I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Ajaran agama yang menjadi wacana keseharian secara nyata menjadi dorongan teologi manusia untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk dalam hal ini adalah aktivitas ekonomi. Ilmu Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang didasarkan atas nilai-nilai dalam Islam, yaitu mempertimbangkan kepentingan individu juga mempertimbangkan persyaratan-persyaratan dalam masyarakat serta norma agama yang tercermin dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mengembangkan harta kekayaan sebagai bagian dari karunia Allah karena dalam Islam mendiamkan harta secara tidak produktif (idle) dan menumpuk kekayaan adalah perbuatan yang sangat tidak dibenarkan. Perkembangan terakhir, teori-teori investasi lebih didominasi oleh teori menanamkan modal dalam sektor moneter seperti investasi di dunia perbankan dan pasar modal. Investasi di perbankan mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan investasi di pasar modal, hal inilah yang menjadikan investasi di perbankan banyak diminati apalagi dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu pada saat ini. Investasi dalam Islam adalah investasi yang harus memperhatikan ramburambu yang sesuai dengan koridor syariah. Bunga bank telah difatwakan sebagai sesuatu yang diharamkan dalam agama Islam atau tidak sesuai dengan koridor syariah (Nadjib et al, 2008), maka keberadaan bank syariah sudah tentu sangat membantu masyarakat yang akan berinvestasi secara Islami. Disamping itu,
terdapat beberapa peluang pengembangan bank syariah di Indonesia, antara lain : sekitar 87% dari jumlah populasi Indonesia adalah beragama Islam dan dalam kondisi gejolak moneter hanya bank tanpa bunga yang tidak tersentuh oleh krisis moneter, tidak memerlukan dana rekapitalisasi dan bahkan mampu membukukan laba yang berlipat, sementara bank konvensional justru mengalami kondisi yang sebaliknya. Dengan demikian, telah cukup bukti bahwa kehadiran bank tanpa bunga dan bisnis yang berbasis ekonomi Islam adalah bisnis yang mampu bertahan dalam kondisi tersebut. Hal ini dimungkinkan mengingat konsep dasar ekonomi Islam adalah (Rivai et al, 2010): 1. Uang bukan komoditas tetapi sebagai alat tukar. 2. Tidak mengakui konsep time value of money. 3. Tidak membolehkan praktik spekulasi. 4. Harta harus berputar dan tidak boleh berpusat pada segelintir orang. 5. Mencari nafkah hukumnya wajib dan sekaligus ibadah. 6. Berlaku adil dan transparan. Selain itu, dalam menjalankan bisnisnya menganut prinsip : 1. Keadilan. 2. Kemitraan. 3. Ketentraman. 4. Transparansi. 5. Universalitas. 6. Tidak ada riba. 7. Laba yang wajar.
2
Dapat terlihat bahwa konsep dasar dan prinsip ekonomi Islam yang telah dikemukakan di atas tidak bertentangan dengan budaya masyarakat Indonesia, yang menginginkan keamanan dan keadilan dalam berinvestasi dan berbisnis. Hal inilah yang menjadikan bank syariah menjadi lembaga keuangan yang menarik bagi masyarakat Indonesia dalam berinvestasi dan berbisnis, baik masyarakat muslim maupun non muslim. Berdasarkan Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem perbankan yang sesuai syariah, pemerintah telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam undang-undang yang baru. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan perundang-undangan tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia. Bertolak dari kesadaran terhadap
nilai Islam serta kondisi riil
perekonomian dunia, PT. Bank Syariah Bukopin (BSB) hadir melayani masyarakat dalam produk-produk jasa keuangan berbasis syariah dan untuk
3
mendorong pertumbuhan perekonomian sekaligus menjaga kemurniannya dari riba dan gharar, yang diyakini menjerumuskan pelaku dan pemilik harta pada kesengsaraan dunia dan kehidupan kekal di alam baka. Setelah memperolah ijin operasi syariah dari Bank Indonesia pada 27 Oktober 2008, pada 9 Desember 2008 BSB resmi menjalankan kegiatan operasional dengan prinsip syariah. Pasca spin off 10 Juli 2009, posisi BSB makin kokoh di pentas industri perbankan syariah nasional. Sebagai penggerak roda ekonomi bangsa, BSB fokus pada pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Kantor Pusat BSB beralamat di jalan Salemba Raya No.55 Jakatra Pusat dan memiliki 7 (tujuh) Kantor Cabang (KC), 4 (empat) Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan 29 (dua puluh sembilan) Kantor Layanan Syariah (KLS) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Menyadari bahwa pertumbuhan perbankan syariah nasional yang relatif cepat, tertutama setelah dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta seiring membaiknya kondisi ekonomi nasional, pelaku pada industri perbankan syariah juga semakin bertambah. Pada tahun 2009 hanya ada 6 Bank Umum Syariah (BUS) dan pada akhir 2010 berdasarkan data Bank Indonesia jumlah BUS bertambah menjadi 11 bank, dengan Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 15 unit dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebanyak 150. Membaiknya kinerja industri perbankan syariah tersebut, tidak lepas dari kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan syariah yang semakin meningkat kualitasnya.
4
Atas dasar ini maka BSB terus melakukan upaya-upaya strategis dan mengimplementasikan sejumlah program pengembangan untuk meningkatkan kompetensi agar mampu bersaing, responsif dan dapat menjawab tantangan industri perbankan syariah ke depan, sehingga dapat mewujudkan sistem perbankan syariah yang sehat, konsisten menjalankan prinsip syariah dan berkontribusi secara nyata bagi kemaslahatan seluruh masyarakat dan perekonomian secara umum.
1.2. Perumusan Masalah Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Sejak tahun 1998 sistem perbankan syariah telah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat, berdasarkan data BI pada tahun 2010 menujukkan pertumbuhan volume usaha mencapai 43,99% sementara pada tahun 2009 tumbuh sebesar 26,55%. Hal ini tidak terlepas dari populasi masyarakat Indonesia yang sekitar 87% beragama Islam, yang tentu saja ingin menginvestasikan dananya pada bank yang berkoridor Islami. Berdasarkan data dari Bank Indonesia dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, hal lain yang mengakibatkan perbankan syariah berkembang dengan pesat adalah selama periode krisis ekonomi, bank syariah dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (Non Performing Financing) pada bank
5
syariah dan tidak terjadi negative spread dalam kegiatan operasinya. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga dan pada akhirnya dapat menyediakan dana investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah kepada masyarakat. Pengalaman historis tersebut telah memberikan harapan kepada masyarakat akan hadirnya sistem perbankan syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang selain memenuhi harapan masyarakat dalam aspek syariah, juga dapat memberikan manfaat yang luas dalam kegiatan perekonomian. Dengan pesatnya pertumbuhan bank syariah dan akibat adanya revolusi informasi serta globalisasi yang menyebabkan situasi lingkungan yang penuh dinamika, maka BSB telah melakukan strategi pengembangan diberbagai bidang usaha untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis yang diarahkan pada peningkatan pembiayaan, penghimpunan dana pihak ketiga dan perolehan laba, yang diarahkan untuk mampu memenangkan persaingan dan demi eksistensi didunia perbankan syariah khususnya dan dunia perbankan umumnya. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada BSB adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana respon BSB terhadap faktor-faktor eksternal bisnis (peluang dan ancaman) dengan menggunakan Matriks EFE. 2. Bagaimana kondisi internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dengan menggunakan Matriks IFE. 3. Apakah strategi pengembangan bisnis BSB sesuai dengan strategi pada kuadran posisi perusahaan pada Matriks IE.
6
4. Apakah strategi pengembangan bisnis BSB telah menyeimbangkan faktorfaktor eksternal dan internal perusahaan (Matriks SWOT) sehingga kondisi perusahaan pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan. 5. Apakah strategi pengembangan bisnis yang telah dilakukan PT Bank Syariah Bukopin pada tahun 2010 memiliki keunggulan bersaing (Matriks CP).
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis bagaimana respon BSB terhadap faktor-faktor eksternal bisnis (peluang dan ancaman) dengan menggunakan Matriks EFE. 2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dengan menggunakan Matriks IFE. 3. Untuk mengetahui apakah strategi pengembangan bisnis BSB sesuai dengan strategi pada kuadran posisi perusahaan pada Matriks IE. 4. Untuk mengetahui apakah strategi pengembangan bisnis BSB telah menyeimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan (Matriks SWOT) sehingga kondisi perusahaan pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan. 5. Untuk mengetahui apakah strategi pengembangan bisnis yang telah dilakukan BSB pada tahun 2010 memiliki keunggulan bersaing (Matriks CP).
7
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu manajemen strategi dalam hubungannya dengan strategi pengembangan bisnis. b. Meningkatkan pemahaman penulis mengenai perbankan syariah dengan lebih detail dan lebih memahami pengetahuan mengenai manajemen strategi dan aplikasinya dalam dunia bisnis perbankan syariah. c. Memberi tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini. d. Sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan tentang bagaimana menetapkan strategi pengembangan bisnis sehingga memiliki keunggulan bersaing dengan memperhatikan kondisi internal dan eksternal perusahaan.
8
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB
9