I. PENDAMULUAN
1.1.
Latar Belakang Sejak Repelita Vl pemerintah tetah memkrikan perhatian kfiusus pada
pengembangan hortikultura wbagai sumbr perturnbuhan b m . Tujuannyrt adalah
untuk: (1) memenuhi pemintaan domestik, (2) mengurangi ketergmtungan impar dan meningkatkan volume ekspor, dm (3) mernprluas kegiatan usaha pertmian
dan rneningkatkan pendapatan petani. Pernerintah telah mengerahkm daya dm upaya untuk rnencapai tujuan tersebut dm dalam mengantisip@i era perdagmgan
bcbas. Kumaditas ttortikultum yang dikenhngkan adalah sayuran, buah-buhan, tanaman
hias dm tanaman abat yang rnempunyai nilai ekonomi tinggi, wluang
pasar k, w s i produksi tinggi, dan pelumg pengembanp kknofugi ymg mlzttif terbuk8,
Pmgmn
utama pembangunan prtanian tahun
2000-2W
ah
peningkatan ketahanan pangan dm pmgemhngan agribisnis. Seiring d e n p prugm ternbut, Komara dm Sudradjat (2000), menyakdm bahwa peningkatan
produksi pemnian mutlak diprlukan untuk menghasilkan trahm pangan dm bban h k u industri. Pertingkatan produksi rnernerlukan perbaikan kinerja, proses
produksi, dan keluarannya agar produktivitas dapat ditinghtkan. impor praduk tanaman pangan dm haftikultura seharusnya daprtt dikkm sebalitcnya ekspor
hams ditinghtkan. Hal ini behitan dmgan perolehan clan pmghmm devisa
Bawang rnerah adalah d h satu komoditas hortikulhtm yang penting bagi m a s w a t , &ik dari segi nilai ekonomi yang tinggi maupun dari segi kandungan gizinya, Bawang merafi mernpunyai petang pass yang bear, popotensi produksi
yang tinggi, setta peluang pengembangan teknologi yang masih relatif ksar. Atas dasar itulah maka kornod itas bawang mernh termasuk sebagai komodittts
unggulan hortikultura yang prlu mendapt prioritas dalam pnangztnnnya. Seprti komaditas hortiku ltuw lainnya, harp bbawang ~nerah sangat berfluktuasi. Bawang merah tidrtk tafian lama daiam penyimpanan, sehingga p d a saat panen raya harga akan jatuh. Sehliknya pada saat rnusim hujzln dirnana
banyak petani yang $id& menanam bawang ~nerahakan mengakibatkan harga naik. Kenaikan harga
iini
juga dapat disebabkan 01th permintam yang meningkat
seperti pada saat menjelang bbaran, Natal dan hari besar fainnya.
Bawang metali' selalu ada daIm menu pangan masyamkat. Nampir setiap rumah tangga mengkunsumsi bawang merah sebagai bumbu u t m a atau wbagai
bahan obat tdisional. Menurut Sawit et 01. (1997) tingkat partisipasi konsurnen dalam rnmgkonsumsi bawang me& pada tahun 1996 mencapai 88.5 persen,
Pada tahun t999 konsumsi rah-rata per minggu penduduk yang tinggaf di kuta
adalah 0.3 15 ons per kitpita, secfangkm penduduk di pedesaan sebesar 0.268 uns per kapita. Dengan demiicim tnmhingbtnya jumlah dm penciapatan penduduk
akan mendorong peningkatan kansurnsi dan permincaan bawang merzlh, Hal ini perlu d iikuti dengan peningkatstn ketersedim, baik mebt ui praduksi damestik
rnaupun impar. Sebrang ini penggunaan bawang merah bukan saja untuk memenuhi
kebutuhan rumahtangga tetapi jugst industri pengalahan makanan dm industri bawang gamg. Jumfatr perrriintam p a w krfradap bawang goreng mencapai 10
tan per bulm dm baru dapat dipenuhi sebesar 2 ton per bulm (Sinar Tani, 2000). Sawang m&'
sehin untuk memenuhi permintan dalarn negeri juga dielapor.
Sejak tahun 1992 volume ekspor bawang me& cederung menurun dari 10 375 tan pada tahun 1991 menjadi 2 725 tun pda tahun 1996. Sementam itu volume
impor bawang me& =gar cenderung men ingkat yaitu dari t 3 638 ton @a tzzhuxl 1991 menjadi 40 505 tan pada tahun 1996. Hal ini
menunjukkan b&wa
perminmn bawang merah dalzlm negeri mengalami peningkatan, sehingga perlu usaha untuk meningkatkan produksi dornestik. Propinsi jawa Tengah mer!tpakan pengttasit bawang rnerah terkszt: di Indonesia dengan produksi sebesar 245 517 ton pada tahun 2000 (Sihombing,
2000). Dacrah sentra produksi bawang merah di dawa Tengah adalah Kabupaten
Brebes, Tegai, Pemalang dan Kendal. Sekitar 30 persen dari kebutuhan total k w m g rnerah Indonesia dipasok aleh bbupaten Brebes.
Perkembangan iuas areal panen bawang me&
wlma 7
sun terakhir
di Kabupam Bmbs
(1993-1 999) mcferung meningirat. Pada tatrun 1993
luasnya setwar 12 209 h e h , sedan&
pada tahun 1999 rnencapai 26 493
hektar. Sejalan dertgan peningkatan has mi,=lama kumn waktu 1933 - 1999
produksi bawang memh di Kabupaten Breks mengalami peningkatan dengm Inju 13-50 persen per hhun. Produksi bawang memh M u n f 993 sebesar 1 12 005 tan, sedangkan tahun 1999 s e w 244 466 ton.
Pada &un
ternbut menurun menjadi 249 057 ton. Penurunan
2000 produksi
groduksi ini dimbabkan
adanya serangm h m a Liriomp. Hamrt tersebut ofeh petani grebes dikenal
sebagai h a m gemdong yang menyerang ~ I u r u horgan tanman bwwang me&. Prarfuiaivitas bawang maah di W u p m B r e b dari d u n 1993 mpai
sebesar 1.41 persen per tahun. Pada tahun 1993 produktivitas bawang merah di
B~ebessebesar 9,17 ton per hekcar, Eahun f999 meningkat menjadi 9-23 ton per hektar.
Riyanto (2000) rnenyebutkan bahwa praduktivicas bawang merah di Brebes sekarang ini masih rendah yaitu 10.36 ton per hektar padahal potensinya
mencapai 20 tun per hektar. Kendata yang sering dihadapi dalam usahacani bawang rnerah adalah rnusirn yanz tidak menentu serta adanya serangan hama
penyakit tanaman. Oleh karena itu Riyanto menyarankan masih diperlukan
pengkajim terhadap kandisi penanaman bawmg merah yang meliputi pola tanam, penggunaan variebs bawang merafr, pnggunaan faktat-faktar produksi sem penartganan hasif bawang rnerah guna rnmdapatbn hasil yang optimal,
Sedangkan Adreng dan Walujo (1988) berpendapat bahwa skala usaha btwang
maah yang digambadan oleh luw -pan,
bila perfuasannya disertai dmgan
perbaikm teicnik produksi masih merupakan altematif yang Iayak d i l a k u h untuk rnendorong peningkam produksi dan peridaptan petani. Dengan demikim perlu
diketahui faktor-faktor yang dapat meningkatkm pdukscsi bawang merafr di Bmks.
f ,2.
Perurnusan Masalah
Setragai komaditas hwrtikultura yang pnting, bawang merah seiatu ada dalam setiap menu rnasymkat Indonesia. Nmpir setiap rumah hngga
mengkonsumsi bawang rnerah sebagai bumbu u m a atau sebagai b&an abat tradisional. Pruduhi bawang me&
di Kabupaten Brebes tnenunjukkm adanya
pningkatan dari tahun ke tahun, J i b pduksi pada Qhun I993 sebesar f 12 005 tan, maka pada bhun 1989 mencapai 244 466 ton. ProduJrsi suatu komaditas
rnerupakan dasar ymg rnendukung unruk menunjang keberhasiIan pembangunan
agribisnis komuditas tersebur, Data Susenas menunjukan bahwa pada tatrun 1993 konsumsi bawang
merah rnencapai 1.35 kg per kapita per tahun, Pada tzthun 1986 konsumsi bawang
me&
tidak mengafami pmbahan atau temp sehsar 1-96 kg per kapita p r tahun.
Sejalan dengm pertambakan dm pendapatan penduduk sem perkembangan
industri m a h a n ysng berbahan baku bawang metah, konsumsi bawang merah terus mengalmi peningbtan. Hal ini rnengakibatkan perm intaan tertxadap bawang rnmh tents rneningkat, terlebih pada saat menjelang hari mya h b x a n
dm Natal atau hari besar lainnya, Pada keadaan seperti ini harga alran mengalami peningkatan yang cukup ksar.
Permintam di &lam negeri terhadap bawmg merA mmakin W, namun
i m p tlawang mmh juga tern meningkat Pertanyzamya o a d a mengap praduksi dmestik ti&
dapat mengimhgi k e n a i h permintaan. Kebijakm
impor tersebut sernuia hanya ditujukan untuk memenuhi kebututran bibit, namutl
akhirnya berubah untuk memenuhi ketrutuhm kansumsi. Volume: impor dari
tahun ke 'imthun terus krtambh. dika pdzt tafrun 1992 impor bawang rnerafi hanya s e h w 16 593 ton m&a pada tahun 2000 telah meningkat rnenjadi 56 71 I ton. Sernmtara itu volume ekspor bawang memh cenderung mengalami pewrunan,
Pada tahun 1992 volume ekspor bawang merah mencapai 7 843 ton dm pada
tahun 2000 menurun rnenjadi 6 753 tan. Kenyataan ini menunjuMcafi bahwa pluang pasar d a l m negeri utltuk kwang maah cukup t>t.;sar. Impor bwarrg
mersrCI yang wmakin rnmingh untuk mengimbangi kebutuhan &lam negd d i k h a w a t h akran rnenyebabkan harga bawang merah dalam negeri rnenjdi
turun, kbih-l&ih jib impor dilakukm pada s a t panen raya, Pertanyan yang rnuncut adalah sampai sejaufi mana daya saing bawang merah domestik datam rnenghadapi irnpar bawang rnerah dari luar negeri. Dengan adanya prmztsalahan bawang merah sebagaimana diuraikan diatas, pertu dilakukan pmelitian mengenai faktor-faktor yang mempngaruhi
praduksi, efisiensi serta keungguIan kompetiti f dan kornpamti f bawang merah.
Penefitian tersebut wrlu dilakukan karena ketergantungan pada impor sangat behitan dengan perofehan dm penghematan devisa, apalagi dafam keadan
krisis seperti sekarang. 1.3.
Tujuan Penelitian ini s e c m urnurn bertujuan untuk menganalisis produksi,
keunggufan komptitif dm komparatif bawang merah d i Kabupaten Brebes.
Secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
I . Menganaf isis faktor-faktor yang mempenganrhi produksi bawang merah. 2. Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan input daiam prod uksi bawang rnerah. 3. MenganaI isis kcunggulrtn kornpetifif dan kamparacif bawang merah . 1.4,
Keggunstan
I . Sebagai bahm pertimbangan ddam penetapan kebijakan pengembangan produksi clan perhgangan karnoditas bawang merah dilihat dari segi efisietlsi
pemanfaatan surnberdaya di ddam negeri.
2. Sebagai bahan peprtimbangan bagi petani datam memutuskan pilihan suatu kornoditas yang &an diusahakan, dibandingkan dengan kornodim altematif
fainnya.
I5.
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini Kabupaten Brebes dipiI ih sebagai lokasi penelitian mengingat Brebes adalah sentra prodtrksi bawang rnerzth terbeser di Indonesia.
Data yang digunakan adnlah data cross section yang merupakan hasil wawancara
dengan para responden yaitu petani bawang memh di Kabupaten B ~ k yang s krpilih sebagai petani cantah. 3umlah responden xluruhnya sebanyak 120 petani contoft. Wgai media, dalam w a w a n m digunakan daftar pertmyam atau
kuesianer.