BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri pariw isata di Kota Yogyakarta dewasa ini sangatlah berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan makin banyaknya hotel yang dibangun di Kota Yogyakarta disertai makin meningkatnya animo pariwisata untuk datang berlibur di kota pelajar ini. Faktor Yogyakarta sebagai kota yang kental dengan nilai-nilai budaya serta faktor kein dahan alam kota Yogya tidak bisa dipungkiri menjadi faktor utama para wisatawan lokal maupun luar internasional untuk berkunjung ke Yogyakarta. Semakin bervariasinya objek -objek wisata yang ada dikota ini semakin memanjakan para wisatawan untuk datang kemb ali ke kota gudeg ini. Dari w isata budaya dan sejarah seperti keratin Yogyakarta, Candi Prambanan, Candi Borobudor, serta museum -museum yang ada di kota ini. Sarana hiburan masyarakat Indonesia dewasa ini pada umumnya dan generasi muda pada khusunya jarang sekali menggunakan museum sebagai sarana multiguna yang sarat nilai-nilai sejarah, pendidikan(edukasi) serta hiburan. M asyarakat kita memiliki kecenderungan lebih tertarik mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan, bioskop, taman hiburan, serta restoran atau café sebagai tempat untuk sekedar berkumpul pada akhir pekan. Sudah jarang ditemui masyarakat yang memilih tempat-tempat bersejarah maupun bangunan budaya sebagai alternatif hiburan di akhir pekan maupun saat liburan keluarga. Hal ini sangat
1
disayangkan
karena
tempat-tempat
bersejarah(museum)
sesungguhnya
menyimpan banyak potensi yang masih sangat dimanfaatkan secara maksimal. M useum sejatinya tidak hanya menawarkan edukasi atau pendidikan semata namun dapat juga memberi banyak pelajaran berharga dari masa lampau yang bisa menjadi pembelajaran kita dimasa kini supaya dapat melangkah lebih baik. Selain itu museum juga dapat banyak memberikan gagasan atau usulan akan sebuah konsep masa depan yang lebih baik dan terarah tanpa kita melupakan identitas. Tidak dapat dipungkiri didalam masyarakat Indonesia museum masih merupakan suatu tempat yang membosankan, serta merupakan bangunan tua yang kumuh yang dipenuhi oleh barang-barang yang berdebu dan tidak terawat. M asyarakat sudah cukup lama terdoktrinasi bahwa museum adalah tempat pilihan terakhir untuk dikunjungi. Bisa dikatakan jarang sekali orang menempatkan museum dalam daftar urutan pertama tempat yang harus dikunjungi. Seperti yang diungkapkan oleh
KRT
Thomas Haryonagoro, “Kesan museum
didalam
masyarakat saat ini adalah tidak atraktif, tidak aspiratif, tidak menghibur serta pengelolaan seadanya.” Ia pun menambahkan bahwasanya kondisi sumberdaya manusia di museum cukup memprihatinkan, Educator (programmer) kurang professional, kehumasan (public relations) dirasa lemah dan kurang aktif serta museum itu sendiri cenderung stagnan. Kondisi ini diperparah dengan iklim pariwisata kita atau penyelenggara pariwisata kita kurang berpihak kepada museum, mereka cenderung berpihak kepada pelaku pariwisata yang lebih bersifat komersil dan museum belum dinilai sebagai destinasi yang potensial. Sehingga semestinya pengelola museum kedepannya harus lebih berupaya bagaimana 2
menjadikan museum sebagai “rumah” pikiran-pikiran yang tetap hidup daripada sekedar “kuburan” barang rongsokan. Hanya dengan demikian museum dapat menjadi tempat belajar dan pencerahan bagi manusia sekaligus tempat yang menyenangkan. Yogyakarta sebagai kota yang kental dengan nilai budaya memiliki beberapa ragam museum yang dapat kita nikmati apabila kita ingin mengenal lebih mengenai budaya tempo dulu beserta peninggalam -peninggalannya. Salah satu museum di kota Yogyakarta yang memiliki nilai-nilai budayanya adalah M useum Wayang Kekayon. M useum yang didirikan pada tanggal 23 Juli 1990 oleh Soedjono Prawirohadikusumo seorang dokter spesialis kesehatan jiwa. Di dalam museum ini terdapat sejumlah replika yang menguraikan sejarah Indonesia sejak zaman purba hingga era proklamasi kemerdekaan, hal ini tentu jarang kita saksikan, apalagi rekaman yang mencakup sejarah kesenian wayang dari abad 6 hingga abad 20. Namun yang menjadi permasalahan dari museum ini adalah keberadaan M useum Wayang Kekayon yang sudah lama berdiri masih belum banyak dikenal oleh masyarakat baik masyarakat lokal maupun non lokal. M useum Wayang Kekayon dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul merupakan bagian dari pemerintahan Kabupaten yang fokus dalam menangani kebudayaan dan pariwisata yang ada di Kabupaten Bantul. Sehubungan dengan keberadaan M useum Wayang Kekayon, menunjukkan bahwa kunjungan ke M useum Wayang Kekayon selama ini belum seramai seperti museum lainnya yang ada di Y ogykarta, seperti M useum Puro Pakualaman, 3
Kraton Yogyakarta, M useum Lukis Affandi dan lain-lain. Rata rata perhari jika tidak pada musim liburan jum lah pengunjung sekitar 8 orang, namun tak jarang tempat tersebut sepi tanpa pengnjung. Bahkan dim usim liburan tempat ini juga masih terasa sepi tidak seperti tempat-tempat lain yang ada di kota ini, sehingga dapat dibilang jumlah pengunjung dari Yogyakarta sendiri hingga kini masih sangat minim apalagi pengunjung yang berasal dari luar Yogyakarta. Kondisi ini masih ditambah dengan masyarakat umum kurang menyadari arti akan pentingnya keberadaan suatu museum yang memamerkan benda -benda yang bersejarah. M ereka hanya menganggap museum adalah tempat penyimpanan benda-benda kuno yang kurang menarik untuk dikunjungi. M asyarakat umumnya lebih tertarik untuk mengunjungi tempat hiburan dari pada berkunjung ke museum. M ereka mengunjungi tempat-tempat yang sekiranya dapat menghibur mereka beserta keluarganya maupun bersama teman. Dengan adanya fenomena ini keberadaan museum lambat laun akan tersisihkan apabila perilaku masyarakat tidak dapat diubah. Perkembangan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat saat ini telah banyak berpengaruh dalam pandangan tentang sebuah museum. Untuk mengantisipasi kondisi diatas, perlu strategi komunikasi yang tepat untuk menarik minat masyarakat mengunjungi M useum Wayang Kekayon yang tepatnya terletak di Jl. Wonosari km 7 No. 277 Bantul Yogyakarta
dengan memilih media
komunikasi yang tepat dan efisien. M useum Wayang Kekayon saat ini kepemimpinannya sudah beralih pada generasi yang kedua, yang tentunya mempunyai tanggungjawab besar dalam menjadikan museum ini lebih banyak dikenal lagi oleh masyarakat luas, sehingga 4
diharapkan semua strategi komunikasi yang dilakukan oleh museum ini tepat dan efisien dalam memperkenalkan pada masyarakat. Apabila masyarakat telah menyadari tentang fungsi dan peran museum yang tidak hanya sebagai tempat penyimpanan benda-benda kuno, maka sekiranya akan banyak orang yang lebih tertarik untuk mengunjungi dan lebih peduli dengan keberadaan sebuah museum. Sehingga masyarakat dapat memiliki pemikiran bahwa museum merupakan pusat industri budaya, tempat kontemplasi yang dapat menginspirasi munculnya karya kreatif anak bangsa. Selain itu museum bisa menjadi bagian dari industri kreatif. Untuk dapat mencapai realita s seperti itu kami rasa diperlukan munculnya sebuah new brand sebuah inisiatif yang bertujuan pada peningkatan
awareness
masyarakat terhadap museum. Bagaimana mengemas potensi museum secara menarik, atraktif dan up to date serta menelisik segala hal yang ada didalam museum dapat dipelajari dan diambil nilai-nilai positifnya bagi kehidupan masa kini maka positioning museum dapat dijadikan inspirator dan motivator bagi masyarakat untuk mengambil hal-hal yang bernilai dari masa lalu sehingga dapat bermanfaat dimasa kini (Yurnaldi, 2010). Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai strategi komunikasi museum wayang kekayon dalam memperkenalkan keberadaan museum kepada masyarakat umum.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan, yaitu: “Bagaimana strategi komunikasi museum wayang kekayon dalam memperkenalkan keberadaan museum kepada masyarakat umum ?”
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan mengetah ui bagaimana strategi komunikasi museum wayang kekayon dalam memperkenalkan keberadaan museum kepada masyarakat umum .
D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan dan memperluas pengetahuan peneliti serta lebih memahami pengetahuan di bidang strategi komunikasi M useum Wayang Kekayon. 2. Untuk memberikan pertimbangan dan masukan bagi manajemen M useum Wayang Kekayon untuk menarik minat pengunjung dan meningkatkan strategi komunikasi yang telah digunakan. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian ilm iah atas salah satu potensi w isata yang ada di Kabupaten Bantul dan sebagai masukan bagi Pemerintah
Kabupaten
Bantul,
khususnya
Dinas
Kebudayaan
dan
Pariwisata Kabupaten Bantul untuk menetapkan kebijakan dan menyusun program kegiatan dalam pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Bantul khususnya dalam hal promosi pariw isata di kabupaten tersebut. 6
E. Kerangka Teori 1. Komunikasi Komunikasi merupakan proses penyampaian simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Rangsangan atau stimulus yang disampaikan komunikator akan mendapat respon dari komunikan selama keduannya memiliki mana yang sama terhadap pesan yang disampaik an Jika disimpulkan
maka
komunikasi
adalah
suatu
proses,
pembentukan,
penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam seseorang dan atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu sebagaimana diharapkan oleh komunikator (Effendy, 2003). Komunikasi akan terjadi bila telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Artinya, komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
2. Strategi Komunikasi Dalam konteks komunikasi, strategi diperlukan untuk mendukung kekuatan pesan agar mampu mengungguli semua kekuatan yang ada untuk menciptakan efektivitas komunikasi (Arifin, 1984:59). Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai degan harapan para pesertanya (orang‐orang yang terlibat dalam proses komunikasi) (M ulyana, 2003:24). Sedangkan Gudykunst menggunakan istilah komunikasi efektif
7
untuk merujuk pada process of minim izing missunderstanding (Griffin, 2003:423). Strategi komunikasi
komunikasi
(communication
merupakan planning)
paduan dan
dari
manajemen
perencanaan komunikasi
(communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang menurut Effendy, terdiri dari tiga hal utama : to secure understanding, to establish acceptance, and to m otive actions (Effendy, 2003:32). Pertama adalah memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya (to secure understanding). Andaikan komunikan telah mengerti dan menerima, maka penerimaannya harus dibina (to establish acceptance), dan pada
akhirya
kegiatan
dimotivasikan
(to
motive
actions).
Strategi
komunikasi ini selanjutnya juga harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalisasinya secara praktis yang harus dilakukan, dala m arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda‐beda tergantung situasi dan kondisi yang didapati di lapangan (Effendy, 2003:29). Dari pandangan tersebut, terlihat bahwa langkah awal dalam menerapkan sebuah strategi komunikasi adalah menyusun perencanaan komunikasi.
Ada
beberapa
pinsip
yang
perlu
diperhatikan
dalam
merencanakan komunikasi, yakni : a. Rencana merupakan patokan bersama sehingga harus mencerminkan aspirasi bersama (bukan keputusan perorangan).
8
b. Implementasi rencana biasanya melibatkan masyarakat, oleh karena itu penting sekali untuk mendengarkan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat (bottom up) dan bersifat partisipatif. c. Rencana yang disusun harus bersifat fleksibel, tidak kaku, sehingga memudahkan ketika terjadi perubahan dan penyesuaian. d. Rencana komunikasi harus disusun secara jelas dan konkrit. D i dalamnya harus mengandung what to do dan how to do yang jelas dan pasti agar tidak menimbulkan penafsiran yang bermacammacam
yang akan
membingungkan pelaksanaannya. Di samping itu, dalam merumuskan strategi komunikasi ada lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu: mengenal khalayak, penyusunan pesan, penetapan metode, pemilihan media, dan peranan komunikator (Arifin,
1984:59-78).
Sejalan
dengan
pendapat
tersebut,
maka
langkah‐langkah dalam perencanaan komunikasi meliputi: pengumpulan data base line dan need assesment, merumuskan tujuan komunikasi, analisis perencanaan dan pengembangan strategi, analisis dan segmentasi khalayak, pemilihan media, mendesain dan mengembangkan pesan, perencanaan pengelolaan pelaksanaan program dan melaksanakan pelatihan keterampilan pada komunikator (Sayoga, 2002). Strategi pada
hakikatnya
adalah perencanaan
(planning)
dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan.Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
9
hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya (Effendy, 2003:300). Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan paduan dan perencanaan
komunikasi
(comm unication
planning)
dan
manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk
mencapai
tujuan
tersebut
strategi
komunikasi
harus
dapat
menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. Strategi komunikasi merupakan penentu berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif. Dengan demikian, strategi kom unikasi, baik secara makro (plammed multi-media strategi) maupun secara m ikro (single communication medium strategi) mempunyai fungsi ganda (Effendy, 2003:300): a. M enyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal. b. M enjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.
10
3. Strategi Komunikasi Museum Wayang Kekayon Saat ini, tidak ada lagi masyarakat umum, yang ada hanyalah target audiens, konstituen-konstituen utama, dan siapa yang ingin dipengaruhi, yang ditentukan melalui pendidikan, pemasukan dan aktivitas mereka. M elalui pemilihan yang lebih terfokus ini akan me mpunyai pengaruh yang lebih kuat daripada sebelumnya. Barang-barang elektronik baru, wireless, dan komunikasi online telah menunjukkan pada kita berbagai startegi baru yang perlu dipertimbangkan, yang membuat proses komun ikasi lebih menantang. Rancangan komunikasi strategis adalah implementasi dari strategi yang bertujuan untuk membantu organisasi mencapai tujuan mereka yang telah terprogram sebelumnya (Patterson & Radtke, 2009:1). Hal ini sejalan denganrancangan komunikasi strategis organisasi dan dibang un untuk sebuah misi, visi, program tujuan dan capaian, dan rancangan bisnis dari organisasi. Selain itu proses perancangan komunikasi juga menetapkan capaian yang dapat diukur. Komunikasi dapat dikatakan strategis apabila terintegrasi, teratur, dan berjalan dengan baik. Komunikasi strategis bertugas untuk
mempersuasi,
menggerakkan
dan
meyakinkan
audiens
serta
konstituen utama untuk membantu organisansi (M useum Wayang Kekayon) untuk mencapai misinya. Strategi dapat didefinisikan sebagai penentuan tujuan dan sasaran usaha jangka panjang, dan adopsi upaya pelaksanaan dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Robbins dalam Cutlip, 2006: 353). Sehingga dapat dikatakan bahwa strategi adalah bagian 11
terpadu dari suatu rencana yang menjadi bagian dalam sebuah perencanaan jangka panjang suatu bidang tertentu dengan maksud dan tujuan yang spesifik. \Strategi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi dalam memperkenalkan M useum Kekayon pada masyarakat luas. Komunikasi merupakan salah satu hal yang tidak pemah Input dari kehidupan
manusia
dalam
menjalankan
makhluk sosial, dimana pengertian dari
hakikatuya
sebagai
komunikasi itu sendiri
adalah
suatu proses penyampaian informasi (pesan, gagasan, ide) dari satu pihak ke
pihak
lainnya agar
terjadi saling
Berdasarkan pengertian itulah instansi
atau lembaga
dan
mempengaruhi satu
komunikasi juga dilakukan perusahaan
keijanya masing-masing guna
sama
lain.
oleh suatu
dalam menjalankan program
mencapai tujuan
dari pesan yang
disampaikan. M enurut paradigma Lasswel (dalam Effendy, 2003:10) komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek Komunikasi juga dapat dinyatakan sebagai kegiatan komunikasi yang
bertujuan untuk menyampaikan pesan dengan menghasilkan tiga
tahap perubahan, yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki. Perubahan pengetahuan adalah tahapan paling awal
dari
sebuah proses komunikasi yang termasuk ke
dalam efek kognitif yaitu tahapan awareness (kesadaran) akan keberadaan suatu hal. Komunikasi adalah kegiatan yang
menggunakan teknik-teknik 12
komunikasi yang bertujuan memberi informasi pada masyarakat agar tujuan yang diinginkan tercapai, yaitu teljadinya peningkatan pendapatan atas penggunaan jasa
atau pembelian produk yang ditawarkan. Dengan
dilakukannya komunikasi
ini
maka khayalak sebagai sasaran sebuah
perusahaan tersebut mengetahui kebijakan apa saja yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan atau instansi pada umumnya memiliki strategi-strategi khusus dalam memasarkan program kerja yang berhubungan dengan produk atau jasa yang ditawarkan dikarenakan persaingan bisnis yang semakin hari semakin ketat. M useum Wayang Kekayon sebagai kekayaan budaya daerah yang terletak di Bantul Yogyakarta memiliki keunggulan tersendiri dibanding museum -museum lainnya yang ada di wilayah Bantul. Selama ini M useum Wayang Kekayon, Bantul Yogyakarta dalam menjalankan strategi komunikasinya berjalan dengan seadanya, tanpa adanya strategi-strategi yang menjadikan museum ini terkenal dan menjadi tujuan wisata para pengunjung yang berdatang di daerah ini. Jika museum ini mampu mengkomunikasikan keberadaannya de ngan baik oleh khalayak umum boleh jadi museum ini menjadi salah satu obyek yang akan dikunjungi oleh wisatawan yang datang. Dengan demikian, museum ini menjadi terkenal dan dampaknya akan menumbuhkan ekonomi masyarakat sekitar dan mampu menunjang peningka tan pendapatan daerah di wilayah Bantul.
13
Terkait dengan strategi komunikasi, M useum Wayang Kekayon menerapkan bentuk komunikasinya adalah sebagai berikut : a. Advertising (periklanan) melalui brosur-brosur, dan media cetak seperti koran kedaulatan rakyat, koran tribun b. Internet yaitu dengan menggunakan internet c. Komunikasi dengan getok tular (word of moud) atau dari mulut ke mulut
F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksploratif dengan pendekatan konstruktivis. Tipe penelitian eksploratif bertujuan untuk menggali data, tanpa mengoperasionalisasi konsep atau menguji konsep pada realitas yang diteliti (Kriyantono, 2007:68). Dalam penelitian tentang M useum Wayang Kekayon, peneliti harus terjun langsung ke lapangan untuk menggali sedalam -dalamnya apa yang menyebabkan penurunan jumlah pengunjung sementara terjadi peningkatan di sektor fasilitas pendukung dan koleksi serta menemukan (mengkonstruksikan) strategi apa yang paling tepat dan efektif dalam meningkatkan jumlah pengunjung M useum Wayang Kekayon. M etode riset yang dipakai pada penelitian ini adalah Studi Kasus. M enurut M ulyana (2004:201), studi kasus adalah uraian dan penjelasa n komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau situasi sosial. Dalam kasus M useum Wayang Kekayon, metode studi kasus sesuai digunakan karena masalah yang ada melibatkan banyak faktor. M asalah yang ada tidak hanya disebabkan dari satu segi 14
saja seperti sarana atau fasilitas yang ada, tapi juga berkaitan dengan hal-hal lainnya, seperti strategi komunikasi yang dilakukan, kultur masyarakat yang ada, dukungan dari pemerintah, dan lain-lain, sehingga diperlukan sesuatu yang bersifat komprehensif. Selain itu studi kasus dipakai karena penulis tidak memiliki banyak peluang untuk mengontrol hal-hal yang akan dilakukan oleh M useum
Wayang Kekayon. Ditambah lagi fenomena
kebangkitan dunia
pariwisata dan hiburan saat ini menjadikan kasus ini menjadik suatu hal yang kontemporer. Lebih jauh, studi kasus dipakai karena kasus M useum Wayang Kekayon
ini unik dan belum muncul teori yang bisa menjelaskan. M aka pola
pikir yang dipakai adalah bukan membuktikan teori, tetapi mencoba menteorikan atau menjelaskan fenomena yang unik dan belum bisa dijelaskan 1. Lokasi Penelitian Pada penelitian ini, peneliti akan mengambil lokasi penelitian di M useum Wayang Kekayon, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Alasan peneliti menjadikan obyek M useum Wayang Kekayon sebagai lokasi penelitian adalah : a. M useum Wayang Kekayon merupakan salah objek kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Bantul jika dikelola dengan baik akan menjadi potensi pariwisata dan yang akan meningkatkan citra daerah dan menumbuhkan pendapatan daerah. b. Keberadaan museum yang belum mampu menunjukkan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik. Kondisi sumberdaya manusia di museum pun memprihatinkan. Ditambah lagi dengan adanya paket 15
wisata
yang
jarang
mengarahkan
w isatawan
untuk
berkunjung
ke museum karena dianggap belum menjadi destinasi yang potensial.
2. Objek Penelitian Objek dalam
penelitian ini yaitu strategi komunikasi yang
dilakukan oleh M useum Wayang Kekayon Kabupaten Bantul Yogyakarta.
3. Sumber Data Dalam penelitian ini pengum pulan informasi diperoleh dari pihak pihak yang ditunjuk untuk memberikan informasi mengenai latar belakang dan keadaan yang sebenarnya dari obyek yang akan diteliti, sehingga data yang dihasilkan akurat. Informan penelitian ya ng dipilih pada penelitian ini menggunakan teknik purposive, yang mana informan penelitian dipilih secara sengaja oleh peneliti berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. a. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian perorangan, kelompok dan organisasi (Ruslan, 2003:29). Data primer yang akan didapatkan oleh peneliti dari hasil interview (wawancara) dengan narasumber yang berhubungan dengan strategi komunikasi oleh M useum Wayang Kekayon. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pengelola dari M useum Wayang Kekayon, Bantul Yogyakarta.
16
b. Data sekunder Data Sekunder (data tangan kedua) adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang tercatat dalam arsip (data documenter) baik yang
dipublikasikan
ataupun
tidak.
(Indriantoro
dan
Supomo,
2002:146-147). Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, arsip-arsip yang akan digunakan untuk mendukung penelitian ini. Data sekunder dapat berupa foto, brosur, dan dokumendokumen lainnya yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh M useum Wayang Kekayon dalam menarik minat pengunjung. Sumber data tersebut pada penelitian yang menggunakan metode kualitatif deskriptif, peneliti dapat mengklarifik asikan sumber data tersebut diantaranya dengan melakukan pengamatan secara mendalam, melakukan wawancara (interview) dengan pihak-pihak yang terkait atau yang ingin digali informasinya, dan melalui dokumen dokumen, laporan-laporan yang telah tersedia pada perusahaan, dan sebagainya.
17
4. Teknik pengumpulan data a. Interview atau wawancara M enurut (Poerwandari, 2007) mengungkapkan wawancara adalah percakapan dan proses tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna -makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang
tidak
pengumpulan
dapat data
dilakukan yang
melalui
akan
pendekatan
dilakukan
dengan
lain.
Teknik
mengadakan
wawancara secara langsung dan mendalam kepada narasumber dengan menggunakan interview guide sebagai panduan dalam pelaksanaan wawancara. Berikut rincian interview guide yang menjadi masukan dalam penyusunan skripsi ini : 1) Profil M useum Wayang Kekayon, Bantul Yogyakarta 2) Pelaksanaan strategi komunikasi M useum Wayang Kekayon, Bantul Yogyakarta b. Dokumentasi Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. M enurut Arikunto (2006:132), teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, 18
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”. M etode dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang telah tersedia dalam bentuk arsip atau buku yang mendukung penelitian. Dalam
metode
dokumentasi ini, peneliti
melakukan pencarian dan mengkaji secara langsung dokumen yang sudah ada dalam bentuk arsip maupum buku misalnya: buku inventaris, surat tugas, sejarah, buku harian dan informasi-informasi tercatat dalam bentuk lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis data deskriptif
karena
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendeskripsikan
pelaksanaan strategi komunikasi pada M useum Wayang Kekayon, Bantul Yogyakarta dalam upaya untuk menarik minat pengunjung. M etode analisis
deskriptif
adalah
suatu
analisis
yang
mendeskripsikan
(menggambarkan) data-data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang suda h dirumuskan baik berupa kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung akibat yang sedang terjadi, kecenderungan yang tengah berkembang. Bodgan dalam Sugiyono (2009:244) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, 19
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
20