I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Buah tanaman vanili digunakan untuk bahan pengharum makanan, gula-gula, ice cream, minuman dan obat-obatan. Bentuk produk yang dijual petani pada umumnya berbentuk polong basah, sedangkan yang dijual oleh eksportir ke pasaran internasional berbentuk polong kering. Tanaman panili dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan vegetatif dengan setek, karena perbanyakan dengan biji memerlukan waktu untuk berbunga lebih lama, maka perbanyakan panili untuk komersial dilakukan dengan cara setek. Kebutuhan bibit/setek panili per tahun sekitar 16 juta bibit, sehingga diperlukan kebun induk yang sangat luas (Sukarman, 2011). Permasalahan yang dihadapi dalam perluasan tanaman panili di Indonesia adalah terbatasnya ketersediaan bahan setek sebagai sumber bibit sehingga menjadi faktor penghambat dalam perluasan lahan. Keterbatasan tersebut disebabkan karena perbanyakan tanaman panili pada umumnya masih menggunakan setek panjang. Rosman dan Tasma (1988) menyatakan, petani umumnya menanam bibit sepanjang 1 meter yang terdiri dari 8 – 10 buku tanpa melalui pembibitan. Hal ini dianggap kurang ekonomis dalam penggunaan bahan tanaman terutama untuk daerah pengembangan dengan bahan tanaman yang terbatas. Dalam hal ini, penggunaan setek pendek satu buku diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Setek pendek 1-3 buku dapat digunakan untuk
1
2
perbanyakan tanaman secara vegetatif (Dwiwarni, 1998). Setiap buku dari setek panili mempunyai potensi mengeluarkan akar dan tunas, sehingga dengan potensi tersebut memungkinkan panili dapat diperbanyak dengan setek satu buku. Namun dalam penggunaan setek pendek panili masalah yang dihadapi adalah cadangan makanan yang relatif sedikit yang dapat mengakibatkan pertumbuhan setek akan kurang baik. Alternatif yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah pemotongan pucuk bahan setek. Perlakuan ini bertujuan agar bahan pembangun seperti karbohidrat, asam-asam amino, vitamin dan zat pengatur tumbuh terakumulasi pada bahan setek yang akan ditanam, sehingga daya tumbuh setek akan lebih baik. Selain itu pemotongan pucuk bahan setek panili juga akan merangsang mata tunas samping untuk tumbuh atau sering disebut tunas lateral. Tanpa pemotongan pucuk pertumbuhan tunas lateral akan terhambat hal ini disebabkan auksin yang didistribusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral sehingga membuat konsentrasi auksin tinggi serta menghambat pertumbuhan tunas lateral. Perlakuan berbagai waktu pemotongan pucuk bahan setek yaitu pucuk dipotong pada saat penanaman, pucuk dipotong 4 hari sebelum penanaman dan pucuk dipotong 8 hari sebelum penanaman dilakukan untuk mengetahui perbedaan masingmasing perlakuan, perbedaan lama waktu pemotongan akan mempengaruhi jumlah assimilat yang tertimbun pada bahan setek sehingga pada saat percobaan pembibitan bahan setek tersebut akan menunjukan hasil yang berbeda. Pada perlakuan pucuk
3
dipotong 8 hari sebelum penanaman diharapkan belum tumbuhnya tunas pada bahan setek sehingga bahan setek masih dapat digunakan. Dalam pertumbuhan setek, akar mempunyai peran yang sangat penting karena selain berfungsi menyerap air dan hara dari dalam tanah juga sebagai alat pernafasan (Dirdjopranoto, 1970). Upaya dalam merangsang pertumbuhan akar dengan lebih cepat pada setek pendek maka sangat diperlukan usaha untuk memulai pertumbuhan setek, walaupun setek relatif mudah mengeluarkan akar namun perlakuan dengan ZPT tetap dibutuhkan dalam mempercepat proses fisiologis yang memungkinkan tersedianya bahan pembentuk akar serta memperoleh keseragaman dalam perkembangan sistem perakaran. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), penggunaan zat pengatur tumbuh bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dan tunas setek. Perakaran yang dihasilkan dengan menggunakan zat pengatur tumbuh biasanya lebih baik dari pada setek tanpa pemberian zat pengatur tumbuh. Rootone F adalah zat pengatur tumbuh tanaman tergolong auksin yang berfungsi sebagai stimulator pembelahan sel, sehingga memungkinkan sistem perakaran yang lebih baik pada setek (Weaver, 1972). Zat Pengatur Tumbuh Rootone F adalah ZPT sintetis yang berbentuk serbuk, berwarna putih, yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar-akar baru, karena mengandung bahan aktif dari hasil formulasi beberapa hormon tumbuh akar yaitu naftalenasetamida 0,067%, 2 metil 1 naftalenasetamida 0,013%, 2 metil 1 naftalen asetat 0,033%, indole 3 butirat (IBA) 0,057%, dan tiram 4% (Rismunandar, 1992).
4
Hasil-hasil penelitian menunjukkan pemberian Rootone F dapat merangsang terbentuknya akar setek tanaman Theobroma cacao dan Eucalyptus sp pada konsentrasi 100 mg/ml air (Manurung, 1987). Pada tanaman kopi dengan konsentrasi 250 mg/ml air (Gatut Supridjadji, 1985). Pada setek cabang buah tanaman lada dengan konsentrasi 100 mg/ml air (Darliana, 2006) dan pada setek pangkal panili menunjukkan hasil bahwa konsentrasi yang optimal untk menghasilkan berat total kering oven tanaman adalah 950,68 mg per liter dengan peningkatan sebesar 58,013 % dibandingkan tanpa Rootone F (Wiraatmaja, 1998). Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian dengan perlakuan waktu pemotongan pucuk bahan setek panili dan pemberian berbagai dosis Rootone F sebagai salah satu upaya untuk merangsang pertumbuhan akar dan pertumbuhan setek pendek panili (Vanilla Planifolia Andrews).
1.2 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah
:
1. Untuk mendapatkan pertumbuhan setek pendek panili yang paling baik dengan perlakuan waktu pemotongan pucuk bahan setek panili dengan dosis Rootone F 2. Untuk mengetahui waktu pemotongan pucuk bahan setek beberapa hari dari sebelum penanaman yang dapat memberikan pertumbuhan setek pendek panili yang paling baik 3. Untuk mengetahui dosis Rootone F yang dapat memberikan pertumbuhan setek pendek panili yang maksimal
5
1.3 Rumusan Masalah 1. Apakah perlakuan waktu pemotongan pucuk bahan setek dan dosis Rootone F mampu memberikan pertumbuhan setek panili yang lebih baik? 2. Apakah perlakuan waktu pemotongan pucuk bahan setek mampu memberikan pertumbuhan setek panili yang lebih baik? 3. Apakah perlakuan berbagai dosis Rootone F
mampu
memberikan
pertumbuhan setek panili yang lebih baik?
1.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu
:
1. Bahan setek panili yang diambil pucuk dipotong 8 hari sebelum penanaman setek dengan dosis 100 mg/1 ml air akan memberikan pertumbuhan setek yang terbaik. 2. Waktu pemotongan pucuk bahan setek panili 8 hari sebelum penanaman setek akan memberikan pertumbuhan setek yang terbaik. 3. Dosis Rootone F 100 mg/1 ml air akan memberikan pertumbuhan setek yang terbaik.