I. PENDAHULUAN
Aren merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai komersil yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya manfaat yang bisa diambil dari tanaman aren. Manfaat tersebut tidak hanya berasal dari air aren yang biasa disebut nira aren. Namun lebih dari itu, bagian tubuh lain dari tanaman aren seperti batang, tulang daun, serta buahnya juga dapat dimanfaatkan oleh manusia sehingga bernilai ekonomis. Namun hal yang sangat disayangkan adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat ini kurang mendapatkan perhatian dalam pengelolaannya. Seperti yang telah dikatakan oleh Santoso (1991) dalam Robika (2009) bahwa salah satu jenis pohon yang kurang mendapat perhatian untuk dikelola, tetapi memiliki nilai komersil tinggi adalah pohon aren dengan nama ilmiah Arenga pinnata. Selain itu aren juga mengalami kepunahan karena banyak hal. Diantaranya punahnya Luak, binatang yang berperan penting dalam penyebaran biji aren. Punahnya Luak disebabkan oleh perburuan Luak oleh manusia karena Luak memangsa ayam peliharaan manusia, sehingga punahnya Luak ini juga secara tidak langsung menyebabkan kepunahan aren. Hal lain yang juga menyebabkan langkanya aren yaitu adanya anggapan atau kepercayaan dari masyarakat didaerah tertentu yang menganggap bahwa aren merupakan tumbuhan yang “angker” karena dipercaya bisa mendatangkan jin, setan peri perayangan sehingga dilarang untuk ditanam di pekarangan dekat rumah ( Soseno . 2000) dalam Robika (2009).
2
Padahal jika dilihat kedepannya, kelebihan-kelebihan yang ada pada tanaman aren jika dikelola dengan baik akan mampu menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi, yang dapat menyejahterakan masyarakat. Oleh karena itu merupakan hal penting dalam mengetahui mengenai pengelolaan aren dari masa pembenihan, pembibitan, penanaman hingga tumbuh kembangnya, sehingga aren akan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan dapat dimanfaatkan hasilnya. Selain itu jika masyarakat mampu mengoptimalkan dan mengembangkan aren, kita akan terhindar dari impor gula aren yang dapat terjadi jika negara kita kekurangan produksi aren. Sebaliknya kita akan dapat membantu menghasilkan devisa negara dengan aren ini karena selain gula aren yang dapat diekspor ternyata ijuk yang berasal dari aren pun memiliki potensi untuk diekspor. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pertumbuha n tinggi bibit aren sistem cabutan dari dua induk berbeda dengan menggunakan media kompos dan media pupuk kandang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan anakan aren alami yang berada dilantai hutan sebagai sumber bibit dalam budidaya tanaman aren.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Umum Tentang Aren (Arenga Pinnata) 1. Klasifikasi Aren Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai aren perlu diketahui mengenai klasifikasi dan tata namanya karena setiap jenis tanaman memiliki klasifikasi yang berbeda-beda.
Adapun klasifikasi dari aren
menurut Hsuan keng (1978) dalam Robika (2009) adalah : Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Palmales
Famili
: Palmae
Genus
: Arenga
Species
: Arenga pinnata
2. Morfologi Aren a. Daun Daun tanaman aren pada tanaman bibit (sampai umur 3 tahun), bentuk daunnya belum menyirip (berbentuk kipas). Sedangkan daun tanaman aren yang sudah dewasa dan tua bersirip ganjil. Namun, ukuran daun dan pelepah daunnya lebih besar dan lebih kuat. Warna daun tanaman aren adalah hijau gelap, tanaman aren memiliki tajuk (kumpulan daun) yang rimbun, dimana daun-daun muda yang terikat
4
erat pada pelepahnya berposisi agak tegak, sedangkan daun-daun yang telah tua benar dan mengering akhirnya terlepas dari pelepahnya. b. Batang Pohon aren itu hampir mirip dengan pohon kelalapa (Cocos nucifera).
Waktu pohon masih muda, batangnya masih belum
kelihatan, karena tertutup oleh pangkal-pangkal pelepah daun. Pangkal pelepah daun ini menyatu dengan batang dan kalau sudah cukup umur, ditengah-tengah pangkal pelepah daun yang melekat pada batang biasanya ada kotoran lain, (benar-benar berasal dari debu dan kotoran) yang sudah menggumpal membentuk masa seperti kapas halus, berwarna coklat.
Itulah lunglum atau kawul, yang mudah terbakar
kalau kering. Pohon aren tua, tingginya dapat mencapai 20 m dan garis tengah batangnya dibagian bawah dapat mencapai 75 cm.
Batang
pohon ini tidak mempunyai lapisan cambium, sehingga tidak dapat tumbuh semakin besar lagi. c. Akar Perakaran pohon aren menyebar dan cukup dalam, sehinga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi
pencegah erosi,
terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20 %.
Akar-akarnya yang direndam dalam air sehingga kulitnya
mengelupas menghasilkan suatu material anyaman yang mudah dibelah-belah (dalam bahasa Jawa disebut dengan sekung). Dahulu
5
bahan ini digunakan dalam pembuatan tudung kepala, na mun semakin langka didapatkan sekarang ini. d. Buah Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4-5 cm, didalamnya berisi biji 3 buah, masing- masing berbentuk seperti satu siung bawang putih. Bagian-bagian dari buah aren terdiri dari: 1.
Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda, dan menjadi kuning setelah tua (masak).
2.
Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan.
3.
Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda dan berwarna hitam yang keras setelah buah masak.
4.
Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda, dan warna putih, padat atau agak keras pada waktu buah masak.
5.
Tiap untaian buah panjangnya mencapai 1,5-1,8 meter, dan tiap tongkol (tandan buah) terdapat 40-50 untaian buah. Tiap tandan terdapat banyak buah, beratnya mencapai 1-2,5 kuintal. Pada satu tandan pohon aren sering didapati 2-5 tandan buah yang tumbuhnya agak serempak.
6
e. Bunga Tanaman aren tergolong tanaman berumah satu, artinya pada satu pohon/tanaman aren terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pohon ini akan berhenti pertumbuhannya jika telah mengeluarkan daun terpendek. Hal ini merupakan tanda bahwa masa berbunga telah dekat. Pada umumnya tanaman ini mulai berbentuk bunga pada umur sekitar 12-16 tahun. Dengan demikian pada pohon aren tumbuhnya bunga dari tahun ke tahun semakin kebawah atau semakin mendekati permukaan tanah tempat tumbuhnya. Jadi makin tua pohon aren, semakin rendah munculnya tandan bunga. 3. Syarat Tumbuh Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur, dan berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu tinggi (PH tanah terlalu asam).
Di Indonesia,
tanaman aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerahdaerah ya ng tanahnya subur pada ketinggian 500-800 m diatas permukaan laut. 4. Sistem Perbanyakan a. Perbanyakan Secara Generatif Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Secara alami, proses penyerbukan terjadi
7
dengan bantuan angin atau serangga.
Namun saat ini, penyerbukan
sering dilakukan manusia, terutama para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari beberapa varietas berbeda. Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Kelemahan dari perbanyakan secara generatif, yaitu sifat biji yang dihasilkan sering
menyimpang dari sifat pohon induknya.
Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina. b. Perbanyakan Secara vegetatif Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagianbagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar. Prins ipnya adalah meransang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun. Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasil tanaman yang memilki sifat yang sama dengan pohon induknya, lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya. Namun, tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara setek dan tingkat keberhasilannya sangat kecil.
8
5.
Pemanfaatan Aren (Arenga pinnata) Pohon aren menurut Santoso (1991) dalam Robika (2009) banyak sekali manfaatnya yaitu : a.
Buah aren dapat dibuat kolang-kaling
b.
Buah aren dapat dibuat kolang-kaling
c.
Inti akar (mamangar) dapat digunakan untuk membuat cambuk yang sangat disukai oleh sais pedati.
d.
Akar pohon aren juga dapat digunakan untuk obat tradisional, yaitu sebagai penghancur batu kandung kemih.
e.
Batang pohon aren bisa dipakai sebagai talang air,
f.
Tulang daun aren dibuat sapu lidi dan serabutnya dibuat sapu ijuk
g.
Sebagai bahan untuk tangkai kapak, tangkai cangkul, dan teken (kayu penyangga tangan yang bisa dipakai membantu jalannya kaum tua)
6. Kriteria Pohon Induk Menurut Anonim (2009) dalam Robika (2009), pohon aren dapat dikembangbiakan secara generatif yaitu melalui biji, untuk mendapatkan benih yang baik perlu memilih pohon induk yang memenuhi syarat. Adapun kriteria pohon induk yang baik adalah sebagai berikut :
1. Batang Pohon Harus Besar Dengan Pelepah Daun Merunduk Dan Rimbun. Sampai saat ini tanaman aren yang tumbuh dilapangan dikategorikan dalam 2 aksesi yaitu Aren Gajah (pohon agak kecil dan pendek) dengan produksi nira antara 10 - 15 liter/tandan/hari, dan Aren
9
Dalam (pohon besar dan tinggi) dengan produksi nira 20 – 30 liter/tandan/hari. Untuk pohon induk dianjurkan adalah aksesi dalam. Oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan pohon induk sebagai sumber benih yaitu pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina maupun sistem pembungaan jantan dan sedang disadap niranya. Hal ini penting karena tanaman aren dikenal sebagai tanaman hapaksantik yaitu fase reproduktifnya membatasi pertumbuhan batang dengan daya tahan hidup mencapai 3 tahun. 2. Pohon Terpilih Harus Memiliki Produktifitas Yang Tinggi Untuk mengetahui bahwa pohon induk yang telah dipilih sebagai
sumber
benih
dari
mayang
betina
dengan
memiliki
produktifitas nira yang tinggi antara 20–30 liter/mayang/hari, maka perlu dilakukan penyadapan nira dari mayang jantan pertama atau kedua. Sebab tidak semua mayang jantan yang keluar (9 – 11 mayang) dan tidak semua pohon mengeluarkan nira. Hal ini sangat dipengaruhi oleh proses fisiologi tanaman. Apabila yang disadap mayang jantan pertama atau kedua produksi niranya banyak maka pohon tersebut adalah produktif untuk pohon induk sebagai sumber benih. Pohon yang terpilih sebagai sumber benih dengan produksi nira yang banyak maka tidak dianjurkan untuk proses penyadapan untuk tandan-tandan selanjutnya secara berturut-turut.
Bila
pohon
induk
dilakukan
penyadapan terus menerus (dipaksa) maka akan menghasilkan buah
10
yang kelihatannya utuh tetapi bijinya berkerut bahkan kempes sehingga bila ditanam menghasilkan pohon aren yang tidak baik 3. Pengadaan Bibit Aren a.
Pengumpulan Buah
Buah yang digunakan sebagai sumber benih harus matang, sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4 cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak di bagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik atau dus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit. b. Perkecambahan Benih disemaikan dalam tempat persemaian dengan media campuran pasir dan serbuk gergaji dengan perbandingan 2:1. Untuk mempercepat perkecambahan, tempurung biji dapat digosok dengan kertas pasir (ampelas) di bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan. Benih disiram setiap hari untuk mempertahankan kelembaban yang tinggi sekitar 80 %. c.
Pembibitan Tanaman
aren
memperbanyak
diri
hanya
melalui
biji.
Karenanya, untuk keperluan budidaya dibutuhkan biji. Biji yang dipilih untuk pembibitan tent u harus berkualitas baik dan sudah matang
11
sempurna. Caranya dapat dilakukan dengan sistem pembibitan dari biji yang buahnya dipetik langsung dari pohon yang ditebang. Karena tanaman aren dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji), maka akan diperole h bibit tanaman dalam jumlah besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren secara besar-besaran. d.
Pengadaan Bibit Melalui Persemaian Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan
kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit dengan persemaian. Menurut Pandeli (1978) dalam Robika (2009), dengan diadakannya persemaian akan diperoleh beberapa keuntungan antara lain : 1). Poroduksi bibit berkualitas baik 2). Efisiensi biaya 3). Efisiensi tenaga kerja 4). Kemampuan dan pengetahuan dari pada tenaga kerja dapat terus meningkat
B. Pengadaan Bibit Aren Dengan Sistem Cabutan
Pengadaan bibit dengan sistem cabutan adalah termasuk teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif yang dilakukan dengan cara mengambil atau mencabut jenis anakan yang tumbuh alami dibawah pohon induknya, dan tidak membuang tanah yang ada di sekitar akar anakan tersebut. Sedangkan
12
anakan cabutan tersebut merupakan bibit yang berasal dari biji. Berbiak adalah suatu tanda kehidupan demikian juga dengan pertumbuhan. (Dwidjoseputro, 1983) dalam Robika (2009). Keuntungan dari perbanyakan tanaman dengan sistem cabutan (Priasuk mana dan Jansen Tangketastik, 1986 dikutip Suwarto, 2008) dalam Robika (2009) adalah : 1). Waktu yang dibut uhkan untuk proses persemaian relatif singkat
karena
bibit yang diambil sudah berupa anakan 2). Bibit yang sudah dicabut sudah tertular oleh cendawan
(Micoryza) dari
pohon induknya sehingga anakan tersebut tidak akan kekurangan ektomicoryza. Menurut Smits (1986) dalam Robika (2009) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perbanyakan tanaman dengan cara pembiakan vegetatif dengan menggunakan sistem cabutan yaitu : 1.
Pemilihan Anakan Untuk Bahan Cabutan a. Pengenalan Dan Pemilihan Jenis Tanaman Yang Akan Digunakan Untuk Bibit Cabutan Yaitu : 1). Melihat dan menyamakan bentuk daun anakan dengan pohon induknya. 2). Mencium bau atau aroma daun yang sudah diremas. 3). Kondisi anakan yang ideal sehat tidak teserang hama dan penyakit 4). Melihat dan mengenal ciri-ciri lainnya.
13
b. Menentukan Lokasi Atau Tempat Pengambilan Anakan Untuk Bibit Cabutan. Tempat pengambilan anakan untuk bahan cabutan yaitu dibawah pohon induknya, dengan jarak kurang lebih 10 m dari pohon induknya, hal ini biasanya dilakukan untuk pohon induk yang berada didaerah datar. Sedang kan pada daerah lereng anakan biasanya terkonsentrasi pada lereng bagian bawah pohon induknya. c. Ukuran Anakan Cabutan. Pada umumnya ukuran yang paling cocok untuk dijadikan sebagai kriteria bibit cabutan adalah helai daun (memiliki 2-5 helai daun pada setiap anakan) termasuk pasangan daun pertama dan tingginya kurang lebih 15-20 cm. Tetapi dalam pengambilan anakan yang lebih baik diambil tingginya kurang dari 15 cm dan tidak melebihi dari 60 cm. 2. Teori Pengambilan Anakan Sistem Cabutan a. Kondisi Tempat Dan Waktu Pengambilan Anakan Pada saat pengambilan anakan perlu diperhatikan kondisi tempat dan waktu: 1). Keadaan tanah tempat pengambilan anakan harus lembab,agar pada saat anakan dicabut akarnya tidak rusak 2). Lokasi tidak tergenang air
14
3). Jika pengambilan anakan pada areal yang lereng sebaiknya proses pengambilan dilakukan dari bagian bawah lereng menuju kebagian atas, dengan jarak 10 m dari pohon induknya 4). Waktu yang di gunakan sebaik nya pda pagi atau sore hari b. Cara Mencabut Anakan Adapun cara untuk mencabut anakan yang dijadikan sebagai bahan bibit cabutan: 1). Tanaman anakan dicongkel dengan menggunakan parang, kemudian dicabut satu persatu. 2). Anakan yang dicabut perlu di pegang bagian bawahnya sedekat mungkin dari permukaan tanah, kemudian ditarik lurus searah batangnya. 3). Pencabutan tidak boleh dilakukan dengan cepat atau dipaksa. 4). Pencabutan harus dilakukan secara perlahan-lahan sampai terasa bibit mulai terlepas dari tanah, agar akar samping yang halus tidak putus dan tingkat keberhasilan lebih tinggi. 5). Untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, sebaiknya anakan bibit cabutan yang sudah dicabut langsung ditanam. c. Cara Pengemasan Cara pengemasan dapat
dilakukan sesuai dengan ukuran
anakan bibit cabutan, tetapi secara umum pengemasan bibit sudah diatur rapi searah akar dan daunnya.
15
d. Waktu Penyimpanan Bibit cabutan yang tidak sempat ditanam/disemai dapat disimpan untuk beberapa hari karena sudah dikemas. Penyimpanan harus ditempat ya ng teduh atau ternaung sehingga tidak terjadi penguapan. e. Alat Angkut Dan Waktu Pengangkutan Alat yang digunakan pada saat pengangkutan yaitu tergantung pada jumlah bibit yang akan diangakut, waktu pengangkutan harus diperhitungkan sesuai dengan ketahanan dari jenis bahan cabutan yang akan diangkut. 3. Pembuatan Media Tanam Untuk Bibit Cabutan Media tanam adalah bahan yang digunakan untuk menyemai atau menanam kembali bahan bibit cabutan yang dicabut dari anakan alam dan sudah mendapat perlakuan. Ada beberapa cara yang harus dilakukan dalam pembuatan media tanam untuk penyemaian bibit cabutan ialah : a. Pemilihan Media Tanam Agar pertumbuhan bibit cabutan tumbuh dengan baik, maka media tanam yang digunakan harus memiliki sifat fisik tanah yang baik (subur dan gembur) dan sesuai dengan kondisi tanah yang ada disekitar pohon induknya.
16
b. Pengisian Media Tanam Kedalam Polybag Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian media tanam kedalam polybag : 1). Ukuran polybag harus disesuaikan dengan ukuran bibit cabutan yang akan disemai dan pastikan polybag tersebut telah memiliki lubang dibagian bawahnya sebagai saluran drainase untuk mencegah agar media pembibitan itu tidak tergenang air. 2). Pengisian media tanam tidak terlalu padat dan penuh 3). Bagian atas polybag yang terbuka dilipat selebar 3cm sampai dua kali, agar polybag tidak gampang robek
pada saat di angkat
sesudah diisi tanah. 4). Polybag yang sudah terisi, kemudian diatur kedalam bak semai. 5). Untuk melindungi bibit dari sengatan matahari, bak semai harus dibangun ditempat yang dinaungi pepohonan. c. Penanaman Bahan Bibit Cabutan Setelah pengisian media tanam kedalam polybag selesai, maka langkah
selanjutnya
adalah
penanaman.
Sebelum
me lakukan
penanaman terlebih dahulu membuat lubang tanam, lubang tanam dibuat sesuai dengan panjang akar bibit cabutan dengan menggunakan alat pelubang yang diruncingi (tugal). Setelah pembuatan lubang tanam maka bahan bibit cabutan siap ditanam kedalam media yang sudah disediakan dan telah dibuat lubang tanam.
17
Adapun cara penanamannya adalah sebagai berikut : 1). Menanam bibit cabutan satu persatu sesuai dengan jumlah media yang sudah disiapkan 2). Penanaman bibit cabutan hanya sebatas leher akarnya kedalam lubang tanam 3). Setelah bibit cabutan masuk sempurna kedalam lubang tanam, lubang tanam ditutup kembali sambil ditekan dengan tangan perlahan- lahan agar tanah sekitarnya melekat benar 4). Setelah penanaman selesai bibit harus disiram dengan air sesuai dengan keadaan media tanam.
C. PUPUK 1. Definisi Pupuk Pupuk adalah bahan atau unsur-unsur dalam bentuk senyawa kimia baik dalam bentuk organik, ataupun anorganik yang berguna untuk tanah dan nutrisi tanaman. (Kodri, 2009). Menurut Syarif (1986), yang dimaksud dengan pupuk adalah setiap bahan yang diberikan kedalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan tanaman, sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimiawi, dan hayati dari tanah sesuai tuntutan tanaman.
18
2. Pemupupukan a. Definisi Pemupukan Buchman & Brady (1982), mengemukan bahwa pemupukan adalah satu diantara cara untuk menyuburkan tanah, karena pada tanah yang subur, bibit akan cepat menjadi besar dan sehat. Adapun
definisi
lain
mengenai
pemupukan
yaitu
pengaplikasian bahan atau unsur- unsur kimia organik/anorganik yang ditunjukan atau memperbaikan kondisi kimia tanah dan mengganti kehilangan unsur hara dalam tanah. Serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanaman. (Kodri, 2009). Unsur-unsur penting dan diperlukan dalam jumlah besar oleh tanaman adalah unsur N, P, dan K untuk itu ketiga unsur tersebut merupakan unsur-unsur utama dalam pemupukan (Tisdale & Nelson, 1966) b. Peranan Pemupukan Pada pemupukan di usahakan supaya pemberian pupuk pada tanaman tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit untuk keperluan tersebut, besarnya dosis atau konsentrasi pupuk dapat ditetapkan dengan
jalan
mengadakan
(Subagio & Samad, 1970).
serangkaian
percobaan
pemupukan
19
c. Cara Pemupukan Yang Baik Untuk menghindari kerugian pemupukan, maka pelaksanaan nya harus dilakukan dengan tepat dan dengan dasar pertimbangan yang matang.
Yang harus dipertimbangkan dalam perlakuan
pemupukan tersebut adalah tingkat kesuburan tanahnya, jenis dan umur tanaman, waktu serta dosis pemupukan. (Subagio & Samad, 1970) 3. Kompos a. Pengertian Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikrobamikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. b. Manfaat Pupuk Kompos Bagi Tanah/Tanama n : 1). Meningkatkan kesuburan tanah. 2). Memperbaik i struktur dan karakteristik tanah.
20
3). Meningkatkan kapasitas serap air tanah. 4). Meningkatkan aktifitas mikroba tanah. 5). Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman. 6). Menekan pertumbuhan/serangan penyakit pada tanaman. 7). Meningkatkan retensi/ketersediaan hara didalam tanah. 8). Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).
4. Pupuk Kandang a. Pengertian Menurut Musnamar (2003), pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair (urine). Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat dan kalium saja tetapi karena mengandung hampir semua unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah. b. Manfaat Pupuk Kandang Bagi Tanah Dan Tanaman :
1) Merupakan pupuk lengkap, karena mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman, juga mengandung hara mikro 2) Mempunyai pengaruh susulan, karena pupuk kandang mempunyai pengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi tersedia
21
3) Memperbaiki struktur tanah sehingga aerasi di dalam tanah semakin baik 4) Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air 5) Meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi tanaman 6) Mencegah hilangnya hara (pupuk) dari dalam tanah akibat proses pencucian oleh air hujan atau air irigasi 7) Mengandung hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.
22
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian untuk pengambilan bib it cabutan dari pohon induk 1 (K) berada di Jl. MT Haryono no 34. Rawa Indah, untuk pohon induk 2 (L) berada disekitar persemaian Poltanesa. Jl. Samratulangi Gang Gotong Royong. Sedangkan lokasi penanaman bibit cabutan di persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (POLTANESA). Waktu efektif yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini adalah selama ± 1 Bulan dimulai dari 9 Juni 2010 sampai dengan 9 Juli 2010.
B. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian ini: 1.
Anakan alami aren (Arenga pinnata) sebanyak 42 batang dari kedua pohon induk dengan jumlah pelepah 1 sampai 2 buah helai daun dengan tinggi rata-rata yaitu untuk bibit dari pohon induk 1 (K) ; K1 = 28,94 cm, K2 = 26,24 cm dan K3 = 31, cm yang berasal dari Jl. MT Haryono no. 34 Rawa Indah dan bibit dari pohon induk 2 (L) dengan tinggi rata-rata; L1 = 28,15 cm, L2 = 23,91 cm dan L3 = 26,97 cm yang berasal dari Jl. Samratulangi Gang Gotong Royong.
2.
Polybag berdiameter 30 cm dan tinggi 40 cm sebanyak 42 buah.
3.
Media tanam Top soil sebanyak 14 polybag untuk bibit aren dari pohon induk (K) dan (L).
23
4.
Media tanam Top soil di campur kompos dengan perbandingan 2:1 sebanyak 14 polybag untuk bibit aren dari pohon induk (K) dan (L).
5.
Media tanam Top soil dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 sebanyak 14 polybag untuk bibit aren dari pohon induk (K) dan (L).
6.
Air untuk menyiram bibit cabutan selama penelitian berlangsung.
2. Alat Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah: 1.
Parang untuk membersihkan tempat pencabutan bibit aren, mencongkel (menggali) dan untuk sanitasi (penyiangan)
2.
Meteran untuk mengukur jarak pencabutan bibit dari pohon induknya dan untuk mengukur petumbuhan tinggi.
3.
Termome ter untuk mengukur suhu
4.
Kantong plastik untuk tempat pengemasan bibit cabutan
5.
Kamera untuk dokumentasi
6.
Cangkul untuk persiapan media tanam
dan mencampur media tanah
dengan kompos dan pupuk kandang 7.
Gembor alat untuk menyiram bibit
8.
Tugal untuk membuat lubang tanam pada media tanam
9.
Label plastik sebagai penanda
10. Ayakan untuk pengayakan tanah sebagi media tanam 11. Alat tulis menulis untuk mencatat hasil pengambilan data dilapangan.
24
C. Prosedur Penelitian 1. Tempat Pengambilan Bibit Cabutan (Jl. MT Haryono. No. 34 Rawa Indah Dan Disekitar Wilayah Persemaian Poltanesa Jl. Gotong Royong) a.
Penentuan lokasi/tempat pengambilan bibit
b.
Persiapan alat kemudian dilakukan pencabutan anakan dibawah pohon induk dengan jarak ± 10 meter dari pohon induknya.
c.
Bibit yang dicabut memiliki 1 sampai 2 helai daun dan memiliki akar pendek, sehingga tidak dilakukan perlakuan khusus.
d.
Bibit dikumpulkan dan kemudian dimasukkan
kedalam kantong
plastik dengan cara bagian akar kebawah, selanjutnya diangkut ke persemaian. 2. Tempat Penyemaian Bibit Cabutan (Persemaian) a. Pembuatan tempat penyemaian, yang meliputi pengelolaan media tanam dan pembersihan tempat penelitian. Pengolahan media tanam dilakukan dengan cara : 1) Menghancurkan tanah yang padat menggunakan cangkul 2) Pengayakan tanah 3) Memasukan masing- masing media tanam yang digunakan kedalam 42 polybag untuk bibit aren dari dua pohon induk (K) dan (L) diberi tanda, K1 dan L1 yaitu media tanam Top soil, K2 dan L2 media tanam Top soil dicampur kompos, K3 dan L3 media tanam Top soil dicampur pupuk kandang.
25
4) Polybag yang sudah berisi tanah disiram kemudian diberi lubang menggunakan tugal.
Kedalaman disesuaikan dengan perakaran
anakan, setelah itu anakan kemudian dimasukan kedalam lubang sebatas leher akar dan ditutup dengan tanah secara hati- hati kemudian disiram. 3. Pemeliharaan Bibit Cabutan: a. Penyiraman Kegiatan yang paling utama yang harus dilakukan adalah penyiraman agar tanaman tersebut tidak mati karena kekurang air (kering) dan juga merupakan faktor utama keberhasilan/kegagalan bibit cabutan. Penyiraman dilakukan pada waktu pagi dan sore hari (pada musim kemarau) agar kelembaban tetap terjaga tetapi jika terjadi hujan maka penyiraman tidak dilakukan. Alat yang digunakan untuk menyiram bibit adalah gembor. b. Penyiangan Selain itu penyiangan juga diperlukan agar bibit cabutan tidak terganggu oleh tanaman pengganggu (gulma). Gulma yang tumbuh di media dan disekitar bedengan harus dibersihkan dengan cara dicabut. Pada saat melakukan penyiangan harus hati- hati supaya bibit cabutan tidak ikut tercabut atau rusak.
26
D. Pengamatan Keberhasilan Pengamatan dilakukan 2 kali yaitu Pengamatan awal dan akhir pengamatan . E. Pengolahan Data Menurut Anonim (1992) pertambahan tinggi tiap-tiap tanaman untuk masing- masing perlakuan dihitung dengan memakai rumus: i = m2 – m1 dimana :
i = pertambahan tinggi m1 = pengukuran tinggi diawal pengamatan m2 = pengukuran tinggi diakhir pengamatan
Sehingga persentase pertambahan tinggi tanaman jika dibandingkan dengan tinggi awal tanaman dapat dihitung dengan: i % Tumbuh = — x 100 % m2 dengan :
i = pertambahan tinggi m1 = pengukuran tinggi diawal pengamatan F. Analisa Data
Analisa data dapat dilakukan dengan melihat hasil yang didapatkan dari data yang telah diolah, karena dari keduanya akan dapat diketahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan anakan aren serta faktor- faktor apa saja yang menghambat pertumbuhannya.
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Tempat Penelitian 1. Tempat Pengambilan Bibit Cabutan Aren (Arenga pinnata) Pengambilan benih dilakukan dibawah pohon induk nya dengan radius ± 10 m. Pohon induk 1 (K) berada di Jl.MT Haryono no. 34 Rawa Indah waktu yang digunakan untuk pencabutan bibit aren adalah siang hari dengan suhu 28 °C. Untuk pohon induk 2 (L) di Jl. Samratulangi Gang Gotong Royong, waktu yang digunakan untuk pencabutan bibit aren adalah pagi hari dengan suhu 26 °C. Bibit aren yang dipilih relatif seragam kemudian dibawa ke Persemaian untuk disapih dan dirawat selama pengamatan. 2. Tempat Penyemaian Bibit cabutan Penyapihan bibit aren dilakukan di Persemaian Poltanesa. Dengan menggunakan media tanam Top soil, media tanam Top soil dicampur kompos dan media tanam Top soil dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 dan tempat penelitian berupa bak semai yang telah disiapkan di bedeng sapih.
B. Hasil Penelitian A. Pemilihan Pohon Induk a.1. Pohon Induk 1 (K) Pohon induk (K) dipilih untuk di jadikan sebagai sumber dari bibit aren (Arenga pinnata) sistem cabutan berasal dari Jl. MT Haryono no.34 Rawa Indah dengan kondisi tempat tumbuh di kelerengan gunung, keadaan tanah tempat pencabutan anakan untuk dijadikan bibit cabutan kering, lokasi tidak
28
tergena ng air dan waktu yang digunakan pada siang hari dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 (lampiran 3) a.2. Pohon Induk 2 (L) Pohon induk (L) dipilih untuk di jadikan sebagai sumber dari bibit aren sistem cabutan berasal dari Jl. Samratulangi gang gotong royong dengan kondisi tempat tumbuh datar, keadaan tanah tempat pencabutan anakan untuk dijadikan bibit cabutan lembab, lokasi tidak tergenag air dan waktu yang digunakan pada pagi hari dapat dilihat pada gambar 4 (lampiran 5) Pohon induk 1(K) dan pohon induk 2 (L) yang dipilih sebagai pohon induk karena telah memenuhi kriteria, hal ini sesuai dengan kriteria pohon induk yang dikemukakan oleh Anonim (2009) yang menyatakan bahwa, agar diperoleh keturunan yang baik, benih sebaiknya diambil dari pohon induk yang telah memiliki kriteria antara lain; batang pohon aren harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun, sumber bibit harus pohon yang sudah berbunga baik sistem pembuangan betina maupun sistem pembuangan jantan dan sedang disadap niranya.
Pohon terpilih harus memiliki
produktifitas nira yang tinggi antara 20 – 30 liter/mayang/hari, apabila yang disadap mayang jantan pertama atau kedua produksi niranya banyak maka pohon tersebut adalah produktif untuk pohon induk sebagai sumber bibit. B. Kondisi Awal Anakan Aren Untuk Bahan Bibit Cabutan Kondisi awal bibit alami aren yang dijadikan bahan bibit cabutan memiliki jumlah pelepah antara 1 sampai 2 buah helai daun dengan tinggi rata-rata bibit dari pohon induk 1 (K) = 28,72 cm. Bibit dari pohon induk 2
29
(L) = 26,34 cm. Bibit yang tumbuh alami dibawah pohon induknya sengaja dipilih yang tingginya mendekati seragam untuk setiap anakan yang di jadikan
bahan
bibit
cabutan
dengan
tujuan
untuk
mengetahui
pertumbuhannya. Dengan menggunakan media tanam yang berbeda yaitu media tanam Top soil, media tanam Top soil yang dicampur pupuk kompos dan media tanam Top soil yang dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 C. Hasil Pertumbuhan c.1. Hasil Pengamatan Dari Pohon Induk 1 (K) Pengamatan awal dan akhir pengamatan pertumbuhan bibit aren sistem cabutan dari pohon induk 1 (K) dilaksanakan pada tanggal 9 Juni - 9 Juli 2010. Setelah dilakukan perhitungan dari hasil pengamatan diketahui rata-rata pertambahan tinggi dari masing- masing media tanam yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tinggi Bib it Aren (Arenga pinnata) dari Pohon Induk I (K) Dengan Media Tanam K1 , K2 dan K3 No Anakan
Awal cm 1 27,5 2 37 3 25 4 31 5 28,1 6 29 7 25 Total 202,6 Rata-rata 28,94
K1 Tinggi Akhir cm 29 39,5 27,2 33,8 30 30,7 27 217,2 31,02
ST cm 1,5 2,5 2,2 2,8 1,9 1,7 2 14,6 2,08
Awal cm 27,6 26,1 30 23,5 23 28 25,5 183,7 26,24
K2 Tinggi Akhir cm 30,5 30 33,5 26,7 26,6 30,5 28,9 206,6 29,51
ST cm 2,9 3,9 3,5 3,2 3,5 2,5 3,4 22,9 3,27
Awal cm 32,5 24 28 34 31,5 37 30 217 31
K3 Tinggi Akhir cm 35 27,2 31,5 37,5 34,9 39,5 33,5 239,1 34,15
ST cm 2,5 3,2 3,5 3,5 3,4 2,5 3,5 22,1 3,15
30
Data Primer 2010 Keterangan : Perlakuan
I = Bibit Aren Menggunakan Media Tanam Top Soil, Diberi Tanda K1
Perlakuan II = Bibit Aren Menggunakan Media Tanam Top Soil Yang Dicampur Pupuk Kompos Dengan Perbandingan 2 : 1, Diberi Tanda K2 Perlakuan III = Bibit Aren Menggunakan Media Tanam Top Soil Yang Dicampur Pupuk Kandang Dengan Perbandingan 2 : 1, Diberi Tanda K3 ST = Pertambahan Tinggi (Selisih Tinggi) Antara Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir. c.2. Hasil Pengamatan Bibit Aren Dari Pohon Induk 2 (L) Pengamatan awal dan akhir pengamatan pertumbuhan bibit aren sistem cabutan dari pohon induk 2 (L) dilaksanakan pada tanggal 9 Juni - 9 Juli 2010. Setelah dilakukan perhitungan dari hasil pengamatan diketahui rata-rata pertambahan tinggi dari masing- masing media tanam yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Hasil Pengukuran Tinggi Bibit Aren (Arenga Pinnata) dari Pohon Induk 2 (L) No Anakan 1 2 3 4 5 6 7 Total Rata-rata
Awal cm 32 27,8 27 27,6 29 28,5 25,2 197,1 28,15
L1 Tinggi Akhir cm 34 29,3 29,5 30 31,5 31 27,5 212,8 30,4
ST cm 2 1,5 2,5 2,4 2,5 2,5 2,3 15,7 2,24
Awal cm 25,7 19,1 26 22 21,2 27 26,4 167,4 23,91
L2 Tinggi Akhir cm 29,5 22,8 29,5 25,6 24,5 30,4 30 192,3 27,47
ST cm 3,8 3,7 3,5 3,6 3,3 3,4 3,6 24,9 3,55
L3 Tinggi Awal Akhir cm cm 32,5 35 20,4 23 27,1 30,5 25,2 28,5 31,4 35 27,4 31,5 24,8 28 188,8 211,5 26,97 30,21
ST cm 2,5 2,6 3,4 3,3 3,6 4,1 3,2 22,7 3,24
31
Data Primer 2010 Keterangan : Perlakuan I = Bibit Aren Menggunakan Media Tanam Top Soil, Diberi Tanda L1 Perlakuan II = Bibit Aren Menggunakan Media Tanam Top Soil Yang Dicampur Pupuk Kompos Dengan Perbandingan 2 : 1, Diberi Tanda L2 Perlakuan III = Bibit Aren Menggunakan Media Tanam Top Soil Yang Dicampur Pupuk Kandang Dengan Perbandingan 2 : 1, Diberi Tanda L3 ST = Pertambahan Tinggi (Selisih Tinggi) Antara Pengukuran Awal dan Pengukuran Akhir. Untuk lebih jelasnya hasil pertambahan tinggi (selisih tinggi) bibit aren dari dua pohon induk yang berbeda yang diukur pada akhir pengamatan dengan media tanam yang berbeda di tuangkan dalam gambar seperti terlihat berikut dibawah ini.
Gambar 1. Diagram Pertambahan Tinggi (Selisih Tinggi) Bibit Aren Dari Dua Pohon Induk Berbeda (K dan L) Keterangan : Perlakuan I (K 1 dan L1 ) = Media tanam Top soil Perlakuan II (K 2 dan L2 ) = Media tanam Top sol dicampur pupuk kompos Perlakuan III(K 3 dan L3 ) = Media tanam Top soil dicampur pupuk kandang.
32
C. Pembahasan
Dari data yang tersaji pada Tabel 1 dan 2 di atas, telihat bahwa pertambahan tinggi (selisih tinggi) dari masing- masing kelompok tanam yang telah diamati menunjukan angka yang berbeda, untuk bibit aren dari pohon induk 1 (K) yaitu K1 = 2,08 cm, K2 = 3,27 cm dan K3 = 3,15 cm. Sedangkan bibit aren dari pohon induk 2 (L) yaitu L1 = 2,24 cm, L2 = 3,55 cm dan L3 = 3,24 cm. Jika di lihat dari hasil Perhitungan diketahui bahwa bibit aren yang mengalami pertambahan tinggi lebih besar berasal dari pohon induk 2 (L). Diduga pohon induk 2 (L) telah memenuhi kriteria untuk dijadikan pohon induk, sesuai pernyataan Anonim (2009), agar diperoleh keturunan yang baik, benih sebaiknya diambil dari pohon induk yang memiliki kriteria yaitu batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun, pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina maupun sistem pembungaan jantan dan sedang disadap niranya, pohon terpilih harus memiliki produktifitas tinggi. Pada pengamatan ini waktu yang digunakan adalah ± 1 bulan di persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (POLTANESA) dengan menggunakan media tanam yang berbeda yaitu untuk (K 1 ) dan (L1 ) media tanam Top soil, (K 2 ) dan (L2 ) media tanam Top soil dicampur pupuk kompos, (K 3 ) dan (L3 ) media tanam Top soil dicampur pupuk kandang. Dari masing- masing media tanam yang digunakan terdapat perbedaan pertambahan tinggi bibit aren, untuk pertambahan tinggi yang lebih besar berada pada media tanam Top soil di campur pupuk kompos yaitu (K 2 ) dan (L2 ) dengan perbandingan 2 : 1 seperti terlihat pada gambar 1
33
Diduga pupuk kompos yang diberikan memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh bibit untuk pertumbuhannya baik unsur hara makro maupun mikro. Hal ini sejalan dengan pendapat Anonim (2008) yang menyatakan bahwa pupuk kompos mengandung unsur hara makro dan mikro (NPK, MgSCa + Micro Element) yang sangat diperlukan semua tanaman.
Keadaan tanah pertanian
Indonesia yang secara umum telah mengalami kejenuhan akan unsur pupuk kimiawi, selain memiliki masalah struktur tampak adanya pengerasan tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, masalah lain yang perlu diperhatikan di Indonesia adalah adanya indikasi proses pemiskinan atau pengurangan kandungan 10 jenis unsur hara. Pemiskinan unsur hara meliputi unsur hara makro sekunder – Ca, S dan Mg (3 unsur) serta unsur hara mikro seperti Fe, Na, Zn, Cu, Mn, B dan Cl (7 jenis unsur). Seperti diketahui saat ini dari sekian banyak unsur yang ada didalam tanah dan alam, semua jenis tanaman memerlukan secara mutlak (harus tersedia/tidak boleh tidak) 13 unsur hara untuk keperluan proses pertumbuhan dan perkembangannya.
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan pertumbuhan bibit aren (Arenga pinnata) maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut : 1. Pertumbuhan bibit aren yang berasal dari dua pohon induk berbeda menunjukan pertambahan tinggi (selisih tinggi) yaitu bibit aren yang berasal dari pohon induk 1 (K) : K1 =2,08 cm, K2 =3,27 cm, K3 =3,15 cm dan bibit aren dari pohon induk 2 (L) : L1 =2,24 cm, L2 =3,55 cm, L3 =3,24 cm. Bibit aren dari pohon induk 2 (L) menujukan pertambahan yang lebih tinggi di duga pohon induk 2 (L) telah memenuhi kriteria untuk di jadikan pohon induk. 2. Pada fase penyapihan bibit aren, penggunaan media Top soil di campur pupuk kompos sebagai media tanam menunjukan pertumbuhan yang lebih baik di bandingkan dengan penggunaan media tanam Top soil di campur pupuk kandang dan media tanam Top soil.
B. Saran Adapun saran-saran sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Anakan alami aren sebagai sumber benih sebaiknya diambil dari pohon yang telah memenuhi kriteria untuk dijadikan pohon induk
35
2. Perlu perawatan dan penyapihan anakan alami aren yang ada di bawah pohon induk, agar anakan tersebut tidak mati percuma secara alami karena kalah persaingan penyerapan unsur hara dengan tumbuhan lain. 3. Untuk pengamatan pertumbuhan bibit aren sistem cabutan dari dua induk berbeda perlu penambahan waktu penelitian agar pertumbuhannya dapat lebih diketahui.
36
Lampiran 1. Daftar Jumlah Pertambahan Tinggi Anakan Aren Sistem Cabutan Dengan Perlakuan K1, K2 dan K3 Selama Periode Pengamatan JUMLAH PERTAMBAHAN TINGGI ANAKAN AREN PENAGAMATAN I PENGAMATAN II PENGAMATAN III KODE Tgl 9 Juni 2010 Tgl 9 Juli 2010 Tgl 24 Juli 2010 Tinggi (cm) Tinggi (cm) Tinggi (cm) K1n1 27,5 28,5 29 K1n2 37 38,3 39,5 25 27,2 K1n3 26,5 K1n4 31 32,5 33,8 28,1 30 K1n5 29,2 K1n6 29 30 30,7 25 27 K1n7 26,2 K2n1 27,6 29,4 30,5 26,1 30 K2n2 28,8 K2n3 30 32,4 33,5 23,5 26,7 K2n4 25,5 K2n5 23 25 26,5 28 30,5 K2n6 29,8 K2n7 25,5 27,4 28,9 K3n1 32,5 34,1 35 24 27,2 K3n2 26,5 K3n3 28 30,5 31,5 34 37,5 K3n4 36,8 K3n5 31,5 33,5 34,9 K3n6 37 29,3 39,5 30 33,5 K3n7 32,2 Total
603,3
632,4
662,9
Rataan
28,73
30,11
31,56
37
Lampiran 2. Daftar Jumlah Pertambahan Tinggi Anakan Aren Sistem Cabutan Dengan Perlakuan L1, L2 dan L3 Selama Periode Pengamatan JUMLAH PERTAMBAHAN TINGGI ANAKAN AREN PENGAMATAN III KODE PENAGAMATAN I PENGAMATAN II Tgl 9 Juni 2010 Tgl 9 Juli 2010 Tgl 24 Juli 2010 Tinggi (cm) Tinggi (cm) Tinggi (cm) L1n1 32 33,4 34 L1n2 27,8 28,5 29,3 L1n3 27 28,7 29,5 L1n4 27,6 28,5 29 L1n5 29 30,3 31,5 L1n6 28,5 29,7 30,9 L1n7 25,2 26,1 27,5 L1n8 23 24,3 25,2 L2n1 25,7 27,2 29,5 L2n2 19,1 21 22,8 L2n3 26 27,1 29,5 L2n4 22 24,4 25,6 L2n5 21,2 23,7 24,5 L2n6 27 29,1 30,4 L2n7 26,4 28,9 30 L2n8 26 28,5 29,3 L3n1 32,5 32,4 35 L3n2 20,4 22,7 23 L3n3 27,1 29,2 30,5 L3n4 25,2 27,1 28,5 L3n5 31,4 33,5 35 L3n6 27,4 29,6 31,5 L3n7 24,8 26,9 28 L3n8 28,5 30,8 32,3 Total
630,8
671,6
702,3
Rataan
26,28
27,98
29,26
38
39
40