengalah bukan berarti kalah, tetapi orang yang mengalah sebenarnya ia sudah menang. Ia menang melawan dirinya sendiri yang tidak mau menuruti ajakan untuk terlibat kedalam konflik. Ia menang dalam mengendalikan dirinya sendiri, sehingga orang lain gagal memancing emosinya. Bukankah kemenangan yang utama itu adalah kemenangan melawan dirinya sendiri? Orang
yang
suka
mengalah
menunjukkan
bahwa
dirinya
mampu
mengendalikan dirinya. Orang seperti itu akan memancarkan karisma dan wibawa sehingga orang lain akan segan kepadanya. Orang yang suka mengalah sadar betul bahwa sekali terlibat ke dalam konflik, susah untuk keluar. Konflik akan menyita banyak waktunya sehingga kesempatannya untuk menjadi manusia yang utuh akan semakin berkurang.
BAB 3 LANGKAH JITU MENJADI KARYAWAN TELADAN MENJADI ORANG YANG DAPAT DIANDALKAN
Dalam dunia kerja dituntut untuk selalu meningkatkan kinerja agar menjadi orang yang dapat diandalkan. Kata diandalkan adalah orang yang mempunyai prestasi dalam bekerja. Sifat bisa diandalkan oleh orang lain diartikan sebagai kepercayaan atasan dan kemampuan menjalankan tugas yang diberikan atasan berdasarkan fakta yang sudah diketahui tentang refrensi kerja masa lalu. Bekerja baik dengan diawasi maupun tidak hasilnya tetap yang terbaik.
Pembaca, jika anda ingin dijadikan sebagai orang yang dapat diandalkan maka pada diri anda dituntut untuk mempunyai beberapa kriteria, diantaranya:
1. Aktif Seseorang yang bisa diandalkan harus selalu aktif, baik bertanya maupun bertindak karena pimpinan sudah memberikan kepercayaan kepadanya. Bertanyalah bila belum paham mengenai pekerjaan yang akan dilakukan agar tercipta hasil akhir sesuai harapan. Aktif berkomunikasi juga merupakan hal penting. Oleh karena itu seringlah berkomunikasi sehingga informasi yang diterima dapat meningkatkan wawasan.
2. Sukarela
Menjalankan segala perintah dari atasan dengan kemauan penuh dan sukarela. Sukarela bukan harus memberi kepatuhan secara membuta, yaitu semua perintah atasan dijalankan. Dalam menjalankan perintah bukan langsung mengatakan:
“Ok
Bos,
semua
sudah
beres”.
Yang
penting
adalah
mengkomunikasikan terhadap atasan apa yang harus ia dengar, bukan apa yang ingin didengarkan olehnya. Kepatuhan yang membuta bagi seseorang atasan sebenarnya akan mendatangkan kesulitan. Ia akan mendengarkan kritik dan saran Anda seperti Anda mendengarkan gagasan dan pandangan bawahan.
3. Cerdik Bila ingin sukses, bekerjalah dengan cerdik. Cerdik disini bukan memanipulasi data atau tidak berdasarkan fakta yang ada. Arti cerdik adalah apabila
diberikan tugas atasan bisa Anda kerjakan cepat, tepat dan benar berdasarkan norma agama.
4. Seketika Seketika bukan seperti iklan obat yang artinya serap, keluarkan, dan hentikan. Namun, bagaimana Anda dapat langsung mencari solusi terhadap masalah dengan cepat dan benar. Seperti motto di pegadaian:”mengatasi masalah tanpa masalah”, motto hidup bagi mereka yang ingin berprestasi dimanapun tempatnya dan kapanpun.
Dalam akhir pembahasan, untuk menjadi seorang yang bisa diandalkan diperlukan kemampuan dalam berkomunikasi dengan orang lain secara baik, pengembangan diri secara terus-menerus, dan memiliki sikap positif dalam menghadapi berbagai tugas yang diberikan. Kunci utama orang yang sukses adalah komunikasi, karena dengan komunikasi orang menjadi tahu apa yang Anda inginkan. Komunikasi akan menghindari konflik. Lakukanlah apa yang menurut Anda benar, dan peliharalah kepercayaan yang sudah ada pada diri Anda karena Anda tinggal menunggu kesempatan pada diri Anda.
MENGHARGAI ATASAN & REKAN SEKERJA Mari kita rancang diri kita sebagai karyawan yang menaruh respek pada atasan. Andaikan diri kita ini karyawan, maka sudah sepantasnya menghormati pimpinan kita. Atasan adalah orang yang begitu penting dalam kehidupan kita, bahkan bisa dikatakan hidup dan mati kita ditentukan oleh atasan. Karena itu kita mesti dapat menjaga diri di depan atasan, sehingga citra kita sebagai seorang karyawan tetap baik. Tujuannya bukan semata-mata agar karir kita cepat menanjak. Bukan itu. Karir itu urusan belakangan, kalau kerja bagus karir kita pasti bagus pula. Jadi tidak perlu pusing dengan karir karena sudah ada yang mengaturnya. Tetapi kita menghormati dan menghargai atasan dengan alasan bahwa atasan adalah orang yang memiliki peran penting bagi tugas-tugas kita sebagai karyawan. Salah satu bunyi aturan di kantor yang mungkin tak tertulis adalah bahwa bawahan harus patuh pada perintah atasan. Patuh dalam hal ini menyangkut sikap dan perilaku hormat dan menghargai pada atasan.
Beberapa kriteria hormat pada atasan adalah sebagai berikut : Mematuhi perintahnya dengan ikhlas. Bertutur kata halus dan sopan. Menjaga rahasianya. Tidak mau menggunjing atasan didepan karyawan lain. Selalu menyelesaikan tugasnya dengan baik. Bersikap loyal. Dll.
Setelah kita mampu bersikap hormat pada atasan, mari kita kembangkan sikap tersebut terhadap rekan kerja. Rekan sekerja adalah orang yang sangat membantu dalam pekerjaan kita sehari-hari. Kita membutuhkan peran mereka, tanpa bantuan mereka diri kita tidak ada artinya. Mereka orang
yang
paling
dekat
ketika
menghadapi kesulitan. Mereka adalah orang yang peduli pada keluh kesah kita. Tidak ada alasan bagi kita untuk mengabaikan mereka. Dengan menghormati dan menghargai mereka, sejatinya kita menghormati dan menghargai diri kita sendiri. Sebab, begitu mereka kita beri penghormatan dan penghargaan yang pantas mereka pasti akan membalasnya dengan perbuatan yang serupa. Bagaimana menghormati rekan sekerja dengan baik ? Dengar apa yang mereka katakan. Gunakan bahasa yang halus dan sopan. Pujilah hasil kerjanya dengan wajar. Tunjukkan bahwa mereka penting bagi kita. Kembangkan sikap empati.
Bergaul dikantor itu memang mudah-mudah susah, atau susah-susah gampang. tapi itulah seninya, semua itu tergantung pada diri kita sendiri. Kalau kita ingin mendapatkan perhatian dari mereka, kita sendiri yang harus rela memperhatikan mereka. Kita dapat membawa mereka sesuka kita, jika kita sudah dapat menyentuh hatinya. Tapi ingatlah bahwa semua apa yang kita lakukan sematamata untuk meningkatkan kualitas diri kita dimata Tuhan. Tidak lebih dari itu.
MEMAHAMI KESULITAN ATASAN Bagaimana menjadi karyawan yang dicintai atasan? Menjadi pribadi yang menarik dan dicintai orang lain, dalam hal ini atasan cita-cita semua karyawan. Sayangnya, tak semua karyawan memahami bagaimana caranya.
Menjadi karyawan yang dicintai atasan sebenarnya tidak susah. Yang penting adalah kita harus mengenal dulu siapa atasan kita; karakternya bagimana, hobinya apa, makanan dan kesukaannya apa. Dan yang terpenting adalah apa prinsip dan cita-cita hidupnya. Atasan, tidak berbeda dengan orang kebanyakan juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Atasan juga butuh pujian dan kawan sebagai tempat mencurahkan seluruh isi hatinya. Kalau kita berhasil menyentuh hatinya, maka atasan tidak segan-segan untuk berbagi rasa dengan kita, baik terkait masalah kantor maupun masalah pribadi. Atasan yang sudah mempercayai kita, akan bersikap lebih sebagai kawan daripada sebagai pimpinan. Tentu saja kita sebagai karyawan tidak boleh keblabasan, betapapun dekatnya hubungan kita, atasan tetaplah atasan yang wajib kita hormati. Kalau
kita
ingin
menjadi
orang kepercayaan atasan, kita harus
dapat
memahami
tugas-
tugasnya.
Sebagai
seorang
pemimpin,
atasan
pastilah
menghadapi
banyak
persoalan.
Setiap hari dokumen dan berkas pekerjaan menumpuk di atas mejanya. Belum selesei pekerjaan yang satu, sudah datang pekerjaan yang lain. Seolah-olah seluruh waktunya digunakan untuk
pekerjaan, sehingga tidak ada istirahat sedikitpun. Tak heran jika banyak atasan yang mudah terpancing emosinya karena beban kerja yang luar biasa. Bila kita sudah dapat menjadikan diri kita sebagai karyawan yang selalu mengerti kesulitan atasan, maka selanjutnya akan terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Atasan akan menanggapi gerak cepat yang kita lakukan sehingga kita akan mendapat imbalan yang pantas atas jasa-jasa kita. Itulah yang akan kita peroleh jika kita mengukurnya dari kaca mata pamrih. Tetapi hendaknya semua itu kita lakukan dengan landasan sikap bahwa semua itu bagian dari tugas.
MAMPU MENERJEMAHKAN KEINGINAN ATASAN ANDA Memahami atasan memang susah-susah gampang. Ada banyak tipe atasan, ada yang otoriter dan mau menangnya sendiri. Ada yang menjaga jarak dengan bawahan, ada yang pelitnya minta ampun dan sebagainya. Sebagai bawahan yang baik kita memang tidak mungkin menolak atasan dengan alasan apapun buruknya. Kita tidak dalam posisi untuk berwenang mengganti atasan yang brengsek, sebaliknya atasan bisa memberi
rekomendasi kepada manajemen untuk
melengserkan kita.
Apapun
tipenya,
kita
harus bisa menjaga perasaannya. Kemampuan
untuk
menjaga
perasaan orang lain, khususnya atasan
termasuk
salah
satu
kemampuan emosional. Kalau kita mampu menjaga perasaan orang lain, terlebih dulu kita harus mampu menjaga perasaan kita sendiri. Biarpun atasan sering mengecewakan, tetapi sebagai bawahan kita harus tetap menunjukkan ‘darma bakti’ kita kepadanya. Jagalah perasaannya dengan cara menghormati posisinya sebagai seorang pemimpin.
Kalau kita sudah mampu menjadi anak buah yang bisa menjaga perasaan atasan, selanjutnya kita tidak akan kesulitan untuk menterjemahkan keinginan atasan. Memang semua itu harus diawali dengan kesedian untuk menerima apa adanya. Sebab, ketika hati kita sudah berisi penolakan, amat susah bagi kita untuk mampu menjaga perasaannya. Apalagi untuk mau dan mampu mengerti keinginannya. Tidak ada salahnya kita mengalah terhadap atasan, walaupun bukan berarti kalah.
BERSIKAP KOOPERATIF Salah satu unsur pergaulan adalah kerjasama, bila persahabatan ditopang oleh kerjasama yang baik hasilnya pasti positif. Sebaliknya, jika kedua belah pihak tidak mampu menunjukkan kerjasama yang baik, sudah dapat dipastikan persahabatan tersebut tidak akan langgeng. Boro-boro persahabatan, muaranya bisa jadi permusuhan dan konflik yang tak terelakkan. Pergaulan yang tidak didasari oleh niatan untuk menjalin kerjasama seperti sarang laba-laba yang mudah rapuh dikoyak oleh angin. Bekerjasama yang baik tentunya berangkat dari niat yang baik pula. Itulah
bentuk
sesungguhnya,
kerjasama
karena
yang
kerjasamanya
tidak hanya menyangkut dimensi lahir tetapi juga batin. Kerjasama yang baik adalah kejasama secara lahir dan batin. Dan hanya orang-orang yang menyadari bahwa dirinya tidak dapat melepaskan diri dari ketergantungan dengan orang lain yang mau bekerjasama dengan tulus. Bekerjasama secara tulus ikhlas hanya lahir dari pribad-pribadi yang mau mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan dirinya sendiri. Ketika kita mendahulukan kepentingan orang lain, sebenarnya kita mendahulukan diri sendiri. Satu perbuatan baik yang kita tanamkan kepada orang lain nilainya jauh lebih besar dari pada kita mendahulukan kepentingan diri sendiri. Tuhan akan menolong hamba-Nya yang suka berbuat baik kepada sesamanya. Ketika
kita menolong orang lain, pada saat itu pula terjadi proses pertolongan Tuhan kepada diri kita. Hanya kita tidak pernah menyadari, itulah salah satu bentuk keadilan Tuhan. Di sisi lain, sikap mendahulukan orang lain akan mempermudah kita menjalin kerjasama. Sebab, mana mungkin orang lain mau bekerjasama dengan kita jika kita hanya mementingkan diri kita sendiri. Kerjasama hanya akan terjadi jika kedua belah pihak saling memberi dan saling menerima. Ada keseimbangan antara hak dan kewajiban, masing-masing saling mendahulukan yang lain. Kerjasama artinya kesediaan diri kita untuk menerima kepentingan orang lain di atas kepentingan kita sendiri. Disamping itu, bila kita mau bersikap mendahulukan kepentingan orang lain, kita akan gampang menuai simpati. Bukan saja kita akan banyak menerima ajakan positif dari orang lain, tetapi kita akan menjadi pribadi yang diperhitungkan di tengah masyarakat. Sebab, hanya orang yang mau mendahulukan kepentingan orang lain yang biasanya patut dijadikan pemimpin. Maukah kita dipimpin oleh orang yang egois. Mau mendahulukan orang lain juga menunjukkan jiwa yang senang medahulukan kewajiban daripada hak. Ia adalah sosok yang selain mudah diajak bekerjasama, juga dewasa dalam berpikir. Orang-orang seperti itu tidak mudah dibujuk oleh kesenangan-kesenangan sesaat, sehingga dapat menjadi mitra kerjasama yang setia dan menguntungkan. Pada gilirannya ia akan disenangi dan kata-katanya selalu diturut karena selalu benar.
MEMILIKI LOYALITAS YANG TINGGI Memang sebenarnya yang dimaksud loyalitas adalah loyalitas pada profesi, bukan
pada
atasan
seperti
sering
disalahpahami oleh kebanyakan karyawan. Profesilah
dan
bukan
atasan
yang
seharusnya mendapat loyalitas kita. Loyalitas pada profesi dengan sendirinya berarti loyalitas pada atasan.
ENAM CARA MENGEMBANGKAN STAF YANG PIAWAI Untuk mengembangkan staf Anda menjadi sebuah tim yang piawai dalam menangani pekerjaan di dalam organisasi, sebaiknya Anda:
Bersahabat dengan staf, namun jangan anggap mereka seperti teman yang sangat akrab. Mereka tetap menginginkan Anda menjadi ‘bos’ dan mereka menjadi karyawan.
Bicarakan segala sesuatu kepada mereka. Diharapkan mereka pun akan mengutarakan segala masalah kepada Anda. Saling berbagi pengetahuan akan meningkatkan loyalitas dan kepercayaan.
Menerapkan gaya ‘menjiplak dari yang baik saja’ Jika Anda butuh bantuan, mintalah kepada komunitas professional Anda. Seseorang, dimanapun, bagaimanapun tahu cara membantu Anda.
Investasikan sikap royal. Jika staf Anda tahu bahwa Anda selalu loyal kepada mereka, maka sebaliknya mereka pun akan melakukan hal yang sama.
Nyatakanlah bahwa kejujuran – bukannya kebersihan – adalah perilaku yang mulia.
Janganlah pelit untuk tertawa. Dalam menghadapi krisis sekalipun, Anda selalu tertawa bersama mereka.
MENJADI ANGGOTA TIM YANG EFEKTIF Keberadaan sebuah tim menjadi penting ketika : 1. Dibutuhkan input, ide/gagasan yang lebih banyak untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 2. Issue atau masalah yang dihadapi hanya dapat diselesaikan dengan melibatkan departemen lain. 3. Hasil yang ingin dicapai mempunyai dampak yang cukup besar terhadap perusahaan.
Dalam sebuah tim ada dua karakter utama yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan yaitu karakter negatif dan karakter positif. Karakter negatif dalam sebuah tim terbentuk karena adanya perbedaan nilai, presepsi, emosi, tingkah laku dan pengalaman diantara anggota tim. Sedangkan karakter positif terbentuk karena adanya pemahaman terhadap perbedaan yang ada.
Kehadiran dua karakter ini yang sebenarnya membuat terjadinya sinergi dan membentuk ciri khas atau keunikan dari tim itu sendiri. Di lain pihak, kita sendiri mengharapkan terjadi sinergi positif. Karena itu sebagai anggota tim kita perlu memahami tujuh perilaku untuk menjadi anggota tim yang efektif. 1. Memiliki komitmen terhadap tujuan bersama. Sebenarnya sangat sulit untuk bekerja dengan lebih antusias tanpa mengetahui tujuan akhir dari pekerjaan kita. Jadi hal pertama dan utama yang perlu diketahui anggota tim adalah tujuan akhir yang akan dituju oleh tim. Apabila tujuan akhir ini sudah jelas dalam presepsi anggota tim maka akan lebih mudah memperoleh komitmen pencapaian tujuan akhir. 2. Menunjukkan kepedulian terhadap sesama anggota tim. Kita tidak perlu saling menyukai diantara anggota tim. Tetapi yang paling penting adalah kondisi dimana para anggota menunjukkan sikap saling peduli. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan sikap peduli tersebut. 3. Terbuka terhadap konflik. Konflik terjadi karena adanya perbedaan dan perbedaan itu sendiri pasti ada dalam sebuah organisasi. Ketika terjadi konflik, maka kita harus bersikap a) terbuka terhadap perbedaan, b) memahami ketidakcocokannya terjadi dimana, dan c) melakukan negosiasi untuk mencapai kesepakatan. Kenyataannya pemecahan konflik tidak sesederhana hal di atas. Penting untuk di ingat jadikanlah konflik sebagai jembatan untuk mencapai perubahan yang konstruktif. Jangan membiarkan konflik berlarut-larut dan berkepanjangan karena sangat tidak baik bagi operasional sebuah organisasi. Juga para tim sebaiknya tidak menghindari kerjasama dengan anggota lain.
4. Mendengarkan dengan aktif (active listening). Mendengarkan dengan aktif berarti lebih banyak mendengarkan dan tidak mengiterupsi pembicaraan seseorang. Setelah itu, barulah kita mengemukakan komentar kita. Selain itu kita tidak hanya memahami isi pesan yang dsampaikan tatapi juga emosi yang terkandung dalam isi pesan. Dengan demikian diharapkan terjadi komunikasi yang lebih terbuka diantara anggota tim. 5. Bebas mengungkapkan ide. Anggot tim yang efektif tidak menyimpan ide untuk dirinya sendiri. Mereka harus berani mengemukakannya. Hal ini juga berarti bahwa organisasi memang mendorong para karyawan untuk berani mengungkapkan ide, menyiapkan wacana untuk menampung ide. Organisasi tidak langsung menolak mentah-mentah ide tersebut 6. Terbuka terhadap feedback. Anggota tim yang baik selalu siap untuk menerima feedback dari pihak lain mengenai hasil kerjanya. Baik hal yang sudah baik maupun hal lainya yang dapat ditingkatkan juga bagaimana meningkatkannya. Jadi memang organisasi sendiri harus membiasakan supaya sesama anggota tim saling memberikan feedback. Perlu diingat, enak atau tidaknya feedback yang diterima tujuan akhirnya adalah peningkatan. 7. Merayakan keberhasilan tim bersama-sama. Apabila tim sudah mencapai keberhasilan atau paling tidak telah mencapai satu titik tertentu dalam perjalannya, perlu untuk dirayakan bersama-sama. Perayaan ini penting untuk meningkatkan motivasi dan moral dari para anggota tim. Selain itu, juga untuk menunjukkan bahwa tugas yang selama ini dikerjakan dihargai organisasi. Ketujuh
sikap
ini
merupakan
tantangan
bagi
kita
untuk
dapat
melaksanakannya. Karena pada dasarnya tim itu sengaja dibentuk oleh organisasi dan memang harus mengalami berbagai tantangan dan masalah supaya tim tersebut semakin meningkat kualitas output nya.
HARMONISASI ANGGOTA TIM Presiden SBY terkenal dengan mottonya “ Bersama kita bisa”. Motto tersebut mengadung makna yang sangat dalam bagi penerapan teamwork, yaitu kita harus bersama-sama dalam menghadapi sesuatu dan beberapa hal yang dianggap mustahil akan bisa dikerjakan bila seluruh anggota tim mempunyai arah pergerakan yang sama. Berikut adalah beberapa ide untuk mengharmonisasikan anggota tim agar kekuatan di dalamnya berguna untuk menggerakkan organisasi secara efektif: 1. PERSATUAN Seringkali para praktisi bisnis di perusahaan saling gebuk menggebuk antar departemen mereka sendiri. Sering pula didalam departemennya diciptakan suasana kompetisi yang tidak sehat tersebut, setiap individu akan mengeluarkan kemampuannya. Hanya saja untuk ke depannya, mereka akan berjalan sendirisendiri, tidak ada harmonisasi. Bila ini terjadi, perusahaan akan mengalami kemunduran. Kompetisi antar individu tidak dapat dihindarkan dalam suatu perusahaan yang sehat,. Disinilah para pemimpin harus mampu melakukan kontrol agar tidak terjadi gontok gontokan. Mereka harus diarahkan untuk mampu bekerja sama mencapai visi dan misi perusahaan. Bahkan, para perusahaan yang sudah mapan, kemampuan bekerja sama merupakan salah satu faktor pengukuran kinerja setiap individu.
2. ANGGOTA TIM Pada saat ini, manajemen begitu dipenuhi dengan slogan terutama dininabobokan dengan slogan Brainstorming. Lalu, banyak praktisi yang menafsirkan hal ini dengan berpendapat bahwa Brainstorming yang baik harus dilakukan dengan sebanyak-banyaknya anggota tim. Hal ini benar-benar Brainstorming yang keliru! Welsh proverb mengatakan, “ Better two heads than one, better one head than a hundred”. Peribahasa ini dapat kita artikan, makin banyak anggota tim,
makin banyak suara yang keluar. Makin banyak suara yang keluar makin sulit pengaturan tim. Untuk itu, pikirkanlah masak-masak jumlah anggota tim Anda yang ideal. Ada juga beberapa pekerjaan yang menuntut untuk mempunyai anggota tim yang banyak. Bila hal ini memang tidak dapat dihindari, buatlah tim inti yang dikonsentrasikan untuk mengatur hal-hal strategis dan konsep delegasi harus dibangun dengan kuat. Small is beautiful, rupanya cocok untuk mengungkapkan jumlah anggota tim agar pendapat-pendapat yang masuk dan juga harmonisasi lebih dapat diefektifkan dalam menggerakkan organisasi.
3. PEMBELAJARAN Dalam Psychology for Leaders, Dean Tjosvold, mengungkapkan mengenai pembelajaran dengan sangat elegan, “Learning is a common journey that binds leaders and employers together…Learning unites leaders and followers in a common journey of self-discovery and team development”. Dalam Perjalanan sejarah
perusahaan,
salah
satu
penopang
kesuksesan
mereka
adalah
keefektifan dari training yang dilakukan dan juga learning curve yang baik.
Pada saat masa-masa pembelajaran, tidak dapat disangkal lagi banyak kesalahan yang terjadi. Kemungkinan blunder mistake pun dapat terjadi pada manajemen level atas. Bila hal ini terjadi, manajemen harus mengakuinya dengan berbesar hati dan menekankan bahwa ini adalah suatu proses learning yang harus dilalui dan harus ada pula jalan keluarnya.
Setiap perusahaan yang baik, seharusnya tetap ada dalam proses pembelajaran, tetapi pembelajaran yang terus meningkat ke arah lebih baik. Nah, dalam proses ini biasanya keakraban antara anggota tim akan berjalan secara otomatis. Yang harus dilakukan oleh top level management pada titik ini adalah meng-encourage setiap anggota tim untuk berbagi tentang pembelajaran ini. Tekankan bahwa mereka saling berpadu dalam proses pembelajaran, tim
akan semakin canggih dari segi strategis dan juga tim yang baik akan lahir dengan sendirinya.
Tren yang sedang berlaku saat ini adalah perusahaan meng-outsource outbond training (konteks; pembelajaran). Hal ini sia-sia dan hanya merupakan letupan proses pembelajaran saja yang bersifat instan, apabila tidak ditindaklanjuti dengan pembelajaran dalam pekerjaan sehari-hari. Sebenarnya, perusahaan dapat menggunakan moment ini untuk kick-out teamwork. Namun, tetap para pemimpin di perusahaan itulah yang harus mengambil kendali proses pembelajaran untuk membangun suatu tim yang solid.
Harmonisasi di dalam tim harus dilakukan dari waktu ke waktu. Termasuk di dalamnya, seseorang pemimpin tim harus mampu melihat kapasitas tim dan tidak ada salahnya reorganisasi terus dilakukan juga sesuai kebutuhan dalam mengharmonisasi kinerja tim.
Pada era kompetisi yang semakin ketat ini, tidak akan ada keberhasilan yang akan memberikan efek domino terhadap keberhasilan perusahaan, kecuali keberhasilan suatu perusahaan membangun tim yang kuat dan mampu bekerja sama sesuai dengan visi dan misi perusahaan.