I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Keterbatasan modal merupakan permasalahan yang paling umum terjadi dalam usaha, terutama bagi usaha kecil seperti usahatani. Ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan, pendapatan, dan pengeluarannya. Hasil produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat mendesak seperti kematian, pesta perkawinan dan selamatan lain. Petani kaya dapat menyimpan hasil panen untuk kemudian dijual sedikit demi sedikit pada waktu diperlukan sedangkan petani gurem (tidak berlahan dan penguasaan lahan sempit) masih kesulitan untuk menyimpan hasil (Mubiyarto, 1989). Hal tersebut membuat petani sulit dalam hal akumulasi modal dikarenakan minimmya tabungan atau simpanan. Dalam usahatani permasalahan tersebut menjadi lebih kompleks antara lain karena persyaratan untuk memperoleh kredit formal sulit dipenuhi oleh petani, risiko usahatani yang tinggi, dan adanya tenggang waktu lama untuk menunggu hasil (Wahyudi dan Suci, 2000). Sekitar 70 persen petani padi di Indonesia terutama petani-petani gurem yaitu petani yang mempunyai luas lahan kurang dari 0,5 Ha diklasifikasikan sebagai masyarakat miskin berpendapatan rendah (Suryana dkk, 2001). Keberadaan kredit benar-benar dibutuhkan oleh petani untuk tujuan produksi, pengeluaran hidup sehari-hari sebelum hasil panen terjual dan untuk pertemuan
1 Universitas Sumatera Utara
sosial lainnya. Dikarenakan penguasaan lahan tergolong sempit, upah yang mahal dan kesempatan kerja terbatas di luar musim tanam, sebagian besar petani tidak dapat memenuhi biaya hidupnya dari satu musim ke musim lainnya tanpa pinjaman. Kredit sudah menjadi bagian hidup dan ekonomi usahatani, bila kredit tidak tersedia tingkat produksi dan pendapatan usahatani akan turun drastis. Sesuai pendapat Mears, L.A. (1961) dalam Suryana (2001) bahwa kredit benarbenar dibutuhkan oleh petani padi Indonesia untuk beberapa tujuan, yaitu biaya hidup sehari-hari sebelum hasil panen terjual dan untuk pertemuan - pertemuan sosial yang sudah menjadi kebiasaan. Masalah utama dalam penyediaan kredit ke petani gurem adalah adanya jurang pemisah antara penyaluran dengan penerimaan kredit. Banyak lembaga permodalan dengan berbagai skim kreditnya ditawarkan ke petani, tetapi pada kenyataannya hanya dapat diakses oleh kelompok masyarakat tertentu sedangkan petani kecil masih tetap kesulitan (Supriyatna, 2003). Di dalam praktek usahatani, diperlukan inovasi teknologi guna mendorong peningkatan produktivitas dan produksinya. Kelemahan petani justru pada adopsi inovasi teknologi yang relatif rendah sebagai dampak penguasaan modal usahatani yang lemah. Untuk mengatasi kekurangan modal usahatani, petani biasanya mengusahakan tambahan modal dari berbagai sumber dana baik dari lembaga keuangan formal (perbankan) maupun kelembagaan jasa keuangan non formal. Namun umumnya karena petani sering tidak memiliki akses terhadap lembaga perbankan konvensional, ia akan memilih untuk berhubungan dengan lembaga jasa keuangan informal seperti petani pemodal (pelepas uang - rentenir), atau mengadakan kontrak dengan pedagang sarana produksi dan sumber lain yang
Universitas Sumatera Utara
umumnya sumber modal tersebut mengenakan tingkat bunga yang irrasional karena terlalu tinggi dan mengikat. Kondisi demikian berdampak buruk tidak saja bagi petani akan tetapi juga merusak tatanan perekonomian di pedesaan (Hendayana, 2007). Pengalaman krisis moneter pada tahun 1998 telah menyadarkan semua pihak bahwa sektor pertanian memiliki peran strategis serta andil yang sangat besar sebagai mesin penggerak, peredam gejolak dan penyangga perekonomian nasional. Berdasarkan PDB riil, sektor pertanian telah pulih ke level sebelum krisis sejak tahun 1999 atau empat tahun lebih cepat dari perekonomian agregat yang baru pulih tahun 2003. Sektor pertanian juga menjadi kunci untuk pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan dan penyedia lapangan kerja (Departemen Pertanian, 2004). Fenomena di atas merupakan gambaran tentang betapa strategisnya peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional. Peran sektor pertanian tentu akan lebih optimal jika didukung dengan sistem perencanaan yang terpadu, berkelanjutan dan diimbangi dengan penyediaan anggaran yang memadai. Untuk memperkuat posisi sektor pertanian, maka ketersediaan modal bagi pelaku usaha pertanian merupakan sebuah keharusan. Fungsi modal dalam tataran tingkat mikro (usahatani), tidak hanya sebagai salah satu faktor produksi, tetapi juga berperan dalam peningkatan kapasitas petani dalam mengadopsi teknologi seperti benih bermutu, pupuk berimbang, ataupun teknologi pasca panen. Pada era teknologi pertanian yang semakin modern, pengerahan modal yang intensif baik untuk alatalat pertanian maupun sarana produksi mungkin akan menjadi suatu keharusan. Bagi pelaku pertanian (terutama petani), situasi tersebut dapat kembali
Universitas Sumatera Utara
memunculkan masalah karena sebagaian besar petani tidak sanggup mendanai usahatani yang padat modal dengan dana sendiri (Syukur dkk, 2000). Petani umumnya mengajukan pinjaman ke lembaga pembiayaan di sekitar tempat tinggal mereka untuk menutupi kekurangan modal, baik formal maupun informal. Kredit formal dapat berupa kredit program dan kredit non program (kredit komersial). Kredit program umumnya terkait dengan pelaksanaan program pemerintah, misalnya kredit ketahanan pangan (KKP). Contoh kelembagaan kredit formal antara lain bank, koperasi dan pegadaian yang menerapkan persyaratan cukup ketat dalam pelayanan peminjaman. Sementara pada kredit informal, pada umumnya tidak memerlukan persyaratan yang rumit, misalnya keharusan adanya agunan. Pada pasar kredit perdesaan terjadi segmentasi pasar, karena masing-masing memiliki karakteristik yang khas. Penelitian Syukur dkk, (2003) menunjukkan masih rendahnya sumber modal usahatani yang berasal dari kredit komersial. Perlu dilakukan studi mengenai aksesibilitas petani kecil terhadap sumber perkreditan untuk perbaikan pelayanan kredit. Penelitian ini secara rinci bertujuan untuk; (a) mengidentifikasi sumber - sumber kredit petanian yang ada di tingkat petani, (b) mengidentifikasi sumber kredit yang diakses oleh petani dan (c) mengidentifikasi karakteristik skim kredit yang diharapkan oleh petani (Supriyatna, 2003). Oleh karena itulah, perlu adanya strategi peningkatan pemanfaatan kredit pada usaha tani khususnya petani padi sehingga petani mampu mendanai usaha taninya sendiri. Keadaan inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
penelitian mengenai Strategi Peningkatan Pemanfaatan Fasilitas Kredit Perbankan pada Usahatani Padi Sawah yang utamanya ditinjau dari sisi unsur-unsur kredit usahatani itu sendiri.
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana unsur kredit usaha tani (jumlah, waktu dan bunga) yang dibutuhkan oleh petani di daerah penelitian? 2. Bagaimana cara petani memenuhi kebutuhan biaya usaha tani di daerah penelitian? 3. Bagaimana unsur kredit usaha tani (jumlah, waktu dan bunga) yang tersedia melalui fasilitas kredit perbankan? 4. Apa perbedaan unsur kredit usaha tani (jumlah, waktu dan bunga) yang dibutuhkan petani dengan unsur kredit yang tersedia melalui fasilitas kredit perbankan? 5. Bagaimana strategi peningkatan pemanfaatan fasilitas kredit perbankan bagi petani di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi unsur kredit usaha tani (jumlah, waktu dan bunga) yang dibutuhkan oleh petani di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk menjelaskan cara petani memenuhi kebutuhan biaya usaha tani di daerah penelitian. 3. Untuk mengidentifikasi unsur kredit usaha tani (jumlah, waktu dan bunga) yang tersedia melalui fasilitas kredit perbankan. 4. Untuk menjelaskan perbedaan unsur kredit usaha tani (jumlah, waktu dan bunga) yang dibutuhkan petani dengan unsur kredit yang tersedia melalui fasilitas kredit perbankan. 5. Untuk menentukan strategi peningkatan pemanfaatan fasilitas kredit perbankan bagi petani di daerah penelitian.
1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan bagi petani dan pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Universitas Sumatera Utara