1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan makanan dan minuman merupakan salah satu kategori sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mempunyai peluang untuk tumbuh dan berkembang. Industri makanan dan minuman diprediksi akan membaik kondisinya. Hal ini terlihat semakin menjamurnya industri makanan dan minuman di negara ini khususnya semenjak memasuki krisis berkepanjangan. Kondisi ini membuat persaingan semakin ketat sehingga para manajer perusahaan berlombalomba mencari investor untuk menginvestasikan dananya di perusahaan makanan dan minuman tersebut.
Barang konsumsi menjadi industri yang penting bagi perkembangan perekonomian bangsa. Hal ini tidak terlepas dari perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri barang konsumsi di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya dalam proses produksi barang konsumsi dibutuhkan banyak sumber daya termasuk di dalamnya sumber daya manusia. Industri barang konsumsi mempunyai peranan dalam menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan pada suatu negara.
2
Perusahaan makanan dan minuman merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan produk kemudian dijual guna memperoleh keuntungan yang besar. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan manajemen dengan tingkat efektifitas yang tinggi. Pengukuran tingkat efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi, dapat dilakukan dengan mengetahui seberapa besar rasio profitabilitas yang dimiliki (Weston dan Brigham 2010 dalam Afrinda 2013).
Jumlah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia cukup banyak dibandingkan dengan perusahaan dibidang lainnya. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk menjadikan perusahaan makanan dan minuman sebagai objek yang akan diteliti, berikut perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang akan dipaparkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Daftar perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2014 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode ADES AISA ALTO CEKA DAVO DLTA ICBP INDF MLBI MYOR PSDN ROTI SKBM SKLT STTP ULTJ
Nama Emiten Akasha Wira International Tbk Tiga Pilar Sejahtera food Tbk Tri Banyan Tirta Tbk Cahaya Kalbar Tbk Davomas Abadi Tbk Delta Djakarta Tbk Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Mayora Indah Tbk Prashida Aneka Niaga Tbk Nippon Indosari Corporindo Tbk Sekar Bumi Tbk Sekar Laut Tbk Siantar Top Tbk Ultrajaya Milk Indsutry and Trading Company Tbk
Sumber : www.sahamok.com
3
Tabel 1.1 menggambarkan perusahaan – perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indenesia (BEI). Jumlah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 – 2014 adalah 16 perusahaan, akan tetapi hanya 10 perusahaan yang tetap bertahan dan mempublikasikan laporan keuangannya secara rutin setiap tahunnya yaitu AISA, CEKA, DLTA, ICBP, INDF, MYOR, PSDN, SKLT, STTP, ULTJ.
Setiap perusahaan di sektor makanan dan minuman harus mampu bertahan dan bersaing di bursa efek agar tidak tersingkir dikarenakan persaingan yang semakin meningkat. Perusahaan makanan dan minuman harus terus menigkatkan profitabilitas mereka agar mampu bersaing. Faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan adalah likuiditas perusahaan.
Likuiditas adalah rasio yang memperhatikan hubungan kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya terhadap kewajiban lancarnya (Weston & Brigham, 2010 dalam Afrinda 2013). Demikian juga menurut Malkiel & Xu (2004 dalam Afrinda 2013 ) yang menyatakan bahwa likuiditas memainkan peranan penting terhadap harga suatu aset. Apabila jumlah aktiva lancar terlalu kecil maka akan menimbulkan tidak likuidnya perusahaan tersebut, sedangkan apabila jumlah aktiva lancar terlalu besar akan berakibat timbulnya dana yang menganggur (iddle cash), semua ini berpengaruh kepada jalannya operasi perusahaan. Rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio (rasio lancar). Current Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio lancar dihitung dengan membagi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Aktiva lancar umumnya meliputi kas,
4
sekuritas, piutang usaha, dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan beban-beban akrual lainnya. Berikut data likuiditas yang diukur dengan current ratio pada perusahaan makanan dan minuman tahun 2013 – 2014 yang akan dipaparkan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Data current ratio perusahaan sektor makanan dan minuman tahun 2013 – 2014 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kode Emiten AISA CEKA DLTA ICBP INDF MYOR PSDN SKLT STTP ULTJ Rata-rata
2013 1,75 1,63 4,76 2,41 1,68 2,40 1,68 1,23 1,14 2,47 2,12
Current Ratio 2014 2,66 1,47 4,47 2,18 1,81 2,09 1,46 1,18 1,48 3,34 2,21
Sumber : www.idx.co.id (Data diolah)
Tabel 1.2 di atas menggambarkan data current ratio pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dapat dilihat bahwa current ratio pada setiap perusahaan sangat bervariasi yang menjadikan perusahaan makanan dan minuman menarik untuk diteliti. Perusahaan DLTA adalah perusahaan yang memiliki nilai current ratio tertinggi yaitu 4,76 pada tahun 2013 yang menandakan perusahan DLTA sangat likuid. Perusahaan STTP adalah perusahaan yang memiliki nilai current ratio terendah dibandingkan dengan perusahaan makanan dan minuman yang lainnya yaitu 1,14 pada tahun 2013.
5
Rasio lancar yang tinggi menunjukkan likuiditas, tetapi hal ini juga bisa dikatakan menunjukkan penggunaan kas dan aset jangka pendek secara tidak efisien. Nilai likuiditas yang terlalu tinggi akan berdampak kurang baik terhadap earning power karena adanya iddle cash atau menunjukkan kelebihan modal kerja yang dibutuhkan, kelebihan ini akan menurunkan kesempatan memperoleh keuntungan, dengan demikian sangat dimungkinkan hubungan current ratio dengan ROA adalah negatif. Semakin tinggi current ratio maka semakin rendah tingkat ROA, perbandingan terbalik antara profitabilitas dengan likuiditas (Van Horne & Wachowicz, 1997 dalam Nugroho, 2011).
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan adalah rasio aktivitas. Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Rasio aktivitas juga menunjukkan efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan dalam kegiatanya yang berhubungan dengan investasi dan penjualan untuk menghasilkan keuntungan.
Rasio aktivitas merupakan hal yang selalu dikaitkan dengan aktiva lancar. Aktiva lancar juga sering disebut sebagai modal kerja. Modal kerja merupakan dana yang selalu berputar yang pada awalnya dikeluarkan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan sehari-hari agar proses produksi dapat terus berjalan. Hasil produksi kemudian dijual, dan dari penjualan tersebut perusahaan akan memperoleh laba yang tentunya diharapkan selalu meningkat. Sebagian dari laba
6
yang telah dihasilkan tersebut akan masuk kembali sebagai modal kerja perusahaan.
Besarnya aktiva lancar atau modal kerja tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk mendapatkan laba yang besar pada suatu perusahaan, karena pada perusahaan yang memiliki aktiva lancar atau modal kerjanya besar belum tentu labanya juga akan besar. Akan tetapi laba sangat bergantung pada modal kerja sedangkan modal kerja sangat bergantung pada nilai perputaran piutang dan perputaran persediaan. Modal kerja akan naik dan bernilai positif apabila nilai perputarannya tinggi. Berikut data aktiva lancar perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 – 2014 yang akan dipaparkan pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Data aktiva lancar perusahaan sektor makanan dan minuman tahun 2013 – 2014 No
Nama emiten
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
AISA CEKA DLTA ICBP INDF MYOR PSDN SKLT STTP ULTJ
Aktiva Lancar (jutaan rupiah) 2013 2014 2.445.504 3.977.086 847.045 1.053.321 748.111 854.176 11.321.715 13.603.527 32.772.095 40.995.736 6.430.065 6.508.768 381.085 289.764 154.315 167.419 684.263 799.430 1.565.510 1.642.101
Sumber : www.idx.co.id
Tabel 1.3 menggambarkan nilai aktiva lancar tahun 2013 – 2014 pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dapat dilihat aktiva lancar setiap perusahaan sangat berbeda. Perusahaan yang memiliki aktiva lancar atau modal kerja terbesar adalah INDF sebesar 40.995.736, sedangkan yang
7
memiliki modal kerja terkecil adalah perusahaan SKLT yaitu sebesar 154.315. Akan tetapi aktiva lancar atau modal kerja yang besar tidak menjamin laba yang diperoleh juga besar begitupun sebaliknya.
Keefektifan perusahaan dalam mengelola aktiva lancarnya dapat dilihat dengan menggunakan rasio keuangan yaitu rasio aktivitas dengan menghitung serta menganalisis perputaran persediaan dan perputaran piutangnya. Alat ukur pertama yang digunakan adalah perputaran piutang. Piutang merupakan aktiva yang timbul dikarenakan adanya penjualan secara kredit. Perputaran piutang adalah perbandingan antara penjualan dan rata-rata piutang. Perputaran piutang menunjukan usaha untuk mengukur seberapa sering piutang menjadi kas dalam satu periode tertentu. Semakin besarnya jumlah piutang berarti semakin besar pula keuntungan yang diperoleh, namun bersamaan dengan itu juga memperbesar resiko yang mungkin akan terjadi atas likuiditasnya.
Perputaran piutang merupakan salah satu bentuk investasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Apabila perputaran piutang dikelola secara efektif dan efisien oleh perusahaan, maka akan menghasilkan laba atau tingkat profitabilitas yang tinggi bagi perusahaan. Ukuran kelancaran perputaran piutang menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan piutangnya dan sejauh mana kelancaran pelunasan yang dilakukan oleh konsumen.
Alat ukur yang kedua yang digunakan untuk mengetahui keefektifan perusahaan adalah perputaran persediaan. Persediaan menjadi penting karena kesalahan dalam investasi persediaan akan mengganggu kelancaran operasi perusahaan. Persediaan yang cukup akan membuat perusahaan memenuhi pesanan dengan cepat, namun
8
apabila persediaan terlalu besar maka akan mengakibatkan perputaran persediaan yang rendah sehingga profitabilitas perusahaan menurun.
Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah, dan kemudian dijual kepada konsumen. Untuk mempercepat pengembalian kas melalui penjualan maka diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik. Pada prinsipnya perputaran persediaan mempermudah atau memperlancar jalannnya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta mendistribusikannnya kepada pelanggan. Semakin tinggi perputaran persediaan barang, maka semakin tinggi biaya yang dapat ditekan sehingga semakin besar perolehan laba suatu perusahaan. Sebaliknya, jika semakin lambat perputaran persediaan barang, semakin kecil pula laba yang diperolehnya (Pebrin dan Rahayu 2014). Usaha yang sering dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan Profitabilitas adalah meningkatkan penjualan persediaan sehingga perputaran persediaan barang juga meningkat. Perputaran Persediaan merupakan berapa kali persediaan akan berputar dan kembali lagi.
Banyak hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi. Diantaranya pengolahan persediaan secara teratur dan efisien, meningkatkan kualitas barang, dan memenuhi apa yang menjadi keinginan konsumen. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan menyebabkan perusahaan semakin cepat dalam melakukan penjualan barang
9
dagang sehingga akan memperbesar laba operasi dan pada akhirnya juga akan meningkatkan laba bersih. Laba bersih mengindikasikan profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena efisiensi akan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba, dengan demikian tingkat profitabilitas memegang peranan yang penting dan perputaran persediaan yang cepat diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang dapat diukur dalam rasio untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang,dan lainnya.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan untuk mencari keuntungan. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai profitabilitas antara lain yaitu net profit margin, gross profit margin, operaratng profit margin, return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). Namun, rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA). Return on asset merupakan rasio yang digunalan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan. Berikut adalah data profitabilitas yang diukur dengan return on asset pada perusahaan makanan dan minuman tahun 2013 – 2014.
10
Tabel 1.4 Data return on asset perusahaan sektor makanan dan minuman tahun 2013 – 2014 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kode Emiten
AISA CEKA DLTA ICBP INDF MYOR PSDN SKLT STTP ULTJ Rata-rata
ROA (%) 2013
2014
6,91 6,08 30,50 10,50 3,63 10,44 3,12 3,80 7,78 11,56 9,42
5,13 3,19 28,45 10,16 5,12 3,98 4,54 5,00 7,26 9,71 8,24
Sumber : www.idx.co.id (data diolah)
Tabel 1.4 menunjukan bahwa tingkat ROA setiap perusahaan makanan dan minuman dari tahun 2013 – 2014 sangat bervariasi. Data di atas juga menunjukan rata-rata return on asset perusahaan makanan dan minuman mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 9,42 % menjadi 8,24 % pada tahun 2014, namun tidak semua penurunan terjadi di setiap perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa terjadinya penurunan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014. Penurunan ini juga yang membuat peneliti tertarik menjadikan perusahaan makanan dan minuman sebagai objek penelitian.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian yang lebih lanjut tentang temuan-temuan empiris mengenai rasio keuangan, khususnya yang menyangkut likuiditas, aktivitas dan profitabilitas perusahaan dan juga untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio likuiditas dan aktivitas terhadap profitabilitas perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alat
11
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linear.
Berdasarkan seluruh uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh likuiditas dan aktivitas terhadap profitabilitas perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia, sehingga apa yang menjadi hasil penelitian nantinya akan mempertegas teori yang ada mengenai pengaruh likuiditas dan aktivitas terhadap profitabilitas. Oleh karena itu judul yang menarik untuk diteliti adalah “Analisis Pengaruh Likuiditas dan Aktivitas terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2014 “.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan tabel 1.4, terjadi penurunan rata-rata return on asset pada tahun 2013-2014 yang tentunya menjadi permasalahan dalam penelitian ini yang ingin diketahui apa yang mempengaruhi turunnya rata-rata profitabilitas industri perusahaan makanan dan minuman. Berdasarkan latar belakang, maka hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan rasio likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2014. 2. Bagaimana perkembangan rasio aktivitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2014.
12
3. Bagaimana perkembangan rasio profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2014. 4. Bagaimana pengaruh rasio likuiditas dan rasio aktivitas baik parsial maupun bersama-sama terhadap profitabilitas perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh likuiditas dan aktivitas terhadap profitabilitas di perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi manajemen perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan konsep mengenai pengelolaan rasio keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi akademis, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai pengelolaan rasio keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan bagi pembaca guna
13
memperluas pemahaman mengenai pengaruh likuiditas dan aktivitas terhadap profitabilitas.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2004). Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban jangka pendek. Tingkat likuiditas yang tinggi berarti perusahaan tersebut semakin likuid dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban finansial jangka pendeknya, hal tersebut baik bagi perusahaan agar tidak dilikuidasi akibat ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya.
Rasio likuiditas ini diukur dengan menggunakan current ratio. Current ratio menunjukan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang jangka pendek. Menurut Syamsuddin (2004) current ratio merupakan alat untuk menghitung seberapa kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang tersedia.
Rasio lancar perusahaan yang tinggi menunjukkan likuiditas, tetapi hal ini juga bisa dikatakan menunjukkan penggunaan kas dan aset jangka pendek secara tidak efisien (Ross, Westerfield & Jordan, 2008 dalam Afrinda). Nilai likuiditas perusahaan yang terlalu tinggi berdampak kurang baik terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba karena adanya dana yang menganggur atau
14
menunjukkan kelebihan modal kerja yang dibutuhkan, kelebihan ini akan menurunkan kesempatan untuk memperoleh laba atau keuntungan perusahaan dengan demikian, kemungkinan hubungan current ratio dengan ROA adalah negatif. Semakin tinggi current ratio maka semakin rendah tingkat ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Raheman dan Nasr (2007) menunjukan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara likuiditas (current ratio) terhadap profitabilitas.
1.5.2 Pengaruh Aktivitas Terhadap Profitabilitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya berupa aset. Semakin tinggi rasio ini semakin efisien penggunaan aset dan semakin cepat pengembalian dana dalam bentuk kas. Rasio ini diukur dengan membandingkan penjualan dengan berbagai investasi dalam aktiva. Bedasarkan tingkat aktivitas, modal kerja akan diketahui komposisi elemen aktiva lancar yang efektif dan efisien.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran persediaan (inventory turnover) dan perputaran piutang (account receivable turnover) untuk mengukur rasio aktivitas. Perputaran persediaan merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rasio ini menunjukan frekuensi perputaran persediaan barang. Rasio perputaran persediaan menandakan likuiditas relatif persediaan yang diukur dengan berapa kali penggantian persediaan perusahaan selama tahun tersebut.
15
Persediaan merupakan aktiva yang harus dikelola dengan sangat baik, karena jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan akan mengakibatkan komponen aktiva lain menjadi tidak optimal, bahkan bisa mengakibatkan kerugian. Pengelolaan dalam hal perputaran persediaan bisa sangat menentukan dalam kelanjutan aktivitas perusahaan. Menurut Munawir (dalam Sufiana dan Purnawati, 2012) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen. Hal ini juga tentunya akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. Penelitian yang dilakukan Sufiana dan Purnawati (2012) yang mendukung teori ini membuktikan secara empiris bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Rasio aktivitas yang digunakan selanjutnya adalah perputaran piutang. Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Semakin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Syarat pembayaran kredit juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang dimana tingkat perputaran piutang menggambarkan berapa kali modal yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun.
Account receivable turnover dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit, misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran. Hal ini tentunya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
16
Teori yang mendukung penelitian ini adalah Mohamad Tejo Suminar (2015) yang meneliti tentang “Pengaruh perputaran persediaan, perputaran piutang dan perputaran kas terhadap profitabilitas”. Hasil penelitian menyatakan bahwa perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA maupun ROE). Maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perusahaan makanan dan minuman
Rasio keuangan
Perkembangan likuiditas
Perkembangan aktivitas
Profitabilitas
Gambar 1.1 Kerangka pemikiran Dapat dilihat pada Gambar 1.1 yaitu kerangka pemikiran penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio likuiditas dan aktivitas terhadap profitabilitas perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2014.
17
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris melalui pengumpulan data. Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritas terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empiris.
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : H1 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014.
H2 : Aktivitas berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014.