I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.
Selain berperan sebagai makanan pokok, beras juga merupakan sumber perekonomian sebagian besar masyarakat di pedesaan. Kekurangan produksi beras berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Untuk mengatasi kekurangan produksi beras pemerintah Indonesia mencanagkan program yang bertujuan untuk meningkatkan produksi atau dinamakan revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada pangan. Saat itu, pemerintah mengupayakan pemakaian bibit unggul, pupuk kimia, dan pestisida untuk memacu hasil produksi pertanian yang terfokus pada tanaman padi (Suwahyono, 2009). Pada awalnya revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan, namun dekade 1990-an petani mulai kesulitan menghadapi dampak lingungan akibat penggunaan bahan-bahan kimia. Pencemaran pupuk kimia, pestisida dan bahan buatan pabrik lainnya akibat pemakaian yang berlebihan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Kekhawatiran tentang pengaruh bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan usahatani yaitu keamanan dan kualitas pangan (food safety and quality), kesehatan manusia dan hewan, serta kualitas lingkungan, maka tumbuh dan berkembang
individu-individu
dan
kelompok-kelompok
organisasi
yang
menyuarakan gerakan untuk mempraktekkan usahatani alami (natural farming
1
2
method) yang bersandar pada prinsip pertanian berkelanjutan (Departemen Pertanian, 2007). Sistem pertanian berkelanjutan adalah sistem pertanian yang kembali ke alam (back to nature), yakni sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Adapun pertanian organik merupakan salah satu model perwujudan sistem pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan produksi jangka panjang yang sustainable dan selaras dengan alam. Menurut Canadian Standars Board National Standar for Organik Agriculture dalam Nurhidayati dkk. (2008), pertanian organik adalah suatu sistem produksi holistik yang dirancang untuk mengoptimalisasikan
produktivitas
dan
kemampuan
dari
bermacam-macam
komunitas di dalam agroekosistem, termasuk organisme tanah, tanaman, ternak, dan manusia. Pengakuan akan pentingnya pengembangan pertanian organik telah dituangkan dalam Revitalisasi Pembangunan Pertanian yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan Agustus 2005 (Prihandarini, 2009). Perkembangan pertanian organik mendorong isu sertifikasi sebagai jaminan atas dipraktikkannya pertanian organik. Penjaminan pertanian organik tidak saja berfungsi sebagai penjamin praktek perdagangan yang etis dan adil serta perlindungan bagi konsumen dari penipuan, tetapi khususnya dalam rangka melindungi hak-hak petani kecil atas kesejahteraan hidupnya dan memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan sehingga membantu dalam meraih akses pasar (Perbatakusuma dkk, 2009). Petani organik diseluruh dunia telah mengembangkan cara untuk menjamin integritas keorganikan produk mereka. Saat ini diperdagangan dunia, penjaminan
3
pihak ketiga mendominasi penjaminan untuk produk-produk organik. Meskipun demikian banyak petani organik seperti di Indonesia yang kebanyakan adalah petani skala kecil sulit untuk mendapatkan penjaminan pihak ketiga ini. Hal ini disebabkan biaya sertifikasi yang tinggi dan prosedurnya rumit sehingga menimbulkan hambatan serius bagi petani keluarga berskala kecil untuk bisa mendapatkannya. International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) telah mengembangkan cara sertifikasi berkelompok melalui penerapan Internal Control System (ICS) untuk mengatasi persoalan biaya sertifikasi. Sistem ini dikembangkan untuk tujuan memperkuat gerakan pertanian organik di negara berkembang (Lechleitner dan Eisenlohr, 2004 dalam Nurhidayati, 2008). Provinsi Bali mempunyai potensi pertanian organik yang besar. Komitmen menuju Bali Organik terbukti dengan terpilihnya Bali sebagai provinsi yang memiliki kepedulian atas pengembangan dan penerapan pertanian organik tingkat nasional. Pemerintah Provinsi Bali mengembangkan pertanian organik dengan sasaran ganda, yakni meningkatkan pendapatan petani dan mengembalikan kesuburan tanah. Proyek percontohan dan demplot serta pembinaan kelompok tani dilakukan sebagai langkah pengembangan pertanian organik. Semakin meningkatnya permintaan bahan pangan akrab lingkungan dan persaingan menghadapi pasar bebas (Free Trade Agreement), maka masalah standarisasi dan sertifikasi produk-produk organik harus mendapat perhatian. Dari persoalan tersebut, maka pemerintah Provinsi Bali memfasilitasi kelompok-kelompok tani organik mendapatkan sertifikasi dari lembaga sertifikasi independen yang mendapatkan akreditasi oleh Negara. Tujuan pembentukan kelompok tani dan
4
program sertifikasi antara lain meningkatan pemasaran padi organik dengan memberikan jaminan mutu terhadap produk padi organik yang dihasilkannya dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani anggotanya. Namun, hingga Tahun 2014 hanya terdapat tiga kelompok tani yang terdaftar dalam program sertifikasi padi organik yang diadakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali. Kendala yang dihadapi oleh pemerintah adalah meyakinkan kelompok tani bahwa program sertifikasi penting dalam menghadapi perdagangan bebas (Free Trade Agreement) terutama bagi komoditi padi. Petani enggan melakukan sertifikasi organik karena harus konsisten mengikuti prosedur prinsip pertanian organik serta kekhawatiran menurunnya produktivitas padi. Selain itu, kendala yang timbul apabila menggunakan pupuk kompos adalah masalah jumlah pupuk, jumlah tenaga kerja dan timbulnya gulma pada lahan pertanian yang diakibatkan oleh terbawanya biji-bijian di dalam pupuk kompos tersebut. Hal ini menyebabkan biaya perawatan tanaman menjadi mahal yang ujung-ujungnya akan meningkatkan biaya produksi pertanian. Kelompok Tani Gana Sari adalah kelompok tani binaan pemerintah Provinsi Bali yang bergerak dalam usaha pengembangan padi organik dan resmi mengantongi sertifikat produk padi organik dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS) dengan no. verifikasi 064-PSO-005-IDN-08-13 5-8-2013 s/d 5-8-2016. Usahatani padi organik bermula dari kondisi lahan yang keras dan meningkatnya serangan hama yang tidak bisa dihindari petani sebagai dampak dari penggunaan pupuk dan pestisida anorganik. Penggunaan pupuk anorganik dalam jangka yang relatif lama umumnya berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu
5
menyimpan air dan cepat menjadi asam yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas tanaman (Parman, 2007). Dalam mengembangkan usahatani padi organik, Kelompok Tani Gana Sari menerapkan Internal Control System (ICS) atau sistem pengawasan internal, dimana pengawasan praktik pertanian organik dilakukan sendiri oleh sesama anggota. ICS merupakan sistem standar yang dibuat oleh kelompok tani untuk dijadikan rujukan dalam memproduksi pangan organik dan sebagai syarat memperoleh sertifikat organik dengan sistim berkelompok. Semua anggota kelompok harus menjalankan hal yang sama sesuai dengan yang tertera dalam pedoman ICS tersebut (Perbatakusuma dkk, 2009). Kelompok tani ini dalam menerapkan ICS mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari ketua ICS, inspektor internal, bagian penyimpanan, pemasaran, pengolahan, tim teknis dan komisi persetujuan yang merupakan perwakilan kelompok yang dibina secara khusus. Hasil kerja semua bagian kelompok tani ini terutama hasil penilaian yang dilakukan inspektor internal dan keputusan yang diambil komisi persetujuan akan dinilai oleh inspektor eksternal dari lembaga sertifikasi organik untuk selanjutnya diputuskan status sertifikasinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengetahui potensi usahatani padi bersertifikat organik maka penulis tertarik menganalisis pendapatan usahatani padi bersertifikat organik dan mengetahui bagaimana penerapan ICS pada Kelompok Tani Gana Sari.
6
1.2
Rumusan Masalah Melalui latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut. 1.
Berapa besar pendapatan, dan R/C ratio usahatani padi bersertifikat organik pada Kelompok Tani Gana Sari?
2.
Bagaimana penerapan Internal Control System (ICS) pada Kelompok Tani Gana Sari?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui pendapatan, dan R/C ratio usahatani padi bersertifikat organik pada Kelompok Tani Gana Sari.
2.
Untuk mengetahui penerapan Internal Control System (ICS) pada Kelompok Tani Gana Sari.
1.4
Manfaat Penelitian Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat: 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan informasi mengenai pendapatan yang diperoleh dalam berusahatani padi organik dan penerapan Internal Control System pada Kelompok Tani Gana Sari, serta untuk melaksanakan studi yang relevan di masa mendatang.
7
2.
Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dalam menetapkan kebijakan yang tepat terkait dengan pengembangan padi organik dan pengembangan ICS pada kelompok tani.
3.
Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai usahatani organik dan Internal Control System serta sebagai penerapan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif di
Kelompok Tani Gana Sari, Munduk Buangga, Subak Buangga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah petani yang terdaftar sebagai anggota Kelompok Tani Gana Sari. Metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisa pendapatan usahatani dan R/C ratio berdasarkan atas biaya tunai dan biaya total pada musim tanam padi terakhir yang dilakukan kelompok tani tersebut yaitu Desember 2013–April 2014. Sedangkan metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui penerapan ICS pada Kelompok Tani Gana Sari.